Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja dan Strategi Peningkatan Kinerja Penyuluh Pertanian di Kabupaten Langkat

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan yang berasal dari kata dasar “suluh” atau obor, sekaligus
sebagai terjemahan dari kata “voorlichting” dapat diartikan sebagai kegiatan
penerangan atau memberikan terang bagi yang dalam kegelapan. Sehingga
penyuluhan juga sering diartikan sebagai kegiatan penerangan (Totok Mardikanto,
2009).
Penyuluhan

merupakan

keterlibatan

seseorang

untuk

melakukan


komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya
memberikan pendapat sehingga bisa membuat kepeutusan yang benar (Van den
Ban dan Hawkins, 1999).
Penyuluhan pertanian diartikan sebagai pendidikan luar sekolah yang
ditujukan kepada petani dan keluarganya agar dapat bertani lebih baik,
berusahatani yang lebih menguntungkan dan terwujudnya kehidupan yang lebih
sejahtera bagi keluarga dan masyarakatnya (Totok Mardikanto, 2009).
Definisi penyuluhan pertanian menurut UU Nomor 16 Tahun 2006 adalah
proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan
mampu menolong dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,
permodalan, dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraan, serta meningkatkan
kesadaran dalam pelestarian lingkungan hidup (Isran Noor, 2012).
Penyuluh dapat diartikan sebagai seseorang yang atas nama Pemerintah
atau lembaga penyuluhan berkewajiban untuk mempengaruhi proses pengambilan

Universitas Sumatera Utara

keputusan yang dilakukan oleh (calon) penerima manfaat penyuluhan untuk

mengadopsi inovasi (Totok Mardikanto, 2009).
Menurut Isran Noor (2012), fungsi penyuluh pertanian adalah berperan
sebagai motivator, fasilitator, dan dinamisator dalam kegiatan penyuluhan
pertanian seperti membantu mencarikan informasi inovasi/ teknologi, permodalan,
pemasaran, mengajarkan keterampilan, menawarkan/ merekomendasikan paket
teknologi, menfasilitasi, dan mengembangkan swadaya dan swakarya petani. Ada
beberapa peran penyuluh pertanian, diantaranya:
1. Memfasilitasi proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha
2. Mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber
informasi, teknologi, dan sumberdaya lainnya
3. Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan
pelaku utama dan pelaku usaha
4. Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuh-kembangkan
organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi,
produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik dan berkelanjutan
5. Membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang
dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola
usaha
6. Menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian
fungsi lingkungan

7. Melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian yang maju dan
modern bagi pelaku utama dan pelaku usaha secara berkelanjutan

Universitas Sumatera Utara

2.2. Review Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, penulis tidak lepas dari review, masukan, dan
referensi dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang sangat membantu dalam
menentukan alur dan langkah-langkah yang diambil. Adapun review penelitian
terdahulu dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Review penelitian terdahulu
No.
1.

2.

Judul/ Nama
Peneliti
Faktor-Faktor
yang

Mempengaruhi
Kinerja
Penyuluh
Pertanian di
Kabupaten
Mandailing
Natal/ Rafiqah
Amanda Lubis

Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Kinerja
Penyuluh
Pertanian dan
Dampaknya
pada Perilaku
Petani Padi di
Jawa Barat/
Teddy Rachmat

Muliady

Variabel

Metode

Hasil Penelitian

Kinerja
penyuluh,
umur, tingkat
pendidikan,
masa kerja,
jumlah
petani
binaan, gaji

Analisis
univariat,
bivariat, dan

multivariat

Faktor-faktor
karakteristik
penyuluh yang
berpengaruh secara
signifikan dengan
keberhasilan kinerja
penyuluh yaitu
tingkat pendidikan,
sedangkan faktorfaktor karakteristik
penyuluh yang tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap
keberhasilan kinerja
penyuluh yaitu gaji,
umur, masa kerja,
dan jumlah petani
binaan


Karakteristik
penyuluh,
kompetensi
penyuluh,
motivasi
penyuluh,
kinerja
penyuluh,
dan perilaku
petani padi

SEM
(Structural
Equation
Model) dengan
program
LISREL
(Linear
Structural
Relationships)


Karakteristik
penyuluh,
kompetensi
penyuluh, dan
motivasi penyuluh
berpengaruh nyata
terhadap kinerja
penyuluh. Dampak
kinerja penyuluh
terhadap perilaku
petani padi adalah
sebesar 25%

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan...

