Analisis Manajemen Persediaan Bahan Baku dalam Meningkatkan Profitabilitas pada PT “X”.

(1)

i

ABSTRAK

Dalam tuntutan era globalisasi saat ini sangat diperlukan profesionalisme dalam manajemen persediaan bahanbaku. Masalah penentuan besarnya persediaan mempunyai efek yang secara tidak langsung mempengaruhi besarnya keuntungan yang akan diperileh perusahaan.

Persediaan yang terlalu besar akan memperbesar biaya penyimpanan di gudang dan kemungkinan kerusakkan barang, keusangan, serta menurunnya kualitas bahan baku. Sebaliknya, persediaan yang terlalu kecil akan merugikan perusahaan karena perusahaan tidak dapat bekerja pada tingkat produksi yang direncanakan sehingga berpengaruh langsung pada tingkat keuntungan.

PT “X” adalah produsen kontrasepsi kondom yang didirikan di Bandung pada tahun 1992. Perusahaan ini didirikan sebagai antisipasi dari kebutuhan masyarakat akan kontrasepsi dalam melaksanakan program pemerintah yaitu “Keluarga Berencana”.

Dengan melihat pentingnya manajemen persediaan bahan baku dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan, maka penulis merasa tertarik untuk menganalisis manajemen persediaan pada PT “X”.

Berdasarkan hasil analisis manajemen persediaan bahan baku dalam meningkatkan profitabilitas PT “X” didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Rasio gross profit margin yang dicapai perusahaan untuk masing-masing tahun sebelum adanya pengendalian persediaan berturut-turut adalah sebesar ; 33,750% ; 36,923% ; 36,923% ; 29,422%; dan 32,556%. Net profit margin yang dicapai perusahaan tahun 2002–2006 adalah : 5,494% ; 5,677% ; 5,682% ; 4,592% ; dan 5,375%. Sedangkan untuk ROI dan ROE yang dicapai perusahaan tahun 2002-2006 adalah : ROI 7,873%, ROE sebesar 37,478% ; 7,759%, ROE sebesar 22,599% ; ROI sebesar 7,768% , ROE sebesar 22,587% ; 2,898% , ROE sebesar 11,129%; 7,071% , ROE sebesar 15,439%.

2. Dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ), perusahaan dapat melakukan penghematan biaya persediaan setiap tahunnya berturut-turut dari tahun 2002-2006 sebesar : Rp 156.676.400,00; Rp 169.165.021,00; Rp 193.171.624,00; Rp 242.259.715,00; dan Rp 263.392.520,00. Dengan adanya penghematan biaya ini, laba yang diterima perusahaan menjadi lebih besar karena biaya yang menyangkut adanya persediaan dapat ditekan.

3. Jika perusahaan menerapkan pengendalian persediaan dengan menggunakan metode EOQ, rasio gross profit margin yang diterima perusahaan pun meningkat menjadi sebesar ; 34,695%; 37,736% ; 37,666%; 31,165%; dan 33,385%. Dan untuk Net profit yang diterima perusahaan masing-masing tahun meningkat menjadi sebesar ; 6,438% ; 6,491% ; 6,540% ; 6,335% ; dan Rp. 1.974.049.881,00 dengan NPM 6,203%. Sedangkan untuk ROI dan ROE yang dicapai perusahaan jika perusahaan menerapkan metode EOQ adalah sebesar ; tahun 2002 ROI 9,226% dan ROE sebesar 43,921% ; tahun 2003 ROI sebesar 8,872% dan ROE sebesar 25,838% ; tahun 2004 ROI sebesar 8,939% dan ROE sebesar 26,034% ; tahun 2005 ROI sebesar 3,998% dan ROE sebesar 15,355%; serta tahun 2006 ROI sebesar 8,161% dan ROE sebesar 17,817%.


(2)

ii

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ………. i

DAFTAR TABEL ………. iv

DAFTAR GAMBAR ……… v

DAFTAR BAGAN……… vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian ……….. 1.2 Identifikasi Masalah ………... 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ………... 1.4 Kegunaan Penelitian ………... 1.5 Kerangka Penelitian ………... 1.6 Metode Penelitian ………... 1.7 Lokasi dan Lama Penelitian ………...

1 3 4 4 5 10 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Persediaan ………... 2.1.1 Jenis dan Fungsi Persediaan ……….. 2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Persediaan ……… 2.1.3 Manfaat Memiliki Persediaan ………

12 12 15 16


(3)

iii

2.1.4 Risiko dan Biaya berkaiatan dengan Persediaan …... 2.2 Manajemen Persediaan ……….. 2.2.1 Definisi Manajemen Persediaan ……… 2.2.2 Pengendalian Persediaan ………... 2.2.3 Fungsi dan Tujuan Pengendalian Persediaan ……… 2.2.4 Metode Pengendalian Persediaan ……….. 2.2.4.1 Activity Based Costing System (ABC System) ………. 2.2.4.2 Economic Order Quantity (EOQ) ………… 2.2.4.3 Just In Time System ………. 2.2.4.4 Material Requirement Planning (MRP) ….. 2.3 Profitabilitas ………... 2.3.1 Gross Profit Margin (GPM) ………. 2.3.2 Net Profit Margin (NPM) ………. 2.3.3 Return On Investment (ROI) ………. 2.3.4 Return On Equity (ROE) ………..

