MOTIF REMAJA DALAM MENONTON FILM TENDANGAN DARI LANGIT (Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Dalam Menonton Film Tendangan Dari Langit di Kota Malang).

MOTIF REMAJ A DALAM MENONTON FILM TENDANGAN
DARI LANGIT
(Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Dalam Menonton Film Tendangan Dari
Langit di Kota Malang)

SKRIPSI

Oleh :

CITRA RANI ANGGA RISWARI
NPM. 0843010069

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2011

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan HidayahNya sehingga skripsi yang berjudul “ MOTIF REMAJA DALAM MENONTON FILM
TENDANGAN DARI LANGIT “ ( Studi Deskriptif Motif Remaja Dalam Menonton
Film Tendangan Dari Langit di kota Malang ) ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis
mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada bapak Ir. Didiek Tranggono. Msi
selaku dosen pembimbing yang selama ini dengan sabarnya memberikan bimbingan dan
masukan hingga terselesaikannya skripsi ini.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak – pihak
terkait dalam pelaksanaan skripsi ini antara lain yang terhormat :
1. Bapak Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP. Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si. Dekan Fisip – UPN “Veteran” Jawa Timur
3. Bapak Juwito, S.sos, Msi. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.
4. Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, Msi. Sekertaris Program Studi Ilmu Komunikasi.
5. Expecialy for My Big Family Mama, Papa, Mbak Nindi, Dek Rendy, Ms Deka,
Viatun, Cece Arin, koko Arif, Mb Pe yang senantiasa mensupport dan memotivasi
penulis untuk semangat menyelesaikan segala tugas kuliah.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iii

6. Buat My Boo Briansyah Permana Putra yang selalu mensupport dan menemani
setiap kali mengerjakan skripsi ini.
7. For My Besties Ever Dewi, Sari, Anyuk, Nyak, Tika yang selama 6 tahun ini
banyak memberikan wejangan dan motivasi buat penulis.
8. Teman – teman yang membantu penelitian selama di kota Malang Mirza, Dimas,
Yuda, Adit, Dek Rika sehingga penyebaran kuesionernya ini berjalan lancar.
9. Keluarga besar Brother FC Papa, Mama, Kk Arvin, mb Ayu, Izam, Mb Anis,
Ndull Doni, yang selalu mendukung dan memberi masukan.
10. Buat Gank Huru – Hara Deby, Putri, Cintyong, Widhi, Cinpink, Angel, Lisa,
Burky, Ratih, Momo, Sapi, Iconk yang selalu memeriahkan suasana dikala
penulis suntuk.
11. Buat Amigos Club Lely. Wury, Leanda, Wida, Citra, Didi, Indra, Dandi, Yudo,
Fichi yang selalu menghiburku dan memberikan saran dan kritik sehingga
terselesaikan skripsi ini.
12. Special for Keluarga besar KINNE Komunikasi dan teman – teman seangkatan
seperjuangan Ryo, Dori, Dodo, Indri, Desi yang gak capek – capeknya memberi

semangat dan motivasi hingga skripsi ini terselesaikan.
13. Tak Lupa buat Alayers Mb Ade yang selalu memberikan bimbingan intensif dan
penulis repotkan dan juga, Mb Ajeng, Mb Ken, Cizz, Mas Zudi dan Atta yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iv

selalu menghibur dan memberi dorongan agar penulis semangat menyelesaikan
skripsi ini.
14. Dienan Silmy, Hanung Bramantyo dan segenap kru Sinemart Picture yang tidak
keberatan untuk memberikan data – data yang mendukung penelitian ini kepada
penulis.
Penulis masih menyadari akan banyaknya kekurangan dari skripsi ini. Penulis
berharap kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi teman – teman jurusan Ilmu
Komunikasi, semua pihak umumnya, serta bagi penulis khususnya. Terima Kasih.
Wassalam’alaikum Wr. Wb
Surabaya, 26 November 2011


Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

v

ABSTRAKSI
Citra Rani, 0843010069, Motif Remaja Dalam Menonton Film Tendangan
Dar i Langit ( Studi Deskr iptif Motif Remaja Dalam Menonton film
Tendangan Dari Langit di Kota Malang )

Perfilman Indonesia telah diramaikan oleh kehadiran beberapa sutradara
muda dan berbakat, yang turut pula menghadirkan tema film yang beragam. Salah
satu tema dan cerita film yang menarik bagi peneliti untuk dianalisi lebih
mendalam adalah film yang bertema sepak bola yaitu Film Tendangan dari Langit
(TDL). Hal ini muncul seiring dengan kompleksnya kebutuhan manusia, individu
yang mulai aktif dalam menentukan media yang dapat menjadi sarana untuk dapat
memenuhi kebutuha mereka.

Berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan media maka penelitian ini
menggunakan teori Uses and Gratifictions, yang menunjukan bahwa yang
menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan
perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan
sosial khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai
tujuan khusus. Kebutuhan tersebut yakni kebutuhan akan informasi, identitas
pribadi, integrasi & interaksi sosial, dan kebutuhan untuk melepaskan diri dari
kejenuhan (hiburan).
Penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental
sampling, yaitu mencari sampel secara kebetulan. Jadi setiap remaja yang ditemui
mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel atau responden dalam
penelitian. Penyebaran kuesioner dan wawancara dilakukan dengan berkunjung ke
berbagai lembaga pendidikan seperti SMA dan Perguruan Tinggi dan juga
Bioskop yang tersebar di kota Malang Raya.
Berdasarkan hasil dan pengolahan data yang didapatkan dari penyebaran
kuesioner maka dapat diketahui bahwa sebagian besar remaja penonton film
Tendangan Dari Langit yang didorong oleh motif kognitif, motif identitas
personal, motif integrasi dan interaksi sosial dan motif diversi dalam penelitian ini
tergolong pada kategori sedang. Kenyataan ini menunjukan bahwa pada dasarnya
remaja dalam menonton film TDL kebutuhan akan masing – masing motif hanya

sebagian saja yang terpenuhi. Sedangkan sebagian lainnya didorong oleh
keinginan yang bervariasi diantaranya karena sekedar iseng atau hobi tanpa
adanya motif yang mendorong remaja untuk menontonnya.

Keyword : Motif, Remaja, Film Tendangan Dari Langit

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan
sumber.
xiii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN J UDUL

…………………………………………

i

HALAMAN PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ...


ii

KATA PENGANTAR

…………………………………………

iii

…………………………………………………

vi

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL

………………………………………...
………………………………………………...


DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAKSI

viii
ix

…………………………………………

xii

…………………………………………………

xiii

BAB I PENDAHULUAN

…………………………………………

1.1


Latar Belakang Masalah

1.2

Perumusan Masalah …………………………………

13

1.3

Tujuan Penelitian

…………………………………

14

1.4

Kegunaan Penelitian …………………………………


14

BAB II KAJ IAN PUSTAKA
2.1

2.2

Landasan Teori

…………………………

1
1

…………………………………

15

………………………………….


15

2.1.1

Film Sebagai Komunikasi Massa

………….

15

2.1.2

Perkembangan Film Di Indonesia

………….

18

2.1.3

Pengertian dan Deskriptif Motif

………….

19

2.1.4

Teori Kebutuhan

………………………….

22

2.1.5

Teori Uses and Gratifications………………….

23

2.1.6

Remaja Sebagai Khalayak

………………….

25

2.1.7

Film Tendangan Dari Langit ………………….

27

Kerangka Berfikir

………………………………….

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan
sumber.
vi

29

BAB III METODE PENELITIAN …………………………………..
3.1

3.2

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………....

31
31

3.1.1

Definisi Operasional …………………………… 31

3.1.2

Pengukuran Variabel …………………………....

34

Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel………… 39
3.2.1

Populasi

…………………………………… 39

3.2.2

Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ………….. 39

3.3

Teknik Pengumpulan Data

3.4

Teknik Analisa Data ……………………………………. 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

……………………………. 41

……………………………. 43

4.1

Gambaran Umum Obyek Penelitian ……………………

43

4.1.1

Gambaran Umum Remaja Kota Malang

……………

43

4.1.2

Gambaran Umum Film Tendangan Dari Langit ………...

44

4.2

Penyajian Data dan Analisis Data

46

4.2.1

Identitas responden

4.2.2

Motif responden Menonton Film Tendangan Dari Langit . 49

4.2.2.1 Motif Kognitif

……………………

…………………………………… 46

…………………………………… 49

4.2.2.2 Motif Identitas Personal

…………………………… 58

4.2.2.3 Motif Interaksi dan Integrasi sosial ……………………

66

4.2.2.4 Motif Diversi …………………………………………....

72

4.2.3

4.2.4

Kategorisasi Motif Kognitif, Motif Identitas Personal,
Motif Interaksi dan Integrasi sosial, Motif Diversi ……..

81

Kategori Motif Secara Umum

……………………

86

…………………………....

88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan

……………………………………………

88

5.2

Saran ……………………………………………………

90

DAFTAR PUSTAKA

……………………………………………

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan
sumber.
vii

92

LAMPIRAN …………………………………………………………… 95

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan
sumber.
viii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masyarakat di negara berkembang menemukan radio dan film sebelum
mereka berhadapan dengan media cetak, dan demikian wajar jika kita berharap
apabila kedua media ini memiliki signifikasi dan gambaran yang sangat hidup
(vividness) bagi negeri – negeri tersebut, karena mereka tidak pernah berada di
sebuah negeri dimana media cetak sudah jauh berkembang sebelum kemunculan
media audio visual. (Schramm 1964 : 123)
Media massa yang akan di bahas pada penelitian ini adalah Media Film.
Film hadir sebagai bagian dari kebudayaan massa yang muncul seiring dengan
perkembangan masyarakat perkotaan dan industri. Film menjadi bagian dari
media massa yang modern dan budaya massa yang populer. Film merupakan
pernyataan budaya yang melakukan komunikasi pesan dari pembuat film kepada
penonton ke seluruh daerah atau nasional, bahkan dunia.
Film menyampaikan sebuah cerita yang berasal dari hasil karya pikiran
manusia, sama seperti halnya dengan bahasa. Cerita yang terdapat dalam sebuah
film sama halnya dengan sebuah cerita atau kisah hidup yang dimiliki oleh
seorang manusia. Ini sama artinya dengan story telling yang merupakan bagian
dari pengalaman budaya, yang tidak dapat dipisahkan dari pembuat film, karena
semuanya memiliki kaitan dan bersifat hakiki. (Karl 1991 : 1)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

2

Semakin maraknya perfilman Indonesia akhir-akhir ini bisa dikatakan
sebagai fenomena yang positif dalam industri film itu sendiri. Berdasarkan
pernyataan yang dirilis filmindonesia.or.id kini setidaknya hampir setiap minggu
bermunculan

judul-judul

film

baru

di

setiap

bioskop

yang

tersebar

seantero Indonesia. Hal itu juga yang membuat persaingan di industri film pun
kini semakin ketat. Demikian juga dapat memicu penonton untuk lebih selektif
lagi pada setiap judul yang ditawarkan.
Jalan satu-satunya terkadang promosi yang gencar di setiap media
(televisi,cetak ataupun radio) menjadi salah satu alternatif untuk menarik minat
penonton. Dilihat dari segi genre pun kini bisa dikatakan semakin beragam
walaupun selalu menghadirkan tema percintaan dan tetap horror yang menjadi
santapan utama di kancah perfilman Indonesia. Padahal tidak jarang tema-tema
lain yang berbumbu komedi pun harus disisipi diantara kedua tema tadi.
Setidaknya akan semakin beragam menu yang bisa dinikmati nantinya.
Produksi Film Indonesia mengalami pasang surut dari tahun ke tahun.
Sejak krisis ekonomi pada akhir 1997 dan awal 1998, produksi film Indonesia
mengalami penurunan. Tapi sejak tahun 2002 industri film Indonesia mulai
bangkit. Diawali dengan kemunculan Film Ada Apa Dengan Cinta. Jika dilihat
dari data dibawah ini mulai tahun 2002 jumlah produksi film naik menjadi 9 film.
Angka produksi tersebut terus naik hingga pada tahun 2005 dan 2006 menjadi 33
film. Kemudian pada tahun 2007 dan 2008 masih mengalami kenaikan masing
masing 53 film menjadi 75 film.(www.dapurfilm.com) diakses pada 5 Oktober
2011.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