No.
3.


Judul/ Nama
Peneliti
Kinerja
Penyuluh
Pertanian PNS
dalam
Melaksanakan
Tupoksi di
Kabupaten
Bogor/
Kusmiyati, et al

Variabel

Metode

Hasil Penelitian

Pendidikan

formal,
umur,
motivasi,
ketersediaan
informasi,
intensitas
penyuluhan,
kebijakan
pemerintah,
tupoksi, dan
kinerja
penyuluh

Analisis
deskriptif

Faktor internal yang
mendukung kinerja
dalam melaksanakan
tupoksi adalah

tingkat pendidikan
formal, faktor
eksternal yang
mendukung kinerja
dalam melaksanakan
tupoksi adalah
kebijakan
pemerintah

4.

Hubungan
Karakteristik
dengan Kinerja
Penyuluh
Pertanian di
Provinsi Jawa
Barat/ Nani
Sufiani Suhanda

Kinerja
penyuluh,
usia, jenis
kelamin,
masa kerja,
jabatan,
pendidikan
formal,
pelatihan

Descriptive
statistics

Karakteristik
penyuluh (usia, jenis
kelamin, masa kerja,
jabatan, pendidikan
formal, dan
pelatihan)
berhubungan nyata
dengan kinerja
penyuluh pertanian

5.

Faktor-Faktor
yang
Berpengaruh
pada Kinerja
Penyuluh
Pertanian dan
Dampaknya
pada
Kompetensi
Petani Kakao di
Empat Wilayah
Sulawesi
Selatan/ Sapar et
al.

Kinerja
penyuluh,
karakteristik,
kompensasi,
motivasi,
kemandirian

SEM
(Structural
Equation
Model) dengan
program
LISREL
(Linear
Structural
Relationships)

Faktor-faktor yang
berpengaruh pada
kinerja penyuluh
yaitu karakteristik
dengan kompetensi,
karakteristik dengan
motivasi,
karakteristik dengan
kemandirian,
kompetensi dengan
motivasi, dan
motivasi dengan
kemandirian

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan…

No.
6.

7.

Judul/ Nama
Peneliti
Analisis Strategi
Peningkatan
Kinerja
Penyuluhan
Pertanian di
Kabupaten
Serdang
Bedagai/
Theresia Mei M.
Hutapea

Strategi
Peningkatan
Kinerja
Penyuluh
Pertanian dalam
Pengembangan
Agribisnis di
Kabupaten
Banyuwangi/
Danang Sudarso
Widya Prakoso
Joyo Widakdo

Variabel

Metode

Hasil Penelitian

Kinerja
penyuluh,
faktor
internal
(kekuatan
dan
kelemahan),
faktor
eksternal
(peluang dan
ancaman)

Analisis
SWOT

Strategi peningkatan
kinerja yaitu
peningkatan peran
organisasi
penyelenggaraan
penyuluhan
pertanian,
peningkatan jenjang
karier dan
kesejahteraan
penyuluh pertanian,
dan peningkatan
peran lembaga
pendukung
penyuluhan
pertanian

Kinerja
penyuluh,
faktor
internal
(kekuatan
dan
kelemahan),
faktor
eksternal
(peluang dan
ancaman)

metoda IE,
SWOT dan
QSPM

Strategi peningkatan
kinerja penyuluh
adalah perlunya
evaluasi monitoring
kinerja penyuluh
pertanian secara
berkala,
penambahan kuota
penerimaan
penyuluh PNS,
penguatan TI,
intensifikasi
program pelatihan
kinerja penyuluh,
peningkatan
kerjasama antar
instansi pemerintah,
peran poktan untuk
ikut melaksanakan
monitoring terhadap
kinerja penyuluh

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan…

No.
8.

Judul/ Nama
Peneliti
Analisis Strategi
Peningkatan
Kinerja Bagian
Sekretariat pada
Dinas
Pendidikan,
Pemuda dan
Olahraga
Kabupaten
Banggai/
Rahmawati
Halim

Variabel

Metode

Hasil Penelitian

Kinerja
pegawai,
faktor
internal
(kekuatan
dan
kelemahan),
faktor
eksternal
(peluang dan
ancaman)

Analisis
SWOT

Hasil analisis
strategi masuk
dalam Kuadran I,
artinya memiliki
kondisi yang sangat
menguntungkan
dimana memiliki
kekuatan dan
peluang untuk
mendukung
pencapaian kinerja
yang lebih baik

9.

