MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON FILM KATA MAAF TERAKHIR ( STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF MENGENAI MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON FILM KATA MAAF TERAKHIR ).

(1)

MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON FILM KATA MAAF TERAKHIR ( Studi Deskriptif kuantitatif mengenai motif remaja Surabaya menonton

film kata maaf terakhir ) SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN “ VETERAN: JAWA TIMUR

Oleh :

MAYA RATNA DEWI NPM. 0543010206

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


(2)

Alhamdulillah Hi Rabbil Alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat berupa kesehatan, kesempatan, serta ilmu sehingga tidaklah kita menjadi makhluk yang tiada bermanfaat. Shalawat serta salam juga tertuju pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang karena jasa beliaulah kita semua dapat manjadi manusia yang sempurna dengan kesempurnaan

Kebanggan penulis bukanlah pada selesai nya skripsi ini, melainkan kemenangan ini dapat dicapai tidak lepas dari bantuan berbagai pihak selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis wajib mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Hj. Suparwati, M.Si Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Juwito S.Sos.Msi Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dra.Saifuddin Zuhri.Msi, dosen pembimbing yang telah banyak memberikan waktu dan bimbingannya.

4. Papa ,Mama, dan keluarga besar yang setiap hari tiada henti memarahi dan memberikan pencerahan pada penulis untuk segera menyelesaikan proses penelitian yang di buat oleh penulis.

5. Victorio terima kasih atas pencerahan dan bantuan yang udah coret – coret skripsi penulis hingga selesainya proses penelitian.


(3)

6. Someone spesial yang dulu pernah ada, terima kasih ada doa dan semangat nya penulis akan selalu mengingatnya.

7. Sahabat – sahabat ku(be3;Silvy, Emi), in the gank ( Basori, Bagus, Aming, Meynarde, Gandoel) , Anak Agung Mahendra ( Shapire).

8. Mas Yudi( yang selalu aku cuekin selama 4bulan lalu, Maafin Q yhuah ^_^) Sapto en Bagus ayo cepetan ngejar nya… !!!mereka yang selalu ada dan memberikan support pada penulis hingga terselesaikan nya skripsi yang dibuat oleh penulis.

9. Buat D’gank ( Ayu, Sari,Dea en mami Mila….) ayo mari kita selalu b’sama saat kesusahan..wkwkkwkwkwkw..miss u beibz…

10.Mas Iful( kang mas ku yang puaaliinggg baeekk hati), Novan, Fikky yang selalu menjadi teman, memberikan semangat, dan membuat penulis tak pernah berhenti tertawa dan tersenyum. Terima kasih atas kasih sayang dan waktu yang seutuhnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun besar harapan bahwa skripsi ini Insya Allah akan berguna bagi semua pembaca, khususnya teman – teman program studi Ilmu Komunikasi.

Surabaya , Februari 2010

Penulis


(4)

Halaman Judul ……….…. i

Halaman Pengesahan ……….…ii

Kata pengantar ……….…… iv

Daftar Isi ……….…….. v

Daftar Gambar ……….…… vii

Daftar Tabel ……….… viii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Perumusan Masalah ……… 13

1.3 Tujuan Penelitian ……… 14

1.4 Kegunaan Penelitian ……… 14

BAB II : LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori ……….. 15

2.1.1 Film sebagai Komunikasi Massa ……… 15

2.1.2 Film sebagai Realitas Sosial ……….…17


(5)

2.1.3 Khalayak sebagai Penggemar Film di Indonesia ……….17

2.1.4 Teori Kebutuhan Terhadap Media Massa ………19

2.1.5 Motif ……….………21

2.1.6 Remaja ……….……… 22

2.1.7 Film Kata Maaf Terakhir ……….………..……25

2.1.8 Kata Maaf Terhadap Remaja ………...…… 27

2.1.9 Teori Uses and Gratifications ………... 30

2.2 Kerangka Berpikir ……….. 33

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran variabel ……… 36

3.1.1 Definisi Operasional ………36

3.1.2 Pengukuran Variabel ………38

3.2 Populasi, Sampel dan Tekhnik Penarikan Sampel ……… 42

3.2.1 Populasi ………42

3.2.2 Sampel dan Tekhnik Penarikan Sampel ……… 42

3.3 Pengumpulan data ………. 44

3.4 Metode Analisis Data ………. 44


(6)

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian dan Penyajian Data ………..48

4.1.1 Gambaran Umum Film Kata Maaf Terakhir ………...48

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data ………..48

4.2.1 Identitas Responden ……….……….. 49

4.2.1.1. Jenis Kelamin ………..……….. 49

4.2.1.2. Status Pendidikan ……….……… 50

4.2.2 Penggunaan Media ……….…….… 51

4.2.2.1 Frekuensi Responden dalam Menonton film Kata Maaf Terakhir…………...… 51

4.2.2.2 Tujuan Responden Menonton Film Kata Maaf Terakhir ……….………..53

4.2.2.3 karakteristik responden denga hasil survey bioskop di surabaya ………….…54

4.2.3 Motif Remaja Surabaya Menonton Film Kata Maaf Terakhir di Bioskop …... 55

4.2.3.1 Motif Kognitif …………..………. 55

4.2.3.2. Motif Identitas Personal……….……. 60

4.2.3.3. Motif Diversi ………..………..………... 65


(7)

4.3. Kategori Secara Umum ………..…..……… 70

4.3.1. Motif Kognitif ……….………..…….… 70

4.3.2. Motif Identitas Personal………...… 71

4.3.3. Motif Diversi …...……….………..72

4.4 Pembahasan ……… 74

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ………..74

5.1. Kesimpulan ……….………74

5.2. Saran ……….……75

Daftar Pustaka ……….……….76

Lampiran ……….. 77


(8)

(9)

DAFTAR GAMBAR


(10)

Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan usia …….……… 48 Tabel 4.2 Karakteristik Rsesponden Berdasarkan Jenis Kelamin…………...…….…….49 Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Tingkat Pendidikan …………. 50 Tabel 4.4 Karakteristik Responden menonton Film Kata Maaf Terakhir……….52 Tabel 4.5 Karakteristik Tujuan Responden menonton Film Kata Maaf Terakhir .……..53 Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Hasil surver Bioskop Surabaya ….… 54 Tabel 4.7 Ingin memperoleh wawasan atau pengetahuan baru tentang film Kata Maaf

Terakhi di Indonesia ………. 56 Tabel 4.8 Ingin Mendapatkan Informasi Cerita Tentang Keterbelakangan Keluarga Yang Memiliki Konflik Di Indonesia ……….57 Tabel 4.9 Ingin mendapatkan informasi dan pesan moral dalam film Kata Maaf Terakhir

di Bioskop……… 58 Tabel 4.10 Ingin mendapatkan informasi minat umum dan tentang keluarga harmonis..59 Tabel 4.11 Ikut – ikutan Tetangga atau Teman yang menonton Film Kata Maaf Terakhir di Bioskop ………. 61 Tabel 4.12 Ingin mendiskusikan tentang Tampila Cerita Maupun tokoh dalam Film Kata

Maaf Terakhir di Bioskop ………..62 Tabel 4.13 Ingin menjadikan segala informasi yang diperoleh dari menonton film Kata

Maaf Terakhir sebagai bahan pembicaraan dengan Teman, Tetangga atau Orang Lain ………63 Tabel 4.14 Untuk mendapatkan Manfaat dari Kata Maaf Terakhir di bioskop Sehingga


(11)

Tabel 4.15 Mencari Hiburan ……….65

Tabel 4.16 Mengisi waktu Luang ………. .. 67

Tabel 4.17 Bersantai sambil menikmati film Kata Maaf Terakhir……… 68

Tabel 4.18 Melepaskan dari kejenuhan ………….……….. 69

Tabel 4.19 Tingkat Motif Kognitif Remaja Surabaya Menonton film Kata Maaf Terakhir………. 70

Tabel 4.20 Tingkat Motif Identitas Personal Remaja Surabaya Menonton Film Kata Maaf Terakhir di Bioskop ………. 71

Tabel 4.21 Tingkat Motif Diversi Remaja Surabaya Menonton Film Kata Maaf Terakhir ………73


(12)

MAYA RATNA DEWI, MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON FILM KATA MAAF TERAKHIR ( STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF MENGENAI MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON FILM KATA MAAF TERAKHIR )

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motif remaja Surabaya menonton film kata maaf terakhir. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menyumbang gambaran tentang motif remaja Surabaya terhadap suatu pertunjukkan, film khususnya, serta mengajak pada remaja Surabaya terhadap suatu tayangan film, khususnya bioskop, serta mengajak para masyarakat untuk bisa lebih selektif dalam menyaksikan tayangan bioskop.

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini film sebagai media komunikasi massa, remaja Surabaya adalah penonton film, film kata maaf terakhir, serta motif yang di gunakan pada remaja Surabaya untuk menonton. Penelitian ini menggunakan teori uses and gratification, dengan memberikan penyelesaian suatu masalah untuk mengubah sikap dan khalayak dengan memenuhi kebutuhan pribadi dan adanya pemahaman. Sehingga teori ini adalah khalayak aktif sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus. Jadi jelaslah penggunaan media massa karena di dorong oleh motif – motif tertentu. Sehingga seseorang ingin mencari kesenangan, media massa dapat memberikan hiburan. Dan jika seseorang kesepian, maka media massa dapat berfungsi sebagai sahabat.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan tipe penelitian deskriptif, yaitu untuk mengetahui motif remaja Surabaya menonton film kata maaf terakhir. Pengukuran untuk mengetahui motif ini menggunakan modifikasi model skala Likert melalui skor – skor yang telah di tentukan. Jumlah sample penelitian ini didapat sebanyak 100 remaja dan penarikan sample dengan menggunakan tekhnik sampling kebetulan ( accidental sampling). Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini memilih siapa saja yang kebetulan di jumpai untuk di jadikan sample. Tekhnik ini di gunakan, antara lain karena peneliti merasa kesulitan untuk memenuhi responden atau karena topic yang di teliti untuk memenuhi responden atau karena topic yang di teliti adalah persoalan umum di mana semua orang mengetahuinya.

Teori yang membahas tentang motif interaksi sosial, motif kognitif, motif diversi adalah motif Blummer. Kelemahan pada penelitian ini adalah film ini telah di putar setahun lalu. Sehingga , responden yang di gunakan adalah responden yang pernah menonton film Kata Maaf Terakhir. Hingga akhirnya peneliti tidak mengetahui motif yang ada pada penonton yang mengembangkan kreatifitas yang telah terinspirasi oleh film Kata Maaf Terakhir.

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini bahwa remaja surabaya di dominasi motif kognitif, motif interaksi sosial, motif diversi. Saran yang diberikan bagi penonton film Kata Maaf Terakhir agar dapat mengambil segala hikmah dari sisi positif sehingga manfaat menonton suatu tayangan akan semakin terasa oleh penontonnya.


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan manusia tidak bisa lepas dari komunikasi massa. Baik disadari maupun tidak disadari oleh manusia. Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan atau pesannya disalurkan melalui media massa. Media massa sangat penting kehadirannya karena keunggulannya dalam menyajikan berbagai informasi kepada khalayak secara cepat dan luas.

