Stres Keluarga Merawat Anggota Keluarga Yang Menderita Stroke Di Poli Stroke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

(1)

55

Stres Keluarga Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Stroke Di Poli Stroke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

No. Responden : ... 1. Kuesioner Data Demografi

Petunjuk pengisian : Saudara/i diharapkan akan menjawab setiap pernyataan dengan memberikan tanda checklist (√) pada tempat yang tersedia. Tiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban dan bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

1. Nama inisial :

2. Usia : 17-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun 3. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

4. Agama : Islam Kristen/Protestan Budha Kristen/Katolik Hindu

5. Status : Menika Janda/Duda

6. Pendidikan : SD SMP

SMA Perguruan Tinggi 7. Pekerjaan : PNS/ TNI/ Polri

Pegawai Swasta/Wiraswata Buruh/Petani


(2)

56

“Kuesioner Stres Keluarga Merawat Anggota Keluarga yang Menderita

Stroke di Poli Stroke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik”

Petunjuk pengisian : Berikan tanda checklist (√) pada setiap kolom jawaban yang tersedia di bawah ini sesuai dengan perawatan yang Saudara/i berikan kapada anggota keluarga yang sakit. Dimana, SL : Selalu, SR: Sering, KD: Kadang, TP: Tidak Pernah

No Pernyataan SL SR KD TP

A Respon fisik

1. Saya merasa lelah karena harus merawat anggota keluarga yang sakit setiap hari.

2. Saya merasa otot leher, seperti menegang bila memikirkan anggota keluarga yang sakit.

3. Saya sering merasah putus asa selama merawat anggota keluarga yang sakit.

4. Saya merasa gelisah merawat anggota keluarga yang sakit.

5. Saya sulit berkonsentrasi terhadap pekerjaan saya. 6. Saya sulit tidur karena terus menerus memikirkan

anggota keluarga yang sakit.

7. Saya tidak selera makan karena sudah lelah merawat anggota keluarga yang sakit.

8. Saya selalu ragu dalam mengerjakan pekerjaan karena selalu memikirkan anggota keluarga yang sakit.

B. Respon psikologis

1. Saya merasa khawatir bila anggota keluarga makin parah.

2. Saya merasa mudah tersinggung merawat anggota keluarga yang sakit melakukan aktivitas sehari-hari. 3. Saya merasa jenuh merawat anggota keluarga yang

sakit.

4. Saya merasa kehilangan humor apabila memikirkan anggota keluarga yang sakit.

5. Saya merasa sedih jika merawat anggota keluarga yang sakit.

6. Saya merasa takut apabila anggota keluarga yang sakit tidak dapat disembuhkan.

7. Saya marah apabila setiap hari harus merawat anggota keluarga yang sakit.

8. Saya tidak berminat untuk melakukan kegiatan sehari-hari.


(3)

57

No Pernyataan SL

f(%) SR f(%) KD f(%) TP f(%) A Respon fisik

1 Saya merasa lelah karena harus merawat anggota keluarga yang sakit setiap hari.

2(5,0) 22(55,0) 13(32,5) 3(7,5)

2 Saya merasa otot leher, seperti menegang bila memikirkan anggota keluarga yang sakit.

18(45,0) 3(7,5) 17(42,5) 2(5,0)

3 Saya sering merasah putus asa selama merawat anggota keluarga yang sakit.

10(25,0) 5(12,5) 22(55,0) 3(7,5)

4 Saya merasa gelisah merawat anggota keluarga yang sakit.

7(17,5) 3(7,5) 14(35,0) 16(40,0) 5 Saya sulit berkonsentrasi

terhadap pekerjaan yang saya lakukan sehari-har.

25(62,5) 7(17,5) 4(10,0) 3(7,5)

6 Saya sulit tidur karena terus menerus memikirkan anggota keluarga yang menderita strok .

11(27,5) 7(17,5) 6(15,0) 16(40,0)

7 Saya tidak selera makan karena sudah lelah merawat anggota keluarga yang menderita strok .

4(10,0) 12(30,0) 23(57,5) 1(2,5)

8 Saya selalu ragu dalam mengerjakan pekerjaan karena selalu memikirkan anggota keluarga yang menderita strok .

4(10,0) 12(30,0 21(52,5) 3(7,5)

B Respon Psikologis

1 Saya merasa khawatir bila anggota keluarga makin parah.

20(50,0) 5(12,5) 10(25,0) 5(12,5)

2 Saya merasa mudah

tersinggung merawat anggota keluarga yang menderita strok

25(62,5) 5(12,5) 6(15,0) 4(10,0)

3 Saya merasa jenuh merawat anggota keluarga yang menderita strok .

19(47,5) 19(47,5) 1(2,5) 1(2,5)

4 Saya khawatir dengan biaya penggobatan anggota keluarga yang sakit.

18(45,0) 8(20,0) 8(20,0) 6(15,0)

5 Saya merasa sedih jika merawat anggota keluarga yang sakit.


(4)

58

6 Saya merasa takut apabila anggota keluarga yang sakit tidak dapat disembuhkan.

18(45,0)) 5(12,5) 12(30,0) 5(12,5)

7 Saya marah apabila setiap hari harus merawat anggota keluarga yang sakit

3(7,5) 23(57,5) 12(30,0) 3(7,5)

8 Saya tidak berminat untuk melakukan kegiatan sehari-hari.


(5)

59

Reliability

Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.734 .733 16

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

P1 2.40 .498 30

P2 2.70 .535 30

P3 2.67 .479 30

P4 2.63 .490 30

P5 2.57 .504 30

P6 2.63 .490 30

P7 2.60 .498 30

P8 2.60 .498 30

P9 2.50 .509 30

P10 2.47 .507 30

P11 2.63 .490 30

P12 2.53 .507 30

P13 2.60 .498 30

P14 2.57 .504 30

P15 2.63 .490 30


(6)

60

Summary Item Statistics Mean Minimum Maximum Range

Maximum /

Minimum Variance N of Items Item Means 2.571 2.400 2.700 .300 1.125 .008 16

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(7)

(8)

62

usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 26-35 1 2.5 2.5 2.5

36-45 4 10.0 10.0 12.5

46-55 27 67.5 67.5 80.0

56-65 5 12.5 12.5 92.5

66-75 3 7.5 7.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid laki-laki 23 57.5 57.5 57.5

perempuan 17 42.5 42.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

agama

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid islam 15 37.5 37.5 37.5

kristen protestan 10 25.0 25.0 62.5

kristen katolik 10 25.0 25.0 87.5

budha 1 2.5 2.5 90.0

hindu 4 10.0 10.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Status

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid menikah 36 90.0 90.0 90.0

janda/duda 4 10.0 10.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 7 17.5 17.5 17.5

SMP 5 12.5 12.5 30.0

SMA 18 45.0 45.0 75.0

Perguruan tinggi 10 25.0 25.0 100.0

Total 40 100.0 100.0


(9)

63

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PNS/TNI/POLRI 11 27.5 27.5 27.5

Pegawai swasta/wiraswasta 15 37.5 37.5 65.0

Buruh/Petani 14 35.0 35.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

pengahsilan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1.800.000 11 27.5 27.5 27.5

<2.000.000 15 37.5 37.5 65.0

3 14 35.0 35.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Stresskeluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ringan 17 42.5 42.5 42.5

Sedang 17 42.5 42.5 85.0

Berat 6 15.0 15.0 100.0


(10)

64

Frequency Table

PI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 3 7.5 7.5 7.5

1 13 32.5 32.5 40.0

2 22 55.0 55.0 95.0

3 2 5.0 5.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

P2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 2 5.0 5.0 5.0

1 17 42.5 42.5 47.5

2 3 7.5 7.5 55.0

3 18 45.0 45.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

P3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 3 7.5 7.5 7.5

1 22 55.0 55.0 62.5

2 5 12.5 12.5 75.0

3 10 25.0 25.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

P4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 16 40.0 40.0 40.0

1 14 35.0 35.0 75.0

2 3 7.5 7.5 82.5

3 7 17.5 17.5 100.0


(11)

65

P5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 3 7.5 7.5 7.5

1 4 10.0 10.0 17.5

2 7 17.5 17.5 35.0

3 26 65.0 65.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

P6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 16 40.0 40.0 40.0

1 6 15.0 15.0 55.0

2 7 17.5 17.5 72.5

3 11 27.5 27.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

P7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 1 2.5 2.5 2.5

1 23 57.5 57.5 60.0

2 12 30.0 30.0 90.0

3 4 10.0 10.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

P8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 3 7.5 7.5 7.5

1 21 52.5 52.5 60.0

2 12 30.0 30.0 90.0

3 4 10.0 10.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

P9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 5 12.5 12.5 12.5

1 13 32.5 32.5 45.0

2 5 12.5 12.5 57.5

3 17 42.5 42.5 100.0


(12)

