Stres Keluarga Merawat Anggota Keluarga Yang Menderita Stroke Di Poli Stroke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke didefinisikan sebagai defisit (gangguan) fungsi sistem saraf yang
terjadi mendadak dan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak dan akibat
gangguan pembuluh darah di otak (Pinzon et.al, 2010).Stroke merupakan
penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di dunia.Penyakit
ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting, dengan
dua pertiga stroke sekarang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang
(Feigin, 2007). Stroke juga merupakan penyebab kecatatan yang utama (Pinzon,
et.al 2010). Yayasan Stroke Indonesia tahun 2011 menyatakan Indonesia sebagai
negara dengan jumlah stroke terbesar di Asia. Gejala stroke dapat bersifat fisik,
dan psikologis. Gejala fisik paling khas adalah paralisis, kelemahan, hilangnya
sensasi di wajah, lengan, atau tungkai di salah satu sisi tubuh, kesulitan berbicara
atau memahami (tanpa gangguan pendengaran), kesulitan menelan, dan hilangnya
sebagian penglihatan di salah satu sisi (Feigin, 2010).
Dari segi neurologik, tindakan medis dan upaya pemulihan yang dilakukan
berdasarkan pada usaha untuk mencega kerusakan sel otak yang lebih luas,
kemungkinan terbentuk sirkuit-sirkuit atau lintasan-lintasan penghubung yang
baru, dan fungsi yang lebih aktif dari sel-sel otak yang semula pasif atau menjadi
hipoaktif. Dengan perkatan lain berusaha memanfaatkan semaksimal mungkin
keberadaan sel-sel otak yang masi sehat (Enny Mulyatsih, 2008).
1
Universitas Sumatera Utara
2
Strok
memerupakan
penyebab
kematian
terbesar
ketiga
didunia
denganlaju mortalitas 18 - 37 % untuk strokepertama dan 62 % untuk stroke
berulang (Smeltzer, 2007), artinya penderita stroke berulang memiliki resiko
kematian duakali lebih besar dibandingkan penderita stroke. Tingginya insiden
kematian padapenderita stroke maupun strokeberulang perlu mendapatkan
perhatian khusus karena diperkirakan 25% orang yang sembuh dari stroke
pertama akan mendapatkan strokeberulang dalam waktu 1 - 5 tahun (Adientya &
Handayani,2012).
Bagi penderita stroke, mengalami stroke merupakan salah satu pukulan
yang sangat berat. Hal ini dikarenakan ketidak mampuan penderita stroke untuk
melakukan aktivitas secara baik karena kecacatan yang dialami penderita stroke
ini berupa cacat fisik (meliputi ketidak mampuan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari seperti mandi, mengganti pakaian hingga dalam proses buang air besar
dan buang air kecil) dan cacatan mental (meliputi kehilangan fungsi memori,
kognitif, berbahasa, tingka laku, orientasi abstraksi dan afek). Gangguan emosi
terutama ansietas, frustasi dan depresi juga merupakan masalah umum yang
dijumpai pada penderita stroke. Diperkirakan 50% yang hidup tidak lagi dapat
bekerja seperti biasa dan sekitar 26-60 menunjukan gejala klinis seperti depresi
(Lumbantobing, 2009). Karena yang menderita stroke yang menjadi cacat baik
ringan maupun berat maka selain mengawasi intensif dari dokter yang merawat
enderita stroke juga sangat menentukan kesembuhannya (Gustiana, 2010).
Kecacatan berat pada pasien paska stroke misalnya keadaan kehilangan
fungsi motorik (hemiplegi), kehilangan komunikasi atau kesulitan berbicara
Universitas Sumatera Utara
3
(disatria ), gangguan persepsi, kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik, atau
disfungsi kandung kemih, bahkan pasien mengalami keadaan bedrest total.
