PENGARUH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING APPROACH DAN MINAT BERWIRAUSAHA TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN KIMIA DI SMA PADA POKOK BAHASAN SISTEM KOLOID.
1
e~.s
PENGARUH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING APPROACH
DAN MINAT BERWIRAUSAHA TERHADAP HASIL BELAJAR
DALAM PEMBELAJARAN KIMIA Dl SMA PADA
POKOK BAIIASAN SISTEM KOLOID
TES I S
Diajuka.n Untuk Memenuhi Persyara.tan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia
Oleh:
WINA MARIANA
NH\1 : 061188410009
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS N EGERI MEDAN
MEDAN
2011
TESIS
PENGARUH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING APPROACH
DAN MINAT BERWIRAUSAHA TERHADAP BASIL BELAJAR
DALAM PEMBELAJARAN KIMIA DI SMA
PADA POKOK BAHASAN SISTEM KOLOID
Disusun dan diajukan oleh:
WINA MARIANA
NIM.061188410009
Telah Dipertahankan di Depan Panitia Ujian Tesis
Pada TanggallO Maret 2011 dan Dinyatakan Telah Memenuhi
Salah Satu-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia
Medan, I 0 Maret 20 II
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Pembimbing I
Pe:]la~
Dr. Retno Dwi Suyanti. M.Si
NIP. 19660I26 I991 03 2 003
530320 198012I 001
I
J
Mengetahui
i
J
Ketua Program Studi
Pendidikan Kimia
\
\
\
~
Prof. Dr. Ramlan Silaban, M.Si
NIP. 19600618 198703 1 002
PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI
UJIAN TESIS MAGISTER PENDIDIKAN
NO NAMA
1.
Prof. Dr. Albinus Silalahi, MS
NIP. 19530320 198012 1 001
(Pembimbing I)
2.
Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si
NIP. 19660126 199103 2 003
(Pembimbing II)
3.
Prof. Dr. Ramlan Silaban, M.Si
NIP. 19660126 1991003 1 003
(Narasumber)
4.
Dr. Simson Tarigan, M.Pd
NIP. 19600223 198306 1 005
(Nara Sumber)
5.
Dr. Mahmud, M.Sc
NIP. 19580222 198903 1 002
(Nara Sumber)
%£
.........:. :.:.L.........
ABSTRAK
WINA MARIANA, Pengaruh Contextual Teaching And Learning Approach
dan Minat Berwirausaba terhadap Hasil Belajar dalam Pembelajaran Kimia
di SMA pada Pokok Bahasan Sistem Koloid. Tesis. Medan: Program Studi
Pendidikan Kimia Pascasaljana UNIMED, 20 II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (I) perbedaan basil
belajar kimia antara siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan kontekstual
dengan siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan konvensional; {2) perbedaan
basil belajar kimia antara siswa yang memiliki minat berwirausaba tinggi dan
siswa yang memiliki minat berwirausaha rendah; (3) Pengaruh interaksi antara
Penel pendekatan pembelajaran dan minat berwirausaha terhadap basil belajar
kimia siswa.Penelitian termasuk penelitian quasi eksperimen menggunakan desain
faktorial 2 x 2. Sampel penelitian ini sebanyak 2 kelas terdiri dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol yang ditentukan secara acak (random sampling).
Instrumen penelitian menggunakan tes hasil belajar beljumlah 30 soal dalam
bentuk pilihan berganda yang telah diuji validitas, reliabilitas, daya beda, tingkat
kesukaran, dan angket minat berwirausaha sebanyak 32 butir yang telah valid dan
reliabel. Teknik analisis yang digunakan teknik analisis varians dua jalur (Two
Ways Anova) dengan bantuan program SPSS 16,0. Hasil penelitian dan penguj ian
hipotesis disimpulkan babwa : {l) terdapat perbedaan basil belajar kimia antara
siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan kontekstual dengan siswa yang
dibelajarkan dengan pendekatan konvensional, pada taraf signifikansi 0,05. (2)
terdapat perbedaan basil belajar kimia antara siswa yang memiliki minat
berwirausaba tinggi dengan siswa memiliki minat berwirausaha rendab, pada taraf
signifikansi 0,05. (3) tidak terdapat pengaruh interaksi antara pcndekatan
pembelajaran dan minat berwirausaba terbadap basil belajar kimia siswa, tidak
signifikan karena > 0,05. Hal ini memberi makna babwa siswa yang dibelajarkan
dengan pendekatan kontekstual meskipun memiliki minat berwirausaba tinggi,
maupun rendah belum tentu akan lebih baik dibandingkan siswa yang
dibelajarkan dengan pendekatan konvensional.
..
BABI
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalab
Seiring dengan bertambah pesatnya jumla.~
penduduk di Indonesia dalam
era globalisasi dan industrialisasi dewasa ini menimbulk.an banyak pennasalaha.n,
tennasuk menyempitnya lapangan pekeljaan. Kesempatan kelja dengan orang
yang mencari kerja lebih banyak orang yang ingin mencari kerja, sehingga banyak
orang yang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja. Akibatnya jumlah
pengangguran semakin besar yang berdampak pada kondisi perekonomian di
Indonesia. Belakangan ini juga semakin banyak perusahaan-perusahaan yang
mengurangijumlah pekerjanya sehingga pengangguran pun semakin bertambah.
Pengangguran tidak hanya disebabkan oleh terbatasnya kesempatan kerja,
tetapi j uga oleh ketidakmampuan pencari kerja untuk memenuhi persyaratan atau
kualiflkasi yang diminta oleh dunia usaha. Oleh karena itu, setiap pencari kerja
perlu dibekali pengetahuan, keterampilan dan sikap tertentu. Sikap yang
diperlukan oleh semua orang baik yang alr.an berwi.rausaha maupun sebagai
pencari keija adalah sikap atau minat wirausaha. Alma (2006), seorang wirausaha
mempunyai ciri-ciri yaitu: percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, berani
mengambil resiko, mampu memimpin, orisinil, berorientasi ke masa depan dan
kreativitas. Sementara Santoso (1993) menyatakan bahwa minat wirausaha adalah
gejala psikis untuk memusatkan perhatian dan berbuat sesuatu terhadap wirausaha
itu dengan perasaan senang karena memba\va manfaat bagi dirinya dan orang lain.
Apabila seseorang mempunyai minat untuk menciptakan lapangan pekeljaan
sendiri (berwirausaha) yaitu dengan bekelja sesuai keterampilan dan pengetahuan
yang dimiliki, maka tidak usah mengandalkan untuk mendapatkan pekeljaan dari
orang lain atau bekerja pada instansi pemerintah.
Bidang pendidikan sangatlah penting dan harus diperhatikan, karena
berdampak pada bidang-bida."lg yang lain. Masalah kependidikan yang serius
dihadapi oleh negara berkembang khususnya yang dihadapi oleh Indonesia, antara
lain berkisar pada masalah mutu pendidikan, kesiapan tenaga pendidik, fasilitas.
dan lapangan pekerjaan. Dengan melihat masalah yang terakhir yaitu, lapangan
pekerjaan,
kekurangtersediaan
lapangan
pekerjaan
akan
berimbas
pada
kem~p_na
sosial dan eksistensi pendidikan dalam perspektif masyarakat. Pada
masyarakat yang tengah berkembang, pendidikan diposisikan sebagai sarana
untuk peningkatan kesejahteraan melalui pemanfaatan kesempatan kelja yang ada.
Dalam arti lain, tujuan akhir program pendidikan bagi masyarakat pengguna jasa
pendidikan, adalah mendapatlcan lapangan kerja yang diharapkan atau setidaktidaknya setelah lulus dapat bekerja di sektor formal yang memiliki nilai gengsi
atau nilai yang lebih tinggi dibanding sektor informaJ (fribantoyo, 2007).
Saat ini pemerintah juga mempunyai program dalam dllllia pendidikan,
yaitu untuk SMK sebanyak 70% dan 30% untuk SMA (frihantoyo, 2007).
Perubahan j umlah sekolahan ini terpicu data yang diperoleh di lapangan bahwa
pengangguran produktif kebanyakan adalah lulusan SMA. Pada dasarnya Sli-1A
diprogram untuk mereka yang melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi,
sedangkan pembekalan skill (untuk SMA) bisa dikatakan tidak ada. Berbeda
dengan dllllia SMK, mereka dituntut untuk menguasai skill serta diharapkan dapat
menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. SMK dapat menghasilkan lulusan yang
berkualitas dari segi keterampilan kerja, maka dari itu saat ini banyak perusahaan
yang membutuhkan lulusan dari SMK. Dinas Pendidikan telah rnenganjurkan
untuk lebih rnemilih SMK karena lebih menjanjikan dalarn dllllia kerja.
