Laporan Kuliah Kerja Komunikasi Magang P

PRODUKSI PROGRAM ACARA KROMATIS (KERONCONG ROMANTIS) DI LPP
TVRI JAWA TENGAH
LAPORAN KULIAH KERJA KOMUNIKASI

DISUSUN OLEH :
SYAIFUL ISLAM RAMADHAN
G.311.12.0050

PROGRAM STUDI S1-ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS SEMARANG
SEMARANG
2016

1

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kuliah Kerja Komunikasi dengan judul “Produksi Program Acara Kromatis
(Keroncong Romantis) di LPP TVRI Jawa Tengah”. Disusun berdasarkan hasil Kuliah Kerja
Komunikasi yang dilaksanakan di “LPP TVRI Jawa Tengah”, pada tanggal 11 Januari – sampai

dengan 11 Maret 2015 oleh :
Nama : Syaiful Islam Ramadhan
NIM

: G.311.12.0050
Semarang, 27 Mei 2016

Dosen Pembimbing

Pembimbing Lapangan

Fajriannoor Fanani, S. Sos, M.I.Kom
NIS. 06557000606017

Budi Wiyono S.Sos
NIP. 195809061983021001

Koordinator
Kuliah Kerja Komunikasi


Ka.Sie. Program
LPP TVRI Jawa Tengah

Gita Aprinta E.B, S.Sos.,M.Si.
NIS. 06557003102138

Heru Wahyu Widodo, SH
NIP. 196307221983021001

Kepala Jurusan
Ilmu Komunikasi

Fajriannoor Fanani, S. Sos, M.I.Kom
NIS. 06557000606017

2

KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat melaksanakan Kuliah Kerja Komunikasi serta dapat menyelesaikan

laporan Kuliah Kerja Komunikasi dengan sebaik – baiknya. Penulisan laporan ini, mengambil
judul “Produksi Program Acara Kromatis (Keroncong Romantis) di LPP TVRI Jawa
Tengah”.
Dengan selesainya penyusunan Laporan Kuliah Kerja Komunikasi ini, tidak lepas dari
bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan rasa terima
kasih kepada :
1.

Bapak Fajriannoor Fanani, M.I.Kom selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas
Semarang Sekaligus Sebagai Dosen Pembimbing yang telah membimbing dalam pembuatan
laporan ini hingga selesai.

2.

Bapak Kemas A. Tolib, ST, M.Si selaku Kepala LPP TVRI Stasiun Jawa Tengah.

3.

Bapak Heru Wahyu Widodo, S.H, MM selaku Kepala Seksi Program TVRI Jawa Tengah.


4.

Bapak Yuliyanto Budi Setiawan, S.Kom, M.Si selaku Koordinator Kuliah Kerja
Komunikasi.

5.

Bapak Budi Wiyono, S.Sos Selaku Pembimbing Lapangan yang telah memberikan banyak
ilmu serta nasehat yang baik.

3

6. Seluruh pegawai TVRI Jawa Tengah yang telah memberikan ilmu serta pengalaman yang
tak akan terlupakan kepada penulis.
7.

Teman – teman baru yang magang di LPP TVRI Jawa Tengah dari berbagai daerah dan
Universitas.

8.


Keluarga tercinta, yang selalu mendoakan saya akan kelancaran dan kesuksesan saya selama
melaksanakan Kuliah Kerja Komunikasi dan juga penyelesaian laporan Kuliah Kerja
Komunikasi.

9.

Teman – teman ILKOM 2012 yang melaksanakan Kuliah Kerja Komunikasi.

10. Serta pihak – pihak terkait lainnya yang telah banyak membantu baik itu untuk pelaksanaan
Kuliah Kerja Komunikasi maupun dalam penyelesaian Laporan Kuliah Kerja Komunikasi
ini.
Penulis sangat menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa di dalam laporan ini
masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan dalam penyusunan Laporan
ini. Akhir kata penulis berharap semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi diri penulis pada
khususnya dan para pembaca pada umumnya sehingga dapat menambah sedikit pengetahuan
bagi para pembaca.

Semarang, 27 Mei 2016


4

Penulis

Syaiful Islam Ramadhan
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR

ii

iii

DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN

viii


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan

4

4

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN
2.1 Sejarah TVRI

6

2.2 Sejarah TVRI Jawa Tengah
2.3 Tujuan TVRI

8


10

BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Komunikasi Massa

11
5

3.2 Media Massa

12

3.3 Produksi Siaran Televisi 15
3.4 Tahapan Produksi 16
3.4.1 Pra Produksi
3.4.2 Produksi

16

18


3.4.1 Pasca Produksi

20

BAB IV METODOLOGI
4.1 Waktu Dan Lokasi21
4.2 Sumber Data

21

4.2.1 Data Primer 21
4.2.2 Data Sekunder

22

4.3 Teknik Pengumpulan Data
4.3.1 Observasi

22


22

4.3.2 Wawancara 22
4.3.3 Metode Pustaka

23

BAB V HASIL KULIAH KERJA KOMUNIKASI
5.1 Aktivitas Pra Lapangan

24

5.2 Aktivitas Saat di Lapangan

26

5.3 Aktivitas Pasca di Lapangan

29


5.4 Evaluasi

29

BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran

34

34

6

DAFTAR PUSTAKA 36
LAMPIRAN

7

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Televisi merupakan media massa elektronik yang modern namun paling akhir
kehadirannya. Televisi juga dinilai sebagai media massa paling efektif saat ini, dan
banyak menarik simpatik kalangan masyarakat luas, seiring dengan perkembangan
teknologi yang begitu cepat. Hal ini di sebabkan sifat audio visual yang tidak di miliki
oleh media massa lainnya dan penayangannya juga mempunyai jangkauan yang relative
tidak terbatas (Darwanto, 2007: 32).
Penulis mempunyai keinginan untuk bekerja di televisi, karena menurut penulis
sebuah kreativitas dan ketelitian sangat di perlukan untuk bekerja di televisi. Stasiun
Televisi menjadi ketertarikan penulis melakukan Kuliah Kerja Komunikasi untuk
mendalami proses produksi yang ada di televisi. Televisi sekarang ini menjadi media
massa audio visual dengan ciri dan sifatnya yang hanya dapat dilihat sepintas, ini juga
sangat mempengaruhi cara penyampaian pesan yaitu selain harus menarik perhatian juga
harus mudah dimengerti oleh pemirsanya.
Televisi Republik Indonesia atau yang lebih akrab dengan TVRI merupakan salah
satu stasiun televisi tertua di Indonesia dan memiliki jangkauan di seluruh wilayah
Indonesia. Salah satunya LPP TVRI Jawa Tengah yang merupakan stasiun televisi
regional yang telah diresmikan pada tanggal 29 Mei 1996.

