Perdagangan Komoditi Karet di Daerah Aliran Sungai Batang Hari Jambi Tahun 1906 – 1942

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Jambi merupakan sebuah wilayah kesultanan sejak tahun 1615 -1906.
Wilayahnya tercatat membentang 350 kilometer dari Timur ke Barat dan 220
kilometer dari Utara ke Selatan. 1 Jambi memiliki posisi yang sangat strategis yakni di
cekungan sebuah sungai yang memiliki banyak anak sungai, Batang Hari merupakan
sungai utama yang ada di wilayah Kesultanan Jambi. 2 Sungai sungai inilah yang
memiliki fungsi vital dalam menghubungkan kawasan ulu dan ilir. Sungai Batang
Hari menjadi urat nadi utama transportasi yang menghubungkan antar wilayah yang
ada di kawasan Kesultanan Jambi.
Sungai Batang Hari berhulu di Pegunungan Bukit Barisan dan bermuara di
Selat Berhala. Sungai Batang Hari merupakan sungai yang memiliki kawasan Daerah
Aliran Sungai (DAS) terbesar di Sumatera yang berkelok kelok menyusuri wilayah
sepanjang 800 kilometer. Sungai yang menjadi anak sungai Batang Hari terdiri dari
Batang Asai,Batang Tembesi, Batang Merangin, Batang Tabir, Batang Tebo, Batang
Sumay, Batang Bungo, dan Batang Suliti.
1

Elsbeth Locher-Scholten, Kesultanan Sumatra dan Negara Kolonial: Hubungan JambiBatavia (1830-1907) dan Bangkitnya Imperialisme Belanda, terj. Noor Cholis, (Jakarta: KITLV dan
Banana, 2008). hal 39

2
Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Hari merupakan DAS terbesar kedua di
Indonesia,mencakup luas areal tangkapan (catchment area) ± 4.9 juta Ha.Sekitar 76 % DAS Batang
Hari berada pada provinsi Jambi, sisanya berada pada provinsi Sumatera Barat. DAS Batang Hari juga
berasal dan berada di dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan di Taman Nasional
Bukit Duabelas (TNBD). Di landscape TNKS terdapat Margo Batin Pengambang dan Margo Sungai
Tenang. Sedangkan di Landscape TNBD terdapat Margo Sumay.Sungai Batang Hari merupakan
muara dari sembilan hulu anak sungai.

1

Universitas Sumatera Utara

Sungai Batang Hari memiliki fungsi yang vital dalam hubungan perdagangan
dari Jambi ke Selat Malaka, hal ini telah mendatangkan keuntungan bagi penduduk
lokal. Hasil hutan seperti damar, karet, rotan dan kayu dihimpun dan dikirimkan
melalui sungai Batang Hari ke pasar pasar di luar Jambi utamanya ke Singapura
setelah tahun 1819. 3 Melalui sungai hasil bumi yang terdapat di hulu di bawa ke hilir
untuk di perdagangkan dan di ekspor ke luar terutama Singapura dan Penang. 4 Peran
sungai selain sebagai jalur perdagangan, juga berguna sebagai jalur untuk

menjangkau ke pedalaman. Pada awal sebelum di bangunnya jalan raya, masyarakat
melakukan perdagangan melalui sungai. Hal inilah yang menyebabkan transportasi
utama masyarakat pada saat itu adalah melalui jalur sungai. 5
Pada umumnya sungai- sungai yang berada di Kawasan Jambi merupakan
sarana transportasi yang amat penting karena memiliki kedalaman yang dapat dilayari
oleh kapal berukuran 5 sampai 1000 ton bobot mati. Pentingnya sungai dalam
kehidupan masyarakat Jambi dapat dilihat dari pemukiman-pemukiman di wilayah
Jambi yang berada disepanjang jalur sungai. 6
Masuknya pengaruh Belanda ke wilayah Kesultanan Jambi mulai pada masa
pemerintahan Sultan Muhammad Fachrudin yakni pada tahun 1833, ketika Sultan
meminta bantuan kepada Belanda untuk mengusir bajak laut yangmenguasai kawasan

3

Elsbeth Locher-Scholten, op.cit., hal. 41.
Bambang Triatmodjo, Pelabuhan, Jakarta : Beta Offset, 1992, hlm.7.
5
Edi sumarno, Mundurnya Kota Pelabuhan Tradisional di Sumatera Timur Pada Priode
Kolonia, dalam Buletin Historisme Edisi No 22 ( Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara,2006) hlm. 2.

