Penjelasan Tentang Cerita Pendek (Cerpen) Lengkap

Pengertian Cerpen :
Cerpen atau dapat disebut juga dengan cerita pendek merupakan suatu bentuk prosa
naratif fiktif. Cerpen cenderung singkat, padat, dan langsung pada tujuannya dibandingkan
karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novella dan novel.
Cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra yang memaparkan kisah atau cerita
mengenai manusia beserta seluk beluknya lewat tulisan pendek dan singkat. Atau pengertian
cerpen yang lainnya yaitu sebuah karangan fiktif yang berisi mengenai kehidupan seseorang
ataupun kehidupan yang diceritakan secara ringkas dan singkat yang berfokus pada suatu
tokoh saja.
Cerita Pendek atau Cerpen berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan
singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan paralel pada tradisi penceritaan lisan.
Cerita pendek biasanya mempunyai kata yang kurang dari 10.000 kata atau kurang dari 10
halaman saja. Selain itu, cerpen atau cerita pendek hanya memberikan sebuah kesan tunggal
yang demikian serta memusatkan diri pada salah satu tokoh dan hanya satu situasi saja.

Pengertian Cerpen Menurut Para Ahli :
-

Sumardjo dan Saini : Menurut Sumardjo dan Saini, Cerpen adalah cerita fiktif atau
tidak benar-benar terjadi, tetapi bisa saja terjadi kapanpun serta dimanapun yang mana
ceritanya relatif pendek dan singkat.


-

Nugroho Notosusanto : Menurut Nugroho Notosusanto, Cerpen atau cerita pendek
yaitu sebuah cerita yang panjang ceritanya berkisar 5000 kata atau perkiraan hanya 17
halaman kuarto dengan spasi rangkap serta terpusat pada dirinya sendiri.

-

Hendy : Menurut Hendy, Cerpen ialah suatu karangan yang berkisah pendek yang
mengandung kisahan tunggal.

-

Aoh. K.H : Menurut Aoh. K.H, Cerpen merupakan salah satu karangan fiksi yang
biasa disebut juga dengan kisahan prosa pendek.

-

J.S. Badudu : Menurut J.S. Badudu, Cerpen merupakan cerita yang hanya menjurus

serta terfokus pada satu peristiwa saja.

-

H. B. Jassin : Menurut H. B. Jassin, Cerpen ialah sebuah cerita yang singkat yang
harus memiliki bagian terpenting yakni perkenalan, pertikaian, serta penyelesaian.

-

Menurut KBBI : Cerpen berasal dari dua kata yaitu cerita yang mengandung arti
tuturan mengenai bagaimana sesuatu hal terjadi dan relatif pendek berarti kisah yang
diceritakan pendek atau tidak lebih dari 10.000 kata yang memberikan sebuah kesan
dominan serta memusatkan hanya pada satu tokoh saja dalam cerita pendek tersebut.

Struktur Penulisan Cerpen :
-

Abstrak

Abstrak adalah inti cerita yang dikembangkan menjadi beberapa rangkaian kejadian.

Abstrak juga sering disebut sebagai gambaran awal dalam cerita. Ketika membaca
sebuah abstrak dalam suatu cerpen, maka kita bisa mendapatkan beberapa gambaran
tentang kejadian yang akan terjadi. Abstrak ini bersifat opsional, artinya boleh
dipakai, juga boleh tidak digunakan dalam pembuatan cerpen.
-

Orientasi
Orientasi merupakan tahap perkenalan tentang cerpen tersebut. Orientasi sebuah
cerpen bertujuan untuk memperkenalkan tokoh utama, suasana, tempat, waktu, dan
segala hal lain yang berhubungan dengan cerpen itu. Seringkali tempat, suasana dan
waktu dalam sebuah cerpen tidak hanya satu, bisa berbeda-beda sesuai dengan
kejadian yang berlangsung.

-

Komplikasi
Komplikasi adalah rangkaian sebab akibat yang berhubungan dengan kejadiankejadian dalam cerpen tersebut. Komplikasi terjadi karena hubungan antar tokoh yang
watak dan karakternya berbeda-beda. Komplikasi ini biasanya merupakan awal
permasalah dalam sebuah cerpen.


