KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA Pembingkaian Berita Media Online (Analisis Framing Dugaan Kasus Perkosaan Oleh Sitok Srengenge di Tempo Online dan Republika Online Periode November-Desember 2013).

(1)

KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sebagai Persyaratan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Disusun Oleh :

WENING HAYU MAKARTI

L100100123

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


(2)

(3)

KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA

Wening Hayu Makarti

E-mail: weninghayu1212@gmail.com

Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Informatika, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014

ABSTRAK

Akhir bulan November 2013, pemberitaan media online tanah air diramaikan dengan berita yang melibatkan seorang budayawan ternama di Indonesia yaitu Sitok Srengenge yang diduga melakukan perkosaan terhadap seorang mahasiswi. Kepopuleran Sitok Srengenge sebagai budayawan menjadi salah satu sumber penting ketika media mengangkat suatu berita karena akan menjadi perhatian khalayak dan menarik untuk diteliti. Ada hal menarik yang dilakukan oleh dua media online Tempo dan Republika karena dalam memberitakan isu tersebut ditampilkan dengan cara yang berbeda oleh keduanya, sehingga yang menjadi tantangannya adalah bagaimana media harus tetap menampilkan pemberitaan secara berimbang, aktual dan faktual. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan pembingkaian berita yang disajikan dua media yang berbeda yaitu Tempo dan Republika atas dugaan kasus perkosaan yang dilakukan oleh Sitok Srengenge. Penelitian ini menggunakan metode analisis framing model Robert Entman yang menonjolkan seleksi isu dan penonjolan aspek dengan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pembingkaian kasus ini, Tempo memiliki kecenderungan arah pemberitaan kepada satu pihak yaitu pelaku perkosaan Sitok Srengenge dengan memberikan ruang pemberitaan yang lebih tanpa menampilkan suara korban sama sekali, karena dipengaruhi oleh kedekatan antara pengelola media dengan pelaku sehingga memberikan dampak keberpihakan pemberitaan. Sedangkan Republika lebih cenderung menampilkan pemberitaan pada perempuan karena dinilai sebagai korban sehingga harus diberikan ruang berbicara yang lebih banyak dan tetap berusaha menggali kejadian sebenarnya dengan menampilkan informasi dari beberapa sudut pandang.


(4)

A. Pendahuluan

Menurut pandangan

konstruksionis berita dimaknai

sebagai upaya penciptaan realitas

yang dilakukan oleh wartawan

melalui konstruksi dan sudut

pandang tertentu (Eriyanto,

2002:30). Seperti halnya penelitian

yang membahas mengenai berita

dugaan kasus perkosaan ini juga

dikonstruksi secara beragam oleh

beberapa media online tanah air,

khusunya Tempo dan Republika

juga.

Pemberitaan dugaan kasus

perkosaan tersebut dapat menarik

perhatian media online Tempo dan

Republika karena melibatkan

seorang budayawan dan juga

sastrawan ternama Indonesia yaitu

Sitok Srengenge, yang melakukan

perkosaan terhadap seorang

perempuan atau mahasiswi berinisial

RW.

Kepopuleran Sitok Srengenge

sebagai budayawan menjadi satu

sumber penting ketika media

mengangkat suatu berita karena akan

menjadi perhatian khalayak dan

menarik untuk diteliti. Terlebih

dalam berita ini yang diangkat adalah

berita seorang budayawan yang

terkait dengan isu negatif perkosaan,

maka nilai jual beritanya semakin

tinggi.

Selanjutnya, ketika media

sudah memberitakan peristiwa

tersebut maka tantangannya adalah

bagaimana media harus tetap

menampilkan pemberitaan secara

berimbang, aktual dan faktual. Dari

kedua media online yang dijadikan

objek dalam penelitian ini yakni

Tempo dan Republika online,


(5)

kepedulian yang cukup besar

terhadap korban dengan melindungi

identitasnya. Lalu, keduanya juga

sama-sama menunjukkan nama

“Sitok Srengenge” sebagai pihak

yang dilaporkan pada awal berita

dimuat.