6
Resosudarmo, (ed.),Geografi Budaya Daerah Jambi, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, hal. 19.
4

2

Universitas Sumatera Utara

penting Kesultanan Jambi yakni di kawasan Sungai Batang Hari yang menjadi pusat
ekonomi pada saat itu. Pada tahun 1615 Jan Pieterzoon Coen, Gubernur Jenderal
VOC, mengirim dua kapal ke Jambi di bawah pimpinan kepala perwakilan dagang
(opperkoopman) Sterck. Selain tujuan kunjungan untuk memberantas bajak laut
jugamenyelidiki kemungkinan perdagangan di Jambi. 7
Setelah bantuan diberikan oleh Belanda kemudian muncul korte verkelaring
atau perjanjian pendek yang berisikan tentang penguasaan dan perlindungan Negeri
Jambi diserahkan kepada Belanda, Pemerintah Belanda memiliki hak untuk
membangun kekuatan di Kesultanan Jambi. 8 Perjanjian inilah yang menyebabkan
masuknya imperialis modern ke Jambi. 9
Pada


tahun

1876

Perhimpunan

atauKoninklijkNederlandsAardrijkskundig

Geografi

Kerajaan

Genootschap (KNAG)

Belanda

menyarankan

dilakukan survey mengenai kelayakan sungai Batang Hari dilayari dari Gassing

yang terletak di Hulu Batang Hari hingga ke Hilir Batang Hari. Hal ini dilakukan
untuk mengeksplorasi jalur transportasi lain bagi kepentingan angkutan Batu Baradari
Ombilin. 10Sebab Batu Bara merupakan salah satu komoditi yang sangat dibutuhkan
sebagai penggerak pelayaran dari Eropa ke Asia.

7

Taufik Abdullah, Reaksi terhadap Perluasan Kuasa Kolonial: Jambi dalam Perbandingan,
Prisma 11 (1984), hlm. 13.
8
Tim penyusun, Sejarah Perjuangan Rakyat Jambi, ( Jambi: Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Jambi,2000,hlm.66.
9
Imperialisme modern adalah istilah dalam historiografi untuk memaparkan periode 18701914, yakni saat negara-negara Barat merampas kekuasaan di wilayah-wilayah non-lat Barat, terutama
Asia dan Afrika.
10
Elsbeth Locher-Scholten,op.cit., hal. 171.

3


Universitas Sumatera Utara

Sungai Batang Hari pada awalnya menjadi salah satu pilihan bagi penyaluran
hasil Batu Bara dari Ombilin, namun hasil survey yang dilakukan menyatakan sungai
Batang Hari tidak layak untuk jalur pengangkutan Batu Bara dari Ombilin. Hal ini
karena muatan kapal lebih kecil dari muatan gerbong yang diangkut menggunakan
kereta api. Pilihan penggunaan rel kereta api sebagai pengangkut Batu Bara Ombilin
merupakan sebuah hal yang dianggap lebih rasional. Sehingga penggunaan sungai
Batang Hari sebagai pengangkut hasil Ombilin di kesampingkan.
Sungai- sungai merupakan urat nadi utama transportasi di Jambi. Para
penduduk biasanya bertempat tinggal di kawasan tepi sungai. Namun pada musim
kemarau aliran sungai Batang Hari tidak dapat dilalui, hal ini karena debit air pada
musim kemarau mengalami penurunan

yang mengakibatkan aliran sungai pada

beberapa bagian mengalami surut sehingga memutus jalur antara Jambi Hulu dan
Jambi Hilir. 11
Namun pada musim hujan debit air sungai Batang Hari mengalami
peningkatan, sehingga tidak jarang luapan air sungai meluber sampai ke pemukiman

warga yang ada di tepian sungai. Walaupun sungai merupakan sarana transportasi
paling utama di Jambi namun pada tahun 1920 mulai dibangun sarana infrastruktur
jalan raya untuk menjangkau wilayah pemukiman yang tidak dilalui sungai.
Pada tahun 1900 perekonomian Jambi tidak terlalu berarti, hal ini dikarenakan
perdagangan total daerah lain yang lebih besar, perdagangan Jambi yang didominasi
oleh hasil hutan hanya memiliki nilai keseluruhan f 653.000 per tahun, jumlah
11

Ibid., hal. 40.

