Persepsi Pedagang Terhadap Penggunaan Ruang Privat dan Publik pada Koridor Brigjen Katamso Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persepsi sebagai salah satu pendekatan arsitektur perilaku
2.1.1 Pengertian persepsi
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Surayin,2001:433), Persepsi adalah
tanggapan atau penerimaan langsung dari suatu serapan atau proses mengetahui
suatu hal melalui pancainderanya. Menurut Bintari (2011) Persepsi manusia di
pengaruhi oleh persepsi lingkungan nya dan juga lingkungan yang dibentuk oleh
ruang dengan warna, teksture dan perubahan bentuk. Dalam hal ini ruang yang
dimaksud adalah ruang spatial.
2.1.2 Pembahasan Arsitektur Pelaku
Arsitektur perilaku adalah Arsitektur yang penerapannya selalu
mempertimbangankan perilaku dalam merancang desain arsitektur (sebagai
lingkungan fisik) yaitu bahwa desain arsitektur dapat menjadi fasilitator
terjadinya perilaku atau sebaliknya sebagai penghalang terjadinya perilaku (JB.
Watson 1878-1958 ). Menurut Rapoport

(Haryadi, 1995) kajian arsitektur

perilaku-lingkungan salah satunya berkaitan tentang bagaimana lingkungan

mempengaruhi perilaku manusia didalamnya dan unsur-unsur fisik yang
menyebabkan manusia berprilaku berbeda dalam suatu setting (ruang).

6
Universitas Sumatera Utara

Menurut Rapoport (Haryadi, 1995), bahwa perancangan arsitektur
menyangkut pengorganisasian dari ruang (space), waktu (time), arti (meaning),
serta komunikasi. Jadi aplikasinya ke dalam Arsitektur Perilaku-Lingkungan
adalah pengorganisasian ruang, waktu, makna atau kesan, warna, tekstur dan
bentuk. Beberapa konsep penting dalam pengkajian arsitektur perilaku
lingkungan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah setting perilaku dan
persepsi lingkungan.
2.1.3 Behaviour setting ( setting perilaku)
Menurut Barker (1968) dalam Laurens (2004:131), behaviour setting adalah
“tatar perilaku” yaitu pola perilaku manusia yang berkaitan dengan lingkungan
fisiknya. Sama halnya dengan pernyataan Haviland (1967) dalam Laurens
(2004:131) bahwa tatar perilaku sama dengan “ruang aktivitas” untuk
menggambarkan suatu hubungan antara perilaku dan lingkungan dalam
perancangan arsitektur. Behaviorisme adalah teori yang mempelajari tentang

bagaimana perilaku manusia ketika dikendalikan oleh faktor lingkungan. Dalam
arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang
individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan.
Dengan kata lain, apabila terdapat perubahan setting yang disesuaikan dengan
suatu kegiatan, maka akan ada imbas atau pengaruh terhadap perilaku manusia.
Variabel yang berpengaruh terhadap perilaku manusia (Setiawan, 1995), antara
lain :


Ruang. Hal terpenting dari pengaruh ruang terhadap perilaku manusia
adalah fungsi dan pemakaian ruang tersebut. Perancangan fisik ruang

7
Universitas Sumatera Utara

memiliki variable yang berpengaruh terhadap perilaku pemakainya.


Ukuran dan bentuk. Ukuran dan bentuk ruang harus disesuaikan
dengan fungsi yang akan diwadahi, ukuran yang terlalu besar atau kecil

akan mempengaruhi psikologis pemakainya.



Perabot dan penataannya. Bentuk penataan perabot harus disesuaikan
dengan sifat dari kegiatan yang ada di ruang tersebut. Penataan yang
simetris memberi kesan kaku, dan resmi. Sedangkan penataan asimetris
lebih berkesan dinamis dan kurang resmi.



Warna. Warna memiliki peranan penting dalam mewujudkan suasana
ruang dan mendukuing terwujudnya perilaku-perilaku tertentu. Pada
ruang, pengaruh warna tidak hanya menimbulkan suasana panas atau
dingin, tetapi warna juga dapat mempengaruhi kualitas ruang tersebut.



Suara, Temperatur dan Pencahayaan. Suara diukur dengan decibel,
akan berpengaruh buruk bila terlalu keras. Demikian pula dengan

temperatur dan pencahayaan yang dapat mempengaruhi psikologis
seseorang.

