Pengaruh Return on Asset, Biaya Operasional Pendapatan Operasional dan Non Performing Financing Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Tinjauan Teoritis

2.1.1

Pengertian Bank
Menurut Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan yang

dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak. Menurut Kuncoro (2002:68) teori dan aplikasi definisi dari bank
adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dan
menyalurkan dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang.
Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok
perbankan, sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa bank lainnya hanyalah

merupakan pendukung dari kedua dari kegiatan diatas. Keuntungan utama dari
bisnis perbankan yang berdasarkan prinsip konvensional diperoleh dari selisih
bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau
kredit yang disalurkan. Keuntungan dari selisih bunga ini di bank dikenal dengan
istilah spread based. Apabila suatu bank mengalami suatu kerugian dari selisih
bunga, dimana suku bunga simpanan lebih besar dari suku bunga kredit, maka
istilah ini dikenal dengan nama negatif spread. Menurut (Kasmir 2010:18) dalam
praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan

12

berdasarkan segi fungsi , segi kepemilikan, segi status, dan segi cara menentukan
harga antara lain sebagai berikut :
a.

Dilihat dari segi fungsinya
Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan No.14 Tahun 1967 jenis-jenis

perbankan menurut fungsinya terdiri dari :Bank Umum, Bank Pembangunan, Bank
Tabungan, Bank Pasar, Bank Desa, Lumbung Desa, Bank pegawai dan bank

lainnya.
Namun setelah keluar Undang-Undang Pokok Perbankan No.7 Tahun 1992
dan ditegaskan lagi dengan dikeluarkannya Undang-Undang RI No.10 Tahun 1998
maka jenis perbankan berdasarkan fungsinya terdiri dari :
1. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiataan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran
2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.
b.

Dilihat dari segi kepemilikannya
Ditinjau dari segi kepemilikannya maksudnya adalah siapa saja yang

memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan
penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank dilihat dari
segi kepemilikan adalah Bank milik swasta nasional, bank milik koperasi, bank
milik asing dan bank milik campuran


13

c.

Dilihat dari segi status
Jenis bank dilihat dari segi status adalah sebagai berikut:
1. Bank devisa
Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar
negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara
keseluruhan, misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri,
travellers cheque, pembukuaan dan pembayaran letter of creditdan
lainnya.
2. Bank non devisa
Bank non devisa adalah bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat
melaksanakan transaksi seperti hanya bank devisa.

d.


Dilihat dari segi cara menentukan harga
Jenis bank ini dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga, baik

harga jual maupun harga beli terbagi dalam 2 kelompok yaitu :
1. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional (Barat)
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa itu adalah bank yang
berorientasi pada prinsip konvensional. Bank yang berdasarkan prinsip
konvensional menggunakan dua metode, yaitu
a. Menetapkan bunga sebagai harga untuk produk simpanan, seperti giro,
tabungan maupun deposito. Demikian pula harga untuk produk
pinjamannya dan ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu.

14

b. Untuk

jasa-jasa

bank


lainnya

pihak

perbankan

konvensional

menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau
persentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee
based.
2. Bank yang berdasarkan prinsip syariah (Islam)
Bank berdasarkan prinsip syariah belum lama berkembang di Indonesia.
Namun diluar negeri terutama di negara-negara Timur Tengah seperti Mesir
atau di Pakiistan bank yang berdasarkan prinsip syariah sudah berkembang
pesat sejak lama. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam
penentuan harga produknya sangat berbeda dengan bank berdasarkan prinsip
konvensional.

2.1.2 BankSyariah

Pasal 1 Undang-Undang No.21 Tahun 2008 menyatakan bahwa perbankan
syariah adalah sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha
syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Menurut Ascarya (2007:30) bank islam atau di
Indonesia disebut dengan bank syariah merupakan lembaga keuangan yang
berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor rill melalui aktivitas
kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip syariah, yaitu
aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang
dinyatakan sesuai nilai-nilai syariah yang bersifat makro maupun mikro.

15

Menurut Rivai (2008:77) Islamic banking adalah bank yang beroperasi
sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada dalam ajaran islam, berfungsi sebagai badan
usaha yang menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat, atau sebagai perantara
keuangan.Secara umum bahwa bank syariah bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum
Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS).

Menurut Islam (2011:53) bank umum syariah (BUS) adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dan Unit Usaha Syariah (UUS)
adalah unit kerja dari BUK yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor yang
melaksanakan kegiata usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja dikantor
cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang berfungsi sebagai
kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah. Unit Usaha
Syariah (UUS) merupakan unit usaha yang masih dibentuk oleh bank konvensional,
akan tetapi dalam aktivitasnya menjalankan kegiatan perbankan berdasarkan prinsip
syariah, serta melaksanakan kegiatan lau lintas pembayaran. Unit usah syariah tidak
terdiri sendiri seperti halnya bank umum syariah yang berdiri sendiri, akan tetapi
unit usaha syariah masih menjadi bagian dari bank konvensionalnya. Unit usaha
syariah merupakan divisi tersendiri atau cabang tersendiri yang khusus melakukan
transaksi perbankan sesuai syariat Islam. Transaksi unit usaha syariah tetap
dipisahkan dengan transaksi yang terjadi di bank konevensionalnya. Unit usaha

16

syariah memberikan laporan secara terpisah atas aktivitas operasionalnya, meskipun
pada akhirnya dilakukan konsilidasi oleh induknya (bank konvensional).