4

Universitas Sumatera Utara

tersebut kurang dari 1 persen dari jumlah statistik perdagangan Hindia Belanda. 12
Namun, pada tahun 1925 pendapatan Jambi dari hasil karet sangat menakjubkan
yakni 46.000.000 gulden per tahun, jumlah yang menakjubkan ini menduduki tempat
teratas dari berbagai jenis komoditi ekspor Hindia Belanda. 13
Penyaluran hasil karet ini tidak terlepas dari penggunaan sungai Batang Hari
sebagai jalur untuk menyalurkan hasil karet dari kawasan Jambi Hulu ke Jambi Hilir.

Perdagangan hasil karet di kuasai oleh pedagang – pedagang Cina. Para pedagang
Cina mengumpulkan karet langsung dari petani karet yang berada jauh di pedalaman
Jambi dengan menggunakan kapal kapal beroda (hekwieler). 14
Dalam mengumpulkan karet pada tahun 1925 di Jambi terdapat 2 kongsi
kapal beroda milik orang Cina, yang setiap minggunya melakukan dua kali perjalanan
dalam mengumpulkan karet. Hubungan antara Jambi dan Singapura dilayani tiga
kapal milik kongsi kapal Cina, dua diantaranya merupakan pengangkut karet. Hal ini
menjadikan pedagang Cina menjadi pelaku utama dalam memonopoli penyaluran
maupun perdagangan. Selain itu pedagang Cina juga memiliki jaringan pemilik
pabrik remilling di Singapura. 15
Kedatangan Koninklijke Paketvaart Maatschapitj (KPM) pada tahun 1926
telah menggeser sejenak monopoli pedagang-pedagang Cina dari kekuasaannya

12

Ibid., hal. 321.
Ibid., hal. 323
14
Lindayanti, “Perkebunan Karet Rakyat di Jambi pada Masa Pemerintahan Hindia Belanda,
1906-1940”, Arikel sejarah 5, hal 40.

15
Ibid.
13

5

Universitas Sumatera Utara

dalam bisnis pengangkutan hasil karet. 16 Hal ini karena KPM menambah armadanya
untuk mengangkut hasil karet dari Jambi, selain itu KPM membayar hasil karet
rakyat

sesuai

dengan

harga

pasar. 17Aktifitas


yang

dilakukan

oleh

KPM

menguntungkan bagi pedagang karet pribumi sehingga menyebabkan banyaknya
pengapalan karet yang dilakukan KPM yang memperkuat kedudukan pedagang
perantara pribumi.
Dari uraian di atas, penelitian ini diberi judul Perdagangan Komoditi Karet di
Daerah Aliran Sungai Batang Hari Jambi tahun 1906 -1942. Periode waktu yang
dipilih dalam penelitian ini adalah tahun 1906 -1942. Pada tahun 1906 merupakan
periode dimana masuknya tanaman karet ke Kesultanan Jambi, masuknya komoditi
ini menjadi penyebab majunya perekonomian Jambi secara signifikan. Terutama
karena pertumbuhan perusahaan otomotif banyak membutuhkan Ban sebagai salah
satu komponen utamanya, sehingga permintaan yang banyak terhadap karet
menyebabkan harga karet yang cukup tinggi di pasaran internasional pada saat itu.
Permintaan yang tinggi ini di imbangi oleh semakin banyak warga Jambi yang

melakukan penanaman karet secara besar-besaran, perkembangan karet rakyat di
Jambi mengalami peningkatan secara signifikan berdampak pada kehidupan
masyarakat Jambi pada saat itu. Perkembangan yang terjadi pada perdagangan

16
17

Elsbeth Locher-Scholten, op.cit., hal. 323.
Lindayanti, op.cit.,hal. 41.