17 22 22 23 24 25 25 27 33 34 34 35 36 38 38

BAB III OBJEK PENELITIAN

3.1 Sejarah Umum Perusahaan ………. 3.2 Visi dan Misi Perusahaan ………... 3.3 Struktur Organisasi Perusahaan ………. 3.4 Deskripsi Pekerjaan ……… 3.5 Jenis Produk yang Dihasilkan Perusahaan ……….

39 41 41 43 53


(4)

iv

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Pengendalian Manajemen Persediaan Bahan Baku Perusahaan ……… 4.1.1 Biaya Persediaan Bahan Baku Latex Perusahaan ……. 4.2 Perkembangan Gross Profit Margin, Net Profit Margin, ROI dan ROE Perusahaan ……….. 4.3 Analisis Kuantitas Pesanan Ekonomis / Economic Order

Quantity (EOQ) ……….. 4.3.1 Biaya Persediaan Bahan Baku dengan Menggunakan Model Economic Order Quantity (EOQ) ……….. 4.3.2 Laba Perusahaan dengan Menggunakan Model Economic Order Quantity (EOQ) ………. 4.3.3 Perbedaan Profitabilitas yang Dihasilkan Perusahaan Menurut Perhitungan Perusahaan dan Model Economic Order Quantity (EOQ) ……….

57 60

68

73

75

82

85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ……….

5.2 Saran ………...

93 96

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(5)

v

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

2.1 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 4.15

Faktor Pengaman (Safety Factor)

Rekapitulasi Kebutuhan Bahan Baku Latex Rata-Rata Kebutuhan Latex dalam Setahun Rekapitulasi Total Biaya Persediaan Laba Kotor, Laba Bersih

Perkembangan Gross Profit Margin Perkembangan Net Profit Margin

Perkembangan Return On Investment dan Return On Equity Frekuensi Pemesanan, Biaya Pemesanan, Jumlah Persediaan, Laba yang Diterima Perusahaan Sebelum adanya Penghematan Biaya Persediaan

Laba yang Diterima Perusahaan Setelah adanya Penghematan Biaya Persediaan

Perbandingan Jumlah Persediaan, Frekuensi Pemesanan, Biaya Persediaan, dan Laba perusahaan dengan menggunakan Perhitungan Perusahaan dan Metode Economic Order Quantity Perbandingan Gross Profit Margin Pengendalian Persediaan Bahan Baku menurut Perusahaan dan Economic Order Quantity (EOQ)

Perbandingan Net Profit Margin Pengendalian Persediaan Bahan Baku menurut Perusahaan dan Economic Order Quantity (EOQ)

Perbandingan ROI Pengendalian Persediaan Bahan Baku menurut Perusahaan dan Economic Order Quantity (EOQ) Perbandingan ROE Pengendalian Persediaan Bahan Baku menurut Perusahaan dan Economic Order Quantity (EOQ)

29 59 60 67 68 70 71 73 81 84 84 86 88 89 91 92


(6)

vi

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

2.1

2.2 4.1

Pengendalian Persediaan Menurut Sistem Klasifikasi ABC

Biaya Persediaan dan Kuantitas Pesanan Ekonomis Diagram Laba Kotor dan Laba Bersih

27 31 69


(7)

vii

DAFTAR BAGAN

No. Bagan Halaman

1.1 2.1 3.1 4.1

Kerangka Pemikiran

Sistem Kuantitas Pesanan Ekonomis Struktur Organisasi

Pelaksanaan Pengendalian Manajemen Persediaan Bahan Baku Perusahaan

9 32 42


(8)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Proses industri harus dipandang sebagai suatu perbaikan terus menerus, yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan produk, proses produksi, sampai distribusi kepada konsumen. Selanjutnya, berdasarkan informasi sebagai umpan balik yang dikumpulkan dari pengguna produk (pelanggan) itu kita dapat mengembangkan ide-ide untuk menciptakan produk baru atau memperbaiki produk lama serta proses produksi yang ada saat ini.

Pengembangan suatu industri manufacturing memerlukan perbaikan reformasi bisnis modern yang mencakup keseluruhan sistem industri dari kedatangan material sampai distribusi kepada konsumen dan desain ulang produk untuk masa mendatang. Industri manufaktur di Indonesia masih banyak mempraktekkan sistem manajemen industri tradisional. Sistem manajemen industri tradisional memperlakukan departemen pemasaran sebagai departemen yang bertugas sekedar menjual produk dan mengelola administrasi penjualan. Kondisi ini diperparah lagi dengan departemen Production Planning and Inventory Control (PPIC) yang berfungsi sekedar untuk menyetujui dan mengeluarkan pesanan produksi, tanpa menyampaikan pesan penting dalam peningkatan efisiensi, kualitas, dan daya saing, sehingga tampak adanya kesenjangan komunikasi yang bertanggung jawab memberikan informasi yang


(9)

2

Universitas Kristen Maranatha berkaitan dengan kebutuhan pelanggan. Oleh karena itu dalam tuntutan era globalisasi saat ini sangat diperlukan profesionalisme dalam manajemen persediaan.