Perfilman Indonesia telah diramaikan oleh kehadiran beberapa sutradara
muda dan berbakat, yang turut pula menghadirkan tema film yang beragam. Hal
ini didukung oleh adanya tolak ukur yang telah dimiliki masing-masing sineas
dalam memilih cerita yang akan diangkat dalam filmnya. Salah satu tema dan
cerita film yang menarik bagi peneliti untuk dianalisi lebih mendalam adalah film
yang bertema sepak bola yaitu Film Tendangan dari Langit (TDL).
Film bertemakan olah raga sepak bola muncul kembali setelah Garuda Di
Dadaku (2009). Sebelumnya film yang bertemakan sepak bola ini diantaranya
adalah The Conductor, Romeo dan Julian, The Viking vs The Jack, Garuda di
Dadaku.(www.komunitasfilm.org) di akses 24 Oktober 2011.
Fenomena yang menarik adalah bahwa film – film yang bertemakan
olahraga sepak bola TDL tersebut lahir ditengah gonjang-ganjing dan kisruh
kepengurusan PSSI yang tengah bergejolak menghadapi Kongres yang sudah
mengalami 2 kali deadlock serta ditengah keterpurukan prestasi Nasional yang
semakin jauh dari harapan para pencinta Bola di Indonesia, PSSI tak kunjung
bangkit dari tidur panjangnya.(Kompas (29/9))
Hanung Bramantyo sang sutradara Film TDL ini berfikir apapun yang
terjadi natinya di dunia sepak bola Indonesia, mau kena sanksi atau buruknya
tidak akan ada lagi, Film ini akan tetap eksis. Karena Film itu sifatnya menangkap
momen. Film ini akan di tonton sebagai sebuah nostalgia. Bisa menjadi
monument, misalnya bila tidak ada lagi akhirnya bahwa dulu pernah ada Irfan,
Kim yang pernah besar. Apalagi kalau ternyata di kemudian hari Irfan bisa
memberikan sumbangan berarti di dunia sepakbola. Sepak bola akan tetap

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

menarik menjadi tema hiburan, karena sepakbola adalah sebuah drama yang tidak
bisa diramalkan akhir dan endingnya. Makannya akan tetap menjadi sebuah
drama yang menarik.( http://www.kaskus.us/showthread.php?t=9734364) di akses
5 Oktober 2011
Hanung Bramantyo sang sutradara film TDL mengatakan “ Irfan Bachdim
buat saya sudah menjadi icon, icon anak muda dan bola. Dimana ini penting untuk
menarik minat masyarakat yang dulu tidak percaya sepak bola Indonesia. Dengan
sosoknya Irfan Bachdim, Gonzales, Bambang Pamungkas, Kim Kurniawan kita
jadi melihat kembali sepak bola Indonesia dalam sudut pandang yang berbeda.
Kita tidak bisa memungkiri, sebelum AFF, dimana ada Gonzales, Irfan Bachdim,
dll disitu menarik minat remaja – remaja Indonesia datang ke Gelora Bung Karno
dan melihat secara dekat. Dan fenomena itu penting bagi saya dan tentunya
bangsa sini, karena bola sudah mendapatkan kepercayaan kembali. Nah film ini
hadir untuk merespon kondisi itu, kondisi masyarakat yang mencintai bola.
Dimana kita berharap bola di Indonesia itu bisa menjadi tempat kita berteriak
bersama mencintai negeri ini. Kebetulan Irfan Bachdim sudah menjadi icon
remaja. Dan Irfan Bachdim dimiliki Persema. Itu aja, sesimpel itu. Kenapa harus
Irfan Bachdim bukan yang lain ?. Pertama Irfan Bachdim sudah menjadi icon
remaja. Dan itu penting buat saya, karena ke depan tidak ada tempat untuk anak –
anak muda kita meletakan nasionalisme, kecuali pertandingan sepakbola. Di
pertandingan sepakbola, kita bisa menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan
serempak, dengan enak, dengan jujur tanpa ada yang memaksa. Kita bisa
memekik

Indonesia

pada

saat

pertandingan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

bola

itu

di

gelar

“.