Karena itu, perawatan yang diberikan kepada pasien stroke harus dilakukan secara
terus menerus (Pinzon et.al, 2009).Keluarga sangat berperan dalam rehabilitasi
pasien paska stroke, karena pemulihan pasien akan sangat terbantu jika keluarga
memberikan dorongan, memperlihatkan kepercayaan pada perbaikan pasien, dan
memungkinkan pasien melakukan sebanyak mungkin hal yang dapat mereka
lakukan dan hidup semandiri mungkin (Feigin et.al, 2007). Pratt (1982) dalam
Mubarak et.al (2010) mengatakan bahwa tugas keluarga adalah memberikan
perawatan kesehatan yang preventif dan secara bersama-sama merawat anggota
keluarga.Merawat anggota keluarga secara terus-menerus dapat menjadi pekerjaan
yang sulit dan melelahkan. Apalagi harus mengubah rutinitas dan gaya hidup
untuk merawat anggota keluarganya yang sedang sakit (Waston,2010).
Stroke menduduki urutan ketiga terbesarpenyebab kematian setelah
penyakit jantung dan kanker,dengan laju mortalitas18 % sampai 37 % untuk
stroke pertama dan 62 % untuk sroke berulang. Diperkirakan 25 % orang yang
sembuh dari stroke yang pertama akan mendapatkan strokeberulang dalam kurun
waktu 5 tahun . Hasil penelitian epidemiologis menunujukan bahwa terjadinya
resiko kematian pada 5 tahun pasca stroke adalah 45% -61 % dan terjadinya
stroke berulang 25 % - 37 % (Yulianto, 2011).
Masalah-masalah yang timbul pada penderita stroke menyebabkan stres
berat pada keluarga, persoalan kecil menjadi besar, kadang menimbulkan
kemarahan yang akhirnya menyebabkan perpisahan antara anggota keluarga,
Universitas Sumatera Utara
4
saudara laki-laki dan perempuan bertengkar masalah tanggung jawab, sementara
yang lainnya merasa depresi dan ingin bunuh diri. Kebanyakan keluarga ingin
membantu orang-orang yang mereka sayangi, mereka kadang tidak mengerti atau
tahu harus berbuat apa (Shimberg, 2010).
Masa pengobatan adalah masa-masa menyusahkan seperti goncangan yang
disebabkan oleh serangan stroke yang tiba-tiba, biaya pengobatan yang sangat
besar dan memerlukan perawatan secara terus-menurus dalam jangka waktu lama.
Melihat keadaan ini keluarga merasa frustasi dan menghawatirkan tentang apa
yang akan terjadi kemudian hari (Henderson,2007).
WHO (World Health Organization) menetapkan bahwa stroke merupakan
suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara fokal atau
global yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari
24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vascular. Data statistik dunia
bersama WHO Tahun 2002-2006, menunjukkan 15 juta orang menderita stroke
diseluruh dunia setiap tahun. Sebanyak 5 juta orang lainnya mengalami kematian
dan 5 juta orang mengalami kecacatan yang menetap. Diperkirakan setiap tahun
sekitar 500.000 orang penduduk Indonesia terkena serangan stroke, dan sekitar
25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami cacat berat ataupun
ringan (Ovina,Riowastu &Yuwono, 2013).
Berdasarkan data dari seluruh duniadidapatkankan 15 juta orang terkena
strokesetiap tahunnya yang sepertiganya akanmeninggal pada tahun berikutnya
dansepertiganya bertahan hidup dengan kecacatan,dan sepertiga sisanya dapat
sembuh kembaliseperti semula (Ramadhini & Angliadi, 2011).
Universitas Sumatera Utara
5
Kasus stroke meningkat di negara majuseperti Amerika Serikat.
Berdasarkan datastatistik di Amerika, setiap tahunnya terjadi 750.000 kasus stroke
baru di Amerika.Dari datatersebut menunjukan bahwa setiap 45 menit, adasatu
orang di Amerika yang terkena seranganstroke. Dan pada tahun 2020 diperkirakan
7,6juta orang akan meninggal karena stroke (Ramadhini & Angliadi, 2011).
