Perdagangan Komoditi Karet di Daerah Aliran Sungai Batang Hari Jambi Tahun 1906 – 1942

BAB II
PERAN SUNGAI BATANG-HARI DALAMMENYALURKAN KOMODITI
LOKAL

Wilayah Jambi terletak pada cekungan sungai yang memiliki banyak anak
sungai yang mengalir di sekitarnya. Sungai Batang-Hari berhulu di pegunungan Bukit
Barisan dan bermuara di Selat Berhala, sungai Batang Hari memiliki fungsi yang
vital dalam hubungan penyaluran hasil dagang dari Jambi ke Selat Malaka, hal ini
telah mendatangkan keuntungan bagi penduduk lokal.
Komoditi hasil hutan seperti damar, jelutung, rotan, jernang dan kayu di
himpun dan dikirimkan melalui sungai Batang-Hari ke pasar- pasar di luar Jambi
terutama Singapura. Selain sebagai jalur yang menyalurkan hasil hutan dari hulu ke
hilir sungai Batang-Hari juga memiliki fungsi sebagai jalur transportasi bagi
penduduk Jambi yang menghubungkan antara kawasan hilir Jambi ke bagian hulu
yang berada di pedalaman Jambi.
2.1. Letak Geografis Jambi.
Sebelum masuknya kekuasaan Belanda ke Jambi, wilayah Jambi merupakan
sebuah daerah dengan kekuasaan sultan.Kesultanan Jambi memiliki wilayah yang
membentang 350 kilometer dari timur ke barat dan 220 kilometer dari utara ke
selatan. 21 Kesultanan Jambi terletak antara 0°45’- 2°45’ Lintang Selatan dan 101°10’-


21

J. Tideman dan P.L.F. Sigar, Djambi (Amsterdam: Koloniaal Instituut,1938),hlm.1.

15

Universitas Sumatera Utara

104°55’ Bujur Timur. 22 Wilayah Selatan Kesultanan Jambi berbatasan dengan
karesidenan Palembang dan Jambi mempunyai hubungan hubungan dengan
karesidenan Palembang melalui Bengkulu dan Rawas, pada wilayah Utara Jambi
berbatasan dengan kesultanan Indragiri dan sejumlah kerajaan di Minangkabau
seperti Siguntur dan Lima Kota.
Pada sebelah Barat Wilayah Jambi Berbatasan langsung dengan Dataran
Tinggi Minangkabau yang terletak di pegunungan Bukit Barisan. 23Pada sebelah
Timur Jambi dibatasi oleh laut yang membentang dari muara Sungai Tungkal
berjarak 100 kilometer di sebelah Timur sampai Tanjung Jabung.Sekitar 60 kilometer
ke Selatan sampai sungai Pulau Benung.
Selain itu batas-batas wilayah kesultanan Jambi terdapat juga dalam Tambo24
atau pepatah adat Jambi yang menyebutkan batas-batas wilayah kesultanan Jambi,

yakni: Dengan menggunakan “Tambo”, wilayah Jambi kemudian dituliskan
“Mulai Dari Sialang Belantak Besi, menuju durian takuk rajo, mendaki ke Pematang
Lirik dan Besibak, terus ke sekeliling air Bangis, Mendepat ke Sungai Tujuh Selarik,
terus ke Sepisak Piasau Hilang, Mendaki Ke Bukit Alunan Babi, meniti Pematang
Panjang, Laju Ke Bukit Cindaku, mendepat ke Parit Sembilan, turun ke renah

22

Yurisa Andika, Pengaruh Terbentuknya Karesidenan Jambi Terhadap Perubahan Sosial Ekonomi
1906-1942(Skripsi), Yogyakarta: Program studi Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta, 2014.
hal. 28.
23
Memorie van Overgave,van den Resident Th. A.L. Heyting, 30 September 1910- 26 September 1913,
hlm, 2.
24
Tambo berasal dari bahasa sanskerta, tambay yang artinya bermula.Dalam tradisi
masyarakat Minangkabau, tambo merupakan suatu warisan turun-temurun yang disampaikan secara
lisan. Tambo atau mata rambo dapat juga bermaksud sejarah, hikayat atau riwayat

