Transformasi Ormas Menjadi Partai Politik ( Studi Tentang Ormas Persatuan Indonesia menjadi Partai Persatuan Indonesia)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Kehidupan Masyarakat Indonesia terdapat bermacam-macam kepentingan dan
keinginan untuk ikut berpartisipasi mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat. Berbagai ide dan gagasan dari sekelompok orang, diwujudkan sebagai bentuk
keikutsertaan dan kepedulian untuk turut serta mewujudkan kesejahteraan dan
kemakmuran bangsa ini. Oleh karena itu, banyak sekali dibentuk perkumpulanperkumpulan di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut
paham demokrasi, yang artinya pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat. Kemudian dijalankan melalui mekanisme kelembagaan yang bernama Partai
Politik.

Kemudian Partai Politik

saling

berkompetisi secara sehat

untuk


memperebutkan kekuasaan pemerintahan negara, melalui mekanisme pemilihan
umum. Inilah wujud dari adanya hak asasi manusia yang telah diakui dan dijamin
oleh Undang-Undang dasar Republik Indonesia tahun 1945 yaitu hak untuk
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pikiran serta pendapat.
Perkembangan Partai Politik di Indonesia tidak terlepas dari hak dan kewajiban
warga negara dalam memberikan partisipasi politik serta membentuk karakter bangsa
dalam rangka memelihara persatuan dan kesatuan bangsa, dan Momentum pemilu
tahun 2004 merupakan saat yang sangat bersejarah bagi perjalanan demokrasi di
negeri ini. Pemilu di tahun 2004 ini menjadi pemilu pertama yang memungkinkan
rakyat memilih langsung wakil mereka untuk duduk di DPR, DPD, dan DPRD serta
memilih Presiden dan Wakil Presiden. 1 Berdasarkan sistem demokrasi yang telah
berjalan melalui pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung. Sejak tahun
2004, bentuk pendidikan politik bagi masyarakat yang membawa dalam situasi
politik praktis dengan berbagai macam Partai Politik yang bermunculan dari tahun ke
1

www.kpu.go.id diakses pada tanggal 12 Desember 2015 Pukul 20.05 WIB.

Universitas Sumatera Utara


tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan politik bagi masyarakat merupakan
bagian yang penting dalam membangun sistem pemerintahan yang kuat dan
berkelanjutan.
Berdasarkan Pasal 31 ayat (1) dalam Undang-Undang nomor 2 Tahun 2008
Tentang Partai Politik menyebutkan bahwa Partai Politik melakukan pendidikan
politik bagi masyarakat sesuai dengan ruang lingkup tanggung jawabnya dengan
memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender. 2 Maka, dapat dinyatakan bahwa
pendidikan politik bagi masyarakat merupakan suatu ruang lingkup dalam upaya
meningkatkan kesadaran atas hak dan kewajibannya dalam berpolitik, terutama
memberikan partisipasi politik dengan kemandirian, kedewasaan dan membangun
karakter bangsa dengan tujuan utama memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.
Selain itu, Partai Politik diharapkan mampu membangun iklim berdemokrasi yang
berlandaskan pada Pancasila sebagai wadah bagi masayarakat dalam memberikan hak
dan kewajibannya dalam berpolitik.
Pendidikan politik oleh Partai Politik penting diimplementasiakan kepada usaha
peningkatan kesadaran berdemokrasi sebagai salah satu upaya untuk menjabarkan
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat, yakni pemerintahan yang
kewenangannya pada rakyat. Pelaksanaan dari demokrasi ini telah dilakukan dari
dahulu di berbagai daerah di Indonesia, hingga Indonesia merdeka sampai sekarang
ini. Demokrasi di negara Indonesia bersumber dari Pancasila dan UUD’45 sehingga

sering disebut dengan demokrasi pancasila. Demokrasi pancasila berintikan
musyawarah untuk mencapai mufakat, dengan berpangkal tolak pada paham
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Partai Politik

merupakan keharusan dalam kehidupan politik modern yang

demokratis. Sebagai suatu organisasi, Partai Politik secara ideal dimaksudkan untuk
mengaktifkan dan memobilisasi rakyat, mewakili kepentingan tertentu, memberikan
jalan kompromi bagi pendapat yang saling bersaing, serta menyediakan sarana

2

UUD No. 2 Tahun 2008. Tentang Partai Politik.

Universitas Sumatera Utara

suksesi kepemimpinan politik secara absah (legitimate) dan damai. 3 Secara umum
Partai Politik dikatakan sebagai suatu kelompok yang terorganisir yang anggotaanggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan
kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan melalui kekuasaan itu,

melaksanakan kebijakan mereka. 4 Demikian pula Partai Politik merupakan perantara
yang besar yang menghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideologi-ideologi sosial
dengan lembaga-lembaga pemerintahan yang resmi dan publik politik yang lebih
luas. 5
Indonesia terdapat trend baru dalam pendirian Partai Politik, yaitu sebagai
pecahan atau sempalan karena adanya politisi-politisi yang kecewa di partai
sebelumnya. Konflik internal, kekecewaan terhadap pemimpin, dan garis kebijakan
partai, terhambatnya proses regenerasi kader, dan tertutupnya aspirasi politik
merupakan faktor-faktor penyebab keluarnya sejumlah politisi dari suatu Partai
Politik. Mereka yang keluar dari suatu Partai Politik sepakat satu dengan yang lain
untuk membentuk partai sempalan atau pecahan. Karena partai baru yang mereka
dirikan memiliki sejumlah kesamaan karakteristik dengan partai lama yang mereka
tinggalkan. Kita dapat melihat secara visual dari atribut partai misalnya, bendera, dan
bentuk logo partai sampai ke ideologi partai. 6
Partai Politik dapat juga lahir sebagai institusional kelompok-kelompok yang
sudah ada di dalam masyarakat. Dalam hal ini, individu-individu dan kelompok
bukannya didasarkan pada ideologi politik, tetapi lebih karena kesamaan hobi,
pekerjaan, permasalahan yang dihadapi, atau karena tergabung pada suatu asosiasi,
klub, ikatan, organisasi kemasyarakatan, dan grup sosial lainnya. Ketertarikan
kelompok-kelompok masyarakat ini terhadap dunia politik hanya akan terjadi apabila

kepentingan mereka dirasakan terancam oleh pengambil kebijakan di tingakat daerah