-

Evaluasi
Evaluasi adalah struktur dari konflik atau kejadian dalam cerita yang mengarah pada
klimaks (permasalah) dan kemudian mulai mendapatkan gambaran tentang cara
menyelasaikan permasalah tersebut. Evaluasi merupakan struktur yang sangat penting
dalam sebuah cerpen karena akan menentukan apakah cerpen ini menarik untuk bagi
pembaca atau tidak.

-

Resolusi
Resolusi adalah struktur dimana ditemukan penyelesaian dari permasalah dalam
sebuah cerpen. Pada struktur ini tokoh utama dalam cerpen telah menemukan solusi
untuk menyelesaikan masalahnya.

-

Koda
Koda adalah pelajaran atau nilai yang dapat diambil dalam cerpen tersebut. Koda juga

sering disebut dengan “hikmah” dalam sebuah cerpen. Koda dapat diketahui setelah
pembaca selesai membaca cerpen dari permulaan hingga akhir cerita. Seringkali koda
merupakan nasehat, pelajaran atau peringatan yang disampaikan penulis kepada
pembacanya.

Ciri-Ciri Cerpen :
-

Berikut Ini Adalah Ciri Ciri Cerpen :
Jumlah kata kurang dari 10.000 kata.
Lebih singkat dari pada novel.
Berisi tentang serita sehari-hari.
Penokohannya sederhana.
Bersifat fiktif.
Hanya punya 1 alur.
Habis dibaca sekali duduk.
Penggunaan kata kata yang mudah dipahami.
Hanya mengangkat beberapa peristiwa dalam hidup tidak seluruhnya.

Ciri-Ciri Kebahasaan Cerpen :

-

Berikut Ini Adalah Ciri-Ciri Kebahasaan Yang Membangun Cerpen :
Menggunakan penggambaran waktu lampau.
Mencantumkan penyebutan tokoh (nama, kata ganti, julukan, dan sebutan)
Menggunakan kata-kata yang mengilustrasikan latar atau setting.
Memuat kata-kata yang mendeskripsikan pelaku, penampilan fisik,
kepribadiannya.
Memuat kata-kata yang merujuk pada peristiwa yang dialami pelaku.
Menunjukan sudut pandang pengarang.

dan

Unsur–Unsur Cerpen :
Cerpen memiliki dua unsur yaitu, unsur Intrinsik dan unsur Ekstrinsik :
- Unsur Intrinsik Cerpen
Unsur instrinsik adalah unsur yang membangun karya itu sendiri. Berikut adalah unsur-unsur
instrinsik cerpen :
-


Tema : Tema adalah sebuah gagasan pokok yang mendasari dari jalan cerita sebuah
cerpen. Tema biasanya dapat langsung terlihat jelas di dalam cerita atay tersurat dan
tidak langsung, dimana si pembaca harus teliti dan dapat menyimpulkan sendiri atau
tersirat.

-

Alur Atau Plot : Jalan dari sebuah kisah cerita merupakan karya sastra. Secara garis
besar, alur merupakan urutan tahapan jalannya cerita, antara lain : perkenalan >
muncul konflik atau suatu permasalahan > peningkatan konflik > puncak konflik
(klimaks) > penurunan konflik > selesaian.

-

Setting : Setting sangat berkaitan dengan tempat atau latar, waktu, dan suasana dalam
cerpen tersebut.

-

Tokoh : Tokoh merupakan pelaku yang terlibat dalam cerita tersebut. Setiap tokoh

biasanya mempunyai karakter tersendiri. Dalam sebuah cerita terdapat tokoh
protagonis atau tokoh baik dan antagonis atau tokoh jahat serta ada juga tokoh figuran
yaitu tokoh pendukung.

