Pengaruh Return on Asset, Biaya Operasional Pendapatan Operasional dan Non Performing Financing Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam kehidupan masyarakat modern sekarang ini, peranan perbankan
dalam memajukan perkonomian dalam suatu negara sangatlah besar. Begitu
vitalnya dunia perbankan sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan nyawa
untuk menggerakkan roda perekonomian suatu negara, seperti dalam hal penciptaan
uang, mengedarkan uang, menyediakan uang untuk menunjang kegiatan usaha,
tempat mengamankan uang, tempat melalukan investasi dan jasa keuangan lainnya
(Kasmir,2008:1). Menurut Anshori (2009:226) bank adalah badan usaha yang
mengimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya.
Mengingat semakin berkembangnya zaman maka akan semakin beragam
pula kebutuhan masyarakat, sehingga kebutuhan jasa keuangan semakin meningkat
dan peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Saat ini ketertarikan masyarakat terhadap ekonomi islam semakin berkembang
pesat. Hal in ditandai dengan mulai bermunculan lembaga-lembaga keuangan yang
sistem operasinya berazas dan berlandaskan pada hukum islam. Salah satu lembaga
keuangan
yang
sedang
hangat
dibicarakan
karena
perkembangan
dan
pertumbuhannya adalah bank syariah. Lembaga yang kegiatan usahanya tidak
menerapkan sistem bunga seperti bank konvensional lainnya, melainkan sistem bagi
hasil atau profit sharing.
1
Menurut Ascarya (2007:11) bank syariah adalah lembaga keuangan yang
usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip
syariah islam. Dengan kata lain, dalam menjalankan usahanya bank syariah
menggunakan pola bagi hasil (profit loss sharing) yang merupakan landasan utama
dalam segala operasinya, baik dalam produk pendanaan, pembiayaan, maupun
dalam produk lainnya dan menghindari unsur bunga didalamnya.
Perkembangan ekonomi islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan
berkembangnya lembaga keuangan syariah. Sejak tahun 1992, perkembangan
lembaga keuangan syariah terutama perbankan syariah, cukup luas sampai
sekarang. Diberlakukannya Undang-Undang No 7 tahun 1992 tentang perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No 10 tahun 1998. Dalam
Undang-Undang tersebut tertulis banhwa bank umum melaksanakan kegiatan
usahanya secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah (bank syariah).
Undang-undang tersebut memberikan kebebasan kepada bank dalam menentukan
jenis imbalan yang akan diberikan kepada nasabah, baik berupa bunga maupun
keuntungan bagi hasil, termasuk keleluasaan penentuan tingkat bunga sampai 0
(nol) dan merupakan hal baru dalam kerangka mekanisme sistem perbankan pada
umumnya.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 2004 mengeluarkan fatwa
bunga bank haram. Kemudian dipertegas kembali tahun 2007 bahwa perbankan
syariah pelaksanaannya harus menetapkan nilai-nilai islam dan dalam pelaksananya
harus berdasarkan prinsip syariah. Disamping karena kinerja bank syariah yang
2
mengesankan, perkembangan bank syariah didukung oleh sistem bagi hasil yang
ditawarkan lebih stabil terhadap gejolak ekonomi makro. Ditengah terus
menurunnya suku bunga bank konvensional, tingkat bagi hasil yang memberikan
keuntungan yang relatif lebih tinggi dibandingkan bunga yang ditawarkan bank
konvensional. Hal ini terjadi karena sistem bagi hasil diberikan berdasarkan nisbah
(sistem bagi hasil) keuntungan yang disepakati disaat nasabah membuka rekening.
Faktor yang menjadi pertimbangan masyarakat menginvestasikan dananya
di bank syariah adalah faktor return bagi hasil. Dengan demikian menjadi cukup
penting bagi bank syariah untuk tetap menjaga kualitas tingkat bagi hasil yang
diberikan
kepada
nasabahnya.
Nasabah
penyimpan
dana
akan
selalu
mempertimbangkan tingkat imbalan yang diperoleh dalam melakukan investasi
pada bank syariah. Jika tingkat bagi hasil bank syariah terlalu rendah maka tingkat
kepuasan nasabah akan menurun dan kemungkinan besar akan memindahkan
dananya ke bank lain. Karateristik nasabah yang demikian membuat tingkat bagi
hasil menjadi faktor penentu kesuksesan bank syariah dalam menghimpun dana
pihak ketiga.
