telaah aliran filsafat pada staffing kep

BAB 1
LATAR BELAKANG
1.1 LATAR BELAKANG
Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses
mewujudkan keperawatan sebagai profesi, maka penting kiranya setiap
perawat memahami dasar ilmu dari keperawatan tersebut dengan cara
memahami ilmu filsafat dari keperawatan tersebut sehingga mampu
diaplikasikan dengan maksimal guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Dalam mencapai tujuan tersebut, perlu terjadinya beberapa
perubahaan dalam aspek keperawatan yaitu : penataan pendidikan tinggi
keperawatan, pelayanan dan asuhan keperawatan, pembinaan dan kehidupan
keprofesian, dan penataan lingkungan untuk perkembangan keperawatan.
Pelayanan keperawatan harus dikelola secara profesional, karena itu perlu
adanya Manajemen Keperawatan.
Manajemen Keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan
pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaiman
konsep dan Aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri.
Manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan
dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas – batas yang telah ditentukan
pada tingkat administrasi.
Untuk lebih memahami arti dari Manajemen Keperawatan maka kita

perlu mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan organisasi
keperawatan, bagaimana tugas dan tanggung-jawab dari masing-masing
personil di dalam organisasi yang pada akhirnya akan membawa kita untuk
lebih mengerti bagaimana konsep dasar dari Manajemen Keperawatan itu
sendiri. Hal tersebut akan mudah dipahami jika dasar ilmu tersebut mengacu
pada dasar filsafat keperawatan.
Karena

peran

pentingnya

ilmu

filsafat

dalam

mendukung


perkembangan ilmu pengetahuan lainnya maka perlu adanya pengembangan
dalam dunia keperawatan. Hal ini dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi
pendidikan keperawatan dan pelayanan keperawatan itu sendiri. Oleh karena

1

itu penting kiranya dalam memahami konsep-konsep dalam keperawatan
manajemen. Dalam aplikasi keperawatan harus dilandasi oleh dasar keilmuan
keperawatan yang kokoh. Dengan demikian perawat harus mampu berfikir
logis, dan kritis dalam menelaah dan mengidentifikasi fenomena respon
manusia dengan menggunakan model-model konseptual keperawatan dalam
proses keperawatan dan tiap model dapat digunakan dalam praktek
keperawatan sesuai dengan kebutuhan (Potter and Perry, 2009).
Dalam manajemen keperawatan, model konsep Dorothey Orem
banyak digunakan dan diadaptasikan dalam proses manajemen yaitu dalam
penentuan kebutuhan tenaga keperawatan di setiap ruang perawatan. Orem
memiliki metode untuk proses tersebut dengan teori self care-nya dimana teori
ini merupakan teori yang menguraikan secara jelas bagaimana kebutuhan
perawatan diri pasien terpenuhi oleh perawat atau pasien sendiri yang terbagi
menjadi 3 (tiga) sistem yaitu kemandirian sebagian, bantuan total dan support

and educatif system.
Dalam makalah ini akan dijelaskan dasar filsafat dari teori Orem yang
mencakup ontology model teori Orem, Epistemiologi, dan aksiologi dari
model teori Orem dalam pelaksanaanya di dalam praktek Keperawatan
manajemen.
1.2 TUJUAN
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tetang :
1. Konsep manajemen Keperawatan.
2. Ontologi dari manajemen keperawatan .
3. Epistimologi dari manajemen keperawatan.
4. Aksiologi dari manajemen keperawatan.
5. Hakekat filsafat manajemen keperawatan menurut Dorothy Orem.
1.3 MANFAAT
Dengan memahami dasar filsafat dalam manajemen keperawatan,
diharapkan perawat mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan dalam
pelaksanaanya pada praktek keperawatan atas dasar model konsep Orem di
Rumah sakit, sehingga target kepuasan pasien terhadap pelayanan
keperawatan dapat tercapai.

2


BAB 2
KONSEP TEORI
2.1.

FILSAFAT ILMU KEPERAWATAN
Pohon ilmu dari keperawatan adalah ilmu keperawatan itu sendiri.
Pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi harus dikembangkan sesuai
dengan kaidah-kaidah ilmu dan profesi keperawatan, yang harus memiliki
landasan akademik dan landasan professional yang kokoh dan mantap.
Pengembangan pendidikan keperawatan bertolak dari pengertian dasar
tentang ilmu keperawatan seperti yang dirumuskan oleh Konsorsium Ilmu
kesehatan (1991) yaitu : “ Ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu dasar seperti
ilmu alam, ilmu social, ilmu perilaku, ilmu biomedik, ilmu kesehatan masyarakat,
ilmu dasar keperawatan, ilmu keperawatan komunitas dan ilmu keperawatan
klinik, yang apluikasinya menggunakan pendekatan dan metode penyelesaian
masalah secara ilmiah, ditujukan untuk mempertahankan, menopang, memelihara
dan meningkatkan integritas seluruh kebutuhan dasar manusia “.
Wawasan ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu yang mempelajari bentuk
dan sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, melalui pengkajian

mendasar tentang hal-hal yang melatar belakangi, serta mempelajari berbagai
bentuk upaya untuk mencapai kebutuhan dasar tersebut melalui pemanfaatan
semua sumber yang ada dan potensial. Bidang garapan dan fenomena yang
menjadi objek studi keperawatan adalah penyimpangan dan tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosio-spiritual), mulai dari tingkat individu
tang utuh (mencakup seluruh siklus kehidupan), sampai pada tingkat masyarakat,
yang juga tercermin pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat system
organ fungsional sampai sub seluler atau molekuler.
Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa hakikat dari ilmu keperawatan
adalah mempelajari tentang respon manusia terhadap sehat dan sakit yang
difokuskan pada kepedulian perawat terhadap tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
pasien atau disebut dengan care. Hal ini berbeda dengan hakikat kedokteran
adalah pengobatan atau disebut cure.