Khalayak membutuhkan media massa berdasarkan motif – motif tertentu, karena itu media massa berusaha memenuhi kebutuhan sosial khalayak tersebut. Media yang mampu memuaskan khalayaknya adalah media yang efektif ( Subiakto, 2003: 3 ). Schram dan Robert menyatakan bahwa suatu audience yang sangat aktif mencari apa yang mereka inginkan , menolak isi media dan pesan yang tidak sesuai serta menguji pesan media atau membandingkan isi media lainnya ( Lilik, 2001:3). Kehadiran media massa merupakan salah satu gajala yang menandai kehidupan masyarakat modern sekarang ini. Ketergantungan masyarakat pada media dapat di lihat dari semakin meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat terhadap berbagai bentuk media dan munculnya media baru yang menawarkan banyak pilihan pada khalayaknya.

Komunikasi yang digunakan peneliti sosial dengan sasaran komunikasi yang di tujukan atau di arahkan ke dalam “ komunikasi massa”. Komunikasi massa yaitu komunikasi yang di tujukan kepada massa atau komunikasi yang menggunakan media


(14)

massa. Komunikasi massa sangat efektif karena dapat menjangkau daerah yang luas dan audience yang praktis tak terbatas. Sumber komunikasi massa pada umumnya adalah orang besar yang memikul biaya besar untuk membuat dan menyampaikan pesan – pesan komunikasi massa bersifat terbuka( setiap orang dapat menerimanya ). Komunikasi massa berlangsung ke dalam suatu konteks sosial mempengaruhi media. Dengan kata lain, terjadi hubungan transaksional antara media dan masyarakat ( Devito, 1997:507). Salah satu media yang dipilih oleh peneliti adalah media massa. Media massa adalah media yang di gunakan untuk komunikasi massa, karena sifatnya yang massa( Widjaja, 2005: 35)

Media massa itu sendiri dibedakan menjadi dua yaitu:

- Media elektronik yang terdiri dari : audio ( radio dan audio visual / televisi )

- Media cetak yang terdiri dari : Koran( surat kabar), majalah dan tabloid ( Sari , 1993:25)

Pada abad 21 ini perkembangan teknologi komunikasi dan informasi membuat media massa menjadi sangat penting dalam kehidupan masyarakat modern. Kehadiran media elektronik juga semakin nyata di tandai dengan kehadiran bioskop, yitu film layar lebar yang di komersilkan pada khalayak

Film merupakan salah satu media komunikasi massa. Sesuai dengan UU No. 8 th 1992 tentang perfilman Nasional dijelaskan bahwa film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar, yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, yang


(15)

3

ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, dan elektronik. ( Dewan Film Nasional, 1994 )

Film merupakan komunikasi melalui media massa modern. Film hadir sebagai bagian kebudayaan massa yang muncul seiring dengan perkembangan masyarakat perkotaan dan industri, sebagai bagian dari budaya massa yang popular. Sebagai media, film tidak bersifat netral, pasti ada pihak – pihak yang mendominasi atau terwakilli kepentingannya dalam film tersebut. Film adalah seni yang sering dikemas untuk di jadikan komoditi dagang, karena film adalah potret dari masyarakat, yang dikemas untuk menimbulkan efek kedekatan yang sering terjadi.

Film juga di anggap sebagai mirror of reality, yang menurut Victor C. Mambor film juga merupakan dokumen kehidupan social sebuah komunitas. Film menunjukkan kepada kita jejak – jejak yang ditinggalkan pada masa lampau, cara menghadapi masa kini, dan keinginan manusia, terhadap masa yang akan datang. Sehingga dalam perkembangan film bukan lagi sekedar usaha menampilkan “ citra bergerak “ ( moving image ), namun juga telah diikuti muatan – muatan kepentingan tertentu seperti politik, kapitalisme, hak asasi manusia, atau gaya hidup . ( http :// kunci.or.id/teks/victor2.html)

Film juga dikemas dualisme sebagi refleksi atau sebagai representasi masyarakat. Memang sebuah film juga dapat merupakan refleksi atau representasi kenyataan, sebagai refleksi kenyataan. Sebuah fim itu hanya bisa memindahkan kenyataan ke luar tanpa mengubah kenyataan tersebut, missal film dokumentasi, upacara kenegaraan atau film dokumentasi peristiwa perang, sedangkan sebagai representasi kenyataan berarti film tersebut dapat menghadirkan kembali kenyataan berdasarkan kode – kode, konvensi – konvensi dan Indonesia dari kebudayaannya. ( Sobur,2003 : 128 )


(16)

Keberadaan film di tengah masyarakat mempunyai makna yang unik di antara media komunikasi lainnya, selain di pandang sebagai media komunikas yang efektif dalam penyebarluasan ide dan gagasan, film juga merupakan media ekspresi seni yang memberikan jalur pengungkapan kreatifitas, media budaya yang melukiskan kehidupan manusia dan kepribadian suatu bangsa. Perpaduan kedua hal tersebut menjadikan film sebagai media yang mempunyai peranan penting di masyarakat. Di satu sisi, film dapat memperkaya kehidupan masyarakat dengan hal – hal yang baik dan bermanfaat, namun di sisi lain film dapat membahayakan masyarakat. Film yang mempunyai pesan untuk menanamkan nilai pendidikan merupakan salah satu hal yang baik dan bermanfaat, sedangkan film yang menampilkan nilai –nilai yang cenderung di anggap negatif oleh masyarakat seperti kekerasan, realisme, dikriminasi, dan sebagainya akan membahayakan jika diserap oleh audience dan diaplikasikan dalam kehidupannya.

Untuk mengembangkan budaya intelektual dalam film diperlukan proses. Proses itu melibatkan sumber daya manusia, sumber dana, dan penguasaan teknologi di luar proses pembuatan film itu sendiri. Hal ini bisa terwujud dalam sebuah tema yang di angkat oleh para insan film dan bagaimana mewujudkan tema itu sebagai sebuah film yang bermutu, sehingga penikmat film bisa mendapatkan nilai budaya dan sosial yang tersirat di dalamnya.

Industri film Indonesia sering mengalami masa jatuh bangun. Terlepas dari masalah krisis ekonomi yang pernah terjadi di Indonesia, minat penonton terhadap film karya sineas negeri sendiri yang kurang mempertimbangkan isi film dan mutunya. Hal ini yang membuat penonton lebih tertarik pada film barat.


(17)

5

Sementara pada proses pertumbuhan film Indonesia tidak mengalami proses kelahiran kembali, yang awalnya dicap rendahan menjadi sesuai dengan nilai-nilai seluruh lapisan masyarakat, termasuk kelas menengah ke atas, juga intelektual dan budayawan.

Film merupakan media komunal dan cangkokan dari berbagai teknologi dan unsur-unsur kesenian. Ia cangkokan dari perkembangan teknologi fotografi dan rekaman suara. Juga komunal berbagai kesenian baik seni rupa, teater, sastra, arsitektur hingga musik. Maka kemampuan bertumbuh film sangatlah bergantung pada tradisi bagaimana unsur-unsur cangkokan teknologi dan unsur seni dari film -yang dalam masyarakat masing-masing berkembang pesat- dicangkok dan dihimpun. Dengan demikian tidak tertinggal dan mampu bersaing dengan teknologi media, dan seni lainnya. http://www.geocities.com/Paris/7229/film.htm diakses pada tanggal 04 september 2009, jam 20.14

Perfilman Indonesia mulai bangun dari keterpurukan sekitar tahun 2000 dengan munculnya film Petualangan Sherina, yang disambut antusias oleh masyarakat. Kemudian disusul dengan kemunculan film Ada Apa Dengan Cinta yang bergenre percintaan remaja yang mampu menarik respon masyarakat. Sabagai awal kebangkitan perfilman Indonesia yang sedang lesu. Dari banyaknya film yang muncul, sebagian besar mengangkat gaya hidup anak muda masa kini, karena remaja sebagai konsumen terbesar dalam industri perfilman Indonesia. Perfilman Indonesia pernah mengalami krisis hebat ketika Usmar Ismail menutup studionya tahun 1957, pada tahun 1992 terjadi lagi krisis besar. Tahun 1991 jumlah produksi hanya 25 judul film (padahal rata-rata produksi film


(18)

nasional sekitar 70 - 100 film per tahun), yang menarik, krisis kedua ini tumbuh seperti yang terjadi di Eropa tahun 1980, yakni tumbuh dalam tautan munculnya industri cetak raksasa, televisi, video, dan radio. Didukung pula oleh kelembagaan distribusi pengawasannya, melahirkan mata rantai penciptaan dan pasar yang beragam sekaligus saling berhubungan, namun juga masing-masing tumbuh lebih khusus. Celakanya, di Indonesia dasar struktur dari keadaan tersebut belum siap. Seperti belum efektifnya jaminan hukum dan pengawasan terhadap pasar video, untuk menjadikannya pasar kedua

perfilman nasional setelah bioskop.

Faktor yang mempengaruhi rendahnya mutu film nasional salah satunya adalah rendahnya kualitas teknis karyawan film. Ini disebabkan kondisi perfilman Indonesia tidak memberikan peluang bagi mereka yang berpotensi untuk berkembang.

Penurunan jumlah film maupun penonton di Indonesia sudah memprihatinkan, jumlah penonton dalam skala nasional tahun 1977/78 - 1987/88 tercatat 937.700.000 penonton dan hingga tahun 1992 menurun sekitar 50 persen. Bahkan di Jakarta dari rata-rata 100.000 - 150.000 penonton, turun menjadi 77.665 penonton tahun 1991. Demikian juga dengan jumlah film, dari rata-rata 75 - 100 film pertahun, tahun 1991 / 92 menurun lebih daripada 50 % tahun 1993 surat izin produksi yang di keluarkan Deppen RI, sampai bulan Mei baru tercatat delapan buah film nasional untuk diproduksi. http://www.geocities.com/Paris/7229/film.htm diakses pada tanggal 04 september 2009, jam 20.14

Dalam peraturan pemerintahan Republik Indonesia no 23 tahun 1994 tentang pelaksanaan Serah Sumpah dan Pengelolaan Rekam Film Cerita atau film dokumenter


(19)

7

dijelaskan bahwa karya film cerita atau film documenter pada dasarnya merupakan salah satu karya budaya bangsa sebagai perwujudan, cipta, karya, karsa manusia serta mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang pembangunan pada umumnya, khususnya pembangunan pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta penyebaran informasi.

Saat ini banyak film bertema drama religi keluarga salah satunya yaitu Kata Maaf Terakhir. Film “ Kata Maaf Terakhir “ merupakan film drama religi keluarga yang di buat oleh sutradara Maruli Ara.

Sebuah film drama keluarga, lengkap dengan konflik dan persahabatan, yang merupakan kekerasan psikologi yang sukar dilupakan. Dimana pada akhirnya, maaf bukan sebuah kata yang mudah diucapkan. Bagaimana juga maaf adalah sesuatu yang penting dinyatakan dengan tulus, bukan hanya sebagai upacara ritual tahunan pada hari Lebaran, tetapi juga sebagai penyembuh jiwa.

DARMA (Tio Pakusadewo), seorang perokok berat, didiagnosis menderita kanker paru-paru stadium IV sehingga kemungkinan akan menjalani bulan terakhir kehidupannya pada Ramadan tahun ini.