Menurut Karim (2004:107) penghimpunan dana dibank syariah berbentuk
giro, tabungan dan deposito. Prinsip operasional yang diterapkan dalam
penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah. Produk
yang ditawarkan dengan prinsip mudharabah adalah tabungan dan deposito. Untuk
produk ini nasabah akan mendapatkan return bagi hasil yang diperoleh dari
pendapatan bank atas penyaluran dana nasabah yang bersangkutan. Produk dana
yang merupakan pilihan terbesar dari seluruh dana masyarakat yang disimpan pada
3
perbankan syariah adalah deposito mudharabah. Dari tahun ke tahun deposito
mudharabah ini pada perbankan syariah terus meningkat. Salah satu hal yang
mempengaruhinya adalah tingkat bagi hasil yang diberikan kepada nasabah deposan
yang lebih konvetitif terhadap bunga yang ditawarkan bank konvensional. Pada
perkembangan saat ini ada indikasi dalam penetapannya return bagi hasil yang
diterima pada nasabah deposan mengacu pada tingkat suku bunga bank
konvensional. Tingginya tingkat bagi hasil yang ditawarkan perbankan syariah tidak
terlepas dari besarnya permodalan, pembiayaan dan kualitas asset bank yang dapat
dilihat dari tingkat Return on Asset (ROA),Biaya operasioanl pendapatan
operasional (BOPO), dan Non Performing Financing (NPF).
Menurut Wijaya (2009:118) semakin besar Return On Asset (ROA) suatu
bank maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan
semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Dengan
demikian semakin meningkat return on asset maka pendapatan bank juga akan
meningkat, dengan adanya peningkatan pendapatan bank maka tingkat bagi hasil
yang diterima oleh nasabah juga meningkat. Menurut Kharisma (2011) meskipun
pertumbuhan bisnis perbankan syariah meningkat, tingkat return on asset yang
merupakan proksi dari profitabilitas selalu mengalami fluktuasi.
Menurut Almilia dan Herdiningtyas (2005) rasio BOPO (Biaya Operasional
Pendapatan Operasional) rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya
operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti
semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan.
4
Apabila BOPO menurun maka pendapatan bank meningkat. Dengan adanya
peningkatan pendapatan bank maka tingkat bagi hasil yang diterima oleh nasabah
juga meningkat. Sebaliknya jika BOPO meningkat maka bank akan mengalami
kerugian.
Menurut Rivai dan Arviyan (2010:26) Non Performing Financing analog
dengan Non Performing Loan pada bank konvesional adalah perbandingan antara
total pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan yang diberikan kepada
debitur. Dalam perbankan syariah, pinjaman tidak disebut dengan kredit (loan)
tetapi pembiayaan (financing). NPF menunjukkan kemampuan manajemen bank
dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga
semakin tinggi rasio ini maka semakin buruk kualitas kredit bank yang
menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, maka kemungkinan suatu
bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.
Bank Indonesia menetapkan kriteria penilaian tingkat kesehatan bank, rasio
Non Performing Financing (NPF) maksimum sebesar 5% apabila bank melebihi
batas yang diberikan maka bank tersebut dikatakan tidak sehat. Jika bank dikatakan
mempunyai NPF tinggi maka bank tersebut akan mengalami kerugian yang
diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet maka sebaliknya semakin rendah
NPF maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan terhadap pendapatan
bagi hasil. Dalam kenyataannya, tidak semua teori seperti yang telah dipaparkan
diatas (ROA,BOPO, NPF) sejalan dengan dengan bukti empiris yang ada. Seperti
yang terjadi dalam perkembangan industri perbankan syariah dalam kurun waktu
periode 2009-2014, terjadi ketidaksesuaian antara teori dengan bukti empiris yang
5
ada. Adapun data tentang dinamika pergerakan rasio-rasio keuangan perbankan
syariah dari periode 2009-2014, gambaran secara umum ditampilkan seperti pada
Tabel.1.1 berikut ini:
Tabel 1.1 Rasio ROA, BOPO, NPF dan Bagi Hasil
Bank Umum Syariah Periode 2009-2014
No.