Nada pemberitaan mulai

berbeda, setelah Tempo

menggunakan beragam cara untuk

menampilkan beritanya dengan nada

pemberitaan yang terkesan memihak

pelaku perkosaan. Salah satunya

pada berita yang pertama kali

ditampilkan hanya menjelaskan

bahwa Sitok dilaporkan atas

“perbuatan tidak menyenangkan

terhadap seorang wanita”. Tidak

disebutkan kata menghamili. Pada

berita selanjutnya, Tempo juga

menampilkan pemberitaan dengan

mencoba mengalihkan fokus

pembicaraan.

Sementara itu, Republika

sangat lain dalam memberitakan, hal

ini dapat dilihat dari berita yang

diangkat pertama kali oleh Republika

yang secara runtun, fokus dan lebih

“berani” dalam memberitakan karena

dari awal sudah mengungkap

kronologi kejadian secara jelas serta

lebih menampilkan pemberitaan dari

sudut pandang korban. Dari

penjelasan di atas dapat dilihat

bahwa kali ini media online Tempo

dan Republika tidak satu suara dalam

penyajian dan pembingkaian berita

walaupun topik yang diambil sama.

Rumusan masalah yang dapat

diambil dari uraian diatas adalah

“Bagaimana media online Tempo

dan Republika melakukan

pembingkaian berita dugaan kasus

perkosaan yang dilakukan oleh Sitok


(6)

Sedangkan tujuan dari

penelitian ini untuk mengetahui dan

mendeskripsikan pembingkaian

berita tentang dugaan kasus

perkosaan yang dilakukan oleh Sitok

Srengenge dari dua media online

yang berbeda yaitu Tempo dan

Republika.

B. Tinjauan Pustaka

a) Berita Sebagai Media Komunikasi Massa

Berita menurut William S.

Maulsby dalam Sumandiria (2008)

adalah perkataan benar serta tidak

memihak mengenai fakta-fakta

terbaru yang benar terjadi dan dapat

menarik perhatian sebagian besar

khalayak pembaca.

Tuchman (dalam Eriyanto,

2002:4) melihat berita sebagai

jendela dunia. Apa yang dilihat,

diketahui dan dirasakan tentang

dunia tergantung pada jendela yang

digunakan. Jendela itulah yang

disebut frame. Jadi, berita di media

massa adalah realitas yang diciptakan

wartawan melalui konstruksi dan

sudut pandang tertentu.

b) Konstruksi Realitas di Media (Media Online)

Teori konstruksi sosial atas

realitas dibagi menjadi tiga proses

yaitu proses eksternalisasi

(penyesuaian diri), Objektivasi dan

Internalisasi. Menurut Eriyanto

(2002), Media dilihat sebagai agen

konstruksi sosial karena media hanya

ikut merekonstruksi sebuah realitas

dan yang mengatur frame pembaca

dalam menafsirkan suatu peristiwa

sebagai acuan.

Kemunculan media online

menambah generasi baru jurnalistik

yang disebut jurnalisme online.

Kelebihan media baru tersebut


(7)

dan isu-isu sosial (Fidler, 2003:291).

Sedangkan dilihat dari segi

penyampaian informasi, jurnalisme

online juga tidak mengenal waktu

deadline karena setiap detik dapat mengupdate info-info terbaru.

c) Analisis Framing

Analisis framing adalah salah

satu model analisis yang dapat

mengungkap fakta dibalik rahasia

perbedaan media dengan mengkaji

pembingkaian realitas suatu

peristiwa. Pembingkaian yang

dimaksud adalah proses konstruksi,

yaitu realitas dipahami dan

direkonstruksi dengan cara dan

makna tertentu (Kriyantono,

2006:256).

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan

metode penelitian kualitatif. Melalui

pendekatan penelitian ini, peneliti

berusaha menafsirkan makna dari

suatu teks berita dengan

menguraikan cara suatu media dalam

membingkai berita.

Sumber data primer dalam

penelitian ini adalah teks berita

tentang dugaan kasus perkosaan yang

dilakukan oleh Sitok Srengenge di

media online Tempo dan Republika

periode November – Desember 2013.

Teknik pengumpulan data pada

penelitian ini menggunakan

dokumentasi dan studi pustaka.