Dirnasukkannya anak-anak ke sekolahan kejuruan adalah agar siswa cepat
mendapat peketjaan selepas lulus, dengan bekal keterampilan yang didapat dari
sekolahan.
Sementara itu dalam proses belajar rnengajar di SMA di Indonesia, hampir
tidak ada SMA yang memberikan pendidikan ke'l-virausahaan bagi siswa!i
sehingga kernungkinan intensi untuk rnenjadi wirausaha dan kecenderungan
pengambilan resiko belurn terbentuk. Apakah dengan adanya perbedaan
kurikulum ini menghasilkan minat yang berbeda untuk terjun rnenjadi wirausaha
pada para siswanya. Melihat kondisi di atas, maka pendidikan IP A khususnya
pernbelajaran kimia pada saat ini diharapkan dapat memberi bekal bagi siswa
yang akan rnelanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi dan yang tidak
melanjutkan sekolah.
2
Materi atau bahan-bahan kimia saat ini banyak digunakan secara luas
... ~aim
kehidupan sehari-hari seperti susu. mentega, kosmetik. plastik, obat-obatan,
pupuk, pestisida, cat, semen, hair spray, ban karet, bahan bakar danjenis makanan
yang semuanya merupakan basil dari penerapan itmu kimia. Manfaat bahan kimia
akan terns meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan
keinginan manusia akan bahan-bahan baru. Memperhatikan produk-produk kimia
yang dihasitkan melalui mata pelajaran kimia, dirasakan perlu untuk mendorong
siswa terampil dan menguasai mata pelajaran kimia serta merasakan manfaat dari
belajar kimia dan diharapkan dapat menumbuhkan minat berwirausaha siswa.
Salah satu materi kimia yang sangat berguna bagi kehidupan manusia
adalah materi sistem koloid yang diajarkan pada siswa kelas XI SMA semester
genap, dengan standar kompetensi: menjelaskan sistem dan sifat koloid serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-sehari (Susilowati, 2009). Dengan
mempelajari materi sistem koloid siswa dapat mempelajari proses pengolahan
suatu bahan menjadi produk yang bermanfaat, bemi1ai ekonomi yang diharapkan
dapat menumbuhkan semangat atau jiwa berwirausaha. Namun pada prakteknya,
masih banyak siswa yang kesulitan dalam mempelajari kimia yang terlihat dari
rendahnya hasil belajar kimia sisv.'ll.
Menurut Rumansyah (2001), banyaknya konsep kimia yang bersifat
abstrak yang harus diserap siswa dalam waktu relatif terbatas menjadikan ilmu
kimia merupakan saiah satu mata pelajaran tersulit bagi siswa saat ini. Akibatnya,
banyak siswa SMU yang gaga! dalam belajar kimia. Beberapa hasil penelitian,
diantaranya adalah Wiseman 1981; Nakhleh 1992; Carter 1989; Kirkwood dan
Symington 1996 (dalam Rusmansyah, 2001), menunjukkan banyak siswa yang
dapat dengan mudah mempelajari mata pelajaran lain, tetapi mengalami kesulitan
dalam memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip kimia. Hal ini
dis~ba
b k an
karakteristik konsep ilmu kimia berbeda dengan konsep ilmu lainnya, sehingga
cara mempelajarinya juga tidak sama. Apalagi, secara forma! konsep ilmu kimia
baru diperoleh ketika siswa masuk SMU, sehingga wajar bila mereka mempelajari
konsep ilmu kimia dengan cara belajar yang cenderung sama dengan cara belajlp"
untuk konsep ilmu lainnya.
3
Salah satu faktor yang diduga menyebabkan suiitnya siswa memahami
materi kimia adalah penggunaan
meto~
_mengajar guru yang kurang tepat. Pada
hakikatnya dalam pembelajaran kimia sangat dibutuhkan suatu kegiatan yang
melibatkan siswa aktif, mampu berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan
suatu masalah, karena tidak semua materi pelajaran kimia yang disajikan oleh
guru dapat dimengerti siswa jika hanya disampaikan melalui ceramab. Namu.:1
kenyataan di lapangan, proses
pembl~Yarn
yang dilakukan guru saat ini masih
didominasi dengan metode ceramah dan berpusat pada buku (teks book), dan
dilanjutkan dengan pemberian tugas atau latihan.
Kimia sebagai proses dan produk seharu.snya marnpu memberikan
kontribusi yang cukup signifikan dalam meningkatkan kecerdasan dan prestasi
belajar sis\-'lla. Berbagai gejala atau fenomena alam dapat diketahui dengan belajar
kimia. Oleh karena itu, proses belajar kimia dapat dikaitkan langsung dengan
berbagai objek yang bermanfaat di sekitar kehidupan manusia. Selain itu kimia
dapat juga diguhakan sebagai alat untuk mendidik manusia (siswa) agar memiliki
pengetalman, ketrarnpilan, dan sikap ilmiah (Karyadi, 2005).
Atas dasar pemikiran di atas, tentunya periu upaya yang terns menerus
untuk mencari dan menemukan pendekatan
pembl~jarn
kimia yang unggul.
Daiam konteks KBK maupun KTSP, mengajar tidak diartikan sebagai proses
penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa, yang menempatkan siswa sebagai
objek belajar dan guru sebagai subjek. akan tetapi mengajar harus dipandang
sebagai proses pengaturan lingkungan agar siswa aktif dalam kegiatan belajar.
Agar siswa dapat mempelajari dan memahanli materi pelajaran kimia lebih
bermakna, guru harus mampu menemukan suatu pendekatan pembelajar..n kimia
yang mampu memotivasi siswa untuk belajar, dapat mengembangkan life skiil dan
pembelajaran kimia yang menarik. serta memupuk daya kreasi dan inovasi siswa.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dianggap paling tepat untuk
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran termasuk mengajarkan konsep
sistem koloid adalah melalui pendekatan kontekstual. Menurut Sanjaya (2005)
pendekatan kontekstual adalah ' mukanya' Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), artinya kontekstual
4
merupakan salah satu pendekatan yang dapat diandalkan dalam mengembangkan
dan mengimplementasikan KBK atau KTSP. Pendekatan kcntekstual merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi duma nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota ke!uarga dan masyar...kat. Pada pembelajaran kontekstual, tugas
guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya, maksudnya adalah guru Iebih
banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekeaja bersama untuk menemukan
sesuatu yang ban1 bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru (pengetahuan
dan ketrampilan) datang dari "menemukan sendiri", bukan dari "apa kata guru"
(Nurhadi dan Senduk 2003).
Melalui pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kimia khususnya
sistem koloid, materi yang diajarkan akan dikaitkan dengan objek nyata sehingga
selain dididik, siswa dapat mempelajari proses pengolaltan suatu bahan menjadi
produk yang bermanfaat, bernilai ekonomi dan menumbuhkan sema."J.gat/ji\1.'ll
berwirausaha, dengan demikian pembelajaran akan lebih bermakna dan
menyenangkan. Inti dari pendekatan kontekstual bukan membentuk siswa menjadi
seorang wirausahawan atau pedagang, tetapi dengan pembelajaran menggunakan
pendekatan kontekstua! diharapkan akan menumbuhkan semangat, jiwa maupun
minat berwirausaha bagi siswa dalam proses belajar seperti kreatif, inovatif,
benvawasan luas, ma:1.diri dan pantang menyerah.
Beranjak dari uraian Jatar belakang di atas, peneliti tertarik melakukan
penelitian
be:judul
"PENGARUH
CO/'tlTEXTUAL
TEACHING
AND
LEARNING APPROACH DAN MINAT BERWIRAUSAHA TERHADAP
HASIL BELAJAR
DALAM PEMBELAJARAN KIMIA DI SMA P ADA
POKOK BAHASAN SISTEM KOLOID".
1.2. Identiftkasi M2sa!ab
Berdasarkan Jatar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
banyak sekali fak'tor yang mempengaruhi basil belajar siswa pada mata pelajaran
kimia Hal. itu dapat ditinjau dari berbagai komponen proses belajar meogajar
..
5
seperti siswa, guru, kurikulum, metode mengajar, sarana dan prasarana, media dan
masih banyak komponen lainnya. Berdasarkan uraian latar belakang ters~
dapat diidentifikasi pennasalahan dalam penelitian ini, antara lain: Faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi hasil belajar kimia siswa? Bagaimanakah minat
belajar siswa terhadap pelajaran kimia? Apakah ada minat siswa untuk
berwirausaha setelah belajar kimia? Apakah ada hubungan minat berwirausaha
dengan hasil belajar kimia siswa? Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang
memiliki minat berwirausaha dengan siswa tidak memiliki minat berwirausaha?
Apakah minat berwirausaha siswa dapat dikembangkan dalam belajar kimia?