1
Nama
Bank
Mandiri
Syariah
2
BRI
Syariah
3
Bank Jabar
Banten
Syariah
4
BNI
Syariah
5
Mega
Syariah
6
Bukopin
Syariah
7
Muamalat
Syariah
Variabel
(%)
ROA
BOPO
NPF
Bagi Hasil
ROA
BOPO
NPF
Bagi Hasil
ROA
BOPO
NPF
Bagi Hasil
ROA
BOPO
NPF
Bagi Hasil
ROA
BOPO
NPF
Bagi Hasil
ROA
BOPO
NPF
Bagi Hasil
ROA
BOPO
NPF
Bagi Hasil
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2.23
73.76
4.84
5.48
0.53
97.5
3.20
7.03
3.05
81.21
1.31
6.59
3.60
135.10
2.35
7.21
2.22
84.42
2.08
6.01
0.06
97.54
3.25
8.01
0.45
95.50
4.73
7.11
2.21
74.97
3.52
5.39
0.35
98.77
3.19
7.59
3.15
76.60
1.86
7.05
0.61
88.05
3.59
7.39
1.90
88.86
3.52
6.07
0.74
93.57
3.80
8.75
1.36
87.38
4.32
7.94
1.95
76.44
2.42
7.23
0.20
99.25
2.77
8.03
3.15
80.02
1.21
5.65
1.29
87.88
3.62
7.00
1.58
90.80
3.03
5.78
0.52
93.86
1.47
6.75
1.52
85.52
2.60
7.23
2.25
73.00
2.82
6.80
1.19
86.63
3.00
6.29
0.59
110.34
4.46
6.53
1.48
85.39
2.02
6.49
3.81
77.28
2.67
5.09
0.55
91.59
4.57
6.33
1.54
84.47
2.09
6.19
1.53
84.03
4.32
6.51
1.15
90.42
4.06
6.00
0.91
85.76
1.86
6.85
1.37
83.94
1.88
6.21
2.33
86.09
2.98
5.04
0.69
92.29
4.27
6.45
0.50
93.86
4.69
6.00
0.17
98.49
6.84
6.05
0.08
99.47
4.60
6.55
0.72
91.01
4.15
5.99
1.27
85.03
1.86
6.47
0.29
97.61
3.89
4.67
0.27
96.73
4.07
6.64
0.17
97.33
6.55
5.44
(Sumber : www.bi.go.id, bank umum syariah)
Tabel 1.1 menunjukkan kinerja keuangan yang diukur dari tingkatan rasio.
Dilihat pada Bank Mandiri Syariah Persero Tbk bahwa rasio keuangan Return On
Asset (ROA) mengalami fluktuasi pada tahun 2009 sampai 2011 mengalami penuru
rnan sebesar 0.28% kemudian meningkat ditahun 2012 sebesar 0.3% dan ditahun
6
2013 sampai 2014 kembali mengalami penururnan dengan total 2.08%. Pada Bank
BRI Tbk mengalami penurunan pada tahun 2009 dan 2011 sebesar 0.18% kemudian
mengalami peningkatan pada tahun 2012 sebesar 0.99% dan kembali mengalami
penurunan pada tahun 2013 dan 2014 sebesar 1.07%. Pada Bank Jabar Banten
mengalami fluktuasi yaitu naik turun pada tahun 2009 sampai 2011 mengalami
kenaikan sebesar 3.35% dan pada tahun 2012 sampai 2014 mengalami penurunan
yaitu 1.04%. Pada Bank BNI Tbk mengalami fluktuasi yaitu naik turun pada tahun
2009 sampai 2014 terus mengalami penurunan dan peningkatan. Pada bank Mega
syariah mengalami fluktuasi setiap tahunnya yaitu pada tahaun 2009 sampai 2011
mengalami penurunan sebesar 0.64% dan tahun 2012 meningkat sebesar 2.23%
dan menurun kembali pada tahun 2013 sampai 2014 sebesar 2.04%.
Pada Bank Bukopin Tbk mengalami naik turun yaitu pada tahu 2009
sampai 2011 meningkat sebesar 0.68%, pada tahun 2010 sampai 2011 mengalami
penurunan sebesar 0.45% dan pada tahun 2012 dan 2014 mengalami fluktuasi yaitu
naik turun sebesar 0.16%. Terlihat pada Bank Muamalat Tbk setiap tahunnya
mengalami fluktuasi atau mengalami naik turun yaitu pada tahun 2009 sampai 2010
meningkat sebesar 0.91%, pada tahun 2010 sampai 2011 mengalami penururnan
sebesar 1.74% dan pada tahun 2012 meningkat yaitu 0.02% dan 2013 sampai 2014
mengalami penurunan sebesar 0.03%. Bila dihubungkan dengan tingkat bagi hasil
(return) deposito mudharabah sesuai teori bahwa semakin tinggi ROA maka
pendapatan bank juga akan meningkat, dengan adanya peningkatan pendapatan
bank maka tingkat bagi hasil yang diterima oleh nasabah juga meningkat
(Syafi’i,2001:17)
7
Dilihat pada Bank Mandiri Syariah rasio keuangan Biaya Operasional
Pendapatan (BOPO) mengalami fluktuasi yaitu naik turun terlihat dari tahun 2009
sampai 2011 adanya peningkatan yaitu 2.67% sedangkan pada tahun 2013 dan 2014
mengalami penurunan sebesar 3.74%. Pada Bank BRI Tbk syariah mengalami
fluktuasi dari tahun 2009 sampai 2011 mengalami kenaikan 1.75% tahun 2012
menurun kembali 12.62% dan pada tahun 2013 sampai 2014 mengalami penurunan
sebesar 3.74%. Pada Bank Jabar Banten mengalami fluktuasi yaitu pada tahun 2009
sampai 2012 mengalami peningkatan sebesar 28.85% dan pada tahun 2013
mengalami peningkatan sebesar % sedangkan pada tahun 2014 mengalami
penurunan yaitu 5.75%. Pada Bank BNI Tbk mengalami penurunan pada tahun
2009 sampai 2013 mengalami penurunan 51.16% dan pada tahun 2014 mengalami
peningkatan sebesar 1.09%.