Menurut Rivai dan Permata (2008:78) bank syariah sebagai lembaga
intermediasi antara pihak investor(pihak yang memiliki kelebihan dana)
menginvestasikan dananya di bank, selanjutnya bank syariah menyalurkan dananya
kepada pihak lain yang membutuhkan dana. Imbalan yang diberikan kepada para
investor sangat tergantung pada pendapatan yang diperoleh atas pengelolahan atau
penyaluran dana yang dilakukan oleh bank syariah, khususnya pendapatan yang
telah diikuti aliran kas masuk sehingga dari bulan ke bulan berikutnya
penghasilannya selalu sama. Prinsip Islam yang dimaksud adalah perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank, pihak lain untuk penyimpanan dan atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai syariah,
antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan
berdasarkan penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan
memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan
prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan
kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa
iqtina).
Menurut Rivai dan Permata (2008:80) ada beberapa pandangan tentang
tujuan islamic banking didirikan. Secara garis besar pandangan tentang tujuan bank
syariah didirikan. Secara garis besar pandangan itu dikategorikn dalam dua bentuk,
yaitu pandangan yang dikemukanoleh para teoretis dan praktis ekonomi islam.

Menurut teoretis ekonomi Islam, Sutan Remy Sjahdeini, adalah perbankan yang

17

menyediakan fasilitas dengan cara mengupayakan instrumen-isntrumen yang sesuai
dengan ketentuan dan norma-norma syariah. Perangkat-perangkat tersebut bertujuan
untuk memberikan keuntungan-keuntungan sosio ekonomis bagi orang-orang
muslim, bukan semata-mata ditujukan untuk memaksimalkan keuntungan yang
diperoleh, sebagaimana yang menjadi tujuan perbankan konvensional. Pandangan
yang serupa menurut M. Umer Chapra, bahwa Islamic Banking bertujuan untuk
meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat islam yang sesuai
dengan nilai-nilai islam. Oleh karenanya, Islamic Banking harus sungguh-sungguh
dalam menyiapkan pirantinya yang menekankan bahwa pembiayaan yang
disediakannya tidak akan meningkatkan konsentrasi kekayaan konsumsi.

2.1.3 Fungsi Bank Syariah
Yang menjadi fungsi utama bank syariah adalah menghimpun dana dari
masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana, dan
juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa perbankan syariah.


2.1.3.1 Penghimpunan Dana dari Masyarakat
Menurut Wiroso (2005:33) fungsi bank syariah yang pertama adalah
menghimpun dana dari masyarakat yang memilik kelebihan dana. Bank syariah
menghimpun dana dalam bentuk titipan dengan menggunakan prinsip wadiah dan
dalam bentuk investasi dengan menggunakan prinsip mudharabah.
a.

Penghimpunan dana dengan prinsip Wadiah
Wadiah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan dikembalikan setiap
saat apabila nasabah bersangkutan menghendaki. Prinsip wadiah yang lazim

18

digunakan dalam perbankan syariah adalah wadiah yad-dhamanah. Prinsip
ini dapat diterapakan dalam produk penghimpunan dana pihak ketiga antara
lain giro wadiah dan tabungan wadiah. Giro wadiah adalah titipan pihak
ketiga pada bank syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu ATM, sarana perintah
pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahanbukuan.
b.


Penghimpunan dana dengan prinsip Mudharabah
Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis perkongsian, dimana pihak
shahibul mual menyediakan dana dan pihak mudharabah bertanggung jawab
atas pengelolahan usaha. Pembagian keuntungan hasil usaha sesuai nisbah
bagi hasil yang disepakati bersama sejak awal. Jika terjadi kerugian,
shahibul maal akan menanggung kerugian tersebut sedangkan jika terjadi
kerugian akibat dari kelalaian mudharabah maka kerugian ditanggung
mudharib. Dana dengan prinsip mudharabah merupakan dana investasi
sehingga bank syariah berbagai hasil hanya kepada pemilik dana yang
mempergunakan prinsip mudharabah dan bank syariah tidak berbagai hasil
dengan pemilik dana dengan prinsip wadiah merupakan titipan. Besarnya
pendapatan yang diterima oleh pemilik dana mudharabah merupakan
sebagian dana pendapatan yang diterima secara tunai dari penyaluran dana
yang dilakukan oleh bank syariah.
Mudharabah terdiri atas dua jenis yaitu mudharabh muthlaqah (investasi

tidak terikat) dan mudharabah muqayyadah (investasi terikat).
1. Mudharabah muthlaqah