PT “X” adalah produsen kontrasepsi kondom didirikan di Bandung pada tahun 1992. Perusahaan ini didirikan sebagai antisipasi dari kebutuhan masyarakat akan kontrasepsi dalam melaksanakan program pemerintah yaitu " Keluarga Berencana". Dalam perkembangannya produksi kondom dari PT “X” memperoleh kepercayaan sebagai kondom resmi program Keluarga Berencana di Indonesia. Pada tahun 1996 PT “X” juga memproduksi alat suntik sekali pakai dan merupakan satu-satunya produsen alat suntik yang paling terkemuka di Indonesia. Pabrik PT “X” memproduksi alat suntik sekali pakai dengan kapasitas 37 juta pcs/tahun dan kondom dengan kapasitas 900.000 gross/tahun. Oleh karena itu PT “X” berusaha keras untuk dapat memenuhi permintaan konsumennya dengan menyediakan alat suntik sekali pakai dan kondom yang berkualitas tinggi.

Dalam proses pengadaan bahan baku tersebut, perusahaan menghadapi beberapa kendala antara lain sulitnya mendapatkan bahan baku latex untuk pembuatan kondom, hal ini terjadi karena latex yang digunakan sebagai bahan dasar kondom sangat dipengaruhi oleh musim, sehingga berakibat pada terhambatnya kegiatan produksi perusahaan.

Masalah penentuan besarnya persediaan mempunyai efek yang secara tidak langsung mempengaruhi besarnya keuntungan yang akan diperoleh perusahaan.

Persediaan yang terlalu besar akan memperbesar biaya penyimpanan di gudang dan kemungkinan kerugian akibat kerusakan barang, keusangan, serta


(10)

3

Universitas Kristen Maranatha menurunnya kualitas bahan baku. Sebaliknya, persediaan yang terlalu kecil akan merugikan perusahaan karena perusahaan tidak dapat bekerja pada tingkat produksi yang direncanakan sehingga berpengaruh pada tingkat keuntungan.

Dengan melihat masalah-masalah yang akan timbul dalam pengaturan persediaan bahan baku di perusahaan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai pengelolaan persediaan dan analisisnya terhadap laba perusahaan. Sehingga penelitian akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul “ANALISIS MANAJEMEN

PERSEDIAAN BAHAN BAKU DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS PADA PT “X””.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasikan permasalahan yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan manajemen persediaan yang dilakukan oleh PT “X” pada periode tahun 2002-2006?

2. Bagaimana peningkatan laba yang dicapai oleh PT “X” pada periode tahun 2002-2006?

3. Bagaimana analisis pelaksanaan manajemen persediaan bahan baku yang dijalankan perusahaan dalam meningkatkan laba perusahaan pada PT “X” selama periode tahun 2002-2006?


(11)

4

Universitas Kristen Maranatha

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data guna penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat dalam menempuh sarjana penuh pada jurusan Manajemen Universitas Kristen Maranatha.

Adapun tujuannya adalah :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan manajemen persediaan yang dilakukan oleh PT “X” selama periode tahun 2002-2006.

2. Untuk mengetahui peningkatan laba yang dicapai oleh PT “X” selama periode tahun 2002-2006.

3. Untuk mengetahui pelaksanaan manajemen persediaan bahan baku yang dijalankan perusahaan dalam meningkatan laba pada PT “X” selama periode tahun 2002-2006.

1.4 Kegunaan Penelitian

Sebagaimana kita ketahui bahwa setiap penelitian selain terkandung maksud dan tujuan juga terdapat kegunaan yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan, diantaranya yaitu :

1. Kegunaan Teoritis

Dapat dijadikan sebagai suatu masukan untuk pengembangan disiplin ilmu keuangan terutama mengenai pengaruh manajemen persediaan terhadap laba perusahaan dan juga digunakan sebagai masukan dalam pengembangan ilmu keuangan.


(12)

5

Universitas Kristen Maranatha 2. Kegunaan Praktis

Berguna untuk manajemen perusahaan memberikan sumbangan ide-ide, serta bahan masukan atau pemikiran bagi perusahaan dan lembaga lain yang terkait dalam menghadapi masalah manajemen persediaan yang dibandingkan dengan teori-teori yang sudah ada dengan pelaksanaan di lapangan khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan manajemen persediaan dan laba perusahaan.

1.5 Kerangka Pemikiran

Manajemen Persediaan yang baik merupakan salah satu faktor keberhasilan suatu perusahaan manufacturing untuk melayani kebutuhan pabrik dan konsumen dalam menghasilkan suatu produk yang berkualitas dan tepat waktu. Permasalahan tidak tepatnya waktu kedatangan bahan baku yang telah dijadwalkan perusahaan dapat membuat suatu kepanikan apabila stock persediaan bahan baku habis, sementara order harus tetap dipenuhi. Sebaliknya kelebihan persediaan menimbulkan biaya tambahan seperti biaya keamanan, biaya gudang, dan resiko penyusutan, yang seringkali kurang jadi pertimbangan perusahaan.

Manfaat adanya persediaan berguna untuk menghindari kehilangan penjualan, memperoleh diskon kuantitas, mengurangi biaya persediaan dan mencapai produksi yang efisien. Agar tercipta nilai persediaan yang optimum, maka bagian pembelian, produksi dan penjualan harus mempunyai satu sudut pandang yang sama agar terjalin kerja sama yang baik dalam mencapai tujuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang berkualitas.