3

1. Ontologi Keilmuan Keperawatan
Dua aspek penting dari ontology keilmuan dalam keperawatan yaitu (1)
prinsip penafsiran tentang realitas dan (2) batas – batas telaahan. Prinsip
penafsiran tentang realitas keilmuan keperawatan antara lain mencakup beberapa

pernyataan seperti “realitas adalah gejala fisik yang berwujud sebagai fakta data”.
Realitas yang kita ketahui hanya merupakan perkiraan dari kenyataan yang
sebenarnya. Realitas itu diungkapkan sebagaimana adanya (das Sein) tanpa terikat
oleh nilai – nilai tertentu di luar kenyataan tersebut. Dalam menafsirkan realitas,
keilmuan keperawatan mempunya beberapa anggapan dasar (asumsi, premis)
yakni uniformitas, relative tetap, dan memiliki pola kejadian yang baku.
Uniformitas ialah bahwa setiap wujud kehidupan manusia mempunyai
keseerupaan dengan wujud lainnya dilihat dari kriteria tertentu seperti kuantitas,
kualitas, atau modus. Relative tetap artinya bahwa dalam jangka waktu tertentu
setiap wujud memiliki bentuk yang tetap misalnya ketegangan (tension),
kecemasan, depresi, kesedihan, penolakan (denial), dan coping, sebelum berubah
bentuk menjadi wujud lain misalnya : stress, gembira, penerimaan. Setiap
kejadian mempunyai pola baku yang tetap dan tidak bersifat kebetulan misalnya
kandungan air dan elektrolit berhubungan dengan energi tubuh, oksigen berkaitan
dengan keadaan sesak nafas dan kematian jaringan.
Batas – batas telaahan kegiatan keilmuan secara umum adalah wilayah
empiric, dalam arti daerah yang dapat ditangkap oleh pancaindera manusia. Dunia
keilmuan dibagi dua golongan yaitu (1) pengetahuan ilmiah dan (2) sarana
pengetahuan ilmiah. Sarana pengetahuan ilmiah adalah alat yang membantu
kegiatan dalam memperoleh dan menyusun pengetahuan ilmiah, misalnya :

bahasa, logika, matematika, statistika, dan metode penelitian. Ontology ini
berbeda dengan sarana pengetahuan ilmiah, demikian pula dengan epistemology
dan aksiologinya.
Kegiatan penelitian yang menyangkut sarana pengetahuan ilmiah adalah
bersifat ilmiah, sebab merupakan bagian integral dari dunia keilmuan. Setiap
disiplin keilmuan termasuk pengetahuan ilmiah memiliki objek forma dan objek
material mengenai wujud yang menjadi focus penelaahannya, yang seharusnya
berbeda dari obyek forma dan obyek material disiplin keilmuan lainnya. objek

4

formal adalah cara pandang terhadap sesuatu, misalnya bahwa perawat
memandang masalah kliennya berfokus pada tidak atau kurang adekuatnya
pemenuhan kebutuhan – kebutuhan yang terkait dengan kesehatan potensial
maupun kesehatan aktual. Obyek material adalah substansi dari obyek forma,
misalnya apabila obyek formanya klien dengan masalah gangguan pernafasan,
maka obyek materianya adalah saluran pernafasan, oksigen, karbondioksida, dan
sebagainya. Pertanyaan yang sering muncul ialah perbedaan obyek formal dan
obyek material antara pengetahuan ilmiah keperawatan, kedokteran, dan
kesehatan masyarakat.

Walaupun diakui batas – batasnya, namun dalam praktik seringkali sulit
dibedakan yang disebabkan komponen aksiologi yang tumpang tindih dan
bertautan erat antara tujuan pengasuhan (caretive) dengan tujuan pengobatan
(curative) dan pencegahan (preventive). Inilah tolok ukur pertama untuk menilai
keberadaan dan kemandirian disiplin pengetahuan keperawatan ilmiah dari
pengetahuan ilmiah lainnya (misalnya ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan
masyarakat). Dengan perkataan lain, objek forma dan objek materia yang jelas
dan tegas dari pengetahuan keperawatan akan merupakan cirri – cirri yang
spesifik dari disiplin keilmuan keperawatan.
2. Epistemologi Keilmuan Keperawatan
Epistemologi keilmuan keperawatan secara lebih rinci dapat dilihat dari
aspe – aspek sifat, proses, dan fungsi pengetahuan keperawatan ilmiah yang telah
diperoleh dan tersusun secara rasional, logis, dan sistematis. Ketiga aspek di atas
bersifat saling berhubungan, kait mengkait dengan arti dimulai dari sifat, namun
sebaliknya bahwa proses (pengetahuan keilmuan) ditentukan oleh sifat
(pengetahuan keilmuan) dan bahwa fungsi (pengetahuan keilmuan) turut
menentukan bagaimana proses perolehan dan penyusunan pengetahuan keilmuan
itu dilakukan.
Masyarakat ilmiah keperawatan seyogyanya lebih terorganisis dengan
mengharapkan untuk memperoleh dan menyusun pengetahuan keilmuan yang

memiliki sifat – sifat bahwa pengetahuan keilmuan yang (biasanya) dihasilkan
secara individual itu adalah untuk dan milik umum (public knowledge). Untuk ini
diperlukan komunikasi ilmiah, yang artinya bahwa pengetahuan keilmuan yang

5

diperolehnya wajib dikomunikasikan kepada masyarakat ilmuwan lewat publikasi
ilmiah. Jadi apabila ilmuwan yang menyimpan penemuannya dikantung baju atau
di perpustakaan pribadinya, belum bisa dikategorikan sebagai pengetahuan
keilmuan. Masyarakat ilmiah keperawatan juga tidak boleh terlalu bersifat skeptic
dan eksklusif, yang hanya melihat kebenaran ilmiah dari sudut pandang pribadi
atau profesinya saja, sebab pada dasarnya pengetahuan keilmuan memiliki akar
dan metode ilmiah yang sama. Hal inilah yang merupakan salah satu kelemahan
umum yang sering terjadi pada setiap kelompok ilmuwan dan profesi, namun
perlu diupayakan untuk diredusir dan dihilangkan. Pengetahuan keilmuan itu
haruslah bersifat obyektif, dalam arti bahwa setiap orang yang mempelajari obyek
yang sama dengan cara yang sama akan sampai kepada kesimpulan yang sama
pula. Pengetahuan keilmuan yang disusun merupakan abstraksi yag mereduksikan
realitas menjadi konsep, dengan tingkat generalisasi yang tinggi.
Mekanisme yang memproses pengetahuan keilmuan tersebut adalah