Pada Bank Mega Tbk mengalami fluktuasi pada tahun 2009 sampai 2010
mengalami peningkatan yaitu 4.44% dan tahun 2012 sampai 2014 mengalami
peningkatan yaitu sebesar 20.3%. Pada Bank Bukopin Tbk mengalami fluktuasi
yaitu pada tahun 2009 dan 2010 mengalami penururnan yaitu sebesar 3.97% dan
tahun 2010 sampai tahun 2012 mengalami sebesar 16.14% dan pada tahun 2013
mengalami penurunan sebesar 19.1% serta pada tahun 2014 meningkat sebesar
14.14%. Pada Bank Muamalat Tbk mengalami fluktuasi yaitu pada tahun 2009
sampai 2010 mengalami penurunan sebesar 8.12% dan pada tahun sampai 2013
sebesar 5.3% dan pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 16.13%. Sesuai
dengan teori menyatakan bahwa semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien
biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan. Apabila BOPO
8
menurun maka pendapatan bank meningkat. Dengan adanya peningkatan
pendapatan bank maka tingkat bagi hasil yang diterima oleh nasabah juga
meningkat (Almilia,H 2005).
Rasio Non Performing Financing (NPF) Bank Mandiri Tbk mengalami
fluktuasi setiap tahunnya yaitu pada tahun 2009 sampai 2011 mengalami penuruna
yaitu sebesar 2.42% dan tahun 2012 sampai 2014 mengalami 4.02%. Pada Bank
BRI Tbk mengalami fluktuasi yaitu pada tahun 2009 dan 2011 sebesar 0.43% dan
meningkat pada tahun 2012 sampai 2014 sebesar 3.25%. Pada Bank Jabar Banten
Tbk mengalami fluktuasi yaitu pada tahun 2009 sampain 2010 meningkat sebesar
0.55% dan 2011 mengalami penurunan sebesar 2.05% dan pada tahun 2013
mengalami penurunan sebesar 2.88% kemudian pada tahun 2014 meningkat
kembali pada tahun sebesar 2.97%.
Pada Bank BNI Tbk mengalami fluktuasi yaitu pada tahun 2009 dan 2010
mengalami peningkatan sebesar 1.24% dan pada tahun 2011 sampai 2014 kembali
mengalami penurunan dengan total 1.76%. Pada Bank Mega Tbk fluktuasi yaitu
pada tahu 2009 sampai 2010 meningkat sebesar 1.44% dan tahun 2010 sampai 2012
sebesar 1.05% dan kembali mengalami peningkatan pada tahun 2013 sampai 2014
sebesar 1.01%. Pada Bank Bukopin Tbk mengalami fluktuasi yaitu pada pada tahu
2009 sampai 2010 meningkat sebesar 0.55% dan kembali pada tahun 2010 sampai
2012 sebesar 4.92% dan kembali menururn pada tahun 2013 sebesar 0.11%
kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2014 sebesar 0.12%. Pada Bank
Muamalat Tbk mengalami fluktuasi yaitu pada tahun 2009 sampai 2010 mengalami
penurunan sebesar 0.41% dan kembali pada tahun 2010 sampai 2012 mengalami
9
penurunan sebesar 2.23% dan kembali meningkat pada tahun 2013 sampai 2014
sebesar 1.97%. Hubungannya dengan tingkat bagi hasil yang sudah dijelaskan
diatas bahwa sesuai dengan teori menyatakan jika bank dikatakan mempunyai NPF
tinggi maka bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat
pengembalian kredit macet, maka sebaliknya semakin rendah NPF maka bank
tersebut akan semakin mengalami keuntungan terhadap pendapatan bagi hasil
(Rivai,2010).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengaruh ROA, BOPO
dan NPF terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank
Umum Syariah.
1.2
Perumusan Masalah
Adapun uraian diatas penulis menguraikan beberapa permasalahan sebagai
berikut: Apakah return on asset ,biaya operasional pendapatan operasional dan non
performing financing berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah
pada bank umum syariah di indonesia periode 2009-2014 ?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah Return On Asset (ROA),Biaya
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan Non Performing Financing
(NPF)berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap tingkat bagi hasil
deposito mudharabah pada bank umum syariah.
10
1.4
Manfaat Penelitian
1. Bagi Perbankan, penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan dalam
pengambilan keputusan yang akan diambil tterhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat bagi hasil sehingga kegiatan perbankan tetap
berjalan.
2. Bagi Nasabah dan Investor, diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan informasi ketika memilih produk bank syariah, sehingga
nasabah dan investor mempunyai gambaran tentang bagaimana kondisi
perbankan yang dapat menguntungkan bagi mereka.
3. Bagi Peneliti, dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman
dalam bidang penelitian dan merupakan wujud daari aplikasi ilmu
pengetahuan yang didapat selama perkuliahan.
