PENGARUH PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DILENGKAPI MEDIA BUKU SAKU DAN MIND MAP TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM KOLOID KELAS XI DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2013 2014 | Izza | Jurnal Pendidikan Kimia
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 1 Tahun 2015
Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Sebelas Maret
Hal. 189-195
ISSN 2337-9995
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia
PENGARUH PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING
AND LEARNING DILENGKAPI MEDIA BUKU SAKU DAN MIND
MAP TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA
MATERI POKOK SISTEM KOLOID KELAS XI
DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Hikma Nurul Izza1, Endang Susilowati2 dan Haryono2
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP UNS Surakarta, Indonesia
2
Dosen Program Studi Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP UNS Surakrta, Indonesia
*keperluan korespondensi, telp/fax: 087710203869, email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan Prestasi belajar siswa menggunakan
pembelajaran contextual teaching and learning menggunakan media buku saku dan mind map.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA 2 di SMA Negeri 1
Karanganyar tahun pelajaran 2013/ 2014 yang diambil dengan teknik cluster random sampling.
Analisis data penelitian ini menggunakan uji t-pihak kanan, data yang diperoleh sebelumnya
harus memenuhi uji prasyarat yaitu meliputi uji homogenitas, uji normalitas dan uji t-matching.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa prestasi belajar siswa pada materi pokok
sistem koloid menggunakan pembelajaran contextual teaching and learning dilengkapi dengan
media min map lebih baik dari pada pembelajaran contextual teaching and learning dilengkapi
dengan media buku saku, hal ini ditunjukan dari selisih rerata pretest-posttest kelas XI IPA 1
dan kelas XI IPA berturut-turut adalah 34,94 dan 28,41 ditinjau dari aspek kognitif. Tinjauan dari
aspek afektif ditunjukkan dari rerata kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA berturut-turut adalah 3,12
dan 3,01.
Kata Kunci :CTL, Buku saku, Mind Map, Koloid
PENDAHULUAN
Pendidikan memegang peranan
penting dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dewasa ini.
Proses pembelajaran merupakan aspek
yang terintegrasi dari proses pendidikan.
Pembelajaran
merupakan
proses
komunikasi dua arah antara pendidik
dan peserta didik. Namun dalam
kenyataannya pembelajaran yang sering
dijumpai adalah proses pembelajaran
komunikasi satu arah, artinya pendidik
saja yang aktif dalam menyampaikan
materi pelajaran sedangkan siswa pasif
menerima
apa
yang
pendidik
sampaikan. Proses belajar yang baik
mengharuskan siswa belajar secara
mandiri, siswa diharapkan mampu
memahami dan menguasai materi ajar
agar dapat berguna dalam kehidupan
nyata. Hal tersebut dapat memicu
© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia
terjadinya kebosanan pada siswa
sehingga kurangnya minat belajar siswa
dalam di kelas. Kurangnya minat belajar
siswa akan sangat berpengaruh pada
prestasi belajar.
Berdasarkan hasil wawancara
dengan
guru
SMA
Negeri
1
Karanganya, rata-rata pembelajaran
disana masih menggunakan metode
pembelajaran
konvensional
yaitu
metode ceramah. Sehingga para siswa
kurang antusias ketika pembelajaran
terlebih jika materi yang diajar berupa
teori seperti materi koloid. Menurut
beliau selama ini materi koloid hanya
sekedar
hafalan
tanpa
memvisualisasikan secara nyata materi
pelajaran yang sedang diajarkan,
padahal materi ini erat hubungannya
dengan konteks dunia nyata atau yang
berhubungan dengan aktifitas sehari-
189
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Hal. 189-195
hari. Terlebih materi koloid merupakan
materi ajar yang diajarkan pada akhir
semester
mendekati
ujian
akhir
semester
sehingga
waktu
yang
digunakan kurang cukup untuk proses
belajar
mengajar.
Selain
itu,
penyampaian mata pelajaran dengan
bahan ajar yang monoton dan tidak
menarik menimbulkan kejenuhan pada
diri siswa sehingga prestasi belajar
siswa kurang optimal. berfokus pada
sistem hafalan
Berkaitan dengan hal di atas,
perlu di upayakan suatu bentuk
pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik materi dan situasi serta
kondisi siswa. Model pembelajaran yang
sesuai dengan materi koloid adalah
pembelajaran contextual teaching and
learning. Pembelajaran ini merupakan
konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan
antara
materi
yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata
dan
mendorong
siswa
membuat
hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapan dalam
kehidupan
sehari-hari.
Sintaks
pembelajaran kontekstual yaitu terdapat
tujuh komponen. Komponen pertama
yaitu kontruktivisme yaitu pengetahuan
dibangun oleh siswa sedikit demi sedikit
yang hasilnya diperluas melalui konteks
yang
terbatas.
Kedua
adalah
questioning atau bertanya. Bertanya
dalam
pembelajaran
kontekstual
dipandang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing dan menilai
kemampuan berfikir siswa. Ketiga,
inquiry yaitu
Menemukan
sendiri
(inquiry)
yaitu
engetahuan
dan
ketrampilan siswa diperoleh dengan
cara menemukan sendiri. Keempat,
masyarakat
belajar
(learning
community)
yaitu
pembelajaran
diperoleh dari kerjasama dengan orang
lain. Hasil belajar diperoleh melalui
sharing antar teman maupun kelompok.
Kelima, pemodelan (modeling) yang
memiliki maksud adanya sumber
maupun media yang digunakan oleh
siswa secara langsung sehingga dari
model tersebut diharapkan dapat
menerapkan pengalaman yang telah
diperoleh dalam kehidupan nyata.
Keenam, Refleksi (reflection) adalah
© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia
cara berfikir tentang apa yang baru saja
dipelajari atau berfikir kebelakang
tentang apa yang sudah dilakukan.
Ketujuh adalah penilaian sebenarnya
(authentic assessment) yaitu proses
pengumpulan berbagai data yang bias
memberikan gambaran perkembangan
siswa. Penilaian berdasarakan data
yang diperoleh maupun pengamatan
saat siswa melakukan pembelajaran [1].
