PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL : Studi Kasus di SMA Negeri 1 Pangandaran.

(1)

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui

Pembelajaran Berbasis Keunggulan Lokal

(Studi Kasus di SMA Negeri 1 Pangandaran)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar magister pendidikan kewarganegaraan

Oleh Rosidah 1200916

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui

Pembelajaran Berbasis Keunggulan Lokal

(Studi Kasus di SMA N 1 Pangandaran)

Oleh Rosidah

S.Pd Universitas Pendidikan Indonesia, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Rosidah 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN ROSIDAH

1200916

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL (PBKL)

(STUDI KASUS DI SMAN 1 PANGANDARAN)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

PROF. DR. H. DASIM BUDIMANSYAH M.Si NIP. 19620316 198803 1 003

Pembimbing II

DR. HJ. KOKOM KOMALASARI 19721001 200112 2 001

Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

PROF. DR. H. SAPRIYA M.Ed 19630820 198803 1 001


(4)

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK

ABSTRACT

PERNYATAAN TENTANG KEASLIAN KARYA ILMIAH DAN BEBAS PLAGIARISME

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... iv

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 6

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 7

F. Struktur Organisasi Tesis ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Pengertian Karakter, Pendidikan Karakter Dan Karakter Kewarganegaraan ... 10

1. Pengertian karakter ... 10

2. Pendidikan Karakter ... 14


(5)

ii

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Tinjauan Umum Pendidikan Kewarganegaraan ... 18

1. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan ... 21

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 22

3. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Citizenship Education ... 23

C. Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pembinaan Karakter Kewarganegaraan ... 25

D. Tinjauan Umum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal ... 27

1. Pembelajaran Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) ... 27

2. Landasan Yuridis dan Operasional PBKL ... 36

E. Penelitian Terdahulu ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 40

1. Lokasi Penelitian ... 40

2. Subyek Penelitian ... 40

B. Desain Penelitian ... 43

C. Metode Penelitian ... 45

D. Definisi Operasional ... 48

E. Instrument Penelitian ... 49

F. Teknik Pengumpulan ... 52

G. Validitas Data ... 54

H. Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 60

1. Sejarah SMA N 1 Pangandaran... 60


(6)

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 63

1. Persepsi atau Pemahaman Warga Sekolah Mengenai Pembelajaran Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) ... 65

2. Nilai-nilai yang dapat mendukung pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal. ... 70

3. Implementasi pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal ... 74

4. Faktor-faktor yang menghambat dan mendukung terlaksananya pembelajaraan berbasis keunggulan lokal untuk membina karakter kewarganegaraan peserta didik ... 82

5. Peran pembelajaran berbasis keunggulan lokal untuk pembinaan karakter kewarganegaraan peserta didik ... 86

C. PEMBAHASAN ... 89

1. Persepsi warga sekolah mengenai pembelajaran berbasis keunggulan lokal 2. Nilai-nilai yang terdapat dalam pembelajaran berbasis keunggulan lokal ... 89

3. Pembinaan karakter kewarganegaraan melalui Pembelajaran Berbasis Keunggulan Lokal ... 97

4. Faktor penghambat dan pendukung pembelajaran berbasis keunggulan local ... 105

5. Kontribusi pembelajaran berbasis keunggulan lokal dalam membina karakter kewarganegaraan peserta didik ... 106

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 110

A. KESIMPULAN ... 110

1. Kesimpulan Umum ... 110

2. Kesimpulan Khusus ... 111


(7)

iv

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA ... 115 LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Subjek Penelitian ... 42 Tabel 3.2 Pedoman observasi ... 51 Tabel 3.3 Pedoman analisis dokumentasi ... 51 Tabel 4.1 Pemahaman Warga Sekolah Mengenai Pembelajaran Berbasis

Keunggulan Lokal ... 68 Tabel 4.2 Nilai-Nilai Yang Dapat Mendukung Pembinaan Karakter

Kewarganegaraan Melalui Pembelajaran Berbasis Keunggulan Lokal .... 73 Tabel 4.3 Nilai-Nilai Yang Dapat Mendukung Pembinaan Karakter

Kewarganegaraan Melalui Pembelajaran Berbasis Keunggulan Lokal .... 81 Tabel 4.4 Faktor-faktor yang menghambat dan mendukung terlaksananya

pembelajaraan berbasis keunggulan lokal untuk membina karakter kewarganegaraan peserta didik ... 84 Tabel 4.5 Peran pembelajaran berbasis keunggulan lokal untuk pembinaan


(8)

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.6 Nilai-Nilai Yang Dikembangkan Pemerintah Untuk Mebina Karakter Peserta Didik ... 94

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Triangulasi subyek penelitian ... 55 Bagan 3.1 Triangulasi dengan tiga teknik pengumpulan data ... 56


(9)

vi

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 44 Gambar 3.2 Alur Proses Analisis Data ... 59


(10)

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)


(11)

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

ROSIDAH. (1200916). 2014. PEMBINAAN KARAKTER

KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL (PBKL)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keresahan mengenai penurunan moral dikalangan remaja yang sebagian besar merupakan pelajar. Selain itu, masih banyaknya pembelajaran yang cenderung lebih menekankan pada perkembangan aspek knowledge, padahal seharusnya ada keseimbangan antara aspek knowledge, skill dan attitude. Melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal ini, sekolah berusaha untuk membangun pengetahuan peserta didik, membina karakter kewarganegaraan peserta didik, melatih skill peserta didik, serta menerapkan konsep pembelajaran bermakna melalui pemanfaatan keunggulan lokal yang ada di sekitar lingkungan sekolah. Permasalahan khusus dalam penelitian ini berkaitan dengan persepsi warga sekolah mengenai PBKL, nilai-nilai yang mendukung dalam dalam pembinaan karakter kewarganegaraan, implementasi pembinaan karakter kewarganegaraan melalui PBKL, faktor-faktor yang menghambat dan mendukung terlaksananya PBKL dan peran PBKL untuk membina karakter kewarganegaraan peserta didik. Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Pangandaran, serta melibatkan berbagai pihak yang terdiri dari guru, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, peserta didik, dan dinas pendidikan pemuda dan olahraga (DISDIKPORA) Kabupaten Pangandaran. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui mengenai persepsi warga sekolah terhadap PBKL, nilai-nilai yang cocok diintegrasikan dalam PBKL, implementasi PBKL, faktor-faktor yang menghambat dan mendukung terlaksananya PBKL, serta peran PBKL dalam membina karakter kewarganegraaan peserta didik. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode penelitian studi kasus eksploratori dan teknik pengumpulan datanya adalah dengan cara wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Penelitian ini menghasilkan temuan yang menunjukkan bahwa implementasi PBKL di SMAN 1 Pangandaran memiliki berbagai faktor penghambat dan pendukung, mengintegrasikan nilai-nilai lokalnya, dan memiliki beberapa peranan diantaranya adalah sebagai sarana pembelajaran kontekstual, pendayagunaan dan pelestarian keunggulan lokal dan membina karakter kewarganegaraan peserta didik. Berdasarkan simpulan tersebut, maka diperlukan kerjasama antara pemerintah daerah, sekolah dan masyarakat untuk meminimalisir faktor penghambat serta meningkatkan kualitas pembelajaran berbasis keunggulan lokal. Selain itu juga, diperlukan adanya

“komunitas” untuk membina para lulusan yang memerlukan bantuan dalam

mengimplementasikan skill yang mereka dapatkan.

Kata Kunci : Karakter Kewarganegaraan, Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL), Pembinaan Karakter


(12)

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

ROSIDAH. (1200916). 2014. CIVIC DISPOSITION BUILDING THROUGH LOCAL EXCELLENCE BASED LEARNING (PBKL)

The background of this research is fidgetiness of moral deterioration of teenagers most of whom are students. Besides, there is quite a number of learning which tends to emphasize only on knowledge aspect development, whereas there supposed to be a balance between knowledge, skill, and attitude aspect in learning. Through this local excellence based learning, the school tries to develop

students’ knowledge, builds their characteristic, trains their skill, and also

implement meaningful learning concept through utilization of the local excellence

around the school. Specific problem in this research is related to school residents’

perception about local excellence based learning (PBKL), supporting values in civic disposition building through PBKL, the factors that obstruct and support the implementation local excellence based learning (PBKL), and the role of PBKL to build students civic disposition. This research is conducted in SMAN 1 Pangandaran by involving some parties consist of teacher, principle, vice principle, students, and also department of education, youth, and sport (DISDIKPORA) of Kabupaten Pangandaran. The goals of this research are to find

out the school residents’ perception towards PBKL, the appropriate values to be

integrated in PBKL, the implementation of PBKL, moreover the role of PBKL in building students civic disposition. Research approach used in this research is qualitative, by using exploratory case study method and data collecting technique used are interview, observation, and documentation study. The research shows that the implementation of PKBL in SMAN 1 Pangandaran has some obstructing and supporting factors in integrating the local values, and it has some roles such as medium of contextual learning, the utilization and preservation of local

excellence and building students’ disposition. Based on that conclusion, there

supposed to be a corporation between local government, school, and society to minimize obstructing factors and also to improve the quality of local excellence based learning. Furthermore, it is important to have a community to help the graduates who needs help in implementing their skill.