3

Ichasul Amal, 1996. Teory Mutakhir Partai Politik. Yogyakarta : Tiara Mutiara, hal.11.
Miriam Budihardjo. 1981. Partisipasi dan Partai Politik-Sebuah Bunga Rampai. Jakarta : PT Gramedia, hal. 14.
5
Drs. M. Rusli Karim.1993. Perjalanan Partai Politik Di Indonesia. Jakarta: Citra niaga Rajawali. hal. 32.
6
Firmanzah Ph.D. 2008. Mengelola Partai Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hal 63

4

Universitas Sumatera Utara

atau nasional. Sehingga mereka merasa perlu memperjuangkan eksistensi kelompok
mereka.
Organisasi yang tadinya tidak didesain untuk terlibat dalam politik ‘electoral’
akhirnya terlibat untuk menyuarakan aspirasi politiknya. Salah satu contoh di
Indonesia sendiri, banyak sekali organisasi keagamaan maupun organisasi

kemasyarakatan yang melalui muktamar dan kesepakatan elite organisasi lalu
memutuskan untuk membentuk Partai Politik. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
tidak dapat dilepaskan dari organisasi Nadlathul Ulama. Lambang partai ‘Bintang
Sembilan’ merupakan istilah yang sangat di kenal dikalangan Nadlathul Ulama dan
merupakan identitas NU. Sehingga tidak mengherankan apabila PKB dianggap
sebagai rumah politik NU. Pola pendirian partai seperti ini juga dapat kita temui di
partai lain seperti PAN dengan Muhamadiyah. 7 Partai HANURA yang dengan
Perhimpunan Kebangsaan (PK). Partai NasDem dengan Ormas Nasioanal Demokrat
(OND). Kemudian yang terbaru adalah pendirian Partai Persatuan Indonesia yang
diawali dengan membentuk Ormas Persatuan Indonesia.
Pembentukan Partai Persatuan Indonesia Bertolak dari pemahaman atas peluang
dan tantangan di atas, maka di tengah dinamika ketegangan politik antara kubu
Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP) di parlemen setelah
penyelenggaraan Pemilhan Presiden 2014 yang lalu, dibentuklah sebuah Partai Politik
baru yang luput dari perhatian publik. Partai Politik itu adalah Partai Persatuan
Indonesia (Perindo) pimpinan Hary Tanoesoedibjo, seorang Tokoh Nasional dan
pengusaha sukses di bidang media yang sebelumnya pernah bergabung di Partai
Nasdem dan Partai Hanura. Pembentukan partai ini bukanlah secara tiba-tiba,
melainkan telah dipersiapkan cikal bakalnya jauh-jauh hari dalam bentuk ormas
Persatuan Indonesia yang dideklarasikan di Jakarta pada 24 Februari 2013

oleh Hary Tanoesoedibjo bersama tokoh nasional lainnya.

7

Ibid. hal. 62.

Universitas Sumatera Utara

Struktur Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Indonesia 8 yaitu Ketua
Umum adalah Hary Tanoesoedibjo, Ketua Bidang Organisasi yaitu Syafril Nasution,
Ketua Bidang Kader Anggota dan Saksi ialah Armyn Gultom, Ketua Bidang Litbang
dan IT yaitu Sururi Alfaruq, Ketua Bidang Politik ialah Arya Mahendra Sinulingga,
Ketua Bidang Pendidikan dan Kebudayaan yaitu Budiyanto Darmastono, Ketua
Bidang Hukum dan Advokasi adalah Christophorus Taufik, Ketua Bidang
Pemberdayaan

Perempuan yaitu

Ekonomi yaitu


A.

Wishnu

Ratih

Purnamasari,

Handoyono,

Ketua

Ketua

Bidang

Bidang

Sosial


Hubungan

Antar

Lembaga adalah Mohammad Yamin Tawary, Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri
dan Pertahanan Keamanan yaitu Didi Supriyanto, Ketua Bidang Pemuda Pemilih
Pemula yaitu Anna Luthfie, Sekretaris Jenderal adalah Ahmad Rofiq, Bendahara
Umum yaitu Henry Suparman.
Meski sebagai Partai Politik baru, Partai Persatuan Indonesia telah memiliki
badan hukum yang sah berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Nomor: M.HH-03.AH.11.01 Tahun 2014 tertanggal 08
Oktober 2014. Oleh karena itu, dengan status badan hukum, berarti satu tahapan
verifikasi yang wajib diikuti Partai Persatuan Indonesia telah terlampaui. Tahapan
selanjutnya yang mesti dilewati adalah verifikasi yang dilakukan KPU lolos sebagai
Partai Politik peserta pemilu. Status sebagai partai peserta pemilu, Partai Persatuan
Indonesia akan ikut menentukan dalam kompetisi politik tahun 2019 yang akan
datang. ”Persatuan Indonesia” sebagai nama partai diambil dari isi sila ketiga
Pancasila. Penggunaan nama tersebut tentu mengandung maksud dan tujuan, dasar
pertimbangan filosofis, serta konsekuensi logis yang harus dapat dipertanggung
jawabkan. Partai Persatuan Indonesia memahami realitas sejarah bahwa masalah

persatuan di Indonesia senantiasa mengalami pasang-surut seiring dengan dinamika
dan perkembangan bangsa dan negara. Partai Persatuan Indonesia menjadikan
Pancasila sebagai ideologi partai dan meyakini bahwa Pancasila adalah ideologi yang
8

Struktur Pengurus Dewan Pimpinan Pusat Partai persatuan
https://partaiperindo.com/?page_id=6. Diakses 13 Mei 2016. Pukul 18:28

Indonesia.