Konteks
pembelajaran
Contextual
Teaching
and
Learning
yaitu
mengaitkan materi dengan dunia nyata,
maka
diperlukan
penunjang
pembelajaran
yang
dapat
memvisualisasikan dunia nyata ke
dalam kelas dalam artian dibutuhkan
media pembelajaran yang agar siswa
dapat
lebih
memahami
materi
pembelajaran. Pada penelitian ini
menggunakan media buku saku dan
mind map.
Buku
saku
adalah
buku
berukuran kecil yang berisi tulisan dan
gambar-gambar. Struktur isinya seperti
buku pada umumnya yaitu terdapat
pendahuluan, isi, penutup hanya saja
penyajian isinya lebih singkat daripada
sebuah buku [2]. Buku saku hampir
sama dengan booklet hanya saja
ukurannya lebih kecil hingga bisa
dimasukkan kedalam saku. Pada buku
saku dilengkapi dengan gambar dan
ilustrasi gambar 2D yang berhubungan
dengan materi koloid sehingga siswa
lebih tertarik dan mengurangi kejenuhan
siswa saat membaca bahan ajar.
Media lain yang dipilih pada
penelitian ini adalah mind map. Mind
Map (peta pikiran) merupakan teknik
meringkas materi yang akan dipelajari
dan memproyeksikan masalah yang
dihadapi ke dalam bentuk peta atau
teknik grafik sehingga lebih mudah
memahaminya [3]. Pembelajaran kimia
khususnya materi koloid
dengan
menggunakan media mind map akan
meningkatkan daya hafal dan motivasi
belajar siswa yang kuat. Selain kegiatan
belajar mengajar akan lebih menarik,
siswa juga akan lebih termotivasi
dengan pembelajaran kimia. Pada
media mind map yang digunakan dalam
penelitian dilengkapi juga dengan
190
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Hal. 189-195
gambar dan ilustrasi gambar 2D tentang
materi koloid.
Pada penelitian sebelumnya
pernah dilakukan penelitian penggunaan
buku
saku
bergambar
dalam
pembelajaran untuk meningkatkan hasil
belajar
siswa,
hasil
penelitian
menunjukkan perbedaan presentase
ketuntasan sebanyak 75% saja pada
kelas kontrol, sedangkan pada kelas
ekperimen ketuntasan mencapai 87%.
Hal
ini
menunjukkan
proses
pembelajaran pada kelas kontol masih
belum
maksimal.
Sedangkan
pembelajaran pada kelas eksperimen
yang menggunakan buku saku lebih
maksimal karena ada perbedaan yang
signifikan dari kedua kelas tersebut [4].
Penelitian
lain
menunjukkan
pembelajaran menggunakan mind map
sebagai media terhadap hasil dan
retensi belajar siswa pada materi
hidrokarbon yang menyimpulkan adanya
peningkatan hasil belajar sebesar 33,89
%, retensi belajar selama 1 minggu
sebesar 44,95 %, dan retensi belajar
selama 2 minggu sebesar 40,15% [5].
Berdasarkan uraian diatas kedua
media di atas dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa, tetapi diantara
kedua media tersebut belum diketahui
mana
yang
lebih
baik
dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa
materi pokok koloid menggunakan
pembelajaran contextual teaching and
learning.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kelas
XI IPA SMA Negeri 1 Karanganyar pada
semester
genap
Tahun
Ajaran
2013/2014. Waktu penelitian dari bulan
Mei sampai dengan Juni 2014.
Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen dengan rancangan Two
group Pretest-Posttest Design. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan cluster random
sampling. Dari kelima kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Karanganyar tersebut diambil
secara random 2 kelas yaitu kelas
eksperimen I (Media mind map) dan
kelas eksperimen II (Media buku saku).
© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia
Selanjutnya untuk mengetahui
keadaaan awal siswa dilakukan uji
normalitas keadaan awal siswa untuk
mengetahui apakah kedua sampel yang
akan diambil sebagai kelas eksperimen
berasal dari populasi normal atau tidak,
uji homogenitas keadaan awal siswa
untuk mengetahui apakah kedua sampel
yang akan diambil sebagai kelas
eksperimen berasal dari varian sampel
homogen
atau
tidak,
dan
uji
keseimbangan
(t-matching)
untuk
mengetahui keadaan awal yang sama
(seimbang) antara siswa kelas XI IPA 1
dan XI IPA 2 [6]. Data untuk menguji
keadaan awal siswa menggunakan nilai
Ujian Tengah Semester (UTS). Hasil uji
normalitas keadaan awal, homogenitas
keadaan
awal,
serta
t-matching
terangkum dalam tabel 1, 2, dan 3.
Tabel 1. Uji Normalitas Keadaan Awal
Kelompok
Nilai L
Kesimpulan
XI IPA1
0,0849
Normal
XI IPA 2
0,0916
Normal
Tabel 2. Uji Homogenitas Keadaan Awal
Kelompok
χ 2 hitung Kesimpulan
XI IPA 1 dan
0,081
Homogen
XI IPA 2
Tabel 3. Uji Keseimbangan
thitung
ttabel
Kesimpulan
1,697
thitung> -1843 Ho diterima
thitung< 1.843 (kemampuan
seimbang)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data
yang
diperoleh
pada
penelitian ini adalah prestasi belajar
aspek kognitif pada materi pokok sistem
koloid. Data diambil dari seilisih nilai
antara nilai sebelum perlakuan (pretest)
dan nilai setelah perlakuan (posttest).
Data tersebut diambil dari kelas
eksperimen I (media mind map) dan
kelas eksperimen II (media buku saku).
Jumlah siswa yang dilibatkan dalam
penelitian ini 34 siswa dari kelas XI IPA
1 dan 34 siswa dari kelas XI IPA 2 SMA
Negeri 1 Karanganyar tahun ajaran
2013/ 2014. Untuk lebih jelasnya
dibawah ini disajikan data penelitian dari
masing – masing variabel.
191
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Hal. 189-195
1. Data prestasi belajar aspek kognitif
Pada kelas eksperimen I, selisih
nilai terendah dari prestasi belajar aspek
kognitif siswa adalah 4, selisih nilai
tertinggi 64 dan rata-rata selisih 34,94.