-

Penokohan : Penokohan yaitu pemberian sifat pada tokoh atau pelaku dalam cerita
tersebut. Sifat yang telah diberikan dapat tercermin dalam pikiran, ucapan, dan
pandangan tokoh terhadap sesuatu hal. Metode penokohan ada 2 (dua) macam
diantaranya:

1. Metode Analitik : Metode Analitik adalah suatu metode penokohan dengan cara
memaparkan atau menyebutkan sifat tokoh secara langsung, seperti seperti:
pemberani, penakut, pemalu, keras kepala, dan sebagainya.
2. Metode Dramatik : Metode Dramatik adalah suatu metode penokohan dengan cara
memaparkannya secara tidak langsung, yaitu dapat dengan cara : penggambaran fisik

(Misalnya cara berpakaian, postur tubuh, dan sebagainya), penggambaran dengan
melalui sebuah percakapan atau dialog, reaksi dari tokoh lain (dapat berupa pendapat,
sikat, pandangan, dan sebagainya).

-

Sudut Pandang : Adalah cara pandang pengarang dalam memandang suatu peristiwa
di dalam cerita. Sudut pandang sendiri ada 4 jenis, yang diantaranya ialah :

1. Sudut Pandang Orang Pertama Pelaku Utama : Dalam sudut pandang ini, tokoh ”aku”
mengisahkan tentang berbagai peristiwa yang terjadi serta tingkah laku yang
dialaminya. Tokoh ”aku” akan menjadi pusat perhatian dari kisah cerpen tersebut.
Dalam sudut pandang ini, tokoh "aku" digunakan sebagai tokoh utama.
Contoh :
Pagi ini cuaca begitu cerah hingga dapat mengubah suasana jiwaku yang penat karena
setumpuk tugas yang terbengkelai menjadi teringankan. Namun, sekarang aku harus
mulai bangkit dari tidurku dan bergegas untuk mandi karena pagi ini aku harus
bekerja keras.
2. Sudut Pandang Orang Pertama Pelaku Sampingan : Tokoh ”aku” muncul tidak
sebagai tokoh utama lagi, melainkan sebagai pelaku tambahan. Tokoh ”aku” hadir
dalam jalan cerita hanya untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan
tokoh cerita yang dikisahkan kemudian ”dibiarkan” untuk dapat mengisahkan sendiri
berbagai pengalaman yang dialaminya.
Tokoh dari jalan cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang pada akhirnya akan

menjadi tokoh utama, sebab ialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai
peristiwa, serta berhubungan dengan tokoh-tokoh yang lainnya. Dengan demikian
tokoh ”aku” cuman tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya sebuah
cerita yang ditokohi oleh orang lain. Tokoh ”aku” pada umumnya hanya tampil
sebagai pengantar dan penutup cerita.
Contoh :
Sekarang aku tinggal di Jakarta, kota metropolitan yang memiliki beribu-ribu
kendaraan. Dulu, aku sempat menolak untuk dipindahkan ke ibukota. Tapi, pada kali
ini aku sudah tidak kuasa untuk menghindar dari tugas ini. Ternyata, bukan aku saja
yang mengalaminya. Teman asramaku yang bernama Andi, juga mengalami hal yang
sama. Kami berdua sangatlah akrab dan berjuang bersama-sama dalam menghadapi
kerasnya kota Jakarta.
3. Sudut Pandang Orang Ketiga Serbatahu : Kisah cerita dari sudut ”dia”, namun
pengarang atau narator dapat menceritakan apa saja hal-hal dan tindakan yang
menyangkut tokoh ”dia” tersebut. Pengarang mengetahui segalanya.
Contoh :
Sudah genap 1 bulan dia menjadi pendatang baru di perumahan ini. Tapi, dia juga
belum satu kali pun terlihat keluar rumah cuman untuk sekedar beramah-tamah
dengan tetangga yang lain. “Apakah si pemilik rumah itu terlalu sibuk ya?” ungkap
salah seorang tetangganya. Pernah 1 kali dia kedatangan tamu yang katanya adalah

saudaranya. Memang dia adalah sosok introvert, jadi walaupun saudaranya sendiri
yang datang untuk berkunjung, dia tidak menyukainya.