16


Universitas Sumatera Utara

Sungai keteh Menuju Ke Sungai Enggang, terjun ke laut nan sedidis, mendepat ke
Pulau Berhalo, Menempuh Sekatak Air Hitam, menuju Ke Bukit Si Guntang-guntang,
Mendaki Ke Bukit Tuan, Menempuh Ke Sungai Banyu lincir, Laju Ke Ulu Singkut
Bukit Tigo, Mudk ke serintik Hujan, -Paneh, Meniti Ke Bukit Barisan, Turun ke renah
Sungai Bantal, Menuju Ke sungai Air dikit, Mendepat ke Hulu Sungai ketun, Mendaki
ke bukit Malin Dewo, menuju ke Sungai Ipuh, Mendaki ke Bukit Sitinjau laut, menuju
ke Gunung Merapi, mendepat ke Hulu Danau Bentu, menempuh ke Bukit Kaco,
meniti pematang lesung tereh, menuju ke Batu angit Batu Kangkung, terus ke teratak
Tanjung Pisang, mudik kelipai nan besibak, terus ke siangkak nan bedengkang, ilir
ke durian takuk rajo, melayang ke tanjung semalido, disitu tanah beringin duo
batang. 25
Wilayah Jambi berada pada cekungan sungai yang memiliki banyak anak
sungai, Batang Hari merupakan sungai terpanjang di Sumatra, yang memiliki mata air
di Bukit Barisan dan berkelok-kelok sepanjang 800 kilometer.Sungai Batang Hari
menjadi tulang punggung bagi masyarakat yang tinggal pada kawasan pinggiran
sungai.Anak sungai Batang Hari antara lain Sungai Tembesi, Sungai Merangin,
Sungai Asai, Sungai Tabir, Sungai Bungo, Sungai Tebo dan Sungai Jujuhan.Tidak


25

Musri Nauli, Marga di Jambi, diakses dari http://www.musri-nauli.blogspot.co.id/
2016/02/marga-di-jambi.html, pada tanggal 31 Juli 2016 pukul 10.47.

17

Universitas Sumatera Utara

kalah penting fungsinya dari anak sungai yang telah disebutkan, terdapat cekungan
tangkapan air sendiri di Tungkal yang berbatasan dengan Indragiri. 26
Sungai sungai tersebut merupakan urat nadi yang menghubungkan antar
wilayah dan dusun- dusun. Letak ibu kota Kesultanan yang bernama Jambi tidak jauh
dari tepi sungai dan kawasan ini berada 90 kilometer dari muara sungai Batang Hari.
Posisi Jambi yang terletak tidak jauh dari garis Khatulistiwa, menciptakan pemisah
yang cukup jelas antara musim Timur dan musim Barat 27
Hal itu terlihat pada bulan April hingga Oktober terjadi musim kemarau, yang
menyebabkan debit air sungai berkurang.Sehingga pada bulan tersebut beberapa jalur
air tidak dapat dilayari, dalam kurun waktu tersebut debit air yang rendah juga

memutuskan jalur antara Jambi Hulu dan Hilir.
Namun keadaan pada bulan Oktober hingga April terjadi musim hujan yang
menyebabkan aliran sungai Batang Hari meluap menggenangi tepian hingga beberapa
kilometer.Bahkan ketika kapal- kapal bisa melayari sungai, mereka harus melayari
sungai dengan pelan.Hingga tahun 1920-an, sebuah kapal uap kincir membutuhkan
waktu empat puluh delapan jam untuk menempuh jarak sekitar seratus kilometer
antara Jambi dan Muara Tembesi.Ketika akhirnya sebuah jalan raya dibangun pada
1931, perjalanan membutuhkan waktu dua setengah jam. 28