11
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam kehidupan masyarakat modern sekarang ini, peranan perbankan
dalam memajukan perkonomian dalam suatu negara sangatlah besar. Begitu
vitalnya dunia perbankan sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan nyawa
untuk menggerakkan roda perekonomian suatu negara, seperti dalam hal penciptaan
uang, mengedarkan uang, menyediakan uang untuk menunjang kegiatan usaha,
tempat mengamankan uang, tempat melalukan investasi dan jasa keuangan lainnya
(Kasmir,2008:1). Menurut Anshori (2009:226) bank adalah badan usaha yang
mengimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya.
Mengingat semakin berkembangnya zaman maka akan semakin beragam
pula kebutuhan masyarakat, sehingga kebutuhan jasa keuangan semakin meningkat
dan peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Saat ini ketertarikan masyarakat terhadap ekonomi islam semakin berkembang
pesat. Hal in ditandai dengan mulai bermunculan lembaga-lembaga keuangan yang
sistem operasinya berazas dan berlandaskan pada hukum islam. Salah satu lembaga
keuangan
yang
sedang
hangat
dibicarakan
karena
perkembangan
dan
pertumbuhannya adalah bank syariah. Lembaga yang kegiatan usahanya tidak
menerapkan sistem bunga seperti bank konvensional lainnya, melainkan sistem bagi
hasil atau profit sharing.
1
Menurut Ascarya (2007:11) bank syariah adalah lembaga keuangan yang
usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip
syariah islam. Dengan kata lain, dalam menjalankan usahanya bank syariah
menggunakan pola bagi hasil (profit loss sharing) yang merupakan landasan utama
dalam segala operasinya, baik dalam produk pendanaan, pembiayaan, maupun
dalam produk lainnya dan menghindari unsur bunga didalamnya.
Perkembangan ekonomi islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan
berkembangnya lembaga keuangan syariah. Sejak tahun 1992, perkembangan
lembaga keuangan syariah terutama perbankan syariah, cukup luas sampai
sekarang. Diberlakukannya Undang-Undang No 7 tahun 1992 tentang perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No 10 tahun 1998. Dalam
Undang-Undang tersebut tertulis banhwa bank umum melaksanakan kegiatan
usahanya secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah (bank syariah).
Undang-undang tersebut memberikan kebebasan kepada bank dalam menentukan
jenis imbalan yang akan diberikan kepada nasabah, baik berupa bunga maupun
keuntungan bagi hasil, termasuk keleluasaan penentuan tingkat bunga sampai 0
(nol) dan merupakan hal baru dalam kerangka mekanisme sistem perbankan pada
umumnya.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 2004 mengeluarkan fatwa
bunga bank haram. Kemudian dipertegas kembali tahun 2007 bahwa perbankan
syariah pelaksanaannya harus menetapkan nilai-nilai islam dan dalam pelaksananya
harus berdasarkan prinsip syariah. Disamping karena kinerja bank syariah yang
2
mengesankan, perkembangan bank syariah didukung oleh sistem bagi hasil yang
ditawarkan lebih stabil terhadap gejolak ekonomi makro. Ditengah terus
menurunnya suku bunga bank konvensional, tingkat bagi hasil yang memberikan
keuntungan yang relatif lebih tinggi dibandingkan bunga yang ditawarkan bank
konvensional. Hal ini terjadi karena sistem bagi hasil diberikan berdasarkan nisbah
(sistem bagi hasil) keuntungan yang disepakati disaat nasabah membuka rekening.
Faktor yang menjadi pertimbangan masyarakat menginvestasikan dananya
di bank syariah adalah faktor return bagi hasil. Dengan demikian menjadi cukup
penting bagi bank syariah untuk tetap menjaga kualitas tingkat bagi hasil yang
diberikan
kepada
nasabahnya.
Nasabah
penyimpan
dana
akan
selalu
mempertimbangkan tingkat imbalan yang diperoleh dalam melakukan investasi
pada bank syariah. Jika tingkat bagi hasil bank syariah terlalu rendah maka tingkat
kepuasan nasabah akan menurun dan kemungkinan besar akan memindahkan
dananya ke bank lain. Karateristik nasabah yang demikian membuat tingkat bagi
hasil menjadi faktor penentu kesuksesan bank syariah dalam menghimpun dana
pihak ketiga.