Darma (Tio Pakusadewo) sedang menjalani bulan terakhir kehidupannya. Oleh karenanya ia membuat daftar hal-hal yang harus dilakukannya. Salah satu keinginannya yang paling sulit adalah memperoleh maaf dari ibu anak-anaknya, Dania (Maia Estianty), putra sulungnya, Reza (Ade Surya Akbar) dan putrinya, Lara (Rachel Amanda). Darma tahu, dia telah melukai mereka sedemikian dalamnya, hingga rasanya tak mungkin


(20)

mereka akan bisa memaafkannya. Enam tahun yang lalu, Darma meninggalkan Dania, istrinya dan kedua anaknya, Reza dan Lara, karena menghamili Alina (Kinaryosih), sahabat Dania.

Darma tahu bahwa keluarganya sangatlah terpukul akan kejadian tersebut. Oleh karena itu selama ini, setiap Lebaran, dia tak pernah mencoba untuk datang menemui mereka. Darma tidak sanggup jika harus menghadapi kemarahan keluarganya.

Namun maaf dari Dania yang belum didapatnya. Berbagai cara dilakukan Darma, Hingga suatu saat secara tak sengaja Darma bertemu dengan Lara. Ia berusaha keras mendekati Lara. Lara yang awalnya bimbang akhirnya luluh akan keinginan ayahnya. Karena jauh di dalam hatinya ia sangat merindukan peristiwa ini, di mana ia bisa bercengkrama kembali dengan ayahnya. Darma pun menyampaikan kondisi yang sedang dihadapinya. Lara pun mengalami dilema, karena di dalam hatinya ia ingin memenuhi keinginan ayahnya.( http://www.kapanlagi.com/a/kata-maaf-terakhir.html ) di akses 06 september 2009.

Lain halnya dengan Reza, ia marah luar biasa terhadap ayahnya sehingga tak mengakui bahkan menganggapnya tidak punya ayah. Sedangkan Dania, sebenarnya ia masih peduli atau merasa trauma untuk memulai hidup baru. ( http://www.kapanlagi.com/a/kata-maaf-terakhir.html ) di akses 06 september 2009.

Peneliti memilih film ini untuk di jadikan obyek penelitian , karena terdapat pesan moral yang untuk semua orang dan bagi peneliti juga. Karena setiap orang berbeda – beda tentang mengatakan kata maaf. Kata `Maaf` adalah sebuah kata yang sangat susah


(21)

9

untuk diucapkan kepada orang lain secara tulus,tapi jika mampu melakukannya tentunya akan membuat hati anda dan orang yang dimintai maaf akan jadi lega, memang kata Maaf bukan sekedar ucapan yang mudah meluncur dari mulut setiap kita melakukan kesalahan, atau satu penyesalan mendalam atas kesalahan yang harus kita tunaikan dengan ikhlas. Peneliti memilih film tersebut adalah bentuk dan cita rasa dan sikap yang berbeda – beda dalam bentuk permintaan maaf.

Untuk memperkuat suasana konflik tersebut, penulis skenario Leila S. Chudori--yang sebelumnya pernah berkolaborasi dengan sutradara Maruli Ara saat menggarap serial televisi "Dunia Tanpa Koma,"--sengaja memplot cerita dengan tema bulan Ramadan. Momentum Ramadan ini pula yang dimanfaatkan tim promosi untuk merilis film yang sebagian besar mengambil lokasi shooting di kawasan Puncak.

Film drama yang berdurasi 98 menit ini memang mencoba mengangkat konflik batin seorang ibu bersama kedua anaknya. Setelah lama ditinggalkan suami, Dania bersama kedua anaknya, Reza dan Lara, harus berjuang untuk berdamai dengan hati mereka masing-masing sehingga bisa memberi maaf kepada orang yang telah meninggalkan luka besar di dalam hati mereka.

Meskipun demikian, di balik kesan sinetron yang sudah dirasakan jenuh oleh masyarakat Indonesia, kita patut menghargai ide cerita yang mengajak penonton merenungi arti permintaan "maaf" yang menjadi ritual Lebaran setiap tahunnya. Setidaknya bagi penulis, kata "maaf" merupakan sesuatu yang indah bagi penerima dan memperkuat karakter keikhlasan seseorang yang telah memberikannya. ( http://www.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=93816 )


(22)

Peneliti mengambil Kata Maaf terakhir sebagai objek penelitian karena film ini merupakan film baru yang memberikan pesan moril sikap remaja terhadap orang tua, sikap remaja kepada semua orang yang di sekitarnya dan cara berpikir logis kepada lawan bicara. Selain itu film Kata Maaf Terakhir merupakan film yang di tayang kan di bioskop ini membuat Menteri Negara Pemberdayaan Wanita, Meutia Hatta mengaku telah menonton dua kali dan mendapat kan pesan moril di dalamnya dan menyampaikan beberapakata "Setelah menonton filmnya, diharapkan masyarakat dapat membina rumah tangganya dengan harmonis dan serasi”. Selain Menteri Negara Pemberdayaan Wanita ( Meneg PP) ada pula Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) “ Adhyaksa Dault berpendapat bahwa “Banyak manfaat yang bisa dipetik. Ceritanya tentang pengkhianatan suami oleh sahabatnya. Ada unsur edukasi seperti ucapan Maia kepada anaknya, 'kamu boleh benci sama ayah, tapi tidak berhak menghukum”. Itu pesan morilnya, kalau mau jadi ayah, jadilah ayah yang baik dan bisa jadi figur di keluarga, figur yang bisa membanggakan anaknya.( http://www.kabarindonesia.com/berita.php? pil=9&jd=Menpora+Menangis+Nonton+Film+%22Kata+Maaf+Terakhir

%22&dn=20090823203945)

Menonton film merupakan sebuah kebutuhan bagi remaja. Adapun kebutuhan – kebutuhan yang dapat mendorong remaja untuk menggunakan media tertentu antar lain adalah kebutuhan akan informasi ( kognitif), kebutuhan untuk memperkuat atau menonjilkan sesuatu yang penting dalam kehidupan khalayak itu sendiri (identitas personal), kebutuhan akan integrasi dan interaksi social (integrasi dan interaksi social), serta kebutuhan akan hiburan ( diversi) (Mc Quail, 2002:72 )


(23)

11

Secara umum beberapa kebutuhan yang dapat di penuhi oleh media massa adalah kebutuhan akan informasi (kognitif), kebutuhan akan hiburan (diversi), kebutuhan untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri ( identitas personal) ( Rakhmat,2001 :66 ). Jadi kebutuhan untuk menonton film Kata Maaf Terakhir, sebagai jawaban adanya kebutuhan untuk mengetahui bagaimana tayangan film Kata Maaf Terakhir bisa memberikan informasi, wawasan, pengetahuan bagi remaja.

Kebutuhan pada setiap individu tidaklah sama. Kebutuhan yang tidak sama ini seuai dengan keingintahuan individu tersebut yang tumbuh sejalan dengan tingkat perkembangannya. Dari kekurangan kebutuhan itu, maka timbullah motif untuk menonton film Kata Maaf Terakhir di bioskop. Motif kognitif yaitu keinginan remaja yang menonton Kata Maaf Terakhir untuk menambah pengetahuan baru. Motif diversi yaitu keinginan untuk mendapatkan hiburan. Yang terakhir adalah motif identitas personal yaitu keinginan remaja untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana kebutuhan remaja itu sendiri sehingga memunculkan motif untuk menonton Kata Maaf Terakhir. Apakah itu kebutuhan untuk menambah pengetahuan baru, atau keinginan remaja untuk mendapatkan identitas sosial dengan lingkungan sekitarnya, ataupun keinginan remaja untuk mendapat hiburan setelah lelah menempuh kegiatan di sekolah. Namun, yang menjadi pokok permasalahan adalah pesan yang di sampaikan dalam film Kata Maaf Terakhir akankah kemungkinan terpenuhi dengan baik sesusai dengan kebutuhan.


(24)

Dalam hubungan dengan penggunaan media massa termasuk dalam bioskop, tentu saja tidak lepas dari adanya kebutuhan serta dorongan yang timbul dan berkembang dalam diri individu sehingga seseorang menggunakan televisi sebagai sumber informasinya. Dorongan inilah yang disebut motif, tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan eksistensinya ( Effendi, 1993:45).

Peneliti memilih remaja Surabaya dengan segmen usia 16 – 19 tahun sebagai objek penelitian ini di sebabkan karena masa remaja merupakan masa kehidupan manusia yang paling menarik dan mengesankan. Masa remaja Surabaya adalah golongan generasi muda mulai pembentukan jati diri, pemikiran dan intelektual. Perkembangan remaja yang belum seutuhnya bisa bertanggung jawab dan bisa belum mempunyai prinsip yang sesuai dengan pendiriannya, hingga kemandirian terhadap remaja masih terbilang cukup rentan dibanding mahasiswa yang telah menginjak usia dewasa dan memiliki citra diri yang cukup matang, tanggung jawab sosial individual baik sebagai hamba Tuhan maupun warga bangsa Indonesia bangsa dan Negara, remaja merupakan sekelompok orang –orang yang beranjak dewasa yang menjadi bagian dari masyarakat dan Negara. Remaja harus banyak menyadari bahwa banyak sekali kekurangan dalam setiap diri manusia dan setiap remaja yang beranjak dewasa.

Di pilihnya remaja di Surabaya dengan segmen 16 – 19 tahun sebagai obyek penelitian di sebabkan karena pada ketegori usia tersebut adalah sesuai dengan pendapat Salito Wirawan Sarwono bahwa usia tersebut :


(25)

13

2. Di banyak masyarakat Indonesia. Usia 16 tahun sudah di anggap akhil baligh. Baik menurut adat maupun agama. Sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak – anak ( criteria social )

3. Pada usia tersebut mulai tanda – tanda penyempurnaan perkembangan jiwa

4. Batas usia 19 tahun merupakan batas maksimum untuk memberikan kesempatan mereka mengembangkan dirinya setelah sebelumnya masih tergantung kepada orang tua ( Hikmat, 2007:39 )

Remaja memilik faktor penting dalam kehidupan sehari – hari, karena pertumbuhan diawali dari anak – anak, remaja, dewasa. Remaja memiliki kemampuan yang setara dengan dengan orang lain. Namun belum bisa menentukan keputusan sendiri hingga tanggung jawab remaja masih perlu banyak proses. Emosi remaja masih sangat labil, sehingga masa remaja cenderung memiliki karakteristik unuk melawan terhadap berbagai kemapanan, mereka mencari alternatif baru dalam kehidupan sosial nya. Sehingga tidak menutup kemungkinan terjadi ketidakseimbangan antara kedewasaan sosial dengan kedewasaan biologis terutama ketika mereka berada dalam proses modernisasi.

Sementara di pilihnya kota Surabaya sebagai lokasi penelitian di sebabkan Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur dan dalam catatan BPS ( Badan Pusat Statistik) Surabaya mulai tahun 1987 Surabaya merupakan kota metropolis terbesar kedua setelah Jakarta yang jumlah penduduknya cukup padat dengan beraneka ragam suku bangsa dan etnis,yang di jadikan sebagai barometer bagi perkembangan musik, fashion, film maupun gaya hidup.