Dokumentasi meliputi semua berita

terkait dugaan kasus perkosaan yang

dilakukan oleh Sitok Srengenge dari

media online Tempo dan Republika

pada akhir bulan November –

Desember 2013. Sedangkan studi

pustaka meliputi artikel-artikel berita

lain dengan topik yang sama.

Teknik analisis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah model


(8)

Entman mengemukakan framing

dalam dua dimensi besar, pertama

menggambarkan seleksi isu dan

kedua penonjolan aspek tertentu

(Eriyanto, 2002).

Eriyanto (2002:188-189)

mengatakan bahwa dalam framing

model Entman merujuk pada

pemberian definisi, Penjelasan,

evaluasi dan rekomendasi atau

penyelesaian dari peristiwa.

D. Hasil dan Pembahasan

Tempo membingkai dugaan

kasus perkosaan dalam penelitian ini

sebagai hal yang diinginkan oleh

perempuan dan pelaku perkosaan

Sitok Srengenge dinilai sebagai

korban.

Hasil analisis tersebut didapat

dari arah pemberitaan Tempo di awal

yang lebih menyoroti dari kaca mata

pelaku perkosaan Sitok Srengenge

yang dibingkai sebagai korban

dengan memberikan ruang

pemberitaan yang lebih. Selanjutnya

ketika masalah perkosaan ini dilihat

sebagai hal yang diinginkan oleh

perempuan, maka aktor penyebab

dari kasus ini jelas si perempuan

yaitu mahasiswi berinisial RW,

karena dinilai telah menyebarkan

fitnah kepada Sitok. Setelah itu,

Tempo juga merokemendasikan

penyelesaian agar masalah ini

diselesaikan secara kekeluargaan

terlebih dahulu setelah itu diperkuat

dengan jalur hukum. Tetapi tetap

memberi penonjolan bahwa kasus ini

hanya perbuatan tidak

menyenangkan yang tidak menjurus

ke arah pelecehan seksual.

Konstruksi yang disampaikan

Tempo dalam kasus ini adalah Sitok

dibingkai sebagai korban dari isu

perkosaan yang beredar di media.


(9)

Tempo memberi judul yang terkesan

menghakimi korban (RW) dengan

mengutip pernyataan Sitok bahwa

perbuatan itu dilakukan karena

didasari rasa suka sama suka.

Sehingga kasus tersebut terjadi

memang karena adanya kesepakatan

di antara keduanya dan tidak ada

unsur paksaan.

Belum cukup dengan hal itu,

Tempo juga membela Sitok

habis-habisan dengan berulang kali

menuliskan bahwa Sitok siap

bertanggung jawab dan membantah

tuduhan perkosaan dengan cara

mengklarifikasi demi membersihkan

‘nama’nya. Kalimat itu diselipkan

Tempo di akhir parapraf

pemberitaannya. Padahal dalam

prinsip jurnalistik, wartawan

memiliki kewajiban utama terhadap

suara hatinya serta memiliki

tanggung jawab, sikap tidak

memihak, adil dan objektif

(Kusumaningrat, 2009:115).

Tempo juga cukup cerdas

membuat pengalihan fokus

pemberitaan dengan bergeser ke

keluarga Sitok, yakni istri dan

putrinya. Tetapi yang menjadi

masalah ketika berita tersebut

dimunculkan yaitu menunjukkan

bahwa seleksi isu yang ditampilkan

Tempo semakin tidak proporsional

karena tidak didukung dengan suara

korban sama sekali. Dan yang

menjadi alasan Tempo membuat

konstruksi pembelaan terhadap Sitok

Srengenge tak lepas karena

kedekatannya dengan media Tempo.

Dimana media Tempo menjadi

lembaga penuh yang menjadi mitra

media Komunitas Salihara yaitu

tempat dimana Sitok berkerja sebagai


(10)

Adanya kedekatan antara

media Tempo dan Sitok Srengenge

tersebut, semakin menegaskan bahwa

wartawan Tempo seakan tidak

berdaya dalam mengungkap kasus

yang sebenarnya ke publik.