Lihat

Dalam

Universitas Sumatera Utara

benar, tepat, dan menyelamatkan, karena telah teruji dan terbukti mampu melewati
dengan selamat berbagai ujian dan cobaan disintegrasi dalam proses perjalanan
bangsa, dan tetap berhasil mempersatukan bangsa yang sangat majemuk ini. Bagi
Partai Persatuan Indonesia, Pancasila merupakan sumber inspirasi dan motivasi, serta

rujukan sekaligus tolok ukur keberhasilan perjuangan partai dalam proses
pembangunan bangsa. Konsekuensi logis dari penggunaan nama tersebut, maka Partai
Persatuan Indonesia harus mampu berperan sebagai garda terdepan Persatuan
Indonesia. Partai Persatuan Indonesia harus senantiasa proaktif mengingatkan seluruh
komponen bangsa mengenai urgensi persatuan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Partai Persatuan Indonesia digagas sebagai partai modern
yang merupakan hasil perpaduan dari karakteristik partai kader dan partai massa. Jati
diri partai secara singkat dapat dirumuskan sebagai ”Partai modern yang menjadi
garda terdepan Persatuan Indonesia, menjunjung tinggi prinsip keadilan, memelihara
nilai-nilai luhur budaya bangsa, berbasis pada kekuatan rakyat, dan berorientasi pada
kesejahteraan rakyat dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Pendirian Persatuan Indonesia merupakan tahap penjajakan dari sebuah Partai
Politik. Ormas tersebut bukan ormas biasa. Tidak dimaksudkan sebagai ormas
selamanya. Akan tetapi, dipersiapkan sebagai kekuatan politik yang dapat mengikuti
kompetisi pemilu. Tidak dipungkiri oleh partai lain, pendirian Partai Persatuan
Indonesia akan berkembang pesat dengan adanya kekuatan Media yang dimiliki oleh
ketua Partai Persatuan Indonesia. Partai Persatuan Indonesia yang merupakan partai
yang bertransformasi dari organisasi masyarakat untuk berkepentingan politik.
Sebelumnya, Ormas Persatuan Indonesia didirikan dengan tujuan untuk mengatasi
kesenjangan sosial di Indonesia, tetapi dengan berkembangan politik di Indonesia
terlalu pesat, maka organisasi masyarakat Persatuan Indonesia bertransformasi ke
Partai Persatuan Indonesia. Partai Persatuan Indonesia yang diketuai oleh Hary
Tanoesudibjo selaku CEO MNC Group tentunya akan mengangkat perkembangan
Partai Persatuan Indonesia di kalangan masyarakat dan perpolitikan di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

Atas pernyataan sebelumnya, bahwa penulis ingin mendeskripsikan proses Ormas
Persatuan Indonesia bertransformasi menjadi Partai Persatuan Indonesia khususnya di
Provinsi Sumatera Utara.

1.2 Perumusan Masalah
Perubahan Ormas Persatuan Indonesia menjadi Partai Politik yang terjadi di
tingkat nasional juga berpengaruh di daerah daerah lain, khususnya di Sumatera
Utara. Ormas Persatuan Indonesia sudah ada semenjak tahun 2013 dan memiliki basis
massa yang cukup besar di Indonesia. Oleh karena itu, pendirian Ormas Persatuan
Indonesia memungkinan untuk menjadi Partai Politik di Indonesia dan kemudian
didukung oleh kekuatan lokal dan pengaruh elit lokal yang ada di Sumatera Utara.
Selain itu elit lokal juga mempengaruhi terbentuknya Partai Persatuan Indonesia di
Sumatera Utara. Ini jelas bahwa perubahan struktur yang terjadi diakibatkan karena
kekuatan lokal di Sumatera Utara. Sekalipun terdapat banyak perubahan yaitu
perubahan infrastruktur, AD/ART yang terjadi di Partai Persatuan Indonesia.
Sebenarnya sudah tampak jelas bahwa terjadinya transformasi ke Partai Politik
bertujuan untuk mengambil kekuasaan. Penulis ingin menjelaskan secara deskriptif
dengan data yang diperoleh untuk melihat mekanisme maupun proses yang terjadi.
Dalam hal ini pertanyaan peneliti yang akan dijawab yaitu,
1. Siapa sajakah elit lokal di Sumatera Utara yang mendukung pendirian Partai
Persatuan Indonesia ?
2. Bagaimana perananan elit lokal Sumatera Utara dalam pendirian Partai
Persatuan Indonesia di Sumatera Utara ?

1.3 Pembatasan Masalah
Penulisan ini memperjelas dan memaparkan dalam menghasilkan data yang
akurat mengenai mekanisme perubahan Ormas Persatuan Indonesia menjadi Partai
Persatuan Indonesia yang ada di Sumatera Utara. Hal ini menarik, mengingat terjadi
perubahan yang begitu instan, seperti yang penulis jelaskan di rumusan masalah.

Universitas Sumatera Utara

Kendala keterbatasan waktu dan kemampuan faktor ekonomi, peneliti hanya
menjelaskan mengenai perubahan infratruktur, struktur, AD/ART yang terjadi di
dalam Transformasi Partai Persatuan Indonesia di tingkat DPW Sumatera Utara.

1.4 Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk menganalisis elit lokal di Sumatera Utara yang mendukung
pembentukan Partai Persatuan Indonesia di Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui peranan elit Sumatera Utara dalam pendirian Partai
Persatuan Indonesia dari ormas ke Partai Politik di Sumatera Utara.

1.5 Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik bagi peneliti
maupun bagi orang lain. Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan baru bagi peneliti
dalam mengembangkan kemampuan berfikir untuk menulis karya ilmiah.
2. Secara teoritis, penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang dapat
memberikan kontribusi pemikiran politik dan kepentingan politik di dalam
Ormas Persatuan Indonesia.
3. Secara akademis, sebagai bahan referensi bagi peneliti berikutnya dalam topik
yang relevan khususnya mahasiswa departemen ilmu politik. Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
1.6 Kerangka Teori.
1.6.1. Teori Elit
Kehidupan bermasyarakat dapat ditemukan adanya perbedaan di antara umat
manusia satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu tidak hanya sebatas perbedaan yang
bersifat fisik, tetapi juga perbedaan lainnya seperti bakat keterampilan dan kekayaan.

Universitas Sumatera Utara

Perbedaan tersebut dapat dinyatakan sebagai titik awal bagi munculnya kelompokkelompok yang mempunyai keunggulan apabila dibandingkan dengan kelompok
lainnya dalam suatu masyarakat yang sama. Anggota masyarakat yang mempunyai
keunggulan pada gilirannya akan tergabung dalam suatu kelompok yang lebih dikenal
dengan sebutan elit. 9
Elit yang sering diartikan sebagai sekumpulan orang sebagai individu yang
suverior, yang berada dengan massa yang menguasai jaringan-jaringan kekuasaan
adalah sekelompok yang berada di lingkaran kekuasaan maupun yang sedang
berkuasa. Menurut buku Teori Politik Modern, Pareto menjelaskan bahwa membagi
stratifikasi masyarakat ke dalam dua kategori yaitu: 10
1. Elite yang memerintah (governing elit), kelas ini terdiri dari individu-individu
yang secara langsung atau tidak langsung mengendalikan dan memainkan
peranan yang besar .
2. Elit yang tidak memerintah (non-elite). Kelas ini terdiri dari individu-individu
di luar sirkulasi pemerintah.