metode ilmiah yang mengandung tiga bagian, yaitu :
a. Proses keabsahan (validitas)
b. Proses kebenaran
c. Proses penyusunan.
Proses keabsahan pengetahuan keilmuan menetapkan persyaratan yang
harus dipenuhi oleh suatu kegiatan agar dianggap sah secara keilmuan.
Persyaratan ini ialah : logis, analitis, dan sistematis adalah sah menurut kriteria
ilmiah. Selanjutnya suatu pengetahuan diperlukan pula kriteria kebenaran ilmiah,
yang ditentukan melalui pengujian secara empiris, yang sifatnya logis, analitis,
dan sistematis.
Pengetahuan keilmuan bidang keperawatan yang diperoleh dan disusun
sedemikian rupa memiliki fungsi yang jelas bagi dunia keilmuan untuk
mendeskripsikan, menjelaskam, memprediksikan, serta mengontrol gejala atau
fenomena bio-psiko-sosial-kultural-spiritual manusia sebagai individu, keluarga
dan kelompok dalam kaitan dengan tujuan kesehatan dan kesejahteraan yang
optimal bagi mereka. Teori keperawatan yang dihasilkan akan bermutu tinggi
apabila memiliki keempat kriteria di atas, dan di sinilah tolok ukur kedua, dalam
menilai konsep – konsep yang diajukan oleh disiplin keilmuan “baru” seperti

6


pengetahuan keperawatan ilmiah yang mulai tumbuh untuk berkembang.
Memang, seringkali terdapat beberapa macam teori atau pendekatan yang
diajukan, dan hal itu adalah wajar – wajar saja, malah menggembirakan sebab
suatu fokus permasalahan terkadang tidak dapat diselesaikan oleh hanya satu
pendekatan saja. Yang penting adalah kita harus bisa membedakan gradasi,
efisiensi, dan efektivitas berbagai pendekatan yang diajukan.
Keperawatan lahir sejak naluriah keperawatan lahir bersamaan dengan
penciptaan manusia. Orang-orang pada zaman dahulu hidup dalam keadaan
primitive. Namun demikian mereka sudah mampu sedikit pengetahuan dan
kecakapan dalam merawat atau mengobati. Pekerjaan "merawat" dikerjakan
berdasarkan naluri (instink) naluri binatang "mother instinct" (naluri keibuan)
yang merupakan suatu naluri dalam yang bersendi pada pemeliharaan jenis
(melindungi anak, merawat orang lemah).
Perkembangan

keperawatan

dipengaruhi

dengan

semakin

maju

peradaban manusia maka semakin berkembang keperawatan. Diawali oleh
seorang Florence Nightingale yang mengamati fenomena bahwa pasien yang
dirawat dengan keadaan lingkungan yang bersih ternyata lebih cepat sembuh
dibanding pasien yang dirawat dalam kondisi lingkungan yang kotor. Hal ini
membuahkan kesimpulan bahwa perawatan lingkungan berperan dalam
keberhasilan perawatan pasien yang kemudian mejadi paradigma keperawatan
berdasar lingkungan.
Semenjak itu banyak pemikiran baru yang didasari berbagai tehnik untuk
mendapatan kebenaran baik dengan cara Revelasi (pengalaman pribadi), otoritas
dari seorang yang ahli, intusisi ( diluar kesadaran), common sense (pengalaman
tidak sengaja), dan penggunaan metode ilmiah dengan penelitian-peneltian dalam
bidang keperawatan. Sehingga muncullah paradigma lain diantaranya:
a. Peplau (1952) : Teori interpersonalsebagai dasar perawatan
b. Orlando (1961) : Teori komunikasi sebagai dasar perawatan
c. Johnson (1961) : Stabilitas sebagai tujuan perawatan
d. Roy (1970) : Teori adaptasi sebagai dasar perawatan
e. Rogers (1970) : konsep manusia yang unik
f. King (1971) : Proses transaksi perawat-klien

7

g. Orem (1971) : Kemandirian pasien untuk merawat dirinya sebagai tujuan
perawatan
3. Aksiologi Keilmuan Keperawatan
Aksiologi keilmuan menyangkut nilai – nilai yang berkaitan dengan
pengetahuan ilmiah : baik internal, eksternal, maupun social. Baik nilai – nilai
yang berkaitan dengan wujud maupun kegiatan ilmiah dalam memperoleh
pengetahuannya. Lain halnya dengan landasan ontologism yang mengungkapkan
dan menyatakan realitas sebagaimana adanya (das Sein) yang dalam konteks ini
ditafsirkan sebagai bebas nilai, maka landasan aksiologis baik internal, eksternal,
maupun social adalah sarat nilai. Secara internal, misalnya disebutkan bahwa
tidak setiap wujud empirik dapat dijadikan sebagai objek penelitian, terutama
yang berkaitan dengan fitrah (hak – hak azasi) manusia. Rekayasa genetic dalam
bentuk “kloning”, telah menimbulkan masalah moral. Penelitian dalam ilmu
kedokteran ini dikontrol dengan ketat oleh nilai – nilai aksiologis yang sifatnya
internal.
Penelitian keperawatan (nursing research) dan penelitian dalam
keperawatan (research in nursing), memang belum dikembangkan secara sungguh
– sungguh, yang sama sekali berbeda dengan pendekatan penelitian bidang
kedokteran, psikologi, sosiologi, antropologi, pendidikan, dan sebagainya,
walaupun beberapa bagian dari pengetahuan ilmiah tentang ilmu – ilmu tersebut
dipinjam dan dimasukkan ke dalam ilmu keperawatan.
Nilai eksternal menyangkut nilai – nilai yng berkaitan dengan
penggunaan pengetahuan ilmiah. Seperti juga ditemukannya atom atau nuklir
yang bisa membawa berkah atau bencana bagi hidup dan kehidupan manusia. Hal
ini sangat tergantung dari manusia yang menggunakannya. Oleh karena itulah
maka kode etik merupakan suatu persyaratan mutlak bagi eksistensi praktik
profesi.
2.2.