Apakah pendekatan pembelajaran yang selama ini digunakan oleh guru kimia
SMA di kelas sudah efektif? Apakah pendekatan yang digunakan guru dalam
mengajarkan kimia dapat menumbuhkan minat berwirausaha siswa? Apakah
dalam mengajarkan materi kimia khususnya materi sistem koloid, guru
menggunakan
pendekatan
kontekstual?
Sejauhmana
guru
menggunakan
pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kimia? Apakah ada interaksi antara
pendekatan pembelajaran dengan minat berwirausaha sisv.'a terhadap hasil belajar
kimia siswa?
1.3. Pembatasan Masalab
Mengingat luasnya permasalah yang teridentifikasi, maka perlu adanya
pembatasan masalah agar penelitian ini lebih terarah, dan yang menjadi batasan
masalah dalam penelitian ini antara lain:
l. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 14 Medan dan dibatasi hanya pada siswa
kelas XI tahun pelajaran 2010/20 ll.
2. Kelas yang diteliti dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu satu kelas
sebagai
kelompok eksperimen yang dibelajarkan
dengan pendekatan
kontekstual dan satu kelas lainnya sebagai kelompok pengontrol yang
dibelajarkan dengan pendekatan konvensional (ceramah). Selanjutnya dari
masing-masing kelas, siswa dikelompokkan lagi menjadi dua kelompok
berdasarkan minat berwirausaha siswa, yaitu kelompok siswa yang memiliki
:
minat berwirausaha tinggi dan kelompok s1swa yang memiliki minat
berwirausaha rendah.
3. Minat
berwirausaha
yang
dimaksud
dalam
penelitian
ini
adalah
kecenderungan hati dalam diri subyek untuk tertarik menciptakan suatu usaha
yang
kemudian
mengorganisisr,
mengatur,
menanggung
risiko
dan
mengembangkan usaha yang diciptakannya tersebut. Data minat berwirausaha
dijaring dengan menggunakan angket atau kuesioner yang dikembangkan oleh
peneliti berdasarkan pengertian minat berwirausaha.
4. Hasil belajar kimia yang dimaksud dalam penetitian ini dibatasi pada ranah
kognitif berdasadan taksonomi Bloom pada materi sistem koloid kelas XI
SMA semester genap yang diperoleh melalui tes hasil belajar pada aspek
pengetahuan atau ingatan (CI), pemahaman (C2) , aplikasi (C3), analisis (C4),
dan sintesis (C5) .
1.4. Perumusao Masalah
Untuk mempeijelas permasalahan sebagai dasar penelitian ini, maka perlu
dirumuskan permasalah yang akan diteliti, antara lain:
1. Apakah terdapat perbedaan basil belajar kimia antara siswa yang dibelajarkan
dengan pendekatan kontekstual dengan siswa yang dibelajarkan dengan
pendekatan konvensional?
2. Apakah terdapat perbedaan basil belajar kimia antara siswa yang merniliki
minat berwimusahan tinggi dengan siswa yang memiliki rninat berwirausaha
rendah?
3. Apakah terdapat interaksi atau pengaruh pendekatan pembelajaran dan minat
berwimusahan terhadap basil belajar kimia siswa?
1.5. Tujuao Peoelitiao
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan dilakukannya penelitian
secara umwn adalah untuk memperoleh intormasi ilmiah tentang efektivitas
pembelajaran kimia dengan pendekatan kontekstual dengan minat berwirausaha
serta pengaruhnya terhadap basil belajar kimia siswa.
..
7
Sedangkan secara khusus, pene!itian ini bertujuan untuk:
I. Mengetahui perbedaan hasil belajar kimia a..'ltara siswa yang dibelajarkan
dengan pendekatan kontekstual dengan siswa yang dibelajarkan dengan
pendekatan konvensional.
2. Mengetahui perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang memiliki minat
berwirausahan tinggi dengan siswa yang memiliki minat berwirausaha rendah
3. Mengetahui pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dan rninat
berwirausahan terhadap basil belajar kimia siswa
1.6. Manfaat Penelitiao
Temuan-temuan dari basil penelitian ini diharapkan dapat bennanfaat bagi
bidang pendidikan khususnya pada mata pelajaran kirnia, baik secara teoritis
maupun secara praktis. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya teori-teori yang berkaitan
dengan pendekatan pembelajaran dengan minat berwirausaha dim pengaruhnya
terhadap basil belajar kirnia siswa, serta sebagai kerangka acuaR bagi penelitian
lanjutan tentang pembelajaran yang sejenis.
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
dalam mengambil kebijakan agar diperoleh hasil belajar yang lebih baik pada
mata pelajaran kimia di SMA. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi
swnbangan pernikiran. informasi dan bahan acuan bagi guru tentang pendekatan
kontekstual dalarn memperbaiki proses pembelajaran di kelas, yang selanjutnya
diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan minat berwirausaha siswa
SMA dan pengaruhnya terhadap basil belajar siswa
8
BABY
KESIMPULAN, lMPLIKASI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil-hasil temuan penelitian, analisis data dan pengujian
hipotesis, maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut:
I . Terdapat perbedaan basil belajar kimia antara siswa yang dibelajarkan dengan
pendekatan kontekstual dengan siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan
konvensional. Dalam hal ini terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran
kontkstual terhadap basil belajar kimia siswa, dengan taraf signiftkansi 0,05.
2. Terdapat perbedaan basil belajar kirnia antara siswa yang memiliki minat
berwirausaha tinggi dengan siswa yang memiliki m inat berwirausaha rendah.
Dalam hal ini terdapat pengaruh basil belajar antara siswa yang memiliki minat
berwirausaha tinggi dan minat berwirausaha rendah, dengan taraf signitikansi
0,05.
3. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan minat berwirausaha
dalam mempengaruhi basil belajar kimia siswa. Hal ini memberi makna bahwa
siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan kontekstual meskipun memiliki minat
berwirausaha tinggi, maupun rendah tidak mempengaruhi basil belajar kimia
siswa berarti akan lebih baik dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan
pendekatan konvensional. Siswa yang minat berwirausahanya tinggi jika
dibelajarkan dengan pendekatan kontekstual maupun dengan
pendekatan
konvensional akan memperoleh nilai yang lebih baik jika dibandingkan siswa
yang mcmiliki minat berwirausaha rendah, tidak signifikan karena > 0,05.
5.2. lmplikasi
Banyak siswa yang menganggap kimia adalah pelajaran sulit, karena
karakteristik ilmu kimia berbeda dengan ilmu lainnya, sehingga cara mcmpelajarinya
juga tidak sama. Apalagi, secara formal konsep ilmu kimia baru diperoleh ketika
siswa masuk SMU sedangkan pada tingkat SMP kimia termasuk bagian dari mata
pelajaran IPA, sehingga wajar bila mereka mempelajari konsep ilmu kimia dengan
cara belajar yang cendcrung sama dengan cara belajar untuk konsep ilmu Iainnya.
Padahal materi atau bahan-bahan kimia saat ini banyak digunakan secara luas
dalam kehidupan sehari-hari seperti susu, mentega, kosmetik, plastik, pupuk, obat-
65
obatan, pestisida, cat, semen, hair spray, ban !caret, bahan bakar dan berbagai jenis
makanan yang semuanya merupakan basil dari penerapan ilmu kimia Memperhatikan
J
produk-produk kimia yang dihasilkan melalui mata pelajaran kimia, dirasakan perlu
untuk mendorong siswa terampil dan menguasai mata pelajaran kimia serta
merasakan manfaat dari belajar kimia ·dan diharapkan dapat menumbll1ikan minat
siswa dalam berwirausaha
Agar siswa dapat memahami materi-materi kimia yang dipelajarinya sehingga
timbul minat pada dirinya termasuk minat dalam berwirausaha, seorang guru dituntut
untuk lebih kreatif dan tidak hanya menggunakan metode atau pendekatan yang
bersifat konvensional, namun dapat menggunakan
model atau
pendekatan
pembelajaran yang dapat melibatkan siswa aktif dalam kegiatan belajar yang
bermakna, sehingga diharapkan setelah mempelajari materi-materi kimia siswa
mampu mengembangkan pengetahuan yang diperolehnya di dalam kelas dengan
konteks dalam dunia nyata. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah
pendekatan pembelajaran kontekstual.
Menerapkan pembelajaran kontekstual di dalam kelas bukanlah hal yang
mudah, oleh karena itu diharapkan guru agar lcbih kreatif dapat merancang dan
menentukan alokasi waktu yang sesuai sehitigga semua matcri yang dibelajarkan
kepada siswa
~apt
tersampaikan dengan baik_dan diterima siswa dengan mudah dan
dapat diingat oleh siswa dalam waktu yang lama, karcna pada dasamya pendekatan
kontekstual ditcrapkan di dalam kclas dengan tujuan untuk memotivasi siswa agar
mampu menghubungkan pengctahuan yang dipcrolehnya di dalam kelas dcngan
penerapannya dalam kehidupan nyata.
