Dr. Lies Sulistiani, S.H., M.H.
“Peran LPSK Dalam
Pemenuhan Hak
Korban Kekerasan
Seksual”
Disampaikan oleh :
Dr. Lies Sulistiani, SH., M.Hum
Dalam Sosialisasi Melaui Seminar LPSK
Di Jambi, 4 April 2017
Tugas & Fungsi LPSK
Dalam Pemberian Perlindungan Kepada
Saksi dan Korban
TUGAS LPSK
diatur dalam Pasal 2 UU 13/2006 Tentang
Perlidungan
Saksi
dan
Korban.
Yaitu
memberikan
perlindungan kepada Saksi dan Korban dalam semua tahap
proses peradilan pidana dalam lingkungan peradilan.
FUNGSI LPSK
sebagai salah satu Lembaga Negara baru
setelah Reformasi tahun 1998, yaitu menyelenggarakan
perlindungan dan memberikan hak bagi Saksi dan/atau
Korban untuk menghindarkan ancaman atau intimidasi baik
hak maupun jiwanya dari si pembuat tindak pidana dan/atau
para simpatisan (keluarga maupun para pengikutnya).
LPSK sebagai “Lembaga yang bersifat mandiri” diharapkan
mampu menjalankan peran dan fungsinya sebagai “Lembaga
yang bertanggungjawab melakukan perlindungan bantuan
terhadap saksi maupun korban-korban kasus tindak pidana di
Indonesia”, khususnya “memberikan rasa aman dalam
memberikan keterangan pada setiap proses peradilan pidana
(Pasal 4 UU 13/2006).
Keberadaan LPSK dalam upaya menegakkan prinsip hukum
“Equality Before The Law” dengan cara memberikan jaminan
perlindungan kepada saksi, pelapor, dan korban dalam proses
peradilan hukum pidana di setiap tahapan proses hukum sangat
erat kaitannya dengan upaya dan proses mewujudkan “Judiciary
Reform” yang mengarah pada upaya untuk membentuk
“Restorative Justice Model” dalam proses peradilan hukum
pidana.
UU 31/2014 Dan
Penguatan Layanan
Kepada Korban
Kekerasan Sekual
Terhadap Anak
PEMENUHAN HAK
DALAM
TINDAK PIDANA
TERTENTU
Keberadaan saksi dan
korban sangat menentukan
dalam pengungkapan
tindak pidana pada proses
peradilan pidana. Kepada
saksi dan korban diberikan
perlindungan.
Pemenuhan hak
saksi dan korban
diberikan kepada
saksi dan korban
tindak pidana kasus
tertentu berdasarkan
Pasal 5 UU 31 Tahun
2014.
Tindak
pidana
psikotropika
Tindak
pidana
seksual
terhadap
anak
Tindak pidana lain
yang akibatkan saksi
dan/ korban
dihadapkan pada
situasi yang sangat
membahayakan
jiwanya.
LAYANAN PERLINDUNGAN TERHADAP
KORBAN KEKERASAN SEKUAL
Tugas LPSK diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban. Di dalam Pasal tersebut, tugas LPSK antara lain:
- Memberikan perlindungan pada saksi; dan
- Memberikan perlindungan pada korban.
Bentuk – bentuk layanan perlindungan, antara lain:
- Fisik
- Hukum
- Hak Prosedural
Bentuk-bentuk layanan bantuan, antara lain:
- Medis
- Psikologis
- Psikososial
- Fasilitasi Restitusi
PENGERTIAN
PEMERIKSAAN DENGAN
TELECONFRENCE
Dalam kondisi tertentu, saksi dan/atau
korban kejahatan dapat
memberikan kesaksiannya tanpa hadir
langsung di pengadilan, tempat
dimana perkara sedang diperiksa.
Kesaksian tersebut diberikan
melalui media tulis atau
sarana elektronik dengan
didampingi oleh pejabat yang
berwenang .
Perlindungan LPSK terhadap anak
yang menjadi Saksi dan/atau Korban
dapat diberikan setelah mendapat
izin dari orang tua/wali.