Key words: civic disposition, local excellence based learning, disposition building.


(13)

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERNYATAAN TENTANG KEASLIAN KARYA ILMIAH DAN BEBAS PLAGIARISME

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Pembinaan Karakter Kewarganegaraan melalui Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (Studi Kasus di SMA N 1 Pangandaran)” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung risiko yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.

Bandung, 14 Juli 2014 Yang membuat pernyataan

Rosidah


(14)

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan salah satu alternatif dalam memecahkan berbagai masalah yang ada di Indonesia dan memiliki posisi sentral karena sasarannya adalah untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Upaya peningkatan SDM ini bukan hanya dilihat dari segi kecerdasan literasi, tetapi juga menyangkut kecerdasan moral. Kecerdasan literasi dan kecerdasan moral diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah yang terjadi di Indonesia baik masalah ekonomi, sosial dan budaya. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai ketimpangan sosial maupun moral, baik di kalangan pelajar dan mahasiswa, masyarakat umum, pejabat publik, maupun pemerintah. Ketimpangan social maupun moral tersebut bisa jadi implikasi dari belum berhasilnya pendidikan ataupun adanya ketimpangan antara cerdas literasi dan cerdas secara moral. Oleh karena itu, pendidikan sebagai upaya untuk memanusiakan manusia menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah yang terjadi saat ini.

Baik secara historis konstitusional maupun kurikuler, tujuan pendidikan di Indonesia bukan hanya untuk membentuk peserta didik yang cerdas tetapi juga berakhlak mulia. Hal ini tersurat dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengamanatkan bahwa: “ Tujuan pendidikan adalah membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Selanjutnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, pemerintah mengurainya dalam visi dan misi pembangunan nasional 2005-2025 yang memiliki visi Indonesia yang mandiri, maju adil dan makmur. Untuk mewujudkan visi tersebut pendidikan karakter menjadi misi yang pertama sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025 yaitu :


(15)

2

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika,

berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila adalah memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui pendidikan yang bertujuan membentuk manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan hukum, memelihara kerukunan internal dan antarumat beragama, melaksanakan interaksi antarbudaya, mengembangkan modal sosial, menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa, dan memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dalam rangka

memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa”

Berdasarkan tujuan pendidikan dan visi misi yang telah diungkapkan sebelumnya, dapat kita maknai bahwa pendidikan tidak semata-mata diarahkan untuk menambah kuantitas dan kualitas keilmuan peserta didik, tetapi juga lebih difokuskan pada karakter peserta didik dan bagaimana peserta didik tersebut dapat berkembang sepanjang hidupnya.

Masalah karakter saat ini menjadi masalah yang sangat penting bagi dunia pendidikan. Hal ini dikarenakan generasi muda saat ini tengah mengalami penurunan karakter. Penurunan karakter ini dapat kita lihat dari terjadinya tawuran antar pelajar, pelanggaran disiplin berlalu lintas, bolos sekolah, miras dan narkoba, dan pergaulan bebas yang terjadi di kalangan remaja yang sebagian besar merupakan peserta didik. Selama tahun 2013, sepuluh anggota geng motor di bandung telah ditembak polisi karena mengganggu kenyamanan masyarakat dan berbuat kriminal (Okezone.com Bandung, 27 Desember 2013). Selain di Bandung, di Makasar kebrutalan geng motor telah merenggut nyawa tujuh orang dan 15 lainnya luka-luka (Kompas.com Makasar, 31 Desember 2013). Pada penghujung tahun 2013, di Sukabumi terjadi tawuran antar pelajar yang menyebabkan empat orang pelajar tewas karena sang pelajar berusaha kabur dari kejaran pelajar lainnya sampai akhirnya menceburkan diri ke sungai dan hanyut (Okezone.com Bandung 27 November 2013). Penuturan walikota Surabaya dalam sebuah acara televisi tidak kalah mengkhawatirkan dari kasus-kasus di atas. Ketika Walikota Surabaya dan jajarannya berusaha menutup salah satu lokalisasi di Surabaya dan mencari tahu efek lokalisasi tersebut pada anak sekitar lokalisasi, hasilnya sangat mengejutkan. Berdasarkan penelusuran tersebut, terdapat


(16)

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

beberapa orang pelajar yang menjadi pekerja seks komersial (PSK) dan fakta bahwa anak sekolah dasar (SD telah menjadi pelanggan lokalisasi tersebut dengan membayar seribu atau duaribu rupiah (Mata Najwa, 15 Februari 2014). Fakta-fakta tersebut menunjukan bahwa karakter generasi muda telah mengalami penurunan.

Sejalan dengan hal tersebut, pembinaan karakter kewarganegaraan menjadi hal yang sangat penting dan mendesak. Pembinaan karakter dapat dilaksanakan melalui pendidikan dengan cara pembudayaan (enkulturasi) dan yang terpenting dari pembudayaan tersebut adalah pembentukan karakter dan watak (nation and character building) untuk membangun negara dan bangsa yang lebih maju, beradab dan berkarakter.

Pendidikan karakter dalam PKn memiliki posisi yang sangat penting, hal ini terlihat dalam dalam Peraturan kementrian pendidikan nasional Repubik Indonesia (Permendiknas RI) No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi mengungkapkan bahwa pendidikan kewarganegaraan merupakan :

Mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, trampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945.

Posisi pendidikan karakter dapat kita lihat dalam visi dan misi PKn, Visi Pendidikan kewarganegaraan adalah : Menjadi sumber nilai dan pedoman penyelenggaraan program studi dalam mengantarkan mahasiswa mengembangkan kepribadiannya selaku warga negara yang berperan aktif menegakkan demokrasi menuju masyarakat madani. Sedangkan misinya adalah sebagai berikut:

1. PKn sebagai pendidikan politik, yang berarti program pendidikan ini memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan kepada siswa agar mereka mampu hidup sebagai warga negara yang memiliki tingkat kemelekan politik (political literacy), serta kemampuan berpartisipasi politik (political participation) yang tinggi.

2. PKn sebagai pnadidikan hukum, yang berarti bahwa program pendidikan ini diarahkan untuk membina siswa sebagai warga negara yang memiliki kesadaran hukum dan kewajibannya, dan yang memiliki kepatuhan terhadap hukum yang tinggi.


(17)

4

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. PKn sebagai pendidikan nilai (value education), yang berarti melalui PKn diharapkan tertanam dan tertransformasikan nilai, moral, dan norma yang dianggap baik oleh bangsa dan negara kepada diri siswa, sehingga mendukung bagi upaya nation and character building. (Sapriya & Maftuh, Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Pemetaan Konsep, 2005, hal. 321)

Pendidikan berbasis keunggulan dapat menjadi alternatif untuk membina karakter kewarganegraan yang sesuai dengan nilai-nilai lokalnya. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dirancang secara sadar untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan nilai dan norma yang sesuai dan berkembang dalam lingkungannya. Jika kita telaah secara mendalam, ada beberapa pertimbangan yang menjadi dasar mengenai pendidikan berbasis keunggulan lokal ini.