Dalam pembelajaran kontekstual guru hendaknya memberikan kemudahan
belajar kepada siswa, dcngan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang
memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembclajaran yang bcrupa
hapalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan
siswa belajar. Lingkungan yang kondusif sangat penting dan sangat menul1iang
pembclajaran kontekstual, dan keberhasilan pembclajaraan secara keseluruhan.
Di samping metode atau pendekatan yang digunakan guru, faktor lain yang
berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar adalah minat belajar siswa
yang merupakan faktor intern siswa. Karcna minat mempunyai andil yang sangat
besar dalam memegang keberhasilan. Seseorang akan memetik basil dari bclajamya
manakala ia benninat pada sesuatu yang ia pelajari. Oleh karena itu, guru harus
66
berusaha untuk lebih menumbuhkan minat belajar pada diri siswa salah satunya minat
dalam berwirausaha sehingga siswa merasa belajar kimia merupakan suatu kebutuhan
bukan keterpaksaan.
Pendekatan
konstruktivisme
kontekstual
dengan
ketujuh
komponennya,
(constructivism);
(2)
menemukan
(inquiri);
(3)
yaitu:
I)
bertanya
(questioning); (4) masyarakat belajar (learning community); (5) pemodelan
(modelling); (6) refleksi (reflection); dan (7) penilaian yang sebenamya (authentic
assessment), diharapkan dapat menumbuhk:embangkan minat berwirausaha pada diri
siswa sehingga siswa merasa senang dalam belajar kimia. Oleb karena itu agar
pendekatan
pembl~a
ran
kontekstual ini dapat menumbuhk:an minat berwirausaha
siswa, diharapkan guru dapat mcnghubungk.an materi yang diajarkan dengan dunia
nyata terutama dalam dunia-dunia usaha dari basil penerapan ilmu kimia yang ada.
5.3. Saran
f
Berdasarkan basil penelitian dan simpulan-simpulan di atas, maka sebagai
tindak lafl.i ut penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut :
I. He ndaknya dalam mengajarkan materi kimia guru tidak hanya sekedar
menyampaikan konsep-konscp kimia kepada siswa, namun bagaimana siswa
dapat menghubungkan maupun mencrapkan konsep yang dibelajarkan ke dalam
kehidupan sehari-hari mereka termasuk dalam dunia usaha sehingga siswa
merasakan banyaknya manfuat dari belajar kimia
2. Sebagai upaya untuk meningkatkan basil belajar siswa secara optimal, hendaknya
guru dapat merancang suatu pendekatan pembelajaran yang dapat mclibatkan
siswa secara aktif selama proses pembelajaran salah satunya dcngan pendekatan
kontekstual, dan diharapkan untuk selalu memberikan motivasi kepada siswa agar
konsentrasi dan lcbib kreatif dalam
bel~ar.
3. Penerapan langkah-langkah pendekatan kontekstual perlu dipersiapkan dengan
baik dan matang oleb guru sehigga dapat melibatkan siswa secara langsung dalam
pembclajaran dan mampu menumbuhkan minat belajar pada diri siswa termasuk
minat dalam berwirausaha
4. Para siswa juga diharapkan agar lebih aktif dan kretif selama proses pembelajaran
baik dalam hal bertanya, menjawab pertanyaan, kepekaan terhadap lingkungan,
memccahkan permasalahan yang ada dan diharapkan untuk selalu konsentrasi dan
let?ih meningkatkan minat dalam belajar.
67
5. Sekolah diharapkan lebih memperhatikan kesediaan alat-alat maupun bahan
praktikum untuk membantu guru dalam
me~Ualnk
tugas mengajamya sehingga
siswa juga dapat memahami materi yang dibelajarkan dengan inkuiri melalui
praktikum yang dilakukan.
6. Kepada peneliti dan pemerhati pendidikan khususnya bidang pendidikan·. kimia.
Karena penelitian ini barn sampai rnengangkat pengaruh pendekatan pembelajaran
dan minat berwirausaha siswa terhadap basil belajar kirnia siswa di kelas XI
SMA, rnaka peneliti berharap kiranya para peneliti selanjutnya dapat melanjutkan
penelitian pasca penelitian ini. Hal ini penting agar basil penelitian ini bermanfaat
sebagai penyeimbang teori rnaupun sebagai reformasi terhadap dunia pendidikan
khususnya dalam penggunaan metode, model ataupun pendekatan pembelajaran di
dalam kelas.
~
~
z
~
~
m
&, I
~
m
E-9
68
DAFfAR PUSTAKA
Alma, B., (2004). Kewirausahaan. Alfabeta, Bandung.
Arikunto, S., ( 1999). Prosedur Pene/itian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka
Cipta, Jakarta.
Arikunto, S., (2002). Dasar-dasar Evaiuasi Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta.
Conpolat, N., (2003). Student's Understanding Of Chemistry Concepts. Journal
Of Chemical Education. Col. 80. Number II, November 2003. PP (13281331 ).
Depdiknas, (2003). Kurikulum Mata Pelajaran Kimia, Depdiknas, Jakarta.
Gagne, R.M., (1 977). The Condition Of Learning (3rd Ed). Hall Rinehort and
Winston, New York.
Guilfard, P.J., (1954). Psychometric Methods. Me Graw Hill, New York.
Joyce, B., dan Weil, M., (1985). Model Of Teaching, Foreword by James.
Wolfsixth Edition, Amerika
Majid, A., (2006). Perencanaan Pembelajaran. Rosda Karya, Bandung.
Medrich, E., Calderon, S., and Hoachlander, G., (2003). Contextual Teaching and
Learning Strategies in High Schools: Developing a Vision for Support and
Evaluation. MPR Associates, Inc. American Youth Policy Fomm,
Washington, DC.
Meltzer, D.E., (2002). The relation Between Math and Concept Learning Gain in
Physics: American Journal Physics, 70 (12), 1259-1267
Mulyasa, E., (2006). Menjadi Guru Profesional. Rosda Karya, Bandung.
Muslich, M., (2007). Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konseptual. Bumi
Aksara, Jakarta.
I
'
I
Nasution, S., ( 1982). Didakti Azas-Azas Mengajar. Bumi Aksara, Jakarta.
Nurani, Y., (20030. Strategfi Pembelajaran, Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka, Jakarta.
Purba, M., (2004). Kimia Untuk SMA Kelas IX, Erlangga, Jakarta
Purwanto, N., ( 1991). Psikalogi Pendi1il«m. Rosda Karya, Bandung.
69
Rusmansyah, 1., (2001). Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Konsep
Kimia Karbon melalui Strategi Peta Konsep (Concept mapping), 21 April
2005, http: llwww.depdiknas.go.id/jurnal/42/Rusmansyah Htm.
Sandjaya, W., (2007). Strategi Pembe/ajaran. Penebit Kencana Prenada Media
Group, Jakarta.
Santoso, (1993). Lingkungan Tempat Tinggal Menentukan Minot Berwirausaha.
FKlP-UNS, Surakarta.
Slamet, M., (1985). Prinsip-prinsip Be/ajar Mengajar dan Mengajar Efektif. IPB
(Institute Pertanian Bogor), BQgor.
Slameto, (1995). Be/ajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka
Cipta, Jakarta.
Smith. B.P., 2006. Contextual Teaching And Learning Practices In The Family
And Consumer Sciences Curriculum Journal of Family and Consumer
Sciences Education, Vol. 24, No. I , Spring/Summer, 2006.
Sudannono, U., (2005). Kimia Untuk SMA kelas XI. Erlangga, Jakarta
Sudjana, N dan Rivai., A., (2001). Media Pembelajaran. Sinar Baru Algensindd,
Bandung.
Sudjana., (2002) , Metoda Stalistika. Tarsito, Bandung.
Sumarsono, S., (20 I 0). Kewirausahaan. Graha Ilmu, Yogyakarta.
"tft
Suryabrata, S., ( 1984). Psikologi Pendidikan. Rajawali, Jakarta.
Suyanti, D.R., (2008). Strategi Pembelajaran Kimia, Universitas Negeri Medan
Program Pasca Sarjana, Medan.
Usman, Muhammad U dan Setawati L., (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan
Belajar Mengajar. Remaja Rosda Karya, Bandung.
Wahid, A., (2006). Membangun Karakter dan Kepribadian Kewirausahaan.
Graha Ilmu, Yogyakarta.
Wahyuningsih, A., (2009). Panduan Kewirausahaan. Esia Media, Bogor.