66

P10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 5 12.5 12.5 12.5

1 7 17.5 17.5 30.0

2 5 12.5 12.5 42.5

3 23 57.5 57.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

P11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 1 2.5 2.5 2.5

1 1 2.5 2.5 5.0

2 19 47.5 47.5 52.5

3 19 47.5 47.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

P12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 5 12.5 12.5 12.5

1 13 32.5 32.5 45.0

2 9 22.5 22.5 67.5

3 13 32.5 32.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

P13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 2 5.0 5.0 5.0

1 2 5.0 5.0 10.0

2 17 42.5 42.5 52.5

3 19 47.5 47.5 100.0


(13)

67

P14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 5 12.5 12.5 12.5

1 13 32.5 32.5 45.0

2 5 12.5 12.5 57.5

3 17 42.5 42.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

P15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 3 7.5 7.5 7.5

1 13 32.5 32.5 40.0

2 23 57.5 57.5 97.5

3 1 2.5 2.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

P16

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 17 42.5 42.5 42.5

1 21 52.5 52.5 95.0

2 1 2.5 2.5 97.5

3 1 2.5 2.5 100.0


(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

(21)

(22)

76

CURRIKULUM VITAE

Nama : Cutri Nawati

NIM : 141121104

Fakultas/Jurusan : Keperawatan/Ilmu Keperawatan Perguruan tinggi : Universitas Sumatera Utara Tempat dan Tanggal Lahir : Meunafa 20 Oktober 1992

Jenis Kelamin : Wanita

Agama : Islam

Alamat Rumah : Dusun Bukit Manggis, Desa meunafa Kecamatan Salang, Kabupaten Simeulue.

Telp/HP : 082167774202

Alamat Email : Cutri_nawati@yahoo.com Orang Tua

Ayah : Mhd. Serudin

Ibu : Nurmaini

Riwayat Pendidikan :

Tahun 1997 –1998 : TK AL-Munawwar Meunafa Kecamatan salang Kabupaten Simeulue

Tahun 1998 – 2004 : MIN Meunafa kecamatan Salang Kabupaten Simeulue.

Tahun2004 – 2007 : SMP Negeri 1 Salang Desa Nasreuhe Kecamatan Salang Kabupaten Simeulue.

Tahun 2007 – 2010 : SMK Negeri 1 Sinabang Desa Suak Buluh Kabupaten Simeulue.


(23)

52

DAFTAR PUSTAKA

Anwar. (2012). Peranan Kehidupan Sosial Klien Stroke. Diperoleh dari website https://erdafitriani.wordpress.com. pada tanggal 20 Mei 2015.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Cetakan 4. Jakarta : Rineka Cipta.

Brenct, dkk. (2006). Depresi pada Penderita Pasca Stroke. Jakarta: EGC.

Brunner & Suddath. (2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Davison, G, dkk. (2011). Psikologi Abnormal. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Depkes RI. (2012). Jumlah Penduduk yang Terserang Stroke di Indonesia dan Sumatera Utara. Diperoleh pada websitehttps://pandahar.files.wordpress. com. dibuka pada tanggal 20 Mei 2015.

Fiegin. (2007). Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Pramuka Saka Bhayangkara. Fransisca B. & Batticaca. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Sistem

Persarafan, Jakarta: Selemba Medika.

Friedman, M. (2009). Keperawatan Keluarga. Diperoleh pada website http://repository.upi.edu pada tanggal 12 Juli 2015.

Gustiana. (2010). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. Jakarta : EGC Handayani & Dewi. (2009). Mengenal dan Memahami Stroke. Diperoleh pada

website https://erdafitriani.wordpress.com. pada tanggal 20 Mei 2015. Handayani, A. (2012). Faktor-Faktor Penyebab Stroke. Diperoleh tanggal 5 Mei

2015 dari Repository.usu.ac.id

Handerson, L. (2012). Stroke Panduan Keperawatan. Jakarta, CV Sagung Seto. Harahap, F. (2015). Peran Keluarga Dalam Perawatan Strok di Desa Kotasan

Kec. Galang Kab. Deli Serdang. Diperoleh dari http://www.kemson.go.id Hawari. (2012). Petunjuk Praktis bagi Pengasuh dan Keluarga Pasien Stroke.

Diperoleh tanggal 5 Mei 2015 dari Repository.usu.ac.id

Hawari. (2015). Perubahan pshicological well being pada Klien Stroke Diperoleh pada website http://repository.upi.edu pada tanggal 12 Juli 2015.


(24)

53

Henderson. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2 Jakarta : Salemba Medika.

Hidayat, A. (2010). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Slemba Medika.

Idris. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Kholid, A. (2014). Promosi Kesehatan Dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media, dan Aplikasinya Diperoleh tanggal 30 April 2015 dari Repository.usu.ac.id

Lumbantobing S.M. (2009). Stroke Bencana Perdarahan Darah Otak. Dibuka pada website http://repository.upi.edu pada tanggal 12 Juli 2015.

Mulyadi, L. (2010). Penatalaksanaan Stroke Masa Kini. Diperoleh tanggal 29 April 2015 dari Repository.usu.ac.id

Mulyatsi, E. (2008). Petunjuk Perawatan Pasien Pasca Stroke, FKUI, Jakarta. Mulyatsih, E. (2008). Petunjuk Perawatan Pasien Pasca Stroke di Rumah.

Jakarta: Selemba Medika.

Muttaqin, A. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan System Persyarafan. Jakarta: Selemba Medika.

Nasution, H.A. (2010). Stres dan Koping Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor. Diperoleh tanggal 5 Mei 2015 dari Repository.usu.ac.id

Notoadmojo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Pinzon. et. al., (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga, Riset, Teori dan Praktik. Jakarta: Selemba Medika.

Pranowo, H (2009). Depresi dan Solusinya. Dibuka pada website Repository.usu.ac.id pada tanggal 20 Mei 2015

Rasmud. (2010). Dasar-dasar Terapi dan Rehabilitas Fisik pada Klien Sroke. Jakarta: EGC.


(25)

54

Rasmun. (2014). Perawatan Penderita Stroke di Rumah Oleh Keluarga Suku Batak Toba di Pematang Siantar. Diperoleh tanggal 5 Mei April 2015 dari Repository.usu.ac.id.

Shimberg, F. (2009). Apa yang Seharusnya Keluarga Ketahui. Dibuka pada website http://repository.upi.edu pada tanggal 12 Juli 2015.

Shimberg. (2010). Buku Ajar Neurologi Klinis Diperoleh tanggal 18 juli 2015 April 2015 dari Repository.usu.ac.id

Siswono. (2008). Mengenal dan Memahami Stroke. Diperoleh tanggal 29 April 2015 dari Repository.usu.ac.id

Sitanggang. (2009). Stres Keluarga Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Strok di Poli Neuro Rumah Sakit Umum Dr. Pringadi Diperoleh tanggal 20 April 2015 dari Repository.usu.ac.id

Sudjana. (2009). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dan Praktik Diperoleh pada website http://repository.upi.edu pada tanggal 10 Juli 2015

Suherman, K. (2011). Pencegahan Stroke dan Serangan Jantung Pada Usia Muda. Diperoleh tanggal 29 April 2015 dari Repository.usu.ac.id

Sunaryo. (2012). Psikologi Untuk Keperawatan. Diperoleh tanggal 29 April 2015 dari Repository.usu.ac.id

Tjipto, H. (2009). Buku Ajar Perawatan Cedera Kepala dan Stroke. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Wiebi, W. (2006) Asuhan Keperawatan pada Pasien Sroket. Jakarta: EGC. Yulianto. (2011). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta: EGC.

Yuono & KK. (2013). Promosi Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Diperoleh tanggal 5 Mei 2015 dari Repository.usu.ac.id.


(26)

BAB III

KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konseptual

Dari hasil tinjauan kepustakaan yang telah diuraikan serta masalah penelitian yang telah dirumuskan, perlu dikembangkan suatu kerangka konsep penelitian. Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan digunakan (Notoadmojo, 2006).

Berdasarkan hal tersebut maka kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Skema 1: Kerangka konseptual sters keluarga merawat anggota keluarga yang menderita stroke di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Tingkat stres 1. Ringan 2. Sedang 3. Berat

3.2 Defenisi Konseptual dan Oprasional 3.2.1 Stres Keluarga pada Penderita Stroke

Defenisi Konseptual

Gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh adanya suatu sistem sosial yang saling berinteraksi satu sama lain yang menyebabkan perubahan tuntunan kerja maupun penampilan individu dalam lingkungan (Grant Brecht, 2012).

Keluarga merawat anggota keluarga yang menderita stroke 1.