Elit berdasarkan kajian teoritis yang dibagun awal-awalnya oleh Mosca dalam
The Rulling Class, Pareto dan Michels mempunyai beberapa prinsip umum yaitu: 11
1. Adanya kekuasaan politik, seperti juga barang-barang sosial lainnya di
distribusikan dengan tidak merata. Gagasan Pareto tentang orang berdasarkan
pemilikan akan barang yang berwujud kekayaan, kecakapan atau kekuasaan
politik merupakan hal yang menunjukkan prinsip itu.
2. Secara umum masyarakat di kategorikan ke dalam dua kelompok, mereka
yang memiliki kekuasaan politik penting dan mereka yang tidak memilikinya.
3. Elit bersifat homogen, bersatu, dan memiliki kesadaran kelompok. Elit itu
bukan merupakan penjumlahan orang saja tetapi individu yang berada dalam
9

SP Varma. 2001. Teori Politik Modern. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. hal. 200
Ibid. hal 202.
11
Mas Mohtar dan Colin Mac Andrew, 1986. Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press. hal. 78-79.
10

Universitas Sumatera Utara

komunitas elit itu saling mengenal satu dengan yang lainnya, memiliki latar
belakang yang sama (walau memiliki pandangan yang berbeda), memiliki
nilai-nilai yang sama dan kepentingan yang sama. Dan anggotanya berasal
dari satu lapisan masyarakat yang sangat terbatas.
4. Elit mengatur sendiri kelangsungan hidupnya dan anggotanya berasal dari
satu lapisan yang sangat terbatas.
5. Elit bersifat otonom dan kebal akan gugatan dari siapapun yang diluar
kelompoknya mengenai keputusan-keputusan yang dibuatnya. Semua
persoalan politik penting diselesaikan menurut kepentingan atau tindakan
kelompok.
Secara Universal, Pareto memberikan konsep-konsep mengenai elit bahwa
dalam setiap masyarakat senantiasa ada dan harus ada suatu kelompok minoritas yang
menduduki jabatan komando yang memerintah dan memegang kendali atas
pemegang keputusan politik. 12 Elit politik itu dibedakan dari elit-elit lain yang kurang
dekat dihubungkan dengan penggunaan kekuasaan, meskipun mereka mungkin
memiliki pengaruh sosial yang besar. Seperti hal nya yang dapat kita lihat dengan
seketika, gagasan tentang elit pada mulanya dipertentangkan dengan gagasan tentang
sosial.
Elit sering diartikan sebagai individu-individu yang superior, yang berbeda
dengan massa yang menguasai struktur dan jaringan-jaringan kekuasaan atau
kelompok-kelompok sosial yang berbeda dalam lingkaran kekuasaan maupun yang
sedang melaksanakan kekuasaan. Menurut Pareto menyebutkan bahwa elit politik
terdiri dari dua komponen yaitu:
1. Elit politik lokal merupakan individu-individu yang menduduki jabatan politik
(kekuasaan) di eksekutif dan legislatif yang dipilih melalui pemilu dan dipilih
dalam proses yang demokratis ditingkat lokal, mereka yang menduduki
jabatan tinggi ditingkat lokal yang membuat kebijakan-kebijakan politik. Elit
12

SP Varma. 2001. Op.Cit. hal. 8

Universitas Sumatera Utara

politik itu seperti: Gubernur, Bupati, dan Walikota, pemimpin DPRD, para
anggota DPRD dan pemimpin-pemimpin Partai Politik
2. Elit non-politik lokal adalah seseorang atau individu yang menduduki jabatan
strategis dan mempunyai pengaruh untuk memerintah orang lain dalam
lingkup masyarakat. Elit non-politik ini seperti: elit keagamaan, elit organisasi
kemasyarakatan dan kepemudaan serta profesi dan lain sebagainya.

Menurut Pareto secara prinsip menyatakan pendapat bahwa disetiap sistem
masyarakat baik struktur masyarakat yang masih bersifat tradisional maupun tatanan
masyarakat modern, pasti ditemukan sekelompok kecil minoritas individu yang
memerintah anggota masyarakat lainnya. Pareto menyatakan bahwa setiap
masyarakat diperintah oleh sekelompok kecil orang yang mempunyai kualitas yang
diperlukan dalam kehidupan sosial dan politik. Kelompok kecil itu disebut dengan
elit, yang mampu menjangkau pusat kekuasaan. Elit adalah orang-orang yang berhasil
yang mampu menduduki jabatan tinggi dalam lapisan masyarakat.

1.6.2. Rekrutmen Politik
Dalam partai politik terdapat beberapa fungsi penting yang dijalankan partai
sebagai sarana dalam mengaplikasikan tujuan mereka. Salah satu fungsi partai politik
yang terkait dengan ini adalah rekrutmen partai politik. 13 Rekrutmen merupakan
suatu proses untuk mencari dan menyeleksi anggota untuk kegiatan regenerasi dari
sebuah organisasi, baik partai politik, lembaga pemerintahan maupun organisasi
lainnya. Namun, rekrutmen lebih dikenal dalam bahasa politik seperti yang terdapat
dalam buku Dasar-Dasar Ilmu Politik yang menyebutkan: “…proses mencari dan
mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai
anggota partai…” 14
13

Amal, Ichlasul. 1996. Edisi Teori-teori Mutakhir Partai Politik Edisi Revisi. Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogyakarta. Hal: 28
14
Budiardjo. Op.cit. hal:164

