Sistem Pemerintahan di Berbagai Negara (2)
Sistem Pemerintahan di Berbagai Negara
1.
Pengertian Pemerintahan
Dalam arti luas
Pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan-badan
legislatif, eksekutif dan yudikatif di suatu negara dalam rangka mencapai tujuan
penyelenggaraan negara.
Dalam arti sempit
Pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif
beserta jajarannya dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara.
Menurut Utrecht
Istilah pemerintahan punya pengertian yang tidak sama. Beberapa pengertian tersebut
adalah sebagai berikut:
1.
Pemerintahan sebagai gabungan dari semua badan kenegaraan yang berkuasa
memerintah. Jadi, yang termasuk badan-badan kenegaraan di sini bertugas
menyelenggarakan kesejahteraan umum, misalnya badan legislatif, badan eksekutif
dan badan yudikatif.
2.
Pemerintahan sebagai gabungan badan-badan kenegaraan tertinggi yang
berkuasa memerintah di wilayah satu negara, misalnya raja, presiden, atau Yang
Dipertuan Agung (Malaysia).
3.
c. Pemerintahan dalam arti kepala negara (presiden) bersama dengan
kabinetnya.
Adapun sistem pemerintahan diartikan sebagai suatu tatanan utuh yang terdiri atas
berbagai komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantung dan mempengaruhi
dalam mencapai tujuan dan fungsi pemerintahan. Komponen-komponen tersebut
secara garis besar meliputi lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Jadi, sistem
pemerintahan negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga negara, hubungan
antar lembaga negara dan bekerjanya lembaga negara dalam mencapai tujuan
pemerintahan negara yang bersangkutan.
Dalam pandangan Offe, bahwa pemerintahan merupakan hasil dari tindakan
administratif dalam berbagai bidang dan bukan merupakan hasil dari pelaksanaan
tugas pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan
sebelumnya; tetapi lebih merupakan hasil dari kegiatan produksi bersama
(coproduction) antara lembaga pemerintahan dengan klien masing-masing.
Pemerintahan (governing) menurut Kooiman, merupakan proses interaksi antara
berbagai aktor dalam pemerintahan dengan kelompok sasaran atau berbagai individu
masyarakat. Oleh sebab itu, pola penyelenggaraan pemerintahan dalam masyarakat
dewasa ini pada intinya merupakan proses koordinasi (coordinating), pengendalian
(steering), pemengaruhan (influencing) dan penyeimbangan (balancing) setiap
hubungan interaksi tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa penyelenggaraan pemerintahan
(governing) dapat dipandang sebagai “intervensi perilaku politik dan sosial yang
berorientasi hasil, yang diarahkan untuk menciptakan pola interaksi yang stabil atau
dapat diprediksikan dalam suatu sistem (sosial-politik), sesuai dengan harapan
ataupun tujuan dari para pelaku intervensi tersebut”.
Bonus Info Kewarganegaraan
Dalam masyarakat modern atau post-modern dewasa ini, pola pemerintahan yang dapat
dikembangkan sesuai dengan karakteritiknya masing-masing adalah sebagai berikut :
1.
Kompleksitas, yaitu dalam menghadapi kondisi yang kompleks, maka pola
penyelenggaraan pemerintahan perlu ditekankan pada fungsi koordinasi dan komposisi.
2.
Dinamika, yaitu dalam hal ini pola pemerintahan yang dapat dikembangkan adalah
pengaturan atau pengendalian (steering) dan kolaborasi (pola interaksi saling
mengendalikan diantara berbagai aktor yang terlibat dan atau kepentingan dalam sesuatu
bidang tertentu.
3.
1.
1.
Keanekaragaman, yaitu masyarakat dengan berbagai kepentingan yang beragam
dapat di atasi dengan pola penyelenggaraan pemerintahan yang menekankan pada
pengaturan (regulation) dan integrasi atau keterpaduan (integration).
2. Bentuk Pemerintahan
a. Bentuk Pemerintahan Klasik
Teori-teori tentang bentuk pemerintahan klasik pada umumnya masih menggabungkan
bentuk negara dan bentuk pemerintahan. Hal ini sejalan dengan pendapat Mac
Iver dan Leon Duguityang menyatakan bahwa bentuk negara sama dengan bentuk
pemerintahan. Prof. Padmo Wahyono, SH juga berpendapat bahwa bentuk negara
aristokrasi dan demokrasi adalah bentuk pemerintahan klasik, sedangkan monarki dan
republik adalah bentuk pemerintahan modern.
Fokus Kita :
Bentuk pemerintahan adalah suatu sistem yang mengatur alat-alat
perlengkapan negara dan hubungan antara alat-alat perlengkapan itu.
Dalam teori klasik, bentuk pemerintahan dapat di bedakan atas jumlah orang yang
memerintah dan sifat pemerintahannya.
Ajaran Plato (429 – 347SM)
Plato mengemukakan lima bentuk pemerintahan negara. Kelima bentuk itu menurut
Plato harus sesuai dengan sifat-sifat tertentu manusia. Adapun kelima bentuk itu
sebagai berikut.
1)
Aristokrasi, yaitu bentuk pemerintahan yang di pegang oleh kaum cendikiawan
yang dilaksanakan sesuai dengan pikiran keadilan.
2)
Timokrasi, yaitu bentuk pemerintah yang di pegang oleh orang-orang yang
ingin mencapai kemasyuran dan kehormatan.
3)
Oligarki, yaitu bentuk pemerintahan yang di pegang oleh golongan hartawan
4)
Demokrasi, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh rakyat jelata, dan
5)
Tirani, yaitu bentuk pemerintahan yang di pegang oleh seorang tiran
( sewenang-wenang) sehingga jauhdari cita-cita keadilan.
Ajaran Aristoteles (384 – 322 SM)
Aristoteles membedakan bentuk pemerintahan berdasarkan dua kriteria pokok, yaitu
jumlah orang yang memegang pucuk pemerintahan dan kualitas pemerintahannya.
Berdasarkan dua kriteria tersebut, perbedaan bentuk pemerintahan adalah sebagai
berikut.
1)
Monarki, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh satu orang demi
kepentingan umum, sifat pemerintahan ini baik dan ideal.
2)
Tirani, yaitu bentuk pemerintah yang dipegang oleh seseorang demi
kepentingan pribadi. Bentuk pemerintahan ini buruk dan merupakan kemerosotan.
3)
Aristokrasi, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok
cendikiawan demi kepentingan umum. Bentuk pemerintahan ini baik dan ideal.
4) Oligarki, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok cendikiawan
demi kepentingan kelompoknya. Bentuk pemerintahan ini merupakan pemerosotan
dan buruk.
5) Pliteia, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seluruh rakyat demi
kepentingan umum. Bentuk pemerintahan ini baik dan ideal.
6) Demokrasi, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang tertentu
demi kepentingan sebagian orang. Bentuk pemerintahan ini kurang baik dan
merupakan pemrosotan.
Ajaran Polybios (204-122 SM)
Ajaran Polybios yang dikenal dengan Cyclus Theory sebenarnya merupakan
pengembangna lebih lanjut dari ajaran aristoteles dengan sedikit perubahan, yaitu
dengan mengganti bentuk pemerintahan ideal pliteia dengan demokrasi.
Teori siklus menurut Polybios dapat digambarkan pada bagan berikut ini.
Monarki adalah bentuk pemerintahan yang pada mulanya mendirikan kekuasaan atas
rakyat dengan baik dan dapat di percaya. Namun pada perkembangannya, para
penguasa dalam hal ini adalah raja tidak lagi menjalankan pemerintahan untuk
kepentingan umum, bahkan cenderung sewenang-wenang dan menindas rakyat.
Bentuk pemerintahan monarki bergeser menjadi tirani.
Dalam situasi pemerintahan tirani yang sewenang-wenang, muncullah kaum
bangsawan yang bersekongkol untuk melawan. Mereka bersatu untuk mengadakan
pemberontakan sehingga kekuasaan beralih pada mereka. Pemerintahan selanjutnya di
pegang oleh beberapa orang dan memperhatikan kepentingan umum., serta sifat baik,.
Pemerintahan pun berubah dari tiranimenjadi aristokrasi.
Aristokrasi yang semula baik dan memperhatikan kepentingan umum, pada
perkembangannya tidak lagi menjalankan keadilan dan hanya mementingkan diri
sendiri. Keadaan itu mengakibatkan pemerintahan aristokrasi bergeser ke oligarki.
Dalam pemerintahan oligarki yang tidak ada keadilanm rakyat berontak mengambil
alih kekuasaan umtuk memperbaiki nasib. Rakyat menjalankan kekuasaan negara
demi kepentingan rakyat. Akibatnya, pemerintahan bergeser
menjadi demokrasi. Namun, pemerintahan demokrasi yang awalnya baik lama
keamaan banyak diwarnai kekacauan, kebrobokan, dan korupsi sehingga hokum sulit
di tegakkan. Dari pemerintahan okhlorasi ini kemudian muncul seorang yang kuat dan
berani yang dengan kekerasan dapat memegang pemerintahan. Dengan demikian,
pemerintahan kembali di pegang oleh satu tangan lagi dalam bentuk monarki.
Perjalanan siklus pemerintahan di atas mamperlihatkan pada kita akan adanya
hubungan kausal (sebab akibat) antara bentuk pemerintahan yang satu dengan yang
lain. Itulah sebabnyaPolybios beranggapan bahwa lahirnya pemerintahan yang satu
dengan yang lain sebagai akibat dari pemerintahan yang sebelumnya telah ada.
1.
b. Bentuk Pemerintahan Monarkhi (Kerajaan)
Leon Duguit dalam bukunya Traite de Droit Constitutional membedakan
pemerintahan dalam bentuk monarki dan republik. Perbedaan antara pemerintahan
bentuk “monarki” dan “republik” menurut Leon Duguit, adalah ada pada kepala
negaranya. Jika ditunjuk berdasarkan hak turun-temurun, maka kita berhadapan
dengan monarki. Kalau kepala negaranya ditunjuk tidak berdasarkan turun-temurun
tetapi dipilih, maka kita berhadapan dengan republik.
Dalam praktik-praktik ketatanegaraan, bentuk pemerintahan monarki dan republik
dapat dibedakan atas:
1) Monarki Absolut
Monarki absolut adalah bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang dikepalai oleh
seorang (raja, ratu, syah, atau kaisar) yang kekuasaan dan wewenangnya tidak
terbatas. Perintah raja merupakan undang-undang yang harus dipatuhi oleh rakyatnya.
Pada diri raja terdapat kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang menyatu
dalam ucapan dan perbuatannya. Contoh: Perancis semasa Louis XIV dengan
semboyannya yang terkenal L’etat C’est Moi(negara adalah saya).
2) Monarki Konstitusional
Monarki konstitusional adalah bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang
dikepalai oleh seorang raja yang kekuasaannya dibatasi oleh undang-undang dasar
(konstitusi). Proses monarki konstitusional adalah sebagai berikut :
Adakalanya proses monarki konstitusional itu datang dari raja itu sendiri karena
ia takut dikudeta. Contoh: negara Jepang dengan hak octrooi.
Adakalanya proses monarki konstitusional itu terjadi karena adanya revolusi
rakyat terhadap raja. Contoh: Inggris yang melahirkan Bill of RightsI tahun
1689, Yordania, Denmark, Arab Saudi, dan Brunei Darussalam.
3) Monarki Parlementer
Monarki parlementer adalah bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang dikepalai
oleh seorang raja dengan menempatkan parlemen (DPR) sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi. Dalam monarki parlementer, kekuasaan eksekutif dipegang oleh
kabinet (perdana menteri) dan bertanggung jawab kepada parlemen. Fungsi raja hanya
sebagai kepala negara (simbol kekuasaan) yang kedudukannya tidak dapat diganggu
gugat. Bentuk monarki parlementer sampai sekarang masih tetap dilaksanakan di
Inggris, Belanda, dan Malaysia.
1.
c. Bentuk Pemerintahan Republik
Dalam pelaksaannya bentuk pemerintahan republik dapat dibedakan menjadi republik
absolut, republik konstitusional, dan republik parlementer.
1) Republik Absolut
Dalam sistem republik absolut, pemerintahan bersifat diktator tanpa ada pembatasan
kekuasaan. Penguasa mengabaikan konstitusi dan untuk melegitimasi kekuasaannya
digunakanlah partai politik. Dalam pemerintahan ini, parlemen memang ada, namun
tidka berfungsi.
2) Republik Konstitusional
Dalam sistem republik konstitusional, presiden memegang kekuasaan kepala negara
dan kepala pemerintahan. Namun, kekuasaan presiden dibatasi oleh konstitusi. Di
samping itu, pengawasan yang efektif dilakukan oleh parlemen.
3) Republik Parlementer
Dalam sistem republik parlementer, presiden hanya sebagai kepala negara. Namun,
presiden tidak dapat diganggu-gugat. Sedangkan kepala pemerintahan berada di
tangan perdana menteri yang bertanggungjawab kepada parlementer. Alam sistem ini,
kekuasaan legislatif lebih tinggi daripada kekuasaan eksekutif.
1.
3. Sistem Pemerintahan
Istilah sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua kata, “sistem” dan
“pemerintahan”. “Sistem” adalah suatu keseluruhan, terdiri dari beberapa bagian yang
mempunyai hubungan fungsional, baik antara bagian-bagian maupun hubungan
fungsional terhadap keseluruhannya, sehingga, hubungan itu menimbulkan suatu
ketergantungan antara bagian-bagian yang akibatnya jika salah satu bagian tidak
bekerja dengan baik, maka akan mempengaruhi keseluruhannya itu. (Carl J.
Friedrich).
Fokus Kita :
Ditinjau dari segi pembagian kekuasaannya, organisasi pemerintah itu dibagi
menurut garis horizontal dan vertikal. Pembagian kekuasaan secara horizontal
didasarkan atas sifat tugas yang berbeda-beda jenisnya, yang menimbulkan berbagai
macam lembaga di dalam suatu negara. Sedangkan pembagian kekuasaan secara
vertikal melahirkan dua garis hubungan antara pusat dan daerah dalam sistem
desentralisasi dan dekonsentrasi.