Pertama, pertimbangan ontologis yang mendasarinya adalah bahwa setiap daerah di Indonesia berbeda satu sama lain, baik dalam hal budaya, geografis, tata nilai maupun keragaman sumber daya alamnya (SDA). Selain itu, peserta didik sebagai manusia dilahirkan dalam keadaan berbeda serta mempunyai kemampuan untuk belajar dan mengembangkan diri yang berbeda. Kemampuan belajar dan mengembangkan diri juga akan dipengaruhi oleh lingkungannya. Dengan keluwesan dan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik dan pengeruh dari lingkungannya yang berupa nilai-nilai akan diinternalisasi dan membentuk karakter yang melekat pada dirinya. Sehingga berdasarkan hal tersebut, dapat kita simpulkan pendidikan berbasis keunggulan lokal dimungkinkan mampu membina civic disposition peserta didik.

Kedua, pertimbangan epistimologis kurikulum hanya didesign untuk menyiapkan peserta didik dalam penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu. Pengembangan kurikulum yang seperti itu hanya akan mengembangakan peserta didik dari aspek pengetahuannya saja. Sedangkan pengembangan keunggulan lokal, tidak hanya memerlukan penguasaan disiplin ilmu tertentu, melainkan lebih dari itu memerlukan kecakapan individual maupun kelompok dalam memahami


(18)

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan bertanggung jawab atas apa yang dihadapi dalam masyarakatnya, serta beserta berusaha menggali potensi daerahnya yang dapat dimanfaatkan.

Ketiga, pertimbangan aksiologis atau azas manfaat pendidikan berbasis keunggulan lokal ditujukkan bagi peserta didik agar mereka dimungkinkan mengikuti pendidikan yang sesuai dengan nilai yang berlaku didaerahnya. Peserta didik mampu mengidentifikasi nilai-nilai yang sesuai dengan daerahnya, mengidentifikasi dan memanfaatkan potensi daerahnya dan pendidikan berbasis keunggulan lokal ini menjadi sarana memupuk karakter kewarganegaraan peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai lokalnya.

Pentingnya Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat kita kaji berdasarkan filsafat pendidikan yang mendasarinya, yaitu perenialisme. Perenialisme memandang bahwa pendidikan sebagai proses yang sangat penting dalam pewarisan nilai budaya terhadap peserta didik. Nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat sangat penting ditransfromasikan dalam pendidikan, sehingga diketahui, deterima dan dapat dihayati oleh peserta didik.

Pendidikan berbasis keunggulan lokal (PBKL) telah diterapkan di SMA negeri 1 Pangandaran. Pengembangan PBKL di SMAN 1 Pangandaran dilatarbelakangi oleh potensi keunggulan lokal berupa potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di lingkungan dimana SMA ini berada. Kondisi geografis sekolah yang terletak di kawasan pedesaan menyebabkan sekolah didukung oleh potensi sumber daya alam berupa hasil perkebunan dan pertanian dan potense sumber daya manusia yang masih terikat erat dengan adat istiadat, kegiatan seni dan kebudayaan lokal. Dengan PBKL diharapkan siswa memiliki kompetensi di bidang pariwisata lebih awal sehingga lebih siap nanti ketika terjun di masyarakat baik di bangku kuliah maupun di lapangan kerja. Salah satu program unggulannya PBKL di SMA N 1 Pangandaran yaitu Pengolahan Hasil Laut. Produk olahan yang berbahan baku ikan laut, telah diolah menjadi bahan jadi siap konsumsi antara lain berupa : Bakso Ikan, Nugget Ikan, Kerupuk Ikan, Surimi, Abon Ikan dan hasil olahan yang lain.


(19)

6

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Di SMAN 1 Pangandaran : Studi kasus Pembelajaran Berbasis Keunggulan Lokal di

SMA N 1 Pangandaran”

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diismpulkan bahwa terdapat sejumlah permasalahan mengenai pembangunan dan pembinaan karakter kewarganegaraan pada peserta didik pada umumnya.

1. Menurunnya karakter peserta didik yang ditandai dengan maraknya tawuran antar pelajar, aksi kriminal yang melibatkan geng motor dimana sebagian besar anggotanya adalah pelajar, dan berbagai pelanggaran peraturan sekolah. Sehingga diperlukannya pembinaan karakter kewarganegaraan bagi peserta didik.

2. Globalisasi dan kemajuan teknologi yang ditandai dengan derasnya arus informasi yang seolah tanpa batas, ruang dan waktu memungkinkan terjadinya pengikisan nilai-nilai lokal, sehingga penanaman nilai-nilai lokal yang dapat mendukung karakter kewarganegaraan peserta didik menjadi hal yang sangat penting.

3. Pemilihan strategi yang dapat mendukung terhadap pembinaan karakter kewarganegaraan dan menempatkan siswa sebagai subyek yang dapat menerima nilai-nilai tertentu yang sesuai dengan lingkungannya.

4. Pembelajaran berbasis keunggulan masih belum banyak dikenal dan dikembangkan di sekolah, namun diharapkan dapat membina karakter kewarganegaraan yang sesuai dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakatnya serta memberikan pengetahuan tentang keunggulan lokal


(20)

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

daerahnya kepada peserta didik sehingga peserta didik dapat mengolah dan memanfaatkannya.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti paparkan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah persepsi warga sekolah (kepala sekolah, guru dan peserta didik) dengan adanya pembelajaran berbasis keunggulan lokal?

2. Nilai-nilai apakah yang dapat mendukung pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal?

3. Bagaimanakah implementasi pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal?

4. Faktor-faktor apakah yang menghambat dan mendukung terlaksananya pembelajaran berbasis keunggulan local untuk membina karakter kewarganegaraan peserta didik?

5. Bagaimanakah peran pembelajaran berbasis keunggulan lokal untuk pembinaan karakter kewarganegaraan peserta didik?

D. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengenai pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal di SMA N I Pangandaran. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui dan mengkaji persepsi warga sekolah dengan adanya pembelajaran berbasis keunggulan lokal

2. Mengetahui dan mengkaji nilai-nilai yang dapat mendukung pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal 3. Mengetahui dan mengkaji implementasi pembinaan karakter kewarganegaraan


(21)

8

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Mengetahui dan mengkaji Faktor-faktor yang menghambat dan mendukung terlaksananya pembelajaran berbasis keunggulan local untuk membina karakter kewarganegaraan peserta didik

5. Mengetahui dan mengkaji peran pembelajaran berbasis keunggulan lokal untuk pembinaan karakter kewarganegaraan peserta didik

E. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah bersifat teoritik dan praktis. Adapun manfaat-manfaat tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Teoritik

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan proses dan materi pembelajaran berbasis keunggulan lokal dalam membina karakter kewarganegaraan (civic disposition), khususnya karakter peserta didik yang sesuai dengan tujuan PKn yaitu to be smart and good citizenship (membentuk warga negara yang baik dan cerdas).

2. Praktis

a. Bagi peneliti, penelitian ini menambah khazanah wawasan keilmuan peneliti dalam hal pembelajaran berbasis keunggulan local dan pembinaan karakter kewarganegaraan (civic disposition) pada peserta didik

b. Bagi sekolah, penelitian ini berguna untuk memberikan makna pemanfaatan keunggulan local yang ada di sekitar sekolah dengan mengintegrasikan pembelajaran berbasis keunggulan local kedalam intrakurikuler maupun ko-kurikuler dan pembinaan karakter kewarganegaraan (civic disposition) pada peserta didik

c. Bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan manfaat dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis keunggulan yang dilaksanakan disekolah


(22)

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Struktur organisasi dalam penulisan tesis ini terdiri dari bab I, bab II, bab III, bab IV dan Bab V. Bab I terdiri dari alasan yang melatar belakangi penelitian ini, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian, dan struktur organisasi dalam penulisan penelitian ini.

Bab II menguraikan sejumlah hasil kajian kepustakaan yang meliputi pengertian karakter, pendidikan karakter dan karakter kewarganegaraan, tinjauan umum pendidikan kewarganegaraan, pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana pembinaan karakter kewarganegaraan dan tinjauan umum pendidikan berbasis keunggulan lokal. Dalam bab ini juga diuraikan hasil penelitian terdahulu.