Universitas Sumatera Utara

Istilah rekrutmen lebih dikenal dalam bahasa perpolitikan, dan kemudian
diadopsi oleh partai politik seiring dengan kebutuhan partai akan dukungan
kekuasaan dari rakyat, dengan cara mengajak dan turut serta dalam keanggotaan
partai tersebut. Rekrutmen sendiri memiliki acuan waktu dalam prosesnya, maka
pada saat itu pula rekrutmen dilakukan pada saat partai memerlukan. Pendapat
lainnya yang mengemukakan pengertian rekrutmen politik oleh Ramlan Surbakti
dalam buku Memahami Ilmu Politik yang dimaksud rekrutmen politik adalah:
“Seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau
sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik
pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya, dengan mengkhususkan
kepada orang-orang yang mempunyai bakat yang cukup menonjol, partai politik
menyeleksi dan menempatkannya sebagai seorang calon pemimpin” 15

Rekrutmen politik partai dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan
sebagai ajang untuk mencari dan menyeleksi keanggotaan baru untuk diikutsertakan
dalam partai politik sebagai pembelajaran politik, disamping untuk melakukan
regenerasi dalam partai politik tersebut maka dilakukan melalui mekanisme yang
diterapkan oleh partai. Pengaruh rekrutmen politik sangat menentukan dalam
regenerasi kehidupan partai. Hal itu dikarenakan partai memerlukan penyegaran
keanggotaan untuk dapat bertahan dalam mempertahankan kekuasaan politiknya
dimata masyarakat.
Pola rekrutmen adalah konstansi berbagai praktek rekrutmen oleh partai politik.
Sungguhpun pada dasarnya setiap partai harus berprinsip untuk terbuka bagi
kelompok sosial manapun, namun pada level parktis. Kerapkali sulit dihindari bahwa
tiap kecenderungan tipe partai menstrukturkan perbedaan dalam menatap konsep
rekrutmen yang dianggap ideal bagi partainya. 16

15

Ramlan,Surbakti.1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. hal:118.
I ketut Putra Erawan, Riswanda Imawan dkk.2010. Draft Modul Organisasi dan Manajemen Kepartaian: Bab I
Manajemen Sumberdaya Manusia Politik. Hal: 17
16

Universitas Sumatera Utara

Adapun mekanisme rekrutmen politik partai yang dikemukakan oleh Rush dan
Althoff adalah: “…proses pengrekrutan politik memiliki dua sifat yaitu: (1) sifat
tertutup; adalah suatu sistem pengrekrutan administratif yang didasarkan atas
patronase. (2) sifat terbuka; adalah sistem yang berdasarkan pada ujian-ujian
terbuka”. 17
Proses pengrekrutan partai memiliki sifat khusus dalam tafsirannya, misalnya
untuk pengrekrutan administratif diperlukan suatu dasar patronase (lindungan) dalam
proses pengrekrutannya, dalam arti faktor kedekatan seseorang dapat dijadikan acuan
untuk memperoleh pengaruh terutama ketika proses pemilihan pemimpin partai.
Rekrutmen politik meliputi aspek: subyek politik dalam arti manusia, dan obyek
politik dalam arti partai politik. Rekrutmen politik partai dapat dilakukan dengan
cara-cara yang diinginkan partai baik secara terbuka maupun tertutup.
Setiap sistem politik memiliki sistem atau prosedur rekrutmen yang berbeda.
Anggota kelompok yang direkrut adalah yang memiliki suatu kemampuan atau bakat
yang sangat di butuhkan untuk suatu jabatan politik. Setiap partai juga memiliki pola
rekrutmen yang berbeda.
Sistem rekrutmen politik menurut Rush dan Althoff dibagi menjadi dua cara.
Pertama, rekrutmen terbuka, yakni dengan menyediakan dan memberikan
kesempatan yang sama bagi seluruh warga Negara untuk ikut bersaing dalam proses
penyeleksian. Dasar penilaian dilaksanakan melalui proses dengan syarat-syarat yang
telah ditentukan melalui pertimbangan-pertimbangan yang objektif rasional. Dimana
setiap orang yang memenuhi syarat untuk mengisi jabatan politik yang dipilih oleh
rakyat mempunyai peluang yang sama dalam melakukan kompetisi. Kedua,
rekrutmen tertutup yaitu adanya kesempatan untuk masuk menduduki jabatan politik

17

Michael Rush, Phillip Althoff, 2007,Pengantar Sosiologi Politik, Alih Bahasa oleh Kartini Kartono, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, Hal:247.

Universitas Sumatera Utara

tidaklah sama setiap warga negara artinya hanya individu-individu tertentu yang
dapat menduduki jabatan politik. 18

1.6.3. Konsep Partai Politik
Partai Politik merupakan wadah atau sarana partisipasi warga negara dalam
mempengaruhi proses pembuatan dan turut aktif dalam pelaksanaan (implementasi)
keputusan-keputusan politik pemerintah yang berupa kebijakan publik. Partai Politik
memiliki beberapa fungsi yaitu, fungsi sosialisasi politik, rekrutmen politik,
partisipasi politik, komunikasi politik, artikulasi dan agregasi kepentingan,
pengendalian konflik, serta kontrol politik.
Partai Politik mempunyai peranan yang sangat besar dalam menjamin
kelancaran proses politik di dalam sebuah sistem demokrasi perwakilan. Partai Politik
merupakan agen demokratisasi di dalam sebuah sistem politik yang demokratis.
Dalam defenisinya, Partai Politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut
serta atau berpartisipasi dalam proses pengelolaan negara. Dimana Partai Politik
adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi,
nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. 19 Partai Politik dapat berarti organisasi yang
mempunyai basis ideologi yang jelas, dimana setiap anggotanya mempunyai
pandangan yang sama dan bertujuan untuk merebut kekuasaan atau mempengaruhi
kebijaksanaan Negara baik secara langsung maupun tidak langsung serta ikut pada
sebuah mekanisme pemilihan umum untuk bersaing secara kompetitif guna
mendapatkan eksistensi.
Berdasarkan pengertian konsep Partai Politik di dalam buku “Mengelola Partai
Politik” yang menurut Firmanzah, 20 Partai Politik sesungguhnya adalah kumpulan
dari beberapa orang yang mempunyai orientasi sama yang terbentuk dalam suatu

18
Hesel Nogi Tangkilisan,2003, Kebijakan Publik yang Membumi, Yogyakarta :Yayasan Pembaruan Administrasi
Publik Indonesia. Hal:188
19
Miriam Budiarjo. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. hal 160.
20
Firmanzah Ph.D. 2008. Op.Cit, hal. 67.

