Pertanggungjawaban Indonesia Terhadap Negara Lain Akibat Kabut Asap Kebakaran Hutan Dan Lahan Berdasarkan Hukum Lingkungan Internasional

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari lingkungan. Eksistensi
kehidupan manusia sangat bergantung pada lingkungan. Lingkungan telah
menyediakan beragam kebutuhan bagi manusia yang merupakan syarat mutlak
agar manusia dapat mempertahankan kehidupannya. Lingkungan menyediakan
air, udara, sinar matahari, dan berbagai macam jenis sumber daya alam lain yang
merupakan kebutuhan mutlak manusia. Tanpa air dan udara maka mustahil ada
kehidupan manusia. Lingkungan adalah conditio sine qua non bagi manusia.
Hidup tidak mungkin terselenggara tanpa lingkungan.1 Manusia, alam, dan
lingkungannya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam hal
menopang kehidupan di muka bumi ini. Kebergantungan hidup manusia pada
alam dan lingkungannya demikian besar karena manusia tidak akan dapat hidup
tanpa adanya daya dukungan dari lingkungannya.2
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar konstitusional Negara kita telah
mengamanatkan, bahwa bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dengan latar
belakang yang disadari bahwa sumber daya alam di dunia ini mempunyai
kedudukan serta peranan penting bagi kehidupan, juga sebagai karunia Tuhan

Yang Maha Esa perlu dikelola dan dimanfaatkan secara lestari, selaras dan
                                                            
1
Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan Buku II: Nasional, Binacipta, Bandung,
1985, hlm. 32.
2
Ibid., hlm. 33.

 


Universitas Sumatera Utara

2

seimbang bagi kesejahteraan rakyat banyak untuk masa kini dan mendatang.
Tidak dijamahnya sumber daya yang ada, tidak menjamin pula keseimbangan
ekosistemnya, pada dasarnya unsur-unsur sumber daya alam dan ekosistemnya
saling tergantung dan saling mempengaruhi, dengan kerusakan dan kepunahan
salah satu unsur akan berakibat terganggunya ekosistem.3

Perusakan lingkungan dilakukan karena kurang memperhatikan ekosistem,
yang tidak jarang kita lihat disebabkan karena pencemaran oleh limbah-limbah
industri serta kebakaran hutan yang hingga mengakibatkan kabut asap yang
berdampak ke negara-negara lain. Pengertian pencemaran itu sendiri adalah
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen
lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan sehingga
kualitas lingkungan tidak pada titik standarnya dan menyebabkan lingkungan
berubah menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya.
Pencemaran lingkungan yang berdampak berubahnya tatanan lingkungan
karena kegiatan manusia atau oleh proses alam berakibat lingkungan kurang atau
tidak berfungsi lagi. Pencemaran berakibatkan kualitas lingkungan menurun, akan
menjadi fatal apabila tidak dapat dimanfaatkan sebagaimana fungsi sebenarnya.
Pembahasan mengenai lingkungan tidak akan pernah ada habisnya dan hal
terpenting yang perlu dijaga kelestariannya adalah hutan.Sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pengendalian
Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan Dengan
                                                            
3


P. Joko Subagyo, Hukum Lingkungan: Masalah dan Penanggulangannya, Rineka Cipta,
Jakarta, 1992, hlm.2.

 

 
Universitas Sumatera Utara

3

Kebakaran Hutan dan Lahan Pasal 1 ayat 1 yang dimaksud dengan hutan adalah
suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati
yang didominasi perpohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan merupakan jantung dunia dan harta
kekayaan, yang memberikan kegunaan bagi umat manusia, oleh sebab itu sangat
wajib untuk dijaga kelestariannya, ditangani dan digunakan secara maksimal bagi
kemakmuran rakyat secara berkesinambungan.
Hutan berfungsi sebagai penyangga kehidupan, karena hutan menyandang
fungsi yang amat dibutuhkan untuk kemanfaatan dan kelangsungan kehidupan.
Melalui proses fotosintesa, hutan menyediakan makanan bagi dirinya sendiri

maupun makhluk lain; hutan menjaga keseimbangan oksigen (O2) dan
karbondioksida (CO2), yang dibutuhkan oleh manusia dan hewan maupun oleh
hutan itu sendiri; hutan menyandang pula fungsi hidrologis (tata pengaturan air)
dan hutan menjaga stabilitas tingkat kesuburan tanah.
Di samping itu, hutan berfungsi pula sebagai habitat dari berbagai satwa
dan di dalamnya terdapat pula berbagai jenis plasma nutfah. Fungsi hutan yang
sedemikian kompleks dan amat penting bagi kehidupan itu, akan binasa bila
secara fisik hutan mengalami kerusakan, dengan demikian ia tidak dapat lagi
berperan sebagai sarana penunjang terlanjutkannya pembangunan. Kerusakan
pada hutan menyebabkan turunnya tingkat populasi berbagai jenis satwa tersebut.4
Kebakaran hutan dan atau lahan di Indonesia, terjadi setiap tahun
walaupun frekuensi, intensitas, dan luas arealnya berbeda. Kebakaran paling besar
                                                            
4

Harun M. Husein, Lingkungan Hidup; Masalah, Pengelolaan, dan Penegakan
Hukumnya, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 24.