5

http://dapurfilm.com/2011/07/hanung-bramantyo-ingin-menginspirasi-anakmuda-lewat-film-tendangan-dari-langit/ di akses 25 juli 2011.
Film yang bertemakan olahraga sepak bola ini banyak diminati oleh
penonton khususnya para remaja. Film TDL ini telah menjadi favorit para remaja
di Kota Malang. Malang merupakan kota asal bintang Yosi kristanto yang
memerankan tokoh Wahyu. Selain tokoh utama dari kota Malang film ini juga
menggunakan Irfan Bachdim dan Kim kurniawan bintang dari PERSEMA sebagai
icon. Film ini juga bersetting di kota Malang dan Bromo, jadi bisa dipastikan
antusiasme warga malang terhadap film garapan Sinemart Picture ini sangat
tinggi. Selama pemutaran di kota Malang, film ini meraih penonton teringgi.
Bahkan mereka rela antri dari pagi untuk bisa menonton Film Tendangan dari
Langit. Selain film ini sangat berkualitas dan bisa di nikmati semua kalangan,
sosok Yosi Kristanto yang merupakan arek malang menjadi daya tarik tersendiri.
http://www.sinemart.com/new/News.php?select=berita&sub=terbaru&action=vie
w&bID=706 di akses 5 Oktober 2011.
Film TDL ini di sutradarai oleh Sutradara terkenal Hanung Bramantyo
yang di produksi oleh Sinemart Picture. Mengenai penokohan Film TDL ini
banyak diperankan oleh aktor maupun aktris senoior seperti Yati Surachman,
Agus Kuncoro. Muda seperti Jordi Onsu, Joshua suherman, Maudy Ayunda
budayawan Sudjiwo Tedjo, pemeran utama hasil audisi Yosie Kristanto,
pendatang baru non artis pesepak bola Irfan Bachdi, dan Kim Kurniawan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Film ini menceritakan tentang seorang remaja berusia 16 tahun bernama
Wahyu yang memiliki kemampuan luar biasa dalam bermain sepakbola. Ia tinggal
di Desa Langitan Lereng Gunung Bromo bersama ayahnya penjual minuman
hangat di kawasan wisata gunung api itu dan ibunya. Demi membahagiakan orang
tuanya, Wahyu memanfaatkan keahliannya dalam bermain bola dengan menjadi
pemain sewaan dan bermain bola dari satu tim desa ke tim desa lain dengan
bantuan Hasan, pamannya. Pak Darto ayah Wahyu tidak menyukai apa yang
dilakukan Wahyu.
Keahlian istimewanya tak sengaja dilihat oleh Coach Timo yang tengah
hiking bersama Matias di lereng Bromo. Timo kemudian menawari Wahyu untuk
dating ke Malang dan menjalani tes bersama Persema Malang. Berbagai ujian
dalam meraih kesempatan emas bermain bersama Irfan Bachdim dan Kim
Kurniawan di Persema Malang mendapat banyak halangan. Selain harus memilih
antara cintanya kepada Indah dan impiannya untuk bermain bola di jenjang yang
lebih tinggi, Wahyu juga harus mampu meyakinkan Pak Darto. Belum lagi
ternyata Hasan memiliki kepentingannya sendiri terhadap Wahyu.
Selain berbagai rintangan yang harus dihadapinya, layaknya seorang
pemain boola sebelum mencetak gol, wahyu juga harus mengahadapi tangtangan
terakhir dari dirinya sendiri. Sebuah penyakit yang biasa menyerang anak – anak
usia 16 tahun seperti Wahyu.
(http://www.sinemart.com/new/Movies.php?select=terbaru&sub=sinopsis&pID=1
66) di akses 5 Oktober 2011.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Film ini mengambil latar belakang alam Gunung Bromo. Joke detailnya
sangat terlihat sekali seperti ketika memperlihatkan penjual peci dan tasbih serta
kelakar si penjual warung kopi. Logat bahasa daerahnya sagat kental sehingga
membuat film ini semakin menarik untuk di tonton percakapannya terutama untuk
penonoton yang berasal dari daaerah yang sama yaitu Malang dan sekitar Jawa
Timur.
Film TDL menjadi film terlaris pada akhir bulan ini. Sebagaimana data
resmi yang dirilis Filmindonesia.or.id, hingga saat ini, dari sejumlah film
Indonesia yang masih beredar dan diputar di sejumlah layar bioskop di Indonesia,
film Tendangan dari Langit masih menjadi pengumpul penonton terbanyak.
Dengan jumlah penonton, sejak pertama kali pertama diputar mencapai angka
449.368 penonton. Diikuti berikutnya, film Di Bawah Lindungan Ka'bah
(434.056), Get Married 3 (410.354), Lima Elang (151.509), Kejarlah Jodoh Kau
Kutangkap (139.182), dan Mudik (8.294).
Meskipun demikian, secara keseluruhan, sebagaimana data resmi yang
dikeluarkan PPFI, Blitzmegaplex, produser film dan sumber-sumber lainnya.
Hingga tahun berjalan sampai bulan Agustus ini akan terus diperbarui setiap
Minggu. 10 film Indonesia peringkat teratas dalam perolehan jumlah penonton
pada tahun 2011 berdasarkan tahun edar film.
Pesan – Pesan yang dismpaikan film TDL ini di kemas sangat rinci dan
berkesinambungan antara scene ke scene. Diantaranya pesan mengenai tulisan “
Never Give Up “ yang dituliskan coach Timo di Poster bergambar Irfan Bachdim
milik wahyu menjadikan film ini Educationable . Pesan tentang persahabatan ini
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

terlihat pada keakraban antara pemain yang sangat dekat dan terbuka. Sedangkan
pesan persatuan terlihat pada bahasa keseharian yang mereka pakai. Unsur politik
yang menjadi kritikan orang – orang yang sering muncul di media saat ini juga
ada dalam pesan yang disampaikan film TDL ini. Yaitu pada cletukan Pak Darto
(Sudjiwo Tedjo) “ tidak mungkin menjadi pemain sepak bola, banyak club yang
mendatangkan pemain asing, yang gampang di negri ini Cuma jadi maling dan
koruptor.

Pesan yang paling dalam yang ingin disampaikan oleh Pembuat Film ini
adalah bahwa untuk meraih mimpi, setiap orang dapat mempersonafikasikan
dirinya dengan Idolanya untuk meraih harapan. Ditengah persepakbolaan kita
yang sedang merosot hampir sampai ketitik Nadir, akibat minimnya prestasi dan
gonjang-ganjing kepengurusan yang tak kunjung usai Film ini memang punya arti
yang dalam bagi Insan persepakbolaan kita.

Diseluruh pelosok Tanah air, di Sabang sampai Merauke, tak terkecuali
dilereng-lereng bukit yang terjal, di ditepian Danau, di lembah dan ngarai, pelosok
terpencil sekalipun bibit-bibit sepakbola bisa didapatkan asal saja para pembina,
pengurus, Manajemen dan pencinta Olahraga sepakbola kita bisa jeli membuka
kesempatan bagi bibit-bibit potensial dengan melakukan pembinaan secara dini
kepada anak-anak darimanapun berasal diseluruh Indonesia tanpa membedakan
asal, usul, dan usulan, tak mencampur adukkan antara sepakbola dengan politik
atau politik sepakbola untuk membobol gawang sendiri.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

Film TDL ini diharapkan memberikan motivasi dan inspirasi untuk para
remaja yaitu dengan kemasan menarik dan mengandung muatan – muatan yang
positif sehingga dapat memenuhi kebutuhan penontonnya. Sebagian besar remaja
di dunia ini hampir dapat dipastikan merupakan pecinta film. Terbukti dengan
antusiasme remaja ketika para kru dan pemain film mempromosikan filmnya di
kota – kota mereka tinggal. Maka dari itu film menjadi hal yang wajar ketika
diidentikan dengan para remaja.

Berdasarkan fenomena tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang
motif remaja dalam menonton film Tendangan Dari Langit yang di produksi oleh
Sinemart Picture. Peneliti menganggap film-film karya sutradara Hanung
Bramantyo berusaha mengangkat realitas tentang para pecinta sepak bola dan
issue – issue politik yang tengah di bicarakan oleh masyarakat yang diproyeksikan
ke dalam layar. Semangat yang terkandung dalam film ini akan dapat memotivasi,
menginspirasi dan memberi semangat kepada para penontonnya, bahwa segalanya
bukan tidak mungkin, merealisasikan mimpi tidaklah mustahil, tentunya dengan
kerja keras dan semangat yang membara, dengan semangat “Change and
Challenge” impian akan bisa menjadi kenyataan
Menonton film merupakan sebuah kebutuhan remaja. Adapun kebutuhan –
kebutuhan yang dapat mendorong seseorang untuk menggunakan media tertentu
antara lain adalah adanya kebutuhan akan informasi (kognitif), kebutuhan akan
hiburan (diversi), kebutuhan untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

