Analisis kebijakan perusahaan dalam pengendalian persediaan bahan baku di PT. X

(1)

ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN

DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU

DI PT X

Oleh :

ENY PUJIHASTUTI A14105541

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(2)

RINGKASAN

ENY PUJIHASTUTI. Analisis Kebijakan Perusahaan Dalam Pengendalian Persediaan Bahan Baku di PT X. Di bawah bimbingan DWI RACHMINA.

Perusahaan harus mempertahankan kelangsungan operasionalnya untuk mempertahankan konsistensinya di pasar dengan memperhatikan ketersediaan faktor- faktor produksi seperti bahan baku, bahan kemas, maupun tenaga kerja. Kajian mengenai persediaan baik persediaan dari faktor- faktor produksi maupun persediaan produk jadi menjadi suatu kebutuhan sekalipun pada akhirnya akan meningkatkan biaya bagi perusahaan. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengelola persediaan secara efektif dan efisien.

Permasalahan yang terjadi di PT X adalah seringnya perusahaan mengalami kegagalan produksi akibat dari kurangnya pasokan bahan baku di gudang. Hal ini kemudian menjadi permasalahan karena perusahaan pada akhirnya mengalami kerugian baik kerugian material maupun non material. Kerugian material yang dialami perusahaan berupa keuntungan yang hilang sedangkan keuntungan non material berupa kehilangan konsumen loyal.

Tujuan penelitian ini adalah 1) Menganalisis sistem persediaan yang telah dilakukan PT X, 2) Menentukan decoupling point yaitu suatu kondisi dimana perusahaan dapat melakukan aktivitas tanpa menunggu permintaan langsung dari supplier dalam rantai produksi perusahaan sehingga dapat diketahui strategi yang dapat digunakan dalam persediaan, 3) Menentukan safety stock persediaan optimum bahan baku skim dari leadtime pemasok yang bervariasi, 4) Menentukan kebijakan terbaik yang mungkin dilakukan dalam persediaan. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder baik. Analisis data dilakukan dengan tahapan pene ntuan decoupling point, identifikasi biaya persediaan, peramalan persediaan menggunakan minitab dan Excel, penentuan safety stock, reorder point, dan analisis biaya yang dikeluarkan serta kerugian yang mungkin timbul.

Decoupling point PT X saat ini berada pada aktivitas pengadaan bahan baku. Bahan baku yang saat ini berada dalam titik kritis adalah bahan baku skim dengan tingkat kebutuhan yang meningkat pesat. Metode peramalan yang digunakan adalah moving average karena cepat, mudah dan mampu mengakomodasi perubahan informasi yang cepat. Dari hasil peramalan diperoleh proyeksi penjualan tahun 2008 untuk keseluruhan produk PT X adalah sebanyak 574.380 box dengan tingkat penggunaan skim sebesar 448.932,28 Kg. Biaya penyimpanan yang dikeluarkan PT X adalah sebesar Rp 9.051,95 per Kg, sedangkan biaya pemesanan sebesar Rp 3,089,950 setiap kali pesan.

Berdasarkan perhitungan perusahaan dengan menggunakan economic order quantity diperoleh hasil jumlah pemesanan ekonomis yang dilakukan perusahaan adalah sebesar 17.506,95 Kg yang dilakukan sebanyak 25 kali dalam satu tahun. Namun kondisi ini tidak mampu mengantisipasi ketidakpastian permintaan produk jadi dan leadtime supplier. Simulasi pertama yang dilakukan peneliti untuk mengantisipasi ketidakpastian adalah menyiapkan sejumlah safety stock untuk ditempatkan jika sewaktu-waktu terjadi kekurangan pasokan. Berdasarkan


(3)

perhitungan diperoleh safety stock sebanyak 37.500 Kg dengan tingkat kebutuhan selama leadtime sebanyak 132.650 Kg. Namun jumlah ini pada akhirnya akan memenuhi gudang dan menyulitkan sistem FIFO yang dilakukan. Untuk itu peneliti melakukan simulasi 2 dengan melakukan pemesanan berkala dari jumlah yang dipesan. Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil untuk pemesanan berdasarkan EOQ diperoleh jumlah pemesanan sebanyak 9.600 Kg sedangkan berdasarkan efisiensi kontainer diperoleh hasil 24.000 Kg. Jika dibandingkan simulasi kedua ini tidak berbeda jauh dengan kondisi yang dilakukan perusahaan, namun secara implisit, metode ini menunjukkan bahwa ada bahan baku yang ditempatkan sebagai safety stock sebesar 6.500 Kg.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan safety stock meningkatkan biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan per tahun menjadi Rp 950,276,067.87 dari biaya semula sebesar Rp 158.474.010,57. Dengan pemesanan yang berulang biaya persediaan tersebut dapat ditekan menjadi Rp 505,870,668.99. Tingkat biaya persediaan yang dihasilkan dari ketiga simulasi ini jauh lebih besar dibandingkan dengan tingkat biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan dengan metode yang digunakan saat ini. Namun jika dibandingkan dengan kemungkinan kehilangan penjualan akibat kurangnya pasokan bahan baku, biaya persediaan dari simulasi ini jauh lebih kecil. Penggunaan simulasi ini mampu menjawab permasalahan yang saat ini dihadapi oleh perusahaan mengenai turunnya service level perusahaan akibat kurangnya pasokan bahan baku.


(4)

ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN

DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU

DI PT X

Oleh :

ENY PUJIHASTUTI A14105541

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(5)

Judul Skripsi : ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X Nama : Eny Pujihastuti

NRP : A14105541

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Dwi Rachmina, MSi NIP. 131918053

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131124019


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL ”ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X” BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI

INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK

MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, September 2008

Eny Pujihastuti A14105541


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan putri pertama dari pasangan Bapak Suyat dan Ibu Tati

Setiawati yang lahir pada tanggal 28 Januari 1982 di Bogor, Jawa Barat. Pada

tahun 1988, penulis menamatkan pendidikan Taman Kanak-kana di TK Tunas

Rimba I Bogor, dan pada tahun 1994 menamatkan pendidikan dasar di SDN

Panaragan II Bogor. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan ke SMPN 4

Bogor serta menamatkan pendidikan SMU di Sekolah Menengah Analis Kimia

Bogor pada tahun 2001. Pada tahun yang sama, penulis juga diterima menjadi

mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur seleksi raport di Departemen

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam pada Program Diploma Analisis

Lingkungan angkatan 38 dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2005, penulis

diterima bekerja di sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang food

and beverage, dan di tahun yang sama penulis melanjutkan kegiatan perkuliahan

ke Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil ’alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan

kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan kasih sayang, melimpahkan

berkah dan rahmat-Nya yang Maha Luas dan tiada terbatas. Atas izin Allah SWT

pula penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam waktu yang telah ditentukan.

Sripsi yang ditulis mengambil topik mengenai ”Analisis Kebijakan

Perusahaan dalam Pengendalian Persediaan Bahan Baku di PT X”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengkaji sistem persediaan terbaik yang dapat diambil

perusahaan dalam rangka mengatasi permasalahan ketidakpastian permintaan dan

leadtime pemasok.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak

yang memerlukan serta dapat memperkaya khasanah pembaca. Penelitian ini

merupakan hasil maksimal yang dapat dikerjakan oleh penulis.


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahi robbil ’alamin, atas berkah, rahmat dan izin dari Allah

SWT akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang

telah direncanakan. Penyelesaian skripsi ini tak terlepas dari bantuan berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada bagian ini penulis ingin menyampaikan terima kasih

dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ir. Dwi Rachmina, MSi, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, arahan dan solusi sehingga penulis diberi kemudahan dalam

melakukan dan menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Muhammad Firdaus, PhD, selaku dosen penguji utama. Terima kasih atas

ilmu, kritik serta masukan berharga bagi kesempurnaan skripsi ini.

3. Ir. Popong Nurhayati, MM, selaku dosen Komisi Pendidikan dan dosen

evaluator pada kolokium yang telah memberikan masukan dan arahan dalam

proposal penelitian. Terima kasih atas waktu yang diluangkan bagi

berjalannya proses sidang dengan lancar.

4. Andri Camus, STP selaku manajer Quality Control yang telah mengizinkan

dan membantu penulis untuk melakukan penelitian di PT X.

5. Sekretariat Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis yang telah

membantu penulis hingga penulis dapat menyelesaikan studi tepat waktu.

6. Bapak, Ibu dan Adik tercinta, yang telah menjadi sumber kekuatan terbesar

bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan doa, cinta, kasih saya ng,

pengorbanan dan kerja keras yang tiada henti.


(10)

8. A. Galih N, atas kasih sayang, kesabaran dan bantuan yang telah diberikan

kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu per satu.

Akhirnya, semoga amal baik Bapak/Ibu serta rekan-rekan sekalian

mendapat kebaikan dari Allah SWT. Amin.

Bogor, September 2008


(11)

ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN

DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU

DI PT X

Oleh :

ENY PUJIHASTUTI A14105541

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(12)

RINGKASAN

ENY PUJIHASTUTI. Analisis Kebijakan Perusahaan Dalam Pengendalian Persediaan Bahan Baku di PT X. Di bawah bimbingan DWI RACHMINA.

Perusahaan harus mempertahankan kelangsungan operasionalnya untuk mempertahankan konsistensinya di pasar dengan memperhatikan ketersediaan faktor- faktor produksi seperti bahan baku, bahan kemas, maupun tenaga kerja. Kajian mengenai persediaan baik persediaan dari faktor- faktor produksi maupun persediaan produk jadi menjadi suatu kebutuhan sekalipun pada akhirnya akan meningkatkan biaya bagi perusahaan. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengelola persediaan secara efektif dan efisien.

Permasalahan yang terjadi di PT X adalah seringnya perusahaan mengalami kegagalan produksi akibat dari kurangnya pasokan bahan baku di gudang. Hal ini kemudian menjadi permasalahan karena perusahaan pada akhirnya mengalami kerugian baik kerugian material maupun non material. Kerugian material yang dialami perusahaan berupa keuntungan yang hilang sedangkan keuntungan non material berupa kehilangan konsumen loyal.