Bab III menguraikan aspek metodologi sebagai bagian yang tak terpisahkan dari jalannya penelitian yang dapat mendukung dalam proses pengumpulan dan analisis data, diantaranya adalah pendekatan, metode dan teknik pengumpulan data, definisi operasional, instrument penelitian, penentuan subyek dan sumber data, dan analisis data

Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan. Dalam bab ini menyajikan hasil-hasil penelitian yang diperoleh dari berbagi sumber dengan berbagai metode baik melalui wawancara, observasi maupun studi dokumentasi yang terkait dengan pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keeunggulan lokal. Penyajian diawali dengan deskripsi hasil penelitian yang diuraikan dalam susunan pembahasan sebagai berikut : persepsi warga sekolah dengan adanya pembelajaran berbasis keunggulan lokal, Nilai-nilai apakah yang dapat mendukung pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal, strategi pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal, Faktor-faktor yang menghambat dan mendukung terlaksananya ppembelajaran berbasis keunggulan local untuk membina karakter kewarganegaraan peserta didik, dan peran pembelajaran berbasis keunggulan lokal untuk pembinaan karakter kewarganegaraan peserta didik. Selanjutnya dalam pembahasan diuraikan secara berurutan seperti urutan dalam hasil penelitian.


(23)

10

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bab V merupakan simpulan dan saran, dalam bab ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian dalam bab IV.


(24)

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan aspek metodologi dan prosedur penelitian sebagai bagian dari penelitian. Metodologi dan prosedur penelitian sangat berperan dalam proses pengumpulan data dan analisis data, diantaranya adalah metode dan desain penelitian, lokasi dan subjek penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data. Pada bagian akhir dari bab ini disajikan pula bagan proses penelitian.

A. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Babakan yang merupakan bagian dari wilayah kabupaten Pangandaran, tepatnya di SMA Negeri 1 Pangandaran. Peneliti memilih lokasi ini berdasarkan beberapa pertimbangan yang mendasarinya. Pertama, Pangandaran merupakan salah satu daerah dengan potensi keunggulan lokal yang cukup banyak, baik keunggulan lokal fisik (sumber daya alam maupun keunggulan lokal non fisik (nilai-nilai yang hidup dan berkembang di masyarakatnya). Kedua, Sebagai kabupaten yang relatif masih baru, pembelajaran berbasis keunggulan lokal diharapkan menjadi salah satu program unggulan yang dikembangakan oleh satuan pendidikan dan diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi pengembangan kabupaten Pangandaran. Ketiga, SMA N 1 Pangandaran telah melaksanakan pembelajaran berbasis keunggulan lokal sejak tahun 2007, sehingga gambaran implementasi pembelajran berbasis keunggulan lokal diharapkan dapat peneliti peroleh di sekolah ini. Dan Keempat, SMA N 1 Pangandaran menjadi salah satu percontohan bagi implementasi pembelajaran berbasis keunggulan lokal.


(25)

41

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya, penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan kualitatif, maka subjek penelitian adalah pihak-pihak yang menjadi sumber informasi (informan). Partisipan dan lokasi penelitian dipilih secara sengaja dan penuh perencanaan, penelitian yang dapat membantu peneliti memahami masalah penelitian (Creswell, 1998, hal. 266). Subjek penelitian yang dipilih secara purposive memudahkan peneliti untuk menjawab

How dan Why dalam penelitian ini.

Terdapat beberapa kriteria yang digunakan dalam penetapan subjek penelitian, yakni latar (setting), para pelaku (actors), peristiwa-peristiwa (events), dan proses (process) (Creswell, 1998, hal. 268). Kriteria pertama adalah latar, yang dimaksud adalah situasi dan tempat berlangsungnya proses pengumpulan data. Kriteria kedua, pelaku, yang dimaksud adalah kepala sekolah, para guru, dan siswa yang menjadi pelaksana pendidikan berbasis keunggulan lokal (PBKL). Kriteria ketiga adalah peristiwa, yang dimaksud adalah pandangan, pendapat dan penilaian pembelajaran berbasis keunggulan lokal, nilai-nilai yang berkembang di masyarakat serta karakter kewarganegaraan yang muncul. keempat adalah proses, yang dimaksud dengan proses adalah bagaimana proses penelitian berlangsung, baik wawancara, observasi, studi literature maupun kajian pustaka yang bertujuan untuk menggali focus masalah dan memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian.

Subjek dari penelitian ini adalah pihak-pihak yang diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai pembelajaran berbasis keunggulan lokal di SMA N I Pangandaran. subjek penelitian dalam penelitian ini adalah Kepala sekolah, Wakil kepala sekolah bidang kurikulum, Guru Pembelajaran berbasis keunggulan lokal, Guru lain (PKn), dan peserta didik yang dipilih secara acak.


(26)

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

NO Subjek Penelitian Jumlah

1 Kepala Sekolah (dalam pelaksanaannya

diwakili oleh tim pengembang PBKL pusat) 1

2 Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum 1

3 Guru Pendidikan Berbasis keunggulan Lokal 1

4 Guru lain (PKn) 1

5 Peserta didik SMA N 1 Pangandaran 8

6 Sekretaris dinas Pendidikan (yang diwakili

oleh kepala seksi pengawas SMA) 1

7 Perwakilan Orang tua peserta didik 3

(Sumber : Diolah oleh Peneliti, 2014)

Subjek penelitian yang telah peneliti tetapkan tersebut diharapkan mampu memberikan informasi mengenai pembelajaran berbasis keunggulan lokal di SMA N 1 Pangandaran.

Kepala Sekolah dipilih untuk mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan pembelajaran berbasis keunggulan lokal, serta peran sekolah dalam memfasilitasi dan mengembangkan pembelajaran berbasis keunggulan lokal. Namun dalam pelaksanaan penelitian, Kepala sekolah mendelegasikan Bapak AGS untuk mewakilinya. Bapak AGS adalah salah satu tim pengembang PBKL di Pusat dan wakil kepala sekolah di SMA N 1 Pangandaran.

Wakil kepala sekolah bidang kurikulum (NN) dipilih sebagai responden untuk mengetahui bagaiman posisi PBKL dalam kurikulum pada satuan pendidikan di SMA N 1 Pangandaran serta untuk memperoleh informasi mengenai pelaksanaan PBKL di SMA N 1 Pangandaran.

Guru PBKL dipilih sebagai responden karena guru PBKL mengetahui implementasi PBKL di SMA N 1 Pangandaran secara luas dan mendalam. Baik


(27)

43

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari segi persiapan, implementasi, evaluasi dan kontribusi PBKL terhadap pembinaan karakter kewarganegaraan peserta didik. Guru lain dipilih sebagai responden untuk memperkuat dan memperoleh pembanding mengenai pembinaan karakter kewarganegaran melalui pendidikan berbasis keunggulan lokal.

Peserta didik dipilih sebagai responden untuk mengatahui implementasi PBKL dari sudut pandang peserta didik, pengealaman peserta didik dalam pembelajaran berbasis keunggulan serta untuk mengetahui pendapat serta usulan dari mereka.

B. Desain Penelitian

Secara sederhana, desain penelitian merupakan gambaran atau rencana langkah-langkah yang aka dilaksanakan dalam penelitian ini yang memiliki kaitan logis antara data empiris dengan pertanyaan awal penelitian sampai pada simpulan-simpulan dari penelitian ini. Dalam bahasa sehari-hari desain penelitian digambarkan sebagai berikut :

Desain penelitian adalah suatu rencana tindakan untuk brangkat dari sini ke sana, dimana “ di sini” bisa diartikan sebagai rangkaian pertanyaan

awal yang harus di jawab, dan “di sana” merupakan serangkaian konklusi

(jawaban) tentang pertanyaan-pertanyaan tersebut. Antara di sini dan di sana ada sejumlah langkah, termasuk pengumpulan data dan analisis data yang relevan (Yin, 2011, hal. 27).

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat kita simpulkan bahwa desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Philliber dkk (Yin, 2011, hal. 28) mengistilahkan desain penelitian sebagai blue print (induk) suatu penelitian. Blue Print inilah yang menentukan pelaksanaan penelitian. Penyusunan desain ini dilakukan setelah peneliti menetapkan topik (judul) penelitian yang akan dilaksanakan. Dalam desain penelitian terdapat pertanyaan tentang apa, mengapa dan bagaimana masalah tersebut diteliti dengan menggunakan prinsip-prinsip metodologis.