26

Elsbeth Locher-Scholten, op.cit.hal. 41
G. J. Velds, De Onderwerpring van Djambi in 1901 – 1907, (Batavia: Departement van
Oorlog), hlm. 3.
28
Elsbeth Locher-Scholten, loc.cit.
27

18


Universitas Sumatera Utara

2.2. Penduduk.
Pada umumnya wilayah Jambi pada tahun 1800 merupakan wilayah yang
masih jarang penduduknya.Pada tahun 1852 penduduknya diperkirakan berjumlah
60.000 jiwa.Sensus yang dilakukan pada tahun 1930 menggolongkan Jambi sebagai
salah satu wilayah yang paling jarang penduduknya di Sumatra. 29 Masyarakat
kesultanan Jambi merupakan masyarakat heterogen, secara etnis penduduk asli
kesultanan Jambi terdiri dari beberapa kelompok masing- masing dikenal dengan
sebutan Orang Melayu Jambi, Suku Kubu, Orang Batin, Orang Penghulu. 30
Pemerintahan di pusat kesultanan Jambi dipimpin oleh seorang sultan yang
dibantu oleh pangeran ratu.Kedudukan pangeran ratu dapat membantu sultan dengan
mengepalai Rapat Dua Belas yang merupakan badan pemerintahan kesultanan.Rapat
Dua Belas terdiri dari dua bagian yang terdiri dari, Kerapatan Patih Dalam dan
Kerapatan Patih Luar. Masing-masing dikepalai oleh satuorang ketua dan lima orang
anggota yang berasal dari keluarga bangsawan.
Adapun susunan tata pemerintahan kesultanan Jambi dalam ketentuan adat;
Alam nan Berajo, Pemerintahan Bermentri, Rantau Nan Bajenang, Marga nan
Bebatin, Kampung nan Bertuo, Dusun nan Berpenghulu, Rumah nan Bertengganai.
Artinya : Kerajaan dipimpin oleh Raja, Rantau dipimpin oleh Jenang, Margadipimpin


29
30

J. Tideman dan P.L.F. Sigar.op,cit. hlm.45.
Yurisa Andika.op,cit. hlm.35

19

Universitas Sumatera Utara

oleh Batin, Luhak dipimpin oleh Penghulu, Kampung dipimpin oleh tuo-tuo, dan
Rumah dipimpin oleh Tengganai 31
Tabel 2.1
Struktur Pemerintahan Kesultanan Jambi

SULTAN

Kerapatan
Pepati Dalam


Kerapatan
Pepati Luar

Jenang
Batin
Kampung
Luhak

Rumah
Rakyat

Sumber : Lembaga Adat Provinsi Jambi, Buku Pedoman Adat Jambi, (Jambi: Lembaga Adat Provinsi
Jambi dan Pemerintah Daerah Tingkat I Jambi, 1993), hal.10.

31

Bambang Suwondo, Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jambi( Jakarta: depdikbud
,1979), hlm.23.


20

Universitas Sumatera Utara

Orang Melayu Jambi merupakan kelompok masyarakat yang berada dan
tersebar di pinggiran sungai Batang Hari.Hal ini dapat terlihat dari pemukiman Orang
Melayu Jambi yang berada di sekitar pusat kesultanan Jambi yang letaknya tidak jauh
dari sungai Batang Hari. Golongan yang termasuk dalam Orang Melayu Jambi adalah
Keluarga Sultan, kelompok Bangsa XII yang memiliki kedekatan khusus dengan
Sultan.
Masyarakat suku Kubu yang juga sering dikenal juga sebagai suku Anak
dalam, merupakan kelompok yang nomaden yang berada pada pemukiman yang
sukar dicapai di pedalaman Jambi.Suku Kubu ini berada di kawasan Bukit Duabelas,
di daerah Tabir, dan Bukit Barisan. 32Suku Kubu dipimpin oleh Temenggung dan
seorang Depati, hubungan antara suku Kubu dengan Kesultanan Jambi hanya sebatas
pemberian upeti kepada jenang kesultanan.Mereka menyerahkan upeti perdagangan
dari hasil hutan. 33
Orang Batin merupakan imigran-imigran yang lebih dahulu masuk ke
Jambi.Para imigran ini bermukim di tepi Batang Tembesi dan Batang Asai dan
berbaur dengan penduduk asli.Orang Batin mendiami daerah Sarolangun Bangko,

Muara Bungo, dan Muara Tebo. 34Dusun –dusun Orang Batin merupakan dusun yang
otonom,

mereka

memilih

pemimpinnya

sendiri,

dan

sultan

tidak

dapat

mengintervensi daerah mereka.