(27)

37

3.2.2 Defenisi operasional

No Variabel Defenisi

Oprasional Hasil Ukur

Alat Ukur

Skala Ukur

1. Stres Keluarga

Respon keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita stroke yang diukur berdasarkan respon fisik dan respon psikologis

1. Stres ringan. dengan interval 16-26.

2. Stres sedang. dengan interval 27-37 3 . Stres berat. dengan interval 38-48


(28)

BAB IV

METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yaitu untuk mengidentifikasi tingkat stress keluarga merawat anggota keluarga yang menderita stroke (Pinzon, 2009).

4.2 Populasi dan sampel penelitian 4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoadmodjo,2005). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga dengan pasien stroke di poli stroke rumah sakit umum pusat haji adam malik medan. dengan jumlah populasi sebanyak 2000 orang.

4.2.2 Sampel dan tehnik sampling

Menurut arikunto (2005), untuk pengambilan sampel jika subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua populasi. Namun apabila populasi penelitian berjumlah lebih dari 1000, maka sampel dapat diambil 10-15% atau 20-25%. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 10% dari 400 sebanyak 40 orang. Tehnik sampling yang digunakan alam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu suatu tehnik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan criteria yang di kehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi (Nursalam,2009). Adapun criteria responden adalah sebagai berikut:


(29)

39

1. Salah seorang anggota keluarga inti (Bapak/Ibu/Anak)

2. Pasien yang baru pertama kali terserang stroke (stroke hemoragik dan non hemoragik)

3. Pasien berobat jalan di poli stroke Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan

4. Bersedia menjadi responden , dapat berkomunikasi dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik

4.3 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Poli stroke Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik medan.

4.4 Pertimbagan etik

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dengan mengajukan permohonan izin kepada komisi etik, persetujuan dari pihak institusi fakultas keperawatan universitas sumatera utara dan institusi penelitian serta subjek dalam penelitian ini harus menyatakan kesediaanya mengikuti penelitian dengan mengisi informed consent. Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukannya penelitian dengan menekankan masalah penelitian.

4.5 Instumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat- alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Dapat berupa kuesioner (daftar pernyataan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya (Notoadmojo, 2006). Instrument penelitian yang digunakan dalam


(30)

40

penelitian ini tehnik angket berupa kuesioner yang dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama yaitu kuesioner berisi pernyataan yang berkaitan dengan data demografi responden yang meliputi: nama inisial, jenis kelamin, agama, status, pendidikan, pekerjaan, penghasilan.

Bagian kedua yaitu kuesioner peran keluarga peran keluarga merawat anggota keluarga yang menderita stroke. Pengukuran stres keluarga merawat anggota keluarga yang menderita stroke digunakan instrument skala Likert yaitu kemampuan menterjemahkan alternatif jawaban yang dipilih responden dengan member tanda checklist pada jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dengan nilai selalu (3), sering (2), kadang (1), tiak pernah (0).

Dalam skala likert telah diadopsi 16 pernyataan, responden akan memilih salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Instrument yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist dengan pernyataan SL, SR, KD, TD. SL= selalu, SR= sering, KD= kadang, TP= tidak pernah dengan pilihan jawaban dengan menggunakan angka an untuk setiap pernyataan yang paling tinggi diberi nilai 3 untuk kemudian setiap skor yang terkumpul dijumlahkan untuk mengetahui adanya stres keluarga merawat anggota keluarga yang menderita stroke. Adapun skala ukur yang digunakan yaitu skala ordinal.

4.6 Validitas dan Reliabilitas instrument 4.6.1 Validitas

Uji validitas instrument bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrument untuk mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo,2005). Sebuah instrument dikatakan valit, bila mampu mengukur apa yang diinginkan an dapat


(31)

41

mengungkapkan data dari variable yang diteliti. Instrument penelitian ini berbentuk kuesionar yang diadopsi dari penelitian Reister Nomesli Sitanggang, (2008) dan dimodivikasi oleh peneliti. Uji validias kuesioner dala instrument penelitian ini telah dilakukan oleh ahli Keperawatan Keluarga Departemen Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara yaitu Ibu Luthfiani .S. Kep. Ns. M. Kes.

4.6.2 Reliabilitas

Sebagai pemeriksa pendahuluan sebelum melakukan penelitian menunjukan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejalah yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo,2005). Uji reliabilitas instrument bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat alat ukur dapat mengukur secara konsisten objek yang akan diukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang relative sama bila gigunakan beberapa kali pada kelompok sampel yang sama.

Kuesioner penelitian ini telah diuji dengan reliabilitas instrument yang diperoleh dengan cara menganalisa data daari satu kali pengetesan (Arikunto,2010). Instrument terdiri dari 16 pernyataan atau dengan jumlah butir pernyataan ganjil uji reliabilitas telah dilakukan sebelum pengumpulan data, kepada responden yang memenuhi kriteria responden sebanyak 30 orang (Arikunto,2010). Menurut polit & Hungler (1995) suatu instrument yang baru reliable bila koefiennya 0,7 atau lebih diperoleh engan komputerisasi. Hasil dalam uji reliabilitas yang telah dilakukan adalah 0,72. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner stress keluarga merawat anggota keluarga yang


(32)

42

menderita stroke Di Poli Stroke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan adalah reliable.

4.7 Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin dari dosen pembimbing. Kemudian peneliti melaksanakan pengumpulan data. Peneliti menjelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat dari penelitian sebelum menanyakan kesediaanya untuk terlibat dalam penelitian ini. Responden yang bersedia diberikan kuesioner oleh peneliti.

4.8. Tehnik Pengolahan Data dan Analisa Data 4.8.1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul tahap selanjutnya yaitu pengolahan data. Adapun yang harus dilakukan (Hidayat,2010) yaitu :

a. Editing yaitu pemeriksaan atau koreksi data yang telah dikumpulkan pengeditan dilakukan karena kemungkinan data yang masuk (raw data) tidak memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan kebutuhan.

b. Coding (pengodean) adalah data yang telah didapatkan akan diberi kode sesuai dengan sub variable yang diteliti agar lebih mudah dalam pengecekan kembali jika terdapat kesalahan.

c. Enteriting adalah proses pengimputan data kedalam master tabel yang sudah dianggap benar.

4.8.2 Analisa Data

Data demografi dan data sters keluarga merawat anggota keluarga merawat anggota keluarga yang menderita stroke telah dikumpulkan kemudian dianalisa


(33)

43

data bila setelah semua data terkumpul melalui beberapa tahap dimulai dari editing untuk menambah kelengkapan data , kemudian member kode untuk memudahkan melakukan tabulus, selanjutnya memasukan data kedalam computer dan dilakukan pengolahan data dan tehnik komputerisasi dimana data akan dianalisa secara statistic deskriptif dan disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi. Nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 0 dan nilai tertinggi 80 P = Rentang kelas

Banyak kelas

Dimana P menunjukan panjang kelas dengan rentang nilai tertinggi dikurangi nilai terendah. Rentang kelas sebesar 18 dan banyak kelas 3 yaitu ringan, sedang dan berat. Sehingga diperoleh P = 18 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas pertama, maka pengetahuan keluarga dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut : ringan: 16-26, sedang: 27-37, berat: 38-48.


(34)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilaksanakan selama 2 minggu pada tanggal 09-26 februari 2016. Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. jumlah sampel penelitian ini adalah sebanyak 40 responen.

5.1.1 Data Demografi Responden

Karakteristik responden terdiri atas usia, jenis kelamin, agama, status, pendidikan, pekerjaan, penghasilan. hasil penelitian yang didapat mayoritas berusia 26-35 tahun (75,0%). Rata-rata berjenis kelamin wanita (82,5%). Adapun agama yang dianut mayoritas islam (62,5%).Status responden sebagian besar sudah menikah (92,5%), yang berpendidikan SMA (60,0%). Dan kebanyakan pekerjaan responden adalah sebagai buruh tani sebanyak (65,0%), yang berpenghasilan Rp> 1.850.000 (77,5%), sementara yang berpenghasilan Rp< 1. 850.000 (22,5%).