penting dalam kehidupan khalayak itu sendiri (identitas personal) (Rahmat , 2001
: 66).
Kebutuhan

informasi ini merupakan

mengetahui keadaan lingkungan sekitarnya,

kebutuhan seseorang untuk
misalnya

informasi tentang

kebutuhan idolanya atau bahkan informasi mengenai tips – tips belajar dan
berbagai informasi lainnya. Individu juga memerlukan motif integrasi dan
interaksi social dalam kehidupan sehari – hari. Untuk identitas personal, seorang
butuh untuk menonjolkan dirinya terhadap orang lain, misalnya dengan
menonjolkan kelebihannya. Selain itu seorang individu terkadang membutuhkan
hiburan untuk melepaskan ketegangannya dari aktifitasnya sehari – hari.
Kebutuhan – kebutuhan itulah yang akhirnya menimbulkan motif
seseorang untuk menggunakan media tertentu, adapun menurut Thornburg
(Effendy, 2000 : 34) motif merupaka sesuatu yang menggerakkan tingakh laku,
selain itu motif memberikan arah bagi tingkah laku, motif juga dapat
menimbulkan intensitas dalam bertindak, serta merupakan kunci pemuas
kebutuhan. Motif dapat timbul karena adanya kebutuhan yang harus dipenuhi.
individu merespon kebutuhan tersebut dengan bertingkah laku, bertindak untuk
memenuhi kebutuhan tersebut melalui penggunaan media.
Motif kognitif dalam film TDL ini memberikan pengetahuan tentang tips
dan triks dalam bermain bola . Film ini juga memberikan pengetahuan tentang
proses seleksi pemain sepakbola profesional yang diselenggararakan oleh
PERSEMA. Mengetahui tentang usaha dan perjuangan yang dilakukan tokoh
utama demi menjadi pemain sepakbola profesional. Dilihat dari mata sang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

sutradara Hanung Bramantyo, remaja juga ingin mengetahui sisi Point of
Viewnya. Film ini juga memperlihatkan bagaimana kehidupan sosial budaya
masyarakat Tengger, Bromo. Namun permasalahannya adalah remaja pada usia
15 – 19 tahun mempunyai tingkat pengetahuan yang rendah tentang bagaimana
usaha dan perjuangan untuk menjadi pemain sepakbola profesional, dan mereka
tidak mengetahui bagaimana proses seleksi yang diselenggarakan oleh club – club
sepakbola

terbesar

di

Indonesia.

(http://dapurfilm.com/2011/07/hanung-

bramantyo-ingin-menginspirasi-anak-muda-lewat-film-tendangan-dari-langit/

di

akses 25 juli 2011
Motif identitas personal film TDL memberikan gambaran tentang nilai –
nilai pribadi yang penting bagi pribadi remaja, seperti menemukan model prilaku
atau Figure untuk dicontoh, menemukan pemahaman tentang menjalani realitas
social demi mendapatkan cita dan cinta, dapat menerapkan tips dan trik tersebut
dalam kehidupan sehari – hari. Permasalahannya, remaja cenderung untuk
memperkuat nilai – nilai pribadi yang di dominasi oleh teman, keluarga atau
media karena dalam mengidentitas diri, remaja di pengaruhi oleh orang lain
(Rakhmat,2005:100).
Motif Integrasi dan Interaksi Sosial, dengan menonton film TDL kita dapat
menemukan wacana tentang tampilan yang disajikan dalam film tersebut, seperti
kisah persahabatan yang di potretkan dalam film ini, bahasa keseharian yang
sangat merakyat untuk remaja Malang, dan perjalan tokoh utama yang penuh
halangan dan rintangan dalam meraih cita dan cintanya untuk menjadi bahan
pembicaraan

dengan

teman,

keluarga

maupun

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

orang

lain.

Namun

12

permasalahannya adalah remaja cenderung melihat apa yang sedang hangat
dibicarakan oleh masyarakat dan kemudian di gunakan sebagai bahan
pembicaraan

kepada

teman



temannya

agar

terlihat

exist.

(http://www.kulinet.com/artikel/fenomena+sosial+pergaulan+remaja/)
Motif diversi dalam menonton film TDL dapat memberikan hiburan
tersendiri bagi remaja karena dalam film ini ceritanya dikemas dengan menarik,
begitu pula para pemainnya. Ditampilkan pula para pemain yang masih fresh
seperti Joshua, jordi onus, dan Maudy Ayunda yang mempunyai daya tarik
tersendiri bagi para penontonya. Bahasa percakapan keseharian yang kocak dan
merakyat seperti perkataan yang menjadi khas Jawa Timur “ Jancok “ yang di
ucapkan berkali – kali oleh Pak Darto ayah dari tokoh utama akan memberikan
hiburan

tersendiri

bagi

para

penontonya.

(http://www.kaskus.us/showthread.php?t=9734364). Permasalahan

yang terjadi

dalam motif hiburan yang terjadi adalah remaja pada saat ini banyak disuguhkan
tontonan – tontonan yang tidak sehat seperti film – film yang berbau sex dan
pornografi. Untuk mencegah hal – hal yang tidak diinginkan banyak insane
perfilman menyuguhkan tontonan yang mempunyai unsur edukasi tinggi seperti
Tendangan

Dari

Langit

ini.

(sofia-

psy.staff.ugm.ac.id/files/remaja_dan_permasalahannya.doc )
Berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan media maka penelitian ini
menggunakan teori Uses and Gratifictions, yang menunjukan bahwa yang
menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan
perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

sosial khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai
tujuan khusus (Effendy, 2003:289). Model ini tidak tertarik pada apa yang
dilakukan media pada diri seseorang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan
seseorang terhadap media. Aggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan
media untuk memenuhi kebutuhannya.
Pada peneliian ini sampel yang akan diteliti adalah remaja karena memang
film TDL ini bergenre Remaja. Selain itu pada fase remaja merupakan masa
dimana mereka suka beraktifitas malam serta mempunyai tingkat keinginantahuan
yang tinggi terhadap sesuatu yang baru. Seperti yang dikataka oleh Monks et. Al
(2002 : 260) dalam bukunya Psikologi Perkembangan, bahwa remaja dibagi
menjadi tiga fase yaitu masa remaja awal (12 – 15 tahun). Masa remaja
pertengahan (16 – 18 tahun) dan masa remaja akhir (19 – 21 tahun). Istilah remaja
masih digunakan bagi mereka bahkan sampai usia 21 tahun, menunjukan bahwa
mereka masih pada tahap peralihan dari dunia remaja ke dunia dewasa.
Pada penelitian ini peneliti memilih lokasi di Malang. Pemilihan kota
Malang sebagai lokasi penelitian dikarenakan kota Malang adalah tempat lokasi
syuting dengan menggunakan icon PERSEMA club sepak bola dari Malang.
Selain itu pemeran utama dalam film ini berasal dari kota Malang sehingga dapat
dipastikan penonton terbanyaknya adalah para remaja di kota Malang karena
adanya proximity ( unsur kedekatan ) dari pemain utama dengan remaja kota
Malang.
1.2 Per umusan Masalah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diurikan di atas, maka
masalah yang diajukan adalah : “ Bagaimana motif remaja di kota Malang dalam
menonton film “Tendangan Dari Langit”?”.