Menurut Karim (2004:107) penghimpunan dana dibank syariah berbentuk
giro, tabungan dan deposito. Prinsip operasional yang diterapkan dalam
penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah. Produk
yang ditawarkan dengan prinsip mudharabah adalah tabungan dan deposito. Untuk
produk ini nasabah akan mendapatkan return bagi hasil yang diperoleh dari
pendapatan bank atas penyaluran dana nasabah yang bersangkutan. Produk dana
yang merupakan pilihan terbesar dari seluruh dana masyarakat yang disimpan pada
3
perbankan syariah adalah deposito mudharabah. Dari tahun ke tahun deposito
mudharabah ini pada perbankan syariah terus meningkat. Salah satu hal yang
mempengaruhinya adalah tingkat bagi hasil yang diberikan kepada nasabah deposan
yang lebih konvetitif terhadap bunga yang ditawarkan bank konvensional. Pada
perkembangan saat ini ada indikasi dalam penetapannya return bagi hasil yang
diterima pada nasabah deposan mengacu pada tingkat suku bunga bank
konvensional. Tingginya tingkat bagi hasil yang ditawarkan perbankan syariah tidak
terlepas dari besarnya permodalan, pembiayaan dan kualitas asset bank yang dapat
dilihat dari tingkat Return on Asset (ROA),Biaya operasioanl pendapatan
operasional (BOPO), dan Non Performing Financing (NPF).
Menurut Wijaya (2009:118) semakin besar Return On Asset (ROA) suatu
bank maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan
semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Dengan
demikian semakin meningkat return on asset maka pendapatan bank juga akan
meningkat, dengan adanya peningkatan pendapatan bank maka tingkat bagi hasil
yang diterima oleh nasabah juga meningkat. Menurut Kharisma (2011) meskipun
pertumbuhan bisnis perbankan syariah meningkat, tingkat return on asset yang
merupakan proksi dari profitabilitas selalu mengalami fluktuasi.
Menurut Almilia dan Herdiningtyas (2005) rasio BOPO (Biaya Operasional
Pendapatan Operasional) rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya
operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti
semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan.
4
Apabila BOPO menurun maka pendapatan bank meningkat. Dengan adanya
peningkatan pendapatan bank maka tingkat bagi hasil yang diterima oleh nasabah
juga meningkat. Sebaliknya jika BOPO meningkat maka bank akan mengalami
kerugian.
Menurut Rivai dan Arviyan (2010:26) Non Performing Financing analog
dengan Non Performing Loan pada bank konvesional adalah perbandingan antara
total pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan yang diberikan kepada
debitur. Dalam perbankan syariah, pinjaman tidak disebut dengan kredit (loan)
tetapi pembiayaan (financing). NPF menunjukkan kemampuan manajemen bank
dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga
semakin tinggi rasio ini maka semakin buruk kualitas kredit bank yang
menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, maka kemungkinan suatu
bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.
Bank Indonesia menetapkan kriteria penilaian tingkat kesehatan bank, rasio
Non Performing Financing (NPF) maksimum sebesar 5% apabila bank melebihi
batas yang diberikan maka bank tersebut dikatakan tidak sehat. Jika bank dikatakan
mempunyai NPF tinggi maka bank tersebut akan mengalami kerugian yang
diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet maka sebaliknya semakin rendah
NPF maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan terhadap pendapatan
bagi hasil. Dalam kenyataannya, tidak semua teori seperti yang telah dipaparkan
diatas (ROA,BOPO, NPF) sejalan dengan dengan bukti empiris yang ada. Seperti
yang terjadi dalam perkembangan industri perbankan syariah dalam kurun waktu
periode 2009-2014, terjadi ketidaksesuaian antara teori dengan bukti empiris yang
5
ada. Adapun data tentang dinamika pergerakan rasio-rasio keuangan perbankan
syariah dari periode 2009-2014, gambaran secara umum ditampilkan seperti pada
Tabel.1.1 berikut ini:
Tabel 1.1 Rasio ROA, BOPO, NPF dan Bagi Hasil
Bank Umum Syariah Periode 2009-2014
No.
1
Nama
Bank
Mandiri
Syariah
2
BRI
Syariah
3
Bank Jabar
Banten
Syariah
4
BNI
Syariah
5
Mega
Syariah
6
Bukopin
Syariah
7
Muamalat
Syariah
Variabel
(%)
ROA
BOPO
NPF
Bagi Hasil
ROA
BOPO
NPF
Bagi Hasil
ROA
BOPO
NPF
Bagi Hasil
ROA
BOPO
NPF
Bagi Hasil
ROA
BOPO
NPF
Bagi Hasil
ROA
BOPO
NPF
Bagi Hasil
ROA
BOPO
NPF
Bagi Hasil
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2.23
73.76
4.84
5.48
0.53
97.5
3.20
7.03
3.05
81.21
1.31
6.59
3.60
135.10
2.35
7.21
2.22
84.42
2.08
6.01
0.06
97.54
3.25
8.01
0.45
95.50
4.73
7.11
2.21
74.97
3.52
5.39
0.35
98.77
3.19
7.59
3.15
76.60
1.86
7.05
0.61
88.05
3.59
7.39
1.90
88.86
3.52
6.07
0.74
93.57
3.80
8.75
1.36
87.38
4.32
7.94
1.95
76.44
2.42
7.23
0.20
99.25
2.77
8.03
3.15
80.02
1.21
5.65
1.29
87.88
3.62
7.00
1.58
90.80
3.03
5.78
0.52
93.86
1.47
6.75
1.52
85.52
2.60
7.23
2.25
73.00
2.82
6.80
1.19
86.63
3.00
6.29
0.59
110.34
4.46
6.53
1.48
85.39
2.02
6.49
3.81
77.28
2.67
5.09
0.55
91.59
4.57
6.33
1.54
84.47
2.09
6.19
1.53
84.03
4.32
6.51
1.15
90.42
4.06
6.00
0.91
85.76
1.86
6.85
1.37
83.94
1.88
6.21
2.33
86.09
2.98
5.04
0.69
92.29
4.27
6.45
0.50
93.86
4.69
6.00
0.17
98.49
6.84
6.05
0.08
99.47
4.60
6.55
0.72
91.01
4.15
5.99
1.27
85.03
1.86
6.47
0.29
97.61
3.89
4.67
0.27
96.73
4.07
6.64
0.17
97.33
6.55
5.44
(Sumber : www.bi.go.id, bank umum syariah)
Tabel 1.1 menunjukkan kinerja keuangan yang diukur dari tingkatan rasio.
