Implementasi Program Alokasi Dana Desa (ADD) Dalam Pembangunan Desa Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo (Studi Pada Desa Ajijahe Dan Desa Ajijulu)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang

Keberadaan Desa secara yuridis formal diakui dalam Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang peraturan pelaksanaan undang-undang no. 6 tahun 2014 tentang desa.
Berdasarkan ketentuan ini desa atau desa adat diberi pengertian sebagai kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintah, kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul dan/ atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Pemahaman Desa di atas menempatkan Desa sebagai suatu organisasi
pemerintahan yang secara politis memiliki kewenangan tertentu untuk mengurus
dan mengatur warga atau komunitasnya. Dengan posisi tersebut desa memiliki

peran yang sangat penting dalam menunjang kesuksesan Pemerintahan Nasional
secara luas. Hal ini juga sejalan apabila dikaitkan dengan komposisi penduduk
Indonesia menurut sensus terakhir pada tahun 2010 bahwa sekitar 51,21 % atau
sebagian besar penduduk Indonesia saat ini masih bertempat tinggal di kawasan
permukiman pedesaan. Maka menjadi sangat logis apabila pembangunan desa
menjadi prioritas utama bagi kesuksesan pembangunan nasional.

Universitas Sumatera Utara

Apabila kita menganalisa pendapat para ahli berhubungan dengan otonomi
daerah, maka peran pemerintah mulai dari level yang palig bawah hingga kelevel
yang paling atas yang diperlukan seperti level yang paling rendah yaitu desa,
karena pada dasarnya di desalah yang memiliki hubungan yang lebih erat dan
lebih mendalam dibandingkan dengan hubungan masarakat perkotaan. Sistem
kehidupan masyarakat biasanya berkelompok atas dasar kekeluargaan. Penduduk
masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian, walaupun terlihat
adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata, namun demikian, tidaklah berarti
bahwa setiap orang mempunyai tanah (Soerjono, 1990: 154).

Desa memiliki otonom sekalipun tidak dijelaskan apakah otonomi asli atau

otonomi biasa. Masyartakat seharusnya memiliki otonomi dan integritas sebagai
suatu kesatuan beserta kedaulatan serta hak wilayahnya dalam menjalankan
pemerintahan secara mandiri untuk menciptakan kemakmuran warganya. Sumber
dari: (www.Forumdesa.org).

Memperhatikan kewenangan yang telah dikemukakan diatas, maka dapat
diketahui bahwa terdapat sejumlah kewenangan

dibidang pemerintahan yang

tidak diserahkan kepada daerah, sehingga kewenangan tersebut tetap menjadi
kewenangan pemerintah pusat dalam

wujud dekonsentrasi dan tugas

pembantuan.

Otonomi daerah merupakan kebijakan yang lahir dari dalam rangka
menjawab dan memenuhi tuntutan reformasi dan demokratisasi hubungan pusat
dan daerah serta upaya pemberdayaan daerah. Sumber dari: (Syaukuni HR,

Seminar Otonomi Daerah Strategi Pemberdayaan Daya Saing Daerah (Jurnal

Universitas Sumatera Utara

Otda, Nomor 3, 2001, hal. 10)). Agar dapat melaksanakan perannya dalam
mengatur dan mengurus komunitasnya, desa berdasarkan ketentuan Peraturan
Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 pasal 33, desa diberikan kewenangan yang
mencakup:

1. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa;
2. kewenangan lokal berskala desa;
3. kewenangan yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/ kota; dan
4. kewenangan lain yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, pemerintah daerah kabupaten/ kota sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Sebagai konsekuensi logis adanya kewenangan dan tuntutan dari
pelaksanaan otonomi desa adalah tersedianya dana yang cukup. Sadu Wasistiono
(2006: 107) menyatakan bahwa pembiayaan atau keuangan merupakan faktor

essensial dalam mendukung penyelenggaraan otonomi desa, sebagaimana juga
pada penyelenggaraan otonomi daerah. Sejalan dengan pendapat yang
mengatakan bahwa “ autonomy “ indentik dengan “ auto money “, maka untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri desa membutuhkan dana atau
biaya yang memadai sebagai dukungan pelaksanaan kewenangan yang
dimilikinya.

Pendapatan desa sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No.6
pasal 71 ayat (2) bersumber dari :

Universitas Sumatera Utara

a) Pendapatan Asli Desa, terdiri atas :
1. hasil usaha desa;
2. hasil aset desa;
3. hasil swadaya dan partisipasi;
4. hasil gotong royong;
5. lain-lain pendapatan asli desa.
b) Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
c) Bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota;

d) Alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang
diterima oleh Kabupaten/Kota;
e) Bantuan keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah Provinsi
dan Anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/Kota;
f) Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan
g) Lain-lain pendapatan desa yang sah

Lebih lanjut pasal 96 Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014
menyebutkan bahwa:

1. Pemerintahan

daerah

kabupaten/

kota

mengalokasikan


anggaran

pendapatan dan belanja daerah kabupaten/ kota ADD setiap tahun
anggaran;
2. ADD paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari dana perimbangan
yang diterima Kabupaten/ kota dalam anggaran pendapatan dan belanja
daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus (DAK);
3. Pengalokasian ADD mempertimbangkan:

Universitas Sumatera Utara

a) Kebutuhan penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa, dan
b) Jumlah penduduk desa, angka kemiskinan desa, luas wilayah desa,
dan tingkat kesulitan geografis desa
4. Pengalokasian ADD ditetapkan dengan peraturan bupati/ walikota; dan
5. Ketentuan mengenai tata cara pengaokasian ADD diatur dengan peraturan
bupati/ walikota.