2

LPP TVRI Jawa Tengah menjadi alasan penulis untuk melakukan Kuliah Kerja
Komunikasi.Karena TVRI yang masih berpegang teguh terhadap kata Independen dan
tetap dalam pendiriannya sebagai alat penyampaian informasi yang sehat, netral dan
bukan untuk kepentingan politik dan pencintraan.Televisi milik pemerintah tersebut
memiliki karyawan yang berpengalaman dan berkompeten di bidangnya.
Program yang dikembangkan di TVRI lebih berpandangan pada kultur budaya jawa
tengah. Artinya, walaupun program-program tersebut berisikan tampilan budaya
tradisional, namun kemasan yang diproduksi secara langsung menggabungkan antara
unsur budaya tradisional dengan perkembangan zaman. Selain beberapa program lokal,
TVRI juga menayangkan program-program berkelas Nasional. Selain mengangkat
budaya, TVRI juga memberikan acara pendidikan kepada masyarakat wilayah Jawa
Tengah. Didukung oleh para kru yang rata-rata adalah para pekerja jiwa muda dan
banyak pengalaman dan kreatif, program-program televisi yang ditayangkan di TVRI
lebih dikemas dalam nuansa hiburan yang menarik namun masih berbudaya jawa tengah.
Program acara “Kromatis (Keroncong Romantis)” sendiri merupakan program acara
musik yang memiliki target dan segmentasi anak muda di Jawa Tengah. Yang
memberikan

hiburan

sekaligus

melestarikan

budaya

musik

keroncong.

Serta

memperkenalkan group musik keroncong yang ada di jawa tengah termasuk generasi
muda yang mencitai musik keroncong. Acara ini juga memberi pengetahuan tentang
musik keroncong sekaligus memotivasi generasi muda mencintai musik keroncong.
Selain “Kromatis (Keroncong Romantis)” TVRI juga menyajikan acara-acara yang
bertemakan budaya, pendidikan, event konser musik dalam program Music Genre Jazz

3

yang berdurasi 60 menit yang ditayangkan setiap minggu malam pukul 18.00 WIB. Juga
reality show Dialog Publik yang menyajikan tentang dialog antara masyarakat dengan
anggota dewan secara langsung dengan tema tertentu, seperti keresahan warga tentang
halnya perampokan geng motor atau penanggulangan banjir yang sering terjadi. Acara
Dialog Publik ini akan mengundang narasumber yang benar benar berkompetan seperti
kepala dinas BMG (Badan Meteorolgi dan Geofisika) Jawa Tengah. Acara – acara yang
ada di TVRI diantaranya adalah, Tombo Kangen, Solusi Sehat, Warung Kopi Gayeng,
Gayung Bersambut, Aku Bisa Jadi bintang. Juga ada acara bertajuk Lestari budaya,
Ronce Budoyo, Sinau Boso Jowo, Bina Bahasa.
Produksi televisi adalah suatu proses kreatif yang melibatkan penggunaan
peralatan-peralatan yang rumit dan koordinasi sekelompok individu yang mempunyai
kepekaan estetis dan kemampuan teknis untuk mengkomunikasikan pikiran dan perasaan
kepada penonton. Menurut disiplin ilmu komunikasi, broadcasting (Produksi Siaran
Televisi) adalah cabang dari ilmu komunikasi yang berhubungan dengan penyiaran. Di
dalam broadcasting sendiri sebenarnya yang paling dominan dikaji adalah bagaimana
membuat konten sebuah siaran mulai dari praproduksi, produksi, hingga pascaproduksi.
Broadcasting merupakan kegiatan bagaimana membuat sebuah tayangan atau konten
yang menarik dan enak dilihat atau didengar, atau menurut teori ilmu komunikasi,
bagaimana pesan yang disampaikan sampai kepada khalayak ramai atau umum. (Mabruri
2013:8). Karakteristik broadcasting antara lain memberi informasi, mendidik dan
menghibur. Siaran adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau
suara dan gambar, gambar grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak,
yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran. Penyiaran adalah kegiatan

4

pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di
laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara,
kabel, atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh
masyarakat dengan perangkat penerima siaran. (Mabruri 2013:21)
Dalam kegiatan produksi televisi banyak hal-hal terkait teori yang diajarkan di
bangku kuliah terkadang tidak sesuai dengan praktik di lapangan.Proses penggunaan
kamera TV, editing dan terutama kegiatan pra produksi yang menuntut orang
broadcasting memiliki ide dan kreativitas yang tinggi. Dengan pertimbangan dan
beberapa hal tersebut, pemagang memilih TVRI sebagai tempat untuk mengembangkan
kemampuan di bidang komunikasi khususnya dalam bidang penyiaran pada pertelevisian
atau produksi acara. Salah satu stasiun televisi yang berkonsentrasi pada budaya lokal
dan memiliki komitmen yang kuat akan kemajuan bidang broadcasting, pemagang
berharap akan banyak mendapatkan pengetahuan dan praktik di bidang pertelevisian.
1.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang akan dibahas dalam laporan Kuliah Kerja Komunikasi ini
adalah Bagaimana Proses Produksi Program Acara “Kromatis (Keroncong Romantis)” Di
LPP TVRI Jawa Tengah.

5

1.3. Tujuan
Kuliah Kerja Komunikasi yang dilakukan penulis dimaksudkan untuk mencapai
suatu tujuan yang nantinya akan memberikan kegunaan yang baik bagi penulis sendiri
maupun pihak lain. Adapun tujuan dilaksanakannya Kuliah Kerja Komunikasi ini yaitu
untuk mengetahui Bagaimana Proses Produksi Program Acara “Kromatis (Keroncong
Romantis)” Di LPP TVRI Jawa Tengah.

6

BAB II
DESKRIPSI PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Singkat TVRI
Televisi Republik Indonesia (TVRI) didirikan tahun 1962, lembaga ini mengalami
perubahan status hukum hingga beberapa kali. Pada awalnya merupakan sebuah Yayasan
TVRI, kemudian berubah menjadi salah satu direktorat dalam struktur organisasi
Departemen Penerangan RI. Selanjutnya pada tanggal 20 Mei 1999 Presiden
Abdurahman

Wahid

membubarkan

Departemen

Penerangan.

(surat

keputusan

nomer:07/KEP/DIRJEN/RTF/1982)
Sejak tanggal 7 Juni 2000, TVRI berubah menjadi Perusahaan Jawatan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2000.Kemudian berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 2002 tanggal 17 April 2002, TVRI kembali berubah status
menjadi PT. TVRI (Persero) dibawah pengawasan Departemen Keuangan dan Menteri
Negara BUMN. Dengan disahkannya Undang-UndangNomor 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran, TVRI kemudian berubah menjadi Lembaga Penyiaran Publik (LPP).
Selain memiliki stasiun pusat di Jakarta, TVRI juga memiliki stasiun diberbagai
daerah termasuk salah satunya di Provinsi Jawa Tengah, yang berkedudukan di
Semarang.Lembaga Penyiaran Publik TVRI Jawa Tengah semula statusnya adalah TVRI
Stasiun Produksi Keliling (SPK) Semarang yang diresmikan pada tanggal 12 Juli
1982.SPK sendiri telah dimulai sejak tahun 1970 sebagai TVRI perwakilan Jawa Tengah
yang kegiatannya masih dibantu oleh TVRI Stasiun Yogjakarta dan TVRI Stasiun Pusat
Jakarta.