Strategi
Peningkatan
Kinerja Pegawai
Pencatatan Sipil/
Surya Danu
Putra

Kinerja
pegawai,
faktor
internal
(kekuatan
dan
kelemahan),
faktor
eksternal
(peluang dan
ancaman)

Analisis
SWOT

Terdapat Strategi
SO, Strategi ST,
Strategi WO, dan
Strategi ST

10.

Strategi
Peningkatan
Kinerja
Karyawan
Melalui
Pelatihan dan
Pengembangan
di Perum Bulog
Divre Jateng/
Irfa Nurina Jati

Kinerja,
diklat, kuliah

Analisis
deskriptif
kualitatif

Untuk peningkatan
kinerja karyawan,
maka diperlukan
diklat on the job dan
diklat off the job,
serta pemberian ijin
belajar kepada
karyawan untuk
kuliah

Universitas Sumatera Utara

2.3. Landasan Teori

2.3.1. Teori kinerja
Kinerja ialah cara melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari
pekerjaan tersebut. Jadi kinerja ialah hal-hal yang dikerjakan dan cara
mengerjakannya. Kinerja (prestasi kerja) ialah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara dan Prabu,
2000).
Menurut Sulistiyani (2003) kinerja seseorang merupakan kombinasi dari
kemampuan, usaha dan kesempatan yang dinilai dari hasil kerjanya. Bernadin dan
Russel (dalam Sulistiyani, 2003) menjelaskan bahwa kinerja merupakan dampak
yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama
periode waktu tertentu.
Kinerja dapat diartikan sebagai hasil dari suatu perkerjaan yang dapat
dilihat atau yang dapat dirasakan. Kinerja bisa diukur melalui standar kompetensi
kerja dan indikator keberhasilan yang dicapai seseorang dalam suatu jabatan/
pekerjaan tersebut (Padmowihardjo, 2010). Kinerja seseorang ditentukan oleh
kemampuan ketiga aspek perilaku yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Selama antara kinerja yang dimiliki petugas dengan kinerja yang dituntut oleh
jabatannya terdapat kesenjangan, petugas tersebut tidak dapat berprestasi dengan
baik dalam menyelesaikan tugas pokoknya.
Evaluasi Kinerja Penyuluh Pertanian adalah suatu kegiatan yang
dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan untuk mengukur tingkat
keberhasilan

berdasarkan

parameter

kinerja

Penyuluh

Pertanian

dalam

Universitas Sumatera Utara

melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya (Kementan, 2013). Adapun Indikator
Penilaian Kinerja Penyuluh sebagai berikut:
1. Persiapan Penyuluhan Pertanian:
a. Membuat data potensi wilayah dan agro ekosistem;
b. Memandu (pengawalan dan pendampingan) penyusunan RDKK;
c. Penyusunan programa penyuluhan pertanian desa dan kecamatan;
d. Membuat Rencana Kerja Tahunan Penyuluh Pertanian (RKTPP).
2. Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian:
a. Melaksanakan

desiminasi/

penyebaran

materi

penyuluhan

sesuai

kebutuhan petani;
b. Melaksanakan penerapan metoda penyuluhan pertanian di wilayah binaan;
c. Melakukan peningkatan kapasitas petani terhadap akses informasi pasar,
teknologi, sarana prasarana, dan pembiayaan;
d. Menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan petani dari aspek
kuantitas dan kualitas;
e. Menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan ekonomi petani dari
aspek kuantitas dan kualitas;
f. Meningkatnya produktivitas (dibandingkan produktivitas sebelumnya
berlaku untuk semua sub sektor).
3. Evaluasi dan Pelaporan Penyuluhan Pertanian:
a. Melakukan evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian;
b. Membuat laporan pelaksanaan penyuluhan pertanian.