(13)

6

Universitas Kristen Maranatha Lawrance J. Gitman mendefinisikan persediaan adalah :

“Inventory is a necessary current asset that permits the production sale process to operate with a minimum of disturbance”. (Gitman, 1998, 717).

Artinya inventori adalah aktiva lancar yang perlu dilakukannya proses penjualan produksi untuk beroperasi dengan gangguan minimum.

Setiap prosedur yang memungkinkan perusahaan mencapai volume penjualan tertentu dengan tingkat persediaan yang relatif kecil akan menaikkan tingkat pengembalian (laba) dan dengan sendirinya akan meningkatkan nilai perusahaan. Namun tindakan untuk mengurangi persediaan juga dapat mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk menjual karena habisnya persediaan atau tingginya biaya untuk menurunkan tingkat produksi.

Tujuan dari manajemen persediaan menurut Eugene F. Brigham adalah : “The twin goal of inventory management are 1. to ensure that the inventories needed to sustain operations are available and 2. to hold the cost of ordering and carrying inventories to the lowest possible level”. (Brigham,1999, 505).

Artinya dua tujuan inventori manajemen adalah 1. untuk memastikan bahwa inventaris yang diperlukan untuk mendukung operasi tersedia dan 2. untuk menjaga agar biaya pemesanan dan penyimpanan persediaan berada pada level yang paling rendah.

Manajemen persediaan meliputi pengendalian kuantitas dalam batas-batas yang telah direncanakan, dan perlindungan fisik persediaan agar tersedia pada waktu yang dibutuhkan dengan biaya yang minimum. Ada beberapa metode dalam pengendalian persediaan agar persediaan tersebut ada tepat waktu serta dengan biaya minimum, yaitu : ABC System, Economic Order Quantity (EOQ), Just In Time (JIT), dan Material Requirements Planning (MRP).


(14)

7

Universitas Kristen Maranatha Dengan adanya cara-cara mengatur bahan baku di atas, maka diharapkan biaya yang digunakan untuk persediaan atau dana yang diinvestasikan dalam persediaan dapat digunakan seefisien mungkin, dan biaya-biaya yang tidak perlu dapat ditekan untuk memaksimumkan keuntungan.

Ukuran yang menunjukkan perusahaan menghasilkan laba disebut profitabilitas. Profitabilitas perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba yang diperoleh perusahaan dengan investasi atau penjualan. Disini, perhatian ditekankan kepada profitabilitas karena untuk dapat bertahan dalam industrinya, perusahaan harus berada dalam keadaan menguntungkan. Tanpa adanya keuntungan akan sangat sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar.

Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva atau modal sendiri. Bagi perusahaan yang membeli kemudian menjual kembali barang dagangannya, petunjuk awal untuk menilai profitabilitas adalah dengan menggunakan margin laba kotor (gross profit margin). Gross profit margin didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan penjualan dengan harga pokok penjualan. Yang mana perhitungannya mengandalkan nilai persediaan sesuatu perusahaan, yaitu barang-barang yang dipegang untuk dijual kembali.

Gross Profit Margin menurut Charles T. Horngren adalah :

“Gross margin also called Gross Profit is the excess of sales revenue over cost of goods sold”(Horngren, 1998, 264).

Artinya Marjin kotor disebut juga Laba bruto adalah kelebihan hasil penjualan atas harga pokok penjualan.


(15)

8

Universitas Kristen Maranatha Disebut gross profit margin karena belum dikurangi semua beban biaya operasi yang ada dalam perusahaan yang nantinya akan menghasilkan net profit margin. Adapun biaya-biaya yang dikeluarkan karena memiliki persediaan adalah : Biaya Pemesanan Persediaan (Ordering Cost), dan Biaya Penyimpanan Persediaan (Carrying Cost).

Rasio pengukuran profitabilitas yang kedua adalah dengan menggunakan margin laba bersih (net profit margin). Net profit margin merupakan ukuran keuntungan penjualan setelah menghitung seluruh biaya dan pajak penghasilan.

Net Profit Margin menurut Lawrence J. Gitman adalah :

“Measures the percentage of each sales dollar remaining after all costs and expense, including interest, taxes, and preferred stock dividends, have been deducted”.(Lawrence J. Gitman, 64, 2003)

Untuk meningkatkan laba bersih dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan meningkatkan nilai penjualan atau dengan menekan semua biaya dan beban yang ada dalam perusahaan.

Rasio pengukuran profitabilitas yang ketiga adalah Return on Investment (ROI) atau yang biasa dikenal juga dengan istilah Return on Asset (ROA). Rasio ini menunjukan tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh investasi yang telah dilakukan.

Rasio profitabilitas terakhir adalah tingkat pengembalian modal (Return on Equity /ROE). Rasio ini mengukur berapa besar pengembalian yang diperoleh pemilik bisnis atau pemegang saham atas modal yang dia setorkan untuk bisnis tersebut. ROE merupakan indikator yang tepat untuk mengukur keberhasilan bisnis dalam memperkaya pemegang sahamnya.