Namun, izin tersebut tidak diperlukan, dalam hal:
a.Orang tua/wali diduga sebagai pelaku tindak pidana terhadap anak yang
bersangkutan;
b.Orang tua/wali patut diduga menghalang-halangi anak yang bersangkutan
dalam memberikan kesaksian;
c.Orang tua/wali tidak cakap menjalankan kewajiban sebagai orang tua/wali;
d.Anak tidak memiliki orang tua/wali; atau
e.Orang tua/wali anak yang bersangkutan tidak diketahui keberadaannya.
Apabila, kondisi anak yang akan diberikan perlindungan oleh LPSK dalam kondisi
tersebut di atas, maka Perlindungan LPSK diberikan berdasarkan Penetapan
Ketua Pengadilan Negeri setempat atas permintaan LPSK.
“
Penanganan Perlindungan dan Bantuan Layanan Pemenuhan Hak bagi Saksi dan Korban kejahatan memerlukan
perhatian dan pemahaman dari semua pihak terkait, yang dalam hal ini kepentingan saksi dan korban bukan saja
tertuju pada rasa keadilan dalam proses penegakan hukum namun mereka juga memerlukan proses pemulihan
secara fisik, psikologis, maupun psikososial yang membutuhkan partisipasi serta peran aktif berbagai pihak;
Kerjasama Antar Lembaga
Dalam Pemenuhan Hak
Korban
• Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan
dan Anak (P2TP2A) Propinsi/Kabupaten/Kota,
Kemensos, LSM (Penanganan Pertama)
• Dinas Kesehatan, RSUD, Kemenkes (Rehabilitasi
Medis)
• Dinas Kesehatan, RS Jiwa, Kemensos (Rehabilitasi
Psikologis)
• Dinas
Pendidikan,
Dinas
Tenaga
Kerja,
Kemenakertrans (Rehabilitasi Psikososial)
Kerjasama Antar Lembaga
Dalam Pemenuhan Hak
Korban
• Aparat Penegak Hukum dalam Sistem Peradilan
Pidana (Pemenuhan Hak Prosedural Saksi dan
Korban)
• Majelis Hakim yang menangani perkara (Dalam hal
pemberian keterangan saksi dan korban secara
terpisah)
ANCAMAN
PIDANA
“
Ketentuan Pidana terhadap pihak yang menghalang-halangi proses pemberian perlindungan
tidak saja tertuju pada perorangan, tetapi juga terhadap koorporasi dengan hukuman denda tiga kali
lebih berat dan pemecatan pengurus dan/atau pencabutan izin usaha atau status badan hukumnya.
Beberapa Penanganan
Kasus Kekerasan
Seksual Oleh LPSK
KASUS PEMERKOSAAN SISWI DI
GORONTALO
LPSK memberikan perlindungan kepada 1 orang
korban dalam kasus pemerkosaan siswi oleh 13
orang, dimana 9 diantaranya oknum polisi di
Gorontalo (tahun 2013).
Layanan perlindungan yang diberikan berupa,
pemenuhan hak prosedural, pengamanan fisik,
rehabilitasi medis dan psikologis, pendampingan
pada setiap tahapan proses peradilan, dan
pemenuhan hak psikososial berupa pemindahan
sekolah (bekerjasama dengan dinas pendidikan
setempat).
Kasus Pencabulan Siswa TK
JIS
LPSK memberikan perlindungan kepada 3 orang siswa
TK JIS korban pencabulan dan 6 orang keluarganya
(tahun 2014).
Perlindungan yang diberikan berupa perlindungan di
rumah aman, rehabilitasi medis dan psikologis,
pemenuhan hak prosedural, dan pendampingan pada
setiap tahapan proses peradilan pidana.
KASUS ANAK YANG DICABULI
UNTUK PROSTITUSI GAY DI
PUNCAK
Pemberian bantuan berupa layanan
Pemenuhan Hak Prosedural dan Fasilitasi
Restitusi.
Saksi Korban yang mendapat layanan
sebanyak 7 orang, terdiri dari 6 orang berusia
anak dan 1 orang berusia dewasa.
Dalam kasus ini LPSK juga berhasil
memfasilitasi pemberian keterangan secara
terpisah melalui video conference di PN
Bogor, 6 Februari 2017.