19

Mudharabah

muthlaqah

adalah

mudharabah

dimana

memberikan

kebebasan kepada pengelola dana (mudharib)untuk mempergunakan dana
tersebut dalam usaha yang dianggapnya baik dan menguntungkan. Namun
pengelola tetap bertanggung jawab untuk melakukan pengelolaan sesuai
dengan praktik kebiasaan usaha normal yang sehat (uruf).
2. Mudharabah muqayyadah
Mudharabah muqayyadah adalah Mudharabah dimana pemilik dana
memberikan batasan kepada pengelolah dana (mudharib) mengenai tempat,
cara, dan objek investasi, misalnya pengelolah dana(mudharib) dapat
diperintahkan untuk tidak mencampurkan dana pemilik dengan dana
lainnya, tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan,
tanpa penjamin atau tanpa jaminan atau mengharuskan pengelola dana untuk
melakukan investasi sendiri tanpa melalui pihak ketiga. Menurut Wiroso
(2005:46) prinsip mudharabah ini dapat diaplikasikan dalam kegiatan usaha
perbankan syariah untuk produk tabungan mudharabah dan deposito
mudharabah.
a. Tabungan mudharabah
Tabungan mudharabah adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat
ditarik dengan cek atau dapat dipersamakan dengan itu. Bank syariah
akan membayar bagi hasil kepada nasabah setiap akhir bulan sebesar
sesuai dengan nisbah yang telah diperjanjikan pada saat pembukaan
rekening tabungan mudharabah. Bagi hasil yang diterima nasabah akan

20

selalu berubah pada akhir bulan karena adanya fluktuasi pendapatan
bank syariah dan fluktuasi dana tabungan nasabah.
b. Deposito mudharabah
Deposito mudharabah merupakan simpanan dana dengan akad
mudharabah dimana pemilik dana (shahibul maal) mempercayakan
danaya untuk dikelola bank (mudharib) dengan bagi hasil dengan
nisbah yang disepakati sejak awal.
2.1.3.2 Penyaluran Dana Kepada Masyarakat
Fungsi bank syariah yang kedua adalah menyalurkan dana kepada
masyarakat yang membutuhkan dana. Bank syariah dapat menyalurkan dana dalam
bentuk pembiayaan jual beli, pembiayaan kerja sama usaha (investasi), dan
pembiayaan sewa menyewa. Menurut Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun
1998, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
a.

Pembiayaan jual beli
Menurut Ismail (2011:138) pembiayaan yang menggunakan akad jual beli

dikembangkan di bank syariah dalam 3 jenis pembiayaan antara lain yaitu :
1.

Pembiayaan murabahah
Jual beli dengan akad murabahah adalah jual beli atas barang tertentu,
dimana penjual menyebutkan harga pembeliaan barang kepada pembeli
kemudian

menjual

kepada

pihak

pembeli

dengan

mensyaratkan

21

keuntungan yang diharapkan sesuai jumlah tertentu. Bank menyediakan
barang yang dibutuhkan oleh nasabah dengan membeli barang dari
supplier, kemudian menjulanya kepada dengan harga yang lebih tinggi
2. Pembayaran istishna
Jual beli dengan akad istishna adalah akad kontark jual beli barang antara
dua pihak berdasarkan pesanan dari pihak lain, dan barang pesanan akan
diproduksi sesuai spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya dengan
harga dan cara pembayaran yang disetujui terlebih dahulu. Mekanisme
pembayaran istishna dapat dilakukan dengan cara 3 cara, yaitu pembayaran
dimuka pada saat akad sebelum aset istishna diserahkan oleh bank syariah
kepada nasabh, pembyaran dilakukan pada saat penyerahan barang ketika
barang diterima oleh nasabah, pembayaran setelah aset istishna diserahkan
oleh bank kepada nasabah.
3. Pembiayaan salam
Jual beli dengan akd salam adalah akad jual beli barang pesanan antara
pembeli dan penjual dengan pembayaran dilakukan pada saat akhir
kontrak.
b.

Pembiayaan kerjasama usaha (Investasi)
Menurut Ismail (2011:167) pembiayaan kersa sama usaha merupakan

aktivitas penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa kerja
sama usaha antara bank syariah dan pihak yang membutuhkan modal untuk
meningkatkan volume usahanya. Pembiayaan yang menggunakan konsep kerja

22

sama usaha dibedakan menjadi pembiayaan mudharabah dan pembiayaan
musyarakah.
1. Pembiayaan mudharabah
Pembiayaan mudharabah merupakan akad pembiayaan antara bank
syariah sebagai shahibul maal dan nasabah sebagai mudharib untuk
melaksanakan kegiatan usaha, dimana bank syariah memberikan modal
sebanyak 100% dan nasabah menjalankan usahanya. Perhitungan
pembiayaaan mudharabah, dibagi menjadi dua, yaitu revenue sharing dan
profit loss sharing.
2. Pembiayaan musyarakah
Pembiayaan musyarakah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak
atau lebih dalam menjalankan usaha, diaman masing-masing piahk
menyertakan modalnya sesuai kesepakatan, dan bagi hasil atau usaha
bersama diberikan sesuai kontribusi dana atau sesuai kesepakatan bersama.
c.