Sistem pemerintahan di dunia terbagi atas sistem pemerintahan parlementer dan
presidensial. Pada umumnya, negara-negara di dunia menganut salah satu dari sistem
pemerintahan tersebut. Adanya sistem pemerintahan lain dianggap sebagai variasi atau
kombinasi dari dua sistem pemerintahan di atas. Negara Inggris dianggap sebagai tipe
ideal dari negara yang menganut sistem pemerintahan parlementer. Bahkan, Inggris
disebut sebagai “mother of parliaments” (induk parlementer), sedangkan Amerika
Serikat merupakan tipe ideal dari negara dengan sistem pemerintahan presidensial.
Kedua negara tersebut disebut sebagai tipe ideal karena menerapkan ciri-ciri yang
ideal dari sistem pemerintahan yang dijalankannya. Inggris adalah negara pertama
yang menjalankan model pemerintahan parlementer. Amerika Serikat juga sebagai
pelopor dalam pemerintahan presidensial. Kedua negara tersebut sampai sekarang
tetap konsisten dalam menjalankan prinsip-prinsip dari sistem pemerintahannya. Dari
dua negara tersebut, kemudian sistem pemerintahan diadopsi oleh negara-negara lain
di belahan dunia.
Sistem Pemerintahan Parlementer
Sistem parlementer adalah sebuah sistem permerintahan di mana parlemen memiliki
peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki wewenang
dalam mengangkat perdana menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan
pemerintahan, yaitu dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak percaya. Berbeda
dengan sistem presidensil, di mana sistem parlemen dapat memiliki seorang presiden
presiden dan seorang perdana menteri, yang berwenang terhadap jalannya
pemerintahan. Dalam presidensil, presiden berwenang terhadap jalannya
pemerintahan, namun dalam sistem parlementer presiden hanya menjadi simbol
kepala negara saja.
Fokus Kita :
Pada sistem pemerintahan parlementer, hubungan antara eksekutif dan
badan perwakilan sangat erat. Hal ini disebabkan karena adanya pertanggung
jawaban para menteri terhadap parlemen, maka setiap kabinet yang dibentuk
harus memperoleh dukungan kepercayaan dengan suara yang terbanyak dari
parlemen. Ini berarti bahwa kebijaksanaan pemerintah atau kabinet tidak boleh
menyimpang dari apa yang dikehendaki parlemen.
Sistem parlementer, terlahir dari adanya pertanggung jawaban menteri. Seperti halnya
yang terjadi di Inggris, di mana seorang raja tak dapat diganggu gugat (the king can
do no wrong), maka jika terjadi perselisihan antara raja dengan rakyat, menterilah
yang bertanggung jawab terhadap segala tindakan raja. Sebagai contoh, Thomas
Wentworth salah seorang menteri pada masa Raja Karel I dituduh melakukan tindak
pidana oleh majelis rendah. Kemudian karena terbukti, menteri tersebut dijatuhi
hukuman mati oleh majelis tinggi.
Dari pertanggung jawaban pidana ini, kemudian lahir pertanggung jawaban politik, di
mana para menteri harus bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah
terhadap parlemen. Sistem parlemen telah terjadi sejak permulaan abad ke-18 di
Inggris. Dari sejarah ketatanegaraan, dapatlah dikatakan, bahwa sistem parlementer
ini adalah kelanjutan dari bentuk negara Monarchi Konstitusionil, di mana
kekuasaan raja dibatasi oleh konstitusi. Karena itu dalam sistem parlementer, raja atau
ratu dan presiden, kedudukannya adalah sebagai kepala negara. Contoh kedudukan
ratu di Inggris, raja di Muangthai dan presiden di India.
Selanjutnya yang disebut eksekutif dalam sistem parlementer adalah kabinet itu
sendiri. Kabinet yang terdiri dari perdana menteri dan menteri-menteri, bertanggung
jawab sendiri satau bersama-sama kepada parlemen. Kesalahan yang dilakukan oleh
kabinet tidak dapat melibatkan kepala negara. Karena itulah di Inggris dikenal istilah
“the king can do no wrong”. Pertanggung jawaban menteri kepada parlemen tersebut
dapat berakibat kabinet meletakkan jabatan dan mengembalikan mandat kepada
kepala negara manakala parlemen tidak lagi mempercayai kabinet.
Sebagai catatan, bahwa dalam pemerintahan kabinet parlementer, perlu dicapai
adanya keseimbangan melalui mayoritas partai untuk membentuk kabinet atas
kekuatan sendiri. Kalau tidak, maka dibentuk suatu kabinet koalisi berdasarkan
kerjasama antara beberapa partai yang bersama-sama mencapai mayoritas dalam
badan legislatif. Beberapa negara, seperti NegeraBelanda dan negaranegara Skandinavia, pada umumnya berhasil mencapai suatu keseimbangan,
sekalipun tidak dapat dielakkan suatu “dualisme antara pemerintah dan dewan
perwakilan rakyat”.
1.
a. Ciri-ciri Sistem Pemerintahan Parlementer
Beberapa ciri dari sistem pemerintahan parlementer, adalah sebagai berikut :
1)
Raja/ratu atau presiden adalah sebagai kepala negara. Kepala negara ini tak
bertanggung jawab atas segala kebijaksanaan yang diambil oleh kabinet.
2)
Kepala negara tidak sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Kepala
pemerintahan adalah perdana menteri. Kepala negara tak memiliki kekuasaan
pemerintahan. Ia hanya berperan sebagai simbol kedaulatan dan keutuhan negara.
3)
Badan legislatif atau parlemen adalah satu-satunya badan yang anggotanya
dipilih lansung oleh rakyat melalui pemilihan umum. Parlemen memiliki kekuasaan
besar sebagai badan perwakilan dan lembaga legislatif.
4)
Eksekutif bertanggung jawab kepada legislatif. Dan yang disebut sebagai
eksekutif di sini adalah kabinet. Kabinet harus meletakkan atau mengembalikan
mandatnya kepada kepala negara, manakala parlemen mengeluarkan mosi tidak
percaya kepada menteri tertentu atau seluruh menteri.
5)
Dalam sistem dua partai, yang ditunjuk sebagai pembentuk kabinet dan
sekaligus sebagai perdana menteri adalah ketua partai politik yang memenangkan
pemilu. Sedangkan partai politik yang kalah akan berlaku sebagai pihak oposisi.
6)
Dalam sistem banyak partai, formatur kabinet harus membentuk kabinet secara
koalisi, karena kabinet harus mendapat dukungan kepercayaan dari parlemen.
7) Apabila terjadi perselisihan antara kabinet dan parlemen dan kepala negara
beranggapan kabinet berada dalam pihak yang benar, maka kepala negara akan
membubarkan parlemen. Dan menjadi tanggung jawab kabinet untuk melaksanakan
pemilu dalam tempo 30 hari setelah pembubaran itu. Sebagai akibatnya, apabila partai
politik yang menguasai parlemen menang dalam pemilu tersebut, maka kabinet akan
terus memerintah. Sebaliknya, apabila partai oposisi yang memenangkan pemilu,
maka dengan sendirinya kabinet mengembalikan mandatnya dan partai politik yang
menang akan membentuk kabinet baru.
Dalam hal terjadinya suatu krisis kabinet karena kabinet tidak lagi memperoleh
dukungan dari mayorits badan legislatif, kadang-kadang dialami kesukaran untuk
membentuk suatu kabinet baru, oleh karena pandangan masing-masing partai tidak
dapat dipertemukan. Dalam keadaan semacam ini terpaksa dibentuk suatu
kabinet ekstra-parlementer, yaitu suatu kabinet yang dibentuk tanpa formateur kabinet
merasa terikat pada konstelasi kekuatan politik dalam badan legislatif.
Dengan demikian bagi formateur kabinet cukup peluang untuk menunjuki menteri
berdasarkan keahlian yang diperlukan tanpa menghiraukan apakah dia mempunyai
dukungan partai. Kalaupun ada menteri yang merupakan anggota pertai, maka secara
formil dia tidak mewakili partainya. Biasanya suatu kabinet ekstraparlementer mempunyai program kerja yang terbatas dan mengikat diri untuk
menangguhkan pemecahan masalah-masalah yang bersifat fundamental.
Bonus Info Kewarganegaraan
Menurut sejarah ketatanegaraan Belanda, terdapat beberapa macam kabinet ekstraparlementer :
1.
Zaken Kabinet, yaitu suatu kabinet yang mengikat diri untuk menyelenggarakan
suatu program yang terbatas.
2.
National Kabinet (kabinet nasional), yaitu suatu kabinet yang menteri-menterinya
diambil dari pelbagai golongan masyarakat. Kabinet semacam ini biasanya dibentuk dalam
keadaan kritis, di mana komposisi kabinet diharap mencerminkan persatuan nasional.
Akan tetapi di beberapa negara lain, termasuk Republik Perancis ke IV (1946-1958)
danIndonesia sebelum 1959, keseimbangan antara badan eksekutif dan badan legislatif
tidak tercapai dan ternyata muncul dominasi badan legislatif (secara langsung atau tidak
langsung) yang akibatnya cukup mengganggu kontinuitas kebijaksanaan pemerintah.
DiPerancis efeknya tidak terlalu mengganggu, oleh karena aparatur pemerintahan dapat
berjalan terus, akan tetapi di Indonesia setiap krisis kabinet mempunyai akibat yang bersifat
distruktif dan mengganggu kelancaran jalannya pemerintahan, karena lemahnya aparatur
administratif.
Di samping itu, perlu disebut suatu bentuk sistem parlementer khusus, yang memberi
peluang kepada badan eksekutif untuk memainkan peranan yang dominan dan yang karena
itu disebut pemerintahan kabinet (cabinet government). Sistem ini terdapat
di Inggris danIndia.
Di sini hubungan antara badan-badan eksekutif dan badan legislatif begitu terjalin sehingga
boleh dinamakan suatu partenership. Istilah yang dipakai adalah fuston atau union antara
badan eksekutif dan badan legislatif. Di dalam partnership ini kabinet memainkan peranan
yang dominan, sehingga kabinet dinamakan suatu “panitia” dalam parlemen. Di Inggris
sistem ini berjalan lebih lancar daripada di India, karena sudah berjalan lama dan juga
karena dibantu oleh adanya sistem dwi-partai.
1.
b. Kelebihan dan kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer
Sistem Pemerintahan Parlementer
Kelebihan
Pembuatan kebijakan dapat
Kekurangan
Kedudukan badan eksekutif/kabinet
ditangani secara cepat karena mudah terjadi
penyesuaian pendapat antara eksekutif dan
legislatif. Hal ini karena kekuasaan
legislatif dan eksekutif berada pada satu
partai atau koalisi partai.
sangat tergantung pada mayoritas dukungan
parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet
dapat dijatuhkan oleh parlementer
eksekutif atau kabinet tak bisa ditentikan
berakhir sesuai dengan masa jabatannya
karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar
Garis tanggung jawab dalam
pembuatan dan pelaksanaan kebijakan
publik jelas
Kelangsungan kedudukan badan
Adanya pengawasan yang kuat dari
Kabinet dapat mengendalikan
parlemen. Hal ini terjadi bila para anggota
kabinet adalah anggota parlemen dan
berasal darin partai mayoritas. Karena
pengaruh mereka yang besar di parlemen
dan partai, anggota kabinet pun dapat
menguasai parlemen
parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet
menjadi berhati-hati dalam menjalankan
pemerintahan.
Parlemen menjadi tempat kaderisasi
bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman
mereka menjadi anggota parlemen
dimanfaatkan dan menjadi bekal penting
untuk menjadi menteri atau jabatan
eksekutif lainnya.
Sistem Pemerintahan Presidensial
Dalam sistem pemerintahan presidensial, kedudukan eksekutif tak tergantung pada
badan perwakilan rakyat. Adapun dasar hukum dari kekuasaan eksekutif dikembalikan
kepada pemilihan rakyat. Sebagai kepala eksekutif, seorang presiden menunjuk
pembantu-pembantunya yang akan memimpin departemennya masing-masing dan
mereka itu hanya bertanggung jawab kepada presiden. Karena pembentukan kabinet
itu tak tergantung dari badan perwakilan rakyat atau tidak memerlukan dukungan
kepercayaan dari badan perwakilan rakyat, maka menteri-pun tak bisa diberhentikan
olehnya.
Fokus Kita :
Dalam sistem pemerintahan presidensial, badan eksekutif dan legislatif
memiliki kedudukan yang independen. Kedua badan tersebut tidak berhubungan
secara langsung seperti dalam sistem pemerintahan parlementer. Dan mereka pun
dipilih oleh rakyat secara terpisah.
Sistem ini terdapat di Amerika Serikat yang mempertahankan ajaran Montesquieu, di
mana kedudukan tiga kekuasaan negara yaitu legislatif, eksekutif dan legislatif,
terpisah satu sama lain secara tajam dan saling menguji serta saling mengadakan
perimbangan (check and balance). Kekuasaan membuat undang-undang ada di
tangan congress, sedangkan presiden mempunyai hak veto terhadap undang-undang
yang sudah dibuat itu. Kekuasaan eksekutif ada pada presiden dan pemimpinpemimpin departemen, yaitu para menteri yang tidak bertanggung jawab pada
parlemen. Karena presiden dipilih oleh rakyat, maka sebagai kepala eksekutif ia hanya
bertanggung jawab kepada rakyat.
Pelaksanaan kekuasaan kehakiman menjadi tanggung jawab Supreme
Court (Mahkamah Agung), dan kekuasaan legislatif berada di tangan DPR atau
Konggres (Senat dan Parlemen di Amerika). Dalam Praktiknya, sistem presidensial
menerapkan teori Trias Politika Montesqueusecara murni melalui pemisahan
kekuasaaan (Separation of Power ). Contohnya adalah Amerika dengan Chek and
Balance. Sedangkan yang diterapkan di Indonesia adalah pembagian
kekuasaan (Distribution of Power).
