Analisis Prestise dalam Upacara Kematian pada Etnis Batak Toba di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

Abstrak
Kematian dalam masyarakat Batak Toba selalu diikuti dengan rangkaian
upacara adat, yang diatur berdasarkan status dan umur orang yang bersangkutan.
Upacara-upacara tersebut berkaitan erat dengan pandangan hidup ideal menurut
masyarakat Batak, yaitu Hagabeon (keturunan), Hamoraon (kekayaan), dan
Hasangapon (kehormatan/ prestise). Seseorang dikatakan mampu mencapai
pandangan tersebut apabila dia mati pada posisi Saur Matua.

Adanya

kecenderungan nilai prestise yang diperoleh dalam tingkatan kematian Saur
Matua membuat banyak keluarga maupun kerabat dari orang mati menginginkan
agar status dari orang yang mati tersebut dinaikkanmenjadi Saur Matua.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pergeseran
tradisi upacara kematian pada masyarakat Batak Toba, karena adanya nilai
prestise dan bagaimana masyarakat memaknai pergeseran tersebut.

Jenis

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan

dengan cara observasi, wawancara mendalam, dan studi kepustakaan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat batak cenderung
mengejar posisi kematian Saur Matua, karena: (1) menunjukkan Hasangapon, (2)
sebagai kewajiban untuk melunasi hutang-hutang adat selama yang bersangkutan
hidup.
Kata kunci: Prestise, Batak Toba, Hasangapon, Saur Matua