4. Sudut Pandang Orang Ketiga Pengamat : Dalam sudut pandang ini berbeda dengan
orang ketiga serbatahu. Pengarang hanya melukiskan apa yang dilihat, dialami,
dipikir, dan dirasakan oleh tokoh tersebut, namun terbatas pada seorang tokoh saja.
Contoh:
Entah apa yang telah terjadi dengannya. Pada saat datang, ia langsung marah.
Memang kelihatannya ia mempunyai banyak masalah. Tapim kalau dilihat dari raut
mukanya, mungkin tak hanya itu yang sedang ia rasakan. Tapi sepertinya dia juga
sakit. Bibirnya tampak kering, wajahnya pucat, serta rambutnya kusut.
5. Amanat : Amanat merupakan sebuah pesan dari seorang penulis atau pengarang cerita
tersebut kepada pembaca agar pembaca dapat bertindak atau melakukan sesuatu.
- Unsur Ekstrinsik Cerpen
Unsur ekstrinsik cerpen merupakan sebuah unsur yang membentuk cerpen dari luar, berbeda
dengan unsur intrinsik cerpen yang membentuk cerpen dari dalam. Unsur ekstrinsik cerpen
tidak terlepas dari keadaan masyarakat saat dimana cerpen tersebut dibuat oleh pengarang.
Unsur ini sangat memiliki banyak sekali pengaruh terhadap penyajian amanat ataupun latar
belakang dari cerpen tersebut. Berikut ini unsur-unsur ekstrinsik cerpen :
-

Latar Belakang Masyarakat

-

Latar belakang masyarakat yaitu suatu pengaruh dari kondisi latar belakang
masyarakat terhadap terbentuknya sebuah jalan cerita. Pemahaman tersebut dapat
berupa pengkajian Ideologi negara, kondisi politik, sosial masyarakat, sampai dengan
kondisi ekonomi pada masyarakat itu sendiri.

-

Latar Belakang Pengarang : Latar belakang pengarang dapat meliputi pemahaman
pengarang terhadap sejarah hidup serta sejarah hasil karangan yang telah dibuat
sebelumnya.

-

Biografi : Biografi biasanya berisikan tentang riwayat hidup pengarang cerita tersebut
yang ditulis secara keseluruhan.

-

Kondisi Psikologis : Kondisi psikologis berisi tentang pemahaman kondisi mood
ketika pengarang menulis kisah cerita tersebut.

-

Aliran Sastra : Aliran sastra seorang pengarang pastinya akan mengikuti suatu aliran
sastra tertentu. Hal tersebut sangatlah berpengaruh terhadap gaya penulisan yang
dipakai oleh pengarang dalam menciptakan sebuah kisah dalam cerpen tersebut.

Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Cerpen :
Seperti halnya sebuah kisah tentunya cerpen mengandung nilai-nilai kehidupan yang dapat
kita ambil sebagai contoh, diantaaranya adalah :
-

Nilai agama : Berkaitan dengan pelajaran agama yang dapat dipetik dalam teks
cerpen.

-

Nilai Sosial : Berkaitan dengan pelajaran yang dapat dipetik dari interaksi sosial
antara para tokoh dan lingkungan masyarakat dalam teks cerpen.
Nilai moral : Nilai ini berkaitan dengan nilai yang dianggap baik atau buruk dalam
masyarakat. Dalam cerpen nilai moral bisa berupa nilai moral negatif (buruk) atau
nilai moral positif (baik).
Nilai budaya : Nilai yang berkaitan erat dengan kebudayaan , kebiasaan, serta tradisi
adat istiadat.

Jenis-Jenis Cerpen :
Berdasarkan jumlah katanya Cerpen dibagi menjadi 3 jenis, diantaranya ialah :
-

Cerpen Mini (Flash), cerpen dengan jumlah kata yang berkisar antara 750 hingga
1.000 kata : Cerpen ini sering disebut cerita mini atau cermin. Cerpen jenis ini
biasanya penulisannya to the point, tidak menggunakan penjelasan maupun deskripsi
yang mendalam dan bertele-tele.