Tujuan penelitian ini adalah 1) Menganalisis sistem persediaan yang telah dilakukan PT X, 2) Menentukan decoupling point yaitu suatu kondisi dimana perusahaan dapat melakukan aktivitas tanpa menunggu permintaan langsung dari supplier dalam rantai produksi perusahaan sehingga dapat diketahui strategi yang dapat digunakan dalam persediaan, 3) Menentukan safety stock persediaan optimum bahan baku skim dari leadtime pemasok yang bervariasi, 4) Menentukan kebijakan terbaik yang mungkin dilakukan dalam persediaan. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder baik. Analisis data dilakukan dengan tahapan pene ntuan decoupling point, identifikasi biaya persediaan, peramalan persediaan menggunakan minitab dan Excel, penentuan safety stock, reorder point, dan analisis biaya yang dikeluarkan serta kerugian yang mungkin timbul.

Decoupling point PT X saat ini berada pada aktivitas pengadaan bahan baku. Bahan baku yang saat ini berada dalam titik kritis adalah bahan baku skim dengan tingkat kebutuhan yang meningkat pesat. Metode peramalan yang digunakan adalah moving average karena cepat, mudah dan mampu mengakomodasi perubahan informasi yang cepat. Dari hasil peramalan diperoleh proyeksi penjualan tahun 2008 untuk keseluruhan produk PT X adalah sebanyak 574.380 box dengan tingkat penggunaan skim sebesar 448.932,28 Kg. Biaya penyimpanan yang dikeluarkan PT X adalah sebesar Rp 9.051,95 per Kg, sedangkan biaya pemesanan sebesar Rp 3,089,950 setiap kali pesan.

Berdasarkan perhitungan perusahaan dengan menggunakan economic order quantity diperoleh hasil jumlah pemesanan ekonomis yang dilakukan perusahaan adalah sebesar 17.506,95 Kg yang dilakukan sebanyak 25 kali dalam satu tahun. Namun kondisi ini tidak mampu mengantisipasi ketidakpastian permintaan produk jadi dan leadtime supplier. Simulasi pertama yang dilakukan peneliti untuk mengantisipasi ketidakpastian adalah menyiapkan sejumlah safety stock untuk ditempatkan jika sewaktu-waktu terjadi kekurangan pasokan. Berdasarkan


(13)

perhitungan diperoleh safety stock sebanyak 37.500 Kg dengan tingkat kebutuhan selama leadtime sebanyak 132.650 Kg. Namun jumlah ini pada akhirnya akan memenuhi gudang dan menyulitkan sistem FIFO yang dilakukan. Untuk itu peneliti melakukan simulasi 2 dengan melakukan pemesanan berkala dari jumlah yang dipesan. Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil untuk pemesanan berdasarkan EOQ diperoleh jumlah pemesanan sebanyak 9.600 Kg sedangkan berdasarkan efisiensi kontainer diperoleh hasil 24.000 Kg. Jika dibandingkan simulasi kedua ini tidak berbeda jauh dengan kondisi yang dilakukan perusahaan, namun secara implisit, metode ini menunjukkan bahwa ada bahan baku yang ditempatkan sebagai safety stock sebesar 6.500 Kg.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan safety stock meningkatkan biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan per tahun menjadi Rp 950,276,067.87 dari biaya semula sebesar Rp 158.474.010,57. Dengan pemesanan yang berulang biaya persediaan tersebut dapat ditekan menjadi Rp 505,870,668.99. Tingkat biaya persediaan yang dihasilkan dari ketiga simulasi ini jauh lebih besar dibandingkan dengan tingkat biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan dengan metode yang digunakan saat ini. Namun jika dibandingkan dengan kemungkinan kehilangan penjualan akibat kurangnya pasokan bahan baku, biaya persediaan dari simulasi ini jauh lebih kecil. Penggunaan simulasi ini mampu menjawab permasalahan yang saat ini dihadapi oleh perusahaan mengenai turunnya service level perusahaan akibat kurangnya pasokan bahan baku.


(14)

ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN

DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU

DI PT X

Oleh :

ENY PUJIHASTUTI A14105541

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(15)

Judul Skripsi : ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X Nama : Eny Pujihastuti

NRP : A14105541

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Dwi Rachmina, MSi NIP. 131918053

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131124019


(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL ”ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X” BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI

INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK

MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, September 2008

Eny Pujihastuti A14105541


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan putri pertama dari pasangan Bapak Suyat dan Ibu Tati

Setiawati yang lahir pada tanggal 28 Januari 1982 di Bogor, Jawa Barat. Pada

tahun 1988, penulis menamatkan pendidikan Taman Kanak-kana di TK Tunas

Rimba I Bogor, dan pada tahun 1994 menamatkan pendidikan dasar di SDN

Panaragan II Bogor. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan ke SMPN 4

Bogor serta menamatkan pendidikan SMU di Sekolah Menengah Analis Kimia

Bogor pada tahun 2001. Pada tahun yang sama, penulis juga diterima menjadi

mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur seleksi raport di Departemen

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam pada Program Diploma Analisis

Lingkungan angkatan 38 dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2005, penulis

diterima bekerja di sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang food

and beverage, dan di tahun yang sama penulis melanjutkan kegiatan perkuliahan

ke Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut


(18)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil ’alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan

kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan kasih sayang, melimpahkan

berkah dan rahmat-Nya yang Maha Luas dan tiada terbatas. Atas izin Allah SWT

pula penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam waktu yang telah ditentukan.

Sripsi yang ditulis mengambil topik mengenai ”Analisis Kebijakan

Perusahaan dalam Pengendalian Persediaan Bahan Baku di PT X”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengkaji sistem persediaan terbaik yang dapat diambil

perusahaan dalam rangka mengatasi permasalahan ketidakpastian permintaan dan

leadtime pemasok.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak

yang memerlukan serta dapat memperkaya khasanah pembaca. Penelitian ini

merupakan hasil maksimal yang dapat dikerjakan oleh penulis.


(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahi robbil ’alamin, atas berkah, rahmat dan izin dari Allah

SWT akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang

telah direncanakan. Penyelesaian skripsi ini tak terlepas dari bantuan berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada bagian ini penulis ingin menyampaikan terima kasih

dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ir. Dwi Rachmina, MSi, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, arahan dan solusi sehingga penulis diberi kemudahan dalam

melakukan dan menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Muhammad Firdaus, PhD, selaku dosen penguji utama. Terima kasih atas

ilmu, kritik serta masukan berharga bagi kesempurnaan skripsi ini.

3. Ir. Popong Nurhayati, MM, selaku dosen Komisi Pendidikan dan dosen

evaluator pada kolokium yang telah memberikan masukan dan arahan dalam

proposal penelitian. Terima kasih atas waktu yang diluangkan bagi

berjalannya proses sidang dengan lancar.

4. Andri Camus, STP selaku manajer Quality Control yang telah mengizinkan

dan membantu penulis untuk melakukan penelitian di PT X.

5. Sekretariat Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis yang telah

membantu penulis hingga penulis dapat menyelesaikan studi tepat waktu.

6. Bapak, Ibu dan Adik tercinta, yang telah menjadi sumber kekuatan terbesar

bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan doa, cinta, kasih saya ng,

pengorbanan dan kerja keras yang tiada henti.


(20)

8. A. Galih N, atas kasih sayang, kesabaran dan bantuan yang telah diberikan

kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu per satu.

Akhirnya, semoga amal baik Bapak/Ibu serta rekan-rekan sekalian

mendapat kebaikan dari Allah SWT. Amin.

Bogor, September 2008


(21)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BABI. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Kegunaan Penelitian ... 7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian... 8

BABII. TINJAUAN PUSTAKA... 9

2.1. Supply Chain Management ... 9

2.2. Pengendalian Persediaan... 10

BABIII. KERANGKAPEMIKIRAN... 12

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 12

3.1.1. Konsep Persediaan... 12

3.1.1.1. Definisi Persediaan ... 12

3.1.1.2. Klasifikasi Persediaan ... 13

3.1.1.3. Fungsi Persediaan ... 16

3.1.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persediaan . 18 3.1.1.5. Biaya-Biaya Persediaan ... 19

3.1.2. Konsep Make to Order dan Make to Stock... 22

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 23

3.3. Hipotesis ... 26

BABIV. METODEPENELITIAN... 27

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4.2. Metode Pengumpulan Data ... 27

4.3. Jenis dan Sumber Data ... 28

4.4. Metode Analisis ... 29

4.4.1. Analisis Deskriptif ... 29

4.4.2. Peramalan Produksi ... 29

4.4.3. Economic Order Quantity (EOQ) ... 30

4.4.4. Model Probabilistik ... 31

4.4.5. Analisis Kebijakan... 34

BAB V. KEADAAN UMUMPERUSAHAAN ... 35

5.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 35

5.2. Struktur Organisasi Perusahaan ... 35

5.3. Produk PT X ... 36


(22)

ii 5.5. Mekanisme Proses Produksi ... 39 5.6. Jaringan Pemasaran Produk ... 40

BABVI. SISTEM PENGADAANBAHAN BAKU PT X ... 41 6.1. Gambaran Umum Proses Manufaktur PT X ... 41 6.1.1. Perencanaan Produksi PT X ... 41 6.1.2. Pengadaan Bahan Baku ... 43 6.1.3. Proses Produksi ... 45 6.1.4. Distribusi ... 45 6.2. Decoupling Point ... 46 6.3. Manajemen Penggudangan ... 49

BABVII. OPTIMALISASIPERSEDIAAN BAHANBAKUSKIM ... 53 7.1. Peramalan Kebutuhan Bahan Baku Skim Tahun 2008 ... 53 7.2. Biaya Persediaan Bahan Baku Skim PT X Tahun 2008 ... 57

7.2.1. Biaya Pemesanan Bahan Baku Skim PT X Tahun 2008 ... 57 7.2.2. Biaya Penyimpanan Persediaan Bahan Baku PT X

Tahun 2008 ... 59 7.2.2.1. Biaya Utilitas Bahan Baku Skim PT X

Tahun 2008 ... 59 7.2.2.2. Biaya Modal Bahan Baku Skim PT X

Tahun 2008 ... 60 7.2.2.3. Biaya Upah Karyawan PT X Tahun 2008 ... 61 7.3. Sistem Pembelian Bahan Baku Skim yang Dilakukan

Perusahaan ... 62 7.4. Simulasi 1 : Penggunaan Sistem Safety Stock dalam

Pengendalian Persediaan ... 64 7.4.1. Penentuan Safety Stock ... 64 7.4.2. Penentuan Kebutuhan Selama Leadtime ... 66 7.4.3. Penentuan Reorder Point... 67 7.5. Simulasi 2 : Pemesanan Kebutuhan Selama Leadtime Secara

Berkala ... 68 7.6. Analisis Biaya Persediaan ... 73 7.7. Perbandingan Biaya Persediaan dengan Tingkat