TERIMA KASIH
LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban)
Jl Raya Bogor KM 24 No 47-49, Kelurahan Susukan,
Kecamatan Ciracas
Jakarta Timur 13750
Ph.+296-81-560
lpsk_ri@lpsk.go.id
: LPSK
@infolpsk
Pemenuhan Hak
Korban Kekerasan
Seksual”
Disampaikan oleh :
Dr. Lies Sulistiani, SH., M.Hum
Dalam Sosialisasi Melaui Seminar LPSK
Di Jambi, 4 April 2017
Tugas & Fungsi LPSK
Dalam Pemberian Perlindungan Kepada
Saksi dan Korban
TUGAS LPSK
diatur dalam Pasal 2 UU 13/2006 Tentang
Perlidungan
Saksi
dan
Korban.
Yaitu
memberikan
perlindungan kepada Saksi dan Korban dalam semua tahap
proses peradilan pidana dalam lingkungan peradilan.
FUNGSI LPSK
sebagai salah satu Lembaga Negara baru
setelah Reformasi tahun 1998, yaitu menyelenggarakan
perlindungan dan memberikan hak bagi Saksi dan/atau
Korban untuk menghindarkan ancaman atau intimidasi baik
hak maupun jiwanya dari si pembuat tindak pidana dan/atau
para simpatisan (keluarga maupun para pengikutnya).
LPSK sebagai “Lembaga yang bersifat mandiri” diharapkan
mampu menjalankan peran dan fungsinya sebagai “Lembaga
yang bertanggungjawab melakukan perlindungan bantuan
terhadap saksi maupun korban-korban kasus tindak pidana di
Indonesia”, khususnya “memberikan rasa aman dalam
memberikan keterangan pada setiap proses peradilan pidana
(Pasal 4 UU 13/2006).
Keberadaan LPSK dalam upaya menegakkan prinsip hukum
“Equality Before The Law” dengan cara memberikan jaminan
perlindungan kepada saksi, pelapor, dan korban dalam proses
peradilan hukum pidana di setiap tahapan proses hukum sangat
erat kaitannya dengan upaya dan proses mewujudkan “Judiciary
Reform” yang mengarah pada upaya untuk membentuk
“Restorative Justice Model” dalam proses peradilan hukum
pidana.
UU 31/2014 Dan
Penguatan Layanan
Kepada Korban
Kekerasan Sekual
Terhadap Anak
PEMENUHAN HAK
DALAM
TINDAK PIDANA
TERTENTU
Keberadaan saksi dan
korban sangat menentukan
dalam pengungkapan
tindak pidana pada proses
peradilan pidana. Kepada
saksi dan korban diberikan
perlindungan.
Pemenuhan hak
saksi dan korban
diberikan kepada
saksi dan korban
tindak pidana kasus
tertentu berdasarkan
Pasal 5 UU 31 Tahun
2014.
Tindak
pidana
psikotropika
Tindak
pidana
seksual
terhadap
anak
Tindak pidana lain
yang akibatkan saksi
dan/ korban
dihadapkan pada
situasi yang sangat
membahayakan
jiwanya.
LAYANAN PERLINDUNGAN TERHADAP
KORBAN KEKERASAN SEKUAL
Tugas LPSK diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban. Di dalam Pasal tersebut, tugas LPSK antara lain:
- Memberikan perlindungan pada saksi; dan
- Memberikan perlindungan pada korban.
Bentuk – bentuk layanan perlindungan, antara lain:
- Fisik
- Hukum
- Hak Prosedural
Bentuk-bentuk layanan bantuan, antara lain:
- Medis
- Psikologis
- Psikososial
- Fasilitasi Restitusi
PENGERTIAN
PEMERIKSAAN DENGAN
TELECONFRENCE
Dalam kondisi tertentu, saksi dan/atau
korban kejahatan dapat
memberikan kesaksiannya tanpa hadir
langsung di pengadilan, tempat
dimana perkara sedang diperiksa.
Kesaksian tersebut diberikan
melalui media tulis atau
sarana elektronik dengan
didampingi oleh pejabat yang
berwenang .
Perlindungan LPSK terhadap anak
yang menjadi Saksi dan/atau Korban
dapat diberikan setelah mendapat
izin dari orang tua/wali.