1.
a. Ciri-ciri Sistem Pemerintahan Presidensial
1)
Penyelenggara negara berada di tangan presiden. Presiden adalah kepala negara
dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden tak dipilih oleh parlemen, tetapi dipilih
langsung oleh rakyat atau suatu dewan/majelis
2)
Kabinet (dewan menteri) dibentuk oleh presiden. Kabinet bertanggung jawab
kepada presiden dan tidak bertanggung jawab kepada parlemen/legislatif
3)
Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen karena ia tidak dipilih oleh
parlemen
4)
Presiden tak dapat membubarkan parlemen seperti dalam sistem parlementer
5)
Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan menjabat sebagai lembaga
perwakilan. Anggotanya pun dipilih oleh rakyat
6)
1.
Presiden tidak berada di bawah pengawasan langsung parlemen
b. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial
Sistem Pemerintahan Presidensial
Kelebihan
Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada
parlemen
Masa jabatan badan eksekutif lebih
jelas dengan jangka waktu tertentu.
Misalnya, masa jabatan presiden Amerika
Serikat adalah 4 tahun dan presiden
Indonesia selama 5 tahun
Penyusunan program kerja kabinet
Kekurangan
mudah disesuaikan dengan jangka waktu
masa jabatannya
Legislatif bukan tempat kaderisasi
untuk jabatan-jabatan eksekutif karena
dapat diisi oleh orang luar termasuk
anggota parlemen sendiri.
Kekuasaan eksekutif di luar
pengawasan langsung legislatif sehingga
dapat menciptakan kekuasaan mutlak
Sistem pertanggung jawabannya
kurang jelas
Pembuatan keputusan/kebijakan
publik umumnya hasil tawar-menawar
antara eksekutif dengan legislatif sehingga
dapat terjadi keputusan tidak tegas dan
memakan waktu yang lama.
Menyadari adanya kelemahan dari masing-masing sistem pemerintahan, negaranegara pun berusaha memperbaharui dan berupaya mengkombinasikan dalam sistem
pemerintahannya Hal ini dimaksudkan agar kelemahan tersebut dapat dicegah atau
dikendalikan. Misalnya, di Amerika Serikat yang menggunakan sistem presidensial,
maka untuk mencegah kekuasaan presiden yang besar, diadakanlah mekanisme cheks
and balance, terutama antara eksekutif dan legislatif.
Menurut Rod Hague, pada sistem pemerintahan presidensial terdiri dari 3 (tiga) unsur
yaitu :
1)
Presiden yang dipilih rakyat, menjalankan pemerintahan dan mengangkat
pejabat-pejabat pemerintahan yang terkait.
2)
Masa jabatan yang tetap bagi presiden dan dewan perwakilan, keduanya tidak
bisa saling menjatuhkan (menggunakan kekuasaan secara sewenang-wenang).
3)
Tidak ada keanggotaan yang tumpang tindih antara eksekutif dan legislatif
Sistem Pemerintahan Referendum
Sebagai variasi dari kedua sistem pemerintahan parlementer dan presidensial adalah
sistem pemerintahan referendum. Di negara Swiss, di mana tugas pembuat Undangundang berada di bawah pengawasan rakyat yang mempunyai hak pilih. Pengawasan
itu dilakukan dalam bentuk referendum yang terdiri dari referendum
obligatoir, referandum fakultatif, dan referandum konsultatif.
1.
Referandum Obligatoir, adalah referandum yang harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan langsung dari rakyat sebelum suatu undang-undang tertentu
diberlakukan. Persetujuan dari rakyat mutlak harus diberikan dalam pembuatan suatu
undang-undang yang mengikat seluruh rakyat, karena dianggap sangat penting.
Contoh, adalah persetujuan yang diberikan oleh rakyat terhadap pembuatan undangundang dasar.
2.
Referendum Fakultatif, adalah referandum yang dilaksanakan apabila dalam
waktu tertentu sesudah suatu undang-undang diumumkan dan dilaksanakan, sejumlah
orang tertentu yang punya hak suara menginginkan diadakannya referandum. Dalam
hal ini apabila referandum menghendaki undang-undang tersebut dilaskanakan, maka
undang-undang itu terus berlaku. Tetapi apabila undang-undang itu ditolak dalam
referandum tersebut, maka undang-undang itu tidak berlaku lagi.
3.
Referandum Konsultatif, adalah referandum yang menyangkut soal-soal
teknis. Biasanya rakyat sendiri kurang paham tentang materi undang-undang yang
dimintakan persertujuaannya.
Fokus Kita :
Referandum berasal dari kata “refer” yang berarti mengembalikan. Sistem
referandum berarti pelaksanaan pemerintahan didasarkan pada pengawasan secara
langsung oleh rakyat, terutama terhadap kebijaksanaan yang telah, sedang, atau yang
akan dilaksanakan oleh badan legislatif atau eksekutif.
Pada pemerintahan dengan sistem referandum, pertentangan yang terjadi antara
eksekutif (bundesrat) dan legislatif (keputusan daripada rakyat) jarang terjadi.
Anggota-anggota daribundesrat ini dipilih oleh bundesversammlung untuk waktu 3
tahun lamanya dan bisa dipilih kembali.
Keuntungan dari sistem referendum adalah, bahwa pada setiap masalah negara
rakyat langsung ikut serta menanggulanginya. Akan tetapi kelemahannya adalah tidak
setiap masalah rakyat mampu menyelesaikannya karena untuk mengatasinya perlu
pengetahuan yang cukup harus dimiliki oleh rakyat itu sendiri. Sistem ini tak bisa
dilaksanakan jika banyak terdapat perbedaan paham antara rakyat dan eksekutif yang
menyangkut kebijaksanaan politik. Keuntungan yang lain ialah, bahwa kedudukan
pemerintah itu stabil sehingga membawa akibat pemerintah akan memperoleh
pengalaman yang baik dalam menyelenggarakan kepentingan rakyatnya.
Sistem Parlemen Satu Kamar dan Dua Kamar
1.
a. Sistem Parlemen Satu Kamar
Timbulnya pemikiran terhadap parelemen sistem satu kamar, didasarkan pada
pemikiran bahwa apabila majelis tingginya demokratis, hal itu semata-mata
mencerminkan majelis rendah yang juga demokratis dan karenanya hanya merupakan
duplikasi saja. Teori yang mendukung pandangan ini berpendapat bahwa fungsi kamar
kedua, misalnya meninjau atau merevisi undang-undang, dapat dilakukan oleh komisi
parlementer, sementara upaya menjaga konstitusi selanjutnya dapat dilakukan melalui
konstitusi yang tertulis.
Banyak negara yang kini mempunyai parlemen dengan sistem satu kamar dulunya
menganut sistem dua kamar dan belakangan menghapuskan majelis tingginya. Salah
satu alasannya ialah karena majelis tinggi yang dipilih hanya bertumpang tindih
dengan majelis rendah dan menghalangi disetujuinya undang-undang. Contohnya
adalah kasus Landsting di Denmark (dihapuskan tahun1953). Alasan lainnya adalah
karena majelis yang diangkat terbukti tidak efektif. Contohnya adalah kasus Dewan
Legislatif di Selandia Baru (dihapuskan tahun 1951).
Fokus Kita :
Sistem satu kamar ialah sistem pemerintahan yang hanya memiliki satu
kamar pada parlemen atau lembaga legislatif. Seringkali banyak negara yang
menggunakan sistem satu kamar merupakan negara kesatuan yang kecil dan
homogen serta menganggap sebuah majelis tinggi atau kamar kedua tidak
perlu.
Beberapa hal terkait dengan parlemen sistem satu kamar adalah sebagai berikut :
Para pendukung, menyatakan bahwa sistem satu kamar mencatat perlunya
pengendalian atas pengeluaran pemerintahan dan dihapuskannya pekerjaan yang
berganda yang dilakukan oleh kedua kamar.
Para pengkritik, bahwa sistem satu kamar menunjukkkan adanya pemeriksaan
dan pengimbangan ganda yang diberikan oleh sistem dua kamar dan dapat menambah
tingkat konsensus dalam masalah legislatif.
Kelemahan sistem satu kamar, ialah bahwa wilayah-wilayah urban yang
memiliki penduduk yang lebih besar akan mempunyai pengaruh yang lebih besar
daripada wilayah-wilayah pedesaan yang penduduknya lebih sedikit. Satu-satunya
cara untuk membuat wilayah yang penduduknya lebih sedikit terwakili dalam
pemerintahan kesatuan adalah menerapkan sistem dua kamar, seperti misalnya pada
periode awal Amerika Serikat.
Beberapa pemerintahan sub-nasional yang menggunakan sistem legislatif satu kamar
antara lain adalah negara bagian Nebraska di Amerika Srikat, Queensland di
Australia, semua provinsi dan atau wilayah di Kanada dan Bundesländer Jerman
(Bavaria menghapuskan Senatnya pada tahun 1999). Adapun di Britania Raya,
Parlemen Skotlandia, Dewan Nasional Wales dan Dewan Irlandia Utara yang telah
meramping juga menganut sistem satu kamar.
Semua dewan legislatif kota praktis juga satu kamar dalam pengertian bahwa dewan
perwakilan rakyat daerah tidak dibagi menjadi dua kamar. Hingga awal abad ke-20,
dewan-dewan kota yang dua kamar lazim ditemukan di Amerika Serikat.
Bonus Info Kewarganegaraan
Negara Persemakmuran Amerika Puerto Rico saat ini mempunyai dewan legislatif dua
kamar yang terdiri atas Senat (Senado) dan Dewan Perwakilan (Camara de Representantes).
Dalam sebuah referendum yang diadakan pada 10 Juli 2005, para pemilih Puerto Rico
menyetujui perubahan menjadi sistem satu kamar dengan 456.267 suara setuju dan 88.720
menentang.
Namun sebuah referendum lainnya akan diadakan di negara itu pada tahun 2007 untuk
menyetujui amandemen-amandemen dalam Konstitusi Puerto Rico yang diperlukan untuk
perubahan itu. Bila perubahan-perubahan konstitusional itu disetujui, Puerto Rico akan
beralih ke sistem satu kamar mulai tahun 2009. Contoh negara lainnya yang menerapkan
sistem satu kamar di antaranya adalah : Legislatif Yuan Republik China (Taiwan), Folketing
Denmark, Eduskunta Finlandia, Knesset Israel, Dewan Nasional Irak, Gukhoe Korea
Selatan, Dewan Republik Portugal, Parlemen Singapura, Parlemen Skotlandia, Parlemen
Srilanka, Parlamento Nacional Timor Leste, Kongres Rakyat nasional di Republik Rakyat
Cina, Büyük Millet Meclisi Turki, Asamblea Nacional Venezuela, Vouli ton Ellinon Yunani.
1.
b. Sistem Parlemen Dua Kamar
Sistem parelmen dua kamar, adalah praktek pemerintahan yang menggunakan dua
kamar legislatif atau parlemen. Jadi, parlemen dua kamar (bikameral) adalah parlemen
atau lembaga legislatif yang terdiri atas dua kamar. Di Britania Raya, sistem dua
kamar ini dipraktekkan dengan menggunakan Majelis Tinggi (House of Lords)
dan Mejelis Rendah (House of Commons). Dan di Amerika Serikat sistem ini
diterapkan melalui kehadiran Senat dan Dewan Perwakilan.
Indonesia juga menggunakan sistem yang agak mendekati sistem dua kamar melalui
kehadiran Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), meskipun dalam prakteknya sistem ini tidak sepenuhnya diberlakukan karena
persidangan MPR tidak berlangsung sesering persidangan DPR.
Adapun bentuk Parlemen dengan Sistem Dua Kamar, dapat dibedakan menjadi
berikut :
1) Federalisme
Beberapa negara seperti Australia, Amerika Serikat, India, Brazil, Swiss dan Jerman,
mengaitkan sistem dua kamar mereka dengan struktur politik federal mereka.
Di Amerika Serikat, Australia dan Brazil misalnya, masing-masing negara bagian
mendapatkan jumlah kursi yang sama di majelis tinggi badan legislatif, dengan tidak
mempedulikan perbedaan jumlah penduduk antara masing-masing negara bagian. Hal
ini dirancang untuk memastikan bahwa negara-negara bagian yang lebih kecil tidak
dibayang-bayangi oleh negara-negara bagian yang penduduknya lebih banyak. Dan
kesepakatan yang menjamin pengaturan ini di Amerika Serikat dikenal sebagai
Kompromi Connecticut.
Di majelis rendah dari masing-masing negara tadi, pengaturan ini tidak diterapkan dan
kursi dimenangkan semata-mata berdasarkan jumlah penduduk. Karena itu, sistem
dua kamar adalah sebuah metode yang menggabungkan prinsip kesetaraan demokratis
dengan prinsip federalisme. Semua setara di majelis rendah, sementara semua negara
bagian setara di majelis tinggi.
Dalam sistem India dan Jerman, majelis tinggi (masing-masing dikenal
sebagai Rajya Sabhadan Bundesrat), bahkan lebih erat terkait sistem federal, karena
para anggotanya dipilih langsung oleh pemerintah dari masing-masing negara bagian
India atau Bundesland Jerman. Hal ini pun terjadi di AS sebelum amandemen ke-17.
2) Sistem Dua Kamar Kebangsawanan
Di beberapa negara, sistem dua kamar dilakukan dengan menyejajarkan unsur-unsur
demokratis dan kebangsawanan. Contohnya adalah Majelis Tinggi (House of Lords)
Britania Raya, yang terdiri dari sejumlah anggota hereditary peers. Majelis Tinggi ini
merupakan sisa-sisa sistem kebangsawanan yang dulu penah mendominasi
politik Britania Raya, sementara majelis lainnya, Majelis Rendah (House of
Commons), anggotanya sepenuhnya dipilih.
Sejak beberapa tahun lalu telah muncul usul-usul untuk memperbaharui Majelis
Tinggi dan sebagian telah berhasil. Misalnya, jumlah hereditary peers (berbeda
dengan life peers) telah dikurangi dari sekitar 700 orang menjadi 92 orang dan
kekuasaan Majelis Tinggi untuk menghadang undang-undang telah dikurangi. Contoh
lain dari sistem dua kamar kebangsawanan ini adalah House of Peers Jepang, yang
dihapuskan setelah Perang Dunia II.
1.
4. Sistem Pemerintahan di Beberapa Negara
Sistem Pemerintahan Amerika Serikat
Sistem pemerintahan Amerika Serikat didasarkan atas konstitusi (UUD) tahun 1787.