Karakteristik Spesifik Keilmuan Keperawatan
Dari definisi keperawatan yang telah diakui dan digunakan sebagai dasar
pengembangan keperawatan di Indonesia, maka objek materia ilmu keperawatan
adalah manusia, dalam wujudnya sebagai individu, keluarga dan komunitas, yang

8

tidak dapat berfungsi (atau berpotensi tidak dapat berfungsi) optimal dalam kaitan
dengan kondisi kesehatan dalam proses penyembuhan, rehabilitasi, pencegahan
penyakit, dan peningkatan kesehatan. Sedangkan objek formalnya adalah sebagai
bantuan terhadap individu, keluarga dan komunitas itu yang tidak dapat berfungsi
atau yang secara potensial tidak dapat berfungsi optimal dalam kaitan dengan
kondisi kesehatan serta proses penyembuhan, rehabilitasi, pencegahan timbulnya
masalah kesehatan serta peningkatan kesehatan mereka secara optimal.
Postulat yang diajukan adalah bahwa manusia yang tidak (potensial
tidak) dapat berfungsi secara optimal dalam kaitan dengan kondisi kesehatan,
proses penyembuhan, rehabilitasi, pencegahan timbulnya masalah kesehatan serta
peningkatan kesehatan secara optimal yang memiliki perangkat kebutuhan.
Asumsi yang diajukan adalah bahwa manusia sebagai makhluk bio-psiko-sosialspiritual yang tidak dapat (potensial tidak dapat) berfungsi optimal dalam kaitan
dengan kondisi kesehatan dan proses penyembuhan, rehabilitasi, pencegahan
timbulnya masalah, dan promosi kesehatan. Selanjutnya di atas landasan postulat,
asumsi, dan prinsip – prinsip kita dapatkan prinsip bahwa “efektivitas bantuan
terhadap individu, keluarga, dan kelompok komunitas yang tidak dapat berfungsi
optimal dalam kaitan dengan kondisi kesehatan, proses penyembuhan,
rehabilitasi, pencegahan timbulnya masalah dan promosi kesehatan merupakan
pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual secara holistik.
Apabila kita nilai, maka ketiga proposisi mengenai pikiran dasar ini,
untuk menentukan apakah semua ini “spesifik atau khas bersifat ilmu
keperawatan”, atau mungkin milik disiplin pengetahuan lain yang telah ada
seperti ilmu ekonomi, psikologi, sosiologi, kedokteran, kesehatan masyarakat atau
mungkin antropologi. Jawabannya adalah mungkin saja, namun tetap tidak
mengurangi sifat khas atau spesifiknya ilmu keperawtan sebab baik kebutuhan
manusia maupun sifat bio-psiko-sosial dan spiritual itu dikaitkan dalam konteks
manusia yang tidak dapat berfungsi (potensial tidak dapat berfungsi) dengan
optimal dalam kaitan dengan kondisi kesehatan, penyembuhan, pencegahan, dan
promosi kesehatan. Dan pada gilirannya akan menyebabkan perbedaan kerangka
konseptual makro yang dibangun.

9

Kerangka konsep ilmu keperawatan baik makro maupun mikro (hanya
menyangkut salah satu aspek dari ilmu keperawatan) di Amerika telah
berkembang sejak sebelum 1950-an, dan symposium mengenai model dan teori
keperawatan dilakukan untu pertama kalinya tahun 1966. Dalam kurun waktu
1970-an model, teori dan ilmu keperawatan berkembang dengan kecepatan tinggi.
Di Indonesia, Lokakarya Nasional Keperawatan tahun 1983, yang disponsori
Departemen Kesehatan dan WHO, merupakan tonggak sejarah perkembangan
ilmu keperawatan di Indonesia. Dari data itu dapat disimpulkan bahwa ilmu
keperawatan sebagai disiplin keilmuan yang mandiri memiliki latar belakang yang
sangat solid.
Pendidikan keperawatan di Negara – Negara Anglo Saxon atau yang
berkiblat Anglo Saxon seperti Amerika, Canada, Australia, Filipina, dan Thailand
pada umumnya mencakup program diploma, asosiate, dan program bakloreat
(S1). Nampaknya pendidikan perawat Indonesia sedang dan akan mengikuti
pendidikan perawat (Ners) model spesifik pendidikan dokter Indonesia dengan
merujuk pada pendidikan model Amerika – Australia-Thailand. Sedangkan di
daratan Eropa, termasuk Belanda (sebagai leluhur yang melahirkan mantra dan
zuster keperawatan) yang menganut system pendidikan continental, ilmu
keperawatan tidak dikembangkan sebagai ilmu yang mandiri, namun bersama –
sama dengan keperawatan “midwifery”. Berbeda dengan di Indonesia, di mana
“pendidikan bidan” misalnya, dimasukkan ke dalam lingkup pendidikan
Obstetric-Gynekologi, bagian dari ilmu kedokteran.
2.3.

MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. Pengertian Manajemen Keperawatan.
Manajemen didefenisikan secara umum sebagai upaya-upaya yang
dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan melalui orang lain. Dalam
manajemen pertama-tama perlu diketahui dengan jelas apa tujuan yang akan
dicapai. Selanjutnya bagaimana upaya yang akan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan tersebut dengan melibatkan sekelompok orang dalam suatu
organisasi.

10

Menurut Gillies (1994) manajemen keperawatan adalah suatu proses
bekerja melalui upaya anggota staf keperawatan untuk memberikan
pelayanan keperawatan, pengobatan dan bantuan terhadap para pasien, dan
tugas manajer keperawatan adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin
serta mengontrol keuangan, material, dan sumber daya manusia yang ada
untuk memberikan pelayanan keperawatan seefektif mungkin bagi setiap
kelompok pasien dan keluarga mereka.
2. Proses Manajemen Keperawatan.
Henry Fayol mengungkapkan ada lima fungsi manajemen yang
meliputi: Planning, Organization, Command, Coordination, dan Control.
Konsep Fayol tersebut dimodifikasi oleh Luther Gullick (Marquis & Huston,
2000) dalam bentuk tujuh aktivitas manajemen yang meliputi: Planning,
Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, dan Budgeting.
Marquis dan Huston merangkum konsep yang dikemukakan oleh Fayol dan
Gullick dengan mengungkapkan bahwa proses manajemen keperawatan
terdiri dari planning, organizing, staffing, directing, dan controlling yang
membentuk suatu sklus proses manajemen seperti yang tersaji dalam skema
dibawah ini:
PROSES MANAJEMEN

Plannin
g

Organizi
ng

Staffin
g

Directi
ng

Sumber: Gillies, D. A., (1994), Nursing management : A system approach,
Third edition, Philadelphia: WB. Saunders Company.
Proses manajemen keperawatan dapat juga dilihat dari pendekatan
sistem, yaitu sebagai sistem terbuka dimana masing-masing komponen saling
berhubungan dan berinteraksi serta dipengaruhi oleh lingkungan. Karena