Untuk kelas eksperiment II, selisih nilai
terendah adalah 4, selisih nilai tertinggi
60 dan rata-rata dari nilai selisih sebesar
28,41. Perbandingan distribusi frekuensi
prestasi belajar siswa yang ditinjau dari
aspek kognitif untuk kelas eksperimen I
dan kelas eksperimen II pada materi
pokok sistem koloid dapat dilihat pada
Tabel
4
dan
Gambar
1.
Tabel 4. Perbandingan Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Aspek Kognitif
Antara Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok
Sistem Koloid
No
1
2
3
4
5
6
7
Eksperimen I
Persentase
Frek
(%)
5
14.71
2
5.88
5
14.71
6
17.65
8
23.53
7
20.59
1
2.94
34
100
Nilai
Tengah
Interval
4 - 13
14 - 23
24 - 33
34 - 43
44 - 53
54 - 63
64 - 74
Jumlah
8,5
18,5
28,5
38,5
48,5
58,5
68,5
30.00
Eksperimen II
Persentase
Frek
(%)
9
26.47
6
17.65
6
17.65
8
23.53
4
11.76
1
2.94
0
34
100
26.47
23.53 23.53
25.00
Persentase
20.59
17.65
20.00
14.71
17.65 17.65
14.71
15.00
11.76
10.00
5.88
2.94
5.00
2.94
-
8,5
18,5
28,5
38,5
48,5
58,5
68,5
Nilai Tengah
Kelas Eksperimen 1
Kelas Eksperimen 2
Gambar 1. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Aspek Kognitif Kelas
Eksperiment I dan Kelas Eksperiment II Pada Materi Pokok Sistem Koloid
2. Data prestasi belajar Aspek Afektif
Pada kelas eksperimen I, nilai
terendah prestasi belajar siswa aspek
afektif adalah 2,6, nilai tertinggi 3,68 dan
rata-ratanya 3,12 sedangkan pada kelas
eksperimen II nilai terendahnya adalah
2,48, nilai tertinggi 3,58 dan rata-ratanya
© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia
3,01. .Perbandingan distribusi frekuensi
prestasi belajar siswa aspek afektif
untuk
kelas
eksperimen
I
dan
eksperimen II materi pokok sistem
koloid terdapat pada Tabel 5 dan
Gambar 2.
192
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Hal. 189-195
Tabel 5. Perbandingan Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Aspek Afektif Untuk
Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II Materi Pokok Sistem Koloid
No
Interval
Nilai
Tengah
1
2
3
4
5
6
7
2,48 – 2,65
2,66 – 2,83
2,84 – 3,01
3,02 – 3,19
3,20 – 3,37
3,38 – 3,55
3,56 – 3,73
Jumlah
2,56
2,74
2,92
3,14
3,28
3,46
3,64
Eksperimen I
Persentase
Frekuensi
(%)
1
2.94
3
8.82
11
32.35
5
14.71
8
23.53
2
5.88
4
11.76
34
100
40.00
35.29
32.35
Persentase
30.00
20.00
10.00
Eksperimen II
Persentase
Frekuensi
(%)
5
14.71
2
5.88
12
35.29
4
11.76
8
23.53
2
5.88
1
2.94
34
100
23.53
23.53
14.71
8.82
5.88
2.94
14.71
11.76
11.76
5.885.88
2.94
2,56
2,74
2,92
3,14
3,28
3,46
Nilai Tengah
Kelas Eksperimen 1
Kelas Eksperimen 2
3,64
Gambar 2. Histogram perbandingan prestasi belajar siswa aspek afektif untuk kelas
eksperimen I dan eksperimen II sub pokok bahasan konsep mol
Pengujian hipotesis dilakukan
dengan uji t-pihak kanan dengan taraf
signifikansi 5% [7]. Sebelum dilakukan
uji hipotesis data yang diperoleh harus
memenuhi uji prasyarat terlebih dahulu,
yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
Hasil dari uji homogenitas aspek kognitif
dan afektif menunjukan bahwa varian
pada sampel-sampel pada penelitian ini
adalah homogen, hasil dari uji
normalitas pada aspek kognitif dan
afektif menunjukan bahwa sampelsampel pada penelitian ini terdistribusi
normal. Setelah prasyarat analisis
terpenuhi, maka dilanjutkan dengan
pengujian
hipotesis
penelitian.
Rangkuman hasil hipotesis aspek
kognitif terangkum dalam tabel 6 dan
rangkuman hasil hipotesis aspek afektif
terangkum
dalam
tabel
7.
Tabel 6.Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Aspek Kognitif
Kelompok
Kelas eksperimen I (Media Mind Map)
Kelas eksperimen II (Metode Buku Saku)
Tabel 7.Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Aspek Afektif
Kelompok
Kelas eksperimen I (Media Mind Map)
Kelas eksperimen II (Metode Buku Saku)
© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia
Rata-rata
37,76
26,65
Rata-rata
3,12
3,01
193
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Hal. 189-195
Dari hasil uji t- pihak kanan aspek
kognitif dari kedua metode tersebut
menunjukkan bahwa Thitung>Ttabel dengan
nilai 3,73 >1,668 yang berarti bahwa Ho
ditolak. Hal ini membuktikan bahwa ratarata
nilai
kognitif
siswa
kelas
eksperimen I (media mind map) lebih
baik dibandingkan dengan rata- rata
nilai kompetensi pengetahuan siswa
kelas eksperimen II (buku saku).
Besarnya rataan selisi nilai pretesposttest prestasi belajar siswa aspek
kognitif yang diajar dengan media mind
map adalah 37,76. Sedangkan besarnya
rataan prestasi siswa yang diajar
dengan media buku saku adalah 26,65.
Hal ini disebabkan karena suasana
pada kelas eksperimen II (media buku
saku) disinyalir karena buku saku
cenderung menjadi pengecoh saat
pembelajaran
berlangsung.
Siswa
kurang
terfokus
terhadap
materi
melainkan cenderung fokus terhadap
media sehingga hal tersebut dapat
mempengaruhi pemahaman materi dan
prestasi belajarnya yang kurang baik.