7

Kegiatan operasional TVRI SPK Semarang didukung oleh 1 unit mobil OB VAN
dan 18 orang personal. Gedung kantor masih bergabung dengan TVRI Transmisi
Gombel. Pada tahun 1984, gedung kantor pindah di Jalan Sultan Agung no. 180
Semarang, dan sejak bulan April 1987, menempati kantor di Jalan Roro Jonggrang VII
Manyaran.
Wacana untuk medirikan stasiun penyiaran di Jawa Tengah telah muncul pada masa
kepemimpinan Gubernur Soepardjo Roestam, tetapi baru terealisasi pada masa
kepemimpinan Gubernur Soewardi. Sebagai stasiun produksi penyiaran baru, TVRI Jawa
Tengah menempati gedung kantor dan studio di Pucang Gading wilayah desa Batursari
kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Uji coba penyiaran dilaksanakan selama bulan
maret 1995 dan siaran perdana dilaksanakan pada tanggal 1 April 1995.
TVRI Stasiun Jawa Tengah diresmikan sebagai stasiun produksi penyiaran oleh
Presiden Soeharto pada tanggal 29 Mei 1996. Tanggal 29 Mei itulah yang diambil
sebagai momentum hari lahirnya TVRI Stasiun Jawa Tengah. Sejak diresmikannya pada
Tahun 1996, mulai memproduksi dan menayangkan acara-acara hasil liputan sendiri, baik
acara-acara yang bersifat hiburan, seni budaya tradisional dan siaran pendidikan.Selain
itu juga produksi acara-acara yang sifatnya informatif seperti siaran berita dari berbagai
wilayah di Jawa Tengah, maupun acara-acara yang sifatnya sebagai kritik sosial bagi
pemerintah dan paket acara pembangunan dipedesaan atau perkotaan.
2.2. Sejarah Singkat TVRI Stasiun Jawa Tengah

8

LPP TVRI Jawa Tengah semula adalah TVRI Stasiun Produksi Keliling (SPK)
Semarang yang diresmikan pada tanggal 12 Juli 1982, Berdasarkan Surat Keputusan
Direktorat Jenderal Radio Televisi dan Film Departemen Penerangan Republik Indonesia
nomor : 07/KEP/DIRJEN/RTF/1982.
Perintisan berdirinya SPK sendiri telah dimulai sejak tahun 1970 sebagai TVRI
perwakilan Jawa Tengah yang kegiatannya masih dibantu oleh TVRI Stasiun Yogyakarta
dan TVRI Stasiun Pusat Jakarta.
Kegiatan operasional TVRI SPK Semarang didukung oleh 1 (satu) unit mobil OB
Van dan 18 orang personal.Kegiatan pertama dimulai bulan Agustus 1982 dengan meliput
acara olahraga tennis lapangan Green Sand di Surakarta. Gedung kantor masih bergabung
dengan TVRI transmisi Gombel. Pada tahun 1984, Gedung kantor pindah di jalan Sultan
Agung nomor 180 Semarang, dan sejak bulan April 1987, menempati kantor di jalan
Roro Jonggrang VII Manyaran – Semarang.
Wacana untuk mendirikan Stasiun Penyiaran di Jawa Tengah telah muncul pada
masa kepemimpinan Gubernur Soepardjo Roestam, tetapi baru terealisasi pada masa
kepemimpinan Gubernur Soewardi.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Penerangan Republik Indonesia nomor : B
140/KEP/MENPEN/1996, tata organisasi TVRI SPK Semarang berubah menjadi TVRI
Stasiun Produksi Penyiaran, dengan klasifikasi sebagai stasiun daerah kelas B2
(ESELON III A). Sebagai stasiun produksi penyiaran baru, TVRI Semarang menempati
gedung kantor dan studio di Pucang Gading wilayah Ds. Batursari, Kec. Mranggen, Kab.

9

Demak.Uji coba penyiaran dilaksanakan selama bulan maret 1995 dan siaran perdana
dilaksanakan pada tanggal 1 April 1995.
TVRI Satsiun Semarang diresmikan sebagai Stasiun Produksi Penyiaran oleh
Presiden Soeharto pada tanggal 29 mei 1996. Tanggal 29 Mei itulah yang diambil sebagai
momentum hari lahirnya TVRI Stasiun Jawa Tengah.
Dalam perjalanannya, tata organisasi TVRI Stasiun Jawa Tengah yang semula
bernaung dibawah Direktorat Televisi Departemen Penerangan Republik Indonesia,
berubah menjadi perusahaan Jawatan (PERJAN) yang secara administratif berada
dibawah naungan Departemen Keuangan dan secara Operasional dibawah Kementrian
BUMN sesuai peraturan pemerintah nomor 36 tahun 2000, tanggal 7 juni 2000.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 2002, bentuk Perusahaan
Jawatan kemudian berubah menjadi PT. TVRI (PERSERO) sejak tanggak 17 April 2002.
Sedangkan dengan surat keputusan Direksi PT. TVRI (PERSERO) nomor :
036/KPTS/DIREKSI/TVRI/2003 tentang penetapan Nonemklatur dan Klasifikasi stasiun
daerah, TVRI Stasiun Jawa Teangah masuk dalam kategori Stasiun Daerah Kelas “A”.
Pada tahun 2002 TVRI secara Nasional kembali mengalami masa transisi dengan
dikeluarkannya UU no.32 Tentang Penyiaran.
Pelaksanaan UU tersebut ditindak lanjuti dengan ditetapkannya Peraturan
Pemerintah RI no.11 tahun 2005 tanggal 18 Maret 2005 tempat Penyelenggaraan
Penyiaran publik Televisi RI.

10

Selama periode perintisan berdirinya Stasiun Produksi Keliling sampai dengan Mei
2007, TVRI Stasiun Jawa Tengah telah dipimpin oleh 1 Orang Koordinator Perwakilan, 1
Orang Manajer, dan 8 Orang Kepala Stasiun. Dan setelah memasuk tahun 2010 dengan
bantuan dana Hibah dari Pememerintah Perancis, telah dibangun pemancar dengan
kekuatan 39 KVa.
2.3. Tujuan TVRI
Tujuan berdirinya TVRI terdapat dalam Pasal 3 UU No.32/Th.2002, tentang
Penyiaran yaitu, Memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa
yang beriman dan bertaqwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan
umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan
sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.
Selain itu Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2005 menetapkan bahwa tujuan
TVRI adalah memberikan pelayanan informasi, pendidikan dan hiburan yang sehat,
kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh
lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan mengusung slogan saluran keberagaman dan pemersatu bangsa. TVRI
wajib mengembangkan kebhinekaan program siaran dan aneka pelayanan yang dapat dan
mudah diakses oleh setiap penduduk dan rumah tangga. Pengembangan kebhinekaan
program siaran dilakukan dengan tidak membeda-bedakan setiap lapisan masyarakat dan
ditujukan sebagai perekat sosial untuk memotivasi terpeliharanya persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia.