(26)

Berdasarkan uraian di atas pada dasarnya peneliti ingin melakukan penelitian menitikberatkan pada motif yang mendasari motif yang mendasari individu ( penonton/ remaja) menonton program Kata Maaf Terakhir di bioskop. Dari sini peneliti berusaha untuk mengetahui apa motif remaja Surabaya dalam menonton film Kata Maaf Terakhir.

1.1 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka di rumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana motif remaja di Surabaya menonton Film Kata maaf terakhir?“

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini Bagaimana motif remaja di Surabaya menonton Film Kata maaf terakhir?

1.3 Kegunaan Penelitian 1. kegunaan teoritis

Secara teoritis, penelitian ini memberikan sumbangan pemikirian kepada ilmu komunikasi dan remaja di Surabaya dalam memberi tambahan referensi, untuk bisa memberikan kata maaf pada setiap insan manusia.

2. kegunaan praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan khalayak media massa dalam melihat kecenderungan motif mahasiswa dan menonton film “ Kata Maaf Terakhir “.


(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Film Sebagai Komunikasi Massa

Film adalah media komunikasi massa berisi gambar bergerak dan terbuat dari celluloid transparan dalam jumlah yang banyak, yang apabila di gerakkan melalui cahayanya yang kuat akan tampak seperti gambar yan hidup. Menikmati cerita dalam film berlainan dengan dari buku. Cerita dalam buku di sajikan dengan perantara huruf – huruf yang berderet secara mati. Huruf – huruf itu merupakan tanda, dan tanda – tanda ini mempunyai arti di dalam alam sadar. Sebaliknya film ini memberikan tanggapan terhadap yang menjadi pelaku dalam cerita yang di peruntukkan itu dengan jelas tingkah lakunya, dan dapat mendengarkan suara pekau itu beserta suara – suara lainya yang bersangkutan dengan cerita yang di hidangkan. Apa yang di lihat ( Effendy, 2003 : 207 )

Sehubungan dengan itu, terdapat identifikasi psikologi yakni dengan melihat dan menghayati sebuah film. Sering kali penonton mengidentifikasi seluruh pribadinya dengan salah seorang pemegang peranan dalam film itu. Bahkan karena penonton tenggelam dalam upayanya untuk memahami dan merasakan apa yang di pikirkan atau di dalami si tokoh, ia mengira bahwa ia sendiri yang berada pada posisi si tokoh tersebut ( Effendy, 2003 207 – 208 ).

Serial film ( film series ) adalah film yang biasanya di tayangkan melalui televisi secara berantai dalam jangka waktu tertentu dengan pemeran utama yang sama


(28)

tetapi kisah yang berbeda. Menurut sifatnya, film di bedakan menjadi : film cerita (story film), film berita ( newsreel), film documenter ( documentary film ) dan film kartun ( cartoon film ) ( Effendy, 2003 : 210 – 216 ).

Pada mulanya, dalam usahanya untuk memikat public yang keranjingan Tv agar kembali ke gedung – gedung bioskop, agar kembali ke gedung – gedung bioskop, orang – orang film bukan saja melakukannya dalam bidang tekhnik guna kesempurnaan film tetapi juga usaha – usaha psikologis. Di sadarinya bahwa anak – anak muda ( teenagers ) adalah golongan public yang lebih suka berjauhan dengan orang tua nya masing – masing. Mereka lebih suka berkumpul dengan teman – temannya, maka di buatlah banyak – banyak film dengan cerita – cerita yang dapat menarik muda mudi. Dan ini benar – benar berhasil menanjak kembali. Tv boleh menghidangkan program apapun, bahkan program – program film juga, akan tetapi public akan tetap keluar rumah juga, karena tertarik oleh “ gapaian” bioskop yang menjanjikan film – film kolosal, spektakuler, berwarna dan romantis, bahkan pornografis, yang tidak mungkin di pertunjukkan di layar TV ( Onong, 2000 : 205 ). Dalam hal ini orang – orang film pandai sekali menimbulkan emosi penonton. Tekhnik perfilman, baik peralatan nya maupun pengaturannya telah berhasil menampilkan gambar – gambar yang semakin mendekati kenyataan. Dalam suasana gelap, di dalam gedung bioskop itu penonton menyaksikan suatu cerita yang seolah – olah benar – benar terjadi di hadapannya. Pengaruh film itu besar sekali terhadap jiwa manusia.


(29)

2.1.2 Film Sebagai Realitas Sosial

Film adalah potret dari masyarakat dimana film itu di buat, film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat,dan memproyeksikannya ke dalam layar ( Irawanto,1993 :13 dalam Alex Sobur 2002 :127 )

Film adalah dokumen kehidupan social sebuah komunitas. Film mewakili realitas kelompok masyarakat pendukungnya itu. Baik realitas dalam bentik imajinasi maupun realitas dalam arti sebenarnya. Film menunjukkan pada jejak – jeak yang di tinggalkan pada masa lampau, cara menghadapi masa kini dan keinginan manusia terhadap masa yang akan dating. Sehingga dalam perkembangannya film bukan lagi sekedar usaha menampilkan “citra bergerak” (moving image) namun juga telah di ikuti oleh muatan – muatan kepentingan tertentu seperti politik, kapitalisme, hak asasi manusia atau gaya hidup. Film juga sudah di anggap bisa mewakili citra atau identitas komunitas tertentu. Bahkan bisa membentuk komunitas sendiri. Karena sifatnya yang universal. Meskipun demikian, film juga bukan tidak menimbulkan dampak negatif.

(Victor C.Mambor : http://f/situskunci.tripod.comiteks/victor1.htm)

2.1.3 Khalayak Sebagai Penggemar Film di Indonesia

Film Indonesia sekarang ini adalah kelanjutan dari tradisi tontonan rakyat sejak masa tradisional, masa penjajahan sampai masa kemerdekaan ini. Untuk meningkatkan apresiasi penonton film Indonesia adalah menyempurnakan permainan trik – trik serealistis dan sehalus mungkin, seni acting yang lebih sungguh – sungguh, pembenahan struktur cerita, pembenahan setting budaya yang lebih dapat di pertanggung jawabkan, penyuguhan gambar yang lebih estetis dan sebagainya


(30)

( http://geocities.com/Paris/7229/film.htm, di akses 17 oktober 2009 ).

Peningkatan mutu film ini dari genre – genre film nasional yang laris sekarang ini dapat meningkatkan daya apresiasi film bermutu di lingkungan penonton urban yang marjinal ini, tetapi mungkin juga dapat di tonton oleh golongan penonton yang terpelajar dan intelektual. Ketidakadilan produksi film nasional sekarang ini terletak pada pelayanannya yang hanya kepada penonton “ berbudaya daerah “. Dugaan sementara bahwa golongan terpelahar di Indonesia di penbuhi selera seni pertunjukkan oleh film – film yang kondisi atau referensi budayanya cukup baik di apresiasikan oleh mereka. Namun kondisi semacam itu tidak dapat terus menerus di lakukan Karena film film import tersebut jauh dari sejarah mitos, kondisi dan masalah – masalah Indonesia sendiri. Untuk membuat film bermutu yang laris di semua golongan dengan latar belakang budaya yang berbeda – beda adalah dengan memberikan kesempatan kepada para sineas

( http://geocities.com/Paris/7229/film.htm, di akses 17 oktober 2009 ).

Beberapa karakteristik dari para penonton film Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Kelompok 1

Cenderung memilih mutu film sebab menonton film bukan sekedar mencari hiburan tapi menikmati karya seni film dalam arti yang lebih luas.

2. Kelompok 2

Cendrung mengikuti arus. Pertimbangan mutu film tetap merupakan referensi 3. Kelompok 3

Tidak perlu terlalu memilih, sekedar mencari hiburan saja.

Berdasarkan angket penonton 1988 dan 1989 yang di lakukan di Bandung, penonton film Indonesia adalah sebagian besar berusia antara 15 -25 tahun ( 90 % )


(31)

dengan tekanan usia pada 20 – 25 tahun ( 40% ) , lelaki (57%) dan wanita (43%) yang berpendidikan SMA dan perguruan tinggi sebanyak 42% sedangkan 50 % mengaku abstain. Mereka ini mengaku menonton film Indonesia lebih dari selama sebulan ( 59 % ) adan ad a12 % yang menonton lebih dari 5 kali dalam sebulan ( http://geocities.com/Paris/7229/film.htm, di akses 17 oktober 2009 ).

Serial film ( film series) adalah film yang biasanya di tayangkan melalui televise secara berantai dalan jangka wakru tertentu dengan pemeran utama yang sama tetapi kisah yang berbeda. Menurut sifatnya, film di bedakan menjadi : film cerita ( film story), film berita (newsreel),film documenter (documentary film) dan film kartun ( cartoon film).(Effendy,2000 : 210 – 216).

2.1.4 Teori Kebutuhan Terhadap Media Massa

Kebutuhan terhadap media massa di penuhi melalui surat kabar,majalah, radio, televise, dan film. Baik dalam isi maupun melalui daya terpaan nya ( exposure) secara konteks social tempat dimana terpaan berlangsung.

Secara umum Katz Gueviricth dan Haas berkeyakinan terhadap tipologi kebutuhan manusia yang berkaitan dengan media yang di klasifikasikan dalam lima kelompok,yaitu :

1. Kebutuhan kognitif

Yaitu kebutuhan – kebutuhan yang berkaitan dengan usaha – usaha untuk memperkuat informasi, pengethauan serta pengertian tentang lingkungan kita. Kebutuhan ini didasarkan pada keinginan untuk mengerti dan menguasai lingkungan ini. Kebutuhan kognitif juga dapat di penhui oleh adanya dorongan –


(32)

dorongan seperti keingintahuan ( curiosity) dan penjelajahan ( exploratory) pada diri kita.

2. Kebutuhan Afektif

Yaitu kebutuhan – kebutuhan yang berhubungan dengan usaha – usaha untuk memperkuat pengalaman – pengalaman yang bersifat keindahan, kesenangan dam emosional. Mencari kesenangan dan hiburan merupakan motivasi pada umumnya dapat di penuhi oleh media.

3. Kebutuhan Intergratif Personal

Yaitu kebutuhan – kebutuhan yang berhubungan denga usah – usaha untuk meperkuat kepercayaan, kestiaan, dan status pribadi. Kebutuhan seperti ini dapat di peroleh dari adanya keinginan setiap individu untuk meningkatkan harga diri 4. Kebutuhan Intergratif Sosial

Yaitu kebutuhan – kebutuhan yang berkaitan dengan usaha – usaha untuk memperkuat kontak dengan keluarga, teman – teman, dan dengan alam sekelilingnya. Kebutuhan – kebutuhan tersebut di dasarkan oleh adanya keinginan setiap individu untuk berafiliasi.

5. Kebutuhan Akan Pelarian

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat untuk melarikan diri dari kenyataan, melepaskan ketegangan, dan kebutuhan akan hiburan.


(33)

2.1.5 Motif

Dalam melakukan suatu tindakan atau perbuatan pasti di dasarkan pada motif – motif tertentu. Pengertian motif tidak dapat dipisahkan dari pada kebutuhan ( need). Seseorang atau suatu organisme yang berbuat atau melakukan sesuatu. Sedikit banyak ada kebutuhan di dalam dirinya atau ada sesuatu yang hendak di capai. Menurut W.A Gerungan motif adalah:

“motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak. Alasan – alasan atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan individu berbuat sesuatu. Motif manusia merupakan dorongan. Keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dirinya, untuk melakukan sesuatu. Motif – motif itu member tujuan dan arah kepada tingkah laku kita”.