6

Universitas Sumatera Utara

komoditi karet ini tidak terlepas dari keberadaan Sungai Batang Hari yang memiliki
peran sangat vital dalam penyaluran dan perdagangan karet.
Tahun 1942 menjadi akhir periode penelitian, karena pada tahun ini
perdagangan karet di Jambi mengalami kemerosotan, karena disebabkan terjadinya
perang dunia ke II. Sehingga permintaan akan karet di pasaran

internasional

mengalami penurunan. Turunnya permintaan terhadap karet ini memberikan dampak
yang cukup luas bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat Jambi.
1.2. Rumusan Masalah
Dalam melakukan suatu penelitian, rumusan masalah menjadi landasan yang
sangat penting dari sebuah penelitian kerena dapat mempermudah penelitian dalam
proses pengumpulan data dan analisis data. Dari latar belakang yang telah saya
paparkan diatas, maka penelitian ini mencoba mengkaji bagaimanaperan Sungai
Batang Hari dalam kurun tahun 1906- 1942.
Sub pertanyaan yang akan menjadi fokus penelitian mencakup:
1. Bagaimana peran Sungai Batang Hari dalam menyalurkan berbagai komoditi
lokal antara Hulu dan Hilir sebelum masuknya Belanda Ke Jambi?
2. Bagaimana penyaluran hasil karet melalui sungai Batang Hari dari kawasan
Hulu ke kawasan Hilir pada tahun 1906-1942?
3. Bagaimana dampak perdagangan karet bagi kehidupan masyarakat Jambi?

7

Universitas Sumatera Utara

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan dan manfaat yang penting tentunya, bukan
hanya bagi peneliti tetapi juga bagi masyarakat umum. Penelitian ini bertujuan untuk
memaparkan tentang :
1. Peran sungai Batang Hari dalam menyalurkan berbagai komoditi lokal
antara Hulu dan Hilir sebelum masuknya Belanda Ke Jambi.
2. Penyaluran hasil karet melalui sungai Batang Hari dari kawasan Hulu ke
kawasan Hilir pada tahun 1906-1942.
3. Dampak

perdagangan

karet

terhadap

berbagai

aspek

kehidupan

masyarakat Jambi.
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan perdagangan karet yang terjadi di daerah aliran
Sungai Batang Hari
2. Untuk menjelaskan pengaruh berkembangnya perdagangan karet terhadap
masyarakat Jambi.
3. Menambah pembendaharaan karya sejarah, khususnya sejarah lokal.
1.4. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian ini, penulis mencoba menelusuri pandanganpandangan penulis lain yang relevan dengan objek yang akan diteliti,terutama untuk
mendukung kerangka berfikir yang telah dibangun, kemudian bermuara pada sebuah
historiografi.

8

Universitas Sumatera Utara

Penulis juga telah berusaha mengumpulkan sejumlah sumber pustaka yang
membahas mengenai pokok permasalahan yang berkaitan dengan apa yang diteliti.
Pencaharian sumber pustaka tidak hanya terfokus kepada buku-buku saja, tulisantulisan dalam bentuk skripsi, tesis, arsip-arsip serta jurnal yang berkaitan dengan
kajian ini juga menjadi sumber yang dapat membantu penulis dalam penelitian.
Peran daerah aliran Sungai Batang Hari dalam perdagangan karet telah
disinggung dalam beberapa tulisan, baik berupa skripsi, disertasi, maupun buku.
Informasi yang didapatkan dari sumber memberikanpenjelasan tentang peran Sungai
Batang Hari dan alasan masuknya pengaruh Belanda ke Jambi.
Taufik Abdullah dalam karyanya yang berjudul “Reaksi terhadap Perluasan
Kuasa Kolonial: Jambi dalam Perbandingan” menyebutkan bahwa, perwakilan
dagang di Jambi adalah yang pertama milik Belanda. Sebagai yang pertama tentu saja
ia harus diperhatikan. Kelak ketika Malaka dan Palembang telah jatuh ke kekuasaan
Belanda, perwakilan dagang di Jambi ditutup. Karyanya Taufik Abdullah ini
memberikan gambaran yang cukup luas bagi penulis untuk memahami keadaan Jambi
pada awal masuknya Belanda.
Ulasan tentang perdagangan karet padadaerah aliran sungai Batang Hari
terdapat dalam karya Elsbeth Locher Scholten,Kesultanan Sumatra dan Negara
Kolonial: Hubungan Jambi-Batavia (1830-1907) dan Bangkitnya Imperialisme
Belanda, Karya Elsbeth Locher Scholten ini menjelaskan tentang hubungan antara
Batavia dan Kesultanan Jambi dalam kurun 1830-1907, dengan epilog pada 19071949. Selain itu dalam karyanya ini Elsbeth Locher Scholten, memberikan gambaran