11

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Komunikasi Massa
Kehadiran media secara serempak di berbagai tempat telah menghadirkan
tantangan baru bagi para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu. Pentingnya komunikasi
massa dalam kehidupan manusia modern dewasa ini, terutama dengan kemampuannya
untuk menciptakan publik, menentukan isu, memberikan kesamaan kerangka pikir, dan
menyusun perhatian publik, pada gilirannya telah mengundang berbagai sumbangan
teoretis terhadap kajian tentang komunikasi massa.
Konsep komunikasi massa itu sendiri pada satu sisi mengandung pengertian suatu
proses di mana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik
secara luas dan pada sisi lain merupakan proses di mana pesan tersebut dicari,
digunakan, dan dikonsumsi oleh audience. Pusat dari studi mengenai komunikasi massa
adalah media. Media merupakan organisasi yang menyebarkan informasi yang berupa
produk budaya atau pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya dalam
masyarakat. Oleh karenanya, sebagaimana dengan politik atau ekonomi, media
merupakan suatu sistem tersendiri yang merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan
yang lebih luas. Analisis media mengenal adanya dua dmensi komunikasi massa.
Dimensi pertama memandang dari sisi media kepada masyarakat luas beserta
institusi- institusinya. Pandangan ini menggambarkan keterkaitan antara media dengan
berbagai institusi lain seperti politik,ekonomi, pendidikan agama, dan sebagainya. Teori-

12

teori yang menjelaskan keterkaitan tersebut mengkaji posisi atau kedudukan media
dalam masyarakat dan terjadinya saling mempengaruhi antara berbagai struktur
kemasyarakatan dengan media. Pendekatan ini merupakan dimensi makro dari teori
komunikasi massa.
Dimensi kedua melihat kepada hubungan antara media dengan audience, baik
secara kelompok maupun individual. Teori-teori mengenai hubungan antara mediaaudience, terutama menekankan pada efek-efek individu dan kelompok sebagai basil
interaksi dengan media. Pendekatan ini disebut sebagai dimensi mikro dari teori
komunikasi massa. (Mc.Luhan, 2011:188)
3.2. Media Massa
Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari
sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat–alat komunikasi
mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002:88). Media massa adalah
alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada
audience yang luas dan heterogen.
Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa
mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan
hampir seketika pada waktu yang tak terbata. (Nurrudin, 2007:45) Media massa
digunakan dalam komunikasi apabila komunikasi berjumlah banyak dan bertempat
tinggal jauh.
Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya
adalah surat kabar, radio, televisi, dan film bioskop, yang beroperasi dalam bidang

13

informasi, edukasi dan rekreasi, atau dalam istilah lain penerangan, pendidikan, dan
hiburan. Keuntungan komunikasi dengan menggunkan media massa adalah bahwa media
massa menimbulkan keserempakan artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikan
yang jumlah relatif banyak. Jadi untuk menyebarkan informasi, media massa sangat
efektif yang dapat mengubah sikap, pendapat dan prilaku komunikasi. (Effendi, 2000:97)
Jenis – Jenis Media Massa:
a.

Media Massa Traditional
Media Massa tradisional adalah media massa dengan otoritas danmemiliki
organisasi yang jelas sebagai media massa dimana terdapat ciri-ciri seperti:
1.

Informasi dari lingkungan diseleksi,
diterjemahkan dan didistribusikan.

2.

Media massa menjadi perantara dan
mengirim informasinya melalui saluran tertentu.

3.

Penerima pesan tidak pasif dan
merupakan bagian dari masyarakat danmenyeleksi informasi yang mereka
terima.

4.

Interaksi antara sumber berita dan
penerima sedikit.

Macam-Macam Media Massa Tradisional:
1. Surat Kabar yaitu merupakan penerbitanyang berupa lembaga yang berisi
berita–berita karangan, iklan yang dicetak dan di terbitkan secara tetap atau

14

lebih periodik dan untuk dijual kepada umum. Isi berita didalamnya dapat
berupa kejadian–kejadian perang, politik dan pemerintahan ekonomi,
kecelakaan, bencana, pendidikan serta seni kebudayaan.Disamping itu pula,
berita yang termuat dalam bidang kesehatan,ilmu pengetahuan, liburan dan
olahraga. Lingkup berita dapat menyangkut berita internasional, nasional,
maupun berita darerah. Adapun fungsi dari surat kabar itusendiri adalah untuk
memberikan saran informasi yang beragam, pendidikan bagi masyarakat luas
serta hiburan dan surat kabar juga dapat mempengaruhi setiap pembacanya.
2. Majalah merupakan penerbitan berkala yang berisi bermacam-macam artikel
dalam

subyek

yang

bervariasi.Majalah

biasa

diterbitkan

mingguan,

dwimingguan atau bulanan. Majalah biasanya memiliki artikel mengenai topik
populer yang ditujukan kepada masyarakat umum dan ditulis dengan gaya
bahasa yang mudah dimengerti oleh banyak orang.
3. Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara
modulasi

dan

radiasi

elektromagnetik

(gelombang

elektromagnetik).

Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga merambat
lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak
memerlukan medium pengangkut (seperti molekul udara).
4. Film (layar lebar) adalah gambar hidup, juga sering disebut movie. Film, secara
kolektif, sering disebut 'sinema'. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk
populer dari hiburan, dan juga bisnis.

15

5. Televisi merupakan sistem penyiaran gambar dengan disertai bunyi (Audio
Visual).

3.3. Produksi Siaran Televisi
Program televisi ialah program yang telah disusun dalam satu format sajian dengan
unsur video yang ditunjang unsur audio secara teknis memenuhi persyaratan layak siar
serta telah memenuhi standar estetik, dan artistic yang berlaku. (Guttenberg, 1962:78).
Pola strategi penyusunan program lebih menyangkut pada pola pencapaian tujuan
program secara umum. Setiap program memiliki karakter waktunya sendiri, yaitu
penempatan atau pengalokasian waktu siaran (Ferguson, 2009:4). Hal yang diperhatikan
lainnya dalam sebuah program siaran dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi programatik
dan sisi penonton atau sasaran program. Sisi programatik berkaitan dengan kesesuaian
alokasi program dalam jadwal siaran, sisi penonton berhubungan dengan aspek
geokultural sasaran program yang tersebar diseluruh negeri dengan tradisi yang
berlainan.
Produksi televisi sendiri adalah suatu proses kreatif yang melibatkan penggunaan
peralatan-peralatan yang rumit dan koordinasi sekelompok individu yang mempunyai
kepekaan estetis dan kemampuan teknis untuk mengkomunikasikan pikiran dan perasaan
kepada penonton. Di bagian manapun kita berperan, harus di sadari bahwa proses
produksi televisi adalah suatu team work. Banyaknya peralatan dan bagian untuk
mendukung suatu produksi siaran TV, maka kemampuan berkomunikasi dalam

16

kelompok sangat dibutuhkan agar tidak terjadi sebuah miss communication dalam proses
produksi yang memungkinkan akan terjadi gangguan ketika proses penayangan
berlangsung (wibowo, 2007:23).

3.4. Tahapan Produksi
3.4.1.

Pra Produksi
Untuk membuat acara (program) televisi, hal pertama yang harus

dilakukan adalah penggalian ide atau gagasan kreatif (Wibowo, 2007:25).
Tentunya ide-ide yang akan dilahirkan juga harus mempertimbangkan berbagai
hal. Berbagai aspek yang perlu dipertimbangkan sebelum merancang program
adalah:
a.