( Gerungan,1991:140)

Menurut Teevan dan Smith mengatakan bahwa motivasi merupakan konstruksi yang mengaktifkan perilaku, sedangkan komponen yang lebih spesifik dari motivasi yang berhubungan dengan tipe perilaku tertentu di sebut motif. Selanjutnya mereka berpendapat bahwa motif mempunyai dua fungsi yaitu member daya untuk menggerakkan perilaku dan fungsi yang lain adalah menggerakkan perilaku ( Martaniah,1984:13-14). Sedangkan menurut Purwanto (1996:193) motif adalah sebagai seluruh aktivitas mental yang di sarankan atau yang dialami dan memberikan kondisi sehingga terjadi sesuatu perilaku.


(34)

Dari definisi di atas dapat di simpulkan bahwa pada dasarnya motif itu timbuk karena adanya kebutuhan atau dengan kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan dan berfungsi menggerakkan serta mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan tertentu.

Woodworth dalam Purwanto ( 2002:64) menggolongkan motif menjadi tiga golongan, yaitu:

1. Kebutuhan – kebutuhan organis, yakni motif – motif yang berhubungan dengan kebutuhan bagian dalam tubuh seperti lapar, haus, kekurangan zat pembakar, kebutuhan bergerak dan istirahat.

2. Motif – motif yang di timbulkan secara tiba- tiba ( emergency motif ) , yakni motif – motif yang timbul jika situasi menuntut timbulnya tindakan kegiatan yang cepat dan kuat dari diri manusia. Dalam hal ini motif timbul bukan atas kemauan dirinya, tetapi karena perangsang dari luar yang menarik, misalnya motif melarikan dari bahaya, motif berkelahi, mengejar, dan motif berusaha atau berikhtiar ( mengatasi suatu rintangan ).

3. Motif objektif, yakni motif yang di arahkan atau di tujukan ke seuatu obyek atau tujuan tertentu di sekitar dirinya. Motif ini timbul Karena adanya dorongan dari dalam dirinya, misalnya motif menyelidiki.

Ada beberapa pengklasifikasikan motif dari berbagai ahli komunikasi, tetapi dalam penelitian ini di gunakan kategori motif menurut Blumer dalam Rakhmat (2001:66) yaitu Kognitif, Personal Identity, Diversi. Adapun tiga jenis motif menggunakan media secara umum dapat di jabarkan sebagai berikut:


(35)

Motif ini berkenaan dengan individu untuk mencari berita atau informasi tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat. Masyarakat dan dunia, dorongan mencari konfirmasi untuk menentukan pendapat atau suatu pilihan. Dorongan rasa ingin tahu, dorongan belajar serta dorongan memperoleh rasa aman melalui pengetahuan yang di dapat.

2. Motif Identitas Personal ( Personal Identity )

Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak itu sendiri menemukan model perilaku. Mengidentifikasi diri dengan nilai – nilai, meningkatkan harga diri dan meningkatkan pemahaman diri.

3. Motif Hiburan ( Diversi)

Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk melepaskan diri dari permasalahan atau ketegangan, dorongan bersantai. Memperolah kenikamatan jiwa dan penyaluran emosi.

2.1.6 Remaja

Di dalam kamus bahasa Indonesia remaja di definisikan sebagai satu fase dalm kehidupan mulai dewasa. Sudah samapi umur untuk kawin. Zakiyah darajat (1974) mengkategorikan bahwa masa remaja sebagai anak yang ada pada masa perlihan dari masa anak – anak menuju usia dewasa. Pada masa peralihan ioni biasanya terjadi percepatan pertumbuhan dalam segi fisik maupun psikis. Baik di tinjau dalam bentuk badan, sikap, cara berpikir, dan bertindak. Mereka bukan lagi anak – anak. Mereka juga belum di katakana manusia dewasa yang memiliki kematangan pikiran. Pada masa 23


(36)

remaja adalah masa di mana seseorang membentuk atau mulai membangun siapa diri nya.

WHO ( 1989 ) mendefinisikan remaja sebagai kurun waktu pada seseorang yang berangsur – angsur menunjukkan karakteristik seks sekunder sampai mencapai kematangan seks, jiwanya berkembang dari anak ke dewasa dan keadaan sosio – ekonimisnya berlaih dari ketergantungan menuju mandiri.

Salah satu tanda memasuki masa remaja adalah menstruasi pada perempuan dan mimpi basah laki – laki. Remaja putrid umumnya mengalami menstruasi pada usia 12 tahun. Namun kini telah bergeser kearah usia lebih muda yaitu : 10 – 11 tahun. Sedangkan mimpi basah terjadi pada usia 14 tahun.

Remaja mengalami pertumbuhan fisik sebagaimana pria dan wanita dewasa perubahan fisik tersebut berpengaruh secara psikologis. Emosi remaja yang berubah – ubah dengan cepat cenderung secara psikologis. Emosi remaja yang berubah – ubah dengan cepat cenderung mengekspresikan perasaan melalui tindakan dan membentuk kemandirian. Remaja juga ingin lepas dari orang tau dan mengembangkan kemampuan social dengan beraktifitas bersama teman sebayanya. Remaja membentuk rasa percaya diri dan mengembangkan kemampuan berpikirnya. Tujuan akhirnya adalah pembentukan identitas diri ( Mumpuni , 1998 :13 )

Proses kedewasaan tersebut di lalui oleh secara bertaha. Hawley membagi dalam 3 tahap, yaitu :

a. Tahap remaja awal ( 11 – 13 )

b. Tahap remaja pertengahan ( 14 – 15 tahun), dan


(37)

Selanjutnya ,Sarjono Soekanto ( 1993, dalam Susanti, 2003 : 14 ), masa remaja cenderung memiliki karakteristik unuk melawan terhadap berbagai kemapanan, mereka mencari alternative baru dalam kehidupan social nya. Sehingga tidak menutup kemungkinan terjadi ketidakseimbangan antara kedewasaan social dengan kedewasaan biologis terutama ketika mereka berada dalam proses modernisasi.

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak – anak ke dewasa. Perbedaan masa kanak – kanak dengan masa remaja adalah:

( http: // www.sabda.org/c3i/kategori/pranikah-pernikahan/isi/”id=708&mulai=0 1. Secara fisik anak remaja sudah mengalami beberapa perubahan

hormonal misalkan munculnya hormone – hormone seksual yang membuat mereka itu menjadi makhluk atau menjadi manusia yang harus bergumul dengan gejolak seksualnya.

2. Mereka makin dewasa pola pikirnya bertambah abstrak. Pola pikir ini membuat mereka mempertanyakan nilai – nilai yang mereka telah anut sebelumnya

3. Para remaja juga mudah sekali mengikuti trend, mengikuti apa yang sedang “ in “ di kalangan mereka. Dan mungkin sekali apa yangt sedang “ in” atau trend itu tidak cocok dengan apa yang kita sukai akibatnya sering kali terjadi pertengkaran, membuat hubungan orang tua anak sering kali tegang.

Kendati variatif, pengelompokkan usia remaja tidak pernah menjadi perdebatan panjang. Inti permasalahannya, bukan pada usia tetapi apa yang terjadi pada masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak – anak menuju dewasa. Berdasarkan 25


(38)

uraian di atas, sesuaitujuan dalam penelitian ini, remaja pada penelitia ini di fokuskan pada definisi remaja menurut Zakiyah Darajat dengan kategori usia 11 hingga 24 tahun karena masa remaja merupakan masa kehidupan masnusia yang paling menarik dan mengesankan. Usia 15 tahun merupakan usia di mana remaja menduduki tingkat SMA/sederajat dan pada tingkatan sudah dapat memilih dan menentukan sendiri apa yangt terbaik untuk mereka pola berfikirnya pun mulai matang sehingga banyak remaja lebih mengesampingkan pendapat orang lain dalam menentukan pilihan termasuk dalam hal memilih suatu pergaulan atau teman. Dan usia 24 tahun merupakan batas maksimum untuk memberikan kesempatan mereka mengembangkan dirinya setelah sebelumnya masih tergantung pada orang tua.

2.1.7 Film Kata Maaf Terakhir

Film ini berkisah mengenai drama keluarga dengan konflik dan penderitaan yang sukar untuk di lupakan.

Seorang ayah ,DARMA (Tio Pakusadewo), seorang perokok berat, didiagnosis menderita kanker paru-paru stadium IV sehingga kemungkinan akan menjalani bulan terakhir kehidupannya pada Ramadan tahun ini.

Darma (Tio Pakusadewo) sedang menjalani bulan terakhir kehidupannya. Oleh karenanya ia membuat daftar hal-hal yang harus dilakukannya. Salah satu keinginannya yang paling sulit adalah memperoleh maaf dari ibu anak-anaknya, Dania (Maia Estianty), putra sulungnya, Reza (Ade Surya Akbar) dan putrinya, Lara (Rachel Amanda). Darma tahu, dia telah melukai mereka sedemikian dalamnya, hingga rasanya tak mungkin


(39)

mereka akan bisa memaafkannya. Enam tahun yang lalu, Darma meninggalkan Dania, istrinya dan kedua anaknya, Reza dan Lara, karena menghamili Alina (Kinaryosih), sahabat Dania.

Darma tahu bahwa keluarganya sangatlah terpukul akan kejadian tersebut. Oleh karena itu selama ini, setiap Lebaran, dia tak pernah mencoba untuk datang menemui mereka. Darma tidak sanggup jika harus menghadapi kemarahan keluarganya.

Namun maaf dari Dania yang belum didapatnya. Berbagai cara dilakukan Darma, Hingga suatu saat secara tak sengaja Darma bertemu dengan Lara. Ia berusaha keras mendekati Lara. Lara yang awalnya bimbang akhirnya luluh akan keinginan ayahnya. Karena jauh di dalam hatinya ia sangat merindukan peristiwa ini, di mana ia bisa bercengkrama kembali dengan ayahnya. Darma pun menyampaikan kondisi yang sedang dihadapinya. Lara pun mengalami dilema, karena di dalam hatinya ia ingin memenuhi keinginan ayahnya.( http://www.kapanlagi.com/a/kata-maaf-terakhir.html ) di akses 06 september 2009.

Lain halnya dengan Reza, ia marah luar biasa terhadap ayahnya sehingga tak mengakui bahkan menganggapnya tidak punya ayah. Sedangkan Dania, sebenarnya ia masih peduli atau merasa trauma untuk memulai hidup baru. Mampunya Darma mewujudkan keinginan terakhirnya, mendapatkan kata maaf dari keluarga yang disakitinya. (http://www.astaga.com/content/kata-maaf-terakhir-jika-maaf-jadi-penenang-jiwa) di akses pada tanggal 06 september 2009


(40)

2.1.8 Kata Maaf terhadap Remaja

Kemampuan melihat kesalahan adalah kesempatan untuk maju.Bila kita menganggap kesalahan sebagai hal yang tak bisa diperbaiki, maka secara otomatis kitapun kehilangan rasa percaya diri dari teman dekat, atasan dan juga pasangan.

