Antara Uang dan Daya Juang.

KOMPAS
o Selasa
456
20

21

o Mar

OApr

0

.

o Kamis

Rabu
8
7
22

23
OMei

9

10
24

OJun

.

Jumat

25
Jul

0

o Sabtu 0 Minggu

12

11

13

26

27

Ags

OSep

14
28

OOkt

15

29
ONov

16
30

31

ODes

Ratu$an calon mahasTswa sudah berdatangandi' gerbang Universitas Padjadjaran
(UNPAD) Dipati Ukur Pagi itu. Sejak pukul 06.30 WIB, mata-mata mereka telah terlihat lepas dari
kantuknya, dimana saat ini kantuk tersebut sudah diselimuti oleh perasaan tegang yang khas
keluar saat jelang ujian. Pagi itu, Minggu (07/6), mereka akan menghadapi Seleksi Masuk
Universitas Padjadjaran (SMUP) yang tahun ini diikuti sekitar 15.000 peserta dan akan bersaing
untuk memperebutkan 3.100 bangku yang tersedia dari semua jurusan di UNPAD. Sedangkan
dari jalur utama SNMPTN yang disediakan UNPAD sebesar 3.800 BangkLi diikuti PTN lain seperti
ITB
kursi),
UPI (2.470

kursi)
dan UIN (680 kursi)
-; (1.140
!;. .
-~-~
--

I

nilah sebuah realita visual yang sudah terutinkan sejak tahun ajaran
2006/2007 dimana UNPAD memfasilitasi seleksi masuknya melaluijalur mandiri yang biasa disebut dengan SMUP (Seleksi Masuk Universitas Padjadjaran).
Tapi sayang, adanya jalur kemudahan
untuk menembus UNPAD bukanlah satu solusi untuk semua kalangan masyarakat khususnya calon mahasiswa. Hanya untuk mere- .
ka yang mampu saja, karena pengorbanan
materi yang menjadi salah satu syaratnya
terbilang cukup mahal. Bayangkan, untuk
Fakultas Kedokteran, angka tersebut dipatok di atas 100 juta rupiah.
Va, begini lah kenyataan yang sudah disadari namun tetap dibuat abstraksi dengan
berbagai alasan peningkatan kualitas. Banyak yang beranggapan pendidikan saat ini
seperti layaknya industri, dimana bangkubangku di PTN (perguruan Tinggi Negeri)

hanya milik kaum borjuis. Namun anggapan
miring ini dibantah oleh Prof Ganjar Kurnia
yang menyatakan kalau UNPAD tetap milik
semua masyarakat. Tidak pan dang bulu, mereka yang kaya dan miskin tetap bisa menikmati pendidikan di UNPAD. "Jalur SMUP
adalah bentuk kemandirian dari UNPAD,
memang perlu pengorbanan uang yang lebih
besar dibandin.ea~

de~an

SN~PTN

(Se~

leksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri), namun bukan berarti uang adalah segalanya, tetap hasil teslah yang menentukan
berhak atau tidaknya calon mahasiswa tersebut diterima di UNPAD. Dijalur ini kami menerima sekitar 3100 mahasiswa baru dari lebih kurang 15000 peserta. Jumlah ini tidak
merusak bangku yang disediakan untuk mahasiswa baru yang masuk lewat SNMPTN.
Dari dulu bangku yang tersedia lewat jalur
ini sebanyak 3800 dan sampai saat ini pun
masih senilai itu. Dan perlu dicatat kalau kami menentukan kelulusan siswa diterima di

UNPAD bukan berd'asarkan angka sumbangan, tetap hasil tes yang menentukan kesemuanya," ucap Ganjar (07/6). Begitujuga dengan ITB (Institut Teknologi Bandung) yang
menawarkan angka sumbangan di atas 40 juta rupiah. ITB pun lewat sang Wakil Rektor
Bidang Akademik, Adang Surahman berkata
dengan biaya masuk yang besar, bukan berarti ITB tidak mau menampung calon mahasiswa yang berekonomi lemah. Tetap ada
bantuan untuk mahasiswa dengan keadaan
ekonomi seperti ini yang ditenggarai dibiayai lewat subsidi silang. Lebih lanjut ditambahkan, dengan status BHMN (Badan Hukum Milik Negara) yang saat ini.disandang
ITB, mereka mengaku lebih bisa menampung mahasiswa dari kalangan ekonomi lemah.