Pembiayaan sewa menyewa
Menurut Ismail (2011:160) pembiayaan sewa menyewa terbagi menjadi

pembiayaan ijarah dan pembiayaan ijarah muntahiya bittamlik.
1.

Ijarah
Ijarah adalah kontrak sewa antara pihak yang menyewahkan dan pihak
penyewa, dimana pihak penyewa harus membayar sewa sesuai dengan
perjanjian dan pada saat jatuh tempo, aset yang disewakan harus
dikembalikan kepada pihak yang menyewakan.

2. Ijarah muntahiya bittamlik

23

Ijarah muntahiya bittamlik adalah perjanjian sewa antara pihak pemilik asset
tetap dan penyewa, atas barang yang disewakan, penyewa mendapat hak
opsi untuk membeli objek sewa pada saat masa sewa berakhir.
2.1.4 Tujuan Bank Syariah
Berdirinya sebuah bank syariah memiliki ntujuan sebagai berikut :
1.

Menyediakan

lembaga

keuangan

perbankan

sebagai

sarana

meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat banyak.
2.

Meningkatkan

partisipasi

masyarakat

banyak

dalam

proses

pembangunan terutama di bidang ekonomi keuangan.
3.

Berkembangnya lembaga bank dan sistem perbankan yang sehat
berdasarkan efisiensi dan keadilan akan mampu meningkatkan
pertisipasi

masyarakat

sehingga

mengalahkan

usaha

ekonomi

masyarakat banyak dengan antara lain memperluas jaringan lembaga
keuangan perbankan ke daerah-daerah terpencil.
4.

Mendidik dan membimbing masyarakat untuk berpikir secara ekonomis,
berprilaku bisnis dalam meningkatkan kualitas hidup mereka.

5.

Berusaha membuktikan bahwa konsep perbankan islam menurut syariah
islam dpat beroperasi, tumbuh dan berkembang melebihi bank-bank
dengan sistem lain.

2.1.5 Sistem Syariah
Perbedaan sistem bank syariah dengan bank konvensional dapat dilihat dari
tabel 2.1 berikut:

24

No.

Perbedaan

Tabel 2.1
Perbedaan bank syariah dan bank konvensional
Bank syariah
Bank konvensional

1

Falsafah

Tidak berdasarkan bunga

Berdasarkan bunga

2

Operasional

- Dana masyarakat berupa titipan
investasi yang baru akan
mendapatkan hasil jika
diusahakan terlebih dahulu
- Penyaluran pada usaha yang
halal dan menguntungkan.

- Dana masyarat berupa simpanan
yang harus dibayar bunganya pada
saat jatuh tempo.
- Penyaluran pada setror yang
menguntungkan tanpa
memperhitungkan halal atau tidak.

3

Aspek sosial

Dinyatakan secara eksplisit dan
tegas yang tertuang dalam visi
dan misi.

Tidak diketahui secara tegas.

4

Organisasi

Harus memiliki dewan pengawas
syariah.

Tidak memiliki dewan pengawas
syariah.

Sumber : Sudarsono,(2004:42)

2.1.6 Sistem Bagi Hasil
Menurut Ascarya (2006:26) bagi hasil adalah sistem pembagian hasil usaha
dimana pemilik modal bekerjasama dengan pemilik modal untuk melakukan
kegiatan usaha. Apabila kegiatan usaha menghasilkan keuntungan maka dibagi
berdua dan ketika mengalami kerugian ditanggung bersaama pula. Sistem bagi hasil
menjamin adanya keadilan dan tidak ada pihak yang tereksploitasi. Sistem
perekonomian islam merupakan masalah berkaitan dengan hasil usaha harus
ditentukan pada awal terjadinya kontrak kerjasama (akad), yang ditentukan adalah
porsi masing-masaing pihak, misalnya 40:60 yang berarti bahwa hasil usaha yang
diperoleh akan didistribusikan pemilik dana (shahibul mal) dan 60% bagi pengelola
dana (mudharib). Bagi hasil adalah bentuk dari return (perolehan kembalinya) dari
kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap. Besar kecilnya
perolehan kembali itu tergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi.

25

Bagi hasil juga merupakan suatu sistem yang meliputi pembagian hasil
usaha antara pemodal dan pengelola dan pembagian hasil usaha. Nisbah bagi hasil
merupakan nisbah dimana para nasabah mendapatkan hak atas laba yang disisihkan
kepada simpanan mereka karena simpanan masing-masing diperguunakan oleh
bank dengan menguntungkan.
Menurut M Syafi’I Antonio (2001:139) ada dua faktor yang mempengarui
tingkat bagi hasil yaitu :
a.