Ketentuan pasal tersebut mengamanatkan kepada Pemerintah Kabupaten
untuk mengalokasikan dana perimbangan yang diterima Kabupaten kepada Desadesa dengan memperhatikan prinsip keadilan dan menjamin adanya pemerataan.


Bantuan

Langsung ADD adalah dana Bantuan

Langsung

yang

dialokasikan kepada Pemerintah Desa digunakan untuk meningkatkan sarana
pelayanan masyarakat, kelembagaan dan prasarana desa yang diperlukan serta
diprioritaskan

oleh

masyarakat,

yang

pemanfaatan


dan

administrasi

pengelolaannya dilakukan dan dipertanggungjawabkan oleh Kepala Desa. Maksud
pemberian Bantuan Langsung ADD adalah sebagai bantuan stimulan atau dana
perangsang untuk mendorong dalam membiayai program Pemerintah Desa yang
ditunjang dengan partisipasi swadaya gotong royong masyarakat dalam
melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat.

Salah satu tujuan pemberian Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa adalah
meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa melalui Badan Usaha Milik
Desa (BUMDes). Namun, dalam peningkatan pendapatan desa melalui BUMDes
harus diikuti dengan kemampuan aparatur dalam pengimplementasian Dana

Universitas Sumatera Utara

tersebut kedalam BUMDes, BUMdes tidak akan terjadi atau tidak berjalan dengan
baik jika aparatur yang kurang mampu dalam pengelolaan dana tersebut.


Permasalahan dalam pelaksanaan alokasi dana desa dijumpai juga pada
Kemampuan pengelola alokasi dana desa baik dari unsur pemerintah desa maupun
lembaga kemasyarakat di desa dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian
kegiatan serta pengetahuan tentang administrasi yang belum baik. Diantaranya
adalah tidak dilaksanakannya atau tidak diikutsertakannya komponen masyarakat
dalam musyawarah penggunaan alokasi dana desa, lambatnya pelaksanaan
sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, maupun pengendalian dari kegiatan ADD
tersebut.

Dalam pelaksanaan kebijakan alokasi dana desa, Kepala Desa juga
terkadang tidak melibatkan lembaga-lembaga kemasyarakatan desa. Kegiatan
dalam bantuan alokasi dana desa dibidang pemberdayaan masyarakat lebih
banyak ditangani oleh Kepala Desa. Disamping itu, dalam penyelesaian
administrasi kegiatan juga sering terlambat, sehingga sering terjadi keterlambatan
dalam pencairan Bantuan Langsung ADD Tahap II.

Disamping dari permasalahan diatas ada juga permasalahan yang
mengakibatkan lambatnya pelaksanaan ADD, yaitu dengan Perundang-undangan
yang masih baru, maka akan ada peraturan-peraturan dalam melaksanakan

kegiatan Alokasi Dana Desa, dan juga di dalam Perundang-undangan baru
tersebut tertulis tentang Program Pemerintah yang baru yaitu Dana Desa (DD)
yang masih akan dilakukan atau direalisasikan pada tahun 2015 di Kabupaten
Karo. Dengan bertambahnya program yang akan dilaksanakan maka akan

Universitas Sumatera Utara

memperlambat cara kerja pemerintah desa seperti menambah tugas pada
pemerintah tanpa dilakukannya pertambahan aparatur sehingga pelaksanaan
program tidak akan berjalan dengan maksimal.

Permasalahan lainnya adalah masih rendahnya partisipasi swadaya gotong
royong masyarakat Desa. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam kegiatankegiatan desa yang dibiayai dari ADD juga menunjukkan kurangnya komunikasi
dari organisasi pengelola ADD dengan masyarakat. Masih kurangnya fasilitasfasilitas yang ada pada desa juga sangat mmenghambat pelaksanaan ADD.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Implementasi Program Alokasi Dana Desa (ADD)
dalam Pembangunan Desa di Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo”.

I.2


Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

diambil rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu:
“Bagaimana Implementasi Program Alokasi Dana Desa (ADD) dalam
Pembangunan Desa di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.”

I.3

Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi program Alokasi Dana
Desa dalam pembangunan Desa di Kecamatan Tigapanah.
2. Untuk mengetahui Kendala-kendala dalam pelaksanaan Program
Alokasi Dana Desa di Kecamatan Tigapanah

Universitas Sumatera Utara

I.4

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah
1. Secara

Subyektif,

penelitian

ini

bermanfaat

untuk

melatih,

meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah,
sistematis dan metodologi penulis dalam menyusun suatu karya ilmiah
berdasarkan

kajian-kajian

teori

yang

diperoleh

dalam

Ilmu

Administrasi Negara.
2. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan bagi instansi yang terkait dan aparatur khususnya ditempat
penelitian ini dilaksanakan agar dapat melaksanakan program Alokasi
Dana Desa dengan baik.
3. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi baik secara langsung maupun secara tidak langsung bagi
kepustakaan departemen ilmu administrasi Negara bagi kalangan
penulis lain yang ingin meneliti hal yang sama.

Universitas Sumatera Utara