(28)

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)


(29)

45

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(30)

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Sumber : Diolah Peneliti, 2014) C. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Pemilihan pendekatan ini didasarkan pada tiga pertimbangan. Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang bersifat aktual dan kontekstual. Kedua, keterkaitan masalah yang dikaji dengan beberapa data primer dan memerlukan analisis yang mendalam. Ketiga, dalam penelitian ini subjek penelitian tidak dapat dipisahkan dari latar alamiahnya. Sehingga berdasarkan ketiga alasan tersebut, pendekatan kualitatif dianggap sebagai pendekatan yang paling cocok dan diharapkan mampu memberikan data aktual dan kontekstual tentang pembinaan karakter kewarganegaraan melalui PBKL. Vernon Van Dyke mengemukakan bahwa “An

approach consists of criteria of selection-criteria employed in selecting the problems or questions to consider and in selecting the data to bring to bear; it

consists of standards governing the inclusion of questions and data” (Sapriya, Perspektif Pemikiran Pakar Tentang Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pembangunan Karakter Bangsa, 2007, hal. 130). Dari Ungkapan Dyke tersebut, untuk memilih suatu pendekatan diperlukan kriteria-kriteria yang yang akan dipergunakan dan memiliki standar untuk menentukan masalah, pertanyaan penelitian dan data.

Penelitian dengan pendekatan kualitatif memerlukan pemahaman secara mendalam dan menyeluruh untuk menghasilkan kesimpulan dan situasi dan waktu tertentu karena yang menjadi subyek penelitian tidak dapat dipisahkan dari latar alamiahnya. Keirl dan Miller (Moleong, 2000, hal. 131) yang dimaksud dengan

penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang

secara fundamental bergantung pada pengematan, manusia, kawasannya sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan

peristilahannya‟. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Creswell


(31)

47

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological tradition of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analysis words, reports detailed views of informants, and conduct the study in a natural setting. (Creswell, 1998, hal. 15)

Dari pernyataan tersebut, maka dapat dipahami bahwa penelitian kualitatif merupakan proses penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi metodologi penelitian tertentu dengan cara menyelidiki masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat gambaran kompleks bersifat holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan para informan secara rinci, dan melakukan penelitian dalam situasi alamiah.

Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus (case study). Menurut Maxfield (2003: 62-63), Studi kasus adalah penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu tahap yang spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Hal ini diperkuat oleh Yin yang merumuskan bahwa :

Studi kasus sebagai sebuah metode yang mengacu pada penelitian yang mempunyai unsur how dan why pada pertanyaan utama penelitiannya dan meneliti masalah-masalah kontemporer (masa kini) serta sedikitnya peluang peneliti dalam mengontrol peritiswa (kasus) yang ditelitinya. (Yin, 2011, hal. 1)

Studi kasus sangat bermanfaat ketika peneliti merasa perlu memahami suatu kasus spesifik, orang-orang tertentu, kelompok dengan karakteristik tertentu ataupun situasi unik secara mendalam (Poerwandari, 2001, hal. 25). Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode studi kasus merupakan metode yang ingin mengungkapkan dan menyajikan bagaimana fenomena yang terjadi pada subjek penelitian secara alami, dengan unsure pertanyaan bagaimana dan mengapa, serta sedikitnya peluang peneliti untuk mengontrol subyek penelitian sehingga diharapkan dapat memperoleh hasil penelitian yang spesifik dan mendalam mengenai fenomena tersebut.

Studi Kasus ini menggunakan model eksploratoris yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh keterangan, informasi, data mengenai hal-hal yang


(32)

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

belum diketahui. Karena bersifat mendasar, penelitian ini disebut penjelajahan (eksploration) Penelitian eksploratori dilakukan apabila peneliti belum memperoleh data awal sehingga belum mempunyai gambaran sama sekali mengenai hal yang akan diteliti. Penelitian eksploratori tidak memerlukan hipotesis atau teori tertentu. Peneliti hanya menyiapkan beberapa pertanyaan sebagai penuntun untuk memperoleh data primer berupa keterangan, informasi, sebagai data awal yang diperlukan.

Dengan menggunakan metode studi kasus model eksploratoris ini, diharapkan dapat memeproleh jawaban dari pertanyaan mengenai pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pendidikan berbasis keunggulan lokal. Pendekatan studi kasus sangat berkontribusi untuk memperoleh pemahaman utuh dan terintegrasi mengenai berbagai fakta yang ada dilapangan dengan alami tanpa adanya manipulasi. Selanjutnya Yin mempertegas, bahwa “Bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks kehidupan tak tampak dengan tegas dan akhirnya

multi sumber bukti dimanfaatkan” (Yin, 2011, hal. 18).

Beberapa “tantangan” dalam perkembangan studi kasus kualitatif sebagai

berikut :

a. Peneliti hendaknya dapat mengidentifikasi kasusnya dengan baik

b. Peneliti hendaknya mempertimbangkan apakah akan mempelajari sebuah kasus tunggal atau multikasus

c. Dalam memilih suatu kasus diperlukan dasar pemikiran dari peneliti untuk melakukan strategi sampling yang baik sehingga dapat pula mengumpulkan informasi tentang kasus dengan baik pula

d. Memiliki banyak informasi untuk menggambarkan secara mendalam suatu kasus tertentu. Dalam merancang sebuah studi kasus, peneliti dapat mengembangkan sebuah matriks pengumpulan data dengan berbagai informasi yang dikumpulkan mengenai suatu kasus

e. Memutuskan “batasan” sebuah kasus. Batasan-batasan tersebut dapat dilihat

dari aspek waktu, peristiwa dan proses (Creswell, 1998, hal. 63)

Dalam Penelitian ini, penulis mencoba menggambarkan subyek penelitian di dalam keseluruhan latar alamiahnya mengenai Pembinana karakter kewarganegaraan dan pendidikan berbasis keunggulan lokal (PBKL) di SMAN 1 Pangandaran beserta hal-hal yang melingkupinya, sehingga diperoleh suatu


(33)

49

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

gambaran yang jelas mengenai pembinaan karakter kewarganegaraan (civic disposition) melalui pendidikan berbasis keunggulan lokal (PBKL) di SMAN 1 Pangandaran.

D. Definisi Operasional 1. Karakter Kewarganegaraan

Karakter kewarganegaraan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai karakter yang harus dimiliki oleh warga negara dalam bersosialisasi sebagai upaya untuk mengembangkan demokrasi konstitusional serta memberikan kontribusi terhadap negaranya. Karakter kewarganegaraan tidak jauh berbeda dengan watak kewarganegaraan. Karakter kewarganegaraan dalam penelitian ini mengarah pada karakter publik dan karakter privat yang harus dimiliki oleh setiap warga Negara serta nilai-nilai karakter yang telah dicanangkan oleh pemerintah yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional. Aspek-aspek karakter kewarganegaraan dalam penelitian ini dibatasi oleh karakter publik dan privat dapat dideskripsikan sebagai berikut ini :

a. Menjadi anggota masyarakat yang independen

b. Memenuhi tanggung jawab personal kewarganegaraan dibidang ekonomi dan politik

c. Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan setiap individu d. Berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara efektif

dan bijaksana

e. Mengembangkan berfungsinya demokrasi konstitusional secara sehat (Branson, 1999, hal. 23-26)

Selain karakter publik dan karakter privat tersebut, dalam penelitian ini ingin mengungkapkan karakter kewarganegaraan yang sesuai dengan budaya di lingkungan masyarakat Pangandaran.

2. Pembelajaran Berbasis Keunggulan Lokal

Program pendidikan yang dicanangkan oleh pusat maupun satuan pendidikan yang mengintegrasikan keunggulan lokal dengan tujuan unuk mengembangkan kompetensi siswa sesuai dengan karakteristik dan keunggulan


(34)

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lokal daerahnya. Untuk mengembangkan pembelajaran berbasis keunggulan lokal diperlukan beberapa tahapan, diantaranya adalah :

a. Analisis potensi daerah dan potensi satuan pendidikan atau analisis keunggulan lokal

b. Penentuan program PBKL sesuai dengan hasil analisis

c. Penentuan kompetensi yang diharapkan dicapai oleh peserta didik

d. Pengintegrasian substansi PBKL ke dalam SK/KD mapel beserta indikator yang dikembangkan

e. Pemetaan standar isi - SK - KD f. Penyusunan silabus bermuatan PBKL g. Pengembangan RPP-PBKL

h. Pengembangan bahan ajar untuk membantu pelaksanaan program PBKL i. Pelaksanaan pembelajaran PBKL sesuai dengan silabus dan RPP PBKL

(Depdiknas : 2008)

Karakteristik utama pendidikan berbasis keunggulan lokal yang mudah kita lihat adalah, mengembangkan keunggulan lokal yang ada di daerahnya baik keunggulan lokal fisik (sumberdaya alam) maupun keunggulan lokal non fisik (nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat dan budaya).