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana motif
remaja di kota Malang dalam menonton film “ Tendangan Dari Langit “.

1.4 Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Secara Teoritis, penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran pada
ilmu komunikasi dalam hal motif yang mendorong remaja di kota Malang
dalam menonton film Tendangan Dari langit.
2. Kegunaan Praktis
Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pembanding antara teori yang didapatkan dari pengenalan belajar dibangku
kuliah dengan realitas empirik khususnya yang berkenaan dengan motif.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1

Landasan Teor i

2.1.1

Film Sebagai Media Komunikasi Massa
Film hadir sebagai bagian kebudayaan massa yang muncul seiring dengan

perkembangan masyarakat perkotaan dan industri. Film menjadi bagian dari
media massa yang modern dan budaya massa yang populer. Film di bioskop, film
di televisi ataupun film di kaset video, merupakan pernyataan budaya yang berada
dalam bingkai berbagai seni (seperti halnya teater, drama atau peran, tari, musik
dan sebagainya) yang melakukan komunikasi pesan kepada penonton yang berada
diseluruh daerah atau nasional, bahkan dunia.
Film menyampaikan sebuah cerita yang berasal dari hasil karya pikiran
manusia, sama seperti halnya dengan bahasa. Cerita yang terdapat dalam sebuah
film sama halnya dengan sebuah cerita atau kisah hidup yang dimiliki oleh
seorang manusia. Sebuah kisah dapat terbentuk dari masing-masing fungsi sosial
yang berbeda. Ini sama artinya dengan story telling yang merupakan bagian dari
pengalaman budaya, yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, karena
semuanya memiliki kaitan dan bersifat hakiki. Karena itu, narasi juga dapat
digunakan sebagai fungsi sosial yang mendasar, dan sangat diperlukan oleh
kelompok masyarakat (Tumer:78).
Film adalah potret dari masyarakat dimana film itu dibuat. Film selalu
merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
15
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

memproyeksikannya ke dalam layar (Sobur,2002:127). Ini menjadi salah satu
usaha yang dilakukan sebagian manusia untuk memiliki kenangan yang selalu
ingin di abadikan sepanjang hidupnya. Namun selalu ada waktu yang lamakelamaan akan menghapus kenangan tersebut dan kemudian itu tidak akan
menjadi abadi bagi siapapun, karena terdapat keterbatasan sebuah kenangan yang
ada dalam pikiran dan ingatan seseorang.
Menurut Victor C Mambor film sebagai dokumen kehidupan sosial sebuah
komunitas, akan mewakili realitas kelompok masyarakat pendukungnya itu. Baik
realitas dalam bentuk imajinasi maupun realitas dalam arti sebenarnya. Film
menunjukkan pada kita jejak-jejak yang ditinggalkan pada massa lampau, cara
menghadapi masa kini dan keinginan manusia terhadap masa yang akan datang,
sehingga dalam perkembangannya film bukan lagi sekedar usaha menampilkan
“citra bergerak” (moving images) namun juga telah di ikuti oleh muatan- muatan
kepentingan tertentu seperti politik, kapitalisme, hak asasi manusia atau gaya
hidup. Kehadiran sebuah film dapat memberi pengaruh yang beragam bagi
penontonnya. Sebuah film dapat memberikan pengaruh baik bagi penontonnya
atau bahkan sebaliknya, dapat memberi pengaruh buruk. Film mempunyai sifat
yang universal, sehingga film juga bisa mewakili citra atau identitas komunitas
tertentu,

dan

bahkan

bisa

membentuk

sebuah

komunitas

tersendiri.(

www.situskunci.tripod.com )
Menurut Hill dan Gibson dalam Studi Film (1998:34) sebuah film
diproduksi untuk ditampilkan kepada penonton, dan akan bertahan jika penonton
bisa menerimanya. Oleh karena itu pembuatan film, terdiri dari beberapa bagian

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

struktur yang kreatif dan mendidik. Film sebagai media massa yang dapat
mempengaruhi khalayak, tidak hanya berperan untuk menampilkan hiburan bagi
penontonnya, namun juga sebagai media penerangan dan pendidikan. Film dapat
memberi pengaruh yang besar bagi jiwa manusia, karena film diproduksi secara
mekanik, bukan hanya sekedar secara elektronik seperti halnya film televisi
(Effendy,1993:206). Hal ini bisa juga disebabkan karena suasana di gedung
bioskop yang dapat menyebabkan pesan yang ingin disampaikan dalam sebuah
film bisa lebih mudah untuk diterima secara personal.
Pengaruh film itu besar sekali terhadap jiwa manusia. Penonton tidak
hanya terpengaruh sewaktu atau selama duduk di dalam gedung bioskop, tetapi
terus sampai waktu yang cukup lama. Penonton film sering kali memposisikan
dirinya memiliki persamaan (mengidentifikasikan) seluruh pribadinya dengan
salah seorang pemain atau tokoh dalam film itu, seolah-olah dirinya dapat
memahami dan merasakan apa yang dipikirkan atau dialami oleh tokoh dalam
film tersebut, atau bahkan penonton akan merasa bahwa dirinya sendiri yang
sedang bermain dan berperan dalam cerita film yang ditontonnya itu (Effendy,
2003:208).
Menonton film merupakan sebuah kebutuhan remaja. Adapun kebutuhan –
kebutuhan yang dapat mendorong seseorang untuk menggunakan media tertentu
antara lain adalah adanya kebutuhan akan informasi (kognitif), kebutuhan akan
hiburan (diversi), kebutuhan untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang
penting dalam kehidupan khalayak itu sendiri (identitas personal) (Rahmat , 2001
: 66).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