Faktor Langsung
Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat bagi hasil :
1) Investment rate adalah merupakan presentase actual yang diinvestasikan
dari total dana. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan
merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk
diinvestasikan.
2) Nisbah (profit sharing ratio)
a) Salah satu ciri al-mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan
disetujui pada awal perjanjian.
b) Nisbah antara bank dengan bank lainnya dapat berbedaa.
c) Nisbah dapat juga berbeda dari waktu kewaktu dalam bank, misalnya
deposito 1 bulan, deposito 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan.
d) Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dengan account yang
lainnya sesuai dengan besaarnya dana dan jatuh temponya.

b.

Faktor tidak langsung
1) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah

26

a) Bank dan nasabah melakukan share dalam pendaapatan dan biaya.
Pendaapatan yang dibagikan merupakan pendapatan yang diterima
dikurangi biaya-biaya.
b) Jika semua biaya ditanggung bank, maka hal ini disebut revenue
share.
2) Kebijakan akunting (prinsip dan metode akuntansi)
Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berbagai aktivitas
yang ditetapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan
dan biaya.
Perbedaan sistem bagi hasil pada bank syariah dengan sistem bunga pada
bank konvensional dapat dilihat tabek 2.2 sebagai berikut.
Tabel 2.2
Perbedaan Sistem Bunga dan Bagi Hasil
Bagi hasil
Bunga
Penentuan bagi hasil dibuat sewaktu
perjanjian dengan berdasarkan
untung/rugi.

Penentuan bunga dibuat sewaktu
perjanjian tanpa berdasarkan kepada
untung/rugi.

Jumlah nisbah bagi hasil berdasarkan
jumlah keuntungan yang telah dicapai

Jumlah persen bunga berdasarkan
jumlah uang (modal) yang ada.

Bagi hasil tergantung pada hasil proyek,
jika proyek tidak mendapatkan
keuntungan atau mengalami kerugian,
resikonya ditanggung oleh kedua belah
pihak.
Jumlah pemberian hasil keuntungan
meningkat sesuai dengan peningkatan
keuntungan yang di dapat.

Pembayaran bunga tetap seperti
perjanjian tanpa diambil pertimbangan
apakah proyek yang dilaksanakan pihak
kedua untung atau rugi.

Penerimaan/pembagian keuntungan
adalah halal.

Pengambilan/pembayaran bunga adalah
haram.

Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat walaupun jumlah keuntungan
berlipat ganda.

Sumber : Amir machmud dan Rukmana (2010)

27

2.1.7

Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah

2.1.7.1. Pengertian Deposito
Menurut Danupranata (2013:89) deposito adalah simpanan untuk jangka
waktu tertentu yang dapat diambil setelah jatuh tempo. Menggunakan bilyet sebagai
tanda bukti simpanan, yang mendapatkan bagi hasil yang dibayarkan setiap akhir
bulan. Bank dan nasabah masing-masing mendapatkan keuntungan. Keuntungan
bagi bank dengan menghimpun dana lewat deposito adalah uang yang relative lama,
mengingat deposito menggunakan jangka waktu yang relative panjang dan
frekuensi yang relative lebih leluasa melempar uang tersebut untuk kegiatan yang
produktif. Sedangkan nasabah deposan akan mendapatkan keuntungan bagi hasil
yang besarnya sesuai dengan nisbah bagi hasil yang disepakati di awal perjanjian
(Anshori 2007:93).
Menurut Karim (2006:303) deposito menggunakan bilyet sebagai tanda
bukti simpanan, yang mendapatkan bagi hasil yang dibayarkan setiap akhir bulan.
Selain giro dan tabungan, produk perbankan syariah lainnya yang termasuk produk
penghimpunan dana (funding) adalah deposito. Berdasarkan Undang-undang No 10
Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang No 7 Tahun 1992 tentang
perbankan, yang dimaksud dengan deposito berjangka adalah simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu menurut perjanjian
antara penyimpanan dengan bank yang bersangkutan. Adapun deposito syariah
adalah deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan
Syariah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa deposito
yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah.

28

2.1.7.2 Deposito Mudharabah
Menurut Firdaus dan Maya (2009:44) deposito merupakan simpanan
berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Sedangkan deposito
mudharabah adalah dana nasabah yang disimpan dibank dimana pengambilannya
berdasarkan jangka waktu yang telah ditentukan, dengan bagi hasil keuntungan
sesuai dengan nisbah atau presentase yang telah disepakati bersama. Periode daalam
deposito syariah sama dengan deposito pada bank konvensional, yaitu berjangka 1
bulan, 3 bulan, 6 bulan, atau 12 bulan.
Menurut Karim (2006:304) dalam penghimpunan dana oleh bank syariah
melalui produk berupa deposito biasanya didasarkan pada akad mudharabah
mutlaqah, yaitu pemilik dana tidak memberikan batasan atau persyaratan tertentu
kepada bank syariah dalam mengelola investasinya, baik yang berkaitan dengan
tempat, cara maupun objek investasinya. Dengan kata lain bank syariah
mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana
mudharabah mutlaqah ini ke berbagai sektor

bisnis yang diperkirakan akan

memperoleh keuntungan. Berdasarkann pada fatwa DSN-MUI ini deposito yang
dibenarkan secara syariah adalah yang berdasarkan prinsip mudharabah dengan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1.

Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik
dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.

2.

Dalam kapasitasnya sebaagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai
macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan

29

mengembangkannya, termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak
lain.
3.

Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tuanai dan
bukan piutang.

4.

Return pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening.

5.

Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

6.

Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan.

2.1.7.3 Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Menurut Tarsidin (2010:26) tingkat bagi hasil mudharabah adalah tingkat
kembalian atas investasi nasabah bank dalam bentuk deposito yang diperoleh
tergantung atas seberapa nisbah yang disepakati oleh nasabah dan bank. Nisbah
bagi hasil nasabah dan nisbah bagi hasil bank bukanlah laba yang disisihkan untu
deposito masing-masing nasabah yang digunakan bank untuk pembiayaan yang
menguntungkan. Sementara nisbah bagi hasil adalah nisbah dimana bank
mendapatkan hak atas laba yang disisihkan pengusaha atas dana-dana mudharabah
yang digunakan untuk pembiayaan. Untuk perhitungan bagi hasil bank melakukan
perhitungan dengan saldo akhir bulan dan saldo rata-rata harian.
1. Perhitungan saldo akhir bulan
Keseluruhan dana yang dikelola oleh bank akan dikelompokkan berdasarkan
jenisnya misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan
2. Perhitungan saldo dengan rata-rata harian

30

Saldo rata-rata harian bersangkutan masing-masing jenis dana, namun tidak
seluruh dana yang dapat disalurkan oleh bank, karena bank harus
menyimpan 5% dari dana ini bank ini menyimpan giro wajib minimum
(GWM)
2.1.8

Return On Asset (ROA)
Menurut Harahap (2011:305) menyatakan return on asset adalah rasio yang

menggambarkan perputaran aktiva diukur dari total aktiva. Rasio ini semakin besar
maka semakin baik, salah satu hal yang paling penting untuk melihat prospek dari
suatu perusahaan dimasa yang akan datang dapat dilihat dari return on asset.
Apabila rasio return on asset dari suatu perusahaan mengalami kenaikan maka
kinerja perusahaan dianggap baik dan akan meningkatkan daya tarik investor untuk
menanamkan modalnya diperusahaan tersebut secara otomatis harga saham
perusahaan tersebut akan mengalami kenaikan, sebaliknya apabila rasio return on
asset suatu perusahaan mengalami penurunan maka perusahaan tersebut akan
dianggap mempunyai kinerja yang buruk oleh investor sehingga investor tidak akan
menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Untuk melihat besarnya rasio return
on asset dari suatu perusahaan dapat digunakan rumus sebagai berikut:
ROA =
2.1.9

Laba bersih

Rata−rata total asset

x100%

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Menurut Ghozali (2007:97) biaya operasional terhadap pendapatan
operasional (BOPO) adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas
operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya.
Berbagai angka dalam neraca. Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara

31

biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio biaya operasional digunakan
untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasi. Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam
mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka
keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.
BOPO =

Biaya operasional

Pendapatan operasional

x100%

Rasio biaya operasional merupakan upaya bank untuk meminimalkan resiko
operasional yang merupakan ketidakpastian mengenai kegiatan usaha bank. Resio
operasional berasal dari kerugian operasional bila terjadi penururnan keuntungan
yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank, dan kemungkinan terjadinya
kegagalan atas jasa-jasa dan produk-produk yang ditawarkan.
2.10

Non Performing Financing (NPF)
Non performing financing(NPF) pada bank konvensional merupakan rasio

keuangan yang berkaitan dengan resiko kredit. Menurut Rivai (2006:476) non
performing financing menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola
pembiayaan bermasaalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio
ini maka akan semakin buruk kualitas kredit yang menyebabkan jumlah kredit
bermasalah semakin besar, maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi
bermasalah semakin besar. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang
lancar, diragukan dan macet. Rasio ini daapat dirumuskan sebagai berikut:
BOPO =

Pembiayaan Bermasalah
Total pembiayaan

x 100%

32

2.2

Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan tingkat bagi hasil

deposito mudharabah syariah sebagaimana diuraikan sebagai berikut:

No
1

Peneliti
Amelia, 2011

Tabel 2.3
Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian
Variabel
Pengaruh Current
Asset Ratio(CAR),
Financing Debt
Ratio(FDR) dan
Non performing
Financing (NPF)
terhadap Return
Bagi Hasil
Deposito
Mudharabah

Dependen :
Return Bagi Hasil
Deposito
Mudharabah

Independen :
-Current Asset
Ratio (CAR)
- Financing Debt
Ratio(FDR)

Hasil Penelitian
Secara simultan variabel
CAR, NPF, FDR
mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap
RBH deposito
mudharabah, sedangkan
secara parsial dapat
disimpulkan semua
variabel CAR, NPF,
FDR, berpengaruh
terhadap RBH deposito
mudharabah.