 


 
Universitas Sumatera Utara

4

terjadi pada tahun 1997/1998 di 25 (dua puluh lima) provinsi, yang untuk pertama
kali dinyatakan sebagai bencana nasional. Kerusakan hutan yang cukup
meresahkan masyarakat di Indonesia dan juga terkena dampaknya di negara
ASEAN lain seperti Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam adalah
kebakaran hutan khususnya di Riau dan Kalimantan beberapa tahun belakangan
ini. Dampak dari terjadinya kebakaran hutan dan atau lahan yang terjadi setiap
tahun tersebut telah menimbulkan kerugian, baik kerugian ekologi, ekonomi,
sosial maupun budaya yang sulit dihitung besarannya.
Dampak asap menimbulkan gangguan kesehatan seperti infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA), asma bronkial, bronkitis, pneumonia (radang paru), iritasi
mata dan kulit. Hal ini akibat tingginya kadar debu di udara yang telah melampaui
ambang batas. Dampak asap dari kebakaran hutan dan atau lahan telah
mengganggu jarak pandang sehingga mempengaruhi jadwal penerbangan.
Akibatnya di beberapa kota jarak pandang kurang dari satu kilometer, yang
mengakibatkan penutupan beberapa bandar udara. Selain daripada itu dampak

asap mengganggu aktivitas penduduk. Bahkan, asap dari kebakaran tersebut juga
mempengaruhi negara tetangga di Asia Tenggara tersebut.
Terjadinya kebakaran hutan dan atau lahan sangat sulit untuk
ditanggulangi, baik untuk pemadaman kebakaran maupun pemulihan dampak dari
kebakaran. Hal ini disebabkan karena keterbatasan sarana dan prasarana,
kemampuan sumber daya manusia, dana, dan letak lokasi yang sulit untuk dapat
segera dijangkau serta memerlukan waktu yang cukup lama. Padahal, pemadaman
kebakaran memerlukan kecepatan dan keberhasilan untuk mengatasinya. Untuk

 

 
Universitas Sumatera Utara

5

itu, maka tindakan pencegahan terjadinya kebakaran menjadi sangat penting untuk
dilakukan, antara lain dengan memperketat persyaratan dalam pemberian izin.
Perlu sekali kerjasama antara negara yang mencemari (polluting) dan
negara yang tercemari (polluted). Dalam asas tanggung jawab negara harus

bertanggung

jawab

atas

pelanggaran-pelanggaran

hukum

internasional.

Pelanggaran-pelanggaran tersebut memberikan hak kepada negara yang tercemari
untuk mengajukan tuntutan-tuntutan kepada negara yang mencemari.
Pandangan bahwa hukum internasional mendukung suatu anggapan bahwa
negara mempunyai kedaulatan yang mutlak atas wilayahnya, sehingga dengan
demikian negara dapat melakukan apa saja tanpa memperdulikan akibatnya
terhadap negara lain, telah lama ditinggalkan. Kewajiban dasar setiap negara
adalah untuk tidak melakukan tindakan yang dapat merugikan negara lain.
Tahun 2002 seluruh Negara anggota ASEAN menyepakati untuk

menandatangani ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution (AATHP)
di Kuala Lumpur, Malaysia. Persetujuan ASEAN Agreement on Transboundary
Haze Pollution(AATHP) mulai berlaku secara resmi (enter into force) tanggal 25
November 2003 meskipun Indonesia belum meratifikasi. Indonesia sendiri sudah
menempuh jalan panjang untuk akhirnya meratifikasi ASEAN Agreement on
Transboundary Haze Pollution(AATHP) dan Indonesia merupakan negara
terakhir yang meratifikasi, tepatnya pada Januari 2015.5 Dengan meratifikasi
perjanjian ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution(AATHP) banyak
keuntungan yang akan didapat oleh Indonesia secara langsung untuk menangani
                                                            