Universitas Sumatera Utara

wadah lembaga formal berdasarkan kepada ketentuan konstitusi kelembagaan dan
mengikuti sistem politik dan sistem pemilihan yang ada. Seperti halnya organisasi
lain yang beroperasi dalam tataran public sphare, Partai Politik perlu melihat kembali
peran dan tugas yang diembannya. Secara garis besar peran dan fungsi Partai Politik
dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, peran dan tugas internal organisasi. Dalam
hal ini organisasi Partai Politik memainkan peranan penting dalam pembinaan,
edukasi, pembekalan, kaderisasi, dan melanggengkan ideologi politik yang menjadi
latar belakang pendirian Partai Politik. Kedua, Partai Politik juga mengemban tugas
yang lebih bersifat eksternal organisasi, di sini peran dan fungsi Partai Politik terkait
dengan masyarakat luas, bangsa dan negara. Kehadiran Partai Politik juga memiliki
tanggung jawab konstitusional, moral, dan etika untuk membawa dan situasi
masyarakat menjadi lebih baik.
Menurut Miriam Budiardjo, Partai Politik memiliki fungsi utama yaitu mencari
dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang disusun
berdasarkan ideologi tertentu. Selain fungsi di atas, Partai Politik juga memiliki
fungsi antara lain 21:
1. Sebagai Sarana Komunikasi Politik
Dalam menjalankan fungsi sebagai sarana komunikasi politik, Partai Politik
mempunyai peran penting sebagai penghubung antara yang memerintah dan
yang diperintah. Menurut Signmund Neumann dalam hubungannya dengan
komunikasi politik, Partai Politik merupakan perantara besar yang
menghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideologi sosial dengan lembaga
pemerintah yang resmi dan mengaitkannya dengan aksi politik di dalam
masyarakat politik yang lebih luas.
Dalam melaksanakan fungsi ini Partai Politik tidak menyampaikan begitu saja
segala informasi dari pemerintah kepada masyarakat atau dari masyarakat
kepada pemerintah, tetapi merumuskan sedemikian rupa sehingga penerima

21

Ibid. hal.167.

Universitas Sumatera Utara

informasi dapat dengan mudah memahami dan memanfaatkan. Segala
kebijakan pemerintah yang biasanya dirumuskan dalam bahasa teknis dapat
diterjemahkan dalam bahasa yang lebih mudah dipahami oleh masyarakat.
Sebaliknya segala aspirasi, keluhan, dan tuntutan masyarakat yang biasanya
tidak terumuskan dalam bahasa teknis dapat diterjemahkan oleh Partai Politik
ke dalam bahsa yang dapat dipahami oleh pemerintah. Jadi proses komunikasi
politik antara pemerintah dan masyarakat dapat berlangsung secara efektif
melalui Partai Politik
2. Sebagai Sarana Sosialisasi Politik
Fungsi sosialisasi politik partai adalah upaya menciptakan citra (image)
bahwa Partai Politik memperjuangkan kepentingan umum dan lebih tinggi
nilainya apabila mampu mendidik anggotanya menjadi manusia yang sadar
akan tanggung jawab sebagai warga negara dan menempatkan kepentingan
sendiri dibawah kepentingan sosial.
Melalui proses sosialisasi politik inilah para anggota masyarakat memperoleh
sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam
masyarakat. Proses ini berlangsung seumur hidup yang dipeoleh secara segaja
melalui pendidikan formal, nonformal dan informal maupun secara tidak
sengaja melalui kontrak dan pengalaman sehari-hari, baik dalam kehidupan
keluarga maupun dalam kehidupan masyarakat. Melalui proses ini masyarakat
mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma-norma, dan simbol-simbol
politik negaranya dari berbagai sarana sosialisasi politik, seperti sekolah,
Partai Politik, dan pemerintah. Partai Politik dalam sistem politik dapat
menyeleggarakan proses sosialisasi politik pada masyarakat.
3. Sebagai Sarana Rekrutmen Politik
Fungsi Partai Politik ini yakni seleksi kepemimpinan dan kader-kader yang
berkualitas. Rekrutmen politik menjamin kontinuitas dan kelestarian partai
sekaligus merupakan salah satu cara untuk menjaring dan melatih calon-calon
kader.

Universitas Sumatera Utara

4. Partisipasi Politik
Partisipasi politik adalah kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi
proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan umum dan dalam ikut
menentukan pelaksana pemerintahan. Dalam hal ini, Partai Politik memiliki
fungsi untuk membuka kesempatan, mendorong, dan mengajak para anggota
masyarakat yang lain untuk menggunakan Partai Politik sebagai saluran
kegiatan mempengaruhi proses politik. Partai Politik merupakan wadah
partisipasi politik. Fungsi ini lebih tinggi porsinya dalam sistem politik
demokrasi mengharapkan ketaatan dari para warga dari para aktivitas mandiri.
5. Sebagai Sarana Pengatur konflik
Potensi konflik selalu ada di setiap masyarakat. Negara Indonesia yang
bersifat heterogen terdiri dari etnis, agama dan lain-lain. Perbedaan tersebut
dapat menyebabkan konflik. Maka Partai Politik melaksanakan fungsi sebagai
pengatur konflik. Partai Politik sebagai salah satu lembaga demokrasi
berfungsi untuk mengendalikan konflik melalui cara berdialog dengan pihakpihak yang berkonflik, menampung,dan memadukan berbagai aspirasi dan
kepentingan dari pihak-pihak yang berkonflik dan membawa permasalahan
pada musyawarah badan perwakilan rakyat untuk mendapatkan penyelesaian
berupa keputusan politik. Untuk mencapai penyelesaian berupa keputusan itu
diperlukan kesediaan berkompromi diantara para wakil rakyat, yang berasal
dari partai-Partai Politik
Dalam kehidupan yang demokrasi seperti di Indonesia sekarang ini, Partai
Politik merupakan instrumen yang wajib ada disuatu Negara yang menjalankan
demokrasi. Bahkan pendapat yang ekstrim yang mengatakan bahwa tidak ada
demokrasi ketika tidak ada Partai Politik didalamnya, karena Partai Politiklah yang
memainkan peranan penting dalam sistem demokrasi. Dengan adanya Partai Politik
maka masyarakat akan merasakan mempunyai Negara atau pemerintah, karena ketika
tidak ada kekuatan penyeimbang dari penguasa maka kecenderungannya adalah