Hukum
Acara harus dibuat seorisinil mungkin untuk menghindari
pelanggaran hak cipta dan mentaati undang-undang yang berlaku di
Indonesia.

b.

Kultur
Televisi sebagai media yang mempunyai pengaruh sosiologis yang
kuat, tentunya acara-acara yang dihasilkan juga memiliki kewajiban
dan tanggung jawab terhadap pembentukan nilai-nilai positif
dimasyarakat. Para pembuat program pun juga harus menghormati

17

nilai-nilai budaya yang ada di Indonesia juga menghindari hal yang
dapat menyinggung SARA (Wibowo, 2007:30).
c.

Pasar (Market)
Untuk acara yang dibuat untuk tujuan bisnis, para pembuat
program harus mengenal pasar yang dituju. Kita tidak dapat membuat
acara yang bagus menurut sudut pandang subjektif kita sendiri. Kita
juga harus melihat dari sudut pandang calon pemirsa yang akan kita
bidik. Untuk membidik calon pemirsa, para pembuat acara TV
biasanya melakukan pengamatan sendiri atau mempelajari data-data
yang dibuat oleh Nielsen Media Research mengenai calon pemirsa
yang dituju untuk kemudian menyeleksi pasar potensialnya.
Penyeleksian pasar potensial dilakukan dengan penggolongan
berdasarakan jenis kelamin, umur, status ekonomi dan sebagainya.

d.

Budget
Jika untuk tujuan profit, besarnya anggaran yang diperlukan untuk
mewujudkan suatu ide program harus sebanding dengan kekuatan
program tersebut untuk mendapatkan rating yang baik.

Selain dari empat aspek diatas, pra produksi harus melakukan kewajiban di dalam
struktur pembuatan tahapan produksi sebagai berikut:
a)

Ide atau gagasan, yaitu penemuan atau pemilihan ide apakah menarik dan
layak dijadikan sebuah program. Kemudian dilanjutkan dengan riset dan
pengembangan gagasan tersebut.

18

b)

Pembuatan naskah kasar serta treatment produksi dari hasil pengembangan

c)

gagasan dan riset.
Perencanaan awal, tahap ini meliputi perencanaan interprestasi produksi
(planning meeting), stage desain, tata cahaya, tata suara, make up, wardrobe,

d)

dan fasilitas teknik.
Pengadaan casting

e)

penyempurnaan naskah.
Perencanaan teknis, tahap ini untuk menentukkan peralatan yang dibutuhkan

dan

menentukan

artis,

kemudian

blocking

dan

sesuai konsep seperti pemilihan kamera, perencanaan grafis, konstruksi
produksi, penyelesaian administrasi kontrak dan perijinan, budgeting, serta
pemantapan produksi.
Rehearsal script, yaitu naskah yang digunakan untuk persiapan ketika latihan.

f)

Dalam naskah ini sudah tercantum secara detil tentang setting, karakter,
g)

dialog, dan adegan.
Pra-studio rehearsal dimulai dengan briefing kru serta reading para pemain
yang dipimpin oleh sutradara atau pengarah acara. Pengarah acara
mengarahkan pemain, blocking, posisi, pengadeganan sesuai dengan treatment

h)

yang dibuat.
Run trough dimana rehearsal studio dilakukan mulai dari blocking kamera,
tata cahaya, tata artistic, dan pemain melakukan latihan hingga terbiasa dan
nyaman di studio.

3.4.2.

Produksi
Setelah melakukan perencanaan dengan matang, maka proses sebelum

produksi adalah menyusun crew produksi, diantaranya:
1. Produser

19

Seorang yang mendesain sebuah produksi program acara sekaligus
bertanggung jawab terhadap teknis eksekusi produksi program tersebut dan
bertugas untuk mengintegrasikan unsur-unsur pendukung produksi dalam
sebuah produksi program acara Kromatis (Keroncong Romantis) dan
bertanggung jawab terhadap aspek teknis maupun estetis serta mampu
menerjemahkan rundown program Kromatis (Keroncong Romantis).
2. Program Director
Seorang yang ditunjuk untuk bertanggung jawab secara teknis
pelasksanaan produksi satu mata acara Kromatis (Keroncong Romantis) dan
menyutradarai program acara Kromatis (Keroncong Romantis).
3. Switcherman
Seseorang yang bertanggung jawab terhadap pergantian gambar, baik
atas permintaan pengarah acara atau sesuai dengan rundown.
4. Floor Director
Bertugas sebagai penghubung dalam menyampaikan pesan-pesan
pengarah acara kepada kerabat kerja dan para artis pendukung dalam produksi
acara Kromatis (Keroncong Romantis).
5. Lighting Director
Bertugas sebagai seseorang yang bertanggung jawab terhadap
keberhasilan penataan cahaya di studio baik secara artistic maupun yang
mampu menyetuh perasaan yang sesuai dengan tuntutan naskah.
6. Audioman

20

Bertugas mengatur keseimbangan suara dari berbagai sumber,
melakukan set up mikrofon, music atau backsound.
Setelah disusun crew produksi, masing-masing crew melaksanakan tugasnya
seperti yang telah dilakukan sebelumnya dan sesuai naskah maupun rundown yang ada
(Wibowo, 2007:38).
3.4.3.

Pasca Produksi
Merupakan tahap akhir dari sebuah produksi program acara Kromatis

(Keroncong Romantis), setelah produksi lapangan maka masuk dalam tiga tahapan
diantaranya:
a. Editing, proses penyusunan gambar menjadi sebuah cerita yang padu dan
berkesinambungan sesuai dengan konsep naskah.
b. Preview, sebelum program di print untuk disiarkan, maka dilakukan preview
oleh produser untuk memastikan program benar-benar sudah sesuai dengan
naskah dan konsep. Jika ternyata masih terjadi kesalahan maupun perlu
dikurangi atau ditambah sesuatu maka dilakukan revisi kembali. Setelah revisi
sesuai dengan konsep dan naskah baru akan di print on tape dan siap tayang.
Kaset atau tape yang digunakan masing-masing stasiun televisi belum tentu
sama, ada yang menggunakan jenis pita Betacam, DVCPro, DVCam, dan
lainnya.
c. Transmisi, setelah semua urusan editing selesai, selanjutnya masuk pada
bagian transmisi. Yaitu bagian on air penyiaran program (Wibowo, 2007:45).