32

J. Tideman dan P.L.F. Sigar.op,cit. hlm.71.
Ibid. , hlm.61.
34
Yurisa Andika.op,cit. hlm.36.
33

21

Universitas Sumatera Utara

Secara hukum mereka hanya bertanggung jawab pada dewan XII dan tidak
kepada sultan.Mereka bertugas sebagai penjaga garis batas daerah dan wajib
membayar pajak dan di anggap sebagai orang dalam kesultanan.Pembayaran pajak ini
sebagai pengakuan terhadap kekuasaan sultan melalui jenang.
Orang penghulu merupakan imigran yang berasal dari Minangkabau, dan oleh
sebab itu mereka masih memiliki hubungan dengan Orang Batin.Orang penghulu
bermigrasi ke Jambi untuk mencari emas. 35Selain itu Orang penghulu yang bermukim
di Limun dan Batang Asai bertugas sebagai penjaga batas dengan Bengkulu dan
Palembang.Sedangkan Orang penghulu yang bermukim di kawasan Ulu Tebo dan
Bungo sebagai penjaga batas dengan Sumatra Barat.
Meskipun Orang Penghulu bergabung dengan Orang Batin, urusan intern dari
Orang penghulu tidak mendapat campur tangan dari Orang Batin. Urusan intern
Orang Penghulu tetap ditangani oleh kepala-kepala Orang Penghulu sendiri.
Sedangkan dalam hukum kemasyarakatan orang penghulu mengikuti hukum yang
berlaku di warga Orang Batin. 36
Selain penduduk lokal yang telah lama berada di Jambi, banyak juga
pendatang yang datang dan menetap sebagai penyadap karet di Marga
Sabak.Pendatang-pendatang tersebut berasal dari berbagai tempat dan suku seperti,
Palembang, Banjar, Bugis, Jawa, dan Singkep.

35
36

Ibid.
Ibid.,hal.38

22

Universitas Sumatera Utara

2.3. Perdagangan Komoditi Lokal Jambi
Walaupun tanah di Jambi tidak benar-benar subur, pertanian merupakan mata
pencaharian terpenting kedua setelah perikanan.Didataran rendah padi ditanam di
ladang yang dibuka dengan membabat dan membakar hutan, sedangkan daerah yang
lebih subur seperti pada daerah Tembesi dan Tebo penanaman padi dilakukan di
sawah.Hasil produksi padi yang berlimpah terkadang dikirim ke dataran rendah.
Seperti

halnya

daerah-daerah

Melayu,

perdagangan

mendatangkan

kemakmuran, hasil hutan menjadi sebuah komoditi yang sangat berharga seperti kayu
seperti

kayu bulian, kayu meranti, kayu ramelang, kayu sepang, kayu lambato,

damar, bambu,selain kayu hasil hutan lainnya adalah getah tanaman yakni, getah
jaruang, getah balam, getah sundih, getah manau.Selain itu warga Jambi juga
melakukan perburuan terhadap hewan, hasil dari hewan buruan seperti rusa yang
diambil tanduknya, gajah diambil gadingnya, lebah diambil sarangnya, dan badak
diambil culanya.Hasil hutan ini dihimpun dan diangkut melalui sungai Batang Hari
ke pasar-pasar di luar Jambi seperti Singapura, komoditas yang dihasilkan tersebut
kemudian ditukarkan dengan barang barang seperti katun, tembikar, garam dan
perkakas dari besi. 37
Secara geografis Jambi dibagi menjadi kawasan ulu dan ilir.Dataran tinggi
dianggap berawal di Muara Tembesi, sangat penting dari segi perekonomian bagi
dataran rendah, hal ini karena kawasan dataran tinggi sebagai pemasok barang-barang
ekspor, terutama hasil hutan, lada, emas dan tenaga kerja.Hubungan yang terjadi
37

