Hubungan Tipe Penderita Tuberkulosis Paru dengan Tingkat Depresi di RSUP H.Adam Malik Medan

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi
kuman Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru mencakup 80% dari
keseluruhan kejadian penyakit tuberkulosis, sedangkan 20% selebihnya merupakan
tuberkulosis ekstrapulmonar (Djojodibroto, 2009). Tuberkulosis paru adalah penyakit
yang dapat menular melalui percikan dahak (droplet) ketika penderita TB paru aktif
batuk, bersin, bicara atau tertawa. Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab
(Riskiyani et al.,2013).
Menurut data World Health Organization (WHO) dalam laporan Global
Tuberculosis Report 2014 menunjukkan bahwa pada tahun 2013 terdapat 6,1 juta

penderita tuberkulosis di seluruh dunia dan 5,7 juta diantaranya adalah kasus baru dan
kambuh serta 0,4 juta merupakan penderita yang telah mendapatkan pengobatan. Dari
5,7 juta kasus baru, 2,6 juta diantaranya adalah penderita TB paru yang telah terbukti
dengan pemeriksaan mikrobiologi pada sputum dan 2 juta penderita TB paru

didiagnosa (WHO, 2014).
Indonesia merupakan salah satu dari enam negara yang memiliki kasus baru TB
BTA positif terbanyak dengan jumlah antara 420.000-520.000 jiwa (WHO, 2014).
Menurut hasil Riskesdas (2013), prevalensi tuberkulosis berdasarkan diagnosis
sebesar 0,4 % dari jumlah penduduk. Dengan kata lain rata-rata tiap 100.000 penduduk
Indonesia terdapat 400 orang yang didiagnosis kasus tuberkulosis oleh tenaga
kesehatan.
Prevalensi penderita TB paru yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan di Provinsi
Sumatera Utara tahun 2013 adalah sebesar 0,2 %. Ini menunjukkan adanya
peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2007 hanya sebesar 0,18 % (Riskedas,
2013). Pada tahun 2013, jumlah kasus baru yang ditemukan menderita TB paru BTA
positif di Provinsi Sumatera Utara adalah sebanyak 15.424 kasus. Hal ini mengalami

2

penurunan dibandingkan tahun 2012 yaitu sebanyak 17.459 kasus (Dinkes Sumut,
2013).
Pengobatan TB standar di RSUP H.Adam Malik pada penderita tuberkulosis
dibagi menjadi 2 tempat yaitu TB paru non-MDR dan TB-MDR bagi penderita multidrug resistant (MDR). Pengertian TB-MDR atau resistensi ganda adalah
M.tuberculosis yang resisten minimal terhadap rifampisin dan INH dengan atau tanpa


OAT lainnya (PDPI, 2011).
Secara global pada tahun 2013 diperkirakan bahwa 5% dari kasus TB akan
menjadi kasus TB-MDR. Berdasarkan data dari WHO, diperkirakan 480.000 orang
akan menjadi TB-MDR pada tahun 2013 dan 210.000 diantaranya akan meninggal.
Kasus TB-MDR yang diperkirakan sebesar 300.000 orang pada tahun 2013, 126.000
diantaranya telah didiagnosa dan 97.400 telah memulai pengobatan dengan hasil 47%nya telah menunjukkan perbaikan setelah terapi obat.
Indonesia merupakan satu dari 10 negara yang memiliki kasus TB-MDR
terbanyak di dunia dengan berada di urutan ke-8. Selain Indonesia termasuk negara
lain seperti China, India, Myanmar, Pakistan, Filipina, Federasi Rusia, Afrika Selatan,
Ukraina dan Uzbekistan. Selama tahun 2011 kasus TB-MDR di Indonesia terdapat 260
kasus dan diperkirakan pada tahun 2013 akan terdeteksi sebanyak 1.800 kasus (WHO,
2014). Banyaknya angka kejadian dari penyakit TB paru dan TB-MDR di dunia
khususnya Indonesia maka timbul permasalahan seperti terapi yang lama dan
kompleks, biaya pengobatan yang mahal, komplikasi penyakit serta banyak
kekhwatiran lain yang dapat menimbulkan depresi (Nurkhalesa, 2014).
Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang mempunyai gejala
utama afek depresi kehilangan minat dan kegembiraan, dan kekurangan energi yang
menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktifitas. Disamping itu
gejala lainnya yaitu konsentrasi dan perhatian berkurang, pikiran bersalah dan tidak

berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu dan nafsu makan berkurang
(PPDGJ, 1993).
Berdasarkan hasil penelitian di seluruh dunia bahwa 20 %

penderita suatu

penyakit akan mengalami depresi mayor. Studi yang sama juga dilaporkan di Yunani
bahwa 28,1% para penderita yang di rawat di rumah sakit ataupun yang menjalani

3

pembedahan akan mengalami depresi. Kebanyakan penyakit yang menimbulkan
depresi adalah penyakit kronik seperti di dalam ilmu penyakit paru asma bronkial,
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan Tuberkulosis (Moussas et al., 2008).
Seperti halnya

studi penelitian yang dilakukan di India, angka prevalensi

penderita TB yang mengalami depresi juga tinggi. Dari 110 sampel penderita TB, 62

% mengalami depresi, 2/3 mengalami depresi ringan-sedang dan 5,5 % mengalami
depresi berat (Basu et al., 2012). Di Afrika Selatan, dari 4900 orang penderita
tuberkulosis yang baru memulai pengobatan selama satu bulan terdapat 81 % atau
sekitar 3970 orang yang mengalami

psychological distress atau perasaan sedih

(Peltzer et al., 2012). Sedangkan di Indonesia, dalam studi yang dilakukan di Jember,
Jawa Timur didapatkan hasil bahwa dari 30 penderita tuberkulosis paru yang diteliti
19 orang mengalami depresi sedang, 9 orang mengalami depresi ringan dan 2 orang
tidak mengalami depresi (Nurkhalesa, 2014).
Menangani depresi yang terjadi pada penderita TB akan mendapatkan hasil
pengobatan TB yang lebih baik dan adekuat. Seperti studi secara prospektif yang
dilakukan di India ditemukan penderita TB yang mendapatkan psikoterapi individual
selama pengobatan TB secara segnifikan akan mendapatkan pengobatan TB yang
maksimal dan baik (Sweetland et al., 2014).
Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan tipe
penderita TB paru dengan tingkat depresi pada penderita TB paru di RSUP H. Adam
Malik Medan.


1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada hubungan tipe
penderita TB paru dengan tingkat depresi pada penderita TB paru di RSUP H. Adam
Malik Medan?”
1.2 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan tipe penderita TB paru dengan tingkat depresi pada penderita TB paru di
RSUP H. Adam Malik Medan.

4

1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui gambaran tipe penderita TB paru berdasarkan kategori
pengobatan TB standar di RSUP H. Adam Malik Medan.
2. Untuk mengetahui gambaran tingkat depresi pada penderita TB paru di
RSUP H. Adam Malik Medan.
3. Untuk mengetahui gambaran faktor demografis pada penderita TB paru
seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan dan tingkat pendidikan.

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi penderita dapat dijadikan informasi ilmiah tentang hubungan tipe
penderita TB paru dengan tingkat depresi, sehingga membantu penderita
untuk mendapatkan perawatan dengan dokter psikiatri.
2. Bagi pelayan kesehatan dapat dijadikan informasi ilmiah tentang
hubungan hubungan tipe penderita TB paru dengan tingkat depresi,
sehingga membantu pelayan kesehatan untuk men-screening penderita
yang mengalami depresi lalu merujuk ke dokter psikiatri untuk
mendapatkan perawatan.
3. Bagi masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan tentang hubungan tipe
penderita TB paru dengan tingkat depresi.
4. Bagi peneliti dapat dijadikan informasi ilmiah tentang hubungan tipe

penderita TB paru dengan tingkat depresi.