9

Universitas Sumatera Utara

mengenai keadaan ekonomi dan sosial yang terjadi di Jambi. Sehigga membantu
dalam memahami keadaan masyarakat Jambi pada awal abad ke 20, selain itu dalam
buku ini dijelaskan juga peran sungai sebagai sebuah urat nadi penting
menghubungkan antara wilayah Ulu dan Ilir sungai Batang Hari.
Ulasan lain mengenai perdagangan karet pada daerah aliran sungai Batang
Hari terdapat pada buku karya Resosudarmo(ed) yang berjudul Geografi Budaya
Daerah Jambi,buku ini menjelaskan mengenai keadaan geografi wilayah Jambi dan
memberikan gambaran umum mengenai kondisi sungai maupun penggunaan sungai
sebagai transportasi utama masyarakat Jambi dari sebelum masuknya kolonial
Belanda sampai saat sekarang. Lalu lintas sungai menjadi sangat penting karena
sanggup menerobos jauh ke pelosok pedalaman dan memainkan peranan penting
dalam menghubungkan antar kampung yang di aliri oleh sungai Batang Hari. Selain
itu buku ini juga menjelaskan tentang hasil hasil bumi maupun hasil hutan yang ada
di kawasan provinsi Jambi.
Ulasan tentang

perdagangan karet pada daerah aliransungai Batang Hari

dapat ditelusuri dalam skripsi yang ditulis oleh YurisaAndika, Pengaruh
Terbentuknya Karesidenan Jambi Terhadap Perubahan Sosial Ekonomi (19061942).Pada tulisan ini Yurisa Andika, menjelaskan tentang pengaruh terbentuknya
Karesidenan Jambi yang memberikan dampak signifikan dalam kehidupan
masyarakatnya baik dibidang sosial maupun ekonomi.Dalam skripsi ini hanya
membahas mengenai pengaruh yang terjadi setelah pembentukan karesidenan Jambi

10

Universitas Sumatera Utara

secara luas bagi masyarakat Jambi, tidak membahas mengenai kegiatan perdagangan
yang terjadi di kawasan sungai Batang Hari.
Perdagangan karet pada daerah aliran sungai Batang Hari juga diulas dalam
artikel karya Lindayanti, yang berjudul Perkebunan Karet Rakyat di Jambi pada
Masa Pemerintahan Hindia Belanda,

1906-1940. Dalam artikel ini disebutkan

mengenai perkebunan karet milik rakyat Jambi yang menjadi daya tarik masuknya
kolonial Belanda ke Jambi. Pada artikelnya ini juga menyampaikan secara detail hasil
karet dan dampak yang ditimbulkan dari melonjaknya hasil karet bagi rakyat Jambi.
Ulasan yang lebih rinci tentang perdagangan karet rakyat di Jambi dapat
dilihat dari laporan Departemen Van Landbouw, Nijverheid En Handel oleh Dr.N.R
Pekelharing “De BevolkingsRubberCultuur In Nederlandsch-Indie: I. Djambi”
(1925). Laporan ini menjadi rujukan utama dalam memahami bagaimana gambaran
tentang pertanian karet rakyat di Jambi, baik itu tentang cara penanaman,
pemeliharaan, produksi hingga perdagangan. Informasi ini begitu berharga dalam
penulisan ini.
1.5. Metode Penelitian
Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode sejarah dengan melalui
beberapa tahap-tahap penelitian guna mendapatkan tulisan yang akurat. Metode
sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan jejak-jejak

11

Universitas Sumatera Utara

peninggalan dimasa lampau. 18 Sebelum melakukan rekonstruksi serta menuliskannya
ke dalam sebuah historiografi, terlebih dahulu perlu menguji dan menganalisis secara
kritis

rekaman

dan

jejak-jejak

peninggalan

sejarah

tersebut.