BAB IV

21

METODOLOGI
.1

Waktu dan Lokasi
Pelaksanakan Kuliah Kerja Komunikasi di LPP TVRI Jawa Tengah dengan alasan
agar penulis dapat mengetahui kesamaan dan perbedaan antara program acara di lembaga
penyiaran milik pemerintah dengan program acara pada lembaga penyiaran lainnya.
Kuliah Kerja Komunikasiyang dilakukan di LPP TVRI Jawa Tengah yang berlokasi
di Jl. Pucang Gading Batursari, Mranggen Demak. Penulis ditempatkan di bidang Program
dan pengembangan usaha bagian Seksi Program. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja
Komunikasi selama 2 bulan terhitung dari tanggal 11 Januari – 11 Maret

2015 yang

dilakukan setiap hari Senin sampai dengan hari Jumat pukul 09.00 WIB – 19.00 WIB dan
Sabtu sampai dengan Minggu pukul 15.00 WIB – 19.00 WIB.
.2

Sumber Data
.2.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, diamati, dan
dicatat untuk pertama kalinya (Marzuki, 2002:55). Data primer diperoleh dari
karyawan TVRI Jawa Tengah serta dokumen–dokumen yang digunakan oleh bagian–
bagian yang terkait. Selain itu penulis juga melakukan pekerjaan secara langsung
untuk dijadikan objek penelitian dan pengamatan.

22

.2.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh
penulis, sehingga data sekunder telah melewati satu atau lebih pihak yang bukan
penulis (Marzuki, 2002: 56).Dengan data sekunder penulis memperoleh data dari studi
pustaka oleh buku–buku yang membahas mengenai ilmu komunikasi.

.3

Teknik Pengumpulan Data
Selain memperoleh data dari sumber langsung, penulis juga melakukan
pengumpulan data lain dengan berbagai macam teknik. Beberapa teknik pengumpulan
data yang dilakukan penulis yaitu dengan cara observasi dan wawancara dengan
bagian personalia, kepala bagian, karyawan dan dokumen–dokumen yang secara detail
mencakup semua bidang pekerjaan, yang menjadi objek penelitian dan pengamatan
komunikasi.

.3.1 Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mengamati dan
mencatat secara sistematis (Gorrys Keraf, 2001: 162). Teknik obeservasi ini dilakukan
oleh penulis dengan melihat secara langsung di seluruh bagian program.

23

.3.2 Wawancara
Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara mengajukan
pertanyaan langsung kepada informan atau seseorang otoritas (seseorang yang ahli
atau berwenang dalam suatu masalah) (Gorys Keraf,2001:161). Pengumpulan data
dilakukan dengan cara bertanya secara langsung kepada informan yang berkaitan
dengan data yang dibutuhkan. Adapun teknik ini penulis lakukan dengan cara bertanya
langsung kepada pegawai TVRI Jawa Tengah.

.3.3 Metode Pustaka
Metode pustaka merupakan metode pengumpulan data dengan cara membaca atau
memanfaatkan buku untuk memperoleh kesimpulan – kesimpulanatau pendapat ahli
dengan menempatkan metode tersendiri untuk merumuskan sesuatu pendapat baru
yang berikut lebih menekankan pengutipan–pengutipan untuk memperkuat uraian
(Gorys Keraf,2001: 25).

24

BAB V
HASIL KULIAH KERJA KOMUNIKASI

5.1 Aktifitas Pra Lapangan
Sebelum Penulis melakukan penulisan laporan, terlebih dahulu mengikuti prosedur
administrasi Kuliah Kerja Komunikasi (K3), sebagai berikut :
A.

Mencari lokasi Kuliah Kerja Komunikasi

B.

Menyiapkan persyaratan administrasi Kuliah Kerja Komunikasi, seperti :
B.1

Membawa sumbangan buku di bidang ilmu komunikasi, minimal 200
halaman dengan kualitas cetakan kertas putih (bukan fotocopyan) , yang
disetujui oleh koordinator K3.

B.2

Membawa fotocopy KRS, untuk menunjukan mata perkuliahan K3 telah
diambil di KRS.

B.3

Membawa fotocopy kartu Perpustakaan Fakultas Teknologi Informasi dan
Komunikasi Universitas Semarang.

B.4
C.

Membawa fotocopy bukti pembayaran K3, dan menunjukkan yang asli.

Mahasiswa membawa persyaratan diatas dan mendaftar di tata usaha (TU)
fakultas dan mahasiswa akan mendapatkan :
C.1

Buku pedoman K3.

C.2

Map.

C.3

Form permohonan K3.

25

C.4
D.

Form penilaian K3 untuk perusahaan.

Konsultasi dengan coordinator K3 mengenai tempat K3 dan peminatan bidang
kerja yang akan di ambil.

E.

Mengisi formulir permohonan K3 atau form K3 -1, yang kemudian diserahkan ke
TU fakultas untuk di buatkan surat pengantar keperusahaan.

F.

Mahasiswa menyerahkan surat pengantar permohonan K3 keperusahaan atau
instansi yang dipilih.

G.

Setelah mendaptakan persetujuan dari perusahaan atau instansi, maka mahasiswa
menyerahkan surat balasan tersebut kepada koordinator K3 untuk memproses :
G.1

penentuan dosen pembimbing.

G.2

Pembuatan surat tugas K3.

H.

Mahasiswa melaksanakan K3 sesuai jadwal dari mahasiswa itu sendiri.

I.

Setelah K3 di perusahaan, di lanjutkan pembuatan laporan dengan

di bombing dosen pembimbing yang telah di tentukan.

5.2 Aktivitas saat di Lapangan
Pelaksanaan Kuliah Kerja Komunikasi di LPP TVRI Stasiun Jawa Tengah
berlangsung selama dua bulan, yakni pada tanggal 11 Januari – 11 Maret 2015. Penulis
ditempatkan pada bagian Program. Selama pelaksanaan Kuliah Kerja Komunikasi
Penulis mengikuti kegiatan perkenalan dengan staff dan diberikan pembekalan secara
langsung oleh Ketua Bagian Program bapak Heru. Beliau memberitahu apa saja yang
dilakukan di bagian program di TVRI Jawa Tengah.
5.2.1

Aktivitas Minggu Pertama

26

Minggu Pertama tanggal 11 s/d 16 Januari 2015, Penulis diperkenalkan kepada
pegawai LPP TVRI Jawa Tengah yang berada di bidang program dan yang berhubungan
dengan produksi sebuah acara. Penulis masih di dampingi berkeliling tempat yang ada di
LPP TVRI Jawa Tengah seperti studio produksi acara, produksi berita, ruang control dll.
Di beberapa ruangan seperti ruang control juga di jelaskan bagaimana proses sebuah
program televisi bisa di siarkan.
5.2.2

Aktivitas Minggu Kedua
Minggu Kedua tanggal 19 s/d 23 Januari 2015, Penulis diberikan materi tentang

program acara. Penulis mendapatkan beberapa ilmu yang sebelumnya belum pernah
diketahui. Penulis di ajak untuk melihat produksi program acara TVRI seperti Kromatis
(Keroncong Romantis) dan Solusi Sehat di studio, disitu penulis diajari bagaimana
menjadi seorang FD (Floor Director). Dalam tugas menjadi FD acara Kromatis
(Keroncong Romantis) adalah memepersiapkan segala kebutuhan sebelum produksi
dimulai seperti persiapan penyanyi dan pengisi acara serta penataan letak sudut
pengambilan kamera. Penulis juga di ajarkan untuk berinteraksi kepada pengisi acara
agar komunikasi antara FD dengan pengisi acara dapat berjalan lancar dengan aba aba
dari FD. Selain tugas memepersiapkan segala hal pra produksi penulis juga diminta
untuk membagikan rundown kebagian controlling.
5.2.3