Keuntungan yang Hilang ... 74 7.8. Analisis Kebijakan Sistem Persediaan Bahan Baku Skim... 78

BAB VIII.KESIMPULANDAN SARAN ... 81 8.1. Kesimpulan ... 81 8.2. Saran... 82


(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Tingkat Konsumsi dan Produksi Susu di Indonesia Tahun 2000 - 2007 ... 1 2. Laju Pertumbuhan Impor Susu di Indonesia Tahun 2003 – 2006... 2 3. Service level Produk Jadi PT X Periode Juli 2007 - Desember 2007 ... 4 4. Persentase Pembatalan Jadwal Produksi Periode Januari 2007 –

Desember 2007... 5 5. Persentase rata-rata Faktor Penyebab Kegagalan Produksi Periode

Januari 2007 – Desember 2007 ... 6 6. Persentase Kesesuaian Leadtime Pemasok Bahan Baku Skim Periode

Januari 2007 – Desember 2007 ... 6 7. MSE untuk 5 Model Peramalan Penjualan PT X Periode Tahun 2008 ... 54 8. Proyeksi Penjualan Produk Jadi PT X Tahun 2008 ... 56 9. Komponen Biaya Pemesanan Bahan Baku Skim PT X Tahun 2008 ... 58 10. Komponen Biaya Penyimpanan Persediaan Bahan Baku PT X

Tahun 2008... 61 11. Jumlah Pemesanan Ekonomis Bahan Baku Skim PT X Tahun 2008 ... 62 12. Tingkat Safety Stock Untuk Perencanaan Pengadaan Bahan Baku Skim

PT X Periode Tahun 2008 ... 66 13. Kebutuhan Selama Leadtime Untuk Perencanaan Pengadaan Bahan Baku

Skim PT X Periode Tahun 2008 ... 66 14. Reorder Point Untuk Perencanaan Pengadaan Bahan Baku Skim PT X

Periode Tahun 2008 ... 67 15. Sistem Pengadaan Bahan Baku Simulasi 2 dengan Perumusan EOQ

Untuk Perencanaan Pengadaan Bahan Baku Skim PT X Periode Tahun 2008 ... 70 16. Sistem Pengadaan Bahan Baku Simulasi 2 dengan Efisiensi Kontainer

Untuk Perencanaan Pengadaan Bahan Baku Skim PT X Periode Tahun 2008 ... 72 17. Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku Skim Antara Sistem

Perusahaan dengan Simulasi Peneliti di PT X Tahun 2008... 73 18. Perbandingan Kemungkinan Total kerugian yang Dikeluarkan


(24)

iv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran Operasional... 25 2. Tingkat Persediaan Versus Waktu bagi EOQ ... 31 3. Berbagai Variasi Permintaan Harian (d) dan Leadtime (L) ... 32 4. Interaksi antara Permintaan dan Leadtime pada Penentuan Safety Stock... 33 5. Proses Manufaktur PT X ... 46 6. Sistem Persediaan Perusahaan dengan Tingkat Fluktuasi Kebutuhan

Bahan Baku Skim ... 63 7. Simulasi Sistem Persediaan Bahan Baku Menggunakan Safety Stock

(Simulasi 1) ... 68 8. Sistem Persediaan Bahan Baku Menggunakan Safety Stock dengan

Pemesanan Berkala EOQ (Simulasi 2a) ... 71 9. Sistem Persediaan Bahan Baku Menggunakan Safety Stock dengan


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Struktur Organisasi PT X ... 85 2. Peramalan data sales dengan metode Simple Average menggunakan

Microsoft Excel ... 86 3. Peramalan data sales dengan metode Moving Average menggunakan

Minitab ... 87 4. Peramalan data sales dengan metode Double Moving Average

menggunakan Microsoft Excel ... 88 5. Peramalan data sales dengan metode Single Exponential Smoothing

menggunakan Minitab ... 89 6. Peramalan data sales dengan metode Double Exponential Smoothing

menggunakan Minitab ... 90 7. Kebutuhan Bahan Baku Skim Periode Tahun 2007... 91 8. Leadtime Kedatangan Skim Periode Tahun 2007 ... 92 9. Standar Deviasi Kebutuhan Skim dan Leadtime... 94


(26)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Susu merupakan salah satu produk agribisnis yang saat ini sudah dianggap

sebagai kebutuhan primer bagi sebagian besar masyarakat. Kandungan gizi yang

tinggi dalam susu menjadi alasan mengapa produk ini dibutuhkan. Tingkat

konsumsi susu dan produk olahannya di Indonesia hingga tahun 2007 mengalami

laju peningkatan sebesar 7,59 persen pertahun (Tabel 1). Namun, peningkatan

konsumsi ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi susu dalam negeri. Data

Departemen Pertanian (2008) menggambarkan bahwa rata-rata tingkat

pertumbuhan produksi dalam negeri hanya mencapai 3.87 persen per tahun

(Tabel 1).

Tabel 1 Tingkat Konsumsi dan Produksi Susu di Indonesia Tahun 2000 - 2007 Tahun Konsumsi (Kg) Pertumbuhan (%) Produksi (Kg) Pertumbuhan (%)

2000 1.332.287 - 495.660 -

2001 1.102.539 -17,24 479.950 -3.17

2002 1.021.802 -7,32 493.370 2.80

2003 1.237.986 21,16 553.470 12.18

2004 1.291.294 4,31 549.940 -0.64

2005 1.354.235 4,87 615.170 11.86

2006 1.332.287 -1,62 616.380 0.20

2007*) 1.984.875 48.98 - -

Pertumbuhan rata – rata 7.59 - 3.87

Sumber : Departemen Pertanian, 2008 Ket : *) Data sementara

Kesenjangan yang tinggi ini cukup ironis karena ketika kesadaran masyarakat

akan pentingnya susu semakin meningkat, hal ini tidak ditunjang dengan

peningkatan produksi susu dalam negeri serta peningkatan teknologi terutama


(27)

pengusaha dengan melakukan impor bahan baku susu dari luar negeri.

Kecenderungan ini terlihat dari meningkatnya impor Indonesia sampai dengan 45

persen pada tahun 2003 hingga 2005 (Tabel 2). Pada rentang waktu yang sama

(Januari – September) terjadi kenaikan sebesar 5,65 persen pada periode tahun

2005 hingga 2006. Peningkatan ini juga turut didukung oleh kebijakan perusahaan

yang tidak memberikan bea masuk untuk impor produk susu.

Tabel 2 Laju Pertumbuhan Impor Susu di Indonesia Tahun 2003 – 2006

No Tahun Volume (Kg) Perubahan (%) Nilai (US$) Perubahan (%)

1. 2003 117.318.145 - 207.475.321 -

2. 2004 165.411.493 40.99 329.382.793 58.76

3. 2005 173.084.444 4.64 399.165.422 21.19

4. 2005* 133.486.409 - 301.699.107 -

5. 2006* 141.025.464 5.65 314.874.602 4.37

Laju pertu mbuhan (% per tahun) 22.82 39.97

Sumber : Biro Pusat Statistik, 2008

Ket : * Data kumulatif sampai dengan bulan September

Seiring dengan pasar yang semakin luas dan munculnya teknologi informasi,

persaingan di dunia bisnis menjadi semakin ketat. Hal ini menuntut perusahaan

untuk menyusun kembali strategi dan taktik bisnisnya. Tuntutan yang semakin

tinggi dari pelanggan baik dari segi kualitas ataupun kuantitas menjadi hal yang

pada akhirnya harus mampu diwujudkan perusahaan. Hal ini yang kemudian

menjadi fokus dari suatu rantai pemasaran yaitu bagaimana perusahaan mampu

untuk menyediakan produk tepat waktu dan berkualitas sehingga mampu bersaing

dengan produk sejenis di pasar.

PT X sebagai salah satu perusahaan yang sedang tumbuh di industri susu

berkomitmen untuk menjadi perusahaan yang semakin kompetitif. Hal ini

dilakukan dengan terus meningkatkan kapasitas, kualitas dan kontinuitas dalam


(28)

3 ditambah dengan keunggulan produk yang ditawarkan menjadikan produk ini

hampir sebagai kebutuhan pokok bagi konsumennya. Produk-produk dengan

karakteristik seperti ini tentu saja membutuhkan konsistensi baik yang berasal dari

mutu produk, harga maupun kontinuitas di pasar.

Perusahaan harus mempertahankan kelangsungan operasionalnya dengan

tujuan untuk mempertahankan konsistensinya di pasar. Namun hal ini juga perlu

ditunjang dengan ketersediaan faktor- faktor produksi seperti bahan baku, bahan

kemas, maupun tenaga kerja. Perkembangan perusahaan mengakibatkan

kebutuhan akan faktor-faktor produksi semakin besar. Hal ini yang kemudian

harus menjadi perhatian dari internal perusahaan. Kajian mengenai persediaan

baik persediaan dari faktor-faktor produksi maupun persediaan produk jadi

menjadi suatu kebutuha n. Namun persediaan pada akhirnya juga akan

memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap biaya yang dikeluarkan

perusahaan.

Perusahaan yang memiliki persediaan yang berlebih tentu saja akan dapat

memberikan kerugian bagi perusahaan karena biaya penyimpanan yang

meningkat. Risiko kerusakan persediaan yang meningkat juga akan menambah

beban biaya. Namun sebaliknya jika persediaan tidak mencukupi maka

dikhawatirkan tidak akan dapat memenuhi permintaan konsumen dan pada

akhirnya konsumen menjadi tidak loyal dan beralih ke produk sejenis yang

diproduksi oleh perusahaan kompetitor. Oleh karena itu, perusahaan harus

menerapkan manajemen persediaan bahan baku yang tepat sehingga tidak terjadi

kelebihan ataupun kekurangan persediaan bahan baku. Persediaan merupakan


(29)

menjamin efisiensi penggunaan modal sehingga dapat menguntungkan perusahaan

secara keseluruhan.

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan yang terjadi di PT X adalah ketidakmampuan perusahaan

dalam memenuhi permintaan ketika terjadi permintaan yang fluktuatif. Hal ini

dapat dilihat berdasarkan data service level PT X semester terakhir tahun 2007.

Service level adalah ukuran kinerja perusahaan dalam memenuhi permintaan

konsumen sesuai dengan spesifikasi dan ketepatan waktu.