Pernyataan ini sesuai dengan

apa yang dikemukakan oleh McQuail

(1987), bahwa media massa dalam

membuat, memilih dan menyeleksi

berita yang ditampilkan media

didasarkan atas subjektivitas jurnalis,

redaksi dan juga lembaga itu sendiri

yang keseluruhannya terlihat dari

realitas berita yang ditampilkan. Jadi

media yang bersangkutan sangat

patuh dengan apa yang dikatakan

oleh pemegang kekuasaan.

Sedangkan hasil analisis

Republika merupakan kebalikan dari

hasil analisis Tempo, Republika

melihat kasus ini sebagai masalah

moral tetapi tetap memakai ranah

hukum agar kasus ini dapat diusut

secara tuntas dan diungkap

kebenarannya. Dilihat dari masalah

moral, biar bagaimanapun seorang

budayawan harus bersih dari skandal,

karena itu dibutuhkan moralitas yang

tinggi. Selanjutnya, Republika juga

membingkai dugaan kasus perkosaan

ini dari sudut pandang mahasiswi

RW karena dianggap sebagai korban,

sehingga dalam pemberitaannya

diberikan ruang yang lebih untuk

korban berbicara kepada publik.

Selain itu Republika juga

mengusulkan tetap mengutamakan

jalur hukum agar diungkap

kebenaran yang sesungguhnya dan

Indonesia benar-benar mempunyai

budayawan dan sastrawan yang

bermoral dan bermartabat.

Republika mengkonstruksikan

Sitok Srengenge sebagai pelaku


(11)

kasus perkosaan dengan memberikan

penonjolan pada judul berita yang

dimuat pertama kali dengan

menunjukkan kata “hamili

mahasiswi”.

Republika juga secara berani

membingkai pemberitaan dengan

menceritakan secara gamblang

mengenai kronologi kejadian dari

awal. Dari pengungkapan semua

kronologi kejadian semakin

meyakinkan bahwa Republika tetap

tidak ingin menutup-nutupi sama

sekali mengenai pemberitaannya

karena ingin mencari kebenaran

tentang sebuah kasus. Sedangkan

dari sisi pelaku, Republika memberi

penonjolan dalam pemberitaannya

mengenai Sitok yang telah

mencederai dunia seni dan sastra

karena telah melakukan perbuatan

yang tidak sesuai dengan nilai-nilai

budaya yang dianutnya sampai

akhirnya ia mundur dari Komunitas

Salihara yang telah membesarkan

namanya.

Hasil konstruksi di atas

menjelaskan bahwa Republika yang

memang tidak memiliki kedekatan

apapun dengan Sitok Srengenge dan

tidak dirasuki oleh unsur kekuasaan

yang masuk, ingin mengusut kasus

ini sampai tuntas dengan menggali

dari beberapa narasumber.

Pemaparan dari kedua media

online Tempo dan Republika menyatakan bahwa kali ini media

online tersebut tidak satu suara dalam penyajian dan pembingkaian

pemberitaan walaupun topik yang

diambil sama. Kecenderungan

pemberitaan masing-masing media

ini menunjukkan bahwa berita di

media massa merupakan sebuah

konstruksi karena dalam melihat


(12)

media menggunakan kerangka

tertentu untuk memahaminya.

E. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan pembahasan di

atas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa:

a. Tempo (tempo.co)

Framing yang dilakukan

Tempo online terhadap berita dugaan

kasus perkosaan yang dilakukan oleh

Sitok Srengenge memiliki

kecenderungan arah pemberitaan

kepada satu pihak yaitu Sitok

Srengenge dengan memberikan

ruang pemberitaan yang lebih tanpa

menampilkan suara korban sama

sekali. Bahkan memiliki indikator

yang menyudutkan perempuan

sebagai korban perkosaan dalam

pemberitaannya kembali

mendapatkan perlakuan eksploratif,

yaitu dapat dilihat dari teks yang

tidak memuat kejelasan hukuman

atau sangsi bagi pelaku tindak

amoral tersebut, selain itu jika dilihat

dari seleksi sumber yang digunakan

juga tidak berusaha menggali fakta

yang sebenarnya terjadi. Hal tersebut

dipengaruhi oleh adanya kedekatan

Sitok Srengenge dengan media

Tempo.