-

Cerpen Ideal, cerpen dengan jumlah kata yang berkisar antara 3000 hingga 4000
kata : Cerpen ini sesuai namanya, merupakan gambaran cerita pendek yang ideal, baik
dari segi banyaknya kata serta bahasa dan isinya. Cerpen ideal memiliki bahasa da
nisi yang mudah dipahami, sehingga diibaratkan jika cerpen ini dapat dibaca dalam
sekali duduk atau kurang dari satu jam. Serta isinya tidak mudah terlupakan oleh
pembacanya.

-

Cerpen Panjang, cerpen dengan jumlah kata yang mencapai 10.000 kata : Dalam
beberapa definisi cerpen panjang dibatasi dengan jumlah kata sebanyak 10.000 kata
atau sekitar delapan hingga sepuluh halaman, Namun pada nyatanya novel jenis ini
banyak ditulis hingga melebihi 10.000 kata. Novel ini sangat populer di Eropa pada
sekitar akhir abad ke-19 hingga abad ke-20. Cerpen dengan panjang lebih dari 10.000
kata sering dikategorikan pula sebagai novella atau novellet, karangan yang lebih
pendek dari novel.

Berdasarkan teknik mengarangnya Cerpen dibagi menjadi 2 jenis, diantaranya ialah :
-

Cerpen Sempurna (well made short-story) : Cerpen ini ditulis dengan fokus pada satu
tema yang memiliki plot yang sangat jelas serta ending yang mudah dipahami.
Umumnya, cerpen jenis ini bersifat konvensional dan ditulis berdasarkan realita yang
ada. Cerpen jenis ini mudah dibaca dan dipahami oleh pembaca awam sekali pun.

-

Cerpen Tak Utuh (slice of life short-story) : Cerpen ini tidak berfokus pada satu tema
atau temanya terpencar-pencar. Alur yang digunakannya pun tidak terstruktur dan
terkadang di buat mengambang oleh penulisnya. Umumnya cerpen jenis ini bersifat
kontemporer, dan ditulis berdasarkan gagasan atau ide-ide orisinil dari pengarangnya,
sehingga cerpen jenis ini juga biasa disebut dengan cerpen ide atau cerpen gagasan.
Pembaca awam akan susah memahami cerpen jenis ini, hingga harus dibaca berulangulang agar dapat dipahami sebagai mana mestinya. Bagi para pembaca awam, cerpen
jenis ini juga disebut sebagi cerpen kental atau cerpen berat.

Berdasarkan aliran ceritanya Cerpen dibagi menjadi 9 jenis, diantaranya ialah :

-

Realisme : Aliran realism muncul sekitar abad ke-18. Aliran ini merupakan aliran
dalam kesusastraan yang melukiskan suatu keadaan secara sesungguhnya. H. B.
Jassin mendefinisikan aliran ini sebagai aliran yang mengambarkan karya senin
seperti keadaan yang sebenarnya terlihat oleh mata. Pengarang menempatkan dirinya
sebagai pengamat yang objektif sehingga dalam menuliskan karyanya dibuat teliti,
tanpa prasangka, tanpa bercampur dengan tafsiran subjektif, maupun memaksakan
pandangan atau kehendaknya kepada pelaku atau tokoh maupun pembaca ceritanya.
Aliran ini bertolak belakang dengan aliran romantisme yang dianggap cengeng dan
berlebihan oleh penganut aliran realis. Karya realisme banyak mengambil cerita atau
gambaran dari masyarakat bawah, seperti kaum tani; buruh; gelandangan; pelacur;
dan premanisme.

-

Impresionalisme : Impresionalisme berasal dari kata impesi yang berarti kesan.
Berbeda dari aliran realisme, menurut J.S. Badudu, kaum penganut aliran
impresionalisme tidak akan melukiskan hal-hal yang dilihatnya secara mendetail,
namun hanya kesan pertama yang melekat dari penglihatan sang pengarang itulah
yang akan diceritakan kembali oleh sang pengarang kepada pembacanya.

-

Naturalisme : Aliran ini dapat dikatakan sebagai cabang dari aliran realisme. Aliran
naturalism cenderung menggambarkan hal apapun yang nyata dirasakan, tidak seperti
aliran realism yang kebanyak berkutat tentang kehidupan sehari-hari.