Data service level PT X semester terakhir tahun 2007 untuk lima distributor

di pulau Jawa menunjukkan bahwa service level yang dicapai perusahaan rata –

rata mencapai 95 – 99 persen (Tabel 3). Namun dari tiga puluh kali servis terdapat

lima kali servis pada bulan April hingga Juni yang berada di bawah 95 persen. Hal

ini tidak sesuai dengan service level minimum yang ditetapkan perusahaan yaitu

sebesar 95 persen untuk masing- masing distributor di masing- masing wilayah

dalam setiap periode. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan pada

kondisi tertentu belum maksimal. Data ini diperoleh dari hasil pendistribusian

produk jadi dari manufaktur ke distributor utama.

Tabel 3 Service level Produk Jadi PT X Periode Juli 2007 - Desember 2007

Distributor Service level (%)

Juli 07 Agustus 07 September 07 Oktober 07 November 07 Desember 07

NX – Ciawi 98.7 95.3 97.5 97.7 95.3 97.5

EMS – Tangerang 100.0 97.5 98.6 99.6 96.6 91.9

ESJ – Bandung 98.7 97.1 99.4 99.8 93.6 92.3

EBM – Semarang 99.4 93.0 99.2 99.5 93.3 98.8

NX – Surabaya 99.9 97.8 98.9 98.7 96.5 97.4

RATA – RATA 99.3 96.1 98.7 99.1 95.1 95.6


(30)

5 Hal ini terjadi karena penerapan sistem make to order dalam proses produksi

yang kurang sesuai. Sistem ini akan berjalan jika semua faktor produksi dapat

tersedia tepat waktu dan jumlah. Namun kenyataannya, perusahaan sering

mengalami pembatalan produksi yang mengakibatkan perusahaan mengalami

kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan dalam penjualan maupun

keuntungan potensial lainnya. Kondisi ini terlihat dari rata-rata persentase

produksi yang dibatalkan pada periode Januari 2007 hingga Desember 2007

sebesar 8,13 persen (Tabel 4). Rencana produksi ini diukur dalam satuan batch.

Tabel 4 Persentase Pembatalan Jadwal Produksi Periode Januari 2007 – Desember 2007

Bulan Rencana Produksi (batch) Realisasi produksi (batch) Persentase Pembatalan Produksi (%)

Januari 07 422 417 1.18

Februari 07 565 562 0.53

Maret 07 757 703 7.13

April 2007 518 466 10.04

Mei 2007 239 231 3.35

Juni 07 260 234 10.00

Juli 07 482 443 8.09

Agustus 07 474 423 10.76

September 07 552 521 5.62

Oktober 07 397 360 9.32

November 07 321 278 13.40

Desember 07 370 303 18.11

Rata – rata 8.13

Sumber : Departemen Produksi PT X, 2008

Fenomena ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah kerusakan

mesin, keterlambatan realisasi jadwal, suhu ruang produksi yang tidak sesuai,

serta keterlambatan ketersediaan bahan baku (Tabel 5). Berdasarkan data yang

diperoleh dari Departemen Produksi menunjukkan bahwa bahan baku stock out

merupakan faktor terbesar yang menjadi penyebab batalnya rencana produksi.


(31)

dalam kondisi bahan baku yang tidak aman. Alternatif yang dapat digunakan

adalah menggunakan sistem make to stock. Namun penggunaan metode ini

otomatis akan meningkatkan biaya karena persediaan baik dalam bentuk bahan

baku maupun barang jadi akan memerlukan space dalam perusahaan.

Tabel 5 Persentase rata-rata Faktor Penyebab Kegagalan Produksi Periode Januari 2007 – Desember 2007

Faktor Frekuensi (kali) Persentase (%)

Bahan baku skim stock out 247 59.38

Suhu ruangan 86 20.67

Kerusakan mesin 43 10.34

Keterlambatan jadwal (reprocess) 27 6.49

Lain- lain 13 3.13

Total 416 100.00

Sumber : Departemen Produksi PT X, 2008

Kondisi bahan baku stock out ini sebagian besar diakibatkan karena

ketidakmampuan pemasok dalam memenuhi permintaan akan bahan baku (dalam

hal ini permasalahan terjadi untuk bahan baku skim sebagai bahan baku utama)

tepat waktu. Hal ini dapat terlihat dari data leadtime pemasok dalam memenuhi

permintaan perusahaan. Dari 68 kali order, ada sebanyak 60,29 persen pesanan

bahan baku skim tidak sesuai dengan leadtime yang ditetapkan perusahaan yaitu

60 hari.

Tabel 6 Persentase Kesesuaian Leadtime Pemasok Bahan Baku Skim Periode Januari 2007 – Desember 2007

Kesesuaian Frekuensi (kali) Persentase (%)

Sesuai 27 39.71

Tidak Sesuai 41 60.29

Total 68 100


(32)

7 Berdasarkan kondisi di atas maka dapat dirumuskan permasalahan khusus

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana sistem persediaan skim yang telah dilakukan PT X dalam

menunjang keberlanjutan proses produksi di PT X agar dapat diperoleh

produk tepat waktu dan tepat jumlah?

2. Bagaimana kebijakan pengendalian persediaan bahan baku skim yang optimal

bagi perusahaan dalam menyediakan produk?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis sistem persediaan yang telah dilakukan PT X.

2. Menentukan decoupling point dalam rantai produksi perusahaan sehingga

dapat diketahui strategi yang dapat digunakan dalam persediaan.

3. Menentukan safety stock persediaan optimum bahan baku skim dari leadtime

pemasok yang bervariasi.

4. Menentukan kebijakan terbaik yang mungkin dilakukan dalam persediaan.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan untuk :

1. Perusahaan sebagai masukan dan pertimbangan dalam menjalankan

operasional perusahaan dan melakukan perencanaan strategi di masa yang

akan datang sehingga perusahaan dapat menjadi lebih kompetitif.

2. Peneliti-peneliti selanjutnya sebagai bahan referensi dan informasi dalam


(33)

3. Penulis sebagai wahana penerapan ilmu dan persyaratan kelulusan untuk

memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Fokus dari penelitian ini adalah menganalisis kebijakan persediaan yang

dilakukan oleh PT X dalam penyediaan produk jadi bagi konsumen. Penelitian

dilakukan hanya di lingkungan internal manufaktur dimulai dari perencanaan

penjualan, pengadaan bahan baku, hingga produk didistribusikan ke distributor.

Untuk itu diperlukan kajian lebih lanjut mengenai industri hulu dan hilir yang

mendukung manufaktur. Selain itu penelitian ini hanya terfokus pada satu bahan

baku yaitu skim yang dianggap major dengan asumsi bahwa jika ada peningkatan

penggunaan pada bahan baku ini maka penggunaan bahan baku lain juga

meningkat tetapi peningkatan ini masih dapat dipenuhi oleh pemasok. Biaya yang

digunakan pada penelitian ini hanya mencakup biaya penyimpanan dan biaya

pemesanan yang dilakukan perusahaan tidak termasuk biaya asuransi kehilangan


(34)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Supply Chain Management

Studi tentang manajemen rantai suplai dilakukan oleh Aini (2005) dan

Usman (2007). Aini (2005) dengan judul penelitian Analisis Sistem Pasokan

Sayuran ke Ritel menggunakan pendekatan analisis deskriptif untuk menyatakan

bahwa alokasi penggunaan biaya terbesar dalam pengadaan barang (procurement)

dan distribusi adalah pembelian bahan baku yang dilakukan secara kredit dan

tunai serta biaya transportasi. Untuk itu perusahaan perlu melakukan efisiensi

biaya dengan melakukan penghematan di sektor lain seperti biaya pemesanan

(ordering cost) yang berkurang setelah beralih pada media elektronik. Selain itu

perusahaan juga akan berusaha meningkatan pendapatan penjualan karena

diharapkan dapat mengurangi biaya tetap perusahaan. Faktor lain yang juga

mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan adalah minimisasi persentase

jumlah barang yang kembali dari pasar (return). Jika presentase jumlah produk

atau barang yang dikembalikan dari konsumen semakin rendah maka kinerja

perusahaan dalam melakukan penanganan distribusi produk dikatakan baik,

sebaliknya ketika presentase jumlah produk return banyak maka kinerja distribusi

produk yang dilakukan oleh perusahaan rendah.

Analisis kinerja manajemen rantai suplai dilakukan oleh Usman (2007) dalam

penelitian yang berjudul Analisis Kinerja Supply Chain Management Susu Cair

UHT Full Cream (Studi Kasus di PT Ultrajaya Milk Industry and Trading).


(35)

segar, tingkat persediaan akhir dan tingkat perputaran persediaan serta

menganalisis mengenai jaringan kerja supply chain management yang terlibat

dalam bisnis ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Critical Path Method (CPM) yang menghasilkan waktu optimum, waktu

pesimistis, waktu realistis dan waktu rata – rata dari jaringan kerja supply chain.

2.2. Pengendalian Persediaan

Zein (2004) dengan judul penelitian Kajian Pengendalian dan Pengadaan

Bahan Baku Pada PT Petrokimia Gresik membandingkan penggunaan metode

MRP teknik lot for lot dan teknik part period dari sisi biaya yang dikeluarkan

untuk persediaan dalam proses pengendalian dan perencanaan produksi. Dalam

penelitiannya, Zein menyatakan bahwa penggunaan teknik part period

menghasilkan biaya persediaan yang lebih rendah dibandingkan teknik lot for lot.

Putra (2005) dengan judul penelitian Analisis Pengendalian Persediaan Bahan

Baku Produk Ban Pada PT Goodyear Indonesia Tbk menggunakan metode EOQ

sebagai bahan pembanding dengan metode persediaan yang dilakukan oleh

perusahaan. Penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara

metode perusahaan dengan metode EOQ yang digunakan penulis. Namun untuk

bahan lokal, kebijakan yang dilakukan perusahaan telah optimal. Purwani (2006)

dengan judul penelitian Kajian Persediaan Bahan Baku Kulit Sintetik di

Perusahaan Sumber Karya Indah dengan Metode Simulasi mengkaji tentang

sistem persediaan yang telah dilakukan perusahaan dan membuat model dan biaya

persediaan dengan metode simulasi.

Nurfitriyah (2007) dengan judul penelitian Kajian Persediaan Bahan Baku Di


(36)

11 persediaan bahan baku di PT Goodyear. Penelitian ini menunjukkan bahwa

penggunaan metode simulasi yang dilakukan peneliti telah berhasil menghemat

biaya persediaan sebesar 4,25 persen pertahun untuk bahan baku lokal sedangkan

untuk bahan baku impor sebesar 2,98 persen. Penggunaan metode simulasi ini

cocok diterapkan untuk menghadapi ketidakpastian permintaan ataupun leadtime.