(16)

9

Universitas Kristen Maranatha

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran

Sumber : Hasil Analisis Penulis Peningkatan Laba

Perusahaan

Manajemen Persediaan  Manajemen Persediaan bahan baku

 Manajemen Persediaan barang setengah jadi

 Manajemen Persediaan barang jadi

Manajemen Persediaan Bahan Baku

Meminimumkan biaya persediaan  Biaya Pemesanan Persediaan

 Biaya Penyimpanan Persediaan

Metode yang digunakan untuk mengukur efisiensi persediaan :  EOQ (Economic Order

Quantity)

Metode yang dijalankan perusahaan untuk meminimumkan biaya


(17)

10

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Metode Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus, yaitu suatu metode pengumpulan data yang sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Data disajikan kemudian dianalisis sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas mengenai objek penelitian untuk meraih kesimpulan sebagai perbandingan antara teori dengan kenyataan yang diperoleh.

1.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data, yaitu :

a. Penelitian Lapangan (Field Research)

Dilakukan untuk memperoleh data primer, yaitu dengan cara melakukan penelitian lapangan pada objek yang diteliti untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti oleh penulis. Metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

 Observasi

Bentuk observasi yang dilakukan adalah analisis catatan (record analysis). Yaitu dengan mempelajari catatan sejarah sekarang maupun masa lalu perusahaan yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dan analisis kondisi fisik (physical condition analysis), yaitu dengan memeriksa toko atas ketersediaan barang dagangan.


(18)

11

Universitas Kristen Maranatha  Wawancara

Suatu bentuk komunikasi secara lisan yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang keadaan perusahaan, dengan mengadakan wawancara dengan pihak-pihak berwenang mengenai manajemen persediaan dan laba perusahaan.

b. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu teknik pengumpulan data guna memperoleh data sekunder sebagai landasan teori yang akan digunakan sebagai pendukung dalam pembahasan. Studi kepustakaan dilakukan dengan mempelajari literatur-literatur yaitu dengan mempelajari buku-buku dan bahan bacaan lain yang sesuai dan berkaitan dengan penelitian yang dilakukan serta laporan dari perusahaan yang bersangkutan.

1.7 Lokasi dan Lama Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT “X” yang beralamat di Jl. Raya Banjaran KM 16 Bandung. Waktu penelitian mulai dilaksanakan pada bulan September tahun 2006 sampai dengan bulan Januari tahun 2007.


(19)

93

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1Kesimpulan

Kesimpulan yang akan dikemukakan merupakan jawaban atas identifikasi masalah yang telah dikemukakan sebelumnya. Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis ini adalah :

1.

Manajemen persediaan bahan baku yang dilaksanakan oleh PT. “X” dengan menggunakan pemesanan secara periodik yaitu sebanyak 12 kali dalam satu tahun dengan nilai persediaan rata-rata sebesar Rp 174.420.000,00 (tahun 2002), Rp 254.375.000,00 (tahun 2003), Rp 264.825.000,00 (tahun 2004), Rp 347.200.000,00 (tahun 2005), dan Rp 340.605.000,00 (tahun 2006). Nilai persediaan tersebut menimbulkan biaya persediaan yang masing-masing tahun adalah sebesar: Tahun 2002 sebesar Rp 196.686.500,00; tahun 2003 sebesar Rp 212.871.100,00; tahun 2004 sebesar Rp 240.012.260,00; tahun 2005 sebesar Rp 301.736.200,00; tahun 2006 sebesar Rp 324.513.400,00

2. Perkembangan laba yang dihasilkan perusahaan dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 merupakan selisih dari penjualan dikurangi harga pokok penjualan. Gross profit yang diterima perusahaan untuk tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 masing-masing adalah sebagai berikut: Rp 5.599.194.760,00; Rp 7.678.660.171,00; Rp 8.269.326.338,00; Rp 4.088.154.743,00; dan Rp 10.361.863.500,00, sehingga rasio gross profit


(20)

94

Universitas Kristen Maranatha margin yang dicapai perusahaan untuk masing-masing tahun berturut-turut adalah sebesar ; 33,750% ; 36,923% ; 36,923% ; 29,422%; dan 32,556%. Net profit yang diterima perusahaan untuk tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 masing-masing adalah ; Rp. 911.387.412,00 ; Rp 1.180.599.414,00 ; Rp 1.271.414.753,00 ; Rp 637.968.442,00; dan Rp 1.710.557.336,00. dan untuk rasio net profit margin yang dicapai perusahaan adalah : Untuk tahun 2002 sebesar 5,494% ; tahun 2003 sebesar 5,677% ; tahun 2004 sebesar 5,682% ; tahun 2005 sebesar 4,592% ; dan tahun 2006 sebesar 5,375%.

Sedangkan untuk ROI dan ROE yang dicapai perusahaan adalah : tahun 2002 ROI sebesar 7,873% dan ROE sebesar 37,478% ; tahun 2003 ROI sebesar 7,759% dan ROE sebesar 22,599% ; tahun 2004 ROI sebesar 7,768% dan ROE sebesar 22,587% ; tahun 2005 ROI sebesar 2,898% dan ROE sebesar 11,129%; tahun 2006 ROI sebesar 7,071% dan ROE sebesar 15,439%.