Winkel, WS., ( 1991). Psikologi Pengajaran. Gramedia, Jakarta.
I
70
e~.s
PENGARUH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING APPROACH
DAN MINAT BERWIRAUSAHA TERHADAP HASIL BELAJAR
DALAM PEMBELAJARAN KIMIA Dl SMA PADA
POKOK BAIIASAN SISTEM KOLOID
TES I S
Diajuka.n Untuk Memenuhi Persyara.tan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia
Oleh:
WINA MARIANA
NH\1 : 061188410009
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS N EGERI MEDAN
MEDAN
2011
TESIS
PENGARUH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING APPROACH
DAN MINAT BERWIRAUSAHA TERHADAP BASIL BELAJAR
DALAM PEMBELAJARAN KIMIA DI SMA
PADA POKOK BAHASAN SISTEM KOLOID
Disusun dan diajukan oleh:
WINA MARIANA
NIM.061188410009
Telah Dipertahankan di Depan Panitia Ujian Tesis
Pada TanggallO Maret 2011 dan Dinyatakan Telah Memenuhi
Salah Satu-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia
Medan, I 0 Maret 20 II
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Pembimbing I
Pe:]la~
Dr. Retno Dwi Suyanti. M.Si
NIP. 19660I26 I991 03 2 003
530320 198012I 001
I
J
Mengetahui
i
J
Ketua Program Studi
Pendidikan Kimia
\
\
\
~
Prof. Dr. Ramlan Silaban, M.Si
NIP. 19600618 198703 1 002
PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI
UJIAN TESIS MAGISTER PENDIDIKAN
NO NAMA
1.
Prof. Dr. Albinus Silalahi, MS
NIP. 19530320 198012 1 001
(Pembimbing I)
2.
Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si
NIP. 19660126 199103 2 003
(Pembimbing II)
3.
Prof. Dr. Ramlan Silaban, M.Si
NIP. 19660126 1991003 1 003
(Narasumber)
4.
Dr. Simson Tarigan, M.Pd
NIP. 19600223 198306 1 005
(Nara Sumber)
5.
Dr. Mahmud, M.Sc
NIP. 19580222 198903 1 002
(Nara Sumber)
%£
.........:. :.:.L.........
ABSTRAK
WINA MARIANA, Pengaruh Contextual Teaching And Learning Approach
dan Minat Berwirausaba terhadap Hasil Belajar dalam Pembelajaran Kimia
di SMA pada Pokok Bahasan Sistem Koloid. Tesis. Medan: Program Studi
Pendidikan Kimia Pascasaljana UNIMED, 20 II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (I) perbedaan basil
belajar kimia antara siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan kontekstual
dengan siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan konvensional; {2) perbedaan
basil belajar kimia antara siswa yang memiliki minat berwirausaba tinggi dan
siswa yang memiliki minat berwirausaha rendah; (3) Pengaruh interaksi antara
Penel pendekatan pembelajaran dan minat berwirausaha terhadap basil belajar
kimia siswa.Penelitian termasuk penelitian quasi eksperimen menggunakan desain
faktorial 2 x 2. Sampel penelitian ini sebanyak 2 kelas terdiri dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol yang ditentukan secara acak (random sampling).
Instrumen penelitian menggunakan tes hasil belajar beljumlah 30 soal dalam
bentuk pilihan berganda yang telah diuji validitas, reliabilitas, daya beda, tingkat
kesukaran, dan angket minat berwirausaha sebanyak 32 butir yang telah valid dan
reliabel. Teknik analisis yang digunakan teknik analisis varians dua jalur (Two
Ways Anova) dengan bantuan program SPSS 16,0. Hasil penelitian dan penguj ian
hipotesis disimpulkan babwa : {l) terdapat perbedaan basil belajar kimia antara
siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan kontekstual dengan siswa yang
dibelajarkan dengan pendekatan konvensional, pada taraf signifikansi 0,05. (2)
terdapat perbedaan basil belajar kimia antara siswa yang memiliki minat
berwirausaba tinggi dengan siswa memiliki minat berwirausaha rendab, pada taraf
signifikansi 0,05. (3) tidak terdapat pengaruh interaksi antara pcndekatan
pembelajaran dan minat berwirausaba terbadap basil belajar kimia siswa, tidak
signifikan karena > 0,05. Hal ini memberi makna babwa siswa yang dibelajarkan
dengan pendekatan kontekstual meskipun memiliki minat berwirausaba tinggi,
maupun rendah belum tentu akan lebih baik dibandingkan siswa yang
dibelajarkan dengan pendekatan konvensional.
..
BABI
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalab
Seiring dengan bertambah pesatnya jumla.~
penduduk di Indonesia dalam
era globalisasi dan industrialisasi dewasa ini menimbulk.an banyak pennasalaha.n,
tennasuk menyempitnya lapangan pekeljaan. Kesempatan kelja dengan orang
yang mencari kerja lebih banyak orang yang ingin mencari kerja, sehingga banyak
orang yang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja. Akibatnya jumlah
pengangguran semakin besar yang berdampak pada kondisi perekonomian di
Indonesia. Belakangan ini juga semakin banyak perusahaan-perusahaan yang
mengurangijumlah pekerjanya sehingga pengangguran pun semakin bertambah.
Pengangguran tidak hanya disebabkan oleh terbatasnya kesempatan kerja,
tetapi j uga oleh ketidakmampuan pencari kerja untuk memenuhi persyaratan atau
kualiflkasi yang diminta oleh dunia usaha. Oleh karena itu, setiap pencari kerja
perlu dibekali pengetahuan, keterampilan dan sikap tertentu. Sikap yang
diperlukan oleh semua orang baik yang alr.an berwi.rausaha maupun sebagai
pencari keija adalah sikap atau minat wirausaha. Alma (2006), seorang wirausaha
mempunyai ciri-ciri yaitu: percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, berani
mengambil resiko, mampu memimpin, orisinil, berorientasi ke masa depan dan
kreativitas. Sementara Santoso (1993) menyatakan bahwa minat wirausaha adalah
gejala psikis untuk memusatkan perhatian dan berbuat sesuatu terhadap wirausaha
itu dengan perasaan senang karena memba\va manfaat bagi dirinya dan orang lain.
Apabila seseorang mempunyai minat untuk menciptakan lapangan pekeljaan
sendiri (berwirausaha) yaitu dengan bekelja sesuai keterampilan dan pengetahuan
yang dimiliki, maka tidak usah mengandalkan untuk mendapatkan pekeljaan dari
orang lain atau bekerja pada instansi pemerintah.
Bidang pendidikan sangatlah penting dan harus diperhatikan, karena
berdampak pada bidang-bida."lg yang lain. Masalah kependidikan yang serius
dihadapi oleh negara berkembang khususnya yang dihadapi oleh Indonesia, antara
lain berkisar pada masalah mutu pendidikan, kesiapan tenaga pendidik, fasilitas.
dan lapangan pekerjaan. Dengan melihat masalah yang terakhir yaitu, lapangan
pekerjaan,
kekurangtersediaan
lapangan
pekerjaan
akan
berimbas
pada
kem~p_na
sosial dan eksistensi pendidikan dalam perspektif masyarakat. Pada
masyarakat yang tengah berkembang, pendidikan diposisikan sebagai sarana
untuk peningkatan kesejahteraan melalui pemanfaatan kesempatan kelja yang ada.
Dalam arti lain, tujuan akhir program pendidikan bagi masyarakat pengguna jasa
pendidikan, adalah mendapatlcan lapangan kerja yang diharapkan atau setidaktidaknya setelah lulus dapat bekerja di sektor formal yang memiliki nilai gengsi
atau nilai yang lebih tinggi dibanding sektor informaJ (fribantoyo, 2007).
Saat ini pemerintah juga mempunyai program dalam dllllia pendidikan,
yaitu untuk SMK sebanyak 70% dan 30% untuk SMA (frihantoyo, 2007).
Perubahan j umlah sekolahan ini terpicu data yang diperoleh di lapangan bahwa
pengangguran produktif kebanyakan adalah lulusan SMA. Pada dasarnya Sli-1A
diprogram untuk mereka yang melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi,
sedangkan pembekalan skill (untuk SMA) bisa dikatakan tidak ada. Berbeda
dengan dllllia SMK, mereka dituntut untuk menguasai skill serta diharapkan dapat
menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. SMK dapat menghasilkan lulusan yang
berkualitas dari segi keterampilan kerja, maka dari itu saat ini banyak perusahaan
yang membutuhkan lulusan dari SMK. Dinas Pendidikan telah rnenganjurkan
untuk lebih rnemilih SMK karena lebih menjanjikan dalarn dllllia kerja.