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrument utama memiliki peranan penting atas jalannya penelitian. Peneliti berperan sebagai instrument kunci (researcher as key instrument) atau yang utama (Creswell, 1998, hal. 261). Sebagai instrument utama, peneliti mengumpulkan sendiri data-data baik berupa wawancara, observasi maupun studi literature. Keberhasilan peneliti untuk menggali dan mendapatkan data dibangun atas dasar pengetahuan dan menggunakan metode yang sesuai dengan tuntutan penelitian. peneliti terlibat dalam pengalaman yang berkelanjutan dan terus-menerus dengan para partisipan/informan. Instrument pendukung yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara dibuat oleh penulis berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Pedoman wawancara dibuat secara terstruktur sebagai


(35)

51

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

panduan ketika wawancara berlangsung. Meskipun pedoman wawancara dibuat secara terstruktur, dalam pelaksanaannya penulis boleh mengembangkan pertanyaan wawancara sesuai dengan pertanyaan penelitian. Pedoman wawancara ini dibuat agar peneliti lebih terarah dalam melaksanakan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti membuat lima model pedoman wawancara, yaitu pedoman wawancara untuk kepala sekolah untuk menjawab pertanyaan mengenai persepsi warga sekolah berkaitan dengan pendidikan berbasis keunggulan lokal, nilai-nilai yang mendukung pembebelajaran berbasis keunggulan lokal, implementasi pembelajaran berbasis keunggulan lokal, peran pembelajaran berbasis keunggulan lokal dan Faktor-faktor penghambat serta pendukung pendidikan berbasis keunggulan lokal.

Pedoman wawancara untuk wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, ditunjukkan untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai persepsi warga sekolah berkaitan dengan pendidikan berbasis keunggulan lokal, nilai-nilai yang mendukung pembebelajaran berbasis keunggulan lokal, implementasi pembelajaran berbasis keunggulan lokal, peran pembelajaran berbasis keunggulan lokal dan Faktor-faktor penghambat serta pendukung pendidikan berbasis keunggulan lokal.

Pedoman wawancara bagi guru PBKL, ditunjukkan untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai persepsi warga sekolah berkaitan dengan pendidikan berbasis keunggulan lokal, nilai-nilai yang mendukung pembebelajaran berbasis keunggulan lokal, implementasi pembelajaran berbasis keunggulan lokal, peran pembelajaran berbasis keunggulan lokal dan Faktor-faktor penghambat serta pendukung pendidikan berbasis keunggulan lokal.

Pedoman wawancara bagi guru lain ditunjukkan untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai persepsi warga sekolah berkaitan dengan pendidikan berbasis keunggulan lokal, nilai-nilai yang mendukung pembebelajaran berbasis keunggulan lokal. Pedoman wawancara bagi peserta didik ditunjukkan untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai persepsi warga sekolah berkaitan dengan pendidikan berbasis keunggulan lokal,


(36)

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

implementasi pembelajaran berbasis keunggulan lokal, peran pembelajaran berbasis keunggulan lokal dan Faktor-faktor penghambat serta pendukung pendidikan berbasis keunggulan lokal

2. Pedoman observasi

Pedoman observasi dibuat oleh peneliti sebagai alat yang membantu peneliti dalam penelitian ini. Pedoman observasi merupakan format observasi yang di dalamnya terdapat unsure-unsur yang akan diteliti.

Tabel 3.2 Pedoman observasi

Aspek yang diamati Hasil pengamatan

Implementasi PBKL a. Tahap persiapan

b. Praktek PBKL di Lab BKLK 1) Sikap peserta didik

2) Kerjasama antar peserta didik 3) Antusiasme dan motivasi peserta

didik dalam PBKL

Upaya pembinaan karakter

kewarganegaraan melalui PBKL

a. Nilai-nilai yang terlihat pada saat PBKL b. Upaya pembinaan nilai-nilai melalui

PBKL

c. Karakter kewarganegaraan yang muncul pada saat PBKL

(Sumber : Diolah peneliti, 2014)

Pedoman observasi ini dibuat untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai nilai-nilai yang mendukung pembebelajaran berbasis keunggulan lokal dan implementasi pembelajaran berbasis keunggulan lokal.

3. Pedoman analisis dokumentasi

Analisis dokumentasi dibuat untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis dokumen ataupun hasil dokumentasi pribadi yang penulis dapatkan selama penelitian.


(37)

53

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pedoman analisis dokumentasi

Nama dokumen/ hasil dokumentasi Keterangan – analisis Perangkat pembelajaran (RPP dan

Silabus)

Dokumentasi selama penelitian (berupa foto)

(Sumber : Diolah peneliti, 2014)

Analisis dokumentasi ini dibuat untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai implementasi pembelajaran berbasis keunggulan lokal baik dilihat dari perencanaan pembelajaran, dokumentasi milik pribadi, dan hasil karya peserta didik yang didokumentasikan oleh sekolah.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai cara dan teknik yang berasal dari berbagai sumber baik manusia maupun bukan manusia.

1. Data Primer

a) Wawancara mendalam (In-Depth Interviews)

Wawancara mendalam dimaksudkan untuk mengetahui tentang apa yang ingin penulis tahu guna mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Wawancara mendalam merupakan proses menggali informasi secara mendalam, terbuka, dan bebas dengan masalah

dan fokus penelitian dan diarahkan pada pusat penelitian” (Moleong, 2000, hal.

186) selanjutnya pakar lain mendefinikan wawancara mendalam (in–depth interview) adalah :

“Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya

jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara di mana pewawancara dan informan terlibat dalam

kehidupan sosial yang relatif lama” (Hariwijaya & Triton, 2007, hal.

73-74).

Dalam wawancara mendalam yang akan dilakukan peneliti dibantu dengan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Daftar wawancara hanya


(38)

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagai landasan dasar atau panduan awal bagi peneliti, sedangkan pengembangannya disesuaikan dengan kebutuhan sampai pertanyaan penelitian terjawab dan data yang telah diperoleh dirasa cukup/jenuh. Yang menjadi informan dalam wawancara ini adalah siswa SMAN I Pangandaran (kelas 1, 2 dan 3 secara acak sesuai kebutuhan penelitian), kepala Sekolah SMAN 1 Pangandaran, Wakil kepala sekolah bidang Kurikulum dan Kesiswaan, Guru-Guru di SMAN 1 Pangandaran, Pembina Ekstrakurikuler di SMAN 1 Pangandaran dan dinas pendidikan kabupaten Pangandaran.

b) Observasi

Garayibah (Emzir, 2010, hal. 38) mengemukakan bahwa observasi ilmiah adalah perhatian terfokus pada gejala, kejadian atau sesuatu dengan maksud menafsirkannya, mengungkapkan Faktor-faktor penyebabnya, dan menemukan kaidah yang mengaturnya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi non partisipan yaitu observasi yang menjadikan peneliti sendiiri sebagai observer.

Observasi non partisipan adalah “ observasi yang menjadikan peneliti sebagai

penonton atau penyaksi terhadap gejala atau kejadian yang menjadi topic penelitian (Emzir, 2010, hal. 40). Dalam observasi ini peneliti dapat mendengarkan dan melihat dalam situasi sosial di Lingkungan SMAN 1 Pangandaran tanpa partisipasi aktif di dalamnya. Sebelum melakukan observasi peneliti terlebih dahulu menetapkan aspek-aspek yang ingin diobservasinya, dan gejala-gejala yang harus dicatat atau direkam. Hasil observasi dicatat sesuai dengan teknik yang dimengerti oleh peneliti.

2. Data sekunder a) Studi dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan salah satu sumber data penelitian kualitatif yang sudah lama digunakan, karena sangat bermanfaat seperti yang diungkapkan

hal ini sejalan dengan ungkapan “....dokumen sebagai sumber data untuk menguji,

menfsirkan bahkan untuk meramalkan” (Moleong, 2000, hal. 161). Selanjutnya,


(39)

55

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

atau variabel berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya” (Suharsimi, 1998, hal. 236).