2.1.2

Perkembangan Film di Indonesia
Perfilman Indonesia dalam pertumbuhannya tidak mengalami fase-fase

kelahiran kembali yang cukup kuat, karena perfilman kita itu tidak mampu secara
dinamis mencangkok aspek penemuan dan pertumbuhan sains, estetika, dan
teknologi, di satu sisi, dan kenyataan sosial, ekonomi, politik dan budaya yang
tumbuh dan hidup dalam masyarakat dewasa ini di sisi lain. Hal ini tercerminkan
dalam tema, karakter, jenis film, dan sebagainya (Garin,1998:142)
Semakin maraknya perfilman Indonesia akhir-akhir ini bisa dikatakan
sebagai fenomena yang positif dalam industri film itu sendiri. Kini setidaknya
hampir setiap minggu bermunculan judul-judul film baru di setiap bioskop yang
tersebar seantero Indonesia. Hal itu juga yang membuat persaingan di industri
film pun kini semakin ketat. Demikian juga dapat memicu penonton untuk lebih
selektif lagi pada setiap judul yang ditawarkan.
Jalan satu-satunya terkadang promosi yang gencar di setiap media
(televisi,cetak ataupun radio) menjadi salah satu alternatif untuk menarik minat
penonton. Dilihat dari segi genre pun kini bisa dikatakan semakin beragam
walaupun selalu menghadirkan tema percintaan dan tetap horror yang menjadi
santapan utama di kancah perfilman Indonesia. Padahal tidak jarang tema-tema
lain yang berbumbu komedi pun harus disisipi diantara kedua tema tadi.
Setidaknya akan semakin beragam menu yang bisa dinikmati nantinya.
Produksi Film Indonesia mengalami pasang surut dari tahun ke tahun.
Sejak krisis ekonomi pada akhir 1997 dan awal 1998, produksi film Indonesia

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

mengalami penurunan. Tapi sejak tahun 2002 industri film Indonesia mulai
bangkit. Diawali dengan kemunculan Film Ada Apa Dengan Cinta. Jika dilihat
dari data dibawah ini mulai tahun 2002 jumlah produksi film naik menjadi 9 film.
Angka produksi tersebut terus naik hingga pada tahun 2005 dan 2006 menjadi 33
film. Kemudian pada tahun 2007 dan 2008 masih mengalami kenaikan masing
masing 53 film menjadi 75 film.(www.dapurfilm.com).
Perfilman Indonesia telah diramaikan oleh kehadiran beberapa sutradara
muda dan berbakat, yang turut pula menghadirkan tema film yang beragam. Hal
ini didukung oleh adanya tolak ukur yang telah dimiliki masing-masing sineas
dalam memilih cerita yang akan diangkat dalam filmnya.
2.1.3

Penger tian dan Deskr iptif Motif
Menurut Gerungan, motif merupakan suatu pengertian yang mencakup

semua penggerak, alasan – alasan atau dorongan – dorongan dalam diri manusia
yang menyebabkan dia berbuat sesuatu. Disamping sebagai pendorong dari dalam
diri individu, motif juga mencakup pengertian tentang tujuan yang hendak
dicapai. Sehingga dapat dikatakan bahwa manusia berbuat sesuatu karena adanya
dorongan atau motif tertentu. Motif juga bertalian erat dengan suatu tujuan, suatu
cita – cita dalam artian semakin berharga suatu tujuan bagi yang bersangkutan,
semakin kuat pula motifnya. (Gerungan, 2002 : 40)
Motif tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan seseorang suatu organism
yang berbuat sesuatu, sedikit banyak ada kebutuhan didalam dirinya atau ada
sesuatu yang hendak dicapai. kebutuhan inilah yang menyebabkan timbulnya
motif yang mendorong aktifitas individu menggunakan media tertentu, artinya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan media karena
didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya (Gerungan, 2002 : 140142)
Dengan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia berbuat
sesuatu karena adanya dorongan atau motif, adapun menurut Purwanto Fungsi –
fungsi dari motif adalah sebagai berikut :
1. Motif sebagai pendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motif itu
berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi atau
(kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu suatu tugas.
2. Motif menentukan arah perubahan, yakni kearah perwujudan suatu tujuan atau
cita – cita.
3. Motif menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan – perbuatan
mana yang harus dilakukan, yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan
mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
(Purwanto, 1990 : 70)
Motif dapat timbul karena adanya kebutuhan – kebutuhan yang harus
dipenuhi oleh seseorang dan dalam pengklasifikasiannya ada beberapa kategori
dalam motif tetapi dalam penelitian ini digunakan kategori motif menurut
McQuail (2002 : 72) yaitu :
1.

Motif Informasi (Surveillance)
Motif ini berkenaan dengan individu untuk mencari berita atau informasi
tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat,
masyarakat dan dunia. Dorongan mencari konfirmasi untuk menentukan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

pendapat atau suatu pilihan, dorongan rasa ingin tahu, dorongan belajar serta
dorongan memperoleh rasa aman melalui pengetahuan yang didapat,
misalnya remaja di kota Malang ingin mengetahui tips dan triks dalam
bermain bola.
2.

Motif identitas pribadi (personal Identity)
Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk memperkuat atau
menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi. Khalayak
sendiri menemukan model perilaku, mengidentifikasi diri dengan nilai – nilai,
meningkatkan harga diri dan meningkatkan pemahaman diri, misalnya
menemukan model prilaku dari tokoh dalam film TDL yang menjadi inspirasi
buat mereka.

3.

Motif integrasi dan Interaksi sosial (Personal Relationship)
Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk berhubungan dengan
orang lain atau suatu nilai tertentu, didalam mempertahankan norma – norma
sosial. Motif ini didasarkan oleh adanya keinginan setiap individu untuk
berafiliasi, misalnya ingin menjadikan segala wacana yang di peroleh dari
menonton film TDL sebagai bahan pembicaraan dengan pasangan, teman,
keluarga atau orang lain.

4.

Motif Hiburan (Diversi)
Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk melepaskan diri dari
permasalahan atau ketegangan, dorongan bersantai, memperoleh kenikmatan
jiwa dan penyaluran emosi. Misalnya, remaja di kota Malang melihat film
TDL hanya untuk sekedar melihat para pemainnya yang menarik .