Dirnasukkannya anak-anak ke sekolahan kejuruan adalah agar siswa cepat
mendapat peketjaan selepas lulus, dengan bekal keterampilan yang didapat dari
sekolahan.
Sementara itu dalam proses belajar rnengajar di SMA di Indonesia, hampir
tidak ada SMA yang memberikan pendidikan ke'l-virausahaan bagi siswa!i
sehingga kernungkinan intensi untuk rnenjadi wirausaha dan kecenderungan
pengambilan resiko belurn terbentuk. Apakah dengan adanya perbedaan
kurikulum ini menghasilkan minat yang berbeda untuk terjun rnenjadi wirausaha
pada para siswanya. Melihat kondisi di atas, maka pendidikan IP A khususnya
pernbelajaran kimia pada saat ini diharapkan dapat memberi bekal bagi siswa
yang akan rnelanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi dan yang tidak
melanjutkan sekolah.
2
Materi atau bahan-bahan kimia saat ini banyak digunakan secara luas
... ~aim
kehidupan sehari-hari seperti susu. mentega, kosmetik. plastik, obat-obatan,
pupuk, pestisida, cat, semen, hair spray, ban karet, bahan bakar danjenis makanan
yang semuanya merupakan basil dari penerapan itmu kimia. Manfaat bahan kimia
akan terns meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan
keinginan manusia akan bahan-bahan baru. Memperhatikan produk-produk kimia
yang dihasitkan melalui mata pelajaran kimia, dirasakan perlu untuk mendorong
siswa terampil dan menguasai mata pelajaran kimia serta merasakan manfaat dari
belajar kimia dan diharapkan dapat menumbuhkan minat berwirausaha siswa.
Salah satu materi kimia yang sangat berguna bagi kehidupan manusia
adalah materi sistem koloid yang diajarkan pada siswa kelas XI SMA semester
genap, dengan standar kompetensi: menjelaskan sistem dan sifat koloid serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-sehari (Susilowati, 2009). Dengan
mempelajari materi sistem koloid siswa dapat mempelajari proses pengolahan
suatu bahan menjadi produk yang bermanfaat, bemi1ai ekonomi yang diharapkan
dapat menumbuhkan semangat atau jiwa berwirausaha. Namun pada prakteknya,
masih banyak siswa yang kesulitan dalam mempelajari kimia yang terlihat dari
rendahnya hasil belajar kimia sisv.'ll.
Menurut Rumansyah (2001), banyaknya konsep kimia yang bersifat
abstrak yang harus diserap siswa dalam waktu relatif terbatas menjadikan ilmu
kimia merupakan saiah satu mata pelajaran tersulit bagi siswa saat ini. Akibatnya,
banyak siswa SMU yang gaga! dalam belajar kimia. Beberapa hasil penelitian,
diantaranya adalah Wiseman 1981; Nakhleh 1992; Carter 1989; Kirkwood dan
Symington 1996 (dalam Rusmansyah, 2001), menunjukkan banyak siswa yang
dapat dengan mudah mempelajari mata pelajaran lain, tetapi mengalami kesulitan
dalam memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip kimia. Hal ini
dis~ba
b k an
karakteristik konsep ilmu kimia berbeda dengan konsep ilmu lainnya, sehingga
cara mempelajarinya juga tidak sama. Apalagi, secara forma! konsep ilmu kimia
baru diperoleh ketika siswa masuk SMU, sehingga wajar bila mereka mempelajari
konsep ilmu kimia dengan cara belajar yang cenderung sama dengan cara belajlp"
untuk konsep ilmu lainnya.
3
Salah satu faktor yang diduga menyebabkan suiitnya siswa memahami
materi kimia adalah penggunaan
meto~
_mengajar guru yang kurang tepat. Pada
hakikatnya dalam pembelajaran kimia sangat dibutuhkan suatu kegiatan yang
melibatkan siswa aktif, mampu berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan
suatu masalah, karena tidak semua materi pelajaran kimia yang disajikan oleh
guru dapat dimengerti siswa jika hanya disampaikan melalui ceramab. Namu.:1
kenyataan di lapangan, proses
pembl~Yarn
yang dilakukan guru saat ini masih
didominasi dengan metode ceramah dan berpusat pada buku (teks book), dan
dilanjutkan dengan pemberian tugas atau latihan.
Kimia sebagai proses dan produk seharu.snya marnpu memberikan
kontribusi yang cukup signifikan dalam meningkatkan kecerdasan dan prestasi
belajar sis\-'lla. Berbagai gejala atau fenomena alam dapat diketahui dengan belajar
kimia. Oleh karena itu, proses belajar kimia dapat dikaitkan langsung dengan
berbagai objek yang bermanfaat di sekitar kehidupan manusia. Selain itu kimia
dapat juga diguhakan sebagai alat untuk mendidik manusia (siswa) agar memiliki
pengetalman, ketrarnpilan, dan sikap ilmiah (Karyadi, 2005).
Atas dasar pemikiran di atas, tentunya periu upaya yang terns menerus
untuk mencari dan menemukan pendekatan
pembl~jarn
kimia yang unggul.
Daiam konteks KBK maupun KTSP, mengajar tidak diartikan sebagai proses
penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa, yang menempatkan siswa sebagai
objek belajar dan guru sebagai subjek. akan tetapi mengajar harus dipandang
sebagai proses pengaturan lingkungan agar siswa aktif dalam kegiatan belajar.
Agar siswa dapat mempelajari dan memahanli materi pelajaran kimia lebih
bermakna, guru harus mampu menemukan suatu pendekatan pembelajar..n kimia
yang mampu memotivasi siswa untuk belajar, dapat mengembangkan life skiil dan
pembelajaran kimia yang menarik. serta memupuk daya kreasi dan inovasi siswa.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dianggap paling tepat untuk
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran termasuk mengajarkan konsep
sistem koloid adalah melalui pendekatan kontekstual. Menurut Sanjaya (2005)
pendekatan kontekstual adalah ' mukanya' Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), artinya kontekstual
4
merupakan salah satu pendekatan yang dapat diandalkan dalam mengembangkan
dan mengimplementasikan KBK atau KTSP. Pendekatan kcntekstual merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi duma nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota ke!uarga dan masyar...kat. Pada pembelajaran kontekstual, tugas
guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya, maksudnya adalah guru Iebih
banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekeaja bersama untuk menemukan
sesuatu yang ban1 bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru (pengetahuan
dan ketrampilan) datang dari "menemukan sendiri", bukan dari "apa kata guru"
(Nurhadi dan Senduk 2003).
Melalui pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kimia khususnya
sistem koloid, materi yang diajarkan akan dikaitkan dengan objek nyata sehingga
selain dididik, siswa dapat mempelajari proses pengolaltan suatu bahan menjadi
produk yang bermanfaat, bernilai ekonomi dan menumbuhkan sema."J.gat/ji\1.'ll
berwirausaha, dengan demikian pembelajaran akan lebih bermakna dan
menyenangkan. Inti dari pendekatan kontekstual bukan membentuk siswa menjadi
seorang wirausahawan atau pedagang, tetapi dengan pembelajaran menggunakan
pendekatan kontekstua! diharapkan akan menumbuhkan semangat, jiwa maupun
minat berwirausaha bagi siswa dalam proses belajar seperti kreatif, inovatif,
benvawasan luas, ma:1.diri dan pantang menyerah.
Beranjak dari uraian Jatar belakang di atas, peneliti tertarik melakukan
penelitian
be:judul
"PENGARUH
CO/'tlTEXTUAL
TEACHING
AND
LEARNING APPROACH DAN MINAT BERWIRAUSAHA TERHADAP
HASIL BELAJAR
DALAM PEMBELAJARAN KIMIA DI SMA P ADA
POKOK BAHASAN SISTEM KOLOID".
1.2. Identiftkasi M2sa!ab
Berdasarkan Jatar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
banyak sekali fak'tor yang mempengaruhi basil belajar siswa pada mata pelajaran
kimia Hal. itu dapat ditinjau dari berbagai komponen proses belajar meogajar
..
5
seperti siswa, guru, kurikulum, metode mengajar, sarana dan prasarana, media dan
masih banyak komponen lainnya. Berdasarkan uraian latar belakang ters~
dapat diidentifikasi pennasalahan dalam penelitian ini, antara lain: Faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi hasil belajar kimia siswa? Bagaimanakah minat
belajar siswa terhadap pelajaran kimia? Apakah ada minat siswa untuk
berwirausaha setelah belajar kimia? Apakah ada hubungan minat berwirausaha
dengan hasil belajar kimia siswa? Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang
memiliki minat berwirausaha dengan siswa tidak memiliki minat berwirausaha?
Apakah minat berwirausaha siswa dapat dikembangkan dalam belajar kimia?
