Persepsi Pedagang Terhadap Teritori Dalam Penggunaan Ruang Publik (Studi Kasus : Koridor Jalan Iskandar Muda, Medan)

BAB I.
PENDAHULUAN

1.1.

Latar belakang

Salah satu faktor keberhasilan dalam perencanaaan kota adalah dengan
adanya ruang publik kota yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan perkotaan
melalui fungsi pemanfaatan ruang di dalamnya (Darmawan, 2007). Pertumbuhan
suatu ruang kota memang selalu dipicu oleh adanya aktivitas di dalamnya baik
secara ekonomi, sosial, budaya maupun politik. Hal ini dikarenakan bentuk fisik
suatu kota dengan aktivitas masyarakat yang saling terkait satu sama lain.
Terlebih lagi adanya aktivitas ekonomi seperti perdagangan dan jasa yang
memberikan

pengaruh

yang

cukup


signifikan

bagi

pertumbuhan

dan

perkembangan spasial suatu kota. Salah satu produk ruang kota yang bertumbuh
dan berkembang pesat adalah koridor komersial.

Koridor merupakan salah satu bentuk ruang publik kota yang dapat
diakses oleh siapa saja dan digunakan bersama. Koridor jalan sebagai linear space
tidak sekedar menjadi ruang sirkulasi, namun juga sangat berpotensi untuk
tumbuh dan berkembang sebagai ruang aktivitas masyarakat (Shirvani, 1985).
Namun, apabila fenomena pertumbuhan aktivitas di suatu koridor tidak terkontrol,
hal tersebut akan mengakibatkan rusaknya sistem kota dari segi kenyamanan
transportasi dan sirkulasi.


Jalan Iskandar Muda merupakan salah satu koridor komerisal Kota Medan
yang strategis dengan berbagai aktivitas masyarakat perkotaan baik berupa
perkantoran, perbankan, kampus, restauran, cafe, pertokoan dan bisnis ritel.
Sebagai wilayah dengan fungsi dan peranannya sebagai wilayah perkotaan dan
didominasi oleh aktivitas perekonomian, maka perkembangan pola pemanfaatan
ruang di koridor Iskandar Muda pun cukup pesat. Berdasarkan observasi awal
pada koridor Jalan Iskandar Muda, peneliti menemukan mayoritas pemilik toko
cenderung menjajakan barang dagangannya hingga ke area pedestrian. Hal ini
1

Universitas Sumatera Utara

tentunya akan menimbulkan konflik dengan pengguna fasilitas pedestrian yaitu
pejalan kaki. Banyaknya aktivitas masyarakat di koridor ini juga mendorong
sektor informal seperti PKL untuk memanfaatkan lahan pedestrian sebagai lahan
usaha. Fenomena ini sebenarnya bukanlah suatu yang baru, dimana ketika lokasi
sekelilingnya menawarkan kawasan strategis untuk berdagang yang didukung
dengan kurangnya perencanaan tata ruang kota bagi sektor informal, maka
dampaknya secara tidak langsung menjadikan ruas Jalan Iskandar Muda tidak
hanya melayani pergerakan transportasi, melainkan aktivitas jual-beli di jalur

pedestrian.

Dengan kondisi tersebut, setiap pemilik toko maupun PKL secara tidak
sadar telah mengintervensi fasilitas pedestrian yang semestinya digunakan untuk
pejalan kaki dan kemudian membentuk/ mengsetting ruang tersebut sebagai area
yang dimilikinya. Dalam pemanfaatan ruang-ruang publik untuk menjalankan
aktivitas pribadi, dimana masyarakat membentuk wilayah yang dianggap masuk
dalam kekuasaannya, hal ini sangat berkaitan erat dengan masalah teritori.

Penelitian ini bermaksud untuk membahas mekanisme pedagang sebagai
pengguna ruang publik yang mana menunjukkan adanya konflik teritorialitas
dalam penggunaan ruang dengan pendekatan persepsi. Pentingnya penggunaan
pendekatan persepsi sebagai salah satu konsep arsitektur perilaku sejalan dengan
gagasan Rapoport (1977), bahwa peran persepsi lingkungan dalam konteks kajian
arsitektur perancangan lingkungan sangat penting karena keputusan-keputusan
atau pilihan perancangan akan ditentukan oleh persepsi lingkungan perancang.