Tetapi bila dihadapi dengan baik, artinya dengan menyampaikan kata maaf pada tempatnya, kesalahan justru menjadi kesempatan untuk mempererat hubungan sosial kita.

Karena keberanian mengucapkan kata maaf menunjukkan kita cukup rendah hati, sekaligus berbesar hati.

Namun, bagi beberapa orang kadang memulai untuk mengatakan kata maaf terasa berat untuk diucapkan, berikut beberapa langkah untuk memudahkan berkata maaf

* SADARI KESALAHAN

Rela mengakui kesalahan dan mau bertanggung jawab.Mulailah dengan ucapan tulus dan langsung pada permasalahan. Ini membuat orang yang terluka mau menerima dan memaafkan.

* BERI PENJELASAN

Setelah mengaku, beri penjelasan pada orang yang telah anda sakiti. Yakinkan anda tidak bermaksud buruk.


(41)

* TAWARKAN PERBAIKAN

Agar lebih sempurna, tawarkan mengganti kerugian yang terjadi walau hanya sebagai simbol.Bisa juga dengan mengirim pesan atau hadiah kecil.

* WAKTU YANG TEPAT

Untuk masalah besar, hadapi orangnya, tatap matanya dan beri penjelasan yang diperlukan.Di kantor segeralah minta maaf sebelum bos atau klien menyadari kesalahan anda. Hal ini membuat anda tampak lebih teliti.Hindari minta maaf saat seseorang sedang marah. Karena bisa tak diterima. Jangan ikut marah. Temui dan jelaskan duduk perkaranya beberapa hari kemudian.Saat itu kemarahannya pasti sudah berkurang.

Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.

Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih banyak dikutip orang.

Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang 29


(42)

menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.

Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:

1. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan. 2. Ketidakstabilan emosi.

3. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup. 4. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.

5. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua.

6. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.

7. Senang bereksperimentasi. 8. Senang bereksplorasi.

9. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.

10. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.

Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif,


(43)

emosi, sosial dan pencapaian (Fagan, 2006). Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Beberapa permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri remaja. Berikut ini dirangkum beberapa permasalahan utama yang dialami oleh remaja.

2.1.9 Teori Uses and Gratifications

Teori Uses and Gratifications menunjukkan yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan social khalayak. Jadi bobotnya adalah pada khalayak yang aktif yang sengaja menggunaan media untuk mencapai tujuan khusus. ( Effendy,2003:289). Anggota khalayak di anggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan nya, sehingga timbul istilah uses and gratifications yang itu penggunaan dan pemenuhan kebutuhan ( Rakmat.2002:65)

Dalam asumsi ini tersirat pengertian bahwa komunikasi massa berguna (utility):bahwa konsusmsi media diarahkan oleh motif (intentionality):bahwa perilaku media mencerminkan kepentingan dan preferensi ( selectivity): dan bahwa khalayak sebenarnya kepala batu ( sturmborn), karena penggunaan media hanyalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan psikologis, efek media dianggap sebagai salah satu sebagai situasi ketika kebutuhan ini terpenuhi. Mengenai kebutuhan biasanya orang merujuk kepada hirarki kebutuhan (need hierarcy) yang di tampilkan oleh Abraham Maslow (1954) dalam Effendy(2003:290), ia membedakan lima perangkat kebutuhan dasar yaitu:


(44)

1. Physiological needs ( kebutuhan fisiologi ) adalah kebutuhan primer yang menyangkut fungsi biologis bagi organism manusia seperti kebutuhan pangan, sandang, papan, dan kesehatan fisik.

2. Safety needs ( kebutuhan keamanan ) adalah kebutuhan mengenai perlindungan dari bahaya. Perlakuan tidak adil, dan terjaminnya keamanan diri.

3. Love needs (kebutuhan Cinta ) kebutuhan akan di cintai. Di perhitungkan secara pribadi.

4. Esteem Needs ( kebutuhan cinta ) adalah kebutuhan akan di hargai secara prestasi. Kemampuan kedudukan atau status.

5. Self – actualization needs ( kebutuhan penghargaan ) adalah kebutuhan mempertinggi potensi –potensi yang di miliki. Pengembangan diri secara maksimal. Kreativitas dan ekspesi diri.

Teori Uses and Gratifications menurut Kats. Gurevitch dan Haas dalam Effendy ( 2003:294) di mulai dengan lingkungan social ( social environment ) yang menentukan kebutuhan manusia. Lingkungan social tersebut meliputi ciri – ciri afiliasi kelompok dan ciri – ciri berkepribadian. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Cognitive needs ( kebutuhan kognitif ) adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi. Pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungannya.

2. Affective needs ( kebutuhan afektif ) adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman – pengalaman estesis, menyenangkan dan emosional


(45)

3. Personal integrative needs ( kebutuhan pribadi secara integrative ) adalah kebutuhan yang terkait dengan kreatifitas

4. Social intergratif needs ( kebutuhan pribadi secara intergratif ) adalah kebutuhan yang terkait dengan kreatifitas.

5. Escaipt needs ( kebutuhan pelepasan) adalah kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindari dari tekanan. Keteganan dan hasrat akan keanekaragaman.

Menurut para pendirinya Katz, Gurevitch dan Blumer, uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber – sumber lain yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat – akibat lain.

Lebih lanjut untuk memahami teori uses and gratifications maka sebagaimana yang di kutip Rakhmat ( 2007:66) dari Katz, Gurevitch dan Blumer di jelaskan bahwa bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan social khalayak, bukan bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khayalak. Asumsi dari teori ini adalah khalayak yang aktif sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus. Jadi jelaslah penggunaan media massa karena di dorong oleh motif – motif tertentu dank arena adanya berbagai kebutuhan yang dapat di puaskan oleh media massa. Seseorang ingin mencari kesenangan, media massa dapat memberikan hiburan. Seseorang mengalami goncangan batin, media massa memberikan kesempatan untuk melarikan diri dari masalahnya. Dan jika seseorang kesepian , maka media massa dapat berfungsi sebagai sahabat.

2.2 Kerangka Berpikir


(46)

Manusia mempunyai banyak kebutuhan seperti kebutuhan fisiologis, keamanan, social,penghargaan sampai kebutuhan aktualisasi diri. Salah satu kebutuhan manusia yang sangat mendadar baik sebagai indiviru maupun sebagai anggota masyarakat agar mendapatkan penghargaan atau sebagai actualisasi dirinya adalah kebutuhan akan informasi dan huburan.

Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan dsar dan khalayak secara katif memilih media massa untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga mendapat kepuasan dari penggunaan media tersebut. Khalayak mempunai berbagai kebutuhan yang dapat di puaskan dan berharap dengan menggunakan media dapat memenuhi sebagianda ri kebutuhannya. Kebutuhannya tersebut antara lain:

1. Kebutuhan kognitif, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman atas lingkungan

2. Kebutuhan identitas personal. Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan mengidentifikasikan diri, meningkatkan harga diri dan menigkatkan pemahaman diri

3. Kebutuhan Hiburan, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan untuk melepaskan diri dari permasalahan atas ketegangan, dorongan, bersantai, memperoleh kenikmatan jiwa dan penyaluran emosi

Menonton film keluarga didasarkan pada motif – motif tertentu dan motif timbul karena adanya kebutuhan. Menurut Blummer dalam Rakhmat (2001:65), motif dapat di artikan sebagai keinginan untuk menambah wawasan dan pengetahuan


(47)

baru. Keinginan untuk mencari hiburan dan keinginan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.

Dalam hal ini Kata Maaf Terakhir sebagai film yang telah memberikan tayangan film keluarga yang bias memberikan pengetahuan baru bagi para remaja. Tayangan berdurasi 90 menit ini membawa pesan moral kepada semua penonton atau remaja yang mempersepsikan tentang kehidupan keluarga yang sangat rumit sekali dan memiliki beberapa konflik keluarga, sebagai contoh nyata dalam kehidupan sehari – hari dalam keluarga. Dan selalu berusaha untuk meminta maaf ketika memiliki kesalahan terhadap orang lain tanpa harus segan mengucapkannya, namun tak sekedar ucap saja tetapi tidak untuk di ulangi kembali kesalahan tersebut. Banyak yang mengatakan bahwa penayangan film ini seperti di dalam sinetron. Sayangnya, film yang menguras air mata tersebut dicap bergaya sinetron. Di film ini hanya mengambil makna dan menyampaikan sebuah pesan tentang arti sebuah kata maaf. Meskipun demikian, di balik kesan sinetron yang sudah dirasakan jenuh oleh masyarakat Indonesia, sebagai warga Indonesia patut menghargai ide cerita yang mengajak penonton merenungi arti permintaan "maaf" yang menjadi ritual Lebaran setiap tahunnya. Setidaknya bagi penulis, kata "maaf" merupakan sesuatu yang indah bagi penerima dan memperkuat karakter keikhlasan seseorang yang telah memberikannya.

Untuk lebih jelas nya dapat di lihat pada kerangka berpikit sebagai berikut: 35 Kebutuhan para Penonton Film: 1. Cognitive needs 2. Affective Needs 3. Personal Intergative needs 4. Social Intergrative needs Motif Kebutuhan Media : 1. Kogniti f 2. Ide ntitas Pribadi 3. hib uran Remaja yang menonton Film Kata Maaf Terakhir di Surabaya Analisis Data Menggunakan Tabel Frekuensi k e s i m p u l a n


(48)

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengkuran variable 3.1.1 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan dalam penelitian yang dapat di amati atau di operasionalkan. Sehubungan dengan pernyataan di atas,maka pada penelitian ini peneliti tidak membicarakan hubungan antara variable sehingga tidak ada pengukuran variable x dan y. Penelitian ini di fokuskan pada motif remaja dalam menonton film Kata Maaf Terakhir di bioskop, sehingga penelitian ini menggunakan metode penelitian survey dengan tipe analisis deskriptif untuk menggambarkan dan menjelaskan motif remaja tersebut.

Dalam hal ini motif dapat dioperasionalkan sebagai semua penggerak alasan – alasan atau dorongan – dorongan dari dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Motif timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan. Motif tidak dapat di pisahkan dengan kebutuhan ( needs) seseorang atau melakukan sesuatu, sedikit banyaknya ada kebutuhan dari dalam dirinya dan berusaha untuk mencapainya.

Motif menonton yang digunakan dalam penelitian ini adalah motif menonton yang di kemukakan oleh Blummer yaitu motif kognitif, motif identitas, serta motif diversi. Adapun indikator dari ketiga motif tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:


(50)

1. Motif Kognitif ( keinginan untuk menambah pengetahuan baru )

Individu dalam menonton film Kata Maaf Terakhir di bioskop bertujuan untuk mencari pengetahuan atau hal – hal baru , antara lain:

a. Ingin memperoleh wawasan atau pengetahuan baru tentang film drama religi keluarga di Indonesia

b. Ingin mendapatkan informasi tentang cerita keterbelakangan keluarga yang memiliki konflik di Indonesia

c. Ingin mendapatkan pesan moril yang terdapat dalam film Kata Maaf Terakhir.

d. Memuaskan rasa ingin tahu tentang keluarga, dan minat umum tentang keluarga yang harmonis

2. Motif Identitas Personal( keinginan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan)

Dalam hal ini berkaitan dengan keinginan untuk mengikuti keadaan sekitarnya, misalnya :

a. Ikut – ikutan tetangga atau teman yang menonton film kata maaf terakhir di bioskop

b. Ingin mendiskusikan tentang tampilan cerita maupun tokoh dalam film Kata Maaf Terakhir di bioskop


(51)

c. Ingin menjadikan segala informasi yang di peroleh dari menonton film Kata Maaf Terakhir sebagai bahan pembicaraan dengan teman, tetangga atau orang lain.

d. Untuk mendapatkan manfaat dari film Kata Maaf Terakhir di bioskop sehingga dapat meningkatkan pemahaman diri.