Di Indonesia, stroke menduduki peringkat ke tiga sebagai penyakit
mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan menurut survey tahun 2004 stroke
merupakan pembunuh nomor 1 di RS pemerintah di seluruh Indonesia. Usia ratarata stroke dari data 28 rumah sakit di Indonesia adalah 58,8 tahun ±13,3 tahun .
Usia rata - rata wanita lebih tua darilaki-laki (60,4 ± 13,8 tahun versus 57,5 ± 12,7
tahun). Usia kurang dari 45 tahun sebanyak 12,9 % dan lebih dari 65 tahun
sebanyak 35,8 % (Yulianto,2011)
Peningkatan angka stroke di Indonesia diperkirakan berhubungan dengan
peningkatanangka kejadian faktor risiko stroke. Faktor risikostroke adalah
diabetes
mellitus,
gangguankesehatan
mental,
merokok,
obesitas,
danhipertensi.Hipertensi adalah masalah yangsering dijumpai pada pasien stroke,
dan menetapsetelah serangan stroke (Ramadhini & Angliadi, 2011).
Menurut data Riskesdas Depkes RI, 2007 data laporan nasionalnya
mendapatkan bahwa penyebab kematian utama untuk semua umur adalah stroke
(15,4%), tuberkolosis (7,5%), hipertensi (6,8%). Bila dibandingkan dengan hasil
SKRT 1995 dan 2001, menurut 4 kelompok penyebab kematian, tampak bahwa
selama 12 tahun (1995-2007) telah terjadi transisi epidemiologi yang ikut transisi
demografi, dan akan berjalan terus. Di Rumah Sakit Umum pusat Dr. Kardiadi,
Universitas Sumatera Utara
6
stroke juga selalu menduduki urutan ketiga dari seluruh jumlah pasien yang
dirawat di bangsal saraf (Depkes, 2007).
Situasi dan tuntunan yang menimbulkan stress memaksa keluarga untuk
dapat beradaptasi dan mengatasi tuntunan tersebut agar keluarga dapat
berlangsung hidup dan terus berkembang (Frietman, 2009). Reaksi suatu prilaku
dalam mengatasi tuntunan dan situasi yang menimbulkan stres tersebut
(Siswono,2008).
Penderita stroke yang dirawat inap di Rumah Sakit Propinsi Sumatra utara
tahun 2006 pada golongan umur diatas atau sama dengan 60 tahun adalah 174
orang pada tahun 2020 diperkirakan sebanyak 7,6 juta jiwa akan meninggal akibat
stroke (Siswono, 2008). Akankah jumla anggota keluarga merawat anggota yang
menderita stroke juga meningkat? Berdasarkan penjelasan diatas bahwa stroke
dapat menyebabkan utama kematian di Indonesia peneliti juga perna mengalami
stress ketika merawat anggota keluarga yang menderita stroke. Secara teori
merawat anggota keluarga yang sakit mengalami stres (Sienye,2009) dan peneliti
ingin meneliti beban tersebut. Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Stres Keluarga Merawat Anggota Keluarga yang Menderita
Stroke di Poli Stroke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.”
Stress pada keluarga dengan stroke.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah dalam penelitian ini adalah :
Bagaimanakah stres keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.?
Universitas Sumatera Utara
7
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi mengidentifikasi stres keluarga merawat anggota keluarga
yang menderita stroke di Poli Stroke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan tahun 2015.
1.5 Tujuan Khusus
Mengidentifikasi stress keluarga merawat anggota keluarga yang
menderita stroke, dalam tingkat stress ringan, sedang dan berat.
1.6 Manfaat penelitian
1.7 Pendidikan Keperawatan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan khususnya tentang stress
keluarga merawat anggota keluarga yang menderita stroke di poli stroke rumah
sakit umum pusat haji adam malik medan.
1.8 Pelayanan Keperawatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi perawat
agar lebih menyadari kondisi pasien stroke sehingga dapat memberikan dan
mengembangkan intervensi keperawatan yang tepat.