Elsbeth Locher-Scholten, loc.cit.hal. 41

23

Universitas Sumatera Utara

antara hulu dan hilir dihubungkan melalui jalur sungai yang menghubungkan antara
wilayah yang berada di pedalaman menuju ke bagian pesisir.
Perdagangan yang terjadi di Jambi tidak terlepas dari keberadaan jalur sungai
yang menghubungkan antar wilayah, sehingga hasil-hasil hutan maupun hasil kebun
warga Jambi dapat disalurkan.Keberadaan sungai Batang Hari yang memiliki fungsi
yang sangat penting bagi penyaluran komoditas lokal dan juga sebagai jalur
transportasi yang menghubungkan setiap wilayah yang ada di Jambi.Sehingga
hubungan antara wilayah pedalaman dan pesisir dapat terlihat melalui perdagangan
yang terjadi di sepanjang kawasan sungai Batang Hari.
Salah satu komoditi utama ekspor dari Jambi pada masa kesultanan yakni
lada, penjualan lada keluar dari Jambi melalui campur tangan dari bangsawan
kesultanan yang menjadi agen untuk mendapatkan lada dari hulu sekaligus menjual
tekstil yang didapatkan dari para pedagang Inggris dan pedagang Belanda. Para
bangsawan kesultanan mendirikan pos di sepanjang aliran sungai dan membeli lada
langsung dari rakyat dengan harga murah, dari kegiatan yang dilakukan ini
diperkirakan keluarga kesultanan mendapatkan keuntungan yang besar sekitar 30%
sampai 35% dari lada yang mereka kumpulkan. 38
Tidak hanya tanaman yang telah disebutkan saja yang ditanam, tanaman
ekspor lainnya yang laku dipasaran Internasional, seperti pohon kelapa yang banyak
tumbuh di daerah pesisir, yang menjadi daerah penghasil kelapa yang cukup penting

38

Lindayanti,Junaidi T. Noor dan Ujang Harjadi, Jambi dalam Sejarah 1500- 1942,(Jambi:
Jambi Heritage,2013),hlm.68.

24

Universitas Sumatera Utara

adalah Muara Sabak, hasil utama dari kelapa yang memiliki nilai ekonomis yang
tinggi adalah kopra.
Pada tahun 1934 ada perluasan tanaman kelapa hingga 5000 ha, yang
tertanam di taksir sampai 900.000 batang.Penanaman kelapa ini didasarkan oleh
harga kelapa yang stabil di pasaran.Hal ini karena permintaan kopra cukup tinggi.
Untuk menghasilkan kopra para petani melakukan penjemuran diatas api selama 7
sampai 8 jam, kualitas terbaik adalah kopra yang dikeringkan dengan matahari namun
tidak ada perbedaan harga di antara keduanya. Pada umunya perdagangan kopra
hanya diperuntukkan untuk ekspor ke luar negeri, sedangkan buahnya untuk dalam
negeri.Perdagangan kopra selalu berada di tangan orang-orang Cina, untuk di ekspor
ke Singapura. 39
Peran sungai Batang Hari menjadi roda penggerak perekonomian Jambi sejak
masa Kesultanan yang menyalurkan hasil komoditi lokal menuju ke singapura dan
menjadi jalur transportasi yang menghubungkan antara hulu dan hilir juga
sebaliknya.Setelah masuknya Belanda ke Jambi, sungai Batang Hari memiliki fungsi
dalam menyalurkan hasil karet yang ada di kawasan hulu ke hilir.Sehingga
perdagangan yang ada di Jambi tidak bisa lepas dari keberadaan sungai Batang Hari.
Beragam hasil hutan maupun hasil kebun warga Jambi yang disalurkan dan
diperdagangkan melalui jalur sungai Batang hari dapat dilihat pada tabel Ekspor dari
komoditas penting dari Jambi dapat di lihat pada daftar berikut ini.