5

Diakses dari
http://www.cnnindonesia.com/internasional/20151009135736-10683942/asean-punya-kesepakatan-soal-asap-apakah-berfungsi/, pada tanggal 29 Januari 2016 pukul
12.41

 

 
Universitas Sumatera Utara


6

polusi asap yang telah membuat negara kita banyak kerugian secara materi.
Bantuan yang akan diberikan nantinya seperti tenaga ahli, transfer teknologi, dana
segar dan bantuan teknis, serta hal-hal yang Indonesia sendiri belum memilikinya
serta salah satu tujuannya agar melindungi masyarakat Indonesia dari dampak
negatif kebakaran lahan dan/atau hutan yang dapat merugikan kesehatan manusia,
mengganggu sendi-sendi kehidupan masyarakat dalam bidang sosial dan ekonomi
serta menurunkan kualitas lingkungan hidup.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk memilih pembahasan ini
karena pentingnya lingkungan hidup, khususnya kita sebagai manusia harus
memiliki kesadaran diri untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup di Indonesia.
Serta pertanggungjawaban Indonesia sendiri terhadap negara lain akibat
pencemaran lingkungan kebakaran hutan yang ditimbulkan.
B. Rumusan Masalah
Berkenaan dengan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarahhukum lingkungannasional dan hukum lingkungan
internasional?

2. Bagaimana pencemaran lintas batas negara dalam konteks hukum
lingkungan internasional?
3. Bagaimana pertanggungjawaban Indonesia dengan negara lain akibat
kabut asap kebakaran hutan dan lahan berdasarkan hukum lingkungan
internasional?

 

 
Universitas Sumatera Utara

7

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
Tujuan pembahasan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui sejarahhukum lingkungan nasional dan hukum
lingkungan internasional
b. Untuk mengetahui pencemaran lintas batas negara dalam konteks
hukum lingkungan internasional

c. Untuk mengetahui pertanggungjawaban Indonesia terhadap negara lain
akibat kabut asap kebakaran hutan dan lahan berdasarkan Hukum
Lingkungan Internasional
Tujuan dari pembahasan ini juga merupakan sebuah tugas akhir yang
harus diselesaikan untuk menyelesaikan studi di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara Medan, serta memperluas wawasan pemikiran
dari penulis sendiri maupun orang lain yang tertarik akan pembahasanpembahasanlingkungan

serta

permasalahan-permasalahannya

dalam

perangkat Hukum Lingkungan Internasional. Dengan keterbatasan
pengetahuan yang dimiliki oleh penulis, maka penulis berharap melalui
tulisan inilah diharapkan nantinya menjadi suatu sumbangan pengetahuan
umum serta bagi mereka yang tertarik dengan pembahasan-pembahasan
Hukum Internasional khususnya Hukum Lingkungan Internasional.
2.

Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam hasil dari penulisan ini adalah :
a. Manfaat Teoritis

 

 
Universitas Sumatera Utara

8

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam
menambah bahan pustaka Hukum Internasional secara umum dan
khususnya Hukum Lingkungan Internasional, dan juga memperkaya
khasanah pengetahuan penulis, terkhususkan dalam bidang Hukum
Lingkungan Internasional;
b. Manfaat Praktis,
1) Bagi Pemerintah
Dengan penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan
masukan dan menjadi bahan pertimbangan kepada Pemerintah
Republik Indonesia bahwa betapa pentingnya perlindungan hutan
dan lahan yang selalu menjadi permasalahan dari tahun ke tahun,
khususnya mengenai permasalahan kebakaran hutan dan lahan
yang berdampak pada negara lain bersifat lintas batas.
2) Bagi Masyarakat
Dengan penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan
edukasi dan wawasan kepada masyarakat akan kesadaran untuk
menjaga dan melindungi kelestarian hutan yang mampu membantu
masyarakat beradaptasi terhadap perubahan iklim.
3) Bagi Mahasiswa
Dengan penulisan skripsi ini dapat memberikan referensi dan
wawasan kepada mahasiswa lain yang ingin menulis karya ilmiah
mengenai Hukum Lingkungan Internasional dan memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan penulis mengenai isu-isu ataupun

 

 
Universitas Sumatera Utara

9

permasalahan-permasalahan

lingkungan

khususnya

Hukum

Lingkungan Internasional.
 