Berbeda dengan kelas ekperimen I
(media mind map), karena mind map
membantu
siswa
menggambarkan
konsep materi secara garis besar
artinya
siswa
mengetahui
materi
pembelajaran
secara
keseluruhan
terlebih dahulu kemudian memahami
materi
tersebut
sehingga
otak
dirangsang terlebih dahulu oleh konsep
kemudian dihubungkan dengan materi.
Banyak siswa yang antusias sehingga
mempengaruhi prestasi belajar menjadi
lebih baik.
Hasil uji t-pihak kanan aspek
afektif dari kedua metode tersebut
menunjukkan bahwa Thitung>Ttabel dengan
nilai 1,833 >1,668 yang berarti bahwa
Ho ditolak. Hal ini membuktikan bahwa
rata- rata nilai afektif siswa kelas
eksperimen I (media mind map) lebih
baik yaitu sebesar 3,12 dibandingkan
dengan rata- rata nilai siswa kelas
eksperimen II (media buku saku) yaitu
sebesar 3,01. Pada aspek afektif dalam
penelitian ini dialkukan dengan cara
siswa diberi angket afektif setelah akhir
perlakuan. Seorang siswa akan sulit
untuk mencapai keberhasilan belajar
secara optimal jika siswa tersebut
© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia
mempunyai sikap yang kurang baik,
maka dapat diketahui bahwa prestasi
belajar aspek afektif siswa menjadi
penunjang keberhasilan untuk mencapai
hasil pembelajaran pada aspek lainnya
yaitu aspek kognitif [8]. Dari penilaian
kompetensi sikap tersebut menunjukan
bahwa prestasi belajar aspek afektif
siswa dengan menggunakan media
mind map lebih baik dengan prestasi
belajar kompetensi sikap dengan
menggunakan media buku saku.
Hasil
dari
penelitian
ini
menunjukkan bahwa prestasi belajar
siswa ditinjau dari aspek kognitif dan
juga aspek afektif pada siswa yang
dikenai media mind map lebih baik
daripada siswa yang menggunakan
media buku saku. Dari hasil penelitian
ini memberi gambaran bahwa media
yang praktis dan tepat sasaran secara
materi merupakan media yang efektif
untuk pembelajaran ilmiah terhadap
siswa [9]. Selain itu penelitian lain juga
menunjukan bahwa penggunaan media
mind map memberikan prestasi belajar
yang lebih efektif dalam pembelajaran
[10]. Penguatan hipotesis bahwa media
mind map lebih berpengaruh daripada
media buku saku dibuktikan dengan
siswa diberi angket media yang meliputi
beberapa indikator yang dapat dilihat
pada tabel 8.
Tabel 8 Angket Keefektifan Media
Mind Buku
Indikator
Map saku
Penggunaan media
71
70
Ketertarikan
siswa 79
77
terhadap media
Desain Media
75
72
Pemahaman Siswa
76
73
Persentase keefektifan 84
media
81
Selain itu, untuk menguji apakah
pemahaman siswa berasal dari apa
yang dijelaskan oleh guru menggunakan
media tersebut atau berasal dari sumber
lain dapat dilihat melalui diagram venn
dimana
terdapat
65
%
siswa
mendapatkan materi koloid dari sekolah
saat pembelajaran menggunakan media
penelitian, 26 % mengetahui materi
koloid dari bimbingan belajar dan
194
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Hal. 189-195
sebanyak 9 % berasal dari sumber lain
missal internet dan buku.
lain-lain
9%
les
26%
sekolah
65%
Gambar 3. Diagram Persentase Sumber
Belajar Siswa kelas Eksperimen 1 dan
Kelas Eksperimen 2.
KESIMPULAN
Berdasarkan data dan hasil
analisis dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran contextual teaching and
learning mengguankan media mind map
lebih berepngaruh terhadap prestasi
belajar siswa dibandingkan dengan
pembelajaran contextual teaching and
learning menggunakan media buku
saku pada materi pokok sistem koloid.
Hal ini dibuktikan dengan selisih nilai
rata-rata pretest-posttest aspek kognitif
sebesar 37,76 untuk kelas eksperimen I
dan 26,65 untuk kelas eksperimen II
serta nilai thitung> ttabel (3,73 > 1,668).
Sementara prestasi belajar siswa
ditinjau dari aspek afektif dibuktikan
dengan nilai rata-rata sebesar 3,12
untuk kelas eksperimen I dan untuk
kelas eksperimen II sebesar 3,01 serta
nilai thitung> ttabel (1,833 > 1,668).
di SMA Negeri 1 Karanganyar serta
seluruh pihak yang turut berperan
dalam penelitian ini.
DAFTAR RUJUKAN
[1] Johnson, E. B. (2009). Contextual
Teacing And Learning, Menjadikan
Kegiatan
Belajar-Mengajar
Mengasyikkan
dan
Bermakna.
Bandung: Mizan Learning Center
[2] A’Echevarria, A and Patience, I.
(2008).
Teaching
Thinking
Pocketbook (Terjemahan). Jakarta:
Esensi Erlangga Group
[3] Windura, S. (2013). 1st Mind Map
untuk Siswa Guru dan Orangtua.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka
[4] Fithriyani, Z. (2014). Jurnal UIN,
3(2), 16-21.
[5] Putra, A.T., Hairida, & Lestari, I.
(2013). Jurnal Pendidikan Kimia
Untan, 2(1), 42-47.
[6] Sudjana. (2005). Metode Statistika.
Bandung: Penerbit Tarsito
[7] Budiyono. (2009). Statistika Untuk
Penelitian, Surakarta: UNS Press.
[8] Silaban,
R.,
Anggraini,
M.,
Napitupulu. Jurnal Pendidikan Kimia
UNM, 2(1), 42-47.
[9] Fathonah, R. S., Sugiharto &
Utomo, S. B. (2013). Jurnal
Pendidikan Kimia 2 (3), 68-76
[10] Ayu, I. K., Sugiharto & Masykuri, M.