39

J. Tideman dan P.L.F. Sigar.op,cit. hlm.245.

25

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2.
Komoditas ekspor beberapa hasil penting dari Jambi tahun 1932- 1936

1932

1933

1934

1935

1936

HASIL
Berat
bruto

Nilai

Berat
bruto

Nilai

Berat
bruto

Nilai

Berat
bruto

Nilai

Berat
bruto

Nilai

kg

gulden

kg

gulden

kg

gulden

kg

gulden

kg

gulden

-

101.217

9.947

39.116

3.176

66.508

6.609

269.062

27.460

29.961

3.414

68.286

10.991

94.433

24.105

16.514

6.496

20.708

8.337

715.468

67542

327.466

42.275

2.568.576

452.608

4.550.133

470.679

7.737.978

703.037

11.776

1.502

11.057

1.221

223.839

19.613

8.597.559

894.890

18.132.069

1.626.926

1.288.978

34.118.943

2.199.257

31.569.762

3.526.390

9.715.573

790.506

535.704

43.818

11.828

2.855

21.652

5.289

15.525

3.671

79.858

11.254

167.171

24.941

920.973

9.0227

444.096

29.084

-

-

-

-

-

-

778.262

37.970

621.720

19.672

472.630

8.913

641.746

11.916

-

-

14.440

8.680

21.782

14.862

6.293

3.921

15.097

9.580

-

-

21.000

1074

871000

6.661

11.559.954

57.960

8.499.620

36.616

-

-

75.353.730

649.405

10.868.648

835.019

11.614.905

454.766

14.328.376

800.991

18.199.704

1.422.371

5.267.627

527.132

1.913.571

224.101

1.018.566

115.894

1.907.562

168.638

2.004.588

202.091

-

Jelutung, liar
Lembaran
Olahanpabrik
dengan pajak
ekspor
Kering

24.188.332

Slab basah
Buah pinang
Beras
Sayuran
Damar
Kayu hutan
Kopra
Rotan

Sumber: koninklijke Vereeniging koloniaal instituut Amsterdam ,Djambi. hal.315.

26

Universitas Sumatera Utara

2.4. Masuknya Pengaruh Belanda ke Jambi
Semakin melemahnya kekuasaan Kesultanan Jambi pada masa sultan
bayangan menyebabkan Belanda semakin menekan secara terus menerus ke pada
Kesultanan Jambi.Jatuhnya kesultanan Jambi ke tangan Pemerintahan Hindia Belanda
di tandai oleh menyerahnya Pangeran Ratu Sultan Ahmad Zainuddin dan inilah
menjadi awal pemerintah Hindia Belanda menguasai Jambi.
Langkah awal penguasaan pemerintah Hindia Belanda atas Jambi, pemerintah
Belanda mulai mengatur pemerintahan Jambi dengan menjalankan peraturan
sementara.Setelah tunduknya kesultanan Jambi pemerintah Belanda secara resmi
menggabungkan wilayah Jambi dengan Karesidenan Palembang sebagai Afdeeling.
Kebijakan ini tertera dalam Keputusan Pemerintah Hindia Belanda
(Gouvenements-Besluit) 11 Agustus 1903 No. 23 yang diubah dengan Keputusan
Pemerintah Hindia Belanda (Gouvenements-Besluit) 1904 No. 3. 40Dengan demikian
Jambi mulai menjalankan pemerintahan dibawah pemerintahan Karesidenan
Palembang.
Pembentukan pemerintahan Karesidenan Jambi pada tahun 1906 41, membuat
pemerintahan Belanda harus merombak ulang sistem pemerintahan di wilayah Jambi
yang sebelumnya disatukan dengan Karesidenan Palembang.Sistem pemerintahan
yang di terapkan oleh pemerintah Belanda mengikuti sistem pemerintahan di wilayah

40

G. J. Velds, De Onderwerpring van Djambi in 1901 – 1907, (Batavia: Departement van
Oorlog), hlm. 109.
41
Staatsblad van Nederlandsch Indie, 1906, No. 187. Baca Juga Bataviaasch nieusblad” De
toestand in Djambi”.tanggal 18 Mei 1906, lembar ke-5.