3. Motif Diversi ( keinginan untuk mencari hiburan )

Keinginan disini berarti dengan keinginan untuk melepaskan diri dari kejenuhan, antara lain:

a. Mencari hiburan

b. Mengisi waktu luang

c. Bersantai sambil menikmati film Kata Maaf Terakhir

d. Melepaskan diri dari kejenuhan. Seperti : kejenuhan dari rutinitas sehari – hari, adanya kesibukan di sekolah, kantor maupun di rumah, atau melakukan pekerjaan rumah yang melelahkan.

3.1.2 Pengukuran Variabel

pengukuran motif ini di ukur melalui pemberian skor dengan menggunakan modifikasi model skala Likert ( skala sikap ) dengan rasio ordinal. Metode ini merupakan metode penskalaan pernyataan sikap dengan menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan skalanya. Untuk melakukan pengskalaan dengan model ini. Responden diberi daftar pertanyaan mengenai motif dan setiap pertanyaan akan di 38


(52)

sediakan jawaban yang harus dipilih oleh respoden untuk menyatakan kesetujuan dan ketidaksetujuannya ( Singarimbun ,1987:111)

Pilihan jawaban masing – masing pernyataan di golongkan dalam empat macam kategori , yaitu : “Sangat Setuju” (SS),”Setuju”(S),”Tidak Setuju” (TS),Sangat Tidak Setuju” (STS).

Dalam penelitian ini tidak di gunakan alternative jawaban ragu – ragu ( undecided)alasannya menurut Hadi (1981:20) adalah sebagai berikut :

a. Kategori undecided memiliki arti ganda. Bisa di artikan belum dapat memberikan jawaban netral dan ragu – ragu . kategori jawaban yang memiliki arti ganda ( Mukti Interpretable ) ini tdak diharapkan dalam instrument.

b. Tersedianya jawaban di tengah menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengnah ( central tendency effect ), terutama bagi mereka yang ragu – ragu akan menjawab jawabannya.

c. Disediakan jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya data peneliti sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat di jaring oleh responden.

Pada tahap selanjutnya, empat kategori jawaban di atas akan diberi nilai sesuai dengan jawaban yang dipilih oleh responden. Sedangkan pemberian nilainya sebagai berikut :


(53)

menyetujui dan sependapat dengan pernyataan yang di ajukan.

b. Setuju ( S) : di beri skor 3, jika respon setuju, akan tetapi ada keraguan untuk menjawab c. Tidak Setuju ( TS ) : di beri skor 2, jika responden tidak

sependapat dengan pertanyaan yang di ajukan

d. Sangat tidak setuju ( STS ) : di beri skor 1, jika responden sangat tidak sependapat dengan pernyataan yang di ajukan

Scoring dilakukan dengan cara menjumlakan skor dari setiap item dari tiap – tiap angket, sehingga diperoleh skor total dari tiap pertanyaan tersebut untuk masing – masing individu. Selanjutnya, tiap – tiap indicator untuk motif diukur melalui pernyataan – pernyataan yang terdapat pada angket. Kemudian jawaban yang telah dipilih, di beri skor dan ditotal. Total skor dari tiap dikategorisasikan ke dalam 3 interval, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Penentuan interval di lakukan menggunakan range

Range masing – masing kategori ditentukan dengan :

R(range) = skor tertinggi – skor terendah Jenjang yang di inginkan

Keterangan :


(54)

 Range : batasan dari setiap tingkatan

 Skor Tertinggi : perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item Pertanyaan

 Skor Terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah item

pertanyaan

 Jenjang : 3 ( tinggi, sedang, rendah )

Berdasarkan rumus tersebut maka di perolah tingkatan interval untuk mengetahui motif remaja dalam menonton film “ Kata Maaf Terakhir “ di Bioskop. Untuk lebih jelasnya di gambarkan sebagai berikut :

1. Pada motif Kognitif terdapat tiga (3) pernyataan tentang responden yang menonton film “ Kata Maaf Terakhir” di bioskop yaitu ingin memperoleh wawasan atau pengetahuan yang baru tentang film drama religi keluarga, maka :

Motif Kognitif =

Rendah = 4 – 11 Sedang = 12 – 20 Tinggi = 21 – 29

2. Pada motif Interaksi Sosial terdapat empat ( 4 ) pernyataan tentang responden yang menonton film “ Kata Maaf Terakhir “ di Bioskop karena ingin belajar memahami tentang pentingnya keluarga , menjadikan segala informasi yang di peroleh dari menonton film “ Kata Maaf Terakhir “ sebagai bahan pembicaraan dengan teman, keluarga atau orang lain, maka :


(55)

Motif Interaksi Sosial = Rendah = 4 – 11 Sedang = 12 – 20 Tinggi = 21 – 29

3. Pada motif Diversi terdapat empat ( 4 ) pernyataan tentang responden yang menonton film “ Kata Maaf Terakhir “ di Bioskop karena ingin mencari hiburan, ingin bersantai, mengisi waktu luang, serta melepaskan diri dari kejenuhan. Maka :

Motif Diversi : Rendah = 4 – 11 Sedang = 12 – 20 Tinggi = 21 – 29

3.2 Populasi, Sampel dan Tekhnik Penarikan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yangterdiri dari atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di perlajari dan kemudian di tarik satu kesimpulan. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang di miliki oleh populasi ( Sugiono,2005:91 ). Dan populasi yang di ambil oleh peneliti dalam penelitian ini adalah remaja Surabaya.


(56)

3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Sampel adalah jumlah dari populasi yang akan di ambil, maka sampel dalam penelitian ini adalah remaja yang berusia15 tahun ke atas sudah tertarik dengan fenomena – fenomena social dan dianggap sudah dapat menganalisa fenomena tersebut ( Hurlock, 2004: 12). Dengan pemberian batasan usia tersebut dapat mewakili responden yang di inginkan. Maka sampel yang di gunakan dengan menggunakan rumus Yamane, yaitu :

Keterangan : n= jumlah sampel N= jumlah populasi

D= presisi 100% ( derajat ketelitian 0,1) Maka :

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Sampling kebetulan ( accidental Sampling ). Teknik ini memilih siapa saja yang kebetulan di jumpai untuk di jadikan sample. Teknik ini di gunakan, antara lain karena peneliti merasa kesulitan untuk memenuhi responden atau karena topik yang di teliti untuk memenuhi responden atau karena topic yang di teliti adalah persoalan umum dimana semua orang


(57)

mengetahuinya.( Rachmat Kriyantono, 2007 : 156). Dan di sini periset ingin mengetahui bagaimana motif remaja terhadap film kata maaf terakhir. Dan peneliti memilih populasi yaitu remaja Surabaya, karena remaja Surabaya mempunyai identitas diri insan dinamis, insan sosial, dan insan mandiri. Dari identitas remaja tersebut terpantul tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan maupun warga bangsa dan Negara.

( http://id.wikipedia.org/wiki/pergerakan_mahasiswa_islam_indonesia)

Hal tersebut berkaitan dengan obyek yang diteliti oleh periset tentang film kata maaf terakhir yang mengangkat tema religi atau drama keluarga khususnya tentang drama keluarga .

3.3 Pengumpulan data

Jenis data yang bisa dikategorikan dalam dua jenis yaitu dengan mengunakan data primer , yaitu proses pengumpulan data yang diperoleh langsung dari responden. Ada pun data primer berupa penyebaran kuisioner pada responden yang sesuai dengan sampel yang diambil untuk memperoleh keterangan sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Jenis kuisioner yang di gunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner tertutup yang berupa angket. Kuisioner tertutup adalah kemungkinan jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberi kesempatan memberikan jawaban lain ( Singarimbun , 1995 : 175 ). Dan data sekunder yang di peroleh melalui bahan – bahan pustaka yang terkait dengan masalah – masalah yang akan diteliti. Bahan – bahan pustaka di dapat dari buku literature atau informasi tertulis lainnya dan instansi – instansi yang terkait.


(58)

3.4 Metode Analisis Data

Setelah seluruh data di peroleh , peneliti akan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis kuantitatif, yaitu dengan menganalisis mengenai motif remaja Surabaya terhadap film kata maaf terakhir yang berusia 15 tahun ke atas dalam bentuk uraian atau penjelasan deskriptif tentang fakta – fakta yang di peroleh dari hasil penelitian, kemudian diinterpretasikan lebih mendalam hingga pada tahap kesimpulan. Jadi jelaslah analisis ini tidak mencari atau menjelaskan suatu hubungan , dan tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi ( Bungin, 2005 : 65 – 67)

Data yang diperoleh dari hasil kuisioner selanjutnya akan di olah untuk mendeskripsikan. Pengolahan data yang di perolah dari hasil kuisioner terdiri dari mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya di analisis secara deskriptif setiap pertanyaan ysang di ajukan. Data yang di didapat di analisis secara kuantitaif dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

P = prosentase responden F = Frekuensi responden N = Jumlah Responden


(59)

Dengan menggunakan rumus tersebut, maka di peroleh apa yang di inginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya di lampirkan dalam table yang disebut tabulasi agar mudah diinterpretasikan.


(60)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Film Kata Maaf terakhir

Film ini berkisah mengenai pengorbanan ibu, Dania ( Maia Estianty), yang rela menjadi single parent , seorang wanita yang berjiwa tegar, kuat , cantik dan cerdas. Dania dulu memiliki keluarga yang utuh Darma( Tyo Pasukadewo) sebagai suaminya, Reza (Ade Surya Akbar) serta Lara (Amanda) adalah anak – anak mereka. Hingga akhirnya Darma menghamili sahabat istrinya sendiri, dan menyisakan kepedihan yang mendalam bagi Dania. Sebuah film drama keluarga, lengkap dengan konflik dan persahabatan, yang merupakan kekerasan psikologi yang sukar dilupakan. Di mana pada akhirnya, maaf bukan sebuah kata yang mudah diucapkan. Bagaimana juga maaf adalah sesuatu yang penting dinyatakan dengan tulus, bukan hanya sebagai upacara ritual tahunan pada hari Lebaran, tetapi juga sebagai penyembuh jiwa.

DARMA (Tio Pakusadewo), seorang perokok berat, didiagnosis menderita kanker paru-paru stadium IV sehingga kemungkinan akan menjalani bulan terakhir kehidupannya pada Ramadan tahun ini.

Darma (Tio Pakusadewo) sedang menjalani bulan terakhir kehidupannya. Oleh karenanya ia membuat daftar hal-hal yang harus dilakukannya. Salah satu keinginannya yang paling sulit adalah memperoleh maaf dari ibu anak-anaknya, Dania (Maia Estianty), putra sulungnya, Reza (Ade Surya Akbar) dan putrinya, Lara (Rachel Amanda). Darma tahu, dia telah melukai mereka sedemikian dalamnya, hingga rasanya tak mungkin mereka akan bisa memaafkannya. Enam


(61)

47

tahun yang lalu, Darma meninggalkan Dania, istrinya dan kedua anaknya, Reza dan Lara, karena menghamili Alina (Kinaryosih), sahabat Dania.