Berdasarkan observasi awal peneliti yang menemukan permasalahanpermasalahan yang terjadi karena adanya konflik teritorialitas di ruang publik
Koridor Jalan Iskandar Muda menjadikan permasalahan ini memiliki urgensi
untuk diselesaikan. Selain itu, penelitian-penelitian sejenis yang mengangkat

permasalahan teritorialitas di lokasi tersebut masih cukup jarang. Hal tersebut
mendorong studi mengenai persepsi pedagang terhadap teritorialitas di Koridor
Jalan Iskandar Muda Medan ini untuk diteliti.

2

Universitas Sumatera Utara

1.2.

Perumusan Masalah

Koridor Jalan Iskandar Muda Medan merupakan kawasan komersil
strategis dengan berbagai aktivitas masyarakat di dalamnya terutama aktivitas
ekonomi seperti perdagangan dan jasa. Hal ini tentunya mendorong lahirnya
sektor informal dalam kasus ini adalah pedagang kaki lima yang memanfaatkan
jalur pedestrian sebagai lahan usaha. Selain sektor informal, beberapa sektor
formal seperti restoran, pertokoan, dan bisnis ritel juga memanfaatkan jalur
pedestrian sebagai tempat men-display barang dagangan. Aktivitas-aktivitas
perekonomian di koridor ini pada akhirnya mengakibatkan rusaknya sistem kota

dari segi kenyamanan transportasi dan sirkulasi.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai persepsi pedagang dalam hal ini pemilik toko dan
para pedagang kaki lima (PKL) sebagai user terhadap pengunaan ruang publik
kota di koridor Jalan Iskandar Muda Medan dengan menggunakan pendekatan
teritori. Oleh karena itu research question yang diangkat dalam penelitian ini
adalah:

"Bagaimana persepsi pedagang terhadap teritorialitas dalam menggunakan
ruang publik koridor Jalan Iskandar Muda Medan?".

3

Universitas Sumatera Utara

1.3.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis persepsi


pedagang terhadap teritorialitas dalam menggunakan ruang publik koridor Jalan
Iskandar Muda Medan.

1.4.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat praktis, memberi rekomendasi bagi pemerintah kota dalam
menetapakan regulasi perencanaan dan penataan area perdagangan
sektor formal maupun sektor informal pada koridor Jalan Iskandar
Muda Medan sehingga semua user di ruang publik ini merasa nyaman.
Selain itu juga memberi rekomendasi bagi arsitek/ perencana sebagai
masukan dalam merancang/ menata ruang publik koridor komersial.

2. Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah masukan
ilmu pengetahuan arsitektur perilaku, khususnya dalam hubungan
antara ruang terhadap perilaku manusia.

4


Universitas Sumatera Utara

1.5. Kerangka Berpikir
LATAR BELAKANG:
Koridor Jalan merupakan ruang publik kota yang berfungsi sebagai
wadah berbagai kegiatan/ aktivitas di dalamnya. Namun, seiring
waktu pertumbuhan koridor mengakibatkan adanya konflik di
antara penggunanya. Problematika ini didasari oleh adanya
intervensi dari pedagang yang menjajakan dagangannya di teritori
yang semestinya digunakan untuk pejalan kaki. Jalan Iskandar
Muda merupakan salah satu koridor komersial yang bertumbuh di
Kota Medan dan memiliki permasalahan tersebut.

PERMASALAHAN
Bagaimana persepsi pedagang
terhadap
teritorialitas
dalam
menggunakan ruang publik koridor

Jalan Iskandar Muda Medan?

1.
2.
3.
4.

TUJUAN PENELITIAN
Menganalisis persepsi pedagang
terhadap
teritorialitas
dalam
menggunakan ruang publik koridor
Jalan Iskandar Muda Medan

KAJIAN TEORI
Project for Public Space
Haryadi dan Setiawan, 2010
Altman, 1975
Fatimah, 2011


TAHAP AWAL
PENELITIAN

Variabel Metodologi
Aspek Fisik Koridor Komersial:
1. Aksesibilitas
2. Signage
3. Street Furniture
4. Fungsi Aktivitas

Analisa Data

Persepsi terhadap Teritori:
1. Primary Territory
2. Secondary Territory
3. Public Territory
4. Faktor Personal
5. Faktor Kultural
6. Faktor Fisik

TAHAP PENGUMPULAN
DATA DAN ANALISA

Kesimpulan dan Rekomendasi:
- Persepsi pedagang terhadap teritori
- Memberikan rekomendasi bagi praktisi
maupun pemerintah serta memperkaya studi
ilmu arsitektur lingkungan dan perilaku

KELUARAN

5

Universitas Sumatera Utara