11

Controlling

merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen utama yaitu
input, process, output, control dan mekanisme umpan balik (Feed back).
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi,
personil, peralatan dan fasilitas. Process dalam manajemen keperawatan
adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi
sampai keperawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk
melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output adalah kualitas dari
asuhan pelayanan keperawatan, pengembangan staf dan riset.
Control yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan
termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja
perawat, prosedur standar dan akreditasi. Mekanisme umpan balik (Feed
back) berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey kendali mutu dan
penampilan kerja perawat.
3. Peran dan Fungsi Manajemen Keperawatan.
Seperti juga pendekatan manajemen umumnya, peran dan fungsi
manajemen keperawatan terdiri dari planning, organizing, staffing, directing,
dan controlling.
a. Planning.
Pada proses perencanaan, menentukan misi, visi, tujuan, kebijakan,
prosedur, dan peraturan-peraturan dalam pelayanan keperawatan,
kemudian membuat perkiraan proyeksi jangka pendek dan jangka
panjang serta menentukan jumlah biaya dan mengatur adanya perubahan
berencana.
b. Organizing.
Meliputi beberapa kegiatan diantaranya adalah menetapkan
struktur organisasi, menentukan model penugasan keperawatan sesuai
dengan keadaan klien dan ketenagaan, mengelompokkan aktivitasaktivitas untuk mencapai tujuan dari unit, bekerja dalam struktur
organisasi yang telah ditetapkan dan memahami serta menggunakan
kekuasaan dan otoritas yang sesuai.
c. Staffing.

12

Meliputi kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian
diantaranya adalah rekruitmen, wawancara, mengorientasikan staf,
menjadwalkan

dan

mengsosialisasikan

pegawai

baru

serta

pengembangan staf.
d. Directing.
Meliputi pemberian motivasi, supervisi, mengatasi adanya konflik,
pendelegasian, cara berkomunikasi dan fasilitasi untuk kolaborasi..
e. Controlling.
Meliputi pelaksanaan penilaian kinerja staf, pertanggungjawaban
keuangan, pengendalian mutu, pengendalian aspek legal dan etik serta
pengendalian profesionalisme asuhan keperawatan.
4. Prinsip-Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan.
Prinsip-prinsip manajemen secara umum menurut Fayol terdiri dari:
a. Division of working (pembagian pekerjaan).
b. Authority and responsibility (kewenangan dan tanggungjawab).
c. Dicipline (disiplin).
d. Unity of command (kesaatuan komando).
e. Unity of direction (Kesatuan arah).
f. Subordination of individual to generate interent (kepentingan individu
tunduk pada kepentingan umum).
g. Renumeration of personal (penghasilan pegawai).
h. Decentralization (desentralisasi).
i. Scala of hierarchy (jenjang hirarki).
j. Order (keterlibatan)
k. Stability of tunnure personal (stabilitas jabatan pegawai).
l. Equity (keadilan).
m. Inisiative (inisiatif)
n. Esprit de corps (Kesetiawakawanan korps).
Seperti juga prinsip-prinsip manajemen secara umum, prinsip-prinsip
yang mendasari manajemen keperawatan adalah:
a. Manajemen keperawatan seyogianya berlandaskan perencanaan, karena
melalui fungsi perencanaan pimpinan/ pengelola keperawatan dapat

13

menurunkan risiko terhadap pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah yang tidak efektif dan tidak efisien.
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang
efektif. Manajer/ pengelola keperawatan yang menghargai waktu akan
menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan
kegiatan sesuai dengan waktu dan perencanaan yang telah ditentukan
sebelumnya.
c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan.
Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan
kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan yang tepat
diberbagai tingkat manajerial.
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian manajer/ pengelola keperawatan dengan mempertimbangkan
apa yang pasien lihat, pikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien
merupakan point utama dari tujuan keperawatan.
e. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan
sesuai dengan kebutuhan organisasi pelayanan untuk mencapai tujuan.
f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang
meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian
pelaksanaan rencana.
g. Divisi

keperawatan

yang

baik

memotivasi

karyawan

untuk

memperlihatkan penampilan kinerja yang baik.
h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan
memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara
pegawai.
i. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan
perawat-perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi ataupun
upaya manajer keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
j. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi
penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian
instruksi dan menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar,

14

membandingkan

penampilan

dengan

standar

dan

memperbaiki

kekurangan yang ditemukan.
Berdasarkan prinsip-prinsip

diatas maka para administrator dan

manajer keperawatan seyogianya bekerja bersama-sama dalam perencanaan
dan pengorganisasian serta fungsi-fungsi manajemen lainnya untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
5.

Lingkup Manajemen Keperawatan.
Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang
melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian
menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan
pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan
menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan
sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat
didalamnya.
Keperawatan

merupakan

disiplin

praktek

klinis.

Manejer

keperawatan yang efektif seyogianya memahami hal ini dan memfasilitasi
pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan perawat pelaksana meliputi:
a.

Menetapkan penggunaan proses keperawatan.

b.

Melaksakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa.

c.

Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksakan oleh
perawat.

d.

Menerima ankotabilitas untuk hasil-hasil keperawatan.

e.

Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan.
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para

manajer

keperawatan

melalui

partisipasi

dalam

proses

manajemen

keperawatan dengan melibatkan perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran
diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari:
a. Manajemen operasional.
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang
perawatan yang terdiri dari tiga tingkat manajerial yaitu:
1)

Manajemen puncak.

2)

Manajemen menengah.

15

3)

Manajemen bawah.
Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil

dalam kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orangorang tersebut agar pelaksanaannya berhasil, antara lain:
1) Kemampuan menerapkan pengetahuan.
2) Ketrampilan kepemimpinan.
3) Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin.
4) Kemampuan melaksakan fungsi manajemen.
b. Manajemen asuhan keperawatan.
Manajemen

asuhan

keperawatan

merupakan

suatu

proses

keperawatan yang menggunakan konsep-konsep manajemen didalamnya
seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau
evaluasi. Proses keperawatan merupakan proses pemecahan masaalah
yang menekankan pada pengambilan keputusan tentang keterlibatan
perawat yang dibutuhkan pasien.
Pengkajian merupakan langkah awal dalam proses keperawatan
yang mengharuskan perawat menentukan setepat mungkin pengalaman
masa lalu pasien, pengetahuan yang dimiliki, perasaan dan harapan
kesehatan

dimasa

mendatang.