- Non performing
Financing (NPF)

33

Lanjutan Tabel 2.3
2
Iskandar,2014

3

4

Ulfah, 2012

Edhi, 2012

Pengaruh Return on
Asset (ROA), Return
on
MudharabahDeposito
(ROMD),Biaya
Operasional
Pendapatan
Operasional (BOPO),
Financing Debt Ratio
(FDR), Tingkat Bagi
Hasil Deposito
Mudharabah
terhadap Tingkat
Bagi hasil Ekuitas.

Pengaruh Pendapatan
Bank, Dana Pihak
Ketiga(DPK), Return
on Asset (ROA)
terhadap
Profit
Sharing
Deposito
Mudharabah

PengaruhSuku bunga,
Inflasi, Current Asset
Ratio (CAR), Biaya
Operasional terhadap
Pendapatan
Operasional (BOPO)
terhadap
Net
Performing
Financing(NPF)

Dependen:
Tingkat Bagi hasil
Ekuitas
Independen :
- Return on Asset
(ROA)
-Return on
MudharabahDeposito
(ROMD)
- Biaya Operasional
terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO)
- Financing Debt
Ratio (FDR)
- Tingkat Bagi Hasil
Deposito
Mudharabah
.

Dependen :
Profit Sharing
Deposito
Mudharabah
Independen :
-Pendapatan Bank,
-Dana Pihak
Ketiga(DPK) -Return
on Asset (ROA)
Dependen :
Profitabilitas Syariah
(ROA)
Independen :
- Suku bunga
-Inflasi
- Current Asset Ratio
(CAR)
-Biaya Operasional
terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO)

Secara parsial variabel
ROA, dan BOPO
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
tingkat bagi hasil deposito
mudharabah (ROMD),
sedangkan FDR tidak
berpengaruh terhadap
tingkat bagi hasil deposito
mudharabah. Secara
parsial
variabel ROA dan BOPO
berpengaruh negatif
signifikan terhadap tingakt
pengembalian
ekuitas, sedangkan secara
bersama-sama ROA, FDR,
dan BOPO berpengaruh
terhadap tingkat bagi hasil
deposito mudharabah dan
pengembalian ekuitas.
Dapat disimpulkan bahwa
pendapatan bank, DPK,
dan ROA berpengaruh
signifikan terhadap profit
sharing deposito
mudharabah.

Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
variabel suku bunga tidak
berpengaruh terhadap
ROA, inflasi tidak
berpengaruh terhadap
ROA, CAR tidak
berpengaruh terhadap
ROA dan NPF juga tidak
berpengaruh terhadap
ROA. Sedangkan variabel
BOPO berpengaruh
signifikan dengan arah
negatif.

34

Lanjutan Tabel 2.3
5
Mesra, 2014

6

7

Nurul, 2014

Suhrowardi, 2010

Pengaruh Current
Asset Ratio (CAR),
Financing Debt
Ratio (FDR), Non
Performing
Financing(NPF)
-Biaya
Operasional
Pendapatan
Operasional
(BOPO), Inflasi,
Return on Asset
(ROA),
Suku
Bunga
terhadap
Return Bagi hasil
Deposito
Mudharabah
Pengaruh Return
on Asset (ROA),
Biaya Operasional
Pendapatan
Operasional
(BOPO), Non
Performing
Financing(NPF),
Financing Debt
Ratio (FDR)
terhadap tingkat
bagi hasil deposito
mudharabah bank
umum syariah.
Pengaruh
Financing to
Defosito Ratio
(FDR), Retun On
asset (ROA)
terhadap tingkat
bagi hasil deposito
mudharabah pada
PT. Bank
Muamalat
Indonesia

Dependen :
Return Bagi
Deposito
Mudharabah

hasil

Independen :
-Current Asset Ratio
(CAR)
-Financing Debt
Ratio (FDR)
-Non Performing
Financing(NPF)
-Biaya Operasional
Pendapatan
Operasional (BOPO)
-Inflasi
-Return on Asset,
Suku Bunga
Dependen :
- Bagi hasil deposito
mudharabah
Independen :
- Return on Asset
(ROA)
-Biaya Operasional
Pendapatan
Operasional (BOPO),
-Non Performing
Financing(NPF),
Financing Debt Ratio
(FDR)
Dependen :
- Tingkat bagi hasil
Independen :
- Return on Asset
(ROA)
- Financing to
Defosito Ratio (FDR)

Hasil menunjukkan bahwa
secara simultan CAR,
FDR, NPF, BOPO, inflasi,
ROA, Tingkat Suku Bunga
berpengaruh
terhadaap
return bagi hasil deposito
mudharabah,
hal
ini
ditunjukkan dengan nilai
simultan. Hasil uji parsial
CAR, BOPO, FDR, NPF,
ROA, inflasi dan tingkat
suku bunga tberpengaruh
negatif terhadap tingkat
bagi
hasil
deposito
mudharabah