Namun, konstitusi tersebut telah mengalami beberapa kali amandemen. Amerika
Serikat memiliki tradisi demokrasi yang kuat dan berakar dalam kehidupan
masyarakat sehingga dianggap sebagai benteng demokrasi dan kebebasan.
Sistem pemerintahan Amerika Serikat yang telah berjalan sampai sekarang
diusahakan tetap menjadi sistem pemerintahan demokratis. Sistem pemerintahan yang
dianut ialah demokrasi dengan sistem presidensial. Sistem presidensial inilah yang
selanjutnya dijadikan contoh bagi sistem pemerintahan negara-negara lain, meskipun
telah mengalami pembaharuan sesuai dengan latar belakang negara yang
bersangkutan.
Fokus Kita :
Sistem Pemerintahan Negara-Negara Bagian, mengikuti Sistem Pemerintahan
Negara Federal (Amerika Serikat) yang juga melaksanakan pemisahan kekuasaan
dengan tegas antara eksekutif (Gubernur), legislatif dan yudikatif. Semua Negara
Bagian harus bercorak republik dan tidak boleh bertentangan dengan Konstitusi.
Pokok-pokok sistem pemerintahan Amerika Serikat adalah:
1.
Amerika Serikat adalah negara republik dengan bentuk federasi (federal) yang
terdiri atas 50 negara bagian. Pusat pemerintahan (federal) berada di Washington dan
pemerintah negara bagian (state). Adanya pembagian kekuasaan untuk pemerintah
federal yang memiliki kekuasaan yang didelegasikan konstitusi. Pemerintah negara
bagian memiliki semua kekuasaan yang tidak didelegasikan kepada pemerintah
federal.
2.
Adanya pemisahan kekuasaan yang tegas antara eksekutif, legislatif dan
yudikatif. Antara ketiga badan tersebut terjadi cheks and balances sehingga tak ada
yang terlalu menonjol dan diusahakan seimbang.
3.
Kekuasaan eksekutif dipegang oleh presiden. Presiden berkedudukan sebagai
kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan wakil presiden dipilih
dalam satu paket (ticket) oleh rakyat secara langsung. Dengan demikian, presiden tak
bertanggung jawab kepada kongres (parlemennya Amerika Serikat) tetapi pada rakyat.
Presiden membentuk kabinet dan mengepalai badan eksekutif yang mencakup
departemen ataupun lembaga non departemen.
4.
Kekuasaan legislatif berada pada parlemen yang disebut
kongres. Kongres terdiri atas 2 bagian (bikameral), yaitu Senat dan Badan
Perwakilan (The House of Representative). Anggota Senat adalah perwakilan dari
tiap negara bagian yang dipilih melalui pemilu oleh rakyat di negara bagian yang
bersangkutan. Tiap negara bagian punya 2 orang wakil. Jadi terdapat 100 senator yang
terhimpun dalam The Senate of United State. Masa jabatan Senat adalah enam tahun.
Akan tetapi dua pertiga anggotanya diperbaharui tiap 2 tahun. Badan perwakilan
merupakan perwakilan dari rakyat Amerika Serikat yang dipih langsung untuk masa
jabatan 2 tahun.
5.
Kekuasaan yudikatif berada pada Mahkamah Agung (Supreme Court) yang
bebas dari pengaruh dua badan lainnya. Mahkamah Agung menjamin tegaknya
kebebasan dan kemerdekaan individu, serta tegaknya hukum.
6.
Sistem kepartaian menganut sistem dwipartai (bipartai). Ada dua partai yang
menentukan sistem politik dan pemerintahan Amerika Serikat, yaitu Partai
Demokratdan Partai Republik. Dalam setiap pemilu, kedua partai ini saling
memperebutkan jabatan-jabatan politik.
7.
Sistem pemilu menganut sistem distrik. Pemilu sering dilakukan di Amerika
Serikat. Pemilu di tingkat federal, misalnya pemilu untuk memilih presiden dan wakil
presiden, pemilu untuk pemilihan anggota senat, pemilu untuk pemilihan anggota
badan perwakilan. Di tingkat negara bagian terdapat pemilu untuk pemilihan gubernur
dan wakil gubernur, serta pemilu untuk anggota senat dan badan perwakilan negara
bagian. Di samping itu, terdapat pemilu untuk memilih walikota/dewan kota, serta
jabatan publik lainnya.
8.
Sistem pemerintahan negara bagian menganut prinsip yang sama dengan
pemerintahan federal. Tiap negara bagian dipimpin oleh gunernur dan wakil gubernur
sebagai eksekutif. Ada parlemen yang terdiri atas 2 badan, yaitu Senat mewakili
daerah yang lebih rendah setingkat kabupaten dan badan perwakilan sebagai
perwakilan rakyat negara bagian.
Sistem Pemerintahan Inggris
Negara Inggris dikenal sebagai induk parlementaria (the mother of parliaments) dan
pelopor dari sistem parlementer. Inggrislah yang pertama kali menciptakan suatu
parlemen workable. Artinya, suatu parlemen yang dipilih oleh rakyat melalui pemilu
yang mampu bekerja memecahkan masalah sosial ekonomi kemasyarakatan. Melalui
pemilihan yang demokratis dan prosedur parlementaria, Inggris dapat mengatasi
masalah sosial sehingga menciptakan kesejahteraan negara (welfare state).
Sistem pemerintahannya didasarkan pada konstitusi yang tidak tertulis (konvensi).
Konstitusi Inggris tidak terkodifikasi dalam satu naskah tertulis, tapi tersebar dalam
berbagai peraturan, hukum dan konvensi.
Fokus Kita :
Kedudukan parlemen dikatakan kuat, karena selain diisi oleh orang-orang dari
partai yang menang dalam Pemilihan Umum, juga Perdana Menterinya berasal
dari kalangan mereka sendiri selama kepercayaan masih diberikan kepadanya.
Namun demikian, oposisi dibiarkan tumbuh subur agar demokrasi tetap berjalan
lancar. Cara seperti ini banyak dicontoh negara-negara lain, terutama negaranegara bekas jajahannya.
Pokok-pokok Pemerintahan Inggris adalah:
1.
Inggris adalah negara kesatuan (unitary state) dengan sebutan United
Kingdom yang terdiri atas England, Scotland, Wales dan Irlandia Utara. Inggris
berbentuk kerajaan (monarki).
2.
Kekuasaan pemerintah terdapat pada kabinet (perdana menteri beserta para
menteri), sedangkan raja atau ratu hanya sebagai kepala negara. Dengan demikian,
pelaksanaan pemerintahan sehari-hari dijalankan oleh perdana menteri.
3.
Raja/ratu/mahkota memimpin tapi tidak memerintah dan hanyalah tituler
dengan tidak memiliki kekuasaan politik. Ia merupakan simbol keagungan, kedaulatan
dan persatuan negara.
4.
Parlemen atau badan perwakilan terdiri atas dua bagian (bikameral),
yaitu House of Commons dan House of Lord. House of Commons atau Majelis Rendah
adalah badanperwakilan rakyat yang anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat di
antara calon-calon partai politik. House of Lord atau Mejelis Tinggi
adalah perwakilan yang berisi para bangsawan dengan berdasarkan warisan. House
of Commons memiliki keuasaan yang lebih besar daripada House of Lord. Inggris
menganut Parliament Soverengnity, artinya kekuasaan yang sangat besar pada diri
parlemen.
5.
Kabinet adalah kelompok menteri yang dipimpin oleh perdana menteri.
Kabinet inilah yang benar-benar menjalankan praktek pemerintahan. Anggota kabinet
umumnya berasal dari House of Commons. Perdana menteri adalah pemimpin dari
partai mayoritas diHouse of Commons. Masa jabatan kabinet sangat tergantung pada
kepercayaan dariHouse of Commons. Parlemen memiliki kekuasaan membubarkan
kabinet dengan mosi tidak percaya.
6.
Adanya oposisi. Oposisi dilakukan oleh partai yang kalah dalam pemilihan.
Para pemimpin oposisisi membuat semacam kabinet tandingan. Jika sewaktu-waktu
kabinet jatuh, partai oposisi dapat mengambil alih penyelenggaraan pemerintah.
7.
Inggris menganut sistem dwipartai. Di Inggris terdapat 2 partai yang saling
bersaing dan memerintah. Partai tersebut adalah Partai Konservatif dan Partai
Buruh. Partai yang menang dalam pemilu dan mayoritas di parlemen merupakan
partai yang memerintah, sedangkan partai yang kalah menjadi partai oposisi.
8.
Badan peradilan ditunjuk oleh kabinet sehingga tidak ada hakim yang dipilih.
Meskipun demikian, mereka menjalankan peradilan yang bebas dan tidak memihak,
termasuk memutuskan sengketa antara warga dengan pemerintah.
Inggris sebagai negara kesatuan menganut sistem desentralisasi. Kekuasaan
pemerintah daerah berada pada Council (dewan) yang dipilih oleh rakyat di daerah.
Sekarang ini, Inggris terbagi dalam tiga daerah, yaitu England, Wales dan Greater
London.
Sistem Pemerintahan Republik Rakyat Cina
Cina dengan nama lengkap Republik Rakyat Cina (people’s Republic of Cina)
merupakan negara terbesar di daratan Asia yang masih bertahan dengan sistem
komunis. Dalam bidang politik, Cina menerapkan sistem komunis dengan kontrol
yang ketat terhadap warganya. Dalam bidang ekonomi, Cina menerapkan sistem
ekonomi pasar. Produk-produk Cina sekarang ini banyak yang membanjiri pasaran
dunia.
Fokus Kita :
Republik Rakyat Cina, berdiri tahun 1949 setelah menumbangkan dinasti Cing
yang berusia ratusan tahun. Tetapi baru tahun 1954, Konstitusi Cina ditetapkan
dalam Konggres Rakyhat Nasional yang antara lain menyebutkan bahwa
demokrasi rakyat dipimpin oleh kelas pekerja dalam hal ini dikelola oleh Partai
Komunis Cina sebagai inti kepemimpinan pemerintahan.
Pokok-pokok sistem pemerintahan di Cina adalah :
1.
Bentuk negara adalah kesatuan yang terdiri atas 23 provinsi
2.
Bentuk pemerintahan adalah republik dengan sistem demokrasi komunis
3.
Kepala negara adalah presiden, sedangkan kepala pemerintahan adalah perdana
menteri. Presiden dipilih oleh Kongres Rakyat Nasional untuk masa jabatan 5 tahun
(biasanya merangkap sebagai Ketua Partai). Sedangkan untuk jabatan Perdana menteri
(Sekretaris Jenderal Partai) diusulkan oleh presiden dengan persetujuan Kongres
Rakyat Nasional
4.
Menggunakan sistem unikameral, yaitu Kongres Rakyat Nasional (National
People’s Congress or Quanguo Renmin Daibiao Dahui) dengan jumlah 2.979 orang.
Anggotanya merupakan perwakilan dari wilayah, daerah, kota dan provinsi untuk
masa jabatan 5 tahun. Badan ini memiliki kekuasaan penting di Cina dengan
anggotanya dari orang-orang partai komunis.
5.
Lembaga negara tertinggi adalah Konggres Rakyat Nasional yang bertindak
sebagai badan legislatif (biasanya didominasi oleh Partai Komunis Cina).
6.
Kekuasaan yudikatif (Badan kehakiman) terdiri atas Supreme Peoples
Court, Local Peoples Courts dan Special Peoples Courts. Kekuasaan yudikatif
dijalankan secara bertingkat kaku oleh Pengadilan Rakyat di bawah pimpinan
Mahkamah Agung Cina.
Bonus Info Kewarganegaraan
SEJARAH PARTAI KOMUNIS CINA (PKC)
PKC berkuasa dalam tahun 1949 dengan suatu keyakinan
bahwa mobilisasi danperjuangan adalah merupakan inti dari politik. Sifat-sifat seperti
militer – antusiasme, kepahlawanan, pengorbanan, dan usaha bersama – mendapatkan nilai
yang tinggi. Bagi elite PKC, politik bukanlah semata-mata merupakan persoalan kompetensi
politik secara damai atau pengelolaan sumber-sumber daya materi, tetapi merupakan usaha
untuk memobilisasikan dan menggiatkan sumber-sumber daya manusia dalam suatu
keadaan yang kritis.
Berhubungan erat dengan tema-tema ini adalah konsep “garis massa” (mass line) dalam
kepartaian, suatu prinsip pokok PKC yang berasal dari keadaan-keadaan yang dihadapi
ketika berjuang merebut kekuasaan. Garis massa, yang merupakan unsur pokok Maoisme,
barangkali merupakan konsep yang paling rumit dan menyeluruh dalam doktrin PKC.
Dalam satu dimensi, konsep ini merupakan suatu pengakuan akan kenyataan bahwa suatu
gerakan tidak bisa didukung oleh anggota-anggota partai saja, tetapi tergantung pula pada
dukungan, intelegensi, penyediaan pangan, calon-calon anggota baru, dan keterampilan
administratip yang bisa disumbangkan oleh masyarakat bukan anggota partai.
Dalam dimensi kedua, garis massa itu mempunyai fungsi pengendalian atas tingkah-laku
kaum birokrat dan intelektual. Dengan menugaskan bahwa para penjabat harus berinteraksi
dengan massa, PKC bertujuan meniadakan penyelewengan-penyelewengan dan
menciptakan jenis birokrat baru; dengan mempercayakan tugas-tugas administratip kepada
kelompok-kelompok rakyat, maka diharapkan bisa mengurangi atau melemahkan struktur
birokrasi. Yang terakhir, garis massa dengan anjuran-anjuran “makan, hidup, bekerja, dan
berkonsultasi dengan massa”, adalah ungkapan dari rasa senasib yang dikembangkan
selama periode Soviet itu, mengarahkan perjuangan yang berorientasi pada petani, karena
golongan Komunis Cina tidak dapat berbicara tentang dukungan atau kewajiban rakyat
tanpa berbicara tentang golongan petani.
Gagasan tentang “percaya pada diri-sendiri” merupakan unsur lain dalam gaya politik PKC
yang selama ini berhasil menciptakan kekuatan besar. Kondisi-kondisi yang mendorong
timbulnya gagasan seperti itu adalah terisolasinya daerah-daerah pangkalan komunis secara
geografis, ekonomis dan po
1.