Pengkajian

ini

meliputi

proses

pengumpulan data, memvalidasi, menginterprestasikan informasi tentang
pasien sebagai individu yang unik.
Perencanaan intervensi keperawatan dibuat setelah perawat mampu
memformulasikan diagnosa keperawatan. Perawat memilih metoda
khusus dari sekumpulan tindakan alternatif

untuk menolong pasien

mempertahankan kesejahteraan seoptimal mungkin. Semua kegiatan
keperawatan harus menggunakan sumber-sumber yang tersedia malalui
penetapan tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.
Implementasi rencana keperawatan merupakan langkah berikut
dalam proses keperawatan, dan yang terakhir adalah evaluasi yang
merupakan pertimbangan sistematis dari tujuan dan kriteria yang telah
ditentukan sebelumnya dibandingkan dengan penerapan praktek yang
aktual dan tingkat asuhan keperawatan yang diberikan.

16

2.4.

MODEL KONSEP DOROTHE OREM
Keperawatan mandiri (Self Care) menurut Orem’s adalah : “Suatu
pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu sendiri untuk
memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraannya sesuai dengan keadaan, baik sehat maupun sakit ” (Orem’s,
1980). Pada dasarnya diyakini bahwa semua manusia itu mempunyai kebutuhankebutuhan self care dan mereka mempunyai hak untuk mendapatkan kebutuhan
itu sendiri, kecuali bila tidak mampu.
Teori ini mengacu bagaimana individu memenuhi kebutuhan dan
menolong keperawatannya sendiri, maka timbullah teori dari Orem tentang Self
Care Deficit of Nursing. Dari teori ini, oleh Orem dijabarkan ke dalam tiga teori
yaitu :
1.

Self Care
Perawatan diri sendiri adalah suatu langkah awal yang dilakukan
oleh seorang perawat yang berlangsung secara continue sesuai dengan
keadaan dan keberadaannya, keadaan kesehatan dan kesempurnaan.
Perawatan diri sendiri merupakan aktifitas yang praktis dari
seseorang

dalam

memelihara

kesehatannya

serta

mempertahankan

kehidupannya. Terjadi hubungan antar pembeli self care dengan penerima
self care dalam hubungan terapi. Orem mengemukakan tiga kategori /
persyaratan

self

care

yaitu

:

persyaratan

universal,

persyaratan

pengembangan dan persyaratan kesehatan.
Penekanan teori self care secara umum :
a. Pemeliharaan intake udara.
b. Pemeliharaan intake air.
c. Pemeliharaan intake makanan.
d. Mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi dan eksresi.
e. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
f. Pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan interaksi sosial.
g. Pencegahan resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan kesehatan manusia.

17

h. Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok
sosial sesuai dengan potensinya.
Model Orem’s menyebutkan ada beberapa kebutuhan self care yang
disebutkan sebagai keperluan self care (self care requisite), yaitu :
a. Universal self care requisite ; keperluan self care universal dan ada pada
setiap manusia dan berkaitan dengan fungsi kemanusiaan dan proses
kehidupan, biasanya mengacu pada kebutuhan dasar manusia. Universal
requisite yang dimaksudkan adalah :
1)

Pemeliaharaan kecukupan intake udara.

2)

Pemeliharaan kecukupan intake cairan.

3)

Pemeliaharaan kecukupan makanan.

4)

Pemeliaharaan keseimabnagn antara aktifitas dan istirahat.

5)

Mencegah ancaman kehidupan manusia, fungsi kemanusiaan dan
kesejahteraan manusia.

6)

Persediaan asuhan yang berkaitan dengan proses- proses eliminasi.

7)

Meningkatkan fungsi human fungtioning dan perkembangan ke
dalam kelompok sosial sesuai dengan potensi seseorang, keterbatasan
seseorang dan keinginan seseorang untuk menjadi normal.

b. Developmental self care requisite : terjadi berhubungn dengan tingkat
perkembangn individu dan lingkungan dimana tempat mereka tinggal
yang berkaitan dengan perubahan hidup seseorang atau tingkat siklus
kehidupan.
c. Health deviation self care requisite : timbul karena kesehatan yang tidak
sehat dan merupakan kebutuhan- kebutuhan yang menjadi nyata karena
sakit atau ketidakmampuan yang menginginkan perubahan dalam
perilaku self care.
2.

Self Care Deficit
Teori ini merupakan inti dari teori perawatan general Orem, yang
menggambarkan kapan keperawatan di perlukan, oleh karena perencanaan
keperawatan pada saat perawatan yang dibutuhkan. Bila dewasa (pada kasus
ketergantungan, orang tua, pengasuh) tidak mampu atau keterbatasan dalam
melakukan self care yang efektif.

18

Teori self care deficit diterapkan bila :
a. Anak belum dewasa.
b. Kebutuhan melebihi kemampuan perawatan.
c. Kemampuan sebanding dengan kebutuhan tetapi diprediksi untuk masa
yang akan datang, kemungkinan terjadi penurunan kemampuan dan
peningkatan kebutuhan.
3.

Nursing system
Teori yang membahas bagaimana kebutuhan “Self Care” pasien
dapat dipenuhi oleh perawat, pasien atau keduanya. Nursing system
ditentukan / direncanakan berdasarkan kebutuhan “Self Care” dan
kemampuan pasien untuk menjalani aktifitas “Self Care”.
Orem mengidentifikasikan klasifikasi Nursing System :
a. The Wholly compensatory system
Bantuan secara keseluruhan, dibutuhkan untuk klien yang tidak
mampu mengontrol dan memantau lingkungannya dan berespon terhadap
rangsangan.
b. The Partly compensantory system
Bantuan sebagian, dibutuhkan bagi klien yang mengalami
keterbatasan gerak karena sakit atau kecelakaan.
c. The supportive – Educative system
Dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang memerlukannya
untuk dipelajari, agar mampu melakukan perawatan mandiri.

4.

Teori Orem dan Proses Keperawatan
Menurut Orem (1991), proses keperawatan adalah istilah yang
digunakan oleh perawat untuk menunjukkan proses profesional-teknologi
dari tindakan keperawatan beserta proses perencanaan dan evaluasi.
Perbandingan antara proses keperawatan Orem dengan proses
keperawatan.
Proses Keperawatan
1. Pengkajian

Proses Keperawatan Orem
1. Diagnosa dan resep dokter

2. Diagnosa keperawatan

2. Merancang system keperawatan

3. Perencanaan

dan

19

perencanaan

untuk

melaksanakan self care

4. Implementasi

3. Produksi dan manajemen sistem

5. Evaluasi

keperawatan

Orem (1991) menjelaskan tiga tahap proses keperawatan yaitu:
Step 1 : Diagnosa dan resep dokter
Step 2: Merancang sistem keperawatan dan merencanakan pelaksanaan
perawatan diri
Step 3: Produksi dan manajemen sistem keperawatan (Planning and
Controlling)
5.