Aktivitas Minggu Ketiga
Minggu Ketiga tanggal 26 s/d 30 Januari 2015, Penulis di ajari untuk membuat

sebuah rundown acara Kromatis (Keroncong Romantis) lalu diberitahu kepada siapa saja
rundown itu diberikan dan fungsinya apa membagikan rundown acara tersebut. Penulis

27

juga membantu FD program acara Kromatis (Keroncong Romantis) untuk mengatur
Pengisi acara dan penyanyinya live program acara Kromatis (Keroncong Romantis).
Selain itu penulis juga di berikan kesempatan untuk menjadi FD Kromatis (Keroncong
Romantis) agar lebih paham dengan proses yang berlangsung dengan di dampingi oleh
FD.
5.2.4

Aktivitas Minggu Keempat
Minggu Keempat tanggal 2 s/d 6 februari 2015, Penulis masih sama seperti

biasanya membuat rundown membagikan rundown dan penulis juga diberikan
kesempatan untuk menjadi FD program lain seperti acara Solusi Sehat. Penulis dan
teman penulis di percaya untuk memegang peran FD tersebut sendirian tanpa
pendamping. Penulis hanya berada di studio kecil bersama dua cameraman dan pengisi
acara. Penulis juga diberikan tugas untuk mengisi laporan evaluasi dan pola acara yang
sebelumnya telah di bimbing terlebih dahulu.
5.2.5

Aktivitas Minggu Kelima
Minggu Kelima tanggal 9 s/d 14 Februari 2015, Penulis masih bekerja seperti

biasanya membuat rundown membagikan rundown dan penulis diberikan kesempatan
lagi menjadi seorang FD. Sebelum acara dimulai penulis untuk meminta materi lagu
kepada pengisi acara Ceria Anak SD, kemudian membantu FD untuk mengatur anak –
anak SD yang perlu kesabaran. Penulis juga menjadi FD acara Kromatis (Keroncong
Romantis) penulis juga di beri tanggung jawab untuk menanyakan lagu apa saja yang

28

nantinya akan di nyanyikan kepada pengisi acara sehingga penulis akan paham
bagaiamana proses acara Kromatis (Keroncong Romantis).
5.2.6

Aktivitas Minggu Keenam
Minggu Keenam tanggal 17 s/d 21 Februari 2015, Penulis di ajarkan tentang

bagaimana cara mengoprasikan camera di sebuah acara live Kromatis (Keroncong
Romantis), Serta Taping program acara Cerita Anak SD untuk dua kali episode.
Kemudian penulis di ajak survey lapangan untuk program acara kuliner di kotak laten
pada tanggal 19 februrari 2015.
5.2.7

Aktivitas Minggu Ketujuh
Minggu Ketujuh tanggal 23 s/d 28 Februari 2015, Penulis membantu untuk

tapping program acara Warung Kopi Gayeng. Penulis juga di tugasi untuk membantu
menyusun pola acara dengan jadwal yang sudah ada untuk bulan Maret 2015. Untuk
program acara Dzikir, Ronce Budaya, Segoro Banyu dan Musik Dangdut

29

(Rundown Harian Program Acara Di LPP TVRI Jawa Tengah)
5.2.8

Aktivitas Minggu Kedelapan
Minggu Kedelapan 3 s/d 11 Maret 2015 penulis dan teman penulis membantu dan

ditugaskan menyeluruh untuk bertugas sebagai FD acara Kromatis (Keroncong
Romantis) dengan ilmu ilmu yang diberikan minggu minggu lalu. Kenapa penulis
diharuskan menjadi FD ? karena dengan menjadi FD penulis akan menjadi paham
bagaimana proses jalannya acara Kromatis (Keroncong Romantis).
5.3 Aktivitas Pasca di lapangan
Pasca Kuliah Kerja Komunikasi, Penulis menjadi lebih paham dan mengerti
tentang apa yang dilakukan pada proses produksi acara Kromatis (Keroncong Romantis)
di stasiun TVRI Jawa Tengah. Penulis juga mengerti bagaimana koordinasi dan ketepatan
waktu sangat penting dalam menjalankan aktivitas di dalam instansi media massa.
Setelah melaksanakan Kuliah Kerja Komunikasi selama kurang lebih 2 bulan, Penulis di
haruskan membuat laporan secara mandiri tentang hasil Kuliah Kerja Komunikasi yang
telah dilaksanakan. Penyerahan Laporan Kuliah Kerja Komunikasi dilampiri dengan form
nilai dari pembimbing lapangan dari LPP TVRI Jawa Tengah dan lembar pengesahan
yang di sahkan oleh Bussines Representative Manager, dosen pembimbing dan ketua
jurusan.

5.4 Evaluasi
Menurut Wibowo, 2007:23 produksi acara televisi adalah suatu proses kreatif
yang melibatkan penggunaan peralatan-peralatan yang rumit dan koordinasi sekelompok

30

individu

yang

mempunyai

kepekaan

estetis

dan

kemampuan

teknis

untuk

mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kepada penonton. Di bagian manapun kita
berperan, harus di sadari bahwa proses produksi televisi adalah suatu team work.
Banyaknya peralatan dan bagian untuk mendukung suatu produksi siaran TV, maka
kemampuan berkomunikasi dalam kelompok sangat dibutuhkan agar tidak terjadi sebuah
miss communication dalam proses produksi yang memungkinkan akan terjadi gangguan
ketika proses penayangan berlangsung.
Di saat menjalankan Kuliah Kerja Komunikasi di LPP TVRI Jawa Tengah,
Penulis dan teman teman penulis selalu dituntut untuk bisa bekerja dalam tim atau team
work, ini karena dalam sebuah proses produksi acara televisi dibutuhkan kerjasama tim
yang solid agar tidak terjadi kesalahan sekecil apapun. Penulis juga diajak untuk berfikir
kreatif dalam proses pembuatan program acara televisi. Selain itu, penulis juga diminta
untuk membantu mempersiapkan tahapan tahapan untuk memproduksi program acara
Kromatis (Keroncong Romantis).
Adapun tahapan tahapan tersebut adalah proses Pra Produksi Sebuah program
acara berawal dari sebuah ide atau gagasan baik perseorangan atau kelompok
(teamwork), yang diteruskan dengan proses tukar pikiran (brainstorming). Baru setelah
itu dilakukan penyesuaian-penyesuaian (adaptasi) agar didapatkan sebuah program yang
terstruktur dan rapi, biasanya sudah berupa naskah cerita (skenario) untuk drama atau
rundown program acara non-drama dan news (Ciptono Setyobudi, 2012 : 55). Pada
tahapan ini penulis dan teman teman penulis membantu produser untuk menyusun
rundown program acara dan mempersiapkan daftar lagu yang akan dimaninkan di acara
Kromatis (Keroncong Romantis).