Berdasarkan uraian di atas laba yang diterima perusahaan pada tahun 2005 mengalami penurunan namun pada tahun 2006 berlahan-lahan kembali meningkat, hal tersebut dikarenakan oleh beberapa hal antara lain semakin banyaknya perusahaan lain yang masuk dalam industri kontrasepsi, juga karena kurangnya promosi yang dilakukan perusahaan sehingga menurunkan penjualan, juga karena besarnya biaya operasional perusahaan yang tidak berkaitan dengan persediaan. Pada tahun 2006 PT. “X” melakukan diferensiasi produk dan meningkatkan upaya promosi sehingga mampu bersaing dengan perusahaan sejenis, sehingga walaupun biaya operasional perusahaan yang tinggi masih dapat ditutup dengan keuntungan yang dicapai perusahaan.


(21)

95

Universitas Kristen Maranatha 3. Dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ), perusahaan

dapat menghasilkan laba yang lebih baik, karena perusahaan dapat mengatur jumlah persediaan rata-rata minimal sehingga pada akhirnya mampu menekan total biaya persediaan. Berikut biaya persediaan setelah dikurangi penghematan ketika perusahaan menggunakan metode EOQ untuk tahun 2002 sampai dengan tahun 2006; Tahun 2002 biaya persediaan sebesar Rp 42.009.836,00; Tahun 2003 biaya persediaan sebesar Rp 43.706.079,00; tahun 2004 biaya persediaan sebesar Rp 46.840.336,00; Tahun 2005 biaya persediaan sebesar Rp 59.476.485,00; dan Tahun 2006 biaya persediaan sebesar Rp 61.120.848,00.

Dengan menekan biaya persediaan seperti yang tertera di atas, maka laba yang dapat diterima perusahaan meningkat menjadi sebesar; (a) Untuk Gross Profit berturut-turut sebagai berikut; Tahun 2002 Rp 5.755.871.430,00; Tahun 2003 Rp 7.847.825.181,00; Tahun 2004 Rp 8.462.498.164,00; Tahun 2005 Rp 4.330.414.448,00; dan Tahun 2006 Rp 10.625.256.052,00, sehingga rasio gross profit margin yang diterima perusahaan pun meningkat menjadi sebesar ; 34,695% (2002) ; 37,736% (2003) ; 37,666% (2004); 31,165% (2005); dan 33,385% (2006). Dan untuk Net profit yang diterima perusahaan masing-masing tahun meningkat menjadi sebesar ; Rp 1.068.064.085,00 dengan NPM 6,438% ; Rp 1.349.764.429,00 dengan NPM 6,491% ; Rp 1.464.586.686,00 dengan NPM 6,540 ; Rp 880.228.147,00 dengan NPM 6,335% ; dan Rp. 1.974.049.881,00 dengan NPM 6,203%. Sedangkan untuk ROI dan ROE yang dicapai perusahaan jika perusahaan menerapkan metode EOQ adalah sebesar ;


(22)

96

Universitas Kristen Maranatha tahun 2002 ROI 9,226% dan ROE sebesar 43,921% ; tahun 2003 ROI sebesar 8,872% dan ROE sebesar 25,838% ; tahun 2004 ROI sebesar 8,939% dan ROE sebesar 26,034% ; tahun 2005 ROI sebesar 3,998% dan ROE sebesar 15,355%; serta tahun 2006 ROI sebesar 8,161% dan ROE sebesar 17,817%. Apabila dibandingkan dengan ketika perusahaan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) terdapat perbedaan menunjukkan peningkatan laba perusahaan ketika perusahaan menggunakan metode EOQ. Manajemen persediaan bahan baku dengan menggunakan metode EOQ berperan lebih kuat dalam menekan total biaya persediaan, sehingga dapat menurunkan harga pokok penjualan. Hal ini menunjukan bahwa metode EOQ lebih berperan dalam meningkatkan laba perusahaan.

4.2Saran

Mengingat beberapa hal yang telah penulis simpulkan sebelumnya, maka selanjutnya penulis mencoba untuk memberikan saran :

1. Sebaiknya perusahaan mulai memikirkan untuk menerapkan pengendalian persediaan bahan baku dengan metode Economic Order Quantity (EOQ) untuk masa yang akan datang. Dengan manajemen persediaan yang lebih baik, maka jelas pengelolaan persediaan juga akan lebih baik lagi sehingga peningkatan net profit juga dapat dicapai. Hal ini jelas dapat tercapai jika perusahaan lebih memperhatikan biaya-biaya yang timbul akibat adanya persediaan, seperti biaya pemesanan, biaya penyimpanan, atau biaya kehabisan bahan baku, sehingga dapat ditetapkan berapa jumlah pesanan


(23)

97

Universitas Kristen Maranatha ekonomis dan jumlah persediaan pengaman yang optimal untuk menjaga kontinuitas produksi.

2. Untuk menurunkan biaya pemesanan, perusahaan dapat menekan biaya dengan cara mencari supplier yang menawarkan kualitas bahan baku yang lebih baik. Hal lain yang masih dapat diusahakan perusahaan adalah mencari perusahaan transportasi yang lebih murah. Sedangkan biaya penyimpanan dapat dikurangi dengan menghitung jumlah jumlah persediaan rata-rata minimum, sehingga jumlah persediaan bahan baku dalam gudang tidak menumpuk dan mengakibatkan biaya penyimpanan semakin tinggi. Selain itu juga dapat menghindari resiko keusangan bahan yang terlalu lama tersimpan di gudang.