Universitas Sumatera Utara

2.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Kinerja sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Mangkunegara
(2007), menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja terdiri dari
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (disposisional) yaitu faktor
yang dihubungkan dengan sifat seseorang. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor
yang berasal dari lingkungan seperti perilaku, sikap, dan tindakan rekan kerja,
bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi.
Selain itu, Mangkunegara (2007) juga menyimpulkan bahwa faktor-faktor
penentu kinerja adalah faktor individu dan faktor lingkungan kerja organisasi.
Faktor individu secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang
memiliki integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan fisiknya
(jasmaniah). Dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik,
maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang
baik ini merupakan modal utama individu manusia untuk mampu mengelola dan
mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan
atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi. Faktor
lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam mencapai
prestasi kerja. Faktor lingkungan kerja organisasi yang dimaksud antara lain
uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang menantang,
pola komunikasi kerja efektif, hubungan kerja harmonis, iklim kerja respek dan
dinamis, peluang berkarir dan fasilitas kerja yang relatif memadai.
Menurut Hutapea (2012), ada dua faktor yang mempengaruhi kinerja
penyuluh pertanian dalam bekerja secara professional, yaitu: a) Faktor Internal;
yaitu faktor-faktor yang berasal dari diri penyuluh itu sendiri. Faktor internal

Universitas Sumatera Utara

terdiri dari: pendidikan formal, pelatihan, umur, motivasi, pemanfaatan media
penyuluhan, dan masa kerja/ pengalaman kerja penyuluh pertanian. b) Faktor
Eksternal; yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar penyuluh itu sendiri. Beberapa
faktor eksternal penyuluh yang dipertimbangkan berhubungan dengan kinerja
penyuluh pertanian adalah: ketersediaan sarana dan prasarana yang diperlukan,
sistem penghargaan, jarak wilayah kerja, jumlah desa binaan, jumlah kelompok
tani binaan, teknologi informasi, tingkat partisipasi aktif petani, hubungan dalam
organisasi, dan dukungan pembinaan dan supervisi.
Dalam penelitian ini, faktor-faktor tersebut dijabarkan ke dalam beberapa
poin yang dijadikan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja penyuluh,
antara lain:
1. Umur
Umur seseorang umumnya seiring dengan tingkat kedewasaan individu
dalam berfikir dan bertindak. Kematangan kepribadian seseorang akan terkait
erat dengan umurnya, walaupun untuk kasus tertentu belum tentu seiring.
Umur juga mempengaruhi kekuatan fisik seseorang dalam beraktivitas
termasuk kegiatan penyuluhan. Selain itu umur juga terkait dengan
kemampuan belajar seseorang. Umur antara 10-18 tahun merupakan fase
tercepat dalam kemampuan belajar, selanjutnya umur antara 18-28 tahun
peningkatannya tidak secepat umur sebelumnya, kemudian akan menurun
drastis setelah berumur 60 tahun.
Senada dengan penjelasan tersebut, Muliady (2009) menyatakan
bahwa umur seseorang sangat erat hubungannya dengan kinerja. Produktivitas
seseorang akan menurun dengan bertambahnya umur seseorang, karena

Universitas Sumatera Utara

kecepatan, kecekatan, kekuatan, koordinasi merosot dengan berjalannya
waktu, selain factor kebosanan pekerjaan yang berlarut-larut dan kurangnya
rangsangan intelektual juga akan mengurangi produktivitas. Dengan demikian
diduga umur penyuluh memiliki pengaruh pada tingkat kinerja mereka.
2. Pendidikan Formal
Muliady (2009), menjelaskan bahwa tingkat pendidikan formal
penyuluh akan menunjukkan perbedaan tingkat pengetahuan, sikap, dan
keterampilan