Tujuan Teori Keperawatan Orem
Tujuan keperawatan pada model Orem’s yang diterapkan kedalam
praktek keperawatan keluarga / komunitas adalah :
a. Menolong klien dalam hal keluarga untuk keperawatan mandiri secara
terapeutik.
b. Menolong klien bergerak kearah tidakan-tidakan asuhan mandiri.
c. Membantu anggota keluarga untuk merawat anggota keluarganya yang
mengalami gangguan secara kompeten.
Dengan demikian maka fokus asuhan keperawatan pada model
orem’s yang diterapkan pada praktek keperawtan keluaga/komunitas adalah :
a. Aspek interpersonal : hubungan didalam kelurga
b. Aspek sosial : hubungan keluarga dengan masyarakat disekitarnya.
c. Aspek procedural : melatih ketrampilan dasar keluarga sehingga mampu
mengantisipasi perubahan yang terjadi
d. Aspek tehnis : mengajarkan kepada keluarga tentang tehnik dasar yang
dilakukan di rumah, misalnya melakukan tindakan kompres secara benar.

20

BAB 3
PEMBAHASAN
3.1. PENERAPAN

ONTOLOGI

DALAM

KONSEP

FILSAFAT

ILMU

MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT
Keperawatan adalah komponen utama dalam sistem pelayanan
kesehatan, dan perawat merupakan kelompok pekerja yang paling besar dalam
sistem tersebut. Pelayanan keperawatan diperlukan sikap klien dalam mencari
jenis perawatan yang sesungguhnya mencakup pelayanan primer, sekunder dan
restorative. Perawat perlu memahami sistem yang ada agar mampu memberikan
pelayanan keperawatan yang berkualitas secera efisien dalam sistem tersebut. Hal
tersebut terformat di dalam konsep manajemen keperawatan yang dimana
manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui upaya anggota staf
keperawatan untuk memberikan

pelayanan keperawatan,

pengobatan dan

bantuan terhadap para pasien. Dalam manajemen keperawatanperan manajer
keperawatan sangatlah penting terutama dalam melakukan perencanaan,
pengorganisasian, memimpin serta mengontrol keuangan, material, dan sumber
daya manusia yang ada untuk memberikan pelayanan keperawatan seefektif
mungkin bagi setiap kelompok pasien dan keluarga mereka.
Menurut Orem (1921) perawat tidak hanya memberikan pelayanan
kepada pasien akan tetapi juga pada keluarga. Kepuasan pelanggan adalah suatu
keadaan dimana keinginan/harapan dan kebutuhan pelanggan terpenuhi. Suatu
pelayanan dinilai memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan
dan harapan pelanggan. Pasien dan keluarga sebagai pelanggan akan merasa puas
jika telah mendapatkan efisiensi pelayanan keperawatan, terbinanya hubungan
terapeutik antara perawat dengan pasien, kenyamanan selama di ruang perawatan
serta terjaminnya mutu pelayanan.
Oleh karena itu, perlu adanya sebuah pengaturan yang baik dalam
pelayanan

keperawatan

di

Rumah

sakit

yang

mencakup

perancangan,

pengorganisasian, kepemimpinan, pengkoordinasian, dan pengendalian. Namun
saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi tiga yaitu:

21

1. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan
sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan
perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu.
Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil
tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat
digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan
proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan,
fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
2. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu
kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian
mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang
yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi
tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa
yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugastugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas
tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
3. Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar
semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan
perencanaan manajerial dan usaha.
Teori Orem banyak digunakan sebagai dasar dalam pengaplikasian dalam
manajeman keperawatan dimana dasar teori Orem digunakan dalam penentuan
jumlah ketenagaan di ruangan perawatan di Rumah Sakit. Penentuan jumlah
tenaga keperawatan sebuah ruangan ditetapkan melalui teori self care yaitu "Suatu
pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu sendiri untuk
memenuhi

kebutuhan

guna

mempertahankan

kehidupan,

kesehatan

dan

kesejahteraannya sesuai dengan keadaan, baik sehat maupun sakit " (Orem's,
1980).
Model konsep Dorothea Orem terfokus pada Self Care dan kebutuhan
perawatan

diri

klien

untuk

mempertahankan

kehidupan,

kesehatan,

perkembangan, dan kesejahteraan. Ada 3 prinsip dalam keperawatan diri sendiri
yaitu:

22

1.

Perawatan diri yang bersifat holistik, seperti kebutuhan oksigen, air,
nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat.

2.

Perawatan mandiri yang harus dilakukan sesuai dengan tumbuh kembang
manusia.

3.

Perawatan mandiri yang harus dilakukan karena adanya masalah kesehatan
atau penyakit.

Dalam teori Orem (1991) ada 5 area aktifitas keperawatan yaitu:
1.

Masuk kedalam dan memelihara hubungan antara perawat dengan pasien
dengan individu, keluarga, kelompok, sampai pasien dapat melegitimasi
rencana keperawatan.

2.

Menentukan kapan dan bagaimana pasien dapat dibantu melalui
keperawatan.

3.

Bertanggung jawab atas permintaan pasien, keinginan dan kebutuhan
untuk kontak dan dibantu perawat.

4.

Menjelaskan, memberikan dan melindungi pasien secara langsung dalam
bentuk keperawatan.

5.

Mengkoordinasi dan mengintegrasi keperawatan dengan kehidupan seharihari pasien atau perawatan kesehatan lain jika dibutuhkan serta pelayanan
sosial dan edukasi yang dibutuhkan atau yang akan diterima.