Dilihat pada Bank Mandiri Syariah Persero Tbk bahwa rasio keuangan Return On
Asset (ROA) mengalami fluktuasi pada tahun 2009 sampai 2011 mengalami penuru
rnan sebesar 0.28% kemudian meningkat ditahun 2012 sebesar 0.3% dan ditahun
6
2013 sampai 2014 kembali mengalami penururnan dengan total 2.08%. Pada Bank
BRI Tbk mengalami penurunan pada tahun 2009 dan 2011 sebesar 0.18% kemudian
mengalami peningkatan pada tahun 2012 sebesar 0.99% dan kembali mengalami
penurunan pada tahun 2013 dan 2014 sebesar 1.07%. Pada Bank Jabar Banten
mengalami fluktuasi yaitu naik turun pada tahun 2009 sampai 2011 mengalami
kenaikan sebesar 3.35% dan pada tahun 2012 sampai 2014 mengalami penurunan
yaitu 1.04%. Pada Bank BNI Tbk mengalami fluktuasi yaitu naik turun pada tahun
2009 sampai 2014 terus mengalami penurunan dan peningkatan. Pada bank Mega
syariah mengalami fluktuasi setiap tahunnya yaitu pada tahaun 2009 sampai 2011
mengalami penurunan sebesar 0.64% dan tahun 2012 meningkat sebesar 2.23%
dan menurun kembali pada tahun 2013 sampai 2014 sebesar 2.04%.
Pada Bank Bukopin Tbk mengalami naik turun yaitu pada tahu 2009
sampai 2011 meningkat sebesar 0.68%, pada tahun 2010 sampai 2011 mengalami
penurunan sebesar 0.45% dan pada tahun 2012 dan 2014 mengalami fluktuasi yaitu
naik turun sebesar 0.16%. Terlihat pada Bank Muamalat Tbk setiap tahunnya
mengalami fluktuasi atau mengalami naik turun yaitu pada tahun 2009 sampai 2010
meningkat sebesar 0.91%, pada tahun 2010 sampai 2011 mengalami penururnan
sebesar 1.74% dan pada tahun 2012 meningkat yaitu 0.02% dan 2013 sampai 2014
mengalami penurunan sebesar 0.03%. Bila dihubungkan dengan tingkat bagi hasil
(return) deposito mudharabah sesuai teori bahwa semakin tinggi ROA maka
pendapatan bank juga akan meningkat, dengan adanya peningkatan pendapatan
bank maka tingkat bagi hasil yang diterima oleh nasabah juga meningkat
(Syafi’i,2001:17)
7
Dilihat pada Bank Mandiri Syariah rasio keuangan Biaya Operasional
Pendapatan (BOPO) mengalami fluktuasi yaitu naik turun terlihat dari tahun 2009
sampai 2011 adanya peningkatan yaitu 2.67% sedangkan pada tahun 2013 dan 2014
mengalami penurunan sebesar 3.74%. Pada Bank BRI Tbk syariah mengalami
fluktuasi dari tahun 2009 sampai 2011 mengalami kenaikan 1.75% tahun 2012
menurun kembali 12.62% dan pada tahun 2013 sampai 2014 mengalami penurunan
sebesar 3.74%. Pada Bank Jabar Banten mengalami fluktuasi yaitu pada tahun 2009
sampai 2012 mengalami peningkatan sebesar 28.85% dan pada tahun 2013
mengalami peningkatan sebesar % sedangkan pada tahun 2014 mengalami
penurunan yaitu 5.75%. Pada Bank BNI Tbk mengalami penurunan pada tahun
2009 sampai 2013 mengalami penurunan 51.16% dan pada tahun 2014 mengalami
peningkatan sebesar 1.09%.