3. Perusahaan juga sebaiknya memperhatikan umur ekonomis tangki penyimpanan latex karena jika perusahaan akan menggunakan system EOQ maka persediaan bahan baku akan menjadi besar sehingga tangki penyimpanan bahan baku tersebut akan bekerja optimal dan membutuhkan penanganan khusus dari teknisi mesin agar tangki-tangki tersebut tidak rusak. Karena jika tangki-tangki tersebut rusak maka biaya yang dikeluarkan perusahaan menyangkut persediaan akan menjadi lebih besar lagi.

4. Perusahaan dapat lebih meningkatkan gross profit dengan beberapa cara, diantaranya dengan meningkatkan volume penjualan. Perusahaan dapat meningkatkan volume penjualan dengan cara mencari pangsa pasar baru di negara lain, memperluas pangsa pasar yang ada, dengan melakukan promosi penjualan, serta memberikan pemahaman dan penyuluhan (sosialisasi) kepada


(24)

98

Universitas Kristen Maranatha masyarat pentingnya menggunakan alat kontrasepsi, sehingga akan lebih banyak konsumen yang tertarik untuk membeli. Bila permintaan konsumen bertambah, maka kapasitas produksi perusahaan juga akan bertambah dan penjualan akan meningkat.


(25)

DAFTAR PUSTAKA

Awat, Napa J. 1999. Manajemen Keuangan Pendekatan Matematis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Brigham, Eugene F. 1999. Financial Management Theory and Practice. The Dryden Press.

Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan Edisi 8 Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Gitman, Lawrence J. 2003. Principles of Management Finance Tenth Edition. Pearson Education International. USA and Canada.

Hasan, M. Iqbal. 2003. Pokok-Pokok Materi Statistik. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Horngren, Charles T. 1998. Financial Accounting Third Edition. Prentice Hall. Indrajit, Ricardus Eko dan Ricardus Djokopranoto. 2003. Manajemen Persediaan

Barang Umum dan Suku Cadang untuk Keperluan Pemeliharaan, Perbaikan dan Operasi. PT. Grasindo. Jakarta.

Jusuf, Jopie. 2006. Analisis Kredit untuk Account Officer. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Martin, John D. Petty, William J. Keown dan Arthur J. 1999. Basic Financial Management 9th Edition. Prentice Hall International Inc.

Piasecki, Dave. 2003. Optimizing Economic Order Quantity (EOQ) Inventory Accuracy; People, Process, and Technology. Mc-Graw Hill.

Russel, Roberta S. and Bernard W. Taylor III. 1998. Focusing On Quality and Competitiveness. Prentice Hall Inc. New Jersey.


(26)

Sjahrial, Dermawan. 2006. Pengantar Manajemen Keuangan. Mitra Wacana Media. Jakarta.

Sundjaja, Ridwan S. dan Inge Barlian. 2003. Manajemen Keuangan I. PT. Intan Sejati. Klaten.


(1)

3. Dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ), perusahaan dapat menghasilkan laba yang lebih baik, karena perusahaan dapat mengatur jumlah persediaan rata-rata minimal sehingga pada akhirnya mampu menekan total biaya persediaan. Berikut biaya persediaan setelah dikurangi penghematan ketika perusahaan menggunakan metode EOQ untuk tahun 2002 sampai dengan tahun 2006; Tahun 2002 biaya persediaan sebesar Rp 42.009.836,00; Tahun 2003 biaya persediaan sebesar Rp 43.706.079,00; tahun 2004 biaya persediaan sebesar Rp 46.840.336,00; Tahun 2005 biaya persediaan sebesar Rp 59.476.485,00; dan Tahun 2006 biaya persediaan sebesar Rp 61.120.848,00.

Dengan menekan biaya persediaan seperti yang tertera di atas, maka laba yang dapat diterima perusahaan meningkat menjadi sebesar; (a) Untuk Gross Profit berturut-turut sebagai berikut; Tahun 2002 Rp 5.755.871.430,00; Tahun 2003 Rp 7.847.825.181,00; Tahun 2004 Rp 8.462.498.164,00; Tahun 2005 Rp 4.330.414.448,00; dan Tahun 2006 Rp 10.625.256.052,00, sehingga rasio gross profit margin yang diterima perusahaan pun meningkat menjadi sebesar ; 34,695% (2002) ; 37,736% (2003) ; 37,666% (2004); 31,165% (2005); dan 33,385% (2006). Dan untuk Net profit yang diterima perusahaan masing-masing tahun meningkat menjadi sebesar ; Rp 1.068.064.085,00 dengan NPM 6,438% ; Rp 1.349.764.429,00 dengan NPM 6,491% ; Rp 1.464.586.686,00 dengan NPM 6,540 ; Rp 880.228.147,00 dengan NPM 6,335% ; dan Rp. 1.974.049.881,00 dengan NPM 6,203%. Sedangkan untuk ROI dan ROE yang dicapai perusahaan jika perusahaan menerapkan metode EOQ adalah sebesar ;


(2)