Pengertian Pemerintahan
Dalam arti luas
Pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan-badan
legislatif, eksekutif dan yudikatif di suatu negara dalam rangka mencapai tujuan
penyelenggaraan negara.
Dalam arti sempit
Pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif
beserta jajarannya dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara.
Menurut Utrecht
Istilah pemerintahan punya pengertian yang tidak sama. Beberapa pengertian tersebut
adalah sebagai berikut:
1.
Pemerintahan sebagai gabungan dari semua badan kenegaraan yang berkuasa
memerintah. Jadi, yang termasuk badan-badan kenegaraan di sini bertugas
menyelenggarakan kesejahteraan umum, misalnya badan legislatif, badan eksekutif
dan badan yudikatif.
2.
Pemerintahan sebagai gabungan badan-badan kenegaraan tertinggi yang
berkuasa memerintah di wilayah satu negara, misalnya raja, presiden, atau Yang
Dipertuan Agung (Malaysia).
3.
c. Pemerintahan dalam arti kepala negara (presiden) bersama dengan
kabinetnya.
Adapun sistem pemerintahan diartikan sebagai suatu tatanan utuh yang terdiri atas
berbagai komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantung dan mempengaruhi
dalam mencapai tujuan dan fungsi pemerintahan. Komponen-komponen tersebut
secara garis besar meliputi lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Jadi, sistem
pemerintahan negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga negara, hubungan
antar lembaga negara dan bekerjanya lembaga negara dalam mencapai tujuan
pemerintahan negara yang bersangkutan.
Dalam pandangan Offe, bahwa pemerintahan merupakan hasil dari tindakan
administratif dalam berbagai bidang dan bukan merupakan hasil dari pelaksanaan
tugas pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan
sebelumnya; tetapi lebih merupakan hasil dari kegiatan produksi bersama
(coproduction) antara lembaga pemerintahan dengan klien masing-masing.
Pemerintahan (governing) menurut Kooiman, merupakan proses interaksi antara
berbagai aktor dalam pemerintahan dengan kelompok sasaran atau berbagai individu
masyarakat. Oleh sebab itu, pola penyelenggaraan pemerintahan dalam masyarakat
dewasa ini pada intinya merupakan proses koordinasi (coordinating), pengendalian
(steering), pemengaruhan (influencing) dan penyeimbangan (balancing) setiap
hubungan interaksi tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa penyelenggaraan pemerintahan
(governing) dapat dipandang sebagai “intervensi perilaku politik dan sosial yang
berorientasi hasil, yang diarahkan untuk menciptakan pola interaksi yang stabil atau
dapat diprediksikan dalam suatu sistem (sosial-politik), sesuai dengan harapan
ataupun tujuan dari para pelaku intervensi tersebut”.
Bonus Info Kewarganegaraan
Dalam masyarakat modern atau post-modern dewasa ini, pola pemerintahan yang dapat
dikembangkan sesuai dengan karakteritiknya masing-masing adalah sebagai berikut :
1.
Kompleksitas, yaitu dalam menghadapi kondisi yang kompleks, maka pola
penyelenggaraan pemerintahan perlu ditekankan pada fungsi koordinasi dan komposisi.
2.
Dinamika, yaitu dalam hal ini pola pemerintahan yang dapat dikembangkan adalah
pengaturan atau pengendalian (steering) dan kolaborasi (pola interaksi saling
mengendalikan diantara berbagai aktor yang terlibat dan atau kepentingan dalam sesuatu
bidang tertentu.
3.
1.
1.
Keanekaragaman, yaitu masyarakat dengan berbagai kepentingan yang beragam
dapat di atasi dengan pola penyelenggaraan pemerintahan yang menekankan pada
pengaturan (regulation) dan integrasi atau keterpaduan (integration).
2. Bentuk Pemerintahan
a. Bentuk Pemerintahan Klasik
Teori-teori tentang bentuk pemerintahan klasik pada umumnya masih menggabungkan
bentuk negara dan bentuk pemerintahan. Hal ini sejalan dengan pendapat Mac
Iver dan Leon Duguityang menyatakan bahwa bentuk negara sama dengan bentuk
pemerintahan. Prof. Padmo Wahyono, SH juga berpendapat bahwa bentuk negara
aristokrasi dan demokrasi adalah bentuk pemerintahan klasik, sedangkan monarki dan
republik adalah bentuk pemerintahan modern.
Fokus Kita :
Bentuk pemerintahan adalah suatu sistem yang mengatur alat-alat
perlengkapan negara dan hubungan antara alat-alat perlengkapan itu.
Dalam teori klasik, bentuk pemerintahan dapat di bedakan atas jumlah orang yang
memerintah dan sifat pemerintahannya.
Ajaran Plato (429 – 347SM)
Plato mengemukakan lima bentuk pemerintahan negara. Kelima bentuk itu menurut
Plato harus sesuai dengan sifat-sifat tertentu manusia. Adapun kelima bentuk itu
sebagai berikut.
1)
Aristokrasi, yaitu bentuk pemerintahan yang di pegang oleh kaum cendikiawan
yang dilaksanakan sesuai dengan pikiran keadilan.
2)
Timokrasi, yaitu bentuk pemerintah yang di pegang oleh orang-orang yang
ingin mencapai kemasyuran dan kehormatan.
3)
Oligarki, yaitu bentuk pemerintahan yang di pegang oleh golongan hartawan
4)
Demokrasi, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh rakyat jelata, dan
5)
Tirani, yaitu bentuk pemerintahan yang di pegang oleh seorang tiran
( sewenang-wenang) sehingga jauhdari cita-cita keadilan.
Ajaran Aristoteles (384 – 322 SM)
Aristoteles membedakan bentuk pemerintahan berdasarkan dua kriteria pokok, yaitu
jumlah orang yang memegang pucuk pemerintahan dan kualitas pemerintahannya.
Berdasarkan dua kriteria tersebut, perbedaan bentuk pemerintahan adalah sebagai
berikut.
1)
Monarki, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh satu orang demi
kepentingan umum, sifat pemerintahan ini baik dan ideal.
2)
Tirani, yaitu bentuk pemerintah yang dipegang oleh seseorang demi
kepentingan pribadi. Bentuk pemerintahan ini buruk dan merupakan kemerosotan.
3)
Aristokrasi, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok
cendikiawan demi kepentingan umum. Bentuk pemerintahan ini baik dan ideal.
4) Oligarki, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok cendikiawan
demi kepentingan kelompoknya. Bentuk pemerintahan ini merupakan pemerosotan
dan buruk.
5) Pliteia, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seluruh rakyat demi
kepentingan umum. Bentuk pemerintahan ini baik dan ideal.
6) Demokrasi, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang tertentu
demi kepentingan sebagian orang. Bentuk pemerintahan ini kurang baik dan
merupakan pemrosotan.
Ajaran Polybios (204-122 SM)
Ajaran Polybios yang dikenal dengan Cyclus Theory sebenarnya merupakan
pengembangna lebih lanjut dari ajaran aristoteles dengan sedikit perubahan, yaitu
dengan mengganti bentuk pemerintahan ideal pliteia dengan demokrasi.
Teori siklus menurut Polybios dapat digambarkan pada bagan berikut ini.
Monarki adalah bentuk pemerintahan yang pada mulanya mendirikan kekuasaan atas
rakyat dengan baik dan dapat di percaya. Namun pada perkembangannya, para
penguasa dalam hal ini adalah raja tidak lagi menjalankan pemerintahan untuk
kepentingan umum, bahkan cenderung sewenang-wenang dan menindas rakyat.
Bentuk pemerintahan monarki bergeser menjadi tirani.
Dalam situasi pemerintahan tirani yang sewenang-wenang, muncullah kaum
bangsawan yang bersekongkol untuk melawan. Mereka bersatu untuk mengadakan
pemberontakan sehingga kekuasaan beralih pada mereka. Pemerintahan selanjutnya di
pegang oleh beberapa orang dan memperhatikan kepentingan umum., serta sifat baik,.
Pemerintahan pun berubah dari tiranimenjadi aristokrasi.
Aristokrasi yang semula baik dan memperhatikan kepentingan umum, pada
perkembangannya tidak lagi menjalankan keadilan dan hanya mementingkan diri
sendiri. Keadaan itu mengakibatkan pemerintahan aristokrasi bergeser ke oligarki.
Dalam pemerintahan oligarki yang tidak ada keadilanm rakyat berontak mengambil
alih kekuasaan umtuk memperbaiki nasib. Rakyat menjalankan kekuasaan negara
demi kepentingan rakyat. Akibatnya, pemerintahan bergeser
menjadi demokrasi. Namun, pemerintahan demokrasi yang awalnya baik lama
keamaan banyak diwarnai kekacauan, kebrobokan, dan korupsi sehingga hokum sulit
di tegakkan. Dari pemerintahan okhlorasi ini kemudian muncul seorang yang kuat dan
berani yang dengan kekerasan dapat memegang pemerintahan. Dengan demikian,
pemerintahan kembali di pegang oleh satu tangan lagi dalam bentuk monarki.
Perjalanan siklus pemerintahan di atas mamperlihatkan pada kita akan adanya
hubungan kausal (sebab akibat) antara bentuk pemerintahan yang satu dengan yang
lain. Itulah sebabnyaPolybios beranggapan bahwa lahirnya pemerintahan yang satu
dengan yang lain sebagai akibat dari pemerintahan yang sebelumnya telah ada.
1.
b. Bentuk Pemerintahan Monarkhi (Kerajaan)
Leon Duguit dalam bukunya Traite de Droit Constitutional membedakan
pemerintahan dalam bentuk monarki dan republik. Perbedaan antara pemerintahan
bentuk “monarki” dan “republik” menurut Leon Duguit, adalah ada pada kepala
negaranya. Jika ditunjuk berdasarkan hak turun-temurun, maka kita berhadapan
dengan monarki. Kalau kepala negaranya ditunjuk tidak berdasarkan turun-temurun
tetapi dipilih, maka kita berhadapan dengan republik.
Dalam praktik-praktik ketatanegaraan, bentuk pemerintahan monarki dan republik
dapat dibedakan atas:
1) Monarki Absolut
Monarki absolut adalah bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang dikepalai oleh
seorang (raja, ratu, syah, atau kaisar) yang kekuasaan dan wewenangnya tidak
terbatas. Perintah raja merupakan undang-undang yang harus dipatuhi oleh rakyatnya.
Pada diri raja terdapat kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang menyatu
dalam ucapan dan perbuatannya. Contoh: Perancis semasa Louis XIV dengan
semboyannya yang terkenal L’etat C’est Moi(negara adalah saya).
2) Monarki Konstitusional
Monarki konstitusional adalah bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang
dikepalai oleh seorang raja yang kekuasaannya dibatasi oleh undang-undang dasar
(konstitusi). Proses monarki konstitusional adalah sebagai berikut :
Adakalanya proses monarki konstitusional itu datang dari raja itu sendiri karena
ia takut dikudeta. Contoh: negara Jepang dengan hak octrooi.
Adakalanya proses monarki konstitusional itu terjadi karena adanya revolusi
rakyat terhadap raja. Contoh: Inggris yang melahirkan Bill of RightsI tahun
1689, Yordania, Denmark, Arab Saudi, dan Brunei Darussalam.
3) Monarki Parlementer
Monarki parlementer adalah bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang dikepalai
oleh seorang raja dengan menempatkan parlemen (DPR) sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi. Dalam monarki parlementer, kekuasaan eksekutif dipegang oleh
kabinet (perdana menteri) dan bertanggung jawab kepada parlemen. Fungsi raja hanya
sebagai kepala negara (simbol kekuasaan) yang kedudukannya tidak dapat diganggu
gugat. Bentuk monarki parlementer sampai sekarang masih tetap dilaksanakan di
Inggris, Belanda, dan Malaysia.
1.
c. Bentuk Pemerintahan Republik
Dalam pelaksaannya bentuk pemerintahan republik dapat dibedakan menjadi republik
absolut, republik konstitusional, dan republik parlementer.
1) Republik Absolut
Dalam sistem republik absolut, pemerintahan bersifat diktator tanpa ada pembatasan
kekuasaan. Penguasa mengabaikan konstitusi dan untuk melegitimasi kekuasaannya
digunakanlah partai politik. Dalam pemerintahan ini, parlemen memang ada, namun
tidka berfungsi.
2) Republik Konstitusional
Dalam sistem republik konstitusional, presiden memegang kekuasaan kepala negara
dan kepala pemerintahan. Namun, kekuasaan presiden dibatasi oleh konstitusi. Di
samping itu, pengawasan yang efektif dilakukan oleh parlemen.
3) Republik Parlementer
Dalam sistem republik parlementer, presiden hanya sebagai kepala negara. Namun,
presiden tidak dapat diganggu-gugat. Sedangkan kepala pemerintahan berada di
tangan perdana menteri yang bertanggungjawab kepada parlementer. Alam sistem ini,
kekuasaan legislatif lebih tinggi daripada kekuasaan eksekutif.
1.
3. Sistem Pemerintahan
Istilah sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua kata, “sistem” dan
“pemerintahan”. “Sistem” adalah suatu keseluruhan, terdiri dari beberapa bagian yang
mempunyai hubungan fungsional, baik antara bagian-bagian maupun hubungan
fungsional terhadap keseluruhannya, sehingga, hubungan itu menimbulkan suatu
ketergantungan antara bagian-bagian yang akibatnya jika salah satu bagian tidak
bekerja dengan baik, maka akan mempengaruhi keseluruhannya itu. (Carl J.
Friedrich).
Fokus Kita :
Ditinjau dari segi pembagian kekuasaannya, organisasi pemerintah itu dibagi
menurut garis horizontal dan vertikal. Pembagian kekuasaan secara horizontal
didasarkan atas sifat tugas yang berbeda-beda jenisnya, yang menimbulkan berbagai
macam lembaga di dalam suatu negara. Sedangkan pembagian kekuasaan secara
vertikal melahirkan dua garis hubungan antara pusat dan daerah dalam sistem
desentralisasi dan dekonsentrasi.