(35)

45

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Demografi Responden Stres Keluarga Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Stroke Di Poli Stroke Rumah Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (N=31)

No Karakteristik Demografi Frekuensi (n) Persentasi (%)

1. Usia

- 17-25 tahun - 26-35 tahun - 36-45 tahun

3 30 7 7.5 75.0 17.5

2. Jenis Kelamin - Laki-Laki - Perempuan

7 33

17,5

82,5 3. Agama

- Islam

- Kristen Protestan - Kristen Katolik - Budha

- Hindu

25 5 5 1 4 62,5 12,5 12,5 2,5 10,0 4. Status

- Menikah - Janda/duda

37 3

92,5 7,5 5. Pendidikan

- SD - SMP - SMA

- Perguruan Tinggi

8 6 24 2 20,0 15,0 60,0 5,0 6. Pekerjaan

- PNS/TNI/POLRI - Pegawai

Swasta/Wiraswasta - Buruh/Tani

4 10 26 10,0 25,0 65,0

7. Penghasilan

- Rp> 1.850.000 - Rp< 1.850.000

31 9

77,5 22,5


(36)

46

5.1.2 Stres Keluarga Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Stroke

a. Kuesioner

Hasil penelitian menunjukan bahwa distribusi frekuensi tertinggi stres keluarga merawat anggota keluarga yang menderita stroke di Poli Stroke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2015 berada pada kategori stres tingkat ringan dan sedang dengan persentase yang sama (42,5%) dengan jumlah responden yang menilai sebanyak 17 dari 40 orang responen.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi Stres Keluarga Merawat Anggota Keluarga yang Menerita Stroke di Poli Stroke RSUP Haji Adam Malik Medan

No. Kategori stres keluarga Frekuensi (n) Persentasi (%)

1. Ringan 17 (42.5%)

2. Sedang 17 (42.5%)

3. Berat 6 (15,0%)

Berdasarkan hasil penelitian dari 40 responden, kategori stres keluarga merawat anggota keluarga yang menderita strok di poli strok rumah sakit umum pusat haji adam malik medan terlihat bahwa sebagian besar stres keluarga termasuk dalam kategori stres ringan 17 responden (42.5%) dengan scoring kuesioner 16-26, kategori stres sedang terdapat 17 responden (42.5%) dengan skor kuesioner 27-37, dan kategori stres berat terdapat 6 responden (15,0%) dengan skor kuesioner 38-48.


(37)

47

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Stres Keluarga Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Stroke

No Pernyataan SL

f (%) SR f (%) KD f (%) TP f (%)

1 Saya merasa lelah karena harus merawat anggota keluarga yang sakit setiap hari.

2(5,0) 22(55,0) 13(32,5) 3(7,5) 2 Saya merasa otot leher, seperti menegang

bila memikirkan anggota keluarga yang sakit.

18(45,0) 3(7,5) 17(42,5) 2(5,0)

3 Saya sering merasah putus asa selama merawat anggota keluarga yang sakit.

10(25,0) 5(12,5) 22(55,0) 3(7,5) 4 Saya merasa gelisah merawat anggota

keluarga yang sakit.

7(17,5) 3(7,5) 14(35,0) 16(40,0) 5 Saya sulit berkonsentrasi terhadap

pekerjaan yang saya lakukan sehari-har.

25(62,5) 7(17,5) 4(10,0) 3(7,5) 6 Saya sulit tidur karena terus menerus

memikirkan anggota keluarga yang menderita strok .

11(27,5) 7(17,5) 6(15,0) 16(40,0)

7 Saya tidak selera makan karena sudah lelah merawat anggota keluarga yang menderita strok .

4(10,0) 12(30,0) 23(57,5) 1(2,5)

8 Saya selalu ragu dalam mengerjakan pekerjaan karena selalu memikirkan anggota keluarga yang menderita strok .

4(10,0) 12(30,0 21(52,5) 3(7,5)

9 Saya merasa khawatir bila anggota keluarga makin parah.

20(50,0) 5(12,5) 10(25,0) 5(12,5) 10 Saya merasa mudah tersinggung merawat

anggota keluarga yang menderita strok

25(62,5) 5(12,5) 6(15,0) 4(10,0) 11 Saya merasa jenuh merawat anggota

keluarga yang menderita strok .

19(47,5) 19(47,5) 1(2,5) 1(2,5) 12 Saya khawatir dengan biaya penggobatan

anggota keluarga yang sakit.

18(45,0) 8(20,0) 8(20,0) 6(15,0) 13 Saya merasa sedih jika merawat anggota

keluarga yang sakit.

20(50,0) 14(35,0) 2(5,0) 4(10,0) 14 Saya merasa takut apabila anggota

keluarga yang sakit tidak dapat disembuhkan.

18(45,0)) 5(12,5) 12(30,0) 5(12,5)

15 Saya marah apabila setiap hari harus merawat anggota keluarga yang sakit

3(7,5) 23(57,5) 12(30,0) 3(7,5) 16 Saya tidak berminat untuk melakukan

kegiatan sehari-hari.


(38)

48

5.2 Pembahasan

5.2.1 Stres Keluarga Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Stroke

Tingkat stres pada masing-masing keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita stroke dapat bervariasi. Dari data demografi responden, karakteristik yang mempengaruhi tingkat stres keluarga meliputi : usia, jenis kelami, agama, status, pendidikan, pengahasilan keluarga perbulan, anggota keluarga yang menderita stroke, dan penyakit yang dirawat anggota keluarga.

Responden yang sedang merawat anggota keluarga yang menerita stroke pada saat penelitian berada pada rentang usia dewasa (75.0%), diharapkan telah memiliki kematangan untuk berpikir rasional. Hal ini sesuai dengan pernyataan Potter (2005) dimana seorang dewasa biasanya mempunyai identitas yang lebih stabil dan konsep diri berkembang lebih kuat sehingga individu lebih berpikiran positif terhadap stresor yang datang.

Responden yang sedang merawat anggota keluarga yang menderita stroke dari hasil penelitian mayoritas pendidikan terakhir berada pada jenjang SMA (60,0%). Menurut Muzaham (2005), Pendidikan formal pada dasarnya akan memberikan kemampuan kepada seseorang untuk berpikiran rasional dan objektif. Jadi, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula respon individu tersebut dalam mempersepsikan stres dalam kehidupannya.

Karakteristik lain yang juga mempengaruhi tingkat stres keluarga yaitu pekerjaan responden sebagai buruh tani (65,0%) artinya responden yang sedang merawat anggota keluarga yang menderita stroke tidak memiliki peran ganda atau peran tambahan dalam keluarga sehingga tidak ada stresor tambahan yang memperberat tingkat stres yang dialami keluarga.


(39)

49

Karakteristik lain yang mempengaruhi tingkat stres keluarga yaitu tingkat penghasilan keluarga yang sedang merawat anggota keluarga yang sakit berada di atas upah minimum regional (UMR). Sehingga dinilai bahwa keluarga tidak mengalami kesulitan dari segi ekonomi yang dapat memicu penambahan tingkat stres. Poerwandari (2006) mengatakan bahwa kesulitan hidup sehari-hari ternyata tidak dapat dianggap remeh, misalnya kekhawatiran tentang bagaimana memperoleh uang cukup, hubungan sosial yang tidak mulus dengan teman atau tetangga, terlalu banyaknya pekerjaan, ketidakmampuan memberikan waktu bagi keluarga, dan sebagainya membuat individu mengalami stres.

Dari uraian di atas, tidak ada faktor yang memperberat tingkat stress keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita stroke. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang mana diperoleh mayoritas responden yang sedang merawat anggota keluarga yang menderita stroke mengalami stres tingkat ringan dan sedang dengan persentase sama besar yaitu (47,6%) sedangkan yang mengalami stres tingkat berat hanya (4,8%) saja.

Tingkat stres yang bervariasi yakni ringan, sedang dan berat pada keluarga yang merawat anggota keluarga yang menderita stroke tergantung pada penerimaan individu dan karakter personal individu dalam menghadapi stres. Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan dari Rasmun (2004), stres terjadi karena stresor dipersepsikan oleh individu sebagai suatu ancaman. Karnadi (1999) menambahkan, kepribadian dan pola prilaku individu menentukan reaksi terhadap suatu situasi atau kejadian.


(40)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan terhadap 40 orang responden, di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2015. Hasil penelitian ini menggambarkan stress keluarga merawat anggota keluarga merawat anggota keluarga yang menderita stroke. Hasil penelitian ini menggambarkan stres keluarga merawat anggota keluarga yang menderita strok di poli stroke rumah sakit umum pusat haji adam malik medan.

6.2 Saran

1. Pendidikan Keperawatan

Bagi pendidikan keperawatan diharapkan untuk, karena aspek penting dalam perawatan lansia sangat dipengaruhi oleh keluarga sendiri dan terkait tentang budaya yang ada didalam keluarga mengenai stress keluarga merawat anggota keluarga yang menderita stroke. Peneliti juga menyarankan agar materi perkuliahan tentang keperawatan keluarga terhadap pasien stroke lebih diperdalam lagi sehingga dapat dikembangkan dalam praktek belajar lapangan sehingga perawatan keluarga terhadap pasien stroke bisa lebih sangat baik lagi.

2. Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini sebaiknya digunakan sebagai acuan bagi perawat keluarga dalam memberikan pendidikan kesehatan mengenai stress keluarga merawat anggota keluarga yang menderita stroke bias lebih sangat baik lagi.


(41)

51

3. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai evidence base bagi penelitian selanjutnya terkait dengan stress keluarga merawat anggota keluarga yang menderita stroke. Penelitian lanjutan terkait stress keluarga merawat anggota keluarga yang menderita stroke. sebaiknya dilakukan dengan menggunakan pasien stroke sebagai responden agar hasil stress keluarga lebih benar tanpa ada yang di rekayasa dan jumlah sampel yang lebih representatif dan lokasi penelitian yang berbeda.

4. Keluarga Pasien Stroke

Diharapkan kepada keluarga untuk meningkatkan partisipasi dalam memperhatikan kebutuhan anggota keluarga yang menderita stroke secara keseluruhan. Tidak hanya berfokus pada pengobatan dari rumah sakit.


(42)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS 2.1 Stres

2.1.1 Pengertian stres

Stres adalah segala situasi dimana tuntunan non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan (Selye dalam Potter,2006). Vincet Corneli dalam Grant Brecht (2000) mengatakan stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntunan kehidupan yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut. Menurut Gintings (2004). Respon tubuh manusia terhadap setiap tuntunan yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi dan lain-lain.

2.1.2Penyebab stres

Berdasarkan penyebab, stres dibedakan atas dua bagian besar: a. Penyebab Makro.

Menyangkut peristiwa besar dalam khidupan seperti kematian, penyakit,perceraian, pension, luka batin, bangkrut dari usaha serta gagal mencapai usaha.

b. Penyebab Mikro

Menyangkut peristiwa kecil sehari-hari seperti pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan masalah pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari/menyangkut biaya hidup (Grant Brecht,2000 dalam Sunaryo,2009).


(43)

9

2.1.3 Sumber Stres

Stres yang dialami manusia berasal dari berbagai sumber, menurut Hidayat (2010) ada tiga sumber stres:

a. Dalam Diri

Pada umumnya disebabkan oleh konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan berbeda, dalam hal ini adalah berbagai permasalahan yang terjadi yang tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasi, maka dapat menimbulkan stres.

b. Dalam Keluarga

Stres bersumber dari masalah keluarga yang ditandai dengan adanya perselisihan masalah keluarga (anggota keluarga sakit, putus sekolah), masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda diantara keluarga. Permasalahan ini akan selalu menimbulkan suatu keadaan yang dinamakan stres.

c. Dalam Masyarakat dan Lingkungan

Sumber stres dapat terjadi di lingkungan atau masyarakat pada umumnya seperti lingkungan pekerjaan, secara umum disebut sebagai stress pekerja karena lingkungan fisik, kurangnya hubungan interpersonal serta kurang adanya pengakuan di masyarakat sehingga sulit untuk berkembang kearah yang lebih baik.

2.1.4 Respon Tubuh Terhadap Stres

Harawi (2008) mengemukakan bahwa stress dapat berakibat terhadap hampir seluruh tubuh seperti:


(44)

10

1. Perubahan warna rambut dari hitam menjadi kecoklatan, ubabnan atau kerontokan.

2. Gangguan ketajaman penglihatan. 3. Pendengaran berdeging.

4. Wajah tegang, serius, tidak santai, sulit tersenyum dan kedutan padakulit wajah(tic facialis).

5. Bibir dan mulut terasa kering, tenggorokan terasa tercekik.

6. Kulit dingin atau panas atau banyak berkeringat, kulit kering, eksim,biduran/urtikaria, gatal-gatal tumbuh jerawat (ance), telapak tangan dan kaki sering berkeringat dan kesemutan.

7. Nafas terasa berat dan sesak.

8. Jantung berdebar-debar, muka merah/pucat.

2.1.5 Reaksi psikologis terhadap stres

Hawari (2009) mengatakan bahwa selain mengganggu sistem tubuh, stres juga dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut yaitu:

1. Menganggu perasaan, seperi gelisah, sedih, marah rendah diri, iri hati pemarah, bimbang dan ragu serta cemas.

2. Menganggu pikiran, seperti tidak dapat berpikir secarah jernih, sering lupa, daya pikir rendah, tidak dapat berkonsentrasi, sehingga merasa seolah-olah tidak cerdas, sehingga tidak mampu membuat keputusan secara cepat dan sistematis.

3. Berpengaruh terhadap prilaku; prilaku tersebut diantaranya menyakitidiri sendiri dan menyakiti orang lain.


(45)

11

4. Menimbulkan depresi: depresi adalah; suatu gangguan yang belangsung lama, disertai gejala dan tanda-tanda spesifik yang secara substansial menganggu kewajaran sikap dan tindakan seseorang merasa sedih yang amat sangat.

2.1.6 Pengukuran Stres

Instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur skala stres adalah Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) yang biasanya digunakan untuk mengukur skala kecemasan karena kecemasan merupakan salah satu emosi yang paling menimbulkan stres yang dirasakan oleh banyak orang (Wangmuba, 2009). Disamping itu, salah satu respon individu dalam menghadapi stres adalah perasaan cemas (Herlambang, 2008). HARS terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik (Hawari, 2009).

1. Perasaan cemas, ditandai dengan : cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, dan mudah tersinggung.

2. Ketegangan yang di tandai oleh : merasa tegang, lesu, tidak dapatistirahat tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah.

3. Ketakutan ditandai oleh : ketakutan pada gelap, ketakutan ditinggal sendiri, ketakutan pada orang asing, ketakutan pada binatang besar, ketakutan pada keramaian lalu lintas, ketakutan pada kerumunan orang banyak.

4. Gangguan tidur ditandai oleh : sukar untuk tidur, terbangun malamhari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, mimpi buruk atau menakutkan.

5. Gangguan kecerdasan ditandai oleh: sukar konsentrasi, daya ingat buruk, daya ingat menurun.


(46)

12

6. Perasaan depresi (murung) di tandai oleh : kehilangan minat, sedih, bangun dini hari, kurangnya kesenangan pada hobi, perasaan berubah-ubah sepanjang hari.

7. Gejala somatik (otot) ditandai oleh : nyeri pada otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil.

8. Gejala sensorik (sistem saraf) ditandai oleh : tinitus (telinga berdenging), penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa lemah, perasaan di tusuk-tusuk.

9. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) ditandai oleh takikardia (denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lemah seperti mau pingsan, detak jantung menghilang (berhenti sekejap).

10. Gejala pernafasan di tandai oleh : rasa tertekan atau sempit didada, perasaan tercekik, merasa nafas pendek/ sesak, sering menarik nafas panjang.

11. Gejala Gastrointestinal (pencernaan) ditandai oleh : sulit menelan, mual, perut melilit, nyeri lambung sebelum atau sesudah makan, perut terasa kembung atau penuh, muntah, defekasi lembek, berat badan menurun, dan kontipasi (sukar buang air besar)

12. Gejala Urogenital (perkemihan dan kelamin) ditandai oleh : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, tidak datang bulan (tidak ada haid), darah haid berlebihan, darah haid sangat sedikit, masa haid berkepanjangan, masa haid sangat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, ejakulasi dini, ereksi melemah, ereksi hilang, impotensi.


(47)

13

13. Gejala Saraf Autonom ditandai oleh : mulut kering, muka merah dan kering, mudah berkeringat, pusing/ sakit kepala, bulu kuduk berdiri.

14. Perilaku sewaktu wawancara, ditandai oleh : gelisah, tidak tenang, jari gemetar, mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, otot tegang, nafas pendek dan cepat, muka memerah.

2.1.7 Adaptasi sosial dan budaya

Merupakan cara untuk mengadakan perubahan dengan melakukan proses penyesuaian perilaku yang sesuai dengan norma yang berlaku di msyarakat, misalnya seseorang yang tinggal dalam lingkungan msyarakay dengan budaya gotong royong akan berupa beradaptasi dengan lingkungannya tersebut Hawari (2009).

2.1.8 Adaptasi spiritual

Proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan perilaku yang didasarkan pada keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki sesuai agama yang dianutnya, misalnya apabila mengalami stres . seseorang akan giat melakukan ibadah seperti rajin sumbayang, puasa dan sebagainya Hawari (2009).

2.1.9 Faktor presipitasi stres

Berupa faktor yang dianggap sebagai pemicu tibulnya stres (stresor) yang bisa disebut sebagai faktor presipitasi antara lain sebagai berikut (Hawari,2009).

2.1.10 Faktor Fisik dan Psikologis

Berikut ini adalah beberapa factor psikologis yang dapat menyebabkan stres. (Hawari,2009).