27

Universitas Sumatera Utara

kekuasaan Belanda lainnya.Pemerintahan Karesidenan dipimpin oleh seorang residen
.O.L. Helfrich.
Pada awal kepemimpinannya Residen O.L. Helfrich mulai menata ulang
sistem pemerintahan yang ada di Jambi. Hal ini merupakan tuntutan pemerintah
Belanda untuk menjalankan sistem pemerintahan modern kedalam pemerintahan
Jambi. Dalam menjalankan pemerintahannya residen di bantu oleh pemerintahan
daerah atau afdeeling yang dibentuk melalui pembagian wilayah.
Berdasarkan pembagian wilayahnya, Karesidenan Jambi di bagi menjadi 5
afdeeling. 42Masing-masing afdeeling diberikan seorang kontrolir yang bertanggung
jkawab atas afdeelingnya.Afdeeling-afdeeling yang ada kemudian dibagi menjadi
beberapa distrik yang dikepalai oleh Demang. Distrik-distrik yang ada di bagi
menjadi onderdistrik yang dikepalai oleh Asisten Demang, kemudian Asisten
Demang dibantu oleh Pasirah atau Kepala Adat dan yang terakhir adalah Penghulu
yang mengepalai sebuah kampung.
Masuknya Belanda ke Jambi memberikan dampak terhadap pembagian
wilayah menjadi berdasarkan marga marga. 43Dengan penentuan batas-batas daerah
masing-masing. Setiap marga dipimpin oleh seorang kepala marga atas dasar
pemilihan.Demikian pula, kepala-kepala kampung ditetapkan berdasarkan hasil
pemilihan.

42

Staatsblad van Nederlandsch Indie, 1906, No. 261.
Istilah Marga Berasal dari Palembang dengan Maksud hukum adat.Marga yang dimaksud
merupakan pembagian wilayah berdasarkan distrik adat. Baca Bambang Suwondo, op.cit., hlm 46.
43

28

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan peta Schetkaart Resindentie Djambi Adatgemeenschappen
(Marga’s), Tahun 1910, maka daerah-daerah di Jambi telah dibagi berdasarkan
Margo.Seperti Margo Batin Pengambang, Margo Batang Asai, Cerminan Nan
Gedang, Datoek Nan Tigo. Sedangkan di Merangin dikenal Luak XVI yang terdiri
dari Margo Serampas, Margo Sungai Tenang, Margo Peratin Tuo, Margo Tiang
Pumpung, Margo Renah Pembarap dan Margo Sanggrahan.
Sedangkan Di Tebo dikenal dengan Margo Sumay. Batang Hari Margo
Petajin Ulu, Margo Petajin Ilir, Margo Marosebo, Kembang Paseban. Sedangkan di
Muara Jambi dikenal Margo Koempeh Ilir dan Koempeh Ulu, Jambi Kecil.Di
Tanjabbar dikenal dengan Margo Toengkal ilir, Toengkar Ulu.Dan di Tanjabtim
dikenal Margo Berbak, Margo Dendang Sabak.
Selain Margo juga dikenal Batin. Seperti Batin Batin II, III Hoeloe (Hulu),
Batin IV, Batin V, Batin VII, Batin IX Hilir, Batin VIII dan Batin XIV.
Setiap Margo atau batin mempunyai pusat pemerintahan.Misalnya pusat
pemerintah Margo Batin Pengambang di Moeratalang, Margo Serampas di Tanjung
Kasri, Sungai Tenang di Jangkat, Peratin Tuo di Dusun Tuo, Sanggrahan di Lubuk
Beringin, Sumay di Teluk Singkawang.

29

Universitas Sumatera Utara