D. Keaslian Penulis
Sepanjang penulis melakukan pengamatan di perpustakaan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, belum ada penulisan skripsi dengan judul
“Pertanggungjawaban Indonesia terhadap negara lain akibat kabut asap kebakaran
hutan dan lahan berdasarkan Hukum Lingkungan Internasional”.
Namun pernah ada penulisan dari mahasiswa/i Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara dengan judul :
1. Saudara Zulia Rahmadhani, Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara, NIM : 9500200196, Judul “Tanggung Jawab Negara Indonesia Dalam
Peristiwa Kebakaran Hutan di Kalimantan ditinjau dari Hukum Internasional”.
2.Saudara Dina S.T. Manurung, Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara, NIM : 100200320, Judul “Pengaturan Hukum Internasional Tentang
Tanggung Jawab Negara dalam Pencemaran Lintas Batas (Studi Kasus : Kabut
Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Riau Dampaknya Terhadap MalaysiaSingapura)”.
Dalam judul yang disebutkan di atas, terdapat kemiripan dengan judul
skripsi yang Penulis angkat. Namun, dalam segi materi pembahasan dari judul di
atas tidak sama dengan yang ditulis saat ini. Oleh karena itu, Penulis dapat
mempertanggungjawabkan penulisan ini secara akademis.

 

 
Universitas Sumatera Utara

10

E. Tinjauan Kepustakaan
Dalam tinjauan kepustakaan, dikemukakan beberapa pengertian dan
batasan-batasan yang menjadi sorotan dalam membuat studi kepustakaan. Hal ini
tentunya akan sangat berguna untuk membantu melihat ruang lingkup penulisan
agar tetap berada di dalam koridor topik yang diangkat dalam permasalahan yang
telah disebutkan di atas.
Pengertian-pengertian yang dimaksud adalah :
a.

Hukum Lingkungan adalah keseluruhan peraturan yang mengatur tentang
tingkah laku orang tentang apa yang seharusnya dilakukan terhadap
lingkungann yang pelaksanaan peraturan tersebut dapat dipaksakan dengan
suatu sanksi oleh pihak yang berwenang.6

b.

Hukum Lingkungan Internasional adalah keseluruhan kaidah, azas-azas,
lembaga-lembaga, dan proses-proses yang mewujudkan kaidah tersebut
dalam kenyataan. Hukum atau keseluruhan kaidah dan azas yang dimaksud
adalah keseluruhan kaidah dan azas yang terkandung di dalam perjanjianperjanjian internasional maupun hukum kebiasaan internasional fokus pada
lingkungan hidup yang oleh masyarakat internasional termasuk subjek-subjek
hukum

internasional

bermasyarakat

bukan

melalui

negara,

diwujudkan

lembaga-lembaga

dan

dalam

proses

kehidupan

kemasyarakat

internasional.7

                                                            
6

Pengertian Hukum Lingkungan, Diakses dari http://www.hukumsumberhukum.com, pada tanggal
1 Februari 2016 pukul 18.58
7
Hukum Internasional, Hukum Lingkungan Internasional dan Hukum Lingkungan Indonesia,
Diakses dari http://devi-anggraini-fisip12.web.unair.ac.id/, pada tanggal 1 Februari 2016 pukul 18.59

 

 
Universitas Sumatera Utara

11

c. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.8
d. Lahan adalah suatu hamparan ekosistem daratan yang peruntukannya untuk
usaha dan atau kegiatan ladang dan atau kebun bagi masyarakat.9
e. Kebakaran Hutan adalah suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga
mengakibatkan kerusakan hutan dan hasil hutan yang menimbulkan kerugian
ekonomi dan lingkungannya.
f. Pencegahan kerusakan dan atau pencemaran lingkungan hidup adalah upaya
untuk mempertahankan fungsi hutan dan atau lahan melalui cara-cara yang
tidak memberi peluang berlangsungnya kerusakan dan atau pencemaran
lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan atau lahan.10
g. Dampak lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan atau
lahan adalah perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan
atau hayatinya yang mengakibatkan hutan dan atau lahan tidak berfungsi lagi
dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan.11

F. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan adalah :
1. Jenis Penelitian
                                                            
8
Republik Indonesia, “Peraturan Pemerintah RI Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pengendalian
Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan atau
Lahan,” dalam Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009 & Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Tahun
2013 (Jakarta:Grahamedia Press), hlm. 152.
9
Ibid., hlm. 153.
10
Ibid. 
11
Ibid.