b. Republika (republika.co.id)

Sementara framing yang

dilakukan Republika online yaitu

memiliki arah kecenderungan

pemberitaan pada pihak RW karena

dinilai sebagai korban sehingga harus

diusahakan seobjektif mungkin

dalam pemberitaannya dengan

menggali lebih dalam kejadian

sebenarnya. Lebih lanjut, walaupun

Republika memiliki arah

kecenderungan pemberitaan pada

pihak RW tetapi jika dilihat dari

seleksi sumber yang digunakan


(13)

informasi tidak hanya dari satu sudut

pandang saja, melainkan dengan

beberapa sudut pandang agar didapat

kedalaman suatu informasi

Adapun saran dari peneliti

adalah sebagai berikut:

Bagi praktisi media diharapkan

dapat menyajikan berita dalam porsi

yang seimbang dan tidak menutupi

fakta-fakta penting untuk

masyarakat.

Bagi peneliti selanjutnya,

diharapkan dapat mengembangkan

penelitian ini dengan menggunakan

konsep bias media dan diperlukan

wawancara mendalam kepada pihak

yang memproduksi teks berita.

F. Persantunan

Bapak Drs. Achmad Muhibbin,

M.Si selaku dosen pembimbing I

yang telah membantu dalam

pelaksanaan bimbingan dan

pengarahan dalam menyusun skripsi

ini.

Ibu Nur Latifah Umi Satiti, MA

selaku dosen pembimbing II yang

telah meluangkan waktu dan pikiran

dalam penyusunan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA Buku:

Eriyanto. 2002. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LKIS.

Fidler, Roger. 2003. Mediamorfosis: Memahami Media Baru. Yogyakarta: Bentang Budaya. Kriyantono, Rachmat, 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Kencana Media Group.

Kusumaningrat, Hikmat. 2009. Jurnalistik Toeri & Praktik.

Bandung: Remaja Rosadakarya.

Mc Quail, Denis. 1987. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.


(14)

Sumandiria, Haris. 2008. Jurnalistik Indonesia menulis Berita & Feature. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Internet:

Sastrosupadyo, Sigit. (2009). Komunitas Salihara. Dipetik

Mei 25, 2014, dari http://www.mediasastra.com/ sigit_sastrosupadyo/23/01/20 09/komunitas_salihara.


(1)

Tempo memberi judul yang terkesan menghakimi korban (RW) dengan mengutip pernyataan Sitok bahwa perbuatan itu dilakukan karena didasari rasa suka sama suka. Sehingga kasus tersebut terjadi memang karena adanya kesepakatan di antara keduanya dan tidak ada unsur paksaan.

Belum cukup dengan hal itu, Tempo juga membela Sitok habis-habisan dengan berulang kali menuliskan bahwa Sitok siap bertanggung jawab dan membantah tuduhan perkosaan dengan cara mengklarifikasi demi membersihkan ‘nama’nya. Kalimat itu diselipkan Tempo di akhir parapraf pemberitaannya. Padahal dalam prinsip jurnalistik, wartawan memiliki kewajiban utama terhadap suara hatinya serta memiliki tanggung jawab, sikap tidak

memihak, adil dan objektif (Kusumaningrat, 2009:115).

Tempo juga cukup cerdas membuat pengalihan fokus pemberitaan dengan bergeser ke keluarga Sitok, yakni istri dan putrinya. Tetapi yang menjadi masalah ketika berita tersebut dimunculkan yaitu menunjukkan bahwa seleksi isu yang ditampilkan Tempo semakin tidak proporsional karena tidak didukung dengan suara korban sama sekali. Dan yang menjadi alasan Tempo membuat konstruksi pembelaan terhadap Sitok Srengenge tak lepas karena kedekatannya dengan media Tempo. Dimana media Tempo menjadi lembaga penuh yang menjadi mitra media Komunitas Salihara yaitu tempat dimana Sitok berkerja sebagai penyair (Sastrosupadyo, 2009).


(2)

Adanya kedekatan antara media Tempo dan Sitok Srengenge tersebut, semakin menegaskan bahwa wartawan Tempo seakan tidak berdaya dalam mengungkap kasus yang sebenarnya ke publik.