1.9 Penelitian Keperawatan
Dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi
tambahan yang berhubungan dengan stres keluarga.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke didefinisikan sebagai defisit (gangguan) fungsi sistem saraf yang
terjadi mendadak dan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak dan akibat
gangguan pembuluh darah di otak (Pinzon et.al, 2010).Stroke merupakan
penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di dunia.Penyakit
ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting, dengan
dua pertiga stroke sekarang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang
(Feigin, 2007). Stroke juga merupakan penyebab kecatatan yang utama (Pinzon,
et.al 2010). Yayasan Stroke Indonesia tahun 2011 menyatakan Indonesia sebagai
negara dengan jumlah stroke terbesar di Asia. Gejala stroke dapat bersifat fisik,
dan psikologis. Gejala fisik paling khas adalah paralisis, kelemahan, hilangnya
sensasi di wajah, lengan, atau tungkai di salah satu sisi tubuh, kesulitan berbicara
atau memahami (tanpa gangguan pendengaran), kesulitan menelan, dan hilangnya
sebagian penglihatan di salah satu sisi (Feigin, 2010).
Dari segi neurologik, tindakan medis dan upaya pemulihan yang dilakukan
berdasarkan pada usaha untuk mencega kerusakan sel otak yang lebih luas,
kemungkinan terbentuk sirkuit-sirkuit atau lintasan-lintasan penghubung yang
baru, dan fungsi yang lebih aktif dari sel-sel otak yang semula pasif atau menjadi
hipoaktif. Dengan perkatan lain berusaha memanfaatkan semaksimal mungkin
keberadaan sel-sel otak yang masi sehat (Enny Mulyatsih, 2008).
1
Universitas Sumatera Utara
2
Strok
memerupakan
penyebab
kematian
terbesar
ketiga
didunia
denganlaju mortalitas 18 - 37 % untuk strokepertama dan 62 % untuk stroke
berulang (Smeltzer, 2007), artinya penderita stroke berulang memiliki resiko
kematian duakali lebih besar dibandingkan penderita stroke. Tingginya insiden
kematian padapenderita stroke maupun strokeberulang perlu mendapatkan
perhatian khusus karena diperkirakan 25% orang yang sembuh dari stroke
pertama akan mendapatkan strokeberulang dalam waktu 1 - 5 tahun (Adientya &
Handayani,2012).
Bagi penderita stroke, mengalami stroke merupakan salah satu pukulan
yang sangat berat. Hal ini dikarenakan ketidak mampuan penderita stroke untuk
melakukan aktivitas secara baik karena kecacatan yang dialami penderita stroke
ini berupa cacat fisik (meliputi ketidak mampuan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari seperti mandi, mengganti pakaian hingga dalam proses buang air besar
dan buang air kecil) dan cacatan mental (meliputi kehilangan fungsi memori,
kognitif, berbahasa, tingka laku, orientasi abstraksi dan afek). Gangguan emosi
terutama ansietas, frustasi dan depresi juga merupakan masalah umum yang
dijumpai pada penderita stroke. Diperkirakan 50% yang hidup tidak lagi dapat
bekerja seperti biasa dan sekitar 26-60 menunjukan gejala klinis seperti depresi
(Lumbantobing, 2009). Karena yang menderita stroke yang menjadi cacat baik
ringan maupun berat maka selain mengawasi intensif dari dokter yang merawat
enderita stroke juga sangat menentukan kesembuhannya (Gustiana, 2010).
Kecacatan berat pada pasien paska stroke misalnya keadaan kehilangan
fungsi motorik (hemiplegi), kehilangan komunikasi atau kesulitan berbicara
Universitas Sumatera Utara
3
(disatria ), gangguan persepsi, kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik, atau
disfungsi kandung kemih, bahkan pasien mengalami keadaan bedrest total.