Penelitian yang akan dilakukan ini bermaksud untuk melihat sistem

pengelolaan persediaan di PT X serta menganalisis kebijakan penggunaan sistem

make to order dan make to stock dalam penyediaan produk. Perbedaan penelitian

ini terhadap penelitian sebelumnya adalah tujuan serta metode yang digunakan

untuk analisis. Penelitian ini akan menggunakan decoupling point untuk

menentukan strategi yang digunakan dan EOQ sebagai alat analisis untuk melihat

stok optimal dari bahan baku yang harus disediakan perusahaan agar dapat

mendukung kontinuitas produksi.

Penulis akan mendeskripsikan sistem persediaan yang dilakukan PT X dan

menganalisis tingkat persediaan optimal yang harus disediakan oleh perusahaan

untu memenuhi kebutuhan produksi. Penulis akan mencoba memberikan

rekomendasi mengenai tingkat minimum safety stock dan reorder point dari bahan

baku yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk menunjang kontinuitas produksi.

Metode yang akan digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif untuk

menggambarkan sistem persediaan serta model persediaan probabilistik dengan


(37)

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Seiring dengan pasar yang semakin global, perusahaan semakin dituntut

untuk menyediakan produk berkualitas dengan harga murah dan tingkat

ketersediaan yang cukup tinggi. Untuk itu perusahaan harus terus menerus

melakukan efisiensi dan efektivitas sehingga kinerja perusahaan menjadi

maksimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah

menerapkan sistem rantai suplai yang saling berintegrasi.

3.1.1. Konsep Persediaan 3.1.1.1. Definisi Persediaan

Persediaan adalah istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau

sumber daya-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap

pemenuhan permintaan (Handoko, 2000). Permintaan akan sumber daya ini bisa

internal ataupun eksternal yang meliputi persediaan bahan mentah, barang dalam

proses, barang jadi atau produk akhir, bahan – bahan pembantu atau pelengkap,

dan komponen – komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk

perusahaan.

Persediaan merupakan material yang ditempatkan di sepanjang jaringan

proses produksi dan jalur distribusi (Render dan Heizer, 2005). Persediaan

merupakan suatu aktiva yang terdiri dari barang-barang milik perusahaan dengan

maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan


(38)

13 persediaan bahan baku yang masih menunggu penggunaannya dalam proses

produksi (Ma’arif, 2006). Jadi persediaan merupakan bahan-bahan, bagian yang

disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk

proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk

memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu (Rangkuti,

2004). Persediaan merupakan unsur paling aktif dalam operasi perusahaan yang

secara terus menerus diperoleh, diubah yang kemudian dijual kembali.

3.1.1.2. Klasifikasi Persediaan

Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian

yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang

harus dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar pesanan yang harus

dilakukan (Handoko, 2000). Sistem ini bertujuan untuk menetapkan dan

menjamin ketersediaan sumber daya yang tepat pada waktu yang tepat. Menurut

jenisnya, persediaan dapat dibedakan menjadi 5 bagian berdasarkan pada

posisinya, yaitu :

a. Persediaan bahan mentah (raw materials)

Persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam produksi. Bahan

mentah ini dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari para

pemasok dan atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam

proses produksi selanjutnya.

b. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components)

Persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang

diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi


(39)

c. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies)

Persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak

merupakan bagian atau komponen barang jadi.

d. Persediaan barang dalam proses (work in process)

Persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian

dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi

masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.

e. Persediaan barang jadi (finished goods)

Persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik

dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.

Menurut Pujawan (2005), jenis-jenis persediaan berdasarkan fungsinya,

dibagi empat yaitu :

1. Pipeline/transit inventory

Persediaan ini muncul karena leadtime pengiriman dari satu tempat ke tempat

lain. Persediaan ini akan banyak kalau jarak dan waktu pengiriman panjang.

Jadi persediaan tipe ini dapat dikurangi dengan mempercepat pengiriman.

2. Cycle Stock

Ini adalah persediaan akibat motif memenuhi skala ekonomi. Persediaan ini

mempunyai siklus tertentu. Pada saat pengiriman jumlahnya banyak,

kemudian sedikit-demi sedikt berkurang akibat dipakai atau dijual sampai

akhirnya habis atau jampir habis, kemudian mulai dengan siklus baru lagi.

3. Persediaan pengaman (safety stock)

Fungsinya adalah sebagai perlindungan terhadap ketidakpastian permintaan


(40)

15 diperkirakan dibutuhkan selama suatu periode tertentu supaya kebutuhan yang

lebih banyak bisa dipenuhi tanpa harus menunggu. Penentuan besarnya

persediaan pengaman adalah pekerjaan yang sulit karena terkait dengan biaya

persediaan dan service level.

4. Anticipation Stock

Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat

diramalkan berdasarkan pola musiman dalam menghadapi penggunaan,

penjualan atau permintaan yang meningkat.

Persediaan juga bisa diklasifikasikan berdasarkan sifat ketergantungan

kebutuhan antara satu item dengan item lainnya (Pujawan, 2005). Item- item yang

kebutuhannya tergantung pada kebutuhan item lain dinamakan dependent demand

item. Sebaliknya, kebutuhan independent demand item tidak tergantung pada

kebutuhan item lain. Klasifikasi ini dilakukan karena pengelolaan kedua jenis item

ini biasanya berbeda. Yang termasuk dalam dependent demand item biasanya

adalah komponen atau bahan baku yang akan digunakan untuk membuat produk

jadi. Kebutuhan bahan baku dan komponen tersebut ditentukan oleh banyaknya

jumlah produk jadi yang akan dibuat dengan menggunakan komponen atau bahan

baku tersebut. Ketergantungan permintaan ini biasanya diwujudkan dalam bentuk

struktur/komposisi produk atau bill of materials (BOM). Produk jadi biasanya

tergolong dalam independent demand item karena kebutuhan akan satu produk


(41)

3.1.1.3. Fungsi Persediaan

Efisiensi operasional suatu organisasi dapat ditingkatkan karena berbagai

fungsi penting persediaan. Fungsi – fungsi persediaan menurut Handoko (2000)

terbagi atas tiga bagian, yaitu :

1. Fungsi Decoupling

Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi-operasi

perusahaan internal dan eksternal mempunyai “kebebasan” (independence).

Persediaan “decouples” ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi

permintaan konsumen tanpa tergantung pada pemasok.

Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan

sepenuhnya tergantung pada pengadaannya baik jumlah ataupun waktu

pengiriman. Persediaan barang diperlukan untuk memenuhi permintaan

produk yang tidak pasti dari konsumen. Persediaan yang diadakan untuk

menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan

atau diramalkan disebut fluctuation stock.

2. Fungsi Economic Lot Sizing

Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan

membeli sumber daya-sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi

biaya-biaya per unit. Persediaan “lot size” ini perlu mempertimbangkan

penghematan-penghematan karena perusahaan melakukan pembelian dalam

kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul


(42)

17 3. Fungsi Antisipasi

Sering perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat

diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau data-data masa lalu.

Untuk itulah persediaan diperlukan untuk mengisi kekosongan yang ada pada

saat-saat tertentu. Selain itu perusahaan juga sering menghadapi

ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang

sehingga memerlukan kuantitas persediaan ekstra yang sering disebut

persediaan pengaman (safety inventories).

4. Fungsi Transit Stock (Persediaan dalam pengiriman)

Transit Stock adalah persediaan yang masih dalam pengiriman atau transit

yang sering pula disebut work in process stock. Terdapat dua jenis persediaan

dalam pengiriman :

a. External Transit Stock

Persediaan yang masih berada dalam truk, kapal, dan kereta api.

b. Internal Transit Stock

Persediaan yang masih menunggu untuk diproses atau menunggu sebelum

dipindahkan.

Ma’arif (2006), menyatakan bahwa persediaan yang dilakukan

perusahaan memiliki beberapa kegunaan, diantaranya adalah :

1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang. Jika barang yang

dipesan terlambat datang sedangkan proses produksi berjalan terus, maka

persediaan akan dikeluarkan dan dipakai untuk keperluan produksi. Hal ini

akan terus-menerus berlangsung sampai barang yang dipesan datang. Untuk


(43)

digunakan taktik ”memperpanjang masa perkiraan datangnya barang”

sehingga persediaan yang dilakukan lebih besar daripada yang dilakukan

terhadap pemasok yang baik.

2. Menghilangkan risiko dari material yang dipesan tidak baik. Jika barang yang

dipesan cacat, rusak atau ditolak (reject), maka persediaan dapat digunakan

sampai barang yang baik dikirimkan. Barang yang dipesan hendaknya

mencapai kualitas yang diinginkan. Jika tidak sesuai dengan kualitas yang

disepakati, maka perusahaan dapat menolak barang.

3. Untuk menumpuk barang-barang yang dihasilkan secara musiman. Ini berlaku

bagi produk-produk pertanian karena sifatnya musiman maka ketika musim

panen, persediaan dilakukan dalam jumlah besar. Sedangkan jika tidak musim,

maka persediaan tadi dapat digunakan untuk memenuhi stok yang kosong.

4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan. Pada akhirnya, persediaan

memiliki kegunaan untuk mempertahankan agar produksi terus berjalan. Jika

produksi berhenti, maka stabilitas operasi perusahaan akan terganggu.

5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.

6. Memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi. Jaminan perusahaan ini

menjadi sangat penting, hal ini disebabkan karena image konsumen terhadap

perusahaan. Jika tidak ada jaminan barang jadi selalu tersedia, maka

konsumen tidak akan pernah loyal dengan produk yang dihasilkan.

3.1.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persediaan

Persediaan muncul karena faktor waktu, ketidakpastian waktu datang,


(44)

19 Faktor waktu yaitu faktor yang menyangkut lamanya proses produksi dan

distribusi sebelum barang jadi sampai kepada konsumen. Waktu diperlukan untuk

membuat jadwal produksi, memotong bahan baku, produksi dan pengiriman

barang jadi ke pedagang besar atau konsumen. Persediaan dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan selama waktu tunggu (leadtime).