2.1.4 Environmental perception ( persepsi tentang lingkungan)
Persepsi lingkungan adalah interpretasi tentang suatu seting oleh individu,
didasarkan latar belakang budaya, nalar, dan pengalaman individu tersebut
(Haryadi dan Setiawan,2010). Rapoport (1997) berpendapat bahwa peran persepsi
lingkungan sangat penting dalam perancangan lingkungan karena keputusan
perancangan akan di tentukan oleh persepsi lingkungan perancang. Yang di

8
Universitas Sumatera Utara

maksud disini adalah seorang harus memahami persepsi masyarakat tentang
lingkungan nya terlebih dahulu maka akan terciptalah lingkungan yang sesuai
dengan masyarakat.

2.2

Ruang publik dan privat

Pengertian ruang publik secara singkat merupakan suatu ruang yang

berfungsi untuk kegiatan-kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan sosial,
ekonomi, dan budaya (Darmawan, 2009). Sedangkan ruang privat yang
dimaksud pada penelitian ini adalah penggunaan ruang publik yang beralih
fungsi menjadi ruang privat. Lawson (2011:11 dalam Nuraeni, 2008)
berpendapat bahwa ruang publik tidak memiliki unsur-unsur privat, karena yang
diutamakan adalah fungsi-fungsi publik dan interaksi, ini yang membedakannya
dengan ruang privat yang tidak memiliki interaksi. Menurut Sunaryo (2010)
faktor pembentuk ruang ada 3 yaitu;
1. Fisik, terdiri dari jalan dan massa bangunan (Krier, 1979; Carr, 1992)
atau bangunan yang terbuka untuk publik (Madanipour, 2003)
2. Fungsi, meliputi fungsi sosial, komersial, rekreasi, sirkulasi/pergerakan
(Krier, 1979; Trancik, 1987; Madanipour, 2003)
3. Kepemilikan, bersifat publik, privat atau merupakan kombinasi dari
keduanya (Trancik, 1987; Madanipour, 2003; Carr, 1992),

9
Universitas Sumatera Utara


2.2.1 Koridor sebagai ruang publik
Dalam teori lingkungan dan perilaku, sebuah ruang kota ( koridor)
merupakan teritori publik yang bebas untuk di akses dan digunakan oleh
masyarakat

dengan

batasan-batasan

tertentu

(Haryadi

dan

Setiawan,2010).Sedangkan menurut Spreiregen (1965) , koridor adalah salah
satu komponen dari urban yang berbentuk linear yang tertutup di kedua sisinya
tetapi dipersatukan oleh dinding-dinding di sekitarnya.

Jacobs (1995)


mengatakan bahwa ada beberapa kriteria dalam perancangan koridor, yaitu
sebagai berikut :
o Adanya perbandingan proporsi antara tinggi bangunan dengan lebar
jalan
o Mempunyai fungsi yang jelas
o Bangunan di sekitar koridor memiliki kesatuan yang saling
melengkapi

2.2.2 Pengertian dan karakter koridor
Koridor adalah suatu jalan yang pada sepanjang sisi kiri dan kanan di batasi
oleh dinding dan membentuk fasad. Suatu jalan dikatakan sebagai koridor
apabila dapat menghubungkan suatu tempat ke tempat lain dan menggabungkan
bagian dari tempat tersebut ( Darmawan, Sari, & Soetomo, 2005). Salah satu

10
Universitas Sumatera Utara

bentuk dari jalan adalah koridor, yang merupakan ruang pergerakan linear,
sebagai sarana untuk sirkulasi.

Spesifikasi dan karakteristik fisik dan non fisik pada suatu koridor jalan
sangat besar pengaruhnya dalam menentukan wajah dan bentuk koridor itu
sendiri. Keberadaan suatu koridor sebagai pembentuk arsitektur kawasan kota
tidak akan lepas dari elemen-elemen pembentuk citra koridor tersebut (Krier,
1979: 61), yaitu:
1. Wujud bangunan
Merupakan wajah atau tampak dan bentuk bangunan yang ada di sepanjang
koridor. Wajah dan bentuk bangunan tersebut merupakan tapak keseluruhan
dari suatu koridor yang mampu mewujudkan identitas dan citra arsitektur suatu
kawasan.
2. Figure ground
Merupakan hubungan penggunaan lahan untuk massa bangunan dan ruang
terbuka. Struktur tata ruang kota menurut Trancik (1986: 101) terdiri dari dua
elemen pokok, yaitu massa bangunan kawasan (urban solid) dan ruang terbuka
kawasan (urban void). Kedua elemen tersebut membentuk pola padat rongga
ruang kota yang memperlihatkan struktur ruang kawasan kota dengan jelas.
3. Street and Pedestrian ways
Merupakan jalur jalan pergerakan kendaraan dan bagi pejalan kaki yang
dilengkapi dengan parkir, elemen perabot jalan (street furniture), tata tanda