96

Universitas Kristen Maranatha tahun 2002 ROI 9,226% dan ROE sebesar 43,921% ; tahun 2003 ROI sebesar 8,872% dan ROE sebesar 25,838% ; tahun 2004 ROI sebesar 8,939% dan ROE sebesar 26,034% ; tahun 2005 ROI sebesar 3,998% dan ROE sebesar 15,355%; serta tahun 2006 ROI sebesar 8,161% dan ROE sebesar 17,817%. Apabila dibandingkan dengan ketika perusahaan menggunakan metode

Economic Order Quantity (EOQ) terdapat perbedaan menunjukkan

peningkatan laba perusahaan ketika perusahaan menggunakan metode EOQ. Manajemen persediaan bahan baku dengan menggunakan metode EOQ berperan lebih kuat dalam menekan total biaya persediaan, sehingga dapat menurunkan harga pokok penjualan. Hal ini menunjukan bahwa metode EOQ lebih berperan dalam meningkatkan laba perusahaan.

4.2 Saran

Mengingat beberapa hal yang telah penulis simpulkan sebelumnya, maka selanjutnya penulis mencoba untuk memberikan saran :

1. Sebaiknya perusahaan mulai memikirkan untuk menerapkan pengendalian persediaan bahan baku dengan metode Economic Order Quantity (EOQ) untuk masa yang akan datang. Dengan manajemen persediaan yang lebih baik, maka jelas pengelolaan persediaan juga akan lebih baik lagi sehingga peningkatan net profit juga dapat dicapai. Hal ini jelas dapat tercapai jika perusahaan lebih memperhatikan biaya-biaya yang timbul akibat adanya persediaan, seperti biaya pemesanan, biaya penyimpanan, atau biaya kehabisan bahan baku, sehingga dapat ditetapkan berapa jumlah pesanan


(3)

ekonomis dan jumlah persediaan pengaman yang optimal untuk menjaga kontinuitas produksi.

2. Untuk menurunkan biaya pemesanan, perusahaan dapat menekan biaya dengan cara mencari supplier yang menawarkan kualitas bahan baku yang lebih baik. Hal lain yang masih dapat diusahakan perusahaan adalah mencari perusahaan transportasi yang lebih murah. Sedangkan biaya penyimpanan dapat dikurangi dengan menghitung jumlah jumlah persediaan rata-rata minimum, sehingga jumlah persediaan bahan baku dalam gudang tidak menumpuk dan mengakibatkan biaya penyimpanan semakin tinggi. Selain itu juga dapat menghindari resiko keusangan bahan yang terlalu lama tersimpan di gudang.

3. Perusahaan juga sebaiknya memperhatikan umur ekonomis tangki penyimpanan latex karena jika perusahaan akan menggunakan system EOQ maka persediaan bahan baku akan menjadi besar sehingga tangki penyimpanan bahan baku tersebut akan bekerja optimal dan membutuhkan penanganan khusus dari teknisi mesin agar tangki-tangki tersebut tidak rusak. Karena jika tangki-tangki tersebut rusak maka biaya yang dikeluarkan perusahaan menyangkut persediaan akan menjadi lebih besar lagi.

4. Perusahaan dapat lebih meningkatkan gross profit dengan beberapa cara, diantaranya dengan meningkatkan volume penjualan. Perusahaan dapat meningkatkan volume penjualan dengan cara mencari pangsa pasar baru di negara lain, memperluas pangsa pasar yang ada, dengan melakukan promosi penjualan, serta memberikan pemahaman dan penyuluhan (sosialisasi) kepada


(4)

98

Universitas Kristen Maranatha masyarat pentingnya menggunakan alat kontrasepsi, sehingga akan lebih banyak konsumen yang tertarik untuk membeli. Bila permintaan konsumen bertambah, maka kapasitas produksi perusahaan juga akan bertambah dan penjualan akan meningkat.


(5)

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Brigham, Eugene F. 1999. Financial Management Theory and Practice. The Dryden Press.

Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan Edisi 8

Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Gitman, Lawrence J. 2003. Principles of Management Finance Tenth Edition. Pearson Education International. USA and Canada.

Hasan, M. Iqbal. 2003. Pokok-Pokok Materi Statistik. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Horngren, Charles T. 1998. Financial Accounting Third Edition. Prentice Hall. Indrajit, Ricardus Eko dan Ricardus Djokopranoto. 2003. Manajemen Persediaan

Barang Umum dan Suku Cadang untuk Keperluan Pemeliharaan, Perbaikan dan Operasi. PT. Grasindo. Jakarta.

Jusuf, Jopie. 2006. Analisis Kredit untuk Account Officer. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Martin, John D. Petty, William J. Keown dan Arthur J. 1999. Basic Financial

Management 9th Edition. Prentice Hall International Inc.

Piasecki, Dave. 2003. Optimizing Economic Order Quantity (EOQ) Inventory

Accuracy; People, Process, and Technology. Mc-Graw Hill.

Russel, Roberta S. and Bernard W. Taylor III. 1998. Focusing On Quality and


(6)

Sjahrial, Dermawan. 2006. Pengantar Manajemen Keuangan. Mitra Wacana Media. Jakarta.

Sundjaja, Ridwan S. dan Inge Barlian. 2003. Manajemen Keuangan I. PT. Intan Sejati. Klaten.