Apakah pendekatan pembelajaran yang selama ini digunakan oleh guru kimia
SMA di kelas sudah efektif? Apakah pendekatan yang digunakan guru dalam
mengajarkan kimia dapat menumbuhkan minat berwirausaha siswa? Apakah
dalam mengajarkan materi kimia khususnya materi sistem koloid, guru
menggunakan
pendekatan
kontekstual?
Sejauhmana
guru
menggunakan
pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kimia? Apakah ada interaksi antara
pendekatan pembelajaran dengan minat berwirausaha sisv.'a terhadap hasil belajar
kimia siswa?
1.3. Pembatasan Masalab
Mengingat luasnya permasalah yang teridentifikasi, maka perlu adanya
pembatasan masalah agar penelitian ini lebih terarah, dan yang menjadi batasan
masalah dalam penelitian ini antara lain:
l. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 14 Medan dan dibatasi hanya pada siswa
kelas XI tahun pelajaran 2010/20 ll.
2. Kelas yang diteliti dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu satu kelas
sebagai
kelompok eksperimen yang dibelajarkan
dengan pendekatan
kontekstual dan satu kelas lainnya sebagai kelompok pengontrol yang
dibelajarkan dengan pendekatan konvensional (ceramah). Selanjutnya dari
masing-masing kelas, siswa dikelompokkan lagi menjadi dua kelompok
berdasarkan minat berwirausaha siswa, yaitu kelompok siswa yang memiliki
:
minat berwirausaha tinggi dan kelompok s1swa yang memiliki minat
berwirausaha rendah.
3. Minat
berwirausaha
yang
dimaksud
dalam
penelitian
ini
adalah
kecenderungan hati dalam diri subyek untuk tertarik menciptakan suatu usaha
yang
kemudian
mengorganisisr,
mengatur,
menanggung
risiko
dan
mengembangkan usaha yang diciptakannya tersebut. Data minat berwirausaha
dijaring dengan menggunakan angket atau kuesioner yang dikembangkan oleh
peneliti berdasarkan pengertian minat berwirausaha.
4. Hasil belajar kimia yang dimaksud dalam penetitian ini dibatasi pada ranah
kognitif berdasadan taksonomi Bloom pada materi sistem koloid kelas XI
SMA semester genap yang diperoleh melalui tes hasil belajar pada aspek
pengetahuan atau ingatan (CI), pemahaman (C2) , aplikasi (C3), analisis (C4),
dan sintesis (C5) .
1.4. Perumusao Masalah
Untuk mempeijelas permasalahan sebagai dasar penelitian ini, maka perlu
dirumuskan permasalah yang akan diteliti, antara lain:
1. Apakah terdapat perbedaan basil belajar kimia antara siswa yang dibelajarkan
dengan pendekatan kontekstual dengan siswa yang dibelajarkan dengan
pendekatan konvensional?
2. Apakah terdapat perbedaan basil belajar kimia antara siswa yang merniliki
minat berwimusahan tinggi dengan siswa yang memiliki rninat berwirausaha
rendah?
3. Apakah terdapat interaksi atau pengaruh pendekatan pembelajaran dan minat
berwimusahan terhadap basil belajar kimia siswa?
1.5. Tujuao Peoelitiao
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan dilakukannya penelitian
secara umwn adalah untuk memperoleh intormasi ilmiah tentang efektivitas
pembelajaran kimia dengan pendekatan kontekstual dengan minat berwirausaha
serta pengaruhnya terhadap basil belajar kimia siswa.
..
7
Sedangkan secara khusus, pene!itian ini bertujuan untuk:
I. Mengetahui perbedaan hasil belajar kimia a..'ltara siswa yang dibelajarkan
dengan pendekatan kontekstual dengan siswa yang dibelajarkan dengan
pendekatan konvensional.
2. Mengetahui perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang memiliki minat
berwirausahan tinggi dengan siswa yang memiliki minat berwirausaha rendah
3. Mengetahui pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dan rninat
berwirausahan terhadap basil belajar kimia siswa
1.6. Manfaat Penelitiao
Temuan-temuan dari basil penelitian ini diharapkan dapat bennanfaat bagi
bidang pendidikan khususnya pada mata pelajaran kirnia, baik secara teoritis
maupun secara praktis. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya teori-teori yang berkaitan
dengan pendekatan pembelajaran dengan minat berwirausaha dim pengaruhnya
terhadap basil belajar kirnia siswa, serta sebagai kerangka acuaR bagi penelitian
lanjutan tentang pembelajaran yang sejenis.
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
dalam mengambil kebijakan agar diperoleh hasil belajar yang lebih baik pada
mata pelajaran kimia di SMA. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi
swnbangan pernikiran. informasi dan bahan acuan bagi guru tentang pendekatan
kontekstual dalarn memperbaiki proses pembelajaran di kelas, yang selanjutnya
diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan minat berwirausaha siswa
SMA dan pengaruhnya terhadap basil belajar siswa
8
BABY
KESIMPULAN, lMPLIKASI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil-hasil temuan penelitian, analisis data dan pengujian
hipotesis, maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut:
I . Terdapat perbedaan basil belajar kimia antara siswa yang dibelajarkan dengan
pendekatan kontekstual dengan siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan
konvensional. Dalam hal ini terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran
kontkstual terhadap basil belajar kimia siswa, dengan taraf signiftkansi 0,05.
2. Terdapat perbedaan basil belajar kirnia antara siswa yang memiliki minat
berwirausaha tinggi dengan siswa yang memiliki m inat berwirausaha rendah.
Dalam hal ini terdapat pengaruh basil belajar antara siswa yang memiliki minat
berwirausaha tinggi dan minat berwirausaha rendah, dengan taraf signitikansi
0,05.
3. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan minat berwirausaha
dalam mempengaruhi basil belajar kimia siswa. Hal ini memberi makna bahwa
siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan kontekstual meskipun memiliki minat
berwirausaha tinggi, maupun rendah tidak mempengaruhi basil belajar kimia
siswa berarti akan lebih baik dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan
pendekatan konvensional. Siswa yang minat berwirausahanya tinggi jika
dibelajarkan dengan pendekatan kontekstual maupun dengan
pendekatan
konvensional akan memperoleh nilai yang lebih baik jika dibandingkan siswa
yang mcmiliki minat berwirausaha rendah, tidak signifikan karena > 0,05.
5.2. lmplikasi
Banyak siswa yang menganggap kimia adalah pelajaran sulit, karena
karakteristik ilmu kimia berbeda dengan ilmu lainnya, sehingga cara mcmpelajarinya
juga tidak sama. Apalagi, secara formal konsep ilmu kimia baru diperoleh ketika
siswa masuk SMU sedangkan pada tingkat SMP kimia termasuk bagian dari mata
pelajaran IPA, sehingga wajar bila mereka mempelajari konsep ilmu kimia dengan
cara belajar yang cendcrung sama dengan cara belajar untuk konsep ilmu Iainnya.
Padahal materi atau bahan-bahan kimia saat ini banyak digunakan secara luas
dalam kehidupan sehari-hari seperti susu, mentega, kosmetik, plastik, pupuk, obat-
65
obatan, pestisida, cat, semen, hair spray, ban !caret, bahan bakar dan berbagai jenis
makanan yang semuanya merupakan basil dari penerapan ilmu kimia Memperhatikan
J
produk-produk kimia yang dihasilkan melalui mata pelajaran kimia, dirasakan perlu
untuk mendorong siswa terampil dan menguasai mata pelajaran kimia serta
merasakan manfaat dari belajar kimia ·dan diharapkan dapat menumbll1ikan minat
siswa dalam berwirausaha
Agar siswa dapat memahami materi-materi kimia yang dipelajarinya sehingga
timbul minat pada dirinya termasuk minat dalam berwirausaha, seorang guru dituntut
untuk lebih kreatif dan tidak hanya menggunakan metode atau pendekatan yang
bersifat konvensional, namun dapat menggunakan
model atau
pendekatan
pembelajaran yang dapat melibatkan siswa aktif dalam kegiatan belajar yang
bermakna, sehingga diharapkan setelah mempelajari materi-materi kimia siswa
mampu mengembangkan pengetahuan yang diperolehnya di dalam kelas dengan
konteks dalam dunia nyata. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah
pendekatan pembelajaran kontekstual.
Menerapkan pembelajaran kontekstual di dalam kelas bukanlah hal yang
mudah, oleh karena itu diharapkan guru agar lcbih kreatif dapat merancang dan
menentukan alokasi waktu yang sesuai sehitigga semua matcri yang dibelajarkan
kepada siswa
~apt
tersampaikan dengan baik_dan diterima siswa dengan mudah dan
dapat diingat oleh siswa dalam waktu yang lama, karcna pada dasamya pendekatan
kontekstual ditcrapkan di dalam kclas dengan tujuan untuk memotivasi siswa agar
mampu menghubungkan pengctahuan yang dipcrolehnya di dalam kelas dcngan
penerapannya dalam kehidupan nyata.