(48)

14

a. Genetika. Banyak ahli beranggapan bahwa masa kehamilan mempunyai keakraban dengan kemungkinan kerentanan stress pada anak yang dilahirkan kondisi-kondisi tersebut berupa ibu hamil yang perokok, alkoholik dan penggunaan obat-obatan yang dilarang pada kehamilan, seperti: aspirin dan jenis obat-obatan analgetik.

b. Case history. Beberapa riwayat penyakit di masa lalu yang mempunyai efek psikologis dan masa depan, dapat berupa penyakit di masa kecil deperti demam tinggi yang mempengaruhi kerusakan gendang telinga, kecelakaan yang menyebabkan kehilangan organ atau bagian tubuh (cacat), patah tulang dan sebagainya.

c. Pengalaman hidup. Mencakup case history dan pengalaman-pengalaman hidup yang mempengaruhi perasaan independen yang menyangkut kematangan organ-organ seksual pada masa remaja contoh: pada anak remaja yang mengalami keterlambatan pertumbuhan payu darah di bandingkan dengan kelompok bermainya akan mempengaruhi prilaku, atau pada anak laki-laki yang merasa minder karena pertumbuhan phallus yang terlambat dibandingkan klompok bermainya akan mendapat ejekan dari teman-teman yang mempengaruhi rasa percaya diri ketika akan menikah.

d. Tidur. Istrahat yang cukup akan memberikan energy pada kegiatan yang sedang dilakukannya. Kebutuhan tidur akan mempengaruhi konsentrasi, semangat, dan gaira terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Penderita insomnia mempunyai kerentanan terhadap stress yang lebih berat.


(49)

15

e. Diet. Diet yang berlebihan dan mengakibatkan stress berat. Pelaku diet penderita obesitas yang melakukan diet ketat berlebihan mempunyai resiko kematian yang tinggi, di amerika diperkirakan sekirakar 6 di antara orang yang yang melakukan diet ketat ini menyebabkan kemayian. Diet secara berlebihan memungkinkan munulnya sindrom anoreksia.

f. Postur tubuh. Dalam beberapa kasus, postur tubuh dapat berperan sebagai setresor, misalnya individu yang berkeinginan untuk polisi atau tentara batasan tinggi badan dapat menjadi kendala bila yang bersangkutan tidak mencapai taraf yang telah ditentukan, individu yang memiliki kelainan bentuk tubuh, cacat bawaan, dan penggunaan steroid juga dapat memicu munculnya stress pada individu.

g. Penyakit. Beberapa penyakit dapat menjadi stresor pada individu berupa: tuberkolosis (TBS), kangker, impotensi yang disebabkan oleh penyakit diabetes mellitus, dan berbagai penyakit lainnya. Penyakit anemia dapat enimbulkan individu cepat merasa lelah sehingga dapat menimbulkan rasa stres karena individu kurang dapat bekerja secara maksimal.

2.1.11 Faktor psikologis

Berikut ini adalah beberapa faktor psikologis yang dapat memicu terjadinya stres (Nasir,Abdul & Muhit,2012).

1. Persepsi. Kadar stress dalam suatu peristiwa sangat bergantung pada bagaimana individu berpersepsi terhadap stresor yang muncul. Kadar stress tersebut sangat brgantung pada hal-hal berikut ini.


(50)

16

a. Kontrol terhadap stress. Individu dapat mengontrol setres yang muncul, misalnya individu keluar dari lingkungan dan pemikiran-pemikiran yang dapat merusak pikiran positif.

b. Stres yang dapat diprediksi. Individu yang mempunyai kesiapanterhadap pekerjaan yang mengandung resiko stres akan lebih baikdibandingkan individu yang tidak siap sama sekali. Individu yang dapat memprediksi akan lebih baik kadar stresnya dibandingkan individu yang langsung berhadapan dengan stresor yang tidak perna ia duga sebelumnya.

c. Kemampuan melawan batas. Individu yang beranggapan bahwa stres sebagai tantangan yang mengasyikkan akan mempengaruhi kadar stres menjadi lebih rendah. Biasanya individu tetap enerjik dengan apa yang dilakukan sebagai tantangan. Hal ini akan berbeda pada individu yang merasa terpaksa melakukannya.

2. Emosi. Emosi merupakan hal yang sangat penting dan kompleks dalam diri individu perbedaan kemampuan untuk mengenal dan membedakan setiap perasaan emosi sangat berpengaruh terhadap stress yang sedang dialami. Stres dan emosi mempunyai keterikatan yang saling mempengaruhi keduanya, seperti kecemasan, rasa bersalah, khawati, ekspresi marah, sedih dan cemburu. 3. Situasi psikologis. Hal-hal yang mempengaruhi konsep berpikir (kognitif)

dan penilaian terhadap situasi-situasi yang mempengaruhinya. Situasi tersebut berupa konflik, frustasi, serta situasi atau kondisi tertentu yang dapat mempengaruhi penilaian yang memberikan ancaman bagi individu, misalnya tingkat kejahatan yang semakin meningkat akan memberikan rasa kecemasan (stres).


(51)

17

a. Pengalaman hidup. Pengalaman hidup mrupakan keseluruhan kejadian yang memberikan pengaruh psikologis bagi individu. Kejadian tersebut memberikan dampak psikologis dan memungkinkan munculnya stres pada individu. Berupa kejadian tersebut adalah sebagai berikut.

b. Perubahan hidup. Termasuk didalamnya berbagai kejadian yang memberikan perubahan hidup secara mendadak seperti: perkawinan, perceraian, pindah tempat kerja, jadwal kerja yang padat, dan sebagainya.

c. Masa transisi (life passanges). Perubahan-perubahan waktu yang signifikan terhadap perubahan prilaku. Hal-hal tersebut termasuk masa pubertas atau masa pra-pensiun.

d. Krisis kehidupan. Perubahan status radikal dalam kehidupan seseorag.Kejadian-kejadian yang menyangkut krisis kehidupan adalah pemecatan (PHK), bangkrut, hutang akibat gagal panen, dan sebagainya.

2.1.12 Gangguan psikologis stroke

a. Menurunnya harga diri karena adanya keterbatasan kemampuan fisik, ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhan diri maupun orang lain yang biasanya dilakukan sebelum sakit menyebabkan anggota keluarga merasa tidak dihargai.

b. Menurunnya citra diri karena adanya kelainan fisik, seperti tidak mampu berbicara secara normal, anggota gerak yang lumpuh, menyebabkan anggota keluarga yang sakit tidak gagah atau menarik diri dari lingkungan social. c. Gangguan komunikasi verbal, sangat banyak keinginan-keinginan yang tidak


(52)

18

d. Stres berkepanjangan, karena menurunnya harga diri, hilanya citra diri dan gangguan komunikasi verbal.

e. Cemas dan takut pada anggota keluarga yang sakit, dan keluarga selalu dihantui rasa takut dan cemas terus menerus apa dan bagai mana yang akan terjadi selanjutnya.

2.1.13 Respon pada keluarga yang mengalami stres

Suatu keadaan yang tidak bisa dan patut diperhatikan pada seseorang mengalami stres, biasanya memperhatikan respon fisik dan psikologis.

2.1.14 Respon fisik

a. Tekanan serangan sesak nafas, rasa mual dan mabuk. b. Selera makan tidak seperti biasanya.

c. Sering menderita gangguan pencernaan.

d. Mengalami sulit tidur dan sering terjaga terlalu dini.

e. Merasa lelah walaupun mengerjakan pekerjaan yang paling sederhana

f. Sering gelisa, jalan mondar-mandir dan ragu-ragu dalam mengerjakan Sesuatu.

g. Timbul bercak-bercak merah pada kulit. h. Pegal-pegal di punggung.

i. Kesemutan, berkeringat dingin. j. Sakit kepala, berdebar-debar.

2.1.15 Respon psikologis

a. Merasa marah sepanjang waktu. b. Merasa kehilangan minat pada sex.


(53)

19

c. Tidak dapat mengambil keputusan dan sering merasa tidak dapat menghadapi masalah.

d. Merasa menjadi orang gagal. e. Merasa tidak diperhatikan.

f. Tidak menyukai orang lain dan diri sendiri. g. Khawatir sesuatu yang mengerikan akan terjadi. h. Merasa tidak dapat berkonsentrasi.

i. Tidak dapat menceritakan kepada orang lain apa yang dirasakan. j. Kehilangan rasa humor.

k. Cenderung menyalahkan orang lain.

2.1.16 Respon Terhadap Stres

Taylor (1991), dalam Vedebeck (2010), menyatakan bahwa stres dapat menghasilkan berbagai respon. Berbagai peneliti telah membuktikan bahwaa respon-respon tersebut dapat berguna sebagai indicator terjadinya stres yang dialami individu. Respon stres dapat terlihat berbagai aspek sebagai berikut. 1. Respon fisiologis. Dapat ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, detak

jantung, nadi, dan sistem pernapasan.