(2013). Jurnal Pendidikan Kimia 2
(3),92-99.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima
kasih
kepada
Drs.Hartono, M.Hum selaku kepala
sekolah yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melaksanakan
penelitian
di
SMA
Negeri
1
Karanganyar dan Bambang Asihno,
S.Pd., M.Pd selaku guru mata
pelajaran
kimia
yang
telah
memberikan izin kepada penulis untuk
menggunakan kelas pada penelitian
© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia
195
Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Sebelas Maret
Hal. 189-195
ISSN 2337-9995
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia
PENGARUH PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING
AND LEARNING DILENGKAPI MEDIA BUKU SAKU DAN MIND
MAP TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA
MATERI POKOK SISTEM KOLOID KELAS XI
DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Hikma Nurul Izza1, Endang Susilowati2 dan Haryono2
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP UNS Surakarta, Indonesia
2
Dosen Program Studi Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP UNS Surakrta, Indonesia
*keperluan korespondensi, telp/fax: 087710203869, email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan Prestasi belajar siswa menggunakan
pembelajaran contextual teaching and learning menggunakan media buku saku dan mind map.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA 2 di SMA Negeri 1
Karanganyar tahun pelajaran 2013/ 2014 yang diambil dengan teknik cluster random sampling.
Analisis data penelitian ini menggunakan uji t-pihak kanan, data yang diperoleh sebelumnya
harus memenuhi uji prasyarat yaitu meliputi uji homogenitas, uji normalitas dan uji t-matching.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa prestasi belajar siswa pada materi pokok
sistem koloid menggunakan pembelajaran contextual teaching and learning dilengkapi dengan
media min map lebih baik dari pada pembelajaran contextual teaching and learning dilengkapi
dengan media buku saku, hal ini ditunjukan dari selisih rerata pretest-posttest kelas XI IPA 1
dan kelas XI IPA berturut-turut adalah 34,94 dan 28,41 ditinjau dari aspek kognitif. Tinjauan dari
aspek afektif ditunjukkan dari rerata kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA berturut-turut adalah 3,12
dan 3,01.
Kata Kunci :CTL, Buku saku, Mind Map, Koloid
PENDAHULUAN
Pendidikan memegang peranan
penting dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dewasa ini.
Proses pembelajaran merupakan aspek
yang terintegrasi dari proses pendidikan.
Pembelajaran
merupakan
proses
komunikasi dua arah antara pendidik
dan peserta didik. Namun dalam
kenyataannya pembelajaran yang sering
dijumpai adalah proses pembelajaran
komunikasi satu arah, artinya pendidik
saja yang aktif dalam menyampaikan
materi pelajaran sedangkan siswa pasif
menerima
apa
yang
pendidik
sampaikan. Proses belajar yang baik
mengharuskan siswa belajar secara
mandiri, siswa diharapkan mampu
memahami dan menguasai materi ajar
agar dapat berguna dalam kehidupan
nyata. Hal tersebut dapat memicu
© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia
terjadinya kebosanan pada siswa
sehingga kurangnya minat belajar siswa
dalam di kelas. Kurangnya minat belajar
siswa akan sangat berpengaruh pada
prestasi belajar.
Berdasarkan hasil wawancara
dengan
guru
SMA
Negeri
1
Karanganya, rata-rata pembelajaran
disana masih menggunakan metode
pembelajaran
konvensional
yaitu
metode ceramah. Sehingga para siswa
kurang antusias ketika pembelajaran
terlebih jika materi yang diajar berupa
teori seperti materi koloid. Menurut
beliau selama ini materi koloid hanya
sekedar
hafalan
tanpa
memvisualisasikan secara nyata materi
pelajaran yang sedang diajarkan,
padahal materi ini erat hubungannya
dengan konteks dunia nyata atau yang
berhubungan dengan aktifitas sehari-
189
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Hal. 189-195
hari. Terlebih materi koloid merupakan
materi ajar yang diajarkan pada akhir
semester
mendekati
ujian
akhir
semester
sehingga
waktu
yang
digunakan kurang cukup untuk proses
belajar
mengajar.
Selain
itu,
penyampaian mata pelajaran dengan
bahan ajar yang monoton dan tidak
menarik menimbulkan kejenuhan pada
diri siswa sehingga prestasi belajar
siswa kurang optimal. berfokus pada
sistem hafalan
Berkaitan dengan hal di atas,
perlu di upayakan suatu bentuk
pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik materi dan situasi serta
kondisi siswa. Model pembelajaran yang
sesuai dengan materi koloid adalah
pembelajaran contextual teaching and
learning. Pembelajaran ini merupakan
konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan
antara
materi
yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata
dan
mendorong
siswa
membuat
hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapan dalam
kehidupan
sehari-hari.
Sintaks
pembelajaran kontekstual yaitu terdapat
tujuh komponen. Komponen pertama
yaitu kontruktivisme yaitu pengetahuan
dibangun oleh siswa sedikit demi sedikit
yang hasilnya diperluas melalui konteks
yang
terbatas.
Kedua
adalah
questioning atau bertanya. Bertanya
dalam
pembelajaran
kontekstual
dipandang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing dan menilai
kemampuan berfikir siswa. Ketiga,
inquiry yaitu
Menemukan
sendiri
(inquiry)
yaitu
engetahuan
dan
ketrampilan siswa diperoleh dengan
cara menemukan sendiri. Keempat,
masyarakat
belajar
(learning
community)
yaitu
pembelajaran
diperoleh dari kerjasama dengan orang
lain. Hasil belajar diperoleh melalui
sharing antar teman maupun kelompok.
Kelima, pemodelan (modeling) yang
memiliki maksud adanya sumber
maupun media yang digunakan oleh
siswa secara langsung sehingga dari
model tersebut diharapkan dapat
menerapkan pengalaman yang telah
diperoleh dalam kehidupan nyata.
Keenam, Refleksi (reflection) adalah
© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia
cara berfikir tentang apa yang baru saja
dipelajari atau berfikir kebelakang
tentang apa yang sudah dilakukan.
Ketujuh adalah penilaian sebenarnya
(authentic assessment) yaitu proses
pengumpulan berbagai data yang bias
memberikan gambaran perkembangan
siswa. Penilaian berdasarakan data
yang diperoleh maupun pengamatan
saat siswa melakukan pembelajaran [1].