Darma tahu bahwa keluarganya sangatlah terpukul akan kejadian tersebut. Oleh karena itu selama ini, setiap Lebaran, dia tak pernah mencoba untuk datang menemui mereka. Darma tidak sanggup jika harus menghadapi kemarahan keluarganya.

Namun maaf dari Dania yang belum didapatnya. Berbagai cara dilakukan Darma, Hingga suatu saat secara tak sengaja Darma bertemu dengan Lara. Ia berusaha keras mendekati Lara. Lara yang awalnya bimbang akhirnya luluh akan keinginan ayahnya. Karena jauh di dalam hatinya ia sangat merindukan peristiwa ini, di mana ia bisa bercengkrama kembali dengan ayahnya. Darma pun menyampaikan kondisi yang sedang dihadapinya. Lara pun mengalami dilema, karena di dalam hatinya ia ingin memenuhi keinginan ayahnya.( http://www.kapanlagi.com/a/kata-maaf-terakhir.html ) di akses 06 september 2009.

Lain halnya dengan Reza, ia marah luar biasa terhadap ayahnya sehingga tak mengakui bahkan menganggapnya tidak punya ayah. Sedangkan Dania, sebenarnya ia masih peduli atau merasa trauma untuk memulai hidup baru. Mampunya Darma mewujudkan keinginan terakhirnya, mendapatkan kata maaf dari keluarga yang disakitinya. (http://www.astaga.com/content/kata-maaf-terakhir-jika-maaf-jadi-penenang-jiwa) di akses pada tanggal 06 september 2009


(1)

NO KATEGORI F %

1 Rendah 6 6

2 Sedang 42 42

3 Tinggi 52 52

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel diatas menyatakan bahwa motif hiburan responden dalam menonton film Kata Maaf Terakhir pada kategori tinggi sebanyak 52 responden atau 52%, sedangkan pada kategori sedang sebanyak 42 atau 42 %, dan 6 responden atau 6 % berada dalam kategori rendah.

Banyaknya responden yang berada pada kategori tinggi dengan jumlah 52 responden ( 52%) ini disebabkan sebagian besar responden cenderung berusaha untuk memenuhi kebutuhan akan mendapatkan hiburan. Dalam hal ini membutktikan bahwa dengan menonton film Kata Maaf Terakhir responden merasa tehibur, melepaskan ketegangan, mengisi waktu luang, dan ingin merasakn terharu / kegembiraan yang terjadi pada film Kata Maaf Terakhir.

Sedangkan sebanyak 42 responden atau 42 % berada pada kategori sedang, hal ini dikarenakan bahwa responden untuk mendapatkan hiburan dapat dilakukan dengan cara mengikuti pesta atau bertamasya, dan sebanyak 6 responden atau 6% pada kategori rendah. Hal ini dikarenakan bahwa responden tidak hanya butuh hiburan semata.

4.4 Pembahasan

Dari hasil analisi data yang diperoleh oleh peneliti dengan menggunakan penelitian. Maka dapat dihasilkan bahwa tujuan dari para remaja dalam menonton film Kata Maaf Terakhir berbeda – beda kebutuhannya, salah satunya dengan menonton film Kata Maaf Terakhir yang menurut responden mempunyai jalan cerita yang bagus dan bisa memberikan pesan yang berharga serta bermanfat bagi responden mengenai sebuah arti kata maaf yang menjadi tema film Kata Maaf Terakhir.


(2)

Pernyataan dari hasil penelitian pada responden remaja dengan menggunakan motif kognitif, identitas personal dan diversi menyimpulkan memiliki kebutuhan yang berbeda. Motif kognitif yang memiliki tujuan individu menonton film Kata Maaf Terakhir di bioskop untuk mencari pengetahuan atau hal – hal baru dan cenderung untuk memenuhi kebutuhan akan mendapatkan informasi. Sehingga kecenderungan nya adalah kategori tinggi. Sedangkan motif identitas personal yang memberikan gambaran bagaimana responden dalam pembentukan identitas personal seperti mendapatkan motivasi, percaya diri, pencerahan hidup dan memiliki kecenderungan kategori sedang. Dikarenakan sebagian besar responden tidak sepenuhnya terpenuhi kebutuhannya akan pembentukan diri sendiri. Dan pada motif diversi memiliki kecenderungan tinggi dikarenakan tidak hanya sebagian besar responden cenderung berusaha untuk memenuhi kebutuhan akan medapatkan hiburan, melepaskan diri dari ketegangan dan merasakan kegembiraan/ keharuan yang terjadi pada film Kata Maaf Terakhir.


(3)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Melalu tahapan pengumpulan hingga pada analisa data yang dilakukan peneliti tentang motif remaja Surabaya dalam menonton Film Kata Maaf Terakhir di bioskop, maka peneliti memiliki kesimpulan bahwa:

1. Sebagian besar remaja surabaya memiliki motif kognitif yang tinggi dikarenakan motif remaja karena ingin mengetahui tentang arti dari keluarga yang harmonis dan ingin memandang suatu masalah yang sedang dihadapi dengan baik.

2. Motif Identitas Personal yang sedang, dikarenakan motif remaja menonton film Kata Maaf Terakhir di bioskop, ingin mendiskusikan tentang tampilan cerita maupun toloh dalam film Kata Maaf Terakhir di bioskop sehingga dapat meningkatkan pemahaman diri.

3. Motif Diversi yang tinggi dalam menonton film Kata Maaf Terakhir di bioskop beberapa faktor yang mempengaruhi adalah remaja yang ingin mencari suatu hiburan remaja hanya untuk mengisi waktu luang, remaja ingin bersantai, remaja ingin melepaskan diri dari kejenuhan.

Teori uses n gratification memandang individu sebagai makhluk suprasional dan sangat efektif. Dalam model ini perhatian bergeser dari proses pengiriman pesan ke proses penerimaan pesan. Menurut teori uses n


(4)

gratification. Perbedaan motif dalam konsumsi media massa menyebabkan kita bereaksi pada media massa secara berbeda puola. Lebih lanjut ini berarti bahwa efek media masa juga berlainan pada setiap anggota khalayak nya. Kepada pencari identitas. Media massa mungkin menimbulkan efek afektif yang mengerikan. Kepada pencari model, media massa mungkin pelaku pendorong yang meresahkan.

5.2 Saran

dari hasil analisa yang diperoleh di atas, peneliti menyarankan sebagai berikut:

1. Melihat analisa data yang menunjukkan bahwa sebagian besar remaja surabaya memiliki kognitif yang tinggi, motif identitas personal yang sedang dan motif diversi yang tinggi maka disarankan insane perfilman nasional untuk terus mencari inovasi baru agar semua fungsi ( penerangan, pendidikan dan hiburan) dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

2. Dalam penelitian ini masih banyak hal – hal yang dapat diteliti lebih mendalam lagi. Oleh karena itu, penelitian ini dapat dijelaskan titik awal untuk melanjutkan penelitian selanjutnya mengenai motif menonton film Kata Maaf Terakhir di bioskop dengan topik yang lebih mendalam dan analisis statistik yang lain. Artinya tujuan penelitian dapat di kembangkan untuk mengetahui hubungan motif dengan efek penggunaan media. Jadi bukan hanya mendsikripsikan motif saja.


(5)

3. Penelitian berikutnya, sebaiknya dicantumkan penelitian tentang motif sosial interaksional dan menggunakan teori motif yang diciptakan oleh McQuail.


(6)

- Mc Quail ,Denis, 2002. Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar. Jakarta : PT Erlangga - Rakhmat, 2001. Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, Bandung : PT Remaja Rosdakarya - Effendy, Onong Uchana, 2000. Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : PT Remaja

Rosdakarya

- Hikmat, Mahi, M, 2007. Awas narkoba, Para Remaja Waspadalah, Bandung : PT Grafiti. - Gerungan.S.S., Psikologi Sosial, Bandung, PT. Rafika Aditama.

- Purwanto, N. M, 2002. Psikologi pendidikan, Cetakan IX, Bandung : Remaja Rosdakarya - Soekanto, Soerjono, 2003. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada - Gunarsa, Ny Singgih dan Singgih D. Gunarsa, 2007. Psikologi Remaja,Cetakan ke-16,

Jakarta : PT. Tuntas Jaya Lestari.

- Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi,198. Metode Penelitian Survai, Yogyakarta: LP3ES

- Sugiyobo,2003. Metode Penelitian dan Administrasi, cetakan Kesembilan, Bandung: Alfa Beta.

- Bungin, 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada. - Sobur, Alex, 2002, Analisis Teks Media, Bandung: Remaja Rosdakarya

- Dewan Film Nasional, 1994, Apresiasi Film Indonesia, Jakarta: Dewan Film Nasional

NON BUKU :

- http://www.geocities.com/Paris/7229/film.htm

- http://www.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=93816 - www.sabda.org/c3i/kategori/pranikah-pernikahan/isi/”id=708&mulai=0 - http :// kunci.or.id/teks/victor2.html


Dokumen yang terkait

KONSTRUKSI PENDIDIKAN MENGHARGAI ORANG TUA DALAM FILM ”KATA MAAF TERAKHIR” KONSTRUKSI PENDIDIKAN MENGHARGAI ORANG TUA DALAM FILM ”KATA MAAF TERAKHIR” (Analisis Semiotik Perspektif Pembelajaran PKn).

0 0 15

“MOTIF PEMIRSA MENONTON ACARA “X-FACTOR INDONESIA” (Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Menonton Acara “X-Factor Indonesia” di RCTI).

2 3 118

MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON PROGRAM ACARA DOKUMENTER ”PARADISO” DI TRANS7 ( Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara Dokumenter “PARADISO“ di TRANS7 ).

0 0 98

MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON PROGRAM ACARA DOKUMENTER "PARADISO" DI TRANS7 ( Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara Dokumenter "PARADISO" di TRANS7 ).

0 0 98

MOTIF REMAJA DALAM MENONTON FILM TENDANGAN DARI LANGIT (Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Dalam Menonton Film Tendangan Dari Langit di Kota Malang).

0 0 102

MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON PROGRAM ACARA FTV ”SINEMA WAJAH INDONESIA” DI SCTV ( Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara FTV “Sinema Wajah Indonesia“ di SCTV ).

1 2 119

MOTIF REMAJA DALAM MENONTON KUIS “HAPPY SONG“ DI INDOSIAR (Studi Deskriptif Motif Remaja Surabaya Terhadap Kuis “Happy Song” di Indosiar).

0 0 79

MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON FILM KATA MAAF TERAKHIR ( Studi Deskriptif kuantitatif mengenai motif remaja Surabaya menonton film kata maaf terakhir ) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN “ VETERAN:

0 0 26

MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON PROGRAM ACARA DOKUMENTER "PARADISO" DI TRANS7 ( Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara Dokumenter "PARADISO" di TRANS7 )

0 0 25

MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON PROGRAM ACARA DOKUMENTER ”PARADISO” DI TRANS7 ( Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara Dokumenter “PARADISO“ di TRANS7 )

0 0 25