Pada Bank Mega Tbk mengalami fluktuasi pada tahun 2009 sampai 2010
mengalami peningkatan yaitu 4.44% dan tahun 2012 sampai 2014 mengalami
peningkatan yaitu sebesar 20.3%. Pada Bank Bukopin Tbk mengalami fluktuasi
yaitu pada tahun 2009 dan 2010 mengalami penururnan yaitu sebesar 3.97% dan
tahun 2010 sampai tahun 2012 mengalami sebesar 16.14% dan pada tahun 2013
mengalami penurunan sebesar 19.1% serta pada tahun 2014 meningkat sebesar
14.14%. Pada Bank Muamalat Tbk mengalami fluktuasi yaitu pada tahun 2009
sampai 2010 mengalami penurunan sebesar 8.12% dan pada tahun sampai 2013
sebesar 5.3% dan pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 16.13%. Sesuai
dengan teori menyatakan bahwa semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien
biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan. Apabila BOPO
8
menurun maka pendapatan bank meningkat. Dengan adanya peningkatan
pendapatan bank maka tingkat bagi hasil yang diterima oleh nasabah juga
meningkat (Almilia,H 2005).
Rasio Non Performing Financing (NPF) Bank Mandiri Tbk mengalami
fluktuasi setiap tahunnya yaitu pada tahun 2009 sampai 2011 mengalami penuruna
yaitu sebesar 2.42% dan tahun 2012 sampai 2014 mengalami 4.02%. Pada Bank
BRI Tbk mengalami fluktuasi yaitu pada tahun 2009 dan 2011 sebesar 0.43% dan
meningkat pada tahun 2012 sampai 2014 sebesar 3.25%. Pada Bank Jabar Banten
Tbk mengalami fluktuasi yaitu pada tahun 2009 sampain 2010 meningkat sebesar
0.55% dan 2011 mengalami penurunan sebesar 2.05% dan pada tahun 2013
mengalami penurunan sebesar 2.88% kemudian pada tahun 2014 meningkat
kembali pada tahun sebesar 2.97%.
Pada Bank BNI Tbk mengalami fluktuasi yaitu pada tahun 2009 dan 2010
mengalami peningkatan sebesar 1.24% dan pada tahun 2011 sampai 2014 kembali
mengalami penurunan dengan total 1.76%. Pada Bank Mega Tbk fluktuasi yaitu
pada tahu 2009 sampai 2010 meningkat sebesar 1.44% dan tahun 2010 sampai 2012
sebesar 1.05% dan kembali mengalami peningkatan pada tahun 2013 sampai 2014
sebesar 1.01%. Pada Bank Bukopin Tbk mengalami fluktuasi yaitu pada pada tahu
2009 sampai 2010 meningkat sebesar 0.55% dan kembali pada tahun 2010 sampai
2012 sebesar 4.92% dan kembali menururn pada tahun 2013 sebesar 0.11%
kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2014 sebesar 0.12%. Pada Bank
Muamalat Tbk mengalami fluktuasi yaitu pada tahun 2009 sampai 2010 mengalami
penurunan sebesar 0.41% dan kembali pada tahun 2010 sampai 2012 mengalami
9
penurunan sebesar 2.23% dan kembali meningkat pada tahun 2013 sampai 2014
sebesar 1.97%. Hubungannya dengan tingkat bagi hasil yang sudah dijelaskan
diatas bahwa sesuai dengan teori menyatakan jika bank dikatakan mempunyai NPF
tinggi maka bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat
pengembalian kredit macet, maka sebaliknya semakin rendah NPF maka bank
tersebut akan semakin mengalami keuntungan terhadap pendapatan bagi hasil
(Rivai,2010).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengaruh ROA, BOPO
dan NPF terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank
Umum Syariah.
1.2
Perumusan Masalah
Adapun uraian diatas penulis menguraikan beberapa permasalahan sebagai
berikut: Apakah return on asset ,biaya operasional pendapatan operasional dan non
performing financing berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah
pada bank umum syariah di indonesia periode 2009-2014 ?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah Return On Asset (ROA),Biaya
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan Non Performing Financing
(NPF)berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap tingkat bagi hasil
deposito mudharabah pada bank umum syariah.
10
1.4
Manfaat Penelitian
1. Bagi Perbankan, penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan dalam
pengambilan keputusan yang akan diambil tterhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat bagi hasil sehingga kegiatan perbankan tetap
berjalan.
2. Bagi Nasabah dan Investor, diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan informasi ketika memilih produk bank syariah, sehingga
nasabah dan investor mempunyai gambaran tentang bagaimana kondisi
perbankan yang dapat menguntungkan bagi mereka.
3. Bagi Peneliti, dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman
dalam bidang penelitian dan merupakan wujud daari aplikasi ilmu
pengetahuan yang didapat selama perkuliahan.
11