Dokumentasi digunakan untuk mencari data yang relevan dan berhubungan dengan permasalahan yang diangkat. Pengumpulan data dapat berupa informasi yang berasal dari catatan penting perusahaan yang berkaitan dengan masalah penelitian.

b) Studi literatur

Studi literatur merupakan alat pengumpul data untuk mengungkapkan berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. studi literatur adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkif, buku-buku, surat kabar, majalah prasasti dan sebagainya (Suharsimi, 1998, hal. 202). Dalam penelitian ini peneliti membaca, mempelajari buku-buku yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data teoretis yang sekiranya dapat mendukung kebenaran data yang digunakan dalam penelitian ini.

Studi Kepustakaan ini dilakukan dengan membaca, mempelajari, dan menganalisis dokumen atau sumber data yang ada, seperti buku-buku dan membaca skripsi penulis lainnya untuk mendukung pendapat yang dikemukakan. Studi ini dijadikan acuan dalam penyusunan sebuah skripsi yang tersusun sangat baik. Penulis menggunakan sumber buku yang dijadikan pedoman dan acuan dalam penelitian.

G. Validitas Data

Keabsahan data (validitas data) yang diperoleh dalam penelitian kualitatif harus mempunyai derajat kepercayaan (credibility). Keabsahan yang dimaksud adalah data-data yang diperoleh dari wawancara dengan siswa, guru dan wakil kepala sekolah yang dilakukan melalui prosedur penelitian kualitatif. Selanjutnya L.J Moleong (2010: 325) menyebutkan prosedur validasi data adalah sebagai berikut: perpanjangan keikutsertaan dalam penelitian, ketekunan melakukan penelitian, triangulasi data, pemeriksaan oleh teman sejawat melalui diskusi, dan


(40)

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengupayakan referensi yang cukup. Sugiyono (2008: 366) menjelaskan bahwa

“uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas Internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan

confirmability (obyektivitas)”.

1. Credibility (Validitas Internal)

Menurut Sugiyono (Sugiyono, 2008, hal. 368) “uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, analisis kasus negatif, menggunakan bahan referensi, dan member check”.

Rangkaian aktivitas crediblity data tersebut penulis terapkanan dalam penelitian ini sebagai berkut:

a. Memperpanjang pengamatan

Perpanjangan pengamatan peneliti lakukan untuk memperoleh data yang sahih (valid) dari sumber data dengan cara meningkatkan intensitas pertemuan dan melakukan penelitian dalam kondisi yang wajar dan waktu yang tepat.

b. Peningkatan ketekunan dalam penelitian

Untuk meyakinkan dan memperoleh data hasil penelitian yang valid, peneliti harus meningkatkan ketekunan dalam penelitian.

c. Triangulasi data

Tujuan dari triangulasi data adalah pengecekan kebenaran data tertetentu dari berbagai cara, dan berbagai waktu. Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan terhadap informasi yang diberikan oleh guru PBKL, Wakasek kurikulum, Pengembang PBKL dan peserta didik.

1) Triangulasi subyek penelitian

Triangulasi subyek penelitian untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa responden.

GURU (PBKL, PKn dan

Agama) WAKASEK


(41)

57

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bagan 3.1 Triangulasi subyek penelitian

(Sumber : diolah peneliti dengan mengadaptasi Sugiyono, 2008 : 372) 2) Triangulasi Teknik

Triangulasi terbaik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Bagan 3.2 Triangulasi dengan tiga teknik pengumpulan data (Sumber : Sugiyono, 2008 : 372)

d. Menggunakan referensi yang cukup

Yang dimaksud menggunakan referensi yang cukup disini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Oleh karena itu supaya validitas penelitian ini dapat dipercaya maka penulis mengumpulkan semua bukti penelitian yang ada.

e. Member check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data tujuan member check ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan pemberi data. Dalam

PESERTA DIDIK

OBSERVASI WAWANCARA


(42)

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian ini penulis melakukan member check kepada semua sumber data terutama kepada Guru PBKL, Pengembang PBKL, Guru lain dan peserta didik

2. Transferability (Validitas Eksternal)

Transferability dilakukan agar orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif yang penulis lakukan sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian ini, maka penulis dalam membuat laporan memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Sugiyono (2008: 368) menjelaskan bahwa:

Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kuantitatif. Validitas eksternal menunjukan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Nilai transfer berkenaan dengan kenyataan, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.

Dengan demikian penulis berharap pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian ini, sehingga dapat menentukan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain.

3. Dependability (Reliabilitas)

Berkaitan uji dependability, penulis bekerja sama dengan pembimbing untuk mengaudit terhadap keseluruhan proses penelitian dengan maksud supaya penulis dapat menunjukan jejak aktivitas di lapangan dan mempertanggung jawabkan seluruh rangkaian penelitian di lapangan mulai dari menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan keabsahan data, sampai membuat kesimpulan.

4. Confirmability (Obyektivitas)

Berkenaan dengan hal tersebut peneliti menguji hasil penelitian dengan mengaitkannya dengan proses penelitian dan mengevaluasi apakah hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan atau bukan.

H. Analisis Data

Analisis data adalah proses menyusun, mengkategorikan data, mencari pola atau thema, dengan maksud untuk memahami maknanya. Teknik analisis


(43)

59

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

data dalam penelitian ini menggunakan model analisis data dari Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Hubberman (Emzir, 2010, hal. 129) ada tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif :

1) Reduksi data

Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi dan pentransformasian data mentah yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Pada tahap ini dilakukan pemilihan tentang relevan tidaknya antara data dengan tujuan penelitian. Informasi dari lapangan sebagai bahan mentah diringkas, disusun lebih sistematis, serta ditonjolkan pokok-pokok yang penting sehingga lebih mudah dikendalikan. Proses ini berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul sebagaimana terlihat dari kerangka konseptual penelitian, permasalahan studi, dan pendekatan pengumpulan data yang dipilih peneliti. Reduksi data meliputi:

a) Meringkas data b) Mengkode c) Menelusur tema d) Membuat gugus-gugus

Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil.

2) “Display” data

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif:

a) Teks naratif: berbentuk catatan lapangan

b) Matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Bentuk-bentuk ini menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga memudahkan untuk melihat apa yang sedang terjadi, apakah kesimpulan sudah tepat atau sebaliknya melakukan analisis kembali.


(44)

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Verifikasi dan penarikan kesimpulan

Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus-menerus selama berada di lapangan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan pola-pola (dalam catatan teori), penjelasan-penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Kesimpulan-kesimpulan ini masih bersifat terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan. Kesimpulan akhir akan diambil ketika pengambilan data telah selesai dilakukan dan dirasakan telah cukup memenuhi tujuan penelitian.

Jika digambarkan proses analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 3.2 Alur Proses Analisis Data (Sumber : Moleong, 2010: 325)


(45)

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dari pembahasan hasil penelitian pada BAB IV peneliti dapat merumuskan beberapa simpulan dan rekomendasi dalam penelitian ini

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada temuan dan pembahasan yang dilakukan pada bab IV, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sesuai dengan pertanyaan penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Simpulan Umum

Pembelajaran berbasis keunggulan lokal memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada sekolah untuk menggali dan mengembangkan potensi lokalnya dalam pembelajaran dengan menjadikan keunggulan lokal sebagai sumber belajar. Hal tersebut dilaksanakan guna membangun keterampilan berpikir dan pengalaman peserta didik yang mengarah pada pembelajaran dengan menemukan sendiri konsep yang dipelajari dengan pengalaman langsung.

Pemanfaatan keunggulan lokal sebagai sumber belajar mengharuskan pendidik agar lebih kreatif dan memperhatikan kebutuhan siswa sesuai dengan minat dan bakatnya. Dengan demikian diharapkan peserta didik dapat mengimplementasikan pengetahuannya menjadi suatu keterampilan yang berguna untuk kelangsungan kehidupan masa depan dan menginternalisasikan karakter kewarganegaraan yang telah terbentuk dalam dirinya untuk mengontrol pemanfaatan dan pelestarian keunggulan lokal tersebut.