Sistem pemerintahan di dunia terbagi atas sistem pemerintahan parlementer dan
presidensial. Pada umumnya, negara-negara di dunia menganut salah satu dari sistem
pemerintahan tersebut. Adanya sistem pemerintahan lain dianggap sebagai variasi atau
kombinasi dari dua sistem pemerintahan di atas. Negara Inggris dianggap sebagai tipe
ideal dari negara yang menganut sistem pemerintahan parlementer. Bahkan, Inggris
disebut sebagai “mother of parliaments” (induk parlementer), sedangkan Amerika
Serikat merupakan tipe ideal dari negara dengan sistem pemerintahan presidensial.
Kedua negara tersebut disebut sebagai tipe ideal karena menerapkan ciri-ciri yang
ideal dari sistem pemerintahan yang dijalankannya. Inggris adalah negara pertama
yang menjalankan model pemerintahan parlementer. Amerika Serikat juga sebagai
pelopor dalam pemerintahan presidensial. Kedua negara tersebut sampai sekarang
tetap konsisten dalam menjalankan prinsip-prinsip dari sistem pemerintahannya. Dari
dua negara tersebut, kemudian sistem pemerintahan diadopsi oleh negara-negara lain
di belahan dunia.
Sistem Pemerintahan Parlementer
Sistem parlementer adalah sebuah sistem permerintahan di mana parlemen memiliki
peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki wewenang
dalam mengangkat perdana menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan
pemerintahan, yaitu dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak percaya. Berbeda
dengan sistem presidensil, di mana sistem parlemen dapat memiliki seorang presiden
presiden dan seorang perdana menteri, yang berwenang terhadap jalannya
pemerintahan. Dalam presidensil, presiden berwenang terhadap jalannya
pemerintahan, namun dalam sistem parlementer presiden hanya menjadi simbol
kepala negara saja.
Fokus Kita :
Pada sistem pemerintahan parlementer, hubungan antara eksekutif dan
badan perwakilan sangat erat. Hal ini disebabkan karena adanya pertanggung
jawaban para menteri terhadap parlemen, maka setiap kabinet yang dibentuk
harus memperoleh dukungan kepercayaan dengan suara yang terbanyak dari
parlemen. Ini berarti bahwa kebijaksanaan pemerintah atau kabinet tidak boleh
menyimpang dari apa yang dikehendaki parlemen.
Sistem parlementer, terlahir dari adanya pertanggung jawaban menteri. Seperti halnya
yang terjadi di Inggris, di mana seorang raja tak dapat diganggu gugat (the king can
do no wrong), maka jika terjadi perselisihan antara raja dengan rakyat, menterilah
yang bertanggung jawab terhadap segala tindakan raja. Sebagai contoh, Thomas
Wentworth salah seorang menteri pada masa Raja Karel I dituduh melakukan tindak
pidana oleh majelis rendah. Kemudian karena terbukti, menteri tersebut dijatuhi
hukuman mati oleh majelis tinggi.
Dari pertanggung jawaban pidana ini, kemudian lahir pertanggung jawaban politik, di
mana para menteri harus bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah
terhadap parlemen. Sistem parlemen telah terjadi sejak permulaan abad ke-18 di
Inggris. Dari sejarah ketatanegaraan, dapatlah dikatakan, bahwa sistem parlementer
ini adalah kelanjutan dari bentuk negara Monarchi Konstitusionil, di mana
kekuasaan raja dibatasi oleh konstitusi. Karena itu dalam sistem parlementer, raja atau
ratu dan presiden, kedudukannya adalah sebagai kepala negara. Contoh kedudukan
ratu di Inggris, raja di Muangthai dan presiden di India.
Selanjutnya yang disebut eksekutif dalam sistem parlementer adalah kabinet itu
sendiri. Kabinet yang terdiri dari perdana menteri dan menteri-menteri, bertanggung
jawab sendiri satau bersama-sama kepada parlemen. Kesalahan yang dilakukan oleh
kabinet tidak dapat melibatkan kepala negara. Karena itulah di Inggris dikenal istilah
“the king can do no wrong”. Pertanggung jawaban menteri kepada parlemen tersebut
dapat berakibat kabinet meletakkan jabatan dan mengembalikan mandat kepada
kepala negara manakala parlemen tidak lagi mempercayai kabinet.
Sebagai catatan, bahwa dalam pemerintahan kabinet parlementer, perlu dicapai
adanya keseimbangan melalui mayoritas partai untuk membentuk kabinet atas
kekuatan sendiri. Kalau tidak, maka dibentuk suatu kabinet koalisi berdasarkan
kerjasama antara beberapa partai yang bersama-sama mencapai mayoritas dalam
badan legislatif. Beberapa negara, seperti NegeraBelanda dan negaranegara Skandinavia, pada umumnya berhasil mencapai suatu keseimbangan,
sekalipun tidak dapat dielakkan suatu “dualisme antara pemerintah dan dewan
perwakilan rakyat”.
1.
a. Ciri-ciri Sistem Pemerintahan Parlementer
Beberapa ciri dari sistem pemerintahan parlementer, adalah sebagai berikut :
1)
Raja/ratu atau presiden adalah sebagai kepala negara. Kepala negara ini tak
bertanggung jawab atas segala kebijaksanaan yang diambil oleh kabinet.
2)
Kepala negara tidak sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Kepala
pemerintahan adalah perdana menteri. Kepala negara tak memiliki kekuasaan
pemerintahan. Ia hanya berperan sebagai simbol kedaulatan dan keutuhan negara.
3)
Badan legislatif atau parlemen adalah satu-satunya badan yang anggotanya
dipilih lansung oleh rakyat melalui pemilihan umum. Parlemen memiliki kekuasaan
besar sebagai badan perwakilan dan lembaga legislatif.
4)
Eksekutif bertanggung jawab kepada legislatif. Dan yang disebut sebagai
eksekutif di sini adalah kabinet. Kabinet harus meletakkan atau mengembalikan
mandatnya kepada kepala negara, manakala parlemen mengeluarkan mosi tidak
percaya kepada menteri tertentu atau seluruh menteri.
5)
Dalam sistem dua partai, yang ditunjuk sebagai pembentuk kabinet dan
sekaligus sebagai perdana menteri adalah ketua partai politik yang memenangkan
pemilu. Sedangkan partai politik yang kalah akan berlaku sebagai pihak oposisi.
6)
Dalam sistem banyak partai, formatur kabinet harus membentuk kabinet secara
koalisi, karena kabinet harus mendapat dukungan kepercayaan dari parlemen.
7) Apabila terjadi perselisihan antara kabinet dan parlemen dan kepala negara
beranggapan kabinet berada dalam pihak yang benar, maka kepala negara akan
membubarkan parlemen. Dan menjadi tanggung jawab kabinet untuk melaksanakan
pemilu dalam tempo 30 hari setelah pembubaran itu. Sebagai akibatnya, apabila partai
politik yang menguasai parlemen menang dalam pemilu tersebut, maka kabinet akan
terus memerintah. Sebaliknya, apabila partai oposisi yang memenangkan pemilu,
maka dengan sendirinya kabinet mengembalikan mandatnya dan partai politik yang
menang akan membentuk kabinet baru.
Dalam hal terjadinya suatu krisis kabinet karena kabinet tidak lagi memperoleh
dukungan dari mayorits badan legislatif, kadang-kadang dialami kesukaran untuk
membentuk suatu kabinet baru, oleh karena pandangan masing-masing partai tidak
dapat dipertemukan. Dalam keadaan semacam ini terpaksa dibentuk suatu
kabinet ekstra-parlementer, yaitu suatu kabinet yang dibentuk tanpa formateur kabinet
merasa terikat pada konstelasi kekuatan politik dalam badan legislatif.
Dengan demikian bagi formateur kabinet cukup peluang untuk menunjuki menteri
berdasarkan keahlian yang diperlukan tanpa menghiraukan apakah dia mempunyai
dukungan partai. Kalaupun ada menteri yang merupakan anggota pertai, maka secara
formil dia tidak mewakili partainya. Biasanya suatu kabinet ekstraparlementer mempunyai program kerja yang terbatas dan mengikat diri untuk
menangguhkan pemecahan masalah-masalah yang bersifat fundamental.
Bonus Info Kewarganegaraan
Menurut sejarah ketatanegaraan Belanda, terdapat beberapa macam kabinet ekstraparlementer :
1.
Zaken Kabinet, yaitu suatu kabinet yang mengikat diri untuk menyelenggarakan
suatu program yang terbatas.
2.
National Kabinet (kabinet nasional), yaitu suatu kabinet yang menteri-menterinya
diambil dari pelbagai golongan masyarakat. Kabinet semacam ini biasanya dibentuk dalam
keadaan kritis, di mana komposisi kabinet diharap mencerminkan persatuan nasional.
Akan tetapi di beberapa negara lain, termasuk Republik Perancis ke IV (1946-1958)
danIndonesia sebelum 1959, keseimbangan antara badan eksekutif dan badan legislatif
tidak tercapai dan ternyata muncul dominasi badan legislatif (secara langsung atau tidak
langsung) yang akibatnya cukup mengganggu kontinuitas kebijaksanaan pemerintah.
DiPerancis efeknya tidak terlalu mengganggu, oleh karena aparatur pemerintahan dapat
berjalan terus, akan tetapi di Indonesia setiap krisis kabinet mempunyai akibat yang bersifat
distruktif dan mengganggu kelancaran jalannya pemerintahan, karena lemahnya aparatur
administratif.
Di samping itu, perlu disebut suatu bentuk sistem parlementer khusus, yang memberi
peluang kepada badan eksekutif untuk memainkan peranan yang dominan dan yang karena
itu disebut pemerintahan kabinet (cabinet government). Sistem ini terdapat
di Inggris danIndia.
Di sini hubungan antara badan-badan eksekutif dan badan legislatif begitu terjalin sehingga
boleh dinamakan suatu partenership. Istilah yang dipakai adalah fuston atau union antara
badan eksekutif dan badan legislatif. Di dalam partnership ini kabinet memainkan peranan
yang dominan, sehingga kabinet dinamakan suatu “panitia” dalam parlemen. Di Inggris
sistem ini berjalan lebih lancar daripada di India, karena sudah berjalan lama dan juga
karena dibantu oleh adanya sistem dwi-partai.
1.
b. Kelebihan dan kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer
Sistem Pemerintahan Parlementer
Kelebihan
Pembuatan kebijakan dapat
Kekurangan
Kedudukan badan eksekutif/kabinet
ditangani secara cepat karena mudah terjadi
penyesuaian pendapat antara eksekutif dan
legislatif. Hal ini karena kekuasaan
legislatif dan eksekutif berada pada satu
partai atau koalisi partai.
sangat tergantung pada mayoritas dukungan
parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet
dapat dijatuhkan oleh parlementer
eksekutif atau kabinet tak bisa ditentikan
berakhir sesuai dengan masa jabatannya
karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar
Garis tanggung jawab dalam
pembuatan dan pelaksanaan kebijakan
publik jelas
Kelangsungan kedudukan badan
Adanya pengawasan yang kuat dari
Kabinet dapat mengendalikan
parlemen. Hal ini terjadi bila para anggota
kabinet adalah anggota parlemen dan
berasal darin partai mayoritas. Karena
pengaruh mereka yang besar di parlemen
dan partai, anggota kabinet pun dapat
menguasai parlemen
parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet
menjadi berhati-hati dalam menjalankan
pemerintahan.
Parlemen menjadi tempat kaderisasi
bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman
mereka menjadi anggota parlemen
dimanfaatkan dan menjadi bekal penting
untuk menjadi menteri atau jabatan
eksekutif lainnya.
Sistem Pemerintahan Presidensial
Dalam sistem pemerintahan presidensial, kedudukan eksekutif tak tergantung pada
badan perwakilan rakyat. Adapun dasar hukum dari kekuasaan eksekutif dikembalikan
kepada pemilihan rakyat. Sebagai kepala eksekutif, seorang presiden menunjuk
pembantu-pembantunya yang akan memimpin departemennya masing-masing dan
mereka itu hanya bertanggung jawab kepada presiden. Karena pembentukan kabinet
itu tak tergantung dari badan perwakilan rakyat atau tidak memerlukan dukungan
kepercayaan dari badan perwakilan rakyat, maka menteri-pun tak bisa diberhentikan
olehnya.
Fokus Kita :
Dalam sistem pemerintahan presidensial, badan eksekutif dan legislatif
memiliki kedudukan yang independen. Kedua badan tersebut tidak berhubungan
secara langsung seperti dalam sistem pemerintahan parlementer. Dan mereka pun
dipilih oleh rakyat secara terpisah.
Sistem ini terdapat di Amerika Serikat yang mempertahankan ajaran Montesquieu, di
mana kedudukan tiga kekuasaan negara yaitu legislatif, eksekutif dan legislatif,
terpisah satu sama lain secara tajam dan saling menguji serta saling mengadakan
perimbangan (check and balance). Kekuasaan membuat undang-undang ada di
tangan congress, sedangkan presiden mempunyai hak veto terhadap undang-undang
yang sudah dibuat itu. Kekuasaan eksekutif ada pada presiden dan pemimpinpemimpin departemen, yaitu para menteri yang tidak bertanggung jawab pada
parlemen. Karena presiden dipilih oleh rakyat, maka sebagai kepala eksekutif ia hanya
bertanggung jawab kepada rakyat.
Pelaksanaan kekuasaan kehakiman menjadi tanggung jawab Supreme
Court (Mahkamah Agung), dan kekuasaan legislatif berada di tangan DPR atau
Konggres (Senat dan Parlemen di Amerika). Dalam Praktiknya, sistem presidensial
menerapkan teori Trias Politika Montesqueusecara murni melalui pemisahan
kekuasaaan (Separation of Power ). Contohnya adalah Amerika dengan Chek and
Balance. Sedangkan yang diterapkan di Indonesia adalah pembagian
kekuasaan (Distribution of Power).
1.
a. Ciri-ciri Sistem Pemerintahan Presidensial
1)
Penyelenggara negara berada di tangan presiden. Presiden adalah kepala negara
dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden tak dipilih oleh parlemen, tetapi dipilih
langsung oleh rakyat atau suatu dewan/majelis
2)
Kabinet (dewan menteri) dibentuk oleh presiden. Kabinet bertanggung jawab
kepada presiden dan tidak bertanggung jawab kepada parlemen/legislatif
3)
Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen karena ia tidak dipilih oleh
parlemen
4)
Presiden tak dapat membubarkan parlemen seperti dalam sistem parlementer
5)
Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan menjabat sebagai lembaga
perwakilan. Anggotanya pun dipilih oleh rakyat
6)
1.