Dalam pembelajaran kontekstual guru hendaknya memberikan kemudahan
belajar kepada siswa, dcngan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang
memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembclajaran yang bcrupa
hapalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan
siswa belajar. Lingkungan yang kondusif sangat penting dan sangat menul1iang
pembclajaran kontekstual, dan keberhasilan pembclajaraan secara keseluruhan.
Di samping metode atau pendekatan yang digunakan guru, faktor lain yang
berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar adalah minat belajar siswa
yang merupakan faktor intern siswa. Karcna minat mempunyai andil yang sangat
besar dalam memegang keberhasilan. Seseorang akan memetik basil dari bclajamya
manakala ia benninat pada sesuatu yang ia pelajari. Oleh karena itu, guru harus
66
berusaha untuk lebih menumbuhkan minat belajar pada diri siswa salah satunya minat
dalam berwirausaha sehingga siswa merasa belajar kimia merupakan suatu kebutuhan
bukan keterpaksaan.
Pendekatan
konstruktivisme
kontekstual
dengan
ketujuh
komponennya,
(constructivism);
(2)
menemukan
(inquiri);
(3)
yaitu:
I)
bertanya
(questioning); (4) masyarakat belajar (learning community); (5) pemodelan
(modelling); (6) refleksi (reflection); dan (7) penilaian yang sebenamya (authentic
assessment), diharapkan dapat menumbuhk:embangkan minat berwirausaha pada diri
siswa sehingga siswa merasa senang dalam belajar kimia. Oleb karena itu agar
pendekatan
pembl~a
ran
kontekstual ini dapat menumbuhk:an minat berwirausaha
siswa, diharapkan guru dapat mcnghubungk.an materi yang diajarkan dengan dunia
nyata terutama dalam dunia-dunia usaha dari basil penerapan ilmu kimia yang ada.
5.3. Saran
f
Berdasarkan basil penelitian dan simpulan-simpulan di atas, maka sebagai
tindak lafl.i ut penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut :
I. He ndaknya dalam mengajarkan materi kimia guru tidak hanya sekedar
menyampaikan konsep-konscp kimia kepada siswa, namun bagaimana siswa
dapat menghubungkan maupun mencrapkan konsep yang dibelajarkan ke dalam
kehidupan sehari-hari mereka termasuk dalam dunia usaha sehingga siswa
merasakan banyaknya manfuat dari belajar kimia
2. Sebagai upaya untuk meningkatkan basil belajar siswa secara optimal, hendaknya
guru dapat merancang suatu pendekatan pembelajaran yang dapat mclibatkan
siswa secara aktif selama proses pembelajaran salah satunya dcngan pendekatan
kontekstual, dan diharapkan untuk selalu memberikan motivasi kepada siswa agar
konsentrasi dan lcbib kreatif dalam
bel~ar.
3. Penerapan langkah-langkah pendekatan kontekstual perlu dipersiapkan dengan
baik dan matang oleb guru sehigga dapat melibatkan siswa secara langsung dalam
pembclajaran dan mampu menumbuhkan minat belajar pada diri siswa termasuk
minat dalam berwirausaha
4. Para siswa juga diharapkan agar lebih aktif dan kretif selama proses pembelajaran
baik dalam hal bertanya, menjawab pertanyaan, kepekaan terhadap lingkungan,
memccahkan permasalahan yang ada dan diharapkan untuk selalu konsentrasi dan
let?ih meningkatkan minat dalam belajar.
67
5. Sekolah diharapkan lebih memperhatikan kesediaan alat-alat maupun bahan
praktikum untuk membantu guru dalam
me~Ualnk
tugas mengajamya sehingga
siswa juga dapat memahami materi yang dibelajarkan dengan inkuiri melalui
praktikum yang dilakukan.
6. Kepada peneliti dan pemerhati pendidikan khususnya bidang pendidikan·. kimia.
Karena penelitian ini barn sampai rnengangkat pengaruh pendekatan pembelajaran
dan minat berwirausaha siswa terhadap basil belajar kirnia siswa di kelas XI
SMA, rnaka peneliti berharap kiranya para peneliti selanjutnya dapat melanjutkan
penelitian pasca penelitian ini. Hal ini penting agar basil penelitian ini bermanfaat
sebagai penyeimbang teori rnaupun sebagai reformasi terhadap dunia pendidikan
khususnya dalam penggunaan metode, model ataupun pendekatan pembelajaran di
dalam kelas.
~
~
z
~
~
m
&, I
~
m
E-9
68
DAFfAR PUSTAKA
Alma, B., (2004). Kewirausahaan. Alfabeta, Bandung.
Arikunto, S., ( 1999). Prosedur Pene/itian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka
Cipta, Jakarta.
Arikunto, S., (2002). Dasar-dasar Evaiuasi Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta.
Conpolat, N., (2003). Student's Understanding Of Chemistry Concepts. Journal
Of Chemical Education. Col. 80. Number II, November 2003. PP (13281331 ).
Depdiknas, (2003). Kurikulum Mata Pelajaran Kimia, Depdiknas, Jakarta.
Gagne, R.M., (1 977). The Condition Of Learning (3rd Ed). Hall Rinehort and
Winston, New York.
Guilfard, P.J., (1954). Psychometric Methods. Me Graw Hill, New York.
Joyce, B., dan Weil, M., (1985). Model Of Teaching, Foreword by James.
Wolfsixth Edition, Amerika
Majid, A., (2006). Perencanaan Pembelajaran. Rosda Karya, Bandung.
Medrich, E., Calderon, S., and Hoachlander, G., (2003). Contextual Teaching and
Learning Strategies in High Schools: Developing a Vision for Support and
Evaluation. MPR Associates, Inc. American Youth Policy Fomm,
Washington, DC.
Meltzer, D.E., (2002). The relation Between Math and Concept Learning Gain in
Physics: American Journal Physics, 70 (12), 1259-1267
Mulyasa, E., (2006). Menjadi Guru Profesional. Rosda Karya, Bandung.
Muslich, M., (2007). Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konseptual. Bumi
Aksara, Jakarta.
I
'
I
Nasution, S., ( 1982). Didakti Azas-Azas Mengajar. Bumi Aksara, Jakarta.
Nurani, Y., (20030. Strategfi Pembelajaran, Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka, Jakarta.
Purba, M., (2004). Kimia Untuk SMA Kelas IX, Erlangga, Jakarta
Purwanto, N., ( 1991). Psikalogi Pendi1il«m. Rosda Karya, Bandung.
69
Rusmansyah, 1., (2001). Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Konsep
Kimia Karbon melalui Strategi Peta Konsep (Concept mapping), 21 April
2005, http: llwww.depdiknas.go.id/jurnal/42/Rusmansyah Htm.
Sandjaya, W., (2007). Strategi Pembe/ajaran. Penebit Kencana Prenada Media
Group, Jakarta.
Santoso, (1993). Lingkungan Tempat Tinggal Menentukan Minot Berwirausaha.
FKlP-UNS, Surakarta.
Slamet, M., (1985). Prinsip-prinsip Be/ajar Mengajar dan Mengajar Efektif. IPB
(Institute Pertanian Bogor), BQgor.
Slameto, (1995). Be/ajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka
Cipta, Jakarta.
Smith. B.P., 2006. Contextual Teaching And Learning Practices In The Family
And Consumer Sciences Curriculum Journal of Family and Consumer
Sciences Education, Vol. 24, No. I , Spring/Summer, 2006.
Sudannono, U., (2005). Kimia Untuk SMA kelas XI. Erlangga, Jakarta
Sudjana, N dan Rivai., A., (2001). Media Pembelajaran. Sinar Baru Algensindd,
Bandung.
Sudjana., (2002) , Metoda Stalistika. Tarsito, Bandung.
Sumarsono, S., (20 I 0). Kewirausahaan. Graha Ilmu, Yogyakarta.
"tft
Suryabrata, S., ( 1984). Psikologi Pendidikan. Rajawali, Jakarta.
Suyanti, D.R., (2008). Strategi Pembelajaran Kimia, Universitas Negeri Medan
Program Pasca Sarjana, Medan.
Usman, Muhammad U dan Setawati L., (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan
Belajar Mengajar. Remaja Rosda Karya, Bandung.
Wahid, A., (2006). Membangun Karakter dan Kepribadian Kewirausahaan.
Graha Ilmu, Yogyakarta.
Wahyuningsih, A., (2009). Panduan Kewirausahaan. Esia Media, Bogor.
Winkel, WS., ( 1991). Psikologi Pengajaran. Gramedia, Jakarta.
I
70