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

Berdasarkan motif – motif inilah yang kemudian mendorong individu
untuk memenuhi kebutuhannya dalam menonton film TDL. Jadi dalam penelitian
ini, penelitian hanya dibatasi pada motif yang mendorong individu untuk
memenuhi kebutuhan melalui film TDL.
2.1.4 Teor i Kebutuhan
Kebutuhan dapat di definisikan sebagai suatu kesenjangan atau
pertentangan yang dialami antara suatu kesenjangan dengan dorongan yang ada
dalam diri. Apabila pegawai kebutuhannya tidak terpenuhi maka pegawai tersebut
akan menunjukan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi
maka pegawai tersebut akan memperlihatkan perilaku yang gembira sebagai
manifestasi dari rasa puasnya.
Abraham Maslow mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia
adalah sebagai berikut (Mangkunegara, 2002):
1. Kebutuhan fisiologis, kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah
atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar.
2. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari ancaman,
bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup.
3. Kebutuhan untuk rasa memiliki, yaitu kebutuha untuk ditrima oleh kelompok,
berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai.
4. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk di hormati, dan dihargai
oleh orang lain.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

5. Kebutuhan

untuk

mengaktualisasikan

diri,

yaitu

kebutuhan

untuk

menggunakan kemampuan, skill, dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat
dengan menggunakan ide – ide memberi penilaian dan kritik terhadap sesuatu.
2.1.5

Teor i Uses and Gratifications
Teori ini menjelaskan bahwa sebenarnya khalayak adalah pihak yang aktif.

Model Uses and Gratification tidak tertarik pada apa yang dilakukan media
kepada diri orang lain, tetapi lebih tertarik kepada apa yang dilakukan orang lain
terhadap media. Anggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan media
untuk memenuhi kebutuhannya. (Rakhmat, 2001 : 65) jadi bisa dikatakan bahwa
pemilihan dan penggunaan media massa ditentukan oleh khalayak berdasarkan
kebutuhan – kebutuhan yang akan dipenuhi.
Model Uses and Gratification menunjukkan bahwa yang menjadi
permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku
khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial
khalayak (Effendy, 2000 : 209). Adapun asumsi – asumsi dasar dari model uses
and gratifications menurut Blummer dan Katz adalah :
1. Khalayak dianggap aktif, beararti sebagian penting dari penggunaan media
massa diasumsikan mempunyai tujuan.
2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan
pemenuhan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota
khalayak.
3. Media massa harus bersaing dengan sumber –sumber lain untuk memenuhi
kebutuhan khalayak. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

tantangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini dapat
terpenuhi oleh konsumsi media, ini tergantung pada perilaku khalayak yang
bersangkutan.
4. Banyak tujuan pemilik media massa menganggap orang cukup mengerti untuk
melaporkan kepentingan dan motif pada situasi – situasi tertentu. Dalam
asumsi ini tersirat bahwa komunikasi massa adalah berguna (Utility), bahwa
konsumsi media diarahkan oleh motif (intentionality), dan bahwa perilaku
media mencerminkan kepentingan dan preferensi (selectivity), juga bahwa
khalayak sebenarnya keras kepala (stubborn).
5. Penilaian tentang arti cultural dari media massa harus ditangguhakn sebelum
diteliti terlebih dahulu orientasi khalayak. (Rakhmat, 2001 : 65)
Secara umum Katz, Gueviricth dan Haas dalam Effendy (2003:294)
berkeyakinan terhadap tipologi kebutuhan manusia yang berkaitan dengan media
yang di klasifikasikan dalam lima kelompok yaitu :
1. Conitive needs ( Kebutuhan kognitif ) adalah kebutuhan yang berkaitan dengan
peneguhan informasi, pengetahuan, dan pemahaman mengenai lingkungan.
2. Affective needs ( kebutuhan afektif )adalah kebutuhan yang berkaitan dengan
peneguhan pengalaman – pengalaman estetis, menyenangkan, dan emosional.
3. Personal Integrative needs ( kebutuhan pribadi secara integratif ) adalah
kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan,
stabilitas, dan status individual. Hal – hal tersebut di peroleh dari hasrat akan
harga diri.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

4. Sosial integrative needs ( kebutuhan sosial secara integratif ) kebutuhan yang
berkaitan dengan peneguh kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal – hal
tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.
5. Escaipst needs ( kebutuhan pelepasan ) adalah kebutuhan yang berkaitan
dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan, dan hasrat akan
keanekaragaman

Dokumen yang terkait

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM FILM ”TENDANGAN DARI LANGIT” (Kajian Semiotik Dalam Perspektif PPKn) Pendidikan Karakter Dalam Film ”Tendangan Dari Langit” (Kajian Semiotik Dalam Perspektif PPKn).

0 0 14

PENDAHULUAN Pendidikan Karakter Dalam Film ”Tendangan Dari Langit” (Kajian Semiotik Dalam Perspektif PPKn).

0 1 9

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM FILM ”TENDANGAN DARI LANGIT” (Kajian Semiotik Dalam Perspektif PPKn) Pendidikan Karakter Dalam Film ”Tendangan Dari Langit” (Kajian Semiotik Dalam Perspektif PPKn).

0 2 17

“MOTIF PEMIRSA MENONTON ACARA “X-FACTOR INDONESIA” (Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Menonton Acara “X-Factor Indonesia” di RCTI).

2 3 118

MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON PROGRAM ACARA DOKUMENTER ”PARADISO” DI TRANS7 ( Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara Dokumenter “PARADISO“ di TRANS7 ).

0 0 98

MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON PROGRAM ACARA DOKUMENTER "PARADISO" DI TRANS7 ( Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara Dokumenter "PARADISO" di TRANS7 ).

0 0 98

MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON FILM KATA MAAF TERAKHIR ( STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF MENGENAI MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON FILM KATA MAAF TERAKHIR ).

3 5 91

MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON FILM KATA MAAF TERAKHIR ( Studi Deskriptif kuantitatif mengenai motif remaja Surabaya menonton film kata maaf terakhir ) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN “ VETERAN:

0 0 26

MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON PROGRAM ACARA DOKUMENTER "PARADISO" DI TRANS7 ( Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara Dokumenter "PARADISO" di TRANS7 )

0 0 25

MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON PROGRAM ACARA DOKUMENTER ”PARADISO” DI TRANS7 ( Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara Dokumenter “PARADISO“ di TRANS7 )

0 0 25