Presiden tidak berada di bawah pengawasan langsung parlemen
b. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial
Sistem Pemerintahan Presidensial
Kelebihan
Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada
parlemen
Masa jabatan badan eksekutif lebih
jelas dengan jangka waktu tertentu.
Misalnya, masa jabatan presiden Amerika
Serikat adalah 4 tahun dan presiden
Indonesia selama 5 tahun
Penyusunan program kerja kabinet
Kekurangan
mudah disesuaikan dengan jangka waktu
masa jabatannya
Legislatif bukan tempat kaderisasi
untuk jabatan-jabatan eksekutif karena
dapat diisi oleh orang luar termasuk
anggota parlemen sendiri.
Kekuasaan eksekutif di luar
pengawasan langsung legislatif sehingga
dapat menciptakan kekuasaan mutlak
Sistem pertanggung jawabannya
kurang jelas
Pembuatan keputusan/kebijakan
publik umumnya hasil tawar-menawar
antara eksekutif dengan legislatif sehingga
dapat terjadi keputusan tidak tegas dan
memakan waktu yang lama.
Menyadari adanya kelemahan dari masing-masing sistem pemerintahan, negaranegara pun berusaha memperbaharui dan berupaya mengkombinasikan dalam sistem
pemerintahannya Hal ini dimaksudkan agar kelemahan tersebut dapat dicegah atau
dikendalikan. Misalnya, di Amerika Serikat yang menggunakan sistem presidensial,
maka untuk mencegah kekuasaan presiden yang besar, diadakanlah mekanisme cheks
and balance, terutama antara eksekutif dan legislatif.
Menurut Rod Hague, pada sistem pemerintahan presidensial terdiri dari 3 (tiga) unsur
yaitu :
1)
Presiden yang dipilih rakyat, menjalankan pemerintahan dan mengangkat
pejabat-pejabat pemerintahan yang terkait.
2)
Masa jabatan yang tetap bagi presiden dan dewan perwakilan, keduanya tidak
bisa saling menjatuhkan (menggunakan kekuasaan secara sewenang-wenang).
3)
Tidak ada keanggotaan yang tumpang tindih antara eksekutif dan legislatif
Sistem Pemerintahan Referendum
Sebagai variasi dari kedua sistem pemerintahan parlementer dan presidensial adalah
sistem pemerintahan referendum. Di negara Swiss, di mana tugas pembuat Undangundang berada di bawah pengawasan rakyat yang mempunyai hak pilih. Pengawasan
itu dilakukan dalam bentuk referendum yang terdiri dari referendum
obligatoir, referandum fakultatif, dan referandum konsultatif.
1.
Referandum Obligatoir, adalah referandum yang harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan langsung dari rakyat sebelum suatu undang-undang tertentu
diberlakukan. Persetujuan dari rakyat mutlak harus diberikan dalam pembuatan suatu
undang-undang yang mengikat seluruh rakyat, karena dianggap sangat penting.
Contoh, adalah persetujuan yang diberikan oleh rakyat terhadap pembuatan undangundang dasar.
2.
Referendum Fakultatif, adalah referandum yang dilaksanakan apabila dalam
waktu tertentu sesudah suatu undang-undang diumumkan dan dilaksanakan, sejumlah
orang tertentu yang punya hak suara menginginkan diadakannya referandum. Dalam
hal ini apabila referandum menghendaki undang-undang tersebut dilaskanakan, maka
undang-undang itu terus berlaku. Tetapi apabila undang-undang itu ditolak dalam
referandum tersebut, maka undang-undang itu tidak berlaku lagi.
3.
Referandum Konsultatif, adalah referandum yang menyangkut soal-soal
teknis. Biasanya rakyat sendiri kurang paham tentang materi undang-undang yang
dimintakan persertujuaannya.
Fokus Kita :
Referandum berasal dari kata “refer” yang berarti mengembalikan. Sistem
referandum berarti pelaksanaan pemerintahan didasarkan pada pengawasan secara
langsung oleh rakyat, terutama terhadap kebijaksanaan yang telah, sedang, atau yang
akan dilaksanakan oleh badan legislatif atau eksekutif.
Pada pemerintahan dengan sistem referandum, pertentangan yang terjadi antara
eksekutif (bundesrat) dan legislatif (keputusan daripada rakyat) jarang terjadi.
Anggota-anggota daribundesrat ini dipilih oleh bundesversammlung untuk waktu 3
tahun lamanya dan bisa dipilih kembali.
Keuntungan dari sistem referendum adalah, bahwa pada setiap masalah negara
rakyat langsung ikut serta menanggulanginya. Akan tetapi kelemahannya adalah tidak
setiap masalah rakyat mampu menyelesaikannya karena untuk mengatasinya perlu
pengetahuan yang cukup harus dimiliki oleh rakyat itu sendiri. Sistem ini tak bisa
dilaksanakan jika banyak terdapat perbedaan paham antara rakyat dan eksekutif yang
menyangkut kebijaksanaan politik. Keuntungan yang lain ialah, bahwa kedudukan
pemerintah itu stabil sehingga membawa akibat pemerintah akan memperoleh
pengalaman yang baik dalam menyelenggarakan kepentingan rakyatnya.
Sistem Parlemen Satu Kamar dan Dua Kamar
1.
a. Sistem Parlemen Satu Kamar
Timbulnya pemikiran terhadap parelemen sistem satu kamar, didasarkan pada
pemikiran bahwa apabila majelis tingginya demokratis, hal itu semata-mata
mencerminkan majelis rendah yang juga demokratis dan karenanya hanya merupakan
duplikasi saja. Teori yang mendukung pandangan ini berpendapat bahwa fungsi kamar
kedua, misalnya meninjau atau merevisi undang-undang, dapat dilakukan oleh komisi
parlementer, sementara upaya menjaga konstitusi selanjutnya dapat dilakukan melalui
konstitusi yang tertulis.
Banyak negara yang kini mempunyai parlemen dengan sistem satu kamar dulunya
menganut sistem dua kamar dan belakangan menghapuskan majelis tingginya. Salah
satu alasannya ialah karena majelis tinggi yang dipilih hanya bertumpang tindih
dengan majelis rendah dan menghalangi disetujuinya undang-undang. Contohnya
adalah kasus Landsting di Denmark (dihapuskan tahun1953). Alasan lainnya adalah
karena majelis yang diangkat terbukti tidak efektif. Contohnya adalah kasus Dewan
Legislatif di Selandia Baru (dihapuskan tahun 1951).
Fokus Kita :
Sistem satu kamar ialah sistem pemerintahan yang hanya memiliki satu
kamar pada parlemen atau lembaga legislatif. Seringkali banyak negara yang
menggunakan sistem satu kamar merupakan negara kesatuan yang kecil dan
homogen serta menganggap sebuah majelis tinggi atau kamar kedua tidak
perlu.
Beberapa hal terkait dengan parlemen sistem satu kamar adalah sebagai berikut :
Para pendukung, menyatakan bahwa sistem satu kamar mencatat perlunya
pengendalian atas pengeluaran pemerintahan dan dihapuskannya pekerjaan yang
berganda yang dilakukan oleh kedua kamar.
Para pengkritik, bahwa sistem satu kamar menunjukkkan adanya pemeriksaan
dan pengimbangan ganda yang diberikan oleh sistem dua kamar dan dapat menambah
tingkat konsensus dalam masalah legislatif.
Kelemahan sistem satu kamar, ialah bahwa wilayah-wilayah urban yang
memiliki penduduk yang lebih besar akan mempunyai pengaruh yang lebih besar
daripada wilayah-wilayah pedesaan yang penduduknya lebih sedikit. Satu-satunya
cara untuk membuat wilayah yang penduduknya lebih sedikit terwakili dalam
pemerintahan kesatuan adalah menerapkan sistem dua kamar, seperti misalnya pada
periode awal Amerika Serikat.
Beberapa pemerintahan sub-nasional yang menggunakan sistem legislatif satu kamar
antara lain adalah negara bagian Nebraska di Amerika Srikat, Queensland di
Australia, semua provinsi dan atau wilayah di Kanada dan Bundesländer Jerman
(Bavaria menghapuskan Senatnya pada tahun 1999). Adapun di Britania Raya,
Parlemen Skotlandia, Dewan Nasional Wales dan Dewan Irlandia Utara yang telah
meramping juga menganut sistem satu kamar.
Semua dewan legislatif kota praktis juga satu kamar dalam pengertian bahwa dewan
perwakilan rakyat daerah tidak dibagi menjadi dua kamar. Hingga awal abad ke-20,
dewan-dewan kota yang dua kamar lazim ditemukan di Amerika Serikat.
Bonus Info Kewarganegaraan
Negara Persemakmuran Amerika Puerto Rico saat ini mempunyai dewan legislatif dua
kamar yang terdiri atas Senat (Senado) dan Dewan Perwakilan (Camara de Representantes).
Dalam sebuah referendum yang diadakan pada 10 Juli 2005, para pemilih Puerto Rico
menyetujui perubahan menjadi sistem satu kamar dengan 456.267 suara setuju dan 88.720
menentang.
Namun sebuah referendum lainnya akan diadakan di negara itu pada tahun 2007 untuk
menyetujui amandemen-amandemen dalam Konstitusi Puerto Rico yang diperlukan untuk
perubahan itu. Bila perubahan-perubahan konstitusional itu disetujui, Puerto Rico akan
beralih ke sistem satu kamar mulai tahun 2009. Contoh negara lainnya yang menerapkan
sistem satu kamar di antaranya adalah : Legislatif Yuan Republik China (Taiwan), Folketing
Denmark, Eduskunta Finlandia, Knesset Israel, Dewan Nasional Irak, Gukhoe Korea
Selatan, Dewan Republik Portugal, Parlemen Singapura, Parlemen Skotlandia, Parlemen
Srilanka, Parlamento Nacional Timor Leste, Kongres Rakyat nasional di Republik Rakyat
Cina, Büyük Millet Meclisi Turki, Asamblea Nacional Venezuela, Vouli ton Ellinon Yunani.
1.
b. Sistem Parlemen Dua Kamar
Sistem parelmen dua kamar, adalah praktek pemerintahan yang menggunakan dua
kamar legislatif atau parlemen. Jadi, parlemen dua kamar (bikameral) adalah parlemen
atau lembaga legislatif yang terdiri atas dua kamar. Di Britania Raya, sistem dua
kamar ini dipraktekkan dengan menggunakan Majelis Tinggi (House of Lords)
dan Mejelis Rendah (House of Commons). Dan di Amerika Serikat sistem ini
diterapkan melalui kehadiran Senat dan Dewan Perwakilan.
Indonesia juga menggunakan sistem yang agak mendekati sistem dua kamar melalui
kehadiran Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), meskipun dalam prakteknya sistem ini tidak sepenuhnya diberlakukan karena
persidangan MPR tidak berlangsung sesering persidangan DPR.
Adapun bentuk Parlemen dengan Sistem Dua Kamar, dapat dibedakan menjadi
berikut :
1) Federalisme
Beberapa negara seperti Australia, Amerika Serikat, India, Brazil, Swiss dan Jerman,
mengaitkan sistem dua kamar mereka dengan struktur politik federal mereka.
Di Amerika Serikat, Australia dan Brazil misalnya, masing-masing negara bagian
mendapatkan jumlah kursi yang sama di majelis tinggi badan legislatif, dengan tidak
mempedulikan perbedaan jumlah penduduk antara masing-masing negara bagian. Hal
ini dirancang untuk memastikan bahwa negara-negara bagian yang lebih kecil tidak
dibayang-bayangi oleh negara-negara bagian yang penduduknya lebih banyak. Dan
kesepakatan yang menjamin pengaturan ini di Amerika Serikat dikenal sebagai
Kompromi Connecticut.
Di majelis rendah dari masing-masing negara tadi, pengaturan ini tidak diterapkan dan
kursi dimenangkan semata-mata berdasarkan jumlah penduduk. Karena itu, sistem
dua kamar adalah sebuah metode yang menggabungkan prinsip kesetaraan demokratis
dengan prinsip federalisme. Semua setara di majelis rendah, sementara semua negara
bagian setara di majelis tinggi.
Dalam sistem India dan Jerman, majelis tinggi (masing-masing dikenal
sebagai Rajya Sabhadan Bundesrat), bahkan lebih erat terkait sistem federal, karena
para anggotanya dipilih langsung oleh pemerintah dari masing-masing negara bagian
India atau Bundesland Jerman. Hal ini pun terjadi di AS sebelum amandemen ke-17.
2) Sistem Dua Kamar Kebangsawanan
Di beberapa negara, sistem dua kamar dilakukan dengan menyejajarkan unsur-unsur
demokratis dan kebangsawanan. Contohnya adalah Majelis Tinggi (House of Lords)
Britania Raya, yang terdiri dari sejumlah anggota hereditary peers. Majelis Tinggi ini
merupakan sisa-sisa sistem kebangsawanan yang dulu penah mendominasi
politik Britania Raya, sementara majelis lainnya, Majelis Rendah (House of
Commons), anggotanya sepenuhnya dipilih.
Sejak beberapa tahun lalu telah muncul usul-usul untuk memperbaharui Majelis
Tinggi dan sebagian telah berhasil. Misalnya, jumlah hereditary peers (berbeda
dengan life peers) telah dikurangi dari sekitar 700 orang menjadi 92 orang dan
kekuasaan Majelis Tinggi untuk menghadang undang-undang telah dikurangi. Contoh
lain dari sistem dua kamar kebangsawanan ini adalah House of Peers Jepang, yang
dihapuskan setelah Perang Dunia II.
1.
4. Sistem Pemerintahan di Beberapa Negara
Sistem Pemerintahan Amerika Serikat
Sistem pemerintahan Amerika Serikat didasarkan atas konstitusi (UUD) tahun 1787.