31

Kemudian masuk ke Proses Produksi, Memvisualisasikan konsep naskah atau
rundown acara agar dapat dinikmati pemirsa, dimana pada tahap ini sudah melibatkan
bagian lain yang bersifat teknis (engineering), karena harus memvisualisasikan gagasan
atau ide saat brainstorming maka harus menggunakan peralatan (equipment) dan operator
terhadap peralatan yang dioperasikan atau lebih dikenal dengan istilah production service
(Ciptono Setyobudi, 2012 : 55).
Pada tahapan produksi ada 3 elemen yang paling mendasar dan menjadi sebuah
perangkat sistem yang tidak bisa ditinggalkan, yaitu :
1. Tata Kamera
Beragam angle kamera, seperti Extreme Long Shoot (ELS), Very Long Shoot (VLS), Long
Shoot, Full Shoot, Medium Shoot, Medium Close Up, Close Up, Extreme Close Up
(Ciptono Setyobudi, 2012 : 35-38).
2. Tata Cahaya
Hal dasar yang harus diketahui dari penataan cahaya yaitu key light (sinar utama pada
subyek), fill light (untuk mengurangi bayangan), back light (terarah, menghasilkan latar
yang gelap), base light (penyinaran yang menyebar dan rata) dan over exposure
(pencahayaan yang berlebih intensitas dan waktu pencahayaan yang lama) (Ciptono
Setyobudi, 2012 : 38-39).
3. Tata Suara

32

Tata suara (audio) merupakan elemen yang penting juga dalam produksi televisi, karena
tata suara mampu mengekspresikan situasi secara jelas juga sebagai pendukung elemen
yang lain seperti tata artistik (Ciptono Setyobudi, 2012 : 40)
Pada saat proses produksi, penulis dan teman teman penulis membantu para kameramen
untuk menentukan tata kamera yang dibutuhkan untuk acara Kromatis (Keroncong
Romantis) serta membantu FD atau Floor Director untuk mengatur pengisi acara kapan
waktunya masuk ke panggung dan kapan waktunya keluar, Penulis pun juga diberikan
tugas untuk memberi aba aba kepada pembawa acara untuk memulai acara dan menutup
acara.
Pada tahap Pasca Produksi merupakan hasil dari semua kegiatan yang telah
diproduksi. Ada beberapa tahapan sebelum program acara Kromatis (Keroncong
Romantis) dipancarkan. Pertama Editing, proses penyusunan gambar menjadi sebuah
cerita yang padu dan berkesinambungan sesuai dengan konsep naskah. Kemudian
Preview, sebelum program di print untuk disiarkan, maka dilakukan preview oleh
produser untuk memastikan program benar-benar sudah sesuai dengan naskah dan
konsep. Kemudian Transmisi, setelah semua urusan editing selesai, selanjutnya masuk
pada bagian transmisi. Yaitu bagian on air penyiaran program (Wibowo, 2007:45).

Di tahapan pasca produksi, penulis dihadapkan dengan satu software yang umum
digunakan di media untuk editing video yaitu Adobe Premiere. Memang terdapat sedikit
kendala ketika menggunakan software tersebut karena ketika penulis di ajarkan software
tersebut hanya beberapa kali dan di situlah penulis belajar dan sedikit banyak membantu

33

dalam menerima tugas atau pekerjaan yang diberikan oleh pembimbing Kuliah Kerja
Komunikasi.
Setelah dinyatakan menyelesaikan Kuliah Kerja Komunikasi (K3) di LPP TVRI
Jawa Tengah bagian Program, Penulis dapat mengkorelasikan antara ilmu yang di
dapatkan di perkuliahan dan tempat Kuliah Kerja Komunikasi, Pada saat mengikuti mata
kuliah seperti Produksi Acara Televisi dalam pembuatan produksi acara televisi, penulis
dapat mempraktekan ilmu yang sudah didapat seperti kerjasama tim saat proses produksi
program acara, kemudian tahapan tahapan untuk membuat sebuah program acara dengan
benar, dan juga cara–cara menggunakan software seperti Adobe Premiere dan Photoshop
dengan baik.

34

BAB VI
PENUTUP
.1

Kesimpulan
Dari hasil Kuliah Kerja Komunikasi yang telah penulis jalani selama dua bulan di
TVRI Jawa Tengah, penulis mendapat banyak pengetahuan dan pengalaman dalam bidang
penyiaran televisi dan mendapatkan pelajaran baik praktek maupun teori yang tidak didapat
selama kuliah.
Dari pengalaman yang di peroleh, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa,
dalam bidang program dibutuhkan kreatifitas untuk membuat sebuah program acara televisi.
Tidak terkecuali acara Kromatis (Keroncong Romantis) yang sangat membutuhkan
kreatifitas yang tinggi serta kerjasama tim yang di kedepankan. Penulis mendapatkan
pengalaman memegang acara Kromatis (Keroncong Romantis) dengan mengemban peran
sebagai seorang floor director.
Kegiatan magang ini tentunya menjadi bahan pelajaran dan pengalaman yang
berharga bagi penulis, yang mungkin tidak bisa diperoleh orang lain dalam waktu dan
kesempatan yang sama. Penulis tidak hanya mendapatkan pengalaman kerja broadcasting
sesungguhnya (praktek) melainkan juga mendapatkan pelajaran bagaimana menghadapi
orang lain dan membagi waktu agar tugas yang penulis peroleh tidak terlantar.

.2

Saran

35

Berdasarkan pengalaman penulis selama magang, sebagai solusi dalam mengatasi
kendala yang ada, penulis memberikan saran yang nantinya dapat menjadi masukan bagi
pihak yang bersangkutan, khususnya pihak Fakultas dan TVRI selaku penyelenggara
magang.

6.2.1

Kepada Pihak Fakultas

a. Dipermudahkan birokrasi administrasi dalam memperoleh surat yang dibutuhkan
untuk mengajukan magang.
b. Adanya peraturan yang berlaku mengenai penentuan waktu magang agar mahasiswa
tidak ada keterlambatan magang atau bahkan ketertinggalan kuliah dikarenakan
magang.
6.2.2 Kepada Pihak LPP TVRI
Memberikan pelatihan intensif kepada mahasiswa magang agar para mahasiswa magang
mampu memperoleh ilmu secara maksimal dengan cara pembatasan mahasiswa magang,
dan juga dapat menerapkan dalam situasi kerja nyata.

36

Daftar Pustaka
Darwanto SS. 1991. Produksi Acara Televisi. Yogyakarta: MMTC.
___________. 2007. Televisi Sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ciptono Setyobudi. 2012. Teknologi Broadcasting TV. Yogyakarta: Graha Ilmu
Marzuki. 2002. Metodologi Riset. Yogyakarta: Prasetya Widi Pratama.
Muda, Deddy Iskandar. 2005. Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Profil TVRI Jawa Tengah dari situs
http://www.tvrijateng.com/content.php?page=profile diakses pada 15 Maret 2016, pukul 19.00
WIB
Utterback, Andrew. 2007. Studio Television Production And Directing: Studio-Based Television.
USA: Focal Press
Wibowo, Fred. 2007. Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta: Pinus Book Publisher.
Wahyudi, J. B.. 1992. Teknologi Informasi Dan Produksi Citra Bergerak. Bandung: Gramedia
Pustaka Utama.

37

Daftar Lampiran

38

39