Pernyataan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh McQuail (1987), bahwa media massa dalam membuat, memilih dan menyeleksi berita yang ditampilkan media didasarkan atas subjektivitas jurnalis, redaksi dan juga lembaga itu sendiri yang keseluruhannya terlihat dari realitas berita yang ditampilkan. Jadi media yang bersangkutan sangat patuh dengan apa yang dikatakan oleh pemegang kekuasaan.

Sedangkan hasil analisis Republika merupakan kebalikan dari hasil analisis Tempo, Republika melihat kasus ini sebagai masalah moral tetapi tetap memakai ranah

hukum agar kasus ini dapat diusut secara tuntas dan diungkap kebenarannya. Dilihat dari masalah moral, biar bagaimanapun seorang budayawan harus bersih dari skandal, karena itu dibutuhkan moralitas yang tinggi. Selanjutnya, Republika juga membingkai dugaan kasus perkosaan ini dari sudut pandang mahasiswi RW karena dianggap sebagai korban, sehingga dalam pemberitaannya diberikan ruang yang lebih untuk korban berbicara kepada publik. Selain itu Republika juga mengusulkan tetap mengutamakan jalur hukum agar diungkap kebenaran yang sesungguhnya dan Indonesia benar-benar mempunyai budayawan dan sastrawan yang bermoral dan bermartabat.

Republika mengkonstruksikan Sitok Srengenge sebagai pelaku utama (aktor) dari timbulnya dugaan


(3)

kasus perkosaan dengan memberikan penonjolan pada judul berita yang dimuat pertama kali dengan menunjukkan kata “hamili mahasiswi”.

Republika juga secara berani membingkai pemberitaan dengan menceritakan secara gamblang mengenai kronologi kejadian dari awal. Dari pengungkapan semua kronologi kejadian semakin meyakinkan bahwa Republika tetap tidak ingin menutup-nutupi sama sekali mengenai pemberitaannya karena ingin mencari kebenaran tentang sebuah kasus. Sedangkan dari sisi pelaku, Republika memberi penonjolan dalam pemberitaannya mengenai Sitok yang telah mencederai dunia seni dan sastra karena telah melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dianutnya sampai

akhirnya ia mundur dari Komunitas Salihara yang telah membesarkan namanya.

Hasil konstruksi di atas menjelaskan bahwa Republika yang memang tidak memiliki kedekatan apapun dengan Sitok Srengenge dan tidak dirasuki oleh unsur kekuasaan yang masuk, ingin mengusut kasus ini sampai tuntas dengan menggali dari beberapa narasumber.

Pemaparan dari kedua media online Tempo dan Republika

menyatakan bahwa kali ini media online tersebut tidak satu suara

dalam penyajian dan pembingkaian pemberitaan walaupun topik yang diambil sama. Kecenderungan pemberitaan masing-masing media ini menunjukkan bahwa berita di media massa merupakan sebuah konstruksi karena dalam melihat realitas sosial (suatu peristiwa) setiap


(4)

media menggunakan kerangka tertentu untuk memahaminya.

E. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

a. Tempo (tempo.co)

Framing yang dilakukan Tempo online terhadap berita dugaan kasus perkosaan yang dilakukan oleh Sitok Srengenge memiliki kecenderungan arah pemberitaan kepada satu pihak yaitu Sitok Srengenge dengan memberikan ruang pemberitaan yang lebih tanpa menampilkan suara korban sama sekali. Bahkan memiliki indikator yang menyudutkan perempuan sebagai korban perkosaan dalam

pemberitaannya kembali mendapatkan perlakuan eksploratif,

yaitu dapat dilihat dari teks yang tidak memuat kejelasan hukuman

atau sangsi bagi pelaku tindak amoral tersebut, selain itu jika dilihat dari seleksi sumber yang digunakan juga tidak berusaha menggali fakta yang sebenarnya terjadi. Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya kedekatan Sitok Srengenge dengan media Tempo.

b. Republika (republika.co.id)