penyuluh

dalam

melaksanakan

tugas,

sehingga

yang

berpendidikan lebih tinggi mampu berfikir lebih abstrak dan memiliki
wawasan yang lebih luas. Selain itu, pendidikan yang lebih tinggi akan
berpengaruh juga pada tingkat adaptasi, mempunyai pilihan-pilihan yang lebih
luas dalam kehidupannya, termasuk dalam melaksanakan penyuluhan. Hal
tersebut senada dengan pendapat Slamet (1992) bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, ada kecenderungan semakin tinggi pula pengetahuan,
sikap, dan keterampilan, efisiensi bekerja dan semakin banyak tahu cara-cara
dan teknik bekerja yang lebih baik dan lebih menguntungkan. Dengan
demikian diduga tingkat pendidikan formal penyuluh memiliki pengaruh pada
tingkat kinerja mereka.
3. Pengalaman kerja
Pengalaman kerja seorang penyuluh dapat dilihat dari lamanya mereka
berperan dalam melakukan penyuluhan. Penyuluh yang berpengalaman berarti
telah banyak melakukan komunikasi dengan kliennya, memahami aspirasinya,
kebutuhannya, dan permasalahan yang dihadapi kliennya (Muliady, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Dengan demikian pengalaman kerja penyuluh dalam melakukan penyuluhan
akan berpengaruh pada kinerja mereka.
4. Jarak wilayah kerja
Lori Mora (2014), menjelaskan bahwa jarak rumah ke kantor yang
relatif jauh, memaksa sejumlah karyawan berkorban melakukannya. Hasil
penelitian menemukan bahwa jarak jauh antara rumah ke kantor menyebabkan
beberapa hal berikut:
a. Rentan mengalami stress
Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Umea di Swedia menemukan,
perjalanan jauh antara rumah dan kantor lebih dari 48 kilometer per hari
bisa membunuh pekerja secara perlahan. Penelitian yang dipimpin oleh
pengamat sosial Swedia, Erika Sandow ini menyebut bahwa pekerja rentan
terserang beragam penyakit seperti tekanan darah tinggi, stres, dan
penyakit jantung. Sehingga pekerja akan lebih cenderung sering izin kerja.
b. Tingkat kebahagiaan rendah
Semakin lama waktu tempuh rumah ke kantor, maka waktu yang bisa
dihabiskan untuk hubungan sosial akan semakin berkurang. Hal ini
didasarkan oleh penelitian yang dilakukan untuk indeks kesehatan GallupHeathways Well-Being. Selain itu, menempuh jarak lebih dari 90 menit
lamanya hanya akan merugikan baik dalam hal fokus kerja, dana dan
waktu.
c. Terjebak macet
Sudah menjadi rahasia umum bahwa macet kerap dirasakan oleh karyawan
yang bekerja di ibu kota seperti Jakarta. Setiap perusahaan tentu

Universitas Sumatera Utara

menetapkan manajemen waktu bagi karyawannya agar lebih disiplin
bekerja, demikian dengan kedisiplinan Anda tiba di kantor. Akan menjadi
berbahaya bila Anda sudah kerap kali datang terlambat ke tempat kerja.
Untuk itu, jika kemacetan menjadi persoalan setiap kali Anda bekerja,
maka Anda harus rela berkorban dengan bangun lebih dini dan berangkat
di saat jalanan masih bebas hambatan.
d. Semangat kerja menurun
Berangkat setiap pagi sedini mungkin dan tiba di rumah larut malam, pada
akhirnya akan mempengaruhi stamina Anda. Rasa lelah yang dialami saat
menempuh perjalanan jauh dari rumah ke kantor tentu akan membuat
semangat

Anda

sedikit

menurun

sebelum

memulai

aktifitas.

Dilematis memang bila kondisi memaksa Anda untuk berkorban
menempuh jarak jauh bekerja setiap hari. Namun alangkah baiknya bila
memilih untuk berpindah domisili atau memilih untuk menyewa kamar
kosan yang dekat dengan kantor Anda, kendati berisiko berjauhan dengan
keluarga.
5. Jumlah desa binaan
Jumlah desa binaan merupakan jumlah wilayah kerja penyuluh
pertanian (WKPP) dalam melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya dalam
melakukan pembinaan kepada kelompok tani. Muliady (2009), menjelaskan
bahwa semakin banyak WKPP, akan semakin sulit dan terbatas bagi penyuluh
untuk melakukan kegiatan penyuluhan. Waktu tempuh yang diperlukan untuk
melakukan kegiatan dari satu tempat ke tempat yang lain akan semakin lama
dan membutuhkan biaya operasional yang semakin tinggi. Demikian pula bila

Universitas Sumatera Utara

petani membutuhkan informasi maupun kehadiran penyuluh pertanian tidak
dapat segera terwujud. Mereka harus menunggu dan hal tersebut dapat
membuat petani jenuh dan frustasi. Dengan demikian jumlah desa binaan
penyuluh akan berpengaruh pada kinerja mereka.