2. Respon kognitif. Dapat terlihat melalui terganggunya proses kognitif individu, seperti pikiran menjadi kaacau, menurunnya konsentrasi, pikiran berulang, dan pikiran tidak wajar.

3. Respon emosi. Dapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang mungkin dialami individu, seperti takut, cemas, malu, marah, dan sebagainya.

4. Respon tingkah laku. Dapat dibedakan menjadi figh, yaitu melawan situasi yang menekan dan fight yaitu menghindari situasi yang menekan.


(54)

20

2.1.17 Adaptasi Fisiologis

Indikator fisiologi dari stres adalah objektif, lebih muda diidentifikasi dan secara umum dapat diamati dan diukur. Namun demikian indicator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stres, dan diindikator tersebut bervariasi menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat, klien mungkin tampak gelisah, dan tidak mampu untuk beristirahat dan berkonsentrasi.indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stres.

Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi dan intensitas stresor yang diterima. Indicator fisiologis timbul dari berbagai sistem oleh karena itu, pengkajian tentang stres mencakup pengumpulan data dari semua sistem. Hubungan antara stres psikologis dengan penyakit sering disebut interaksi pikiran tubuh. Riset telah menunjukkan bahwa stress dapat mempengaruhi penyakit dan pola penyakit. Pada masa lalu, penyakit infeksi adalah penyebab kematian paling utama. Akan tetapi sejak ditemukan antibiotic, kondisi kehidupan dan pengetahuan tentang nutrisi yang meningkat, serta metode sanitasi telah menurunkankan angka kematian. Saat ini, penyebab utama kematian adalah penyakit yang mencakup stresor gaya hidup (Nasir,Mbdul& Muhit).

2.1.18 Berikut ini indikator stres fisiologis.

1. Kenaikan tekanan darah.

2. Peningkatan ketegangan di leher, bahu, dan punggung. 3. Peningkatan denyut nadi dan frekuensi pernapasan. 4. Telapak tangan berkeringat, tangan dan kaki dingin. 5. Postur tubuh yang tidak tegap.


(55)

21

6. Keletihan. 7. Sakit kepala.

8. Gangguan lambung. 9. Suara yang bernada tinggi. 10. Mual, muntah, dan diare. 11. Perubahan nafsu makan. 12. Perubahan berat badan.

13. Perubahan frekuensi berkemih. 14. Dilatasi pupil.

15. Gelisa, kesulitan untuk tidur, atau sering terbangun saat tidur.

(Hans Selye,1946). Telah melakukan riset terhadap dua respon fisiologis tubuh terhadap stres , yaitu Local Adaptation Syndrome dan General adaptation syndrome.

1. Local Adaptation Syndrome

Tubuh menghasilkan banyak respon setempat terhadap stres. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dan sebagainya. Respon berjangka pendek.

Berikut ini adalah karakteristik Local Adaptation Syndrome

a. Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system. b. Respon bersifat adaptif; diperlukan stresor untuk menstimulusnya. c. Respon bersifat jangka pendekdan tidak terus-menerus.


(56)

22

2. General adaptation syndrome.

Merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat didalamnya adalah sistem saraf otonom sistem endokrin. Pada beberapa buku teks General adaptation syndrome sering disamakandengan sistem neuroendokrin General adaptation syndrome terbagi menjadi tiga tahap berikut ini.

a. Fase alarm (waspada)

Melibatkan pengarahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stresor . terjadi reaksi psikologis fight of flight dan reaksi fisiologis. Tanda fisik. Curah jantung meningkat , peredaran darah cepat , serta darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepalah dan ekstremitas. Banyak organ terpengaruh, gejala stres mempengaruhidenyut nadi, ketegangan otot, dan daya tahan tubuh menurun. Fase alarm melibatkan pengarahan mekanisme pertahanan tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat pada meningkatnya volume darah, yang pada akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormone lainnya dilepas untuk meningatkan kadar gula darah yang bertujuan guna menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi. Teraktiasinya epinefrin dan norepnefrin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan terjadi peningkatan aliran darah ke otot. Selain itu, juga terjadi peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental. Aktivitas hormone yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “respon melawan atau menghindar)”. Respon ini bisa berlangsung dari menit ampai jam. Bila stresor menetap, maka individu masuk ke dalam fase resistensi.


(57)

23

b. Fase resistence (resistensi/melawan)

Individu mencoba berbagai macam mechanism penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya pada keadaan normal, dan dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stres, bila teratasi, gejala stres akan menurun dan tubuh kembali stabil, termasuk hormone denyut jantung, tekanan darah, dan curah jantung. Hal tersebut terjadi karena individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stresor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel-sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada dari tahapan terakhir dari General adaptation syndrome yaitu fase kehabisan tenaga.

c. Fase exhaustion (kelelahan)

Merupakan fase perpanjagan stres yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energy untuk penyesuaian telah terkuras, akibatnya timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gsngguan mental, penyakit arteri koroner, dan sebagainya, bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian. Pada tahap ini cadangan energy telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidk mampu lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk memperthankan diri terhadap stresor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersebut.

2.1.19 Adaptasi psikologis

Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati perilaku klien. Stres mempengaruhi kesejahtraan emosional dalam berbagai cara. Oleh karena kepribadian individu mencakup hubungan yang


(58)

24

kompleks di antara banyak factor, maka reaksi terhadap stres yang berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa gaya hidup dan stresor klien yang terakhir, pengalaman dahulu dengan stresor, mekanisme yang berhasil di masa lalu, fungsi, peran, konsep diri, dan ketabahan yang merupakan kombinasi dari tiga karakteristik kepribadian yang diduga menjadi media terhadap stres. Ketiga karakteritik ini adalah rasa control terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu kesempatan untu pertumbuhan (Weibe dan Williams,2006).

Indicator stres psikologis adalah sebagai berikut. 1. Ansietas.

2. Depresi. 3. Kepenatan.

4. Peningkatan penggunaan bahan kimia.

5. Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas. 6. Kelelahan mental.

7. Perasaan tidak adekuat. 8. Kehilangan harga diri. 9. Peningkatan kepekaan. 10. Kehilangan motivasi.

11. Ledakan emosional dan menagis.

12. Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan.

13. Kecendrungan untuk membuat kesalahan (misalnya penilaian buruk). 14. Mudah lupa dan pikiran buntu.


(59)

25

15. Kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci. 16. Preokupasi (misalnya mimpi siang hari).

17. Ketidak mampuan berkonsentrasi pada tugas. 18. Peningkatan ketidak hadiran atau penyakit. 19. Letargi.

20. Kehilangan minat.

21. Rentan terhadap kecelakaan.

2.1.20 Respon menghadapi stres

Menurut Selye (2006), berdasarkan persepsi individu terhadap stres yang dialaminya, stres dapat diklasifikasikan sebagai berikut

1. Distress (Stres Negatif)

Distress merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan.Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir, atau gelisah sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan, dan timbul keinginan untuk menghindarinya.

2. Eustress (Stres Positif)

Eustres merupakan stres yang bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan. Eustres dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi, dan performansi individu. Eustres juga dapat meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu (Rice,2008).

2.1.21 Tingkat stres


(60)

26

a. Stres ringan.

Stres ringan adalah stres yang tidak merusak aspek fisiologis dari seseorang.Stres ringan umumnya dirasakan dan dihadapi oleh setiap orang secara teratur seperti lupa, kebanyakan tidur, kemacetan, dikritik. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam dan biasanya tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.

b. Stres sedang.

Stres sedang adalah stres yang terjadi lebih lama dari beberapa jam sampai beberapa hari seperti pada waktu perselisihan, kesepakatan yang belum selesai, sebab kerja yang berlebih, mengharapkan pekerjaan baru, permasalahan keluarga. Situasi seperti ini dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan seseorang.

c. Stres berat

Stres berat merupakan stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial, dan penyakit fisik yang lama (Rasmund,2010).

2.1.22 Cara mengendalikan stres

Untuk mengendaliakan stress diperlukan berbagai cara dan usaha. Menuru Grant Brenct (2006) dalam Sunaryo (2008), ada empat cara mengendalikan stres :

a. Sikap, keyakinan, dan pikiran kita harus positif, fleksibel, rasional dan adaptasi terhadap orang lain, artinya jangan terlebih dahulu menyalahkan


(61)

27

b. Kendalikan factor-faktor enyebab stress dengan kemampuan menyadari, kemampuan untuk menerima, kemampuan untuk mengahadapi, kemampuan untuk bertindak.

c. Erhatikan diri anda, poroses interpersonal dan interaktif, serta lingkungan d. Kembangkan sifat efesien, reaksi, visualisasi atau angan anagan terarah, mulai

nafa perlahan (tarik nafas dan buang nafas), sambil bernafas pusatkan perhatian anda pada kegiatan bernafas, tarik nafas dan tahan sebentar dan buang perlahan, ulangi cara ini sambil terus memusatkan pikiran, bila sudah tersa rileks, terus lakukan pernafasan sambil mengatakan rileks pada diri sendiri.