-

Naturalisme lebih cenderung menggambarkan hal-hal buruk, jorok, bahkan berbau
pornografis, namun aliran naturalisme juga melancarkan kritik sosial secara lebih
tajam. Penganut aliran naturalism akan mengungkapkan aspek-aspek alam semesta
yang bersifat fatalis dan mekanis, serta mementingkan gerak dan aktivitas manusia
yang mewujudkan kebendaan maupun kehidupan moral yang rendah.

-

Neo-Naturalisme : Aliran ini merupakan bentuk aliran baru atau lanjutan dari aliran
naturalism. Aliran ini menggabungkan aliran realism dengan naturalism, di mana
aliran ini menggambarkan hal-hal buruk maupun kenyataan yang baik. Aliran ini
muncul karena adanya ketidakpuasan terhadap aliran realisme yang dianggap tidak
mampu menyatakan ekspresi jiwa pengarang serta ketidakpuasan terhadap aliran
naturalisme yang dianggap kurang mengekspresikan hal secara ekstrim.

-

Determinisme : Determinisme berasal dari kata ‘to determine’ yang berarti
menentukan. Aliran ini merupakan cabang dari aliran naturalisme. Aliran ini berpusat
pada takdir, di mana menurut kaum determinisme, takdir merupakan suatu hal yang
ditentukan oleh unsur biologis dan lingkungan. J.S. Badudu menjelaskan, jika aliran
ini akan memandang nasib sebagai bukan sesuatu yang ditentukan oleh Tuhan,
melainkan nasib ditentukan oleh keadaan masyarakat sekitarnya. Aliran ini
berpendapat jika ke-mlarat-an yang dialami seseorang, sifat jahat yang dimiliki
seseorang, maupun sakit yang diderita seseorang bukanlah karena takdir Tuhan,
melainkan karena pengaruh lingkungan.

-

Ekspresionalisme : Ekspresionalisme dijelaskan oleh H. B. Jassin merupakan suatu
aliran di mana penganutnya mampu mengenali manusia hingga pikiran dan perasaan
yang paling dalam, kesedihan dan kesengsaraan, ketinggian rasa susila, dan
kerendahan hawa nafsu. Pada aliran ini, si pengarang seolah-olah masuk ke dalam
tokoh-tokohnya, dan aktif di dalam jiwa tokoh tersebut Aliran jenis ini. Menjadikan

pengarang sebagai pemain yang subjektif, yang turut menyatakan apa yang menjadi
dirinya, pada setiap cerita yang ia tuliskan.
-

Romantisme : Aliran romantisme memfokuskan pada perasaan. Romantisme kadang
dianggap sebagai penyakit kaum muda yang belum banyak mengecap pahit-manis
kehidupan, di mana mereka lebih sering mengukur segalanya dengan intuisi dan
perasaan tanpa melibatkan otak. Aliran romantisme sangat mementingkan
penggunaan kata-kata indah, serta pengandaian atau awang-awang di alam mimpi.
Karya romantisme ada jenis yang cengeng, yang melukiskan kegalauan jiwa remaja
yang berlagu tentang bahagia romansa seakan dunia hanya milik berdua, berlarian di
taman bunga yang indah dipayungi awan dan pelangi yang menghiasi. Namun, ada
pula jenis romantisme dewasa yang dibalut dengan pengalaman dan pengetahuan
yang mampu melahirkan karya sastra mengharukan, seperti “Romeo dan Juliet” karya
Shakespeare serta “Les Mirables” karya Victor Hugo.

-

Idealisme : Aliran ini didefinisikan oleh Sabarudin Ahmad, sebagai aliran romantisme
yang mendasarkan cita-cita ceritanya, bertumpu pada cita-cita atau ide si penulis
semata. Pengikut aliran ini akan memandang jauh ke depan, ke masa mendatang
dengan segala kemungkinan, yang diharapkan akan terjadi. Karya aliran ini umumnya
indah dan menawan, salah satu contohnya adalah penciptaan tokoh Tuli dalam cerpen
Layar Terkembang yang diceritakan mampu mewujudkan cita-citanya untuk
mengangkat harkat markabat kaum wanita seperti yang dicita-citakan R. A. Kartini.
Karya lain yang tergolong aliran idealisme antara lain “Pertemuan Jodoh” karya
Abdul Muis serta “Siti Nurbaya” karya Marah Rusli.