Karena itu, perawatan yang diberikan kepada pasien stroke harus dilakukan secara
terus menerus (Pinzon et.al, 2009).Keluarga sangat berperan dalam rehabilitasi
pasien paska stroke, karena pemulihan pasien akan sangat terbantu jika keluarga
memberikan dorongan, memperlihatkan kepercayaan pada perbaikan pasien, dan
memungkinkan pasien melakukan sebanyak mungkin hal yang dapat mereka
lakukan dan hidup semandiri mungkin (Feigin et.al, 2007). Pratt (1982) dalam
Mubarak et.al (2010) mengatakan bahwa tugas keluarga adalah memberikan
perawatan kesehatan yang preventif dan secara bersama-sama merawat anggota
keluarga.Merawat anggota keluarga secara terus-menerus dapat menjadi pekerjaan
yang sulit dan melelahkan. Apalagi harus mengubah rutinitas dan gaya hidup
untuk merawat anggota keluarganya yang sedang sakit (Waston,2010).
Stroke menduduki urutan ketiga terbesarpenyebab kematian setelah
penyakit jantung dan kanker,dengan laju mortalitas18 % sampai 37 % untuk
stroke pertama dan 62 % untuk sroke berulang. Diperkirakan 25 % orang yang
sembuh dari stroke yang pertama akan mendapatkan strokeberulang dalam kurun
waktu 5 tahun . Hasil penelitian epidemiologis menunujukan bahwa terjadinya
resiko kematian pada 5 tahun pasca stroke adalah 45% -61 % dan terjadinya
stroke berulang 25 % - 37 % (Yulianto, 2011).
Masalah-masalah yang timbul pada penderita stroke menyebabkan stres
berat pada keluarga, persoalan kecil menjadi besar, kadang menimbulkan
kemarahan yang akhirnya menyebabkan perpisahan antara anggota keluarga,
Universitas Sumatera Utara
4
saudara laki-laki dan perempuan bertengkar masalah tanggung jawab, sementara
yang lainnya merasa depresi dan ingin bunuh diri. Kebanyakan keluarga ingin
membantu orang-orang yang mereka sayangi, mereka kadang tidak mengerti atau
tahu harus berbuat apa (Shimberg, 2010).
Masa pengobatan adalah masa-masa menyusahkan seperti goncangan yang
disebabkan oleh serangan stroke yang tiba-tiba, biaya pengobatan yang sangat
besar dan memerlukan perawatan secara terus-menurus dalam jangka waktu lama.
Melihat keadaan ini keluarga merasa frustasi dan menghawatirkan tentang apa
yang akan terjadi kemudian hari (Henderson,2007).
WHO (World Health Organization) menetapkan bahwa stroke merupakan
suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara fokal atau
global yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari
24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vascular. Data statistik dunia
bersama WHO Tahun 2002-2006, menunjukkan 15 juta orang menderita stroke
diseluruh dunia setiap tahun. Sebanyak 5 juta orang lainnya mengalami kematian
dan 5 juta orang mengalami kecacatan yang menetap. Diperkirakan setiap tahun
sekitar 500.000 orang penduduk Indonesia terkena serangan stroke, dan sekitar
25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami cacat berat ataupun
ringan (Ovina,Riowastu &Yuwono, 2013).
Berdasarkan data dari seluruh duniadidapatkankan 15 juta orang terkena
strokesetiap tahunnya yang sepertiganya akanmeninggal pada tahun berikutnya
dansepertiganya bertahan hidup dengan kecacatan,dan sepertiga sisanya dapat
sembuh kembaliseperti semula (Ramadhini & Angliadi, 2011).
Universitas Sumatera Utara
5
Kasus stroke meningkat di negara majuseperti Amerika Serikat.
Berdasarkan datastatistik di Amerika, setiap tahunnya terjadi 750.000 kasus stroke
baru di Amerika.Dari datatersebut menunjukan bahwa setiap 45 menit, adasatu
orang di Amerika yang terkena seranganstroke. Dan pada tahun 2020 diperkirakan
7,6juta orang akan meninggal karena stroke (Ramadhini & Angliadi, 2011).