11
Universitas Sumatera Utara

(signage), dan pengaturan vegetasi sehingga mampu menyatu terhadap
lingkungan. Koridor jalan dan jalur pejalan kaki merupakan ruang pergerakan
linear sebagai sarana sirkulasi dan aktivitas manusia dengan skala padat.
Karakteristiknya ditentukan oleh bangunan yang melingkupinya dan aktivitas
yang ada pada koridor tersebut (Krier, 1979). Selain itu, pembangunan yang
terkontrol dengan koridor jalan untuk kendaraan mempunyai kontribusi yang
besar bagi pergerakan dan bentuk traffic dalam suatu perkotaan (Bishop, 1989).
Dalam buku desaining urban koridor (Bishop, 1989) terdapat dua macam urban
koridor, yaitu :
• Commercial koridor, urban komersial koridor yang di dalamnya terdapat
beberapa jalan untuk kendaraan utama dan melewati kota. Biasanya
dimulai dari area komersial yang ada kemudian menuju pusat sub-urban
yang baru dan padat perdagangan, perkantoran dan pusat – pusat
pelayanan.


Scenic koridor, memang kurang umum jika dibandingkan dengan


komersial koridor, tetapi scenic koridor memberikan pemandangan yang
unik dan terkenal atau pengalaman rekreasi bagi pengendara kendaraan
saat mereka melewati jalan tersebut. Walaupun scenic koridor kebanyakan
terdapat di area pedesaan, beberapa komunitas masyarakat mengenali
keunikan

urban koridor

tersebut karena memberikan kesempatan

pemandangan bagi mereka dalam perjalanan dengan kendaraan.

12
Universitas Sumatera Utara

Keberadaan suatu koridor sebagai pembentuk elemen kota tidak akan lepas
dari faktor – faktor yang ada dalam koridor tersebut, yaitu :
- Fasade
- Figure Ground

- Pedestrian ways
Rob Krier dalam Urban Space (1979) berpendapat bentuk koridor adalah
ruang terbuka dengan bentuk memanjang yang memiliki batas – batas di sisinya.
Menurut Edmun Bacon, koridor berbentuk deretan massa yang menciptakan
Iinkage visual antara dua tempat. Roger Trancik (1986) menyebutkan bahwa
pola massa dalam sebuah koridor adalah suatu figure ground ini dapat membantu
untuk mengidentifikasikan sebuah tekstur dan pola tata ruang, selain itu juga
masalah pembentukan dinding koridor.
2.2.3 Koridor komersil
Koridor komersial biasanya berupa jalan yang pada sisi kanan dan kirinya
dipenuhi oleh perpetakan lahan properti komersial yang biasanya berupa
perkantoran maupun aktivitas komersial lainnya. Pola perkembangan yang
umum ditemukan pada koridor jalan adalah pola ribbons development dimana
pada pola perkembangan ini ditemukan tersebarnya beragam aktivitas di
sepanjang koridor jalan raya yang

terkadang tidak terencana dalam

pertumbuhannya dan biasanya tergantung terhadap arus lalu lintas yang ada
(Verbeek, Boussauw, & Pisman, 2014).

Menurut PPS (Project for Public

Space), terdapat beberapa elemen pada koridor komersial, antara lain:

13
Universitas Sumatera Utara

1. Kenyamanan dan identitas
a) Menciptakan budaya lokal dan identitas
b) Adanya elemen penanda sebagai informasi kepada pengunjung
c) Terdapat ruang tempat duduk untuk para pengunjung, lansekap, elemen
pencahayaan yang baik, dan perabot jalan yang memberikan keamanan
dan kenyamanan
2. Aksesibilitas
a) Kemudahan dalam menyebarang dan melintasi jalan
b) Mengakomodasi dan memberikan kenyamanan bagi pengguna
pedestrian
c) Terdapat transportasi public

3. Fungsi dan aktivitas
a) Keragaman aktivitas seperti tempat makan, toko, dan lainnya
b) Pengunjung merasa betah berada pada koridor ini
c) Aktivitas di koridor mengundang pengunjung lain untuk berkunjung ke
koridor ini

4. Mendukung fungsi sosial
a) Masyarakat dapat berkumpul di koridor
b) Adanya rasa memiliki terhadap koridor
c) Adanya ruang untuk melakukan kegiatan dalam kondisi apapun

14
Universitas Sumatera Utara