Namun, izin tersebut tidak diperlukan, dalam hal:
a.Orang tua/wali diduga sebagai pelaku tindak pidana terhadap anak yang
bersangkutan;
b.Orang tua/wali patut diduga menghalang-halangi anak yang bersangkutan
dalam memberikan kesaksian;
c.Orang tua/wali tidak cakap menjalankan kewajiban sebagai orang tua/wali;
d.Anak tidak memiliki orang tua/wali; atau
e.Orang tua/wali anak yang bersangkutan tidak diketahui keberadaannya.
Apabila, kondisi anak yang akan diberikan perlindungan oleh LPSK dalam kondisi
tersebut di atas, maka Perlindungan LPSK diberikan berdasarkan Penetapan
Ketua Pengadilan Negeri setempat atas permintaan LPSK.
“
Penanganan Perlindungan dan Bantuan Layanan Pemenuhan Hak bagi Saksi dan Korban kejahatan memerlukan
perhatian dan pemahaman dari semua pihak terkait, yang dalam hal ini kepentingan saksi dan korban bukan saja
tertuju pada rasa keadilan dalam proses penegakan hukum namun mereka juga memerlukan proses pemulihan
secara fisik, psikologis, maupun psikososial yang membutuhkan partisipasi serta peran aktif berbagai pihak;
Kerjasama Antar Lembaga
Dalam Pemenuhan Hak
Korban
• Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan
dan Anak (P2TP2A) Propinsi/Kabupaten/Kota,
Kemensos, LSM (Penanganan Pertama)
• Dinas Kesehatan, RSUD, Kemenkes (Rehabilitasi
Medis)
• Dinas Kesehatan, RS Jiwa, Kemensos (Rehabilitasi
Psikologis)
• Dinas
Pendidikan,
Dinas
Tenaga
Kerja,
Kemenakertrans (Rehabilitasi Psikososial)
Kerjasama Antar Lembaga
Dalam Pemenuhan Hak
Korban
• Aparat Penegak Hukum dalam Sistem Peradilan
Pidana (Pemenuhan Hak Prosedural Saksi dan
Korban)
• Majelis Hakim yang menangani perkara (Dalam hal
pemberian keterangan saksi dan korban secara
terpisah)
ANCAMAN
PIDANA
“
Ketentuan Pidana terhadap pihak yang menghalang-halangi proses pemberian perlindungan
tidak saja tertuju pada perorangan, tetapi juga terhadap koorporasi dengan hukuman denda tiga kali
lebih berat dan pemecatan pengurus dan/atau pencabutan izin usaha atau status badan hukumnya.
Beberapa Penanganan
Kasus Kekerasan
Seksual Oleh LPSK
KASUS PEMERKOSAAN SISWI DI
GORONTALO
LPSK memberikan perlindungan kepada 1 orang
korban dalam kasus pemerkosaan siswi oleh 13
orang, dimana 9 diantaranya oknum polisi di
Gorontalo (tahun 2013).
Layanan perlindungan yang diberikan berupa,
pemenuhan hak prosedural, pengamanan fisik,
rehabilitasi medis dan psikologis, pendampingan
pada setiap tahapan proses peradilan, dan
pemenuhan hak psikososial berupa pemindahan
sekolah (bekerjasama dengan dinas pendidikan
setempat).
Kasus Pencabulan Siswa TK
JIS
LPSK memberikan perlindungan kepada 3 orang siswa
TK JIS korban pencabulan dan 6 orang keluarganya
(tahun 2014).
Perlindungan yang diberikan berupa perlindungan di
rumah aman, rehabilitasi medis dan psikologis,
pemenuhan hak prosedural, dan pendampingan pada
setiap tahapan proses peradilan pidana.
KASUS ANAK YANG DICABULI
UNTUK PROSTITUSI GAY DI
PUNCAK
Pemberian bantuan berupa layanan
Pemenuhan Hak Prosedural dan Fasilitasi
Restitusi.
Saksi Korban yang mendapat layanan
sebanyak 7 orang, terdiri dari 6 orang berusia
anak dan 1 orang berusia dewasa.
Dalam kasus ini LPSK juga berhasil
memfasilitasi pemberian keterangan secara
terpisah melalui video conference di PN
Bogor, 6 Februari 2017.
TERIMA KASIH
LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban)
Jl Raya Bogor KM 24 No 47-49, Kelurahan Susukan,
Kecamatan Ciracas
Jakarta Timur 13750
Ph.+296-81-560
lpsk_ri@lpsk.go.id
: LPSK
@infolpsk