Dalam

pengimplementasiannya, metode sejarah menggunakan empat tahapan pokok, yaitu
heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.
Tahap pertama adalah Heuristik. Secara sederhana Heuristik merupakan
proses mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam
hal ini, peneliti telah melakukan studi arsip dan studi pustaka. Studi arsip awalnya
dilakukan dengan mengunjungi Kantor Arsip Daerah Provinsi Jambi di Jalan Ade
Irma Suryani Nasution. Kunjungan yang dilakukan pada bulan Maret 2016 guna
mencari sumber-sumber kolonial yang tersimpan di arsip daerah. Pada kunjungan ke
Arsip Daerah Provinsi Jambi peneliti mendapatkan berbagai data yang memberikan
informasi yang berguna bagi penulisan, beberapa diantaranya Memorie van Overgave
(MvO) dan arsip-arsip mengenai penundukan Jambi oleh Belanda.
Selain itu penulis juga telah mengunjungi Pusat Arsip Nasional Republik
Indonesia di Jalan Ampera Raya, Cilandak, Jakarta Selatan dan juga Perpustakaan
Nasional, di Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat. Studi Arsip ini dilakukan mengingat
periode dari penelitian ini adalah pada masa kolonial. Kunjungan yang dilakukan
pada bulan April2016 merupakan pengalaman yang didapatkan oleh peneliti dalam
mengunjungi dan mengakses arsip. Meskipun telah mendapat arahan dari pegawai
18

Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985,

hlm. 39.

12

Universitas Sumatera Utara

Arsip Nasional Indonesia. Awalnya, peneliti yang masih awam ini merasa sangat
kesulitan, baik dalam pemesanan arsip ataupun dalam melakukan penggandaan arsip.
Namun, karena mulai terbiasa dan mulai mengerti bagaimana mencari dan memesan
arsip yang berhubungan dengan pertanian karet rakyat di Jambi pada masa kolonial.
Kesulitan yang dihadapi hanyalah data yang menggunakan bahasa Belanda, dimana
peneliti harus menterjemahkannya terlebiih dahulu agar lebih mengerti apa yang
tertulis dalam arsip . Di Arsip Nasional Republik Indonesia, peneliti mendapatkan
banyak data yang berguna bagi penulisan, beberapa diantaranya yakni Staatsblad,
Foto-foto lama, dan arsip-arsip lainnya.
Meskipun telah mendapat data di Arsip Nasional Republik Indonesia, rasa
puas penulis belum terwujud. Penulis juga mengunjungi Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia. Pada kunjungan ke Perpustakaan Nasional peneliti menemukan
sumber-sumber yang memberikan informasi bagi penulisan.
Setelah mendapatkan sumber-sumber yang diinginkan, maka tahapan
selanjutnya adalah kritik sumber. 19 Kritik ini dilakukan agar mengetahui apakah data
yang didapatkan benar-benar asli, ataukah sudah dirubah isi-nya, dan juga bisa
dilakukan sebuah perbandingan jika sumber yang berbeda menyebutkan hal yang
sama, ataupun hampir sama.

19

Kritik sumber dilakukan dengan dua cara yaitu kritik intern dan kritik ekstern. Kritik
ekstern dilakukan untuk memilah apakah dokumen itu diperlukan atau tidak, serta menganalisis
apakah dokumen yang telah dikumpulkan asli atau tidak dengan mengamati tulisan, ejaan, jenis kertas
serta apakah dokumen tersebut masih utuh isinya atau sudah di ubah sebahagian. Kritik intern yaitu
suatu langkah untuk menilai isi dari sumber-sumber yang telah di kumpulkan.Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan kredibilitas sumber atau kebenaran isi dari sumber tersebut. Lihat Kuntowijoyo,
Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995, hlm. 99

13

Universitas Sumatera Utara

Setelah dokumen-dokumen tersebut telah di kritik, tahapan selanjutnya yang
dilakukan adalah interpretasi yang memuat analisis dan sintesis terhadap data yang
telah di verifikasi (di kritik). Pada tahapan ini, peneliti dituntut untuk melakukan
penafsiran fakta lalu kemudian membandingkannya serta mengelompokkannya
berdasarkan daftar isi yang ada sebelum mendapatkan kesimpulan lalu kemudian
menceritakannya kembali kedalam sebuah bentuk tulisan (historiografi). 20
Tahap terakhir dari penelitian sejarah adalah histotiografi. Pada tahapan ini
bertujuan agar fakta-fakta yang telah ditafsirkan dan didapat baik secara tematis
ataupun kronologis dapat dirangkai sesuai outline yang telah dirancang sebelumnya
sehingga menjadi tulisan yang kritis analisis, serta bersifat ilmiah sehingga tahap
akhir penulisan ini dapat dituangkan kedalam bentuk sebuah skripsi.

20

Ibid, hal. 100

14

Universitas Sumatera Utara