....--------.--..----

K lip i n 9 Hum 0 5 Un pod

2 0 0 9'
-

Ttrhltung

atnlt

Dari sekian banyak calon mahasiswa

ata}.!pun yang sudah diterima menjadi mahasiswa pada institusi PTN, diantara mereka
mengakui bahwa halnya ujian mandiri tidak
semudah yang dibayangkan mereka. Ratarata yang memilihjalur mandiri memiliki tujuan untuk sedikit mempermudah jalannya
menembus PTN pilihan mereka. Namun pada kenyataannya, saingan yang berada pada
kuantitas besar dengan materi ujian yang tidak bisa dikatakan mudah akhirnya tetap
membuat para calon mahasiswa yang mengikuti ujian mandiri harus berjuang ekstra keras untuk dapat menembus jurusan dan universitas negeri pilihannya.
Egi (18), seorang siswa kelas 3 SMAN 5
Bandung yang pada SMUP 2009 ini ikut
mengambil bagian mengaku soal SMUP terhitung cukup berat, terutama pada kajian
Tes Kemampuan Belajar (TKB). "Saya sudah
mengikuti tes ujian masuk di Universitas Parahyangan, dan menurut saya, dibandingkan
dengan tes-tes yang sudah diikuti, SMUP ini
cukup berat. Kayaknya keterimanya di pilihan kedua deh, gak yang pertama," kata Egi.
Begitu juga dengan seorang mahasiswa ITB
(tidak mau disebutkan namanya) yang diterima lewat jalur USM Terpadu pada tahun
2008 kemarin yang menyatakan soal-soal
ujian mandiri ITB sempat membuatnya pusing ketika mengerjakannya.
Dari kenyataan dan pernyataan di atas
dapat disimpulkan bahwa untuk menembus
PTN pilihan bukanlah sekedar mengharapkan dari kemampuan ekonomi semata, namun tetap ada nilai perjuangan yang menjadi hal utama. Hal inilah yang diharapkan tetap menjaga stabilitas kualitas input pada

universitas negeri ternama. Weny Widyowati S Sos, M Si, selaku Humas UNPAD menyatakan bahwa saat ini persaingan diantara
perguruan tinggi semakin ketat. Jikalau pada
masa ke belakang orang masih menaruh harapan besar pada PTN, saat ini banyak yang
sudah percaya pada kualitas Perguruan
Tinggi Swasta (PTS). "Kita yang berdiri di
lingkup PTN seharusnya waspaQa pada peningkatan kualitas pendidikan di PTS. Saat
ini banyak yang mengatakan PTN tidak kalah mahalnya dibandingkan PTS dan kualitasnya pun sudah semakin merata, untuk itu
perlu ada standar khusus dan perencanaan
dalam menjaga kualitas PTN. Untuk itu wajar jikalau ujian mandiri di berbagai PTN terkenai tidak kalah sulitnya dibandingkan dengan SNMPTN," ucap Weny.
Mengomentari permasalahan yang cukup dilematis ini, Pembantu Rektor II STBA
YAPARI ABA Iyo Mulyono mengatakan jalur-jalur masuk PTN ini sebenarnya menjadi
hak asasi dari para calon mahasiswa. Disam-

ping semuanya harus tetap seimbang antara
pembiayaan dan kualitas pendidikan yang
diberikan, lyo secara objektif tidak menyalahkan berkembangnya jalur-jalur mandiri
di berbagai PTN se-lndonesia.
la hanya
mengharapkan ada perbaikan yang sesuai
dalam misi mencerdaskan bangsa. Sedangkan Wasis Suprayetno, Kepala UPP Universitas Muhammadyah Malang mengatakan

kalau SNMPTN adalah bentuk saringan masuk PTN yang paling baik dibandingkan dengan ujian mandiri. Menurutnya dengan ujian mandiri, selain membebani masyarakat
akan pendidikan mahal juga sedikitnya mengurangi citra PTN sebagai lembaga pendidikan unggulan. "Bandingkan dengan dulu
pada tahun-tahun terdahulu dimana tidak
adanya jalur mandiri di PTN. Pada era dulu
tersebut, orang-orang akan merasa bangga
ketika mereka bisa diterima dalam ruang
pendidikan PTN, karena gengsi sebagai civitas akademika terpilih. Sedangkan sekarang,
muncul citra komersialisasi dalam tubuh
PTN dan akhirnya mengurangi citra di tubuh
PTN itu sendiri. Terlepas dari tetap terjaganya kualitas penyaringan di berbagai tes masuk
mandiri, perspektif orang-orang pada komersialisasi pendidikan tetap sulit dilunturkan.
Pllkologll H.rul Dlptrhltlkln
Walau menyiratkan penyerataan dan tidak sekadar terseleksi di PTN, banyak unsur
perbedaan yang memberikan dampak serangan psikologis pada para mahasiswa yang
punya perbedaan status ekonomi pada masa
saat ini. Ini yang dinilai masih kurang terpikirkan oleh pihak Universitas Negeri. Pada
kenyataannya, kampus negeri terbukti dihuni oleh beribu mahasiswa yang berasal dari
berbagai latar belakang ekonomi dan keluarga. Dari perbedaan jalur masuknya pun, banyak pengakuan yang muncul dari mulut
mahasiswa kurang mampu yang merasa
minder dan mengaku "terkucilkan". Ik (20),

mahasiswa dari salah satu Perguruan Tinggi
Negeri di Bandung juga mengaku secara tidak langsung, mental psikologis dari mahasiswa kalangan bawah seperti dirinya sering
merasa terkucilkan.
Dalam kaitan ini, Kesi Handayani seorang Psikolog menilai pihak universitas harus bisa membuat ruangyang setara diantara
anak didiknya, karena menurutnya kondisi
ini mengancam kestabilan mental belajar
dari anak yang merasa minder. "Penyerataan
harus dilakukan, misalnya pembinaan mental mahasiswa di tnasa orientasi. Selain itu
juga universitas jangan berusaha mencerai
keterikatan
emosi mereka dengan cara
membeda-bedakan, misalnya dari pembedaan kode NPM (Nomor Pokok Mahasiswa)
dan ~lain sebagainya,"
ujar Kesi.(AFR)
----