Faktor ketidakpastian waktu datang menyebabkan perusahaan

memerlukan persediaan, agar tidak menghambat proses produksi maupun

keterlambatan pengiriman kepada konsumen (Indrajit, 2002). Penyebab timbulnya

persediaan adalah ketidakpastian terjadi akibat permintaan yang bervariasi dan

tidak pasti dalam jumlah maupun waktu kedatangan, waktu pembuatan yang

cenderung tidak konstan antara satu produksi dengan produk yang akan dibuat,

waktu tenggang (leadtime) yang cenderung tidak pasti karena banyak faktor yang

tidak dapat dikendalikan. Ketidakpastian ini dapat diredam dengan mengadakan

persediaan.

3.1.1.5. Biaya-Biaya Persediaan

Menurut Handoko (2000), untuk pengambilan keputusan penentuan

besarnya jumlah persediaan, biaya-biaya variabel dibawah ini harus

dipertimbangkan antara lain :

1. Biaya penyimpanan (holding cost atau carrying cost)

Biaya penyimpanan yaitu terdiri dari biaya-biaya yang bervariasi secara

langsung dengan kuantitas bahan yang dipesan. Semakin banyak persediaan

yang disimpan maka biaya penyimpanan akan semakin tinggi. Biaya-biaya


(45)

a. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pendingin

ruangan dan sebagainya)

b. Biaya modal (opportunity cost of capital), yaitu alternatif pendapatan atas

dana yang diinvestasikan dalam persediaan

c. Biaya keusangan

d. Biaya perhitungan fisik

e. Biaya asuransi persediaan

f. Biaya pajak persediaan

g. Biaya pencarian, pengrusakan atau perampokan

h. Biaya penanganan persediaan

Biaya-biaya tersebut merupakan variabel apabila bervariasi dengan

tingkat persediaan. Apabila fasilitas penyimpanan (gudang) bukan variabel

tetapi tetap, maka tidak dimasukkan dalam biaya penyimpanan per unit. Biaya

penyimpanan persediaan biasanya berkisar antara 12 sampai 40 persen dari

biaya atau harga barang untuk perusahaan-perusahaan manufacturing

biasanya, biaya penyimpanan rata-rata secara konsisten sekitar 25 persen.

2. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering cost atau procurement cost)

Biaya-biaya ini meliputi :

a. Pemrosesan pesanan dan ekspedisi

b. Upah

c. Biaya telepon

d. Pengeluaran surat menyurat

e. Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerima


(46)

21 g. Biaya uang lancar dan sebagainya

Pada umumnya biaya perpesanan (di luar biaya bahan dan kuantitas) tidak

naik apabila kuantitas pesanan bertambah besar. Tetapi, apabila semakin

banyak komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah pesanan per periode

turun, maka pemesanan biaya total akan turun. Ini berarti, biaya pemesanan

total per periode (tahunan) sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap

periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan.

3. Biaya penyiapan (manufacturing) atau set up cost

Hal ini terjadi apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri

dalam pabrik perusahaan. Perusahaan menghadapi biaya penyiapan (set up

costs) untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya-biaya ini terdiri dari :

a. Biaya mesin- mesin menganggur

b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung

c. Biaya penjadwalan

d. Biaya ekspedisi dan sebagainya

Seperti halnya biaya pemesanan, biaya penyiapan total per periode sama

dengan biaya penyiapan dikalikan jumlah penyiapan per periode. Selain itu

juga dikenal adanya biaya shortage. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan

(shortage costs) adalah biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi

adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan

bahan adalah sebagai berikut :

a. Kehilangan penjualan

b. Kehilangan pelanggan


(47)

d. Biaya ekspedisi

e. Selisih harga

f. Terganggunya operasi

g. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya.

Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktik, terutama karena

kenyataannya biaya ini sering merupakan opportunity cost yang sulit

diperkirakan secara obyektif.

3.1.2. Konsep Make to Order dan Make to Stock

Sistem make to order digunakan oleh perusahaan yang hanya mempunyai

desain produk dan beberapa material standar dalam sistem persediaan (Gasperz,

2005). Aktivitas proses pembuatan produk bersifat khusus yang disesuaikan

dengan setiap pesanan pelanggan. Siklus pesanan dimulai ketika pelanggan

menspesifikasikan produk yang dipesan, dalam hal ini produsen dapat membantu

pelanggan untuk menyiapkan spesifikasi sesuai pesanan pelanggan tersebut.

Dalam strategi make to order, perusahaan mempunyai resiko yang sangat kecil

berkaitan dengan investasi inventori. Fokus operasionalnya adalah pesanan

spesifik dari pelanggan dan bukan pada parts.

Perusahaan industri yang memilih strategi make to stock akan memiliki

persediaan yang terdiri dari produk akhir (finished product) untuk dapat dikirim

dengan segera apabila ada permintaan dari pelanggan (Gasperz, 2005). Dalam

strategi make to stock, siklus waktu dimulai ketika produsen menspesifikasikan

produk, memperoleh bahan baku, dan memproduksi produk akhir untuk disimpan

dalam stok. Dalam strategi make to stock, perusahaan industri memiliki risiko


(48)

23 aktual tidak dapat diidentifikasikan dalam proses produksi. Berkaitan dengan hal

ini perusahaan industri yang memilih strategi make to stock harus membangun

sistem informasi pasar yang andal agar secara lebih akurat dapat meramalkan

permintaan aktual dari konsumen. Fokus operasional dari perusahaan industri

yang memiliki strategi make to stock terarah pada pengisian kembali persediaan,

dimana sistem produksi menetapkan tingkat persediaan berdasarkan pada

antisipasi pesanan yang akan datang dan bukan berdasarkan pesanan yang ada

sekarang.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

PT X merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pangan

terutama di industri susu bubuk. Produk-produk yang diproduksi oleh PT X

merupakan produk yang memiliki konsumen yang sangat loyal terhadap mutu

produk. Untuk itu perusahaan harus benar-benar menjaga eksistensinya di pasar.

Untuk menunjang tujuan tersebut, perusahaan harus menjaga kontinuitas produk

di pasar sehingga konsumen tidak berpaling ke produk lain.

Kebijakan perusahaan saat ini adalah menggunakan sistem make to order

dalam seluruh sistem pembuatan produk. Penggunaan sistem ini bertujuan untuk

mengurangi biaya persediaan. Namun kelemahan dari sistem ini adalah

perusahaan harus senantiasa memiliki bahan baku yang digunakan dalam

produksi. Untuk itu perusahaan harus memiliki pemasok yang mampu memenuhi

kebutuhan bahan baku kapanpun dibutuhkan. Selain itu perusahaan harus

menjalin kerja sama yang solid dengan pemasok. Namun kendala yang ada saat

ini adalah seringnya pemasok tidak mampu memenuhi kebutuhan bahan baku


(49)

Alternatif yang dapat dilakukan adalah penggunaan sistem make to stock

ataupun menggabungkan sistem make to stock dan make to order. Hal ini berarti

perusahaan menyiapkan persediaan dalam bentuk bahan baku dan baru

berproduksi ketika sudah ada permintaan langsung dari konsumen. Persediaan ini

penting untuk menghadapi dua resiko yaitu kehilangan keuntungan dari penjualan

atau tingginya jumlah pemesanan yang mengakibatkan tingginya biaya

pemesanan. Selain itu penyimpanan dilakukan juga untuk mengantisipasi

permintaan output yang semakin meningkat dan harga bahan baku yang memiliki

kecenderungan meningkat.

Hal pertama yang dilakukan pada penelitian ini adalah menentukan

decoupling point dari keseluruhan proses produksi. Penentuan decoupling point

dapat digunakan sebagai acuan untuk memilih waktu yang tepat untuk

menerapkan sistem make to order atau make to stock.

Penggunaan sistem make to stock pada akhirnya akan meningkatkan biaya

persediaan yang sejalan dengan meningkatnya biaya produksi sehingga harga jual

menjadi semakin tinggi. Untuk itu diperlukan penelaahan lebih lanjut mengenai

jumlah stok yang optimal untuk memenuhi kebutuhan produksi tanpa

meningkatkan biaya produksi lebih tinggi. Penelaahan ini juga dibutuhkan untuk

mengetahui jumlah safety stock untuk mengantisipasi tingkat leadtime pemasok

yang bervariasi.

Untuk menentukan jumlah kebutuhan safety stock digunakan metode EOQ

dengan berbagai variasi leadtime yang berbeda. Indikator keberhasilan

penggunaan kebijakan ini dapat dilihat dengan membandingkan kedua kebijakan


(50)

25 kecil biaya ataupun jumlah persediaan yang dibutuhkan maka penggunaan sistem

ini dapat dikatakan berhasil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Operasional PT X harus menjaga eksistensi di mata konsumen dengan cara

menjaga kontinuitas produk di pasaran.

Peninjauan kembali sistem manufaktur yang digunakan

Penentuan decouplingpoint untuk penentuan sistem persediaan

Optimalisasi fungsi persediaan dalam penggunaan sistem

make to stock dengan variasi leadtime

Permasalahan : pemasok tidak bisa mendukung sistem make to order yang digunakan (bahan baku tidak tersedia tepat waktu, leadtime pemasok bervariasi)

Perusahaan Simulasi Penelitian

Rekomendasi ke perusahaan Perbandingan kedua kebijakan

Analisis jumlah Analisis biaya

- Biaya Penyimpanan - Biaya Pemesanan - Biaya kemungkinan

kehilangan penjualan

- EOQ - Safety Stock


(51)

3.3. Hipotesis

1. Penggunaan sistem safety stock dapat mengatasi permasalahan ketidakpastian

permintaan dan leadtime.

2. Persediaan akan meningkatkan biaya produksi tetapi nilainya lebih kecil

dibandingkan dengan tingkat kemungkinan kehilangan penjualan karena


(52)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT X pada bulan Mei 2008 sampai dengan Juli

2008. Pemilihan lokasi ini diambil dengan pertimbangan bahwa PT X merupakan

perusahaan yang sedang tumbuh dan berkembang dengan karakteristik produk

yang fungsional dan beragam. Bahan baku yang digunakan PT X dalam proses

produksinya adalah susu yang merupakan produk agribisnis.

4.2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara :

1. Observasi Langsung

Proses observasi langsung dilakukan untuk mengetahui mekanisme

pengadaan bahan baku yang dilakukan PT X, proses produksi dan sistem

distribusi produk.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan memberikan pertanyaan secara langsung

dengan pihak perusahaan yang bertujuan untuk memperoleh keterangan

sesuai denga n penelitian serta menganalisis data yang diberikan perusahaan


(53)

3. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data sekunder diantaranya

diperoleh dari Departemen Pertanian, Badan Pusat Statistik, internal

perusahaan, serta berbagai literatur yang relevan dengan penelitian ini.