 

 
Universitas Sumatera Utara

12

Penelitian merupakan bagian pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan
untuk mengetahui dan memahami segala kehidupan, atau lebih jelasnya
penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk
memperkuat,

menguji,

serta

mengembangkan

pengetahuan.12Untukmelengkapipenulisanskripsiini

ilmu
agar

tujuandapatlebihterarahdandapatdipertanggungjawabkansecarailmiah,
makametodepenulisan yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan
pendekatan yuridis normatif (penelitian hukum normatif).
Dikatakan metode deskriptif dalam penulisan ini dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran yang lengkap dan secara jelas tentang permasalahanpermasalahan yang terdapat pada masyarakat berkaitan dengan kabut asap
yang dapat dikaitan dengan ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan
hukum yang berlaku. Sedangkan pendekatan yuridis normatif yang digunakan
dalam penulisan ini yaitu penulisan mengenai norma hukum yang terdapat
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan juga guna melakukan
penelusuran terhadap norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan
penyelesaian sengketa yang berlaku serta untuk memperoleh data maupun
keterangan yang terdapat dalam berbagai literature di perpustakaan, jurnal
hasil penelitian, situs internet, koran dan sebagainya.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengumpulkan bahan-bahan atau
data-data yang menyangkut dengan judul skripsi ini. Bahan-bahan tersebut
                                                            
12

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum(Jakarta: Universitas Indonesia (UI)
Pers, 1986), hlm. 250. 

 

 
Universitas Sumatera Utara

13

yang penulis dapatkan, dilakukan studi kepustakaan (Library Research).
Pengumpulan data ini bersumber dari kepustakaan yang menggunakan bukubuku, majalah dan peraturan perundang-undangan baik nasional maupun
internasional. Tujuan dari studi kepustakaan untuk memperoleh data sekunder
yang mencakup antara lain :
a. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang dapat berupa
peraturan-peraturan yang terdapat dalam perjanjian atau konvensi
internasional maupun yang terdapat dalam hukum nasional seperti
Undang-Undang

No.32

Tahun

2009

Tentang

Perlindungan

dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.
b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang berupa karya
ilmiah berupa buku-buku, laporan penelitian, jurnal ilmiah dan sebagainya.
Dapat dikatakan bahwa bahan hukum ini yang memberikan penjelasan
lebih luas mengenai bahan hukum primer.
c. Bahan hukum tertier yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya
kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif dan sebagainya.
Teknik pengumpulan data bagi penulisan ini dilakukan melalui studi
kepustakaan dengan cara mengumpulkan bahan-bahan dari berbagai
sumber yang terkait dengan penulisan ini, seperti buku-buku, jurnal ilmiah,
surat kabar, majalah, kamus, ataupun artikel-artikel terkait dari internet.
G. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut :

 

 
Universitas Sumatera Utara

14

BAB I

PENDAHULUAN
Dalam bab ini, diuraikan latar belakang penulisan skripsi ini,
rumusan masalah, tujuan serta manfaat penulisan, keaslian
penulisan, tinjauan kepustakaan dalam penulisan, metode penulisan
dan sistematika penulisan.

 

BAB II

TINJAUAN

UMUM

MENGENAI

HUKUM

LINGKUNGANNASIONAL DAN HUKUM LINGKUNGAN
INTERNASIONAL
Dalam BAB II ini, dipaparkan penjelasan mengenai apa itu hukum
lingkungan, hukum lingkungan nasional dan hukum lingkungan
internasional. Dari pengertian, sejarah hukum lingkungan dan
pengaturan-pengaturan hukum yang berkaitan denganhukum
lingkungan nasional dan hukum lingkungan internasional.
 

BAB III

PENCEMARAN

LINTAS

BATAS

NEGARA

DALAM

KONTEKSHUKUM LINGKUNGAN INTERNASIONAL
Dalam BAB III ini, terdapat tiga poin penjelasan yang dibahas
yaitu mengenai pencemaran lintas batas negara, dampak dan
penyebab pencemaran kabut asap di Asia Tenggara, serta
kebijakan global dan regional pencegah kebakaran hutan.
 

BAB IV

PERTANGGUNGJAWABAN

INDONESIA

TERHADAP

NEGARA LAIN AKIBAT KABUT ASAP KEBAKARAN

 

 
Universitas Sumatera Utara

15

HUTAN

DAN

LAHAN

BERDASARKAN

HUKUM

LINGKUNGAN INTERNASIONAL
Dalam

BAB

IV,

diuraikan

penjelasan

mengenai

pertanggungjawaban Indonesia atas kabut asap yang mencemari
lintas batas negara berdasarkan hukum lingkungan internasional
yang terbagi dalam dua poin yaitu bagaimana tanggung jawab
Indonesia menurut hukum lingkungan internasional terkait kabut
asap akibat kebakaran hutan yang mencemari negara Malaysia dan
Singapura.

BAB V

PENUTUP
Dalam BAB V ini, penulis mencoba untuk memberikan
kesimpulan dari apa yang telah diuraikan pada bab-bab
sebelumnya. Kemudian penulis juga memberikan saran bagi pihakpihak yang memerlukannya.

 

 
Universitas Sumatera Utara