Konteks
pembelajaran
Contextual
Teaching
and
Learning
yaitu
mengaitkan materi dengan dunia nyata,
maka
diperlukan
penunjang
pembelajaran
yang
dapat
memvisualisasikan dunia nyata ke
dalam kelas dalam artian dibutuhkan
media pembelajaran yang agar siswa
dapat
lebih
memahami
materi
pembelajaran. Pada penelitian ini
menggunakan media buku saku dan
mind map.
Buku
saku
adalah
buku
berukuran kecil yang berisi tulisan dan
gambar-gambar. Struktur isinya seperti
buku pada umumnya yaitu terdapat
pendahuluan, isi, penutup hanya saja
penyajian isinya lebih singkat daripada
sebuah buku [2]. Buku saku hampir
sama dengan booklet hanya saja
ukurannya lebih kecil hingga bisa
dimasukkan kedalam saku. Pada buku
saku dilengkapi dengan gambar dan
ilustrasi gambar 2D yang berhubungan
dengan materi koloid sehingga siswa
lebih tertarik dan mengurangi kejenuhan
siswa saat membaca bahan ajar.
Media lain yang dipilih pada
penelitian ini adalah mind map. Mind
Map (peta pikiran) merupakan teknik
meringkas materi yang akan dipelajari
dan memproyeksikan masalah yang
dihadapi ke dalam bentuk peta atau
teknik grafik sehingga lebih mudah
memahaminya [3]. Pembelajaran kimia
khususnya materi koloid
dengan
menggunakan media mind map akan
meningkatkan daya hafal dan motivasi
belajar siswa yang kuat. Selain kegiatan
belajar mengajar akan lebih menarik,
siswa juga akan lebih termotivasi
dengan pembelajaran kimia. Pada
media mind map yang digunakan dalam
penelitian dilengkapi juga dengan
190
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Hal. 189-195
gambar dan ilustrasi gambar 2D tentang
materi koloid.
Pada penelitian sebelumnya
pernah dilakukan penelitian penggunaan
buku
saku
bergambar
dalam
pembelajaran untuk meningkatkan hasil
belajar
siswa,
hasil
penelitian
menunjukkan perbedaan presentase
ketuntasan sebanyak 75% saja pada
kelas kontrol, sedangkan pada kelas
ekperimen ketuntasan mencapai 87%.
Hal
ini
menunjukkan
proses
pembelajaran pada kelas kontol masih
belum
maksimal.
Sedangkan
pembelajaran pada kelas eksperimen
yang menggunakan buku saku lebih
maksimal karena ada perbedaan yang
signifikan dari kedua kelas tersebut [4].
Penelitian
lain
menunjukkan
pembelajaran menggunakan mind map
sebagai media terhadap hasil dan
retensi belajar siswa pada materi
hidrokarbon yang menyimpulkan adanya
peningkatan hasil belajar sebesar 33,89
%, retensi belajar selama 1 minggu
sebesar 44,95 %, dan retensi belajar
selama 2 minggu sebesar 40,15% [5].
Berdasarkan uraian diatas kedua
media di atas dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa, tetapi diantara
kedua media tersebut belum diketahui
mana
yang
lebih
baik
dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa
materi pokok koloid menggunakan
pembelajaran contextual teaching and
learning.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kelas
XI IPA SMA Negeri 1 Karanganyar pada
semester
genap
Tahun
Ajaran
2013/2014. Waktu penelitian dari bulan
Mei sampai dengan Juni 2014.
Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen dengan rancangan Two
group Pretest-Posttest Design. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan cluster random
sampling. Dari kelima kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Karanganyar tersebut diambil
secara random 2 kelas yaitu kelas
eksperimen I (Media mind map) dan
kelas eksperimen II (Media buku saku).
© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia
Selanjutnya untuk mengetahui
keadaaan awal siswa dilakukan uji
normalitas keadaan awal siswa untuk
mengetahui apakah kedua sampel yang
akan diambil sebagai kelas eksperimen
berasal dari populasi normal atau tidak,
uji homogenitas keadaan awal siswa
untuk mengetahui apakah kedua sampel
yang akan diambil sebagai kelas
eksperimen berasal dari varian sampel
homogen
atau
tidak,
dan
uji
keseimbangan
(t-matching)
untuk
mengetahui keadaan awal yang sama
(seimbang) antara siswa kelas XI IPA 1
dan XI IPA 2 [6]. Data untuk menguji
keadaan awal siswa menggunakan nilai
Ujian Tengah Semester (UTS). Hasil uji
normalitas keadaan awal, homogenitas
keadaan
awal,
serta
t-matching
terangkum dalam tabel 1, 2, dan 3.
Tabel 1. Uji Normalitas Keadaan Awal
Kelompok
Nilai L
Kesimpulan
XI IPA1
0,0849
Normal
XI IPA 2
0,0916
Normal
Tabel 2. Uji Homogenitas Keadaan Awal
Kelompok
χ 2 hitung Kesimpulan
XI IPA 1 dan
0,081
Homogen
XI IPA 2
Tabel 3. Uji Keseimbangan
thitung
ttabel
Kesimpulan
1,697
thitung> -1843 Ho diterima
thitung< 1.843 (kemampuan
seimbang)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data
yang
diperoleh
pada
penelitian ini adalah prestasi belajar
aspek kognitif pada materi pokok sistem
koloid. Data diambil dari seilisih nilai
antara nilai sebelum perlakuan (pretest)
dan nilai setelah perlakuan (posttest).
Data tersebut diambil dari kelas
eksperimen I (media mind map) dan
kelas eksperimen II (media buku saku).
Jumlah siswa yang dilibatkan dalam
penelitian ini 34 siswa dari kelas XI IPA
1 dan 34 siswa dari kelas XI IPA 2 SMA
Negeri 1 Karanganyar tahun ajaran
2013/ 2014. Untuk lebih jelasnya
dibawah ini disajikan data penelitian dari
masing – masing variabel.
191
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Hal. 189-195
1. Data prestasi belajar aspek kognitif
Pada kelas eksperimen I, selisih
nilai terendah dari prestasi belajar aspek
kognitif siswa adalah 4, selisih nilai
tertinggi 64 dan rata-rata selisih 34,94.
