Sang Legendaris Kembali Setelah 30 Tahun Absen.

~ihtln Jabar

o Senin o Selasa - o Rabu
4

123
17

18

OJan

19
OPeb

5
20

o Mar

6

21
OApr

o Kamis . Jumat 0 Sabtu
8
23

7
22
OMei

9

10
24

11
25

12

26

o Minggu

13
27

14

28

15
29

16
30

G

OJUfI

. Jul 0 Ags 0 Sep OOkt ONov ODes
.--..--..-----.------..

SINDEN BEKEN

PARADE SIND EN

Sang Legendaris Kembali
Setelah 30 Tahun Absen
CAHA YA rembulan
malam menyinari
halaman Bale Rumawat Kampus Universitas Padjadjaran saat
pertunjukan kesenian
"Nyaksen 5inden
Beken" digelar, Rabu
(29/7) malam. Udara
yang terasa dingin
men cue uk kulit seperti
terlupakan oleh sekitar


--

--

Oleh: Oktora Verlawan

200 penonton yang
memadati lapangan
yang dirimbunkan
oleh pepohonan saat
lagam kawih dilantunkan selama tiga jam
oleh para juru sinden
seeara bergantian.
Malam itu seperti

sebuah aeara reuni
bagi empat generasi
juru sinden, mulai
generasi 70-an, 30-an,
90-an, hingga generasi

milenium baru. Para
pesinderi dari generasi
ke generasi tersebut
dengan suara lembut
mampu membius

. ke halaman 11

TRIBUN )ABAR/DENi

DENASWARA

---

K lip i n 9 Hum Q5 Un p Qd 2 00 9-----

-

Juru kawihRita
Tilamembawakan

lagu kasundaan
saat pergelaran
" Urang Nyaksen
Sinden Beken"di
halaman Bale
Rumawat kampus
Universitas
Padjadjaran,
JalanDipatiukur,
Bandung,Rabu
(29/7) malam.
Pergelaran ini
dimeriahkan lima
juru kawih.

---

Sang Legendaris
Kembali
Setelah 30

Tahun Absen
illdari halaman

1

ratusan penon ton dalam
buaian kawih Sunda
diiringi musik dari tim
kesenian Dnpad.
Para seniman Sunda ini
memiliki kemarnpuan luar
biasa dalam mengolah suara
hingga berhasil membawa
nama kesenian Sunda ke
kancah seni internasional.
Selain mahir dalam hat
kesindenan, mereka telah
menelurkan berbagai album
rekaman sinden.
Seperti Hj Idjah Hadijah

yang telah merilis puluhan
album bersama grup
Jugala atau Nunung
Nurmalasari yang telah
menelurkan 30 album
rekaman dari berbagai
jenis kesenian seperti
jaipongan dan kiliningan.
Nunung, yang mewakili
pesinden zaman sekarang,
tampil membuka acara.
Lengkingannya yang
terkenal itu mampu
membuat penikmat seni
berdecak kagum. D~njut.:..

kan oleh pesinden era 90an yang diwakilkan
kepada Rita Tila yang
tampil cantik mengenakan
gaun keemasan. Suaranya

yang mendayu-dayu
menyihir suasana malam
menjadi lebih hangat
dirasakan oleh penon ton.
Mendengar suara juru
sinden Neni Hayati
membawa para penikmat
melalangbuana ke era 80an. Suaranya tidak asing
lagi bagi penonton karena
kerap menghiasi layar
kaca dan radio. Dialah juru
sinden wayang yang
masih eksis dari era Ade
Kosasih Sunarya (Giri
Harja II) sampai era Asep
Sunandar Sunarya (Giri
Harja III). Suara melengking khasnya itulah yang
menjadi peneman cerita
pawayangan.
Dari generasi tahun 70an, Hj Idjah Hadijah tidak

mau kalah dari juru sinden
yang sebelurnnya telah
manggung. Dua buah
kawih dilantunkannya membuat bebenipa
tetamu tidak sungkansungkan untuk saweran.
Tapi bintang di malam
kemarin tak lain dan tak
£!.tkanJ.uru sinden ~
_

tahun 6O-an,Mamah
Enceng Sunarya. Meskipun
usianya menjelang 70
tahun, suara merdunya
tidak berubah sarna sekali.
Mamah mampu membuat
para penonton terkesima.
Setelah ia selesai melantunkan kawih, penon ton pun
tidak sungkan-sungkan
memberi penghormatan

tepuk tangan sambil
berdiri bagi dirinya.
Penghargaan yang
diberikan penon ton bagi
Mamah Enceng memang
wajar. Selain tampil
sebagai juru sinden paling
senior, inilah penampilan
Mamah untuk pertama
kalinya setelah pada akhir
tahun 78 memutuskan
untuk berhenti dari
kegiatan tarik suara atau
vakum dari dunia sinden.
Rika Rafika, yang
berperan sebagai master of
ceremony, tidak hentihentinya memuji Mamah
Enceng Sunarya. Bahkan
Rika meminta penon ton
beberapa kali memberikan
tepuk tangan pada beliau.
Diakui~amah,ada
sedikit nervolls saat
pertama kali menyinden
setelah vakum nyinden
selama 30 tahun. Dia takut

kalau suara emasnya tidak
bisa diperdendangkan lagi.
"Awalnya khawatir
juga, takut tidak bisa
nyinden lagi. Maklum
sudah berpuluh tahun
tidak pemah nyinden.
Sekarang nyinden lagi
untuk pertama kalinya,"
kata Mamah.
Tapi kekhawatiran itu
tak terbukti. Dia melantunkan kawih dengan
begitu merdu. Lengkingan
suara tinggi dan rendah
masih enak untuk
diperdengarkan.
"Saya senang dan
bahagia bisa ikut berpartisipasi dalam acara ini.
Meskipun suara saya tidak
seperti dulu lagi, saya
senang penon ton bisa
menerimanya," ujarnya.
Menurut Mamah, suara
merdunya itu selain
Karena bawaan dari
keluarganya yang peseni,
dikarenakan juga satu
resep yang terus dipegangnya dari dulu hingga
sekarang. Resepnya
temyata hanyalah
menjaga agar mulutnya
tidak berbicara hal-hal
yang kotor dan tidak
membicarakan keburukan
orang lain. (*)