-

Surealisme : Aliran ini muncul di Perancis dalam rentang Perang Dunia Pertama dan
Perang Dunia Kedua. Tokoh aliran ini berusaha menggambarkan suatu dunia mimpi
tanpa mengarahkan maksudnya, sehingga pembaca didorong untuk memberikan
penafsiran mereka sendiri–sendiri. Penggambaran cerita dalam aliran surealisme
umumnya melompat-lompat sehingga sulit untuk dipahami. Pembaca dituntut mampu
menyatukan sendiri tata bahasa, pemikiran, serta logika yang ditampilkan secara acak
oleh pengarang di dalam karya surealismenya.

Teknik Menulis Cerita Pendek :
-

Paragraf Pertama Yang Mengesankan : Paragraf pertama merupakan kunci pembuka.
Cerita pendek merupakan karangan pendek, paragraph pertama dapat langsung masuk
pada pokok persoalan, dan bukannya melantur pada hal-hal yang klise apalagi bila
kemudian terkesan menggurui. Hal tersebut tentunya hanya menimbulkan kebosanan
dan rasa apatis bagi pembacanya.

-

Menggali Suasana : Melukiskan suatu latar kadang-kadang memerlukan detail yang
agak apik dan kreatif. Penggambaran suasana yang biasa-biasa dan sudah dikenal
umum tidak akan menarik bagi pembaca. Jika hendak melukiskan keadaan kota
Jakarta dengan gedung-gedung yang tinggi, kesemerawutan lalu lintas, dan keramain
kotanya, penggambaran itu tidaklah menarik. Karena penggambaran tersebut bukan
merupakan hal yang baru. Akan tetapi, bila melukiskan keadaan kota Jakarta dengan
mengkaitkannya pada suasana hati tokoh ceritanya penggambaran itu lebih
menyentuh pembacanya.

-

Menggunakan Kalimat Efektif : Kalimat efektif adalah kalimat yang langsung
memberikan kesan kepada pembacanya. Dengan menggunakan kalimat efektif,
pembaca diharapkan dapat lebih mudah menangkap maksud dari setiap bagian cerita
hingga tamat.Selain menggunakan kalimat efektif pengarang juga dituntut untuk
memiliki kekayaan kosakata dan gaya bahasa agar cerita yang dibuatnya dapat
mengalir dengan lancer dan tidak kering serta membosankan.

-

Menggerakkan Tokoh (Karakter) : Dalam cerita selalu ada tokoh. Tokoh-tokoh yang
hadir senantiasa bergerak secara fisik atau psikis hingga terlukis kehidupan yang sama
dengan kehidupan sehari-hari.

-

Fokus Cerita : Dalam cerita pendek, segala bentuk harus berfokus pada satu persoalan
pokok.

-

Sentakan Akhir : Cerita harus diakhiri apabila persoalan sudah dianggap selesai.
Kecenderungan cerita-cerita mutkhir adalah sentakan akhir yang membuat pembaca
ternganga dan penasaran. Yang jelas, teks cerita pendek sudah berakhir sebagaimana
dikehendaki pengarangnya.

Fungsi Sastra Dalam Cerpen Dibagi Dalam Lima Golongan,
Diantaranya Ialah :
-

Fungsi rekreatif, yaitu memberikan rasa senang, gembira, serta menghibur para
penikmat atau pembacanya.
Fungsi didaktif, yaitu mengarahkan dan mendidik para penikmat atau pembacanya
karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung didalamnya.
Fungsi estetis, yaitu memberikan keindahan bagi para penikmat atau para
pembacanya.
Fungsi moralitas, yaitu fungsi yang mengandung nilai moral sehingga para penikmat
atau pembacanya dapat mengetahui moral yang baik dan tidak baik bagi dirinaya.
Fungsi relegiusitas, yaitu mengandung ajaran agama yang dapat dijadikan teladan
bagi para penikmatnya atau pembacanya.