Universitas Sumatera Utara

kekuasaan tersebut akan digunakan secara berlebihan dan tentunya masyarakatlah
disini yang akan selalu dirugikan melalui kebijakan-kebijakannya. 22
Tujuan khusus Partai Politik adalah memperjuangkan cita-citanya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang diwujudkan secara
konstitusional. Perlu diterapkan bahwa partai berbeda dengan gerakan. Suatu gerakan
merupakan kelompok atau golongan yang ingin mengadakan perubahan-perubahan
pada lembaga-lembaga politik atau kadang-kadang malahan ingin menciptakan suatu
tata masyarakat yang baru sama sekali, dengan memakai cara-cara politik. Dibanding
dengan Partai Politik, gerakan mempunyai tujuan yang lebih terbatas dan
fundamental sifatnya dan kadang-kadang malahan bersifat ideologi. Orientasi ini
merupakan ikatan yang kuat di antara anggota-anggotanya dan dapat menumbuhakan
suatu identitas kelompok yang kuat. Organisasinya kurang ketat dibandingkan dengan
Partai Politik. Berbeda dengan Partai Politik, gerakan sering tidak mengadukan nasib
dalam pemilihan umum
Partai Politik juga berbeda dengan kelompok penekan atau istilah yang lebih
banyak dipakai dewasa ini, kelompok kepentingan. Partai Politik bertujuan
memperjuangkan suatu kepentingan dalam skala yang luas melalui mekanisme
pemilu, sedangkan kelompok pennekan atau kepentingan yang lain seperti kelompok
profesi, kelompok adat, organisasi kemasyarakatan hanya mengejar kepentingankepentingan sesaat dalam ruang lingkup yang lebih kecil serta melewati mekanisme
politik formal seperti pemilu.
Partai Politik dianggap sebagai atribut suatu negara dan mempunyai fungsi yang
erat kaitannya dengan jalannya pemerintahan. Seperti yang diungkapkan sebelumnya
bahwa Partai Politik dapat berfungsi untuk ikut serta dalam kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara. Partai Politik adalah institusi yang berupa organisasi nonpemerintah, yang didirikan untuk memperjuangkan hak dan kewajiban warga negara
dalam rangka mencapai kesejahteraan serta kedaulatan rakyat. Perbedaan Partai

22

Ibid. hal 170.

Universitas Sumatera Utara

Politik dari lembaga sosial kemasyarakatan lainnya adalah bahwa Partai Politik dapat
berperan dalam penentuan kebijakan publik, dimana kebijakan tersebut bisa
membawa dampak kemaslahatan yang lebih luas bagi masyarakat dan mengakibatkan
risiko pertanggung jawaban publik menjadi lebih besar. Selain memiliki peran dan
fungsi yang penting, Partai Politik juga diklasifikasikan ke dalam tipologi tertentu.
Klasifikasi Partai Politik dapat didasarkan atas beberapa hal diantaranya, dari segi
komposisi, fungsi keanggotaan dan dasar ideologinya.
Dalam klasifikasi berdasarkan komposisi dan fungsi keanggotaan, Partai Politik
dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu partai kader dan partai massa. Menurut
Haryanto, Partai Politik dari segi komposisi dan fungsi keanggotaannya secara umum
dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu. 23
1. Partai massa, dengan ciri utamanya adalah jumlah anggota atau pendukung
yang banyak. Meskipun demikian, partai jenis ini memiliki program walaupun
program tersebut agak kabur dan terlampau umum. Partai jenis ini cenderung
menjadi lemah apabila golongan atau kelompok yang tergabung dalam partai
tersebut

mempunyai

keinginan

untuk

melaksanakan

kepentingan

kelompoknya. Selanjutnya, jika kepentingan kelompok tersebut tidak
terakomodasi, kelompok ini akan mendirikan partai sendiri.
2. Partai kader, kebalikan dari partai massa, partai kader mengandalkan kaderkadernya untuk loyal. Pendukung partai ini tidak sebanyak partai massa
karena

memang

tidak

mementingkan

jumlah,

partai

kader

lebih

mementingkan disiplin anggotannya dan ketaatan dalam berorganisasi.
Doktrin ideologi partai harus tetap terjamin kemurniannya. Bagi anggota yang
menyeleweng, akan dipecat keanggotaannya. Partai kader biasanya lebih
mementingkan keketatan, disiplin dan kualitas anggota. Kelemahan partai
kader ini terutama dalam mencari dukungan, biasanya mereka kalah dalam

23

Haryanto. 2005. Mengenal Teori-Teori Politik. Depok: Grasindo. hal. 567.

Universitas Sumatera Utara

persaingan mengumpulkan jumlah dukungan masayarakat luas karena
dianggap anggota partai kader terbatas pada kelompok-kelompok tertentu.

Partai massa, merupakan kebalikan dari partai kader karena mereka lebih
menekankan pada pencarian jumlah dukungan yang banyak di masyarakat atau
dengan kata lain lebih menekankan aspek kuantitas. Kelemahan partai massa adalah
bahwa disiplin anggota biasanya lemah, juga lemahnya ikatan organisasi sesama
anggota, bahkan kadang kala tidak saling kenal, karena luasnya dukungan dari
berbagai golongan dan lapisan masyarakat.
Perkembangan partai massa sebenarnya berawal dari partai kader. Partai-partai
kader yang sebelumnya masih terbatas keanggotaannya pada kalangan tertentu mulai
membuka diri untuk keanggotaann yang lebih luas. Sedanngkan tipologi berdasarkan
tingkat komitmen partai terhadap ideologi dan kepentingan, menurut Ichlasul Amal
terdapat lima jenis Partai Politik, yakni: 24
1. Partai proto, adalah tipe awal Partai Politik sebelum mencapai tingkat
perkembangan seperti dewasa ini. Ciri yang paling menonjol partai ini
adalah pembedaan antara kelompok anggota atau ins dengan non anggota
atau outs. Selebihnya partai ini belum menunjukkan ciri sebagai Partai
Politik dalam pengertian modern. Karena itu sesungguhnya partai ini
adalah faksi yang dibentuk berdasarkan pengelompokkan ideologi
masyarakat.
2. Partai kader, merupakan perkembangan lebih lanjut dari partai proto.
Keanggotaan partai ini terutama berasal dari golongan kelas menengah ke
atas. Akibatnya, ideologi yang di anut partai ini adalah konservatisme
ekstrim atau maksimal reformis moderat.
3. Partai massa, muncul saat terjadi perluasan hak pilih rakyat sehingga
dianggap sebagai respon politis dan organisasional bagi perluasan hak-hak

24

Ichlasul Amal. 1998. Teori-Teori Mutakhir Partai Politik Edisi Revisi. Yogyakarta: Tiara wacana.