4.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh

melalui wawancara denga n pihak manajemen. Data yang dikumpulkan dari pihak

manajemen perusahaan antara lain data gambaran umum perusahaan, data

persediaan tahun 2007, data leadtime kedatangan bahan baku tahun 2007, dan data

permintaan konsumen tahun 2007. Data bulanan persediaan, leadtime dan data

permintaan konsumen diperoleh dari hasil wawancara dengan manajer Production

Planner Inventory Control (PPIC). Data yang digunakan adalah data bulanan

tahun 2007 (periode Januari-Desember 2007) karena data tersebut merupakan data

terbaru di PT X.

Data sekunder diperoleh dari berbagai studi kepustakaan diantaranya,

Departemen Pertanian (data produksi dan konsumsi), Badan Pusat Statistik (data

impor susu di Indonesia), Perpustakaan Lembaga Sumber daya Informasi (LSI)

IPB (data penelitian terdahulu), Internet (jurnal penelitian internasional), laporan

persediaan, laporan produksi PT X dan literatur lain yang relevan dengan


(54)

29

4.4. Metode Analisis

Dalam penelitian ini alat analisis yang digunakan adalah Economic Order

Quantity. Program komputer yang digunakan adalah Minitab dan Microsoft Excel.

Data yang tidak dianalisis dengan menggunakan instrument tersebut akan

dianalisis secara deskriptif.

4.4.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan sistematik a proses

produksi yang telah dilakukan oleh PT X dari mulai penyediaan bahan baku

hingga dihasilkan produk jadi. Analisis ini juga digunakan untuk menentukan

decoupling point dari sistem penyediaan produk secara keseluruhan, sehingga

dapat ditentukan strategi dalam hal persediaan.

4.4.2. Peramalan Produksi

Peramalan digunakan untuk memproyeksikan volume produksi pada

periode berikutnya. Alat yang digunakan untuk meramalkan produksi ini adalah

Moving Average. Moving Average merupakan suatu model peramalan kuantitatif

dengan menggunakan rataan nilai- nilai masa lalu untuk memuluskan fluktuasi.

Asumsi teknik ini adalah fluktuasi data masa lalu yang menggambarkan unsur

keacakan suatu series. Dalam bentuk yang paling sederhana, formula untuk teknik

perataan adalah sebagai berikut :

y t+1 = y=

tttt

t

=1

Dimana : y t+1 = Peramalan setelah waktu t yt = data aktual periode sebelumnya

n = ordo

yt

n n


(55)

4.4.3. Economic Order Quantity (EOQ)

Model EOQ ini digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan

yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan, yaitu biaya

penyimpanan (holding atau carrying costs) dan biaya pemesanan (ordering atau

set up costs). Model ini mempertimbangkan dua biaya persediaan yaitu biaya

pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya pemesanan yang dimaksud adalah

biaya-biaya tetap yang keluar setiap kali pemesanan dilakukan dan tidak

tergantung pada ukuran dan volume pesanan. Sedangkan biaya penyimpanan

adalah biaya yang terjadi akibat perusahaan menyimpan barang tersebut selama

suatu periode tertentu.

Model EOQ dibuat dengan asumsi bahwa permintaan terhadap suatu item

bersifat kontinyu dengan tingkat yang seragam atau bervariasi namun variasinya

tidak terlalu besar (Gambar 2). Model EOQ ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

EO

h D C Q= 2× 0 × Dimana : EOQ = jumlah pesanan (unit)

C0 = Biaya pemesanan per periode (Rp/periode) D = kebutuhan item per periode (unit/periode) h = Biaya penyimpanan per periode (Rp/ periode)


(56)

31 Gambar 2 Tingkat Persediaan Versus Waktu bagi EOQ

sumber : Handoko, 2000 Keterangan : R = reorder point (Kg)

Q = jumlah persediaan (Kg) L = leadtime (Hari)

d = permintaan rata – rata harian (Kg)

4.4.4. Model Probabilistik

Model probabilistik digunakan ketika permintaan produksi atau variabel

lain tidak diketahui, tetapi dapat ditetapkan melalui sebuah distribusi

kemungkinan. Dalam pengadaan, faktor yang dianggap mengandung

ketidakpastian tinggi adalah leadtime pemasok dan tingk at kebutuhan akan bahan

baku. Permintaan dan leadtime yang tidak pasti mengakibatkan perusahaan harus

menentukan waktu pemesanan kembali atau reorder point (ROP) yang dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

ROP = permintaan selama leadtime + safety stock

Untuk mengurangi kosongnya persediaan, perusahaan harus menyimpan

sejumlah unit tambahan tertentu dalam persediaan atau yang biasa dikenal sebagai Tingkat persediaan

(dalam unit)

Waktu R = dl R

Q

d Pesanan

dilakukan Reorder

Point

Economic Order Quantity

L L

Pesanan diterima


(57)

safety stock. Safety stock menyediakan sejumlah persediaan selama leadtime.

Besarnya safety stock (SS) secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut:

SS = Z x sdl

Dimana : SS = Safety stock

Z = nilai korelasi dengan probabilitas tertentu Sdl = standar deviasi permintaan selama leadtime

Besarnya safety stock tergantung pada ketidakpastian pasokan maupun

permintaan. Pada situasi normal, ketidakpastian pasokan bisa diwakili dengan

standar devisi leadtime dari pemasok, yaitu waktu antara perusahaan memesan

sampai material atau barang diterima. Sedangkan ketidakpastian permintaan

biasanya diwakili dengan standar deviasi besarnya permintaan per periode. Kalau

permintaan per periode maupun leadtime sama-sama konstan maka tidak

diperlukan safety stock karena bahan baku datang tepat pada saat persediaan di

gudang sama dengan nol. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Berbagai Variasi Permintaan Harian (d) dan Leadtime (L) sumber : Handoko, 2000

Persediaan nyata Kuantitas

(unit)

Waktu Persediaan

pengaman Tingkat pemesanan kembali

L1

L2 Persediaan


(58)

33 Nilai sdl bisa dicari dengan mengumpulkan langsung permintaan selama

leadtime untuk suatu periode yang cukup panjang, atau diperoleh dengan terlebih

dahulu mendapatkan data rata-rata dan standar deviasi dari dua komponen

penyusunnya, yaitu permintaan per periode dan leadtime. Dengan mendapatkan

empat parameter tersebut maka nilai sdl bisa dihitung sebagai berikut :

)

( 2 2 2

d t

dl d s l s

s = × + ×

Dimana : Sdl = standar deviasi permintaan selama leadtime sl = standar deviasi leadtime

sd = standar deviasi permintaan per periode d = permintaan rata-rata harian (unit) l = leadtime (hari)

Dengan patokan rumus tersebut maka terdapat empat kondisi seperti yang

ditunjukan Gambar 4.

Gambar 4 Interaksi antara Permintaan dan Leadtime pada Penentuan Safety Stock Sumber : Pujawan (2005)

) (l s Sdl = d ×

Safety stock ditentukan oleh ketidakpastian

permintaan

)

( 2 t2 d2

dl d s l s

s = × + ×

Safety stock ditentukan oleh interaksi dua

ketidakpastian

Tidak diperlukan safety stock,

situasi deterministik Sdl = 0

Sdl = d x sl Safety stock ditentukan

oleh ketidakpastian leadtime Variabel

Permintaan

Leadtime Variabel

konstan


(59)

4.4.5. Analisis Kebijakan

Analisis kebijakan dilakukan dengan cara membandingkan biaya yang

dibutuhkan dari kebijakan make to stock dan make to order. Biaya total persediaan

dapat dihitung dengan menggunakan perumusan sebagai berikut :

b b

b h

Q C Q D

TC ×

     + ×     =

2

Dimana : TC(b) = Biaya total persediaan per periode (Rp)

D = Kebutuhan bahan baku per periode (unit/periode) Q = ukuran pesanan (unit)

Cb = ongkos pesan per periode (Rp/periode) hb = ongkos simpan per tahun (Rp/periode)

Kebijakan terbaik dalam hal ini adalah kebijakan yang mampu memberikan

solusi terbaik bagi perusahaan dalam hal persediaan dan memberikan biaya

persediaan seefisien mungkin sehingga pada akhirnya akan memberikan

keuntungan bagi perusahaan. Kebijakan tersebut juga harus memperhatikan

kapasitas dan kemampuan perusahaan baik kemampuan secara finansial maupun


(60)

BAB V

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT X didirikan pada bulan Februari 1979. Perusahaan ini berkantor pusat di

Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta Timur sedangkan lokasi pabrik berada di

Bogor. Perusahaan ini adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di

industri makanan dan minuman khususnya makanan dan minuman yang

memberikan manfaat untuk kesegaran, kesehatan, dan appearance. Saat ini PT X

sebagai sebuah perusahaan swasta nasional telah berhasil mengembangkan

pasarnya bukan hanya di pasar lokal namun juga ke pasar ekspor yaitu pasar

negara-negara berkembang lain.