2.3.3. Teori strategi
Strategi (strategy) adalah kerangka acuan yang terintegrasi dan
komprehensif yang mengarahkan pilihan-pilihan yang menentukan bentuk dan
arah aktivitas-aktivitas organisasi menuju pencapaian tujuan-tujuan (Henry
Simamora, 1997).
Kriteria strategi yang baik adalah:
1. Tujuan yang jelas, sehingga mampu memberikan stabilitas dan kesatuan arah.
Mampu mendefinisikan hubungan dan tugas dan fungsi organisasi, dan tujuan
pendirian organisasi dan kontribusi organisasi pada sumberdaya manusia yang
ada di dalam organisasi
2. Dirumuskan

berdasarkan

pemahaman

kondisi

lingkungan.

Hal ini berhubungan dengan perubahan teknologi, sosial, ekonomi, budaya
dan politik apa yang memungkinkan menjadi peluang dan ancaman yang
dihadapi oleh organisasi
3. Dirumuskan berdasarkan penilaian objektif terhadap sumber yang dimiliki
adalah merupakan kajian terhadap ketersediaan sumber daya yang dimiliki
organisasi dan faktor alternatif pilihan suatu tindakan dalam menghadapi hal
yang menjadi hambatan penerapan strategi

Universitas Sumatera Utara

4. Bisa diimplementasikan secara efektif, yaitu strategi yang baik adalah strategi
yang dapat diterapkan dilingkungan organisasi dan adanya optimalisasi
pemanfaatan sumber daya yang tersedia

2.4. Kerangka Penelitian
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian yaitu: a)
Faktor Internal; terdiri dari: pendidikan formal, pelatihan, umur, motivasi,
pemanfaatan media penyuluhan, dan masa kerja/ pengalaman kerja penyuluh
pertanian. b) Faktor Eksternal; terdiri dari: ketersediaan sarana dan prasarana yang
diperlukan, sistem penghargaan, jarak wilayah kerja, jumlah desa binaan, jumlah
kelompok tani binaan, teknologi informasi, tingkat partisipasi aktif petani,
hubungan dalam organisasi, dan dukungan pembinaan dan supervisi.
Dalam analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja penyuluh
pertanian diambil hanya beberapa faktor saja yaitu: umur, pendidikan formal,
pengalaman kerja, jarak wilayah kerja, dan jumlah desa binaan.
Kinerja penyuluh pertanian dilihat dari hasil evaluasi kinerja penyuluh
pertanian.
Strategi peningkatan kinerja penyuluh pertanian dilihat dari analisis faktor
internal (kekuatan dan kelemahan), dan faktor eksternal (peluang dan ancaman).
Dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman tersebut akan menghasilkan
suatu strategi peningkatan kinerja penyuluh.
Analisis

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

kinerja

dan

strategi

peningkatan kinerja penyuluh pertanian tersebut dapat dijadikan konsep atau
kerangka penelitian seperti pada Gambar 1.

Universitas Sumatera Utara

Faktor Internal:
1. Pendidikan formal
2. Pelatihan
3. Umur
4. Motivasi
5. Pemanfaatan media
penyuluhan
6. Masa kerja/
pengalaman kerja

Kekuatan

Kelemahan

1. Umur
2. Pendidikan
formal
3. Pengalaman
kerja
4. Jarak wilayah
kerja
5. Jumlah desa
binaan

Kinerja
Penyuluh

Strategi
Peningkatan
Kinerja

Faktor Eksternal:
1. Ketersediaan

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

sarana dan
prasarana
Sistem
penghargaan
Jarak wilayah kerja
Jumlah desa binaan
Jumlah kelompok
tani binaan
Teknologi
informasi
Tingkat partisipasi
aktif petani
Hubungan dalam
organisasi
Dukungan
pembinaan dan
supervisi

Peluang

Ancaman

Gambar 1. Kerangka penelitian

Universitas Sumatera Utara

2.5. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka penelitian, dapat dirumuskan hipotesis penelitian
yaitu: variabel umur, jarak wilayah kerja, dan jumlah desa binaan berpengaruh
signifikan secara negatif terhadap kinerja penyuluh; sedangkan variabel
pendidikan formal dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan secara positif
terhadap kinerja penyuluh

Universitas Sumatera Utara