IKLH Kabupaten Lima Puluh Kota 2017 dan

Keterkaitan IKLH dan Kebijakan Pengelolaan Lingkungan di Kabupaten Lima Puluh Kota

Pengantar
Saat ini upaya mengendalikan pencemaran dan kerusakan yang dilakukan oleh Pemerintah dan
berbagai komponen masyarakat masih belum dapat meningkatkan kualitas lingkungan hidup
Indonesia secara signifikan. Berbagai inisiatif yang telah dilakukan dalam upaya tersebut harus
lebih ditingkatkan dengan melibatkan lebih banyak lagi pemangku kepentigan. Hal yang tidak
kalah krusialnya dari berbagai upaya pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan
tersebut adalah penentuan tolok ukur pencapaian yang dapat mudah dipahami dan bersifat
implementatif terhadap upaya yang dilakukan. Untuk mengetahui tingkat pencapaian upayaupaya tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup pada tahun 2009 telah mengembangkan alat ukur
yang mudah dipahami, dalam pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan yaitu Indeks
Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH). Indeks ini terfokus pada media lingkungan air, udara dan lahan.
IKLH adalah perwujudan parameter lingkungan hidup yang kompleks namun tetap
mempertahankan makna atau esensi dari masing-masing indikatornya pada setiap media
lingkungan. IKLH menjadi ukuran utama untuk Sasaran Pokok Pembangunan Nasional bidang
lingkungan hidup pada

RPJMN 2015-2019. IKLH diharapkan dapat mempertajam prioritas

program dan kegiatan peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan mengetahui media
lingkungan hidup yang masih kurang baik, sumber daya yang ada dapat dialokasikan secara lebih

akurat sehingga akan lebih efektif dan efisien.
Status
1. Indeks Pencemaran Udara (IPU) : 92,88
IPU memperhitungkan sumber pencemar dari kegiatan industri dan kendaraan bermotor
(NOX dan SOX). Parameter pencemaran udara dari kebakaran hutan dan lahan (PM10 dan
PM2,5) tidak diperhitungkan.
2. Indeks Kualitas Air (IKA) : 66,67
IKA memperhitungkan 6 (enam) parameter kualitas air. Parameter tersebut adalah : TSS (Total
Suspended Solid/Padatan tersuspensi total), DO (Oksigen terlarut/Dissolved Oxygen), BOD
(Biochemical Oxygen Demand/Kebutuhan Oksigen Biokimiawi), COD (Chemical Oxygen
Demand/Kebutuhan Oksigen Kimiawi), Fosfat, Fecal Coli (Coli tinja) dan Total coli.
3. Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL) : 50,47
IKTL memperhitungkan luas hutan primer dan luas hutan sekunder, dan membandingkannya
dengan tutupan.
4. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) : 68,05
IKLH diperoleh dengan memperhitingkan 30% IPU, 30% IKA dan 40% IKTL.
IKLH = (30% x IPU)+(30% x IKA) + (40% x IKTL)
= 30% x 93,60 + 30% 66,67 + 40% x 50,57
= 68,05 (cukup)


Tekanan
1. Status IPU pada 92,88 menunjukan kualitas yang UNGGUL. Tingkat pencemaran udara di
Kabupaten Lima Puluh Kota sangat rendah.
2. Status IKA pada posisi 66,67 menunjukan terjadi penurunan serius terhadap kualitas badan air
di Kabupaten Lima Puluh Kota. Dari 26 sampel kualitas air pada tahun 2017, 6 sampel
melebihi baku mutu COD dan 5 sampel melebihi baku mutu TSS. Parameter COD yang
melebihi baku mutu menunjukan tingginya input beban pencemaran yang masuk ke badan air
di Kabupaten Lima Puluh Kota. Parameter TSS yang melebihi baku mutu menggambarkan
tingginya padatan terlarut pada sungai-sungai di Kabupaten Lima Puluh Kota akibat rusaknya
daerah aliran sungai. kerusakan ini dapat terjadi antara lain akibat perubahan tata guna lahan
dan aktivitas pertambangan terutama di bantaran badan air.
3. Status ITH pada angka 50,47 menunjukan WASPADA. Hal ini menunjukan adanya perubahan
hutan primer di Kabupaten Lima Puluh Kota menjadi hutan sekunder dan penggunaan lain.
Perlu dilakukan perbaikan tutupan hutan misalnya dengan reboisasi dan penanaman pohon
dengan sasaran utama pada kawasan penyangga.
4. Status IKLH Kabupaten Lima puluh Kota pada angka 68,05 menunjukan lingkungan yang
CUKUP berkualitas. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup ini lebih tingigi dari rata rata Propinsi
Sumatera Barat yang pada Tahun 2015 berada pada posisi 64,72.

Respons

Langkah-langkah yang diperlukan untuk memperbaiki IKLH terfokus pada perbaikan IKA karena
nilanya yang relatif rendah dibanding komponen lain. Perbaikan IKA dilakukan melalui perbaikan
kualitas air pada parameter yang telah melewati baku mutu. Langkah yang dapat di tempuh
antara lain :
1.

Identifikasi dan inventarisasi sumber pencemar (point source/tetap dan non-point
source/bergerak). Identifikasi dan inventarisasi sumber pencemar sumber pencemar
berasal dari kegiatan : industri/industri kecil, domestik, peternakan/perikanan, penggunaan
lahan/pertanian, hotel/rumah makan, pasar/rumah sakit, pasar, pengelolaan sampah
(sampah yang tidak tertangani).

2.

Penentuan alokasi beban pencemaran badan air (sungai, anak sungai, embung, waduk,
danau). Alokasi beban pencemaran badan air merupakan kemampuan badan air untuk
menerima masukan pencemar (zat, organisme atau energi) dari sumber pencemar tanpa
menyebabkan badan air tersebut menjadi cemar. Dengan kata lain masuknya pencemar
tersebut tidak menyebabkan parameter kualitas air melebihi baku mutu. Alokasi beban
pencemaran badan air memperhitungkan kemampuan badan air untuk mengurangi

dampak pencemar terhadap kualitas badan air. Beberapa hal yang mempengaruhi
kemampuan ini antara lain : kelas peruntukan badan air, debit rata-rata badan air, dan
perubahan kualitas daerah tangkapan air.

3.

Pelaksanaan kegiatan penurunan beban pencemaran (sumber pencemar usaha/kegiatan
dan domestik). Pelaksanaan kegiatan penurunan beban pencemaran dilfokuskan kepada
usaha/kegiatan yang menjadi penyumbang terbesar sumber pencemaran yang diketahui

dari tahapan identifikasi dan inventarisasi sumber pencemar. Penurunan beban
pencemaran sangat tergantung kepada jenis sumber pencemarnya. Contoh langkah
penurunan beban pencemaran antara lain misalnya : (1) Usaha/kegiatan : pengawasan
kualitas efluen limbah usaha/kegiatan, pembangunan IPAL , dan (2) Sumber pencemar
domestik : optimasi pengelolaan sampah rumah tangga, pembangunan IPAL komunal,
pembanguna IPLT.
4.

Mensinergikan data hasil pemantauan kualitas lingkungan (air dan udara ambien) yang
dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota dengan data hasil pemantauan kualitas

lingkungan yang dilakukan oleh pemerintah provinsi, maupun pemerintah pusat.

5.

Mensinergikan kebijakan, program, dan kegiatan pengelolaan lingkungan yang dilakukan
oleh masing-masing pemerintah kabupaten/kota dengan program-program kebijakan
pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.

Sarilamak,

Januari 2018

(boeng .odi@gmail.com)

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65