5.2. Struktur Organisasi Perusahaan

PT X dipimpin oleh seorang President Director dan dibantu oleh seorang

Vice President dan seorang Chief Operating Officer. Dalam hal sistem

keorganisasian, PT X menerapkan sistem organisasi mendatar (Flat

Organization), yaitu President Director dan Vice President langsung membawahi

para Managing Director SBU dan Director SSU, kecuali untuk 4 unit kerja yang

berada dalam koordinasi Chief Operating Officer. Managing Director SBU dan

Director SSU langsung membawahi manajer- manajer departemen yang

mempunyai tanggungjawab dan wewenang penuh dalam merencanakan dan

melaksanakan program kerja departemen masing- masing. Manajemen


(1)

Lampiran 5 Peramalan data

sales

dengan metode

Single Exponential Smoothing

menggunakan

Minitab

Data F Length 12

Smoothing Constant Alpha 0.0750949

Accuracy Measures MAPE 56 MAD 5479 MSD 49155114

Time Smooth Predict Error 1 13480.2 13851.2 -4941.2 2 14237.3 13480.2 10081.8 3 15264.6 14237.3 13680.7 4 15471.4 15264.6 2753.4 5 14562.3 15471.4 -12105.4 6 14479.8 14562.3 -1098.3 7 14433.3 14479.8 -619.8 8 14494.3 14433.3 812.7 9 15160.4 14494.3 8869.7 10 14988.4 15160.4 -2290.4 11 14695.5 14988.4 -3900.4 12 14350.2 14695.5 -4597.5

Forecasts

Period Forecast Lower Upper 13 14350.2 926.250 27774.2


(2)

90

Lampiran 6 Peramalan data

sales

dengan metode

Double Exponential Smoothing

menggunakan

Minitab

Data F Length 12

Smoothing Constants Alpha (level) 0.2 Gamma (trend) 0.2

Accuracy Measures MAPE 64 MAD 5533 MSD 54034905

Time Smooth Predict Error 1 16080.6 17873.3 -8963.3 2 16893.5 15226.4 8335.6 3 18681.8 16372.7 11545.3 4 18501.8 18622.8 -604.8 5 15408.1 18418.7 -15052.7 6 14471.1 14722.8 -1258.8 7 13760.3 13735.4 124.6 8 13472.9 13029.7 2216.3 9 14937.6 12830.9 10533.1 10 14347.5 14716.9 -1846.9 11 13459.9 14052.9 -2964.9 12 12457.0 13046.8 -2948.8

Forecasts

Period Forecast Lower Upper 13 11925.9 -1629.47 25481.3


(3)

Lampiran 7 Kebutuhan Bahan Baku Skim Periode Tahun 2007

No Nama Produk Kebutuhan skim per bulan (kg)

Jun Jul Aug Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei

1 A 1,333.33 1,333.33 2,133.33 2,133.33 1,333.33 1,333.33 3,200.00 800.00 2,933.33 2,933.33 533.33 1,066.67 2 B 1,080.67 1,350.83 2,701.67 1,350.83 1,891.17 540.33 3,512.17 270.17 2,431.50 2,971.83 1,621.00 1,350.83 3 C 3,139.50 2,691.00 5,382.00 4,485.00 2,915.25 2,018.25 7,400.25 1,345.50 2,691.00 6,503.25 3,588.00 2,466.75 4 D 3,359.25 1,889.58 3,779.16 4,828.93 2,729.39 1,889.58 2,729.39 3,779.16 2,939.35 5,458.79 2,729.39 3,569.21 5 E 1,473.59 842.05 1,684.10 1,894.61 842.05 631.54 421.02 1,263.07 1,894.61 631.54 1,052.56 631.54 6 F 4,692.57 12,409.23 14,703.37 9,489.41 1,772.75 7,090.99 7,299.55 8,029.50 12,304.95 6,778.15 5,839.64 5,318.24 7 G 5,849.24 10,084.90 10,790.84 4,437.36 4,941.60 1,210.19 4,538.21 5,647.54 8,168.77 4,336.51 3,832.26 4,538.21 8 H 2,521.36 6,970.81 4,301.14 3,856.19 1,779.78 741.58 3,262.93 3,114.62 5,042.71 2,076.41 1,186.52 2,224.73 9 I 5,711.81 9,791.67 12,729.17 8,159.73 2,284.72 7,017.36 3,753.47 7,180.56 9,628.48 4,895.84 4,406.25 5,222.22 10 J 9,849.17 10,885.93 19,179.96 6,393.32 5,356.57 4,492.60 7,257.28 10,021.96 11,058.72 6,738.91 3,455.85 5,356.57

11 K 826.20 183.60 367.20 459.00 183.60 0.00 459.00 459.00 275.40 91.80 275.40 183.60

12 L 3,709.44 3,179.52 3,179.52 3,047.04 1,059.84 662.40 1,457.28 2,384.64 1,854.72 1,589.76 1,589.76 2,119.68

13 M 1,010.88 224.64 673.92 786.24 224.64 0.00 224.64 786.24 449.28 0.00 224.64 336.96

14 N 864.00 432.00 864.00 576.00 288.00 0.00 432.00 864.00 1,008.00 0.00 0.00 432.00

15 O 2,997.70 922.37 2,997.70 1,844.74 0.00 922.37 461.18 1,383.55 1,152.96 461.18 922.37 691.78 Total skim per bulan 48,418.70 63,191.46 85,467.08 53,741.73 27,602.69 28,550.52 46,408.38 47,329.52 63,833.78 45,467.30 31,256.98 35,508.97 Total skim per hari 2,200.85 2,872.34 3,884.87 2,442.81 1,254.67 1,297.75 2,109.47 2,151.34 2,901.54 2,066.70 1,420.77 1,614.04


(4)

92

Lampiran 8

Leadtime

Kedatangan Skim Periode Tahun 2007

No. Sales Order

Number Part Name

Customer Order Date Actual Oder Delivery Date Delivery Leadtime 1 450331 Skim 04-00 10-Nov-06 23-Jan-07 74 2 450348 Skim 04-00 20-Nov-06 13-Jan-07 54 3 450349 Skim 04-00 20-Nov-06 13-Jan-07 54 4 450350 Skim 04-00 20-Nov-06 13-Jan-07 54 5 450351 Skim 04-00 21-Nov-06 14-Jan-07 54 6 450332 Skim 04-00 21-Nov-06 18-Feb-07 89 7 450353 Skim 04-00 22-Nov-06 28-Jan-07 67 8 450354 Skim 04-00 23-Nov-06 28-Jan-07 66 9 450355 Skim 04-00 25-Nov-06 29-Jan-07 65 10 450356 Skim 04-00 21-Dec-06 10-Feb-07 51 11 450358 Skim 04-00 23-Dec-06 11-Feb-07 50 12 450363 Skim 04-00 25-Dec-06 26-Feb-07 63 13 450357 Skim 04-00 26-Dec-06 11-Feb-07 47 14 450360 Skim 04-00 26-Dec-06 24-Feb-07 60 15 450361 Skim 04-00 26-Dec-06 24-Feb-07 60 16 450362 Skim 04-00 26-Dec-06 25-Feb-07 61 17 450365 Skim 04-00 4-Jan-07 8-Mar-07 63 18 450406 Skim 04-00 6-Jan-07 7-Mar-07 60 19 450367 Skim 04-00 6-Jan-07 8-Mar-07 61 20 450407 Skim 04-00 9-Jan-07 21-Mar-07 71 21 450368 Skim 04-00 2-Feb-07 28-Mar-07 54 22 450408 Skim 04-00 2-Feb-07 19-Apr-07 76 23 450370 Skim 04-00 3-Feb-07 21-Mar-07 46 24 450371 Skim 04-00 3-Feb-07 23-Mar-07 48 25 450371 Skim 04-00 3-Feb-07 30-Mar-07 55 26 450373 Skim 04-00 5-Feb-07 19-Apr-07 73 27 450377 Skim 04-00 17-Feb-07 3-May -07 75 28 450378 Skim 04-00 17-Feb-07 3-May -07 75 29 450379 Skim 04-00 1-Mar-07 23-May -07 83 30 450395 Skim 04-00 17-Mar-07 30-May -07 74 31 450394 Skim 04-00 17-Mar-07 31-May -07 75 32 450393 Skim 04-00 17-Mar-07 6-Jun-07 81 33 450396 Skim 04-00 23-Apr-07 8-Jun-07 46 34 450397 Skim 04-00 23-Apr-07 9-Jun-07 47 35 450398 Skim 04-00 25-Apr-07 14-Jun-07 50 36 450409 Skim 04-00 28-Apr-07 21-Jun-07 54 37 450399 Skim 04-00 28-Apr-07 22-Jun-07 55 38 450400 Skim 04-00 29-Apr-07 21-Jun-07 53 39 450401 Skim 04-00 10-May -07 27-Jun-07 48 40 450402 Skim 04-00 10-May -07 5-Jul-07 56 41 450403 Skim 04-00 11-May -07 5-Jul-07 55 42 450453 Skim 04-00 11-May -07 11-Aug-07 92 43 450404 Skim 04-00 24-May -07 18-Jul-07 55 44 450452 Skim 04-00 24-May -07 5-Sep-07 104 45 450454 Skim 04-00 15-Jul-07 14-Sep-07 61 46 450456 Skim 04-00 3-Aug-07 27-Sep-07 55 47 450455 Skim 04-00 4-Aug-07 21-Sep-07 48


(5)

Lampiran 8.

Leadtime

Kedatangan Skim Periode Tahun 2007 (Lanjutan)

No. Sales Order

Number Part Name

Customer Order Date

Actual Oder Delivery Date

Delivery Leadtime 48 450458 Skim 04-00 4-Aug-07 26-Oct-07 83 49 450467 Skim 04-00 16-Aug-07 1-Nov-07 77 50 450468 Skim 04-00 16-Aug-07 1-Nov-07 77 51 450457 Skim 04-00 18-Aug-07 18-Oct-07 61 52 450469 Skim 04-00 18-Aug-07 10-Nov-07 84 53 450459 Skim 04-00 1-Sep-07 10-Nov-07 70 54 450470 Skim 04-00 2-Sep-07 15-Nov-07 74 55 450472 Skim 04-00 14-Sep-07 23-Nov-07 70 56 450473 Skim 04-00 14-Sep-07 24-Nov-07 71 57 450471 Skim 04-00 15-Sep-07 23-Nov-07 69 58 450492 Skim 04-00 29-Sep-07 22-Nov-07 54 59 450474 Skim 04-00 29-Sep-07 7-Dec-07 69 60 450489 Skim 04-00 3-Oct-07 6-Dec-07 64 61 450475 Skim 04-00 3-Oct-07 7-Dec-07 65 62 450476 Skim 04-00 3-Oct-07 14-Dec-07 72 63 450403 Skim 04-00 13-Oct-07 21-Dec-07 69 64 450477 Skim 04-00 13-Oct-07 21-Dec-07 69 65 450478 Skim 04-00 27-Oct-07 28-Dec-07 62 66 450479 Skim 04-00 27-Oct-07 28-Dec-07 62 67 450495 Skim 04-00 27-Oct-07 29-Dec-07 63 68 450490 Skim 04-00 28-Oct-07 29-Dec-07 62


(6)

94

Lampiran 9 Standar Deviasi Kebutuhan Skim dan

Leadtime

Statistik Kebutuhan Skim per hari

Mean 2,184.76

Standard Error 222.34

Median 2,130.41

Mode #N/A

Standard Deviation 770.23 Sample Variance 593,247.19

Kurtosis 0.74

Skewness 0.83

Range 2,630.20

Minimum 1,254.67

Maximum 3,884.87

Sum 26,217.14

Count 12.00

Statistik Leadtime

Mean 64.19117647

Standard Error 1.476811896

Median 62.5

Mode 54

Standard Deviation 12.17810288 Sample Variance 148.3061896 Kurtosis 0.554620156 Skewness 0.717262424

Range 58

Minimum 46

Maximum 104

Sum 4365