Untuk kelas eksperiment II, selisih nilai
terendah adalah 4, selisih nilai tertinggi
60 dan rata-rata dari nilai selisih sebesar
28,41. Perbandingan distribusi frekuensi
prestasi belajar siswa yang ditinjau dari
aspek kognitif untuk kelas eksperimen I
dan kelas eksperimen II pada materi
pokok sistem koloid dapat dilihat pada
Tabel
4
dan
Gambar
1.
Tabel 4. Perbandingan Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Aspek Kognitif
Antara Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok
Sistem Koloid
No
1
2
3
4
5
6
7
Eksperimen I
Persentase
Frek
(%)
5
14.71
2
5.88
5
14.71
6
17.65
8
23.53
7
20.59
1
2.94
34
100
Nilai
Tengah
Interval
4 - 13
14 - 23
24 - 33
34 - 43
44 - 53
54 - 63
64 - 74
Jumlah
8,5
18,5
28,5
38,5
48,5
58,5
68,5
30.00
Eksperimen II
Persentase
Frek
(%)
9
26.47
6
17.65
6
17.65
8
23.53
4
11.76
1
2.94
0
34
100
26.47
23.53 23.53
25.00
Persentase
20.59
17.65
20.00
14.71
17.65 17.65
14.71
15.00
11.76
10.00
5.88
2.94
5.00
2.94
-
8,5
18,5
28,5
38,5
48,5
58,5
68,5
Nilai Tengah
Kelas Eksperimen 1
Kelas Eksperimen 2
Gambar 1. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Aspek Kognitif Kelas
Eksperiment I dan Kelas Eksperiment II Pada Materi Pokok Sistem Koloid
2. Data prestasi belajar Aspek Afektif
Pada kelas eksperimen I, nilai
terendah prestasi belajar siswa aspek
afektif adalah 2,6, nilai tertinggi 3,68 dan
rata-ratanya 3,12 sedangkan pada kelas
eksperimen II nilai terendahnya adalah
2,48, nilai tertinggi 3,58 dan rata-ratanya
© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia
3,01. .Perbandingan distribusi frekuensi
prestasi belajar siswa aspek afektif
untuk
kelas
eksperimen
I
dan
eksperimen II materi pokok sistem
koloid terdapat pada Tabel 5 dan
Gambar 2.
192
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Hal. 189-195
Tabel 5. Perbandingan Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Aspek Afektif Untuk
Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II Materi Pokok Sistem Koloid
No
Interval
Nilai
Tengah
1
2
3
4
5
6
7
2,48 – 2,65
2,66 – 2,83
2,84 – 3,01
3,02 – 3,19
3,20 – 3,37
3,38 – 3,55
3,56 – 3,73
Jumlah
2,56
2,74
2,92
3,14
3,28
3,46
3,64
Eksperimen I
Persentase
Frekuensi
(%)
1
2.94
3
8.82
11
32.35
5
14.71
8
23.53
2
5.88
4
11.76
34
100
40.00
35.29
32.35
Persentase
30.00
20.00
10.00
Eksperimen II
Persentase
Frekuensi
(%)
5
14.71
2
5.88
12
35.29
4
11.76
8
23.53
2
5.88
1
2.94
34
100
23.53
23.53
14.71
8.82
5.88
2.94
14.71
11.76
11.76
5.885.88
2.94
2,56
2,74
2,92
3,14
3,28
3,46
Nilai Tengah
Kelas Eksperimen 1
Kelas Eksperimen 2
3,64
Gambar 2. Histogram perbandingan prestasi belajar siswa aspek afektif untuk kelas
eksperimen I dan eksperimen II sub pokok bahasan konsep mol
Pengujian hipotesis dilakukan
dengan uji t-pihak kanan dengan taraf
signifikansi 5% [7]. Sebelum dilakukan
uji hipotesis data yang diperoleh harus
memenuhi uji prasyarat terlebih dahulu,
yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
Hasil dari uji homogenitas aspek kognitif
dan afektif menunjukan bahwa varian
pada sampel-sampel pada penelitian ini
adalah homogen, hasil dari uji
normalitas pada aspek kognitif dan
afektif menunjukan bahwa sampelsampel pada penelitian ini terdistribusi
normal. Setelah prasyarat analisis
terpenuhi, maka dilanjutkan dengan
pengujian
hipotesis
penelitian.
Rangkuman hasil hipotesis aspek
kognitif terangkum dalam tabel 6 dan
rangkuman hasil hipotesis aspek afektif
terangkum
dalam
tabel
7.
Tabel 6.Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Aspek Kognitif
Kelompok
Kelas eksperimen I (Media Mind Map)
Kelas eksperimen II (Metode Buku Saku)
Tabel 7.Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Aspek Afektif
Kelompok
Kelas eksperimen I (Media Mind Map)
Kelas eksperimen II (Metode Buku Saku)
© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia
Rata-rata
37,76
26,65
Rata-rata
3,12
3,01
193
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Hal. 189-195
Dari hasil uji t- pihak kanan aspek
kognitif dari kedua metode tersebut
menunjukkan bahwa Thitung>Ttabel dengan
nilai 3,73 >1,668 yang berarti bahwa Ho
ditolak. Hal ini membuktikan bahwa ratarata
nilai
kognitif
siswa
kelas
eksperimen I (media mind map) lebih
baik dibandingkan dengan rata- rata
nilai kompetensi pengetahuan siswa
kelas eksperimen II (buku saku).
Besarnya rataan selisi nilai pretesposttest prestasi belajar siswa aspek
kognitif yang diajar dengan media mind
map adalah 37,76. Sedangkan besarnya
rataan prestasi siswa yang diajar
dengan media buku saku adalah 26,65.
Hal ini disebabkan karena suasana
pada kelas eksperimen II (media buku
saku) disinyalir karena buku saku
cenderung menjadi pengecoh saat
pembelajaran
berlangsung.
Siswa
kurang
terfokus
terhadap
materi
melainkan cenderung fokus terhadap
media sehingga hal tersebut dapat
mempengaruhi pemahaman materi dan
prestasi belajarnya yang kurang baik.
Berbeda dengan kelas ekperimen I
(media mind map), karena mind map
membantu
siswa
menggambarkan
konsep materi secara garis besar
artinya
siswa
mengetahui
materi
pembelajaran
secara
keseluruhan
terlebih dahulu kemudian memahami
materi
tersebut
sehingga
otak
dirangsang terlebih dahulu oleh konsep
kemudian dihubungkan dengan materi.