Di Indonesia, stroke menduduki peringkat ke tiga sebagai penyakit
mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan menurut survey tahun 2004 stroke
merupakan pembunuh nomor 1 di RS pemerintah di seluruh Indonesia. Usia ratarata stroke dari data 28 rumah sakit di Indonesia adalah 58,8 tahun ±13,3 tahun .
Usia rata - rata wanita lebih tua darilaki-laki (60,4 ± 13,8 tahun versus 57,5 ± 12,7
tahun). Usia kurang dari 45 tahun sebanyak 12,9 % dan lebih dari 65 tahun
sebanyak 35,8 % (Yulianto,2011)
Peningkatan angka stroke di Indonesia diperkirakan berhubungan dengan
peningkatanangka kejadian faktor risiko stroke. Faktor risikostroke adalah
diabetes
mellitus,
gangguankesehatan
mental,
merokok,
obesitas,
danhipertensi.Hipertensi adalah masalah yangsering dijumpai pada pasien stroke,
dan menetapsetelah serangan stroke (Ramadhini & Angliadi, 2011).
Menurut data Riskesdas Depkes RI, 2007 data laporan nasionalnya
mendapatkan bahwa penyebab kematian utama untuk semua umur adalah stroke
(15,4%), tuberkolosis (7,5%), hipertensi (6,8%). Bila dibandingkan dengan hasil
SKRT 1995 dan 2001, menurut 4 kelompok penyebab kematian, tampak bahwa
selama 12 tahun (1995-2007) telah terjadi transisi epidemiologi yang ikut transisi
demografi, dan akan berjalan terus. Di Rumah Sakit Umum pusat Dr. Kardiadi,
Universitas Sumatera Utara
6
stroke juga selalu menduduki urutan ketiga dari seluruh jumlah pasien yang
dirawat di bangsal saraf (Depkes, 2007).
Situasi dan tuntunan yang menimbulkan stress memaksa keluarga untuk
dapat beradaptasi dan mengatasi tuntunan tersebut agar keluarga dapat
berlangsung hidup dan terus berkembang (Frietman, 2009). Reaksi suatu prilaku
dalam mengatasi tuntunan dan situasi yang menimbulkan stres tersebut
(Siswono,2008).
Penderita stroke yang dirawat inap di Rumah Sakit Propinsi Sumatra utara
tahun 2006 pada golongan umur diatas atau sama dengan 60 tahun adalah 174
orang pada tahun 2020 diperkirakan sebanyak 7,6 juta jiwa akan meninggal akibat
stroke (Siswono, 2008). Akankah jumla anggota keluarga merawat anggota yang
menderita stroke juga meningkat? Berdasarkan penjelasan diatas bahwa stroke
dapat menyebabkan utama kematian di Indonesia peneliti juga perna mengalami
stress ketika merawat anggota keluarga yang menderita stroke. Secara teori
merawat anggota keluarga yang sakit mengalami stres (Sienye,2009) dan peneliti
ingin meneliti beban tersebut. Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Stres Keluarga Merawat Anggota Keluarga yang Menderita
Stroke di Poli Stroke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.”
Stress pada keluarga dengan stroke.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah dalam penelitian ini adalah :
Bagaimanakah stres keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.?
Universitas Sumatera Utara
7
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi mengidentifikasi stres keluarga merawat anggota keluarga
yang menderita stroke di Poli Stroke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan tahun 2015.
1.5 Tujuan Khusus
Mengidentifikasi stress keluarga merawat anggota keluarga yang
menderita stroke, dalam tingkat stress ringan, sedang dan berat.
1.6 Manfaat penelitian
1.7 Pendidikan Keperawatan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan khususnya tentang stress
keluarga merawat anggota keluarga yang menderita stroke di poli stroke rumah
sakit umum pusat haji adam malik medan.
1.8 Pelayanan Keperawatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi perawat
agar lebih menyadari kondisi pasien stroke sehingga dapat memberikan dan
mengembangkan intervensi keperawatan yang tepat.
1.9 Penelitian Keperawatan
Dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi
tambahan yang berhubungan dengan stres keluarga.
Universitas Sumatera Utara