Implementasi pembelajaran berbasis keunggulan lokal ini memiliki berbagai manfaat, diantaranya adalah pertama Keunggulan lokal dijadikan sebagai laboratorium alami dalam proses pembelajaran siswa baik melalui proses pembelajaran mata pelajaran (intrakurikuler), pengembangan diri, dan muatan lokal. Kedua, Pemberdayaan keunggulan lokal pada lingkungan sekolah terdekat sebagai media pembelajaran siswa. Siswa lebih memahami


(1)

112

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Implementasi pembelajaran berbasis keunggulan lokal merupakan alternatif solusi untuk membangun keterampilan berpikir peserta didik, membina karakter kewarganegaraan peserta didik serta membekali peserta didik dengan keterampilan yang sesuai dengan karakteristik daerahnya. Pembelajaran berbasis keunggulan lokal sebagai upaya pembinaan karakter kewaganegaraan diarahkan pada pembelajaran konstektual dari masing-masing mata pelajaran. Hal ini untuk melatih peserta didik dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan yang dihadapinya baik saat ini maupun dimasa yang akan datang. Objek pembelajaran berbasis keunggulan lokal pada masing-masing mata pelajaran sangat mudah ditemui di lingkungan sekitar sekolah. Hal ini mempermudah guru untuk menghadirkan objek tersebut secara nyata baik di dalam kelas maupun tugas terstruktur di luar kelas.

d. Pelaksanaan pembelajaran berbasis keunggulan lokal di SMA N 1 Pangandaran tidak lepas dari factor-faktor yang mendukung dan menghambatnya. Faktor pendukungnya adalah sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), dukungan masyarakat, dukungan pemerintah, antusiasme peserta didik, dan kerjasama antar guru pbkl. Sementara faktor penghambatnya antara lain minimnya anggaran, minimnya sosialisasi dan pembinaan, keterbatasan komunitas (sehingga tidak ada MGMP dll).

e. Pembelajaran berbasis keunggulan lokal yang dilaksanakan di SMA N 1 Pangandaran memiliki tiga peranan. Pertama, sebagai sarana pembelajaran kontekstual. Adanya potensi dan keunggulan daerah yang dapat dimanfaatkan sebagai objek pembelajaran diharapkan dapat membantu peserta didik mengaitkan materi yang dipelajari dengan dengan keadaan yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian proses belajar berlangsung sangat alamiah karena peserta didik mengalami sendiri melalui praktek maupun pengamatan potensi keunggulan lokal yang ada di sekitarnya. Sehingga pembelajaran berbasis keunggulan lokal bukan hanya sekedar mentransfer pengetahuan kepada peserta didik namun juga mensejajarkan antara materi yang mereka terima dengan keadaan nyata di lingkungannya.


(2)

Dengan demikian terjadilah transformasi kehidupan dalam pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan. Kedua, pendayagunaan dan pelestarian keunggulan lokal. Upaya pendayagunaan potensi lokal ini dikembangkan di sekolah melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal. Siswa dibekali dengan keterampilan untuk mengolah dan mengembangkan potensi lokalnya sehingga dapat menjadi bekal bagi peserta didik untuk menjadi warga Negara yang mandiri. Ketiga, membina karakter kewarganegaraan peserta didik. Pendidikan karakter yang terdapat dalam pembelajaran berbasis keunggulan lokal diarahkan pada pembentukan karakter kewarganegaraan dalam mendayagunakan, melestarikan potensi lokalnya serta menjaga kelestarian alam sekitar dengan arif dan bijaksana. Karakter kewarganegraan yang dibina melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal diantaranya adalah menjadi anggota masyarakat yang independen, memenuhi tanggung jawab personal kewarganegaraan dibidang ekonomi dan politik, menghormati harkat dan martabat kemanusiaan setiap individu, berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara efektif dan bijaksana.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakuan oleh peneliti, dapat peneliti rumuskan beberapa rekomendasi untuk:

1. Sekolah

a. Diharapkan adanya control dan pembinaan yang berkelanjutan bagi peserta didik yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi untuk memanfaatkan skill yang mereka dapatkan. Sehingga upaya untuk membentuk warga negara yang independen dapat terlaksana.

b. Sekolah dapat mengikutsertakan akademisi lokal (tokoh masyarakat, guru, LSM dll) yang memahami potensi daerah secara holistic, baik sumberdaya alam, sumber daya manusia, budaya, geografis, sejarah dan lain lain yang diharapkan mampu memberikan kemajuan dalam mengembangkan pembelajaran berbasis keunggulan lokal di satuan pendidikan.


(3)

114

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Peserta didik

a. Untuk mengembangkan skill tersebut, diharapkan peserta didik mempraktekannya di luar sekolah

b. Peserta didik tidak hanya terpaku pada keunggulan lokal yang dipilih oleh guru tetapi juga diharapkan mampu mengusulkan keunggulan lokal apa yang ingin mereka kembangkan.

3. Pemerintah kabupaten Pangandaran

a. Diadaknnya evaluasi pelaksanaan pembelajaran berbasis keuggulan lokal dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran berbasis keunggulan lokal

b. Diadakannya pembinaan bagi kepala sekolah, pengembang, maupun guru-guru sehingga ada upgrade pengetahuan dan mengetahui pelaksanaan Pembelajaran berbasis keunggulan lokal yang ideal.

c. Dibentuknya komunitas bagi guru PBKL atau insan peduli PBKL 4. Peneliti selanjutnya

a. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengkaji secara lebih mendalam lagi mengenai penelitian PBKL ini.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengkaji secara keseluruhan PBKL dalam lingkup sekolah

5. Mata pelajaran yang menerapkan PBKL

a. Diharapkan dapat menggali keunggulan lokal yang tidak memberatkan peserta didik dalam mempraktekannya, terutama mengenai masalah financial.

b. Diharapkan tidak hanya mengembangkan potensi SDA dari hasil laut saja, tetapi juga dari hasil pertanian ataupun yang lainnya.


(4)

Rosidah, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Branson, M. S. (1999). Belajar “Civic Education” dari Amerika (Terjemahan Syarifudin dkk). Yogyakarta: LKIS.

Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya ksara Pers.

Budimasnyah, D. (2012). Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter Seri Pembinaan Profesionalisme Guru. Bandung: Wdya Aksara Press.

Creswell, J. W. (1998). Qualitative inquiry and research design: Choosing among five designs. Thousand Oaks, CA: Sage.

Depdiknas. (2010). Draf Panduan Guru Mata pelajaran PKn : Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Depdiknas. (2010). Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Pusat Kurikulum.

Emzir. (2010). Metode Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Rajawali. Hariwijaya, M., & Triton. (2007). Pedoman Penulis Ilmiah Proposal dan Skripsi.

Yogyakarta: ORYZA.

Kesuma, D., Triatna, C., & Permana, J. (2011). Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di sekolah. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Kotler, P. & Keller, K.L. (2007). Manajemen Pemasaran. Edisi 12. Jilid I. Jakarta: Indeks.

Lickona, T. (2012). Character Matter Persoalan karakter. Bandung: Bumi Aksara.

Majid, A., & Andayani, d. (2011). Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Martorella, P. (1994). Social studies for elementary school children: developing young citizens. New York: Macmillan College Publishing Company, Inc. Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter solusi yang tepat untuk membangun


(5)

116

Rosidah, 2014

pembinaan karakter kewarganegaraan melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal (studi kasus di sma negeri 1 pangandaran)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Moleong, L. J. (2000). Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Muhimadayeli. (2011). Filsafat Pendidikan. Bandung: Refika Aditama. Musfiroh, T. (2008). Character Building. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Poerwandari, K. (2001). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku. Jakarta: Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3).

Puskur. (2010). Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya Untuk membentuk Daya saing dan Karakter bangsa. Jakarta: Pusat Kurikulum.

Quigley, Buchanan, & Bahmueller. (1991). Civitas : A Frame. Calabassas: Center For Civic Education.

Sapriya. (2007). Perspektif Pemikiran Pakar Tentang Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pembangunan Karakter Bangsa. Bandung: UPI (Tidak Dipublikasikan).

Sapriya, & Maftuh, B. (2005). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Pemetaan Konsep. Civicus, I, 319-321.

Sugiyono. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif R&D. Bandung: Alphabeta.

Suharsimi, A. (1998). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Sumahamidjaya, S. (2003). Pendidikan Karakter mandiri dan Kewiraswastaan. Bandung: Angkasa.

Tilaar, H. (2002). Tilaar, HAR. 2002,Pendidikan Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Winataputra, U. S., & Budimansyah, D. (2007). Civic Education Konteks, Landasan, Bahan Ajar, dan Kultur Kelas. Bandung: Prodi SPS PKn UPI. Yin, R. K. (2011). Studi Kasus (Desain dan Metode). Jakarta: Raja Grapindo

Persada.


(6)