Universitas Sumatera Utara

pilih serta pendorong bagi perluasan lebih lanjut hak-hak pilih tersebut.
Partai massa berorientasi pada pendukungnya yang luas, misalnya buruh,
petani, dan kelompok agama dan memiliki ideologi cukup jelas untuk
memobilisasi massa serta mengembangkan organisasi yang cukup rapi
untuk mencapai tujuan-tujuan ideologisnya.
4. Partai dictatorial, sebenarnya merupakan sub tipe dari partai massa, tetapi
memiliki ideologi radikal. Pemimpin tertinggi partai melakukan kontrol
yang sangat ketat terhadap pengurus bawahan maupun anggota partai.
Rekrutmen anggota partai dilakukan secara lebih selektif dari pada partai
massa.
5. Partai catch-all, merupakan gabungan dari partai kader dan partai massa.
Istilah catch-all pertama kali dikemukakan oleh otto kirchheimer untuk
memberikan tripologi pada kecenderungan perubahan karakteristik.
Catch-all dapat diartikan sebagai menampung kelompok-kelompok sosial
sebanyak mungkin untuk dijadikan anggotanya. Tujuan utama partai ini
adalah memenangkan pemilihan dengan cara menawarkan programprogram dan keuntungan bagi anggotanya sebagai pengganti ideologi
yang kaku.

1.7 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan untuk menjawab sebuah atau
beberapa pertanyaan mengenai keadaan objek atau subjek amatan secara rinci. 25
Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami
makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari
masalah sosial kemanusiaan. Pilihan pendekatan penelitian kualitatif dilakukan

25

Bagong Suyanto dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagi Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group. hal. 17-18.

Universitas Sumatera Utara

dengan tujuan untuk menggambarkan dan menganalisis fenomena sosial yang sedang
terjadi. 26

1.7.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Sumatera Utara dan hal pengumpulan
data maupun informasi, Penelitian ini akan dilakukan di kantor Dewan Perwakilan
Wilayah (DPW) Partai Persatuan Indonesia Provinsi Sumatera utara yang bertempat
di jalan K.H Wahid Hasyim No.38/43 Medan baru.

1.7.2 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kualitatif.
Penelitian ini moncoba mengumpulkan data dari Partai Persatuan Indonesia dan
melihat proses perubahan Ormas Persatuan Indonesia menjadi Partai Persatuan
Indonesia di Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) Partai Persatuan Indonesia Provinsi
Sumatera Utara dan menatap fokus pada masalah yang akan diteliti, diharapkan
nantinya peneliti akan mendapat data yang maksimal untuk menggambarkan
fenomena aktual yang terjadi.
1.7.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini
digunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu data primer dan data sekunder. 27
1. Data primer
Untuk mendapatkan data primer, dalam penelitian ini dilakukan
dengan wawancara. Wawancara merupakan proses Tanya jawab
secara langsung yang ditujukan terhadap informan di lokasi penelitian
dengan menggunakan panduan atau pedoman wawancara. Wawancara
dengan melakukan komunikasi secara wawancara tersebut merupakan
26

K. Robert Yin. 2000. Studi Kasus (Desain dan Metode). Jakarta: Raja Grafindo Persada. hal. 1.
Burhan Bungin. 2001. Metode Penelitian Sosial. Format-Format Kualitatif dan Kualitas. Surabaya: Airlangga
University Press. hal 48

27

Universitas Sumatera Utara

data pendukung bagi terlaksananya penelitian. Adapun informan kunci
dalam penelitian ini adalah ketua Partai Persatuan Indonesia Sumatera
Utara: Bapak Ir. Rudi Zulham Hasibuan, Sekertaris Partai Persatuan
Indonesia Sumatera Utara, Bapak Binsar Marulitua Simatupang, SE,
MM, mantan Ketua Ormas Perindo Sumatera Utara yaitu Effendy
Syahputra dan beberapa pengurus DPW Partai Persatuan Indonesia
Provinsi Sumatera Utara yang memahami tentang pendirian Partai
Persatuan Indonesia yang berasal dari Ormas Persatuan Indonesia
2. Data sekunder
Data sekunder adalah semua data yang diperoleh melalui studi
kepustakaan yaitu pengumpulan data dari buku-buku referensi, jurnal,
majalah, internet yang sesuai dengan objek kajian penelitian ataupun
berkaitan dengan judul penelitian.

1.7.4 Teknik Analisia Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik analisis data kualitatif, yaitu dengan menekankan pada sebuah
proses pengambilan kesimpulan secara induktif serta analisis pada fenomena yang
sedang diamati dengan menggunakan metode ilmiah. 28 Dalam penelitian ini data dan
informan yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder selanjutnya disusun
dan diuraikan dengan cara menjelaskan fenomena yang ditemukan dalam proses
pengumpulan data.
1.8 Sistematika Penulisan
BAB I

: PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah,
pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.

28

Burhan Bungin. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana. Hal. 103.

Universitas Sumatera Utara

BAB II

:

PROFIL

DEWAN

PIMPINAN

WILAYAH

PARTAI

PERSATUAN INDONESIA SUMATERA UTARA
Dalam bab ini akan diuraikan tentang gambaran umum Partai
Persatuan Indonesia secara keseluruhan, deskripsi singkat tentang
Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Persatuan Indonesia Provinsi
Sumatera Utara.
BAB III

: TRANSFORMASI ORMAS ORMAS PERSATUAN INDONESIA
MENJADI PARTAI PERSATUAN INDONESIA
Bab ini berisi mengenai penyajian data dan analisis data yang
diperoleh dari lapangan mengenai Ormas Persatuan Indonesia yang
bertransformasi menjadi Partai Persatuan Indonesia.

BAB IV

: PENUTUP
Bab ini terdiri dari kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data
dan memberikan saran atau hasil penelitian yang telah diperoleh.

Universitas Sumatera Utara