Namun, konstitusi tersebut telah mengalami beberapa kali amandemen. Amerika
Serikat memiliki tradisi demokrasi yang kuat dan berakar dalam kehidupan
masyarakat sehingga dianggap sebagai benteng demokrasi dan kebebasan.
Sistem pemerintahan Amerika Serikat yang telah berjalan sampai sekarang
diusahakan tetap menjadi sistem pemerintahan demokratis. Sistem pemerintahan yang
dianut ialah demokrasi dengan sistem presidensial. Sistem presidensial inilah yang
selanjutnya dijadikan contoh bagi sistem pemerintahan negara-negara lain, meskipun
telah mengalami pembaharuan sesuai dengan latar belakang negara yang
bersangkutan.
Fokus Kita :
Sistem Pemerintahan Negara-Negara Bagian, mengikuti Sistem Pemerintahan
Negara Federal (Amerika Serikat) yang juga melaksanakan pemisahan kekuasaan
dengan tegas antara eksekutif (Gubernur), legislatif dan yudikatif. Semua Negara
Bagian harus bercorak republik dan tidak boleh bertentangan dengan Konstitusi.
Pokok-pokok sistem pemerintahan Amerika Serikat adalah:
1.
Amerika Serikat adalah negara republik dengan bentuk federasi (federal) yang
terdiri atas 50 negara bagian. Pusat pemerintahan (federal) berada di Washington dan
pemerintah negara bagian (state). Adanya pembagian kekuasaan untuk pemerintah
federal yang memiliki kekuasaan yang didelegasikan konstitusi. Pemerintah negara
bagian memiliki semua kekuasaan yang tidak didelegasikan kepada pemerintah
federal.
2.
Adanya pemisahan kekuasaan yang tegas antara eksekutif, legislatif dan
yudikatif. Antara ketiga badan tersebut terjadi cheks and balances sehingga tak ada
yang terlalu menonjol dan diusahakan seimbang.
3.
Kekuasaan eksekutif dipegang oleh presiden. Presiden berkedudukan sebagai
kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan wakil presiden dipilih
dalam satu paket (ticket) oleh rakyat secara langsung. Dengan demikian, presiden tak
bertanggung jawab kepada kongres (parlemennya Amerika Serikat) tetapi pada rakyat.
Presiden membentuk kabinet dan mengepalai badan eksekutif yang mencakup
departemen ataupun lembaga non departemen.
4.
Kekuasaan legislatif berada pada parlemen yang disebut
kongres. Kongres terdiri atas 2 bagian (bikameral), yaitu Senat dan Badan
Perwakilan (The House of Representative). Anggota Senat adalah perwakilan dari
tiap negara bagian yang dipilih melalui pemilu oleh rakyat di negara bagian yang
bersangkutan. Tiap negara bagian punya 2 orang wakil. Jadi terdapat 100 senator yang
terhimpun dalam The Senate of United State. Masa jabatan Senat adalah enam tahun.
Akan tetapi dua pertiga anggotanya diperbaharui tiap 2 tahun. Badan perwakilan
merupakan perwakilan dari rakyat Amerika Serikat yang dipih langsung untuk masa
jabatan 2 tahun.
5.
Kekuasaan yudikatif berada pada Mahkamah Agung (Supreme Court) yang
bebas dari pengaruh dua badan lainnya. Mahkamah Agung menjamin tegaknya
kebebasan dan kemerdekaan individu, serta tegaknya hukum.
6.
Sistem kepartaian menganut sistem dwipartai (bipartai). Ada dua partai yang
menentukan sistem politik dan pemerintahan Amerika Serikat, yaitu Partai
Demokratdan Partai Republik. Dalam setiap pemilu, kedua partai ini saling
memperebutkan jabatan-jabatan politik.
7.
Sistem pemilu menganut sistem distrik. Pemilu sering dilakukan di Amerika
Serikat. Pemilu di tingkat federal, misalnya pemilu untuk memilih presiden dan wakil
presiden, pemilu untuk pemilihan anggota senat, pemilu untuk pemilihan anggota
badan perwakilan. Di tingkat negara bagian terdapat pemilu untuk pemilihan gubernur
dan wakil gubernur, serta pemilu untuk anggota senat dan badan perwakilan negara
bagian. Di samping itu, terdapat pemilu untuk memilih walikota/dewan kota, serta
jabatan publik lainnya.
8.
Sistem pemerintahan negara bagian menganut prinsip yang sama dengan
pemerintahan federal. Tiap negara bagian dipimpin oleh gunernur dan wakil gubernur
sebagai eksekutif. Ada parlemen yang terdiri atas 2 badan, yaitu Senat mewakili
daerah yang lebih rendah setingkat kabupaten dan badan perwakilan sebagai
perwakilan rakyat negara bagian.
Sistem Pemerintahan Inggris
Negara Inggris dikenal sebagai induk parlementaria (the mother of parliaments) dan
pelopor dari sistem parlementer. Inggrislah yang pertama kali menciptakan suatu
parlemen workable. Artinya, suatu parlemen yang dipilih oleh rakyat melalui pemilu
yang mampu bekerja memecahkan masalah sosial ekonomi kemasyarakatan. Melalui
pemilihan yang demokratis dan prosedur parlementaria, Inggris dapat mengatasi
masalah sosial sehingga menciptakan kesejahteraan negara (welfare state).
Sistem pemerintahannya didasarkan pada konstitusi yang tidak tertulis (konvensi).
Konstitusi Inggris tidak terkodifikasi dalam satu naskah tertulis, tapi tersebar dalam
berbagai peraturan, hukum dan konvensi.
Fokus Kita :
Kedudukan parlemen dikatakan kuat, karena selain diisi oleh orang-orang dari
partai yang menang dalam Pemilihan Umum, juga Perdana Menterinya berasal
dari kalangan mereka sendiri selama kepercayaan masih diberikan kepadanya.
Namun demikian, oposisi dibiarkan tumbuh subur agar demokrasi tetap berjalan
lancar. Cara seperti ini banyak dicontoh negara-negara lain, terutama negaranegara bekas jajahannya.
Pokok-pokok Pemerintahan Inggris adalah:
1.
Inggris adalah negara kesatuan (unitary state) dengan sebutan United
Kingdom yang terdiri atas England, Scotland, Wales dan Irlandia Utara. Inggris
berbentuk kerajaan (monarki).
2.
Kekuasaan pemerintah terdapat pada kabinet (perdana menteri beserta para
menteri), sedangkan raja atau ratu hanya sebagai kepala negara. Dengan demikian,
pelaksanaan pemerintahan sehari-hari dijalankan oleh perdana menteri.
3.
Raja/ratu/mahkota memimpin tapi tidak memerintah dan hanyalah tituler
dengan tidak memiliki kekuasaan politik. Ia merupakan simbol keagungan, kedaulatan
dan persatuan negara.
4.
Parlemen atau badan perwakilan terdiri atas dua bagian (bikameral),
yaitu House of Commons dan House of Lord. House of Commons atau Majelis Rendah
adalah badanperwakilan rakyat yang anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat di
antara calon-calon partai politik. House of Lord atau Mejelis Tinggi
adalah perwakilan yang berisi para bangsawan dengan berdasarkan warisan. House
of Commons memiliki keuasaan yang lebih besar daripada House of Lord. Inggris
menganut Parliament Soverengnity, artinya kekuasaan yang sangat besar pada diri
parlemen.
5.
Kabinet adalah kelompok menteri yang dipimpin oleh perdana menteri.
Kabinet inilah yang benar-benar menjalankan praktek pemerintahan. Anggota kabinet
umumnya berasal dari House of Commons. Perdana menteri adalah pemimpin dari
partai mayoritas diHouse of Commons. Masa jabatan kabinet sangat tergantung pada
kepercayaan dariHouse of Commons. Parlemen memiliki kekuasaan membubarkan
kabinet dengan mosi tidak percaya.
6.
Adanya oposisi. Oposisi dilakukan oleh partai yang kalah dalam pemilihan.
Para pemimpin oposisisi membuat semacam kabinet tandingan. Jika sewaktu-waktu
kabinet jatuh, partai oposisi dapat mengambil alih penyelenggaraan pemerintah.
7.
Inggris menganut sistem dwipartai. Di Inggris terdapat 2 partai yang saling
bersaing dan memerintah. Partai tersebut adalah Partai Konservatif dan Partai
Buruh. Partai yang menang dalam pemilu dan mayoritas di parlemen merupakan
partai yang memerintah, sedangkan partai yang kalah menjadi partai oposisi.
8.
Badan peradilan ditunjuk oleh kabinet sehingga tidak ada hakim yang dipilih.
Meskipun demikian, mereka menjalankan peradilan yang bebas dan tidak memihak,
termasuk memutuskan sengketa antara warga dengan pemerintah.
Inggris sebagai negara kesatuan menganut sistem desentralisasi. Kekuasaan
pemerintah daerah berada pada Council (dewan) yang dipilih oleh rakyat di daerah.
Sekarang ini, Inggris terbagi dalam tiga daerah, yaitu England, Wales dan Greater
London.
Sistem Pemerintahan Republik Rakyat Cina
Cina dengan nama lengkap Republik Rakyat Cina (people’s Republic of Cina)
merupakan negara terbesar di daratan Asia yang masih bertahan dengan sistem
komunis. Dalam bidang politik, Cina menerapkan sistem komunis dengan kontrol
yang ketat terhadap warganya. Dalam bidang ekonomi, Cina menerapkan sistem
ekonomi pasar. Produk-produk Cina sekarang ini banyak yang membanjiri pasaran
dunia.
Fokus Kita :
Republik Rakyat Cina, berdiri tahun 1949 setelah menumbangkan dinasti Cing
yang berusia ratusan tahun. Tetapi baru tahun 1954, Konstitusi Cina ditetapkan
dalam Konggres Rakyhat Nasional yang antara lain menyebutkan bahwa
demokrasi rakyat dipimpin oleh kelas pekerja dalam hal ini dikelola oleh Partai
Komunis Cina sebagai inti kepemimpinan pemerintahan.
Pokok-pokok sistem pemerintahan di Cina adalah :
1.
Bentuk negara adalah kesatuan yang terdiri atas 23 provinsi
2.
Bentuk pemerintahan adalah republik dengan sistem demokrasi komunis
3.
Kepala negara adalah presiden, sedangkan kepala pemerintahan adalah perdana
menteri. Presiden dipilih oleh Kongres Rakyat Nasional untuk masa jabatan 5 tahun
(biasanya merangkap sebagai Ketua Partai). Sedangkan untuk jabatan Perdana menteri
(Sekretaris Jenderal Partai) diusulkan oleh presiden dengan persetujuan Kongres
Rakyat Nasional
4.
Menggunakan sistem unikameral, yaitu Kongres Rakyat Nasional (National
People’s Congress or Quanguo Renmin Daibiao Dahui) dengan jumlah 2.979 orang.
Anggotanya merupakan perwakilan dari wilayah, daerah, kota dan provinsi untuk
masa jabatan 5 tahun. Badan ini memiliki kekuasaan penting di Cina dengan
anggotanya dari orang-orang partai komunis.
5.
Lembaga negara tertinggi adalah Konggres Rakyat Nasional yang bertindak
sebagai badan legislatif (biasanya didominasi oleh Partai Komunis Cina).
6.
Kekuasaan yudikatif (Badan kehakiman) terdiri atas Supreme Peoples
Court, Local Peoples Courts dan Special Peoples Courts. Kekuasaan yudikatif
dijalankan secara bertingkat kaku oleh Pengadilan Rakyat di bawah pimpinan
Mahkamah Agung Cina.
Bonus Info Kewarganegaraan
SEJARAH PARTAI KOMUNIS CINA (PKC)
PKC berkuasa dalam tahun 1949 dengan suatu keyakinan
bahwa mobilisasi danperjuangan adalah merupakan inti dari politik. Sifat-sifat seperti
militer – antusiasme, kepahlawanan, pengorbanan, dan usaha bersama – mendapatkan nilai
yang tinggi. Bagi elite PKC, politik bukanlah semata-mata merupakan persoalan kompetensi
politik secara damai atau pengelolaan sumber-sumber daya materi, tetapi merupakan usaha
untuk memobilisasikan dan menggiatkan sumber-sumber daya manusia dalam suatu
keadaan yang kritis.
Berhubungan erat dengan tema-tema ini adalah konsep “garis massa” (mass line) dalam
kepartaian, suatu prinsip pokok PKC yang berasal dari keadaan-keadaan yang dihadapi
ketika berjuang merebut kekuasaan. Garis massa, yang merupakan unsur pokok Maoisme,
barangkali merupakan konsep yang paling rumit dan menyeluruh dalam doktrin PKC.
Dalam satu dimensi, konsep ini merupakan suatu pengakuan akan kenyataan bahwa suatu
gerakan tidak bisa didukung oleh anggota-anggota partai saja, tetapi tergantung pula pada
dukungan, intelegensi, penyediaan pangan, calon-calon anggota baru, dan keterampilan
administratip yang bisa disumbangkan oleh masyarakat bukan anggota partai.
Dalam dimensi kedua, garis massa itu mempunyai fungsi pengendalian atas tingkah-laku
kaum birokrat dan intelektual. Dengan menugaskan bahwa para penjabat harus berinteraksi
dengan massa, PKC bertujuan meniadakan penyelewengan-penyelewengan dan
menciptakan jenis birokrat baru; dengan mempercayakan tugas-tugas administratip kepada
kelompok-kelompok rakyat, maka diharapkan bisa mengurangi atau melemahkan struktur
birokrasi. Yang terakhir, garis massa dengan anjuran-anjuran “makan, hidup, bekerja, dan
berkonsultasi dengan massa”, adalah ungkapan dari rasa senasib yang dikembangkan
selama periode Soviet itu, mengarahkan perjuangan yang berorientasi pada petani, karena
golongan Komunis Cina tidak dapat berbicara tentang dukungan atau kewajiban rakyat
tanpa berbicara tentang golongan petani.
Gagasan tentang “percaya pada diri-sendiri” merupakan unsur lain dalam gaya politik PKC
yang selama ini berhasil menciptakan kekuatan besar. Kondisi-kondisi yang mendorong
timbulnya gagasan seperti itu adalah terisolasinya daerah-daerah pangkalan komunis secara
geografis, ekonomis dan po