2.1.23 Alat ukur tingkat stress

Alat ukur tingkat stress adalah kuesioner dengan sistem scoring yang akan diisi oleh responden dalam suatu penelitian.

2.2 Stres keluarga

2.2.1 Pengertian stres keluarga

Gangguan pada tubuh dan sikap yang disebabkan oleh adanya suatu sytem sosial yang saling berinteraksi satu sama lain yang meneybabkan perubahan tuntunan kerja maupun penampilan individu dalam lingkungan (Leiniger, Mulyadi,2010).

2.2.2 Tahap-tahap ynag sering dialami keluarga

Keluarga selalu berhadaan dengan setresor atau kejadian yang menyebabkan stress dalam kehidupan, baik yang tidak dapat diduga maupun yang dapat diduga. Stresor yang tidak dapat diduga misalnya salah satu anggota


(62)

28

keluarga sakit, karena pemutusan hubungan kerja dan kematian. Sedangkan stressor yang dapat diduaga seperti stressor yang ditemui dalam menjalankan peran sebagai orang tua dalam menjalankan peran yang dimiliki sering kali keluarga dihadapkan pada kondisi sulit yang menyebabkan stress (Mulyadi,2003). Tahap-tahap yang sering dialami keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita stroke seerti penolakan, isolasi, kemarahan, perundingan, depresi, penerimaan. Bagi kebanyakan penderita stroke, mengepresikan amarahnya merupakan hal yang sulit, amarah yang dipicu oleh rasa frustasi dan depresi yang kemungkinan disebabkan oleh truma dan kerusakan pada otak (Ahmad,Kholid,2014).

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi stress keluarga

Terdapat lima factor yang mempengaruhi stress keluarga merawat anggota keluarga yang menderita stroke menurut beberapa ahli :

a. Prubahan keseimbangan pada penderita stroke

Prubahan keseimbangan sering terjadi pada pasien stroke seperti kehilangan kesadaran secara total, kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh secara tiba-tiba atau tidak mampu menggerakan tangan, kaki, gangguan lapang pandang yaitu pasien memberikan perhatian hanya pada sesuatu yang berada dalam lapangan pandang yang dapat dilhatnya, gangguan persepsi yaitu pasien mengalami kesulitan dalam mengenal anggota keluarga yang lain. Mengenal benti, ukuran, warna, mengalami kesulitan seperti menyisir rambut, mengenakan pakaian, status mental terganggu, pasien mengalami kebingungan, hilang atau berkuarangnya daya ingat, masalah-masalah emosional, seperti emosional pasien


(63)

29

yang tidak sesuai dengan kondisi yang yang sebenarnya, depresi, frustasi dan perasaan tidak enak, masalah komunikasi seperti gangguan bahasa kesulitan dalam menggungkapkan pendapat atau kesulitan mengalami apa yang dikatakan orang lain, kemampuan bicara bervariasi dari hari hari ke hari menjadi lelah setelah berbicara, bahkan tidak bisa bicara sama sekali, menangis dan tertawa tanpa penyebab yang jelas, perasaan hati berubah-ubah, perubahan gaya hidup, apasia (gangguan fungsi bahasa yang disebabkan cedera atau penyakit pusat otak) seperti ganggauan kemampauan membaca, menulis, mendengar, berhitung dengan baik, mata sulit dibuka, banyak tidur, gerakan tidak terkoodinasi, dan koma, perubahan-perubahan keseimbangan yang terjadi pada pasien stroke menjadi masalah besar bagi keluarga. Hal ini sering membuat keluarga terlarut dalam kesedihan, kepusasaan, kekecewaan, keluarga bagi orang terdekat bagi penderita stroke harusla senantiasa merawat dengan penuh kesabaran karena perubahan keseimbangan yang terjadi pada keluarga terutama pendekatan dengan jalinan komunikasi yang baik (Handerson,2008)

b. Biaya yang mahal

Biaya yang dibutuhkan untuk pengobatan stroke sangat mahal seperti biaya perawatan Rumah Sakit, jasa Dokter, pemeriksaan Laboratorium, Fisiotrapi, CT Scan serta memerlukan proses perawatan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Keluarga yang merawat anggota keluarga yang menderita stroke sering merasa putus asa dan mengalami depresi mengingat besarnya dana yang harus disediakan. Sehingga bertingka laku kasar kepada penderita, kekerasan emosional keluarga yang sering terjadi seperti memaki-maki penderita secara


(64)

30

langsung apalagi beban pekerjaan yang berat harus ditanggung sendiri. Seperti memikirkan penyediaan dana untuk biaya pengobatan. Stres keluarga akan meningkatkan apabiala harapan sembuh penderita stroke sangat kecil, keluarga menghadapi resiko depresi dan perubahan emosional sehingga memberikan dampak yang sangat besar terhadap kualitas kehidupan anggota keluarga di masa yang akan dating (Tjopto Hariyo,2006).

c. Perawatan stroke memerlukan waktu yang lama

Aggota kelurga perlu memainkan peran dalam menyembuhkan pasien, beberapa cara konsleng dan sistem pendukung harus diketahui oleh keluarga, keluarga terkadan mempunyai kesukaran dalam menerima ketidak mampuan pasien dan mengkin mempunyai harapan yang tidak realitas, keluarga harus mengubah bahwa cinta dan kehangatan mereka adalah bagian dari terapi pasien. Ttrapi ini sangat baik untuk erawatan setroke dengan jangka waktu yang lama, kebanyakan keluarga pasien stroke mempunyai masalah aspek perawatan emosi, keluarga harus disiapkan pada labilitas emosi yang kadang terjadi karena pasien dapat tertawa dan menangis dengan mudah tanpa alas an yang jelas, menjadi peka rangsangan dan banyak permintaan, depresi dan binggung. Keluarga perlu mengetahui bahwa pasien yang tertawa, tidak selalu mengandung arti bahagaia, tidak selalu menangis bila sedih, dan emosi yang labil selalu meningkat sejalan dengan waktu, keadaan ini membutuhkan kesabaran dan ketekunan keluarga. Sebagai keluarga menganggap penyakit stroke merupakan penyakit yang mengerikan dengan perawatan dalam jangka waktu yang lama yang dapat mengganggu pikiran dan emosi anggota keluarga. Tingkat komunikasi, beri


(65)

31

perhatian yang tulus dan terus menerus mendukang pasien memberikan pujian untuk kemajuan kesembuhan yang dicapai (Brunner dan Suddarth,2009).

d. Serangan yang tiba-tiba

Stroke dapat menyebabkan kematian dan kecacatan, tetapi salah satu aspek

yang paling menakutkan adalah serangan yang tiba-tiba. Kebanyakan stroke terjadi didahului hanya dengan sakit atau tanpa tanda-tanda yang spesifik, ketika terjadi serangan yang tiba-tiba sering keluarga menjadi panik dan ketakutan akan apa yang terjadi beberapa hari atau bulan berikutnya (Lumbantobing,2008).

e. Ketergantungan pasien terhadap keluarga

Perubahan-perubahan yang terjadi pada pasien stroke mengakibatkan

penderita tidak mampu melakukan banyak hal. Tidak mampu melakukan aktifitas pemenuhan kebutuhan secara mandiri, sehingga harus bergantung kepada orang lain (keluarga) seperti tidak mampu berbicara atau berkomunikasi, tidak mampu jalan sendiri, memakai pakain, harus dibantu makan, memandikan pasien sehingga tetap merasa nyaman, membantu mengguanakan toilet, dibantu panda dari tempat tidur ke kursi, membantu latihan menggerakan lengan dan kaki, membantu membalikan badan penderita untuk mencegah ruam, dekubitus, ketergantungan pasien stroke terhadap keluarga tidak boleh dibiarkan terus-menerus dalam jangka waktu yang lama , pasien stroke harus sering melakukan latihan/belajar untuk mandiri dan hal yang terpenting adalah tetaplah jalin komunikasi sekalipun tidak ada balasan/atau jawaban dari pasien stroke. Keluarga yang merawat pasien stroke haruslah jeli melihat memenuhi kebutuhan pasien stroke, serta dengan sabar menerima keberadaan pasien stroke (Henderson ,2008).


(66)

32

2.2.4 Masalah-masalah