Sementara framing yang dilakukan Republika online yaitu memiliki arah kecenderungan pemberitaan pada pihak RW karena dinilai sebagai korban sehingga harus diusahakan seobjektif mungkin dalam pemberitaannya dengan menggali lebih dalam kejadian sebenarnya. Lebih lanjut, walaupun Republika memiliki arah kecenderungan pemberitaan pada pihak RW tetapi jika dilihat dari seleksi sumber yang digunakan Republika tetap menampilkan


(5)

informasi tidak hanya dari satu sudut pandang saja, melainkan dengan beberapa sudut pandang agar didapat kedalaman suatu informasi

Adapun saran dari peneliti adalah sebagai berikut:

Bagi praktisi media diharapkan dapat menyajikan berita dalam porsi yang seimbang dan tidak menutupi fakta-fakta penting untuk masyarakat.

Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan menggunakan konsep bias media dan diperlukan wawancara mendalam kepada pihak yang memproduksi teks berita. F. Persantunan

Bapak Drs. Achmad Muhibbin, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah membantu dalam pelaksanaan bimbingan dan

pengarahan dalam menyusun skripsi ini.

Ibu Nur Latifah Umi Satiti, MA selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam penyusunan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA Buku:

Eriyanto. 2002. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LKIS.

Fidler, Roger. 2003. Mediamorfosis: Memahami Media Baru. Yogyakarta: Bentang Budaya. Kriyantono, Rachmat, 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Kencana Media Group.

Kusumaningrat, Hikmat. 2009. Jurnalistik Toeri & Praktik.

Bandung: Remaja Rosadakarya.

Mc Quail, Denis. 1987. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.


(6)

Sumandiria, Haris. 2008. Jurnalistik Indonesia menulis Berita & Feature. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Internet:

Sastrosupadyo, Sigit. (2009). Komunitas Salihara. Dipetik

Mei 25, 2014, dari http://www.mediasastra.com/ sigit_sastrosupadyo/23/01/20 09/komunitas_salihara.


Dokumen yang terkait

Citra Homoseksual Dalam Media Massa Online Nasional (Analisis Framing Citra Homoseksual dalam Tempo.co dan Republika Online)

0 42 92

Analisis Berita Pernikahan Syekh Puji Dengan Pendekatan Framing Teori Robert N Entman : Kasus Berita Kompas.com dan Republika Online

0 6 87

Respon Guru Smk Negeri 1 Bekasi terhadap Pemberitaan Kekacauan Peyelenggaraan Ujian Nasional 2013 Di Republika Online

1 11 108

Konstruksi Pemberitaan Ledakan Bom Vihara Ekayana Pada Kompas.Com Dan Republika Online

0 13 132

Analisis Framing Pemberitaan Upaya Pelegalan Daging Anjing Di Jakarta Oleh Republika Online Dan Kompas.Com

0 13 134

PEMBINGKAIAN BERITA MEDIA ONLINE (Analisis Framing Dugaan Kasus Perkosaan Oleh Sitok Srengenge di Tempo Pembingkaian Berita Media Online (Analisis Framing Dugaan Kasus Perkosaan Oleh Sitok Srengenge di Tempo Online dan Republika Online Periode November-D

0 3 15

SOSOK SITOK SRENGENGE DALAM PEMBERITAAN KASUS DUGAAN KEKERASAN SEKSUAL DI TEMPO.CO DAN REPUBLIKA.CO.ID.

0 1 1

PEMBINGKAIAN BERITA KASUS ANGGODO PADA MEDIA JAWAPOS DAN REPUBLIKA (STUDI ANALISIS FRAMING KASUS ANGGODO PADA MEDIA CETAK JAWA POS DAN REPUBLIKA).

4 15 93

PEMBINGKAIAN BERITA PENANGKAPAN TERDUGA TERORIS OLEH DENSUS 88 ANTITEROR DALAM MEDIA CETAK (Analisis Framing Berita dalam Harian Republika dan Koran Tempo terkait Penangkapan Siyono oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror).

0 0 18

PEMBINGKAIAN BERITA KASUS ANGGODO PADA MEDIA JAWAPOS DAN REPUBLIKA (STUDI ANALISIS FRAMING KASUS ANGGODO PADA MEDIA CETAK JAWA POS DAN REPUBLIKA)

0 0 23