Banyak siswa yang antusias sehingga
mempengaruhi prestasi belajar menjadi
lebih baik.
Hasil uji t-pihak kanan aspek
afektif dari kedua metode tersebut
menunjukkan bahwa Thitung>Ttabel dengan
nilai 1,833 >1,668 yang berarti bahwa
Ho ditolak. Hal ini membuktikan bahwa
rata- rata nilai afektif siswa kelas
eksperimen I (media mind map) lebih
baik yaitu sebesar 3,12 dibandingkan
dengan rata- rata nilai siswa kelas
eksperimen II (media buku saku) yaitu
sebesar 3,01. Pada aspek afektif dalam
penelitian ini dialkukan dengan cara
siswa diberi angket afektif setelah akhir
perlakuan. Seorang siswa akan sulit
untuk mencapai keberhasilan belajar
secara optimal jika siswa tersebut
© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia
mempunyai sikap yang kurang baik,
maka dapat diketahui bahwa prestasi
belajar aspek afektif siswa menjadi
penunjang keberhasilan untuk mencapai
hasil pembelajaran pada aspek lainnya
yaitu aspek kognitif [8]. Dari penilaian
kompetensi sikap tersebut menunjukan
bahwa prestasi belajar aspek afektif
siswa dengan menggunakan media
mind map lebih baik dengan prestasi
belajar kompetensi sikap dengan
menggunakan media buku saku.
Hasil
dari
penelitian
ini
menunjukkan bahwa prestasi belajar
siswa ditinjau dari aspek kognitif dan
juga aspek afektif pada siswa yang
dikenai media mind map lebih baik
daripada siswa yang menggunakan
media buku saku. Dari hasil penelitian
ini memberi gambaran bahwa media
yang praktis dan tepat sasaran secara
materi merupakan media yang efektif
untuk pembelajaran ilmiah terhadap
siswa [9]. Selain itu penelitian lain juga
menunjukan bahwa penggunaan media
mind map memberikan prestasi belajar
yang lebih efektif dalam pembelajaran
[10]. Penguatan hipotesis bahwa media
mind map lebih berpengaruh daripada
media buku saku dibuktikan dengan
siswa diberi angket media yang meliputi
beberapa indikator yang dapat dilihat
pada tabel 8.
Tabel 8 Angket Keefektifan Media
Mind Buku
Indikator
Map saku
Penggunaan media
71
70
Ketertarikan
siswa 79
77
terhadap media
Desain Media
75
72
Pemahaman Siswa
76
73
Persentase keefektifan 84
media
81
Selain itu, untuk menguji apakah
pemahaman siswa berasal dari apa
yang dijelaskan oleh guru menggunakan
media tersebut atau berasal dari sumber
lain dapat dilihat melalui diagram venn
dimana
terdapat
65
%
siswa
mendapatkan materi koloid dari sekolah
saat pembelajaran menggunakan media
penelitian, 26 % mengetahui materi
koloid dari bimbingan belajar dan
194
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Hal. 189-195
sebanyak 9 % berasal dari sumber lain
missal internet dan buku.
lain-lain
9%
les
26%
sekolah
65%
Gambar 3. Diagram Persentase Sumber
Belajar Siswa kelas Eksperimen 1 dan
Kelas Eksperimen 2.
KESIMPULAN
Berdasarkan data dan hasil
analisis dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran contextual teaching and
learning mengguankan media mind map
lebih berepngaruh terhadap prestasi
belajar siswa dibandingkan dengan
pembelajaran contextual teaching and
learning menggunakan media buku
saku pada materi pokok sistem koloid.
Hal ini dibuktikan dengan selisih nilai
rata-rata pretest-posttest aspek kognitif
sebesar 37,76 untuk kelas eksperimen I
dan 26,65 untuk kelas eksperimen II
serta nilai thitung> ttabel (3,73 > 1,668).
Sementara prestasi belajar siswa
ditinjau dari aspek afektif dibuktikan
dengan nilai rata-rata sebesar 3,12
untuk kelas eksperimen I dan untuk
kelas eksperimen II sebesar 3,01 serta
nilai thitung> ttabel (1,833 > 1,668).
di SMA Negeri 1 Karanganyar serta
seluruh pihak yang turut berperan
dalam penelitian ini.
DAFTAR RUJUKAN
[1] Johnson, E. B. (2009). Contextual
Teacing And Learning, Menjadikan
Kegiatan
Belajar-Mengajar
Mengasyikkan
dan
Bermakna.
Bandung: Mizan Learning Center
[2] A’Echevarria, A and Patience, I.
(2008).
Teaching
Thinking
Pocketbook (Terjemahan). Jakarta:
Esensi Erlangga Group
[3] Windura, S. (2013). 1st Mind Map
untuk Siswa Guru dan Orangtua.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka
[4] Fithriyani, Z. (2014). Jurnal UIN,
3(2), 16-21.
[5] Putra, A.T., Hairida, & Lestari, I.
(2013). Jurnal Pendidikan Kimia
Untan, 2(1), 42-47.
[6] Sudjana. (2005). Metode Statistika.
Bandung: Penerbit Tarsito
[7] Budiyono. (2009). Statistika Untuk
Penelitian, Surakarta: UNS Press.
[8] Silaban,
R.,
Anggraini,
M.,
Napitupulu. Jurnal Pendidikan Kimia
UNM, 2(1), 42-47.
[9] Fathonah, R. S., Sugiharto &
Utomo, S. B. (2013). Jurnal
Pendidikan Kimia 2 (3), 68-76
[10] Ayu, I. K., Sugiharto & Masykuri, M.
(2013). Jurnal Pendidikan Kimia 2
(3),92-99.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima
kasih
kepada
Drs.Hartono, M.Hum selaku kepala
sekolah yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melaksanakan
penelitian
di
SMA
Negeri
1
Karanganyar dan Bambang Asihno,
S.Pd., M.Pd selaku guru mata
pelajaran
kimia
yang
telah
memberikan izin kepada penulis untuk
menggunakan kelas pada penelitian
© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia
195