Hasil menunjukkan uji
simultan ROA, BOPO,
NPF
dan
FDR
berpengaruh
terhadap
tingkat bagi hasil deposito
mudharabah,
sedangkan
hasil uji parsial bahwa
ROA, BOPO, NPF dan
FDR memiliki negatif dan
tidak signifikan terhadap
tingkat bagi hasil deposito
mudharabah

Hasil menunjukkan
uji
simultan ROA, BOPO,
NPF
dan
FDR
berpengaruh
terhadap
tingkat bagi hasil deposito
mudharabah,
sedangkan
uji parsial bahwa ROA,
BOPO, NPF dan FDR
memiliki
negatif
dan
signifikan terhadap tingkat
bagi hasil deposito
mudharabah

35

2.3

Kerangka Konseptual
Menurut Sugiyono (2008:89) kerangka konseptual merupakan penjelasan

tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah
dideskripsikan. Seorang peneliti harus terlebih dahulu menetapkan variabel-variabel
penelitian sebelum memulai pengumpulan data. Hal ini tertuang dalam kerangka
konsep dengan menetapkan variabel, sehingga akan memudahkan sipeneliti untuk
melaksanakan penelitiannya.
Menurut Wijaya (2009:118) Return on Asset (ROA) rasio ini untuk
mengukur

kemampuan

perusahaan

dalam

menghasilkan

pendapatan

dari

pengelolahan asset. Rasio return on asset (ROA) berpengaruh terhadap return bagi
hasil, rasio ini semakin tinggi maka akan semakin baik terhadap perusahaan.
Semakin

meningkat Return on Asset (ROA) maka pendapatan bank juga

meningkat, dengan adanya peningkatan pendapatan bank maka tingkat bagi hasil
yang diterima oleh nasabah juga meningkat. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa semakin tinggi ROA maka semakin tinggi bagi hasil yang diterima nasabah.
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) rasio ini sering disebut
rasio efisiensi yaitu untuk mengukur kemampuan manajmeen bank dalam
mengendalikan biaya operasional terhadapa pendapatan operasional. Menurut
Nainggolan (2009) untuk mengukur efisiensi bank, salah satu indikator yang
dipakai adalah perbandingan antara beban operasional pendapatan operasional
(BOPO), semakin kecil rasio BOPO berarti semakin efisien beban operasional yang
dikeluarkan bank yang bersangukatan sehingga kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah semakin kecil. Apabila BOPO menurun maka pendapatan bank

36

meningkat. Dengan adanya peningkatan pendapatan bank maka tingkat bagi hasil
yang diterima oleh nasabah juga meningkat.
Non Performing Financing (NPF) menurut Rivai (2006:476) bahwa setiap
bank tidak mengharapkan terjadinya Non Performing Financing (NPF), namun
dalam kegiatan usaha, walaupun telah dilaksanakan dengan baik, pasti masih ada
resiko-resiko lain yang tidak terprediksi sebelumnya dalam perencanaan awal. NPF
menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan
bermasaalah yang diberikan oleh bank.
Berdasarkan tinjauan teoritis dan penelitian terdahulu, maka dapat disusun
kaitan antara Return on Asset (ROA), Biaya Operasional Pendapatan Operasional
(BOPO) dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Bagi Hasil Deposito
Mudharabah maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut :
Return on Asset (ROA)
(X1)
Tingkat Bagi
Hasil Deposito
Mudharabah

Biaya Operasional Pendapatan
Operasional (BOPO)
(X2)

(Y)

Non Performing Financing (NPF)
(X3)

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

37

2.4

Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitia ini adalah :

H1 : Return on Asset (ROA), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
dan Non Performing Financing (NPF) secara parsial berpengaruh terhadap
tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada bank umum syariah di
Indonesia.
H2 : Return on Asset (ROA), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
dan Non Performing Financing (NPF) secara simultan berpengaruh terhadap
tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada bank umum syariah di
Indonesia.

38

Dokumen yang terkait

Analisis inflasi, gross domestic product, net performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional, net margin terhadap return on asset perbankan syariah di Indonesia periode 2010-2013

0 4 111

Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah (Periode 2011-2015)

1 9 152

Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Return On Asset (ROA) (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode

1 16 131

PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA), BIAYA OPERASIONAL DAN PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO) DAN SUKU BUNGA TERHADAP TINGKAT BAGI HASIL SIMPANAN MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH.

0 2 23

PENGARUH CAPITAL EDEQUACY RATIO, FINANCING TO DEPOSITO RATIO, DAN NON PERFORMING FINANCING TERHADAP RETURN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA.

0 6 27

Pengaruh Return on Asset, Biaya Operasional Pendapatan Operasional dan Non Performing Financing Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 0 10

Pengaruh Return on Asset, Biaya Operasional Pendapatan Operasional dan Non Performing Financing Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 0 2

Pengaruh Return on Asset, Biaya Operasional Pendapatan Operasional dan Non Performing Financing Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 0 11

Pengaruh Return on Asset, Biaya Operasional Pendapatan Operasional dan Non Performing Financing Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 3 4

Pengaruh Return on Asset, Biaya Operasional Pendapatan Operasional dan Non Performing Financing Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 1 7