3.2. PENERAPAN

EPISTEMIOLOGI

DALAM

FILSAFAT

ILMU

MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT
Pada dasarnya diyakini bahwa semua manusia itu mempunyai kebutuhankebutuhan self care dan mereka mempunyai hak untuk mendapatkan kebutuhan
itu sendiri, kecuali bila tidak mampu sehingga dalam teori ini digunakan tehnik
observasi status kesehatan klien guna menemukan masalah keperawatan
berdasarkan self-care defisit, maka perawat perlu melakukan pengkajian kepada
klien melalui observasi berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan klien yang
terdiri dari Minimal Care, Partial Care, Total Care.
Dasar inilah yang kemudian dikembangkan oleh Douglas untuk
menentukan jumlah kebutuhan ketenagaan perawat disebuah ruangan perawatan.
Ketenagaan merupakan sebuah pengaturan proses mobilisasi potensi, proses

23

motivasi dan pengembangan sumber daya manusia dalam memenuhi kepuasan
untuk tercapainya tujuan individu dan organisasi.
Douglas mengembangkan teori metode penghitungan jumlah tenaga
perawat berdasarkan derajat ketergantungan yang bersumber dari teori Orem.
Menurut Douglas (1992), klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi
dalam 3 kategori :
1. Perawatan minimal memerlukan waktu 1 – 2 jam/ 24 jam, Kriteria :
a. Kebersihan diri, mandi ganti pakaian dilakukan sendiri
b. Makan dan minum dilakukan sendiri
c. Ambulansi dengan pengawasan
d. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga ( shift )
e. Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil
2. Perawatan parsial memerlukan waktu 3 – 4 jam/ 24 jam, Kriteria :
a. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
b. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
c. Ambulansi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
d. Pasien dengan kateter urine, pemasukan dan pengeluaran intake output
cairan dicatat / dihitung.
e. Pasien dengan infus, persiapan pengobatan yang memerlukan prosedur
3. Perawatan total memerlukan waktu 5 – 6 jam/ 24jam, Kriteria :
a. Semua keperluan pasien dibantu
b. Perubahan posisi, observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 2 jam
c. Makan melalui slang ( NGT / pipa lambung ), terapi intravena
d. Dilakukan penghisapan lender
e. Gelisah / disorientasi.
Berdasarkan

kategori

tersebut,

didapatkan

jumlah

perawat

yang

dibutuhkan pada pagi, sore dan malam sesuai dengan tingkat ketergantungan
pasien.
Melalui pemahaman tersebut, maka semakin jelaslah bahwa teori Orem
sangat penting untuk dipahami dalam konsep filsafat sehingga dalam
pengaplikasiannya

khususnya

dalam

manajemen

keperawatan

dimaksimalkan guna meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

24

dapat

3.3. AKSIOLOGI DARI CONTOH KASUS STAFFING KEPERAWATAN
RUANGAN DI RUMAH SAKIT
Peramalan kebutuhan tenaga kerja perawat khususnya di ruang perawatan
IRNA III B dapat mengacu pada table 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1 Tingkat Kebutuhan Pasien pada hari Kamis, 05 November 2015
No
Nama
Total ∑ pasien
Tingkat Kebutuhan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Ruangan
IRNA I
IRNA II
IRNA III A
IRNA III B
VIP
PICU
NIFAS
NICU
ICU
VK
OK
IGD
STROKE CENTER

TT
14
12
32
30
13
5
32
18
8
14
16
18
6

MC
11
10
21
27
13
4
15
9
4
4

2
5
4

PC
9
9
18
18
7

13

2

4

TC
3
1
1
3
2
4
9
4

4
4

Perhitungan tenaga keperawatan di ruang IRNA III B RSUD Kota
Mataram pada hari Kamis, 05 November 2015 menggunakan metode Douglas :
Kriteria Pasien:
1. Minimal Care

:5

2. Partial Care

: 18

3. Total Care : 3
Kebutuhan Tenaga Perawat untuk Minimal Care :
1. Pagi

: 5 x 0,17 = 0,85 ≈ 1

2. Siang

: 5 x 0,14 = 0,70 ≈ 1

3. Malam

: 5 x 0,07 + (5 x 0,03) = 0,35 + 0,15 = 0,50 ≈ 1 +

: 3 Tenaga Perawat
Kebutuhan Tenaga Perawat untuk Partial Care :
1. Pagi

: 18 x 0,27 = 4,86 ≈ 5

2. Siang

: 18 x 0,15 = 2,70 ≈ 3

3. Malam

: 18 x 0,10 - (18 x 0,03) = 1,80 + 0,54 = 2,34 ≈ 3 +

: 11 Tenaga Perawat

25

Kebutuhan Tenaga Perawat untuk Total Care :
1. Pagi

: 3 x 0,36 = 1,08 ≈ 1

2. Siang

: 3 x 0,30 = 0,90 ≈ 1

3. Malam

: 3 x 0,20 = 0,60 ≈ 1

+

: 3 Tenaga Perawat
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diambil kesimpulan untuk
kebutuhan tenaga keperawatan yang harus disiapkan oleh ruangan adalah
sebanyak 17 orang tenaga perawat.
Dari contoh kasus di atas sudah dapat terlihat penerapan aksiologi dalam
ilmu filsafat yang datap menjelaskan pererapannya dalam manajemen
keperawatan yang di khususkan kepada staffing keperawatan di ruangan. Hal
inilah yang menjadi dasar pengetahuan perawat manajemen dalam membantu
melakukan fungsi-fungsi dari manajemen itu sendiri mulai dari perencanaan
hingga evaluasi guna dapat mempertahankan kualitas pelayanan keperawatan
untuk mencapai kepuasan pasien dengan tetap mempertahankan kaidah-kaidah
keilmuannya.

26

BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Manajemen keperawatan merupakan proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan dan bantuan terhadap para pasien. Dengan
mengetahui proses, peran, fungsi manajemen pelayanan keperawatan dan
prinsip-prinsip yang mendasari, penerapan manajemen keperawatan oleh para
pengelola pelayanan keperawatan yang sesuai dengan yang diharapkan akan
dapat mengoptimalkan mutu pelayanan keperawatan yang diterima oleh
masyarakat sebagai komsumen.
Oleh karena itu, sangatlah penting dipahami dasar pengambilan
keilmuaan yang digunakan terutama dalam penggunaan model teori Orem
pada manajemen keperawatan khususnya dalam penentuan kebijakan
ketenagaan guna peningkatan mutu pelayanan keperawatan.
4.2 SARAN
Seorang perawat dalam memiliki banyak fungsi dan peran dalam
praktek asuhan keperawatan. Salah satunya adalah berperan sebagai manager
dalam pelayanan keperawatan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, sangatlah
penting untuk lebih banyak melakukan pengkajian dan meningkatkan
pemahaman terkait dengan dasar ilmu yang digunakan. Oleh karena itu,
perawat dituntut untuk terus melakukan Upgrade keilmuannya dengan
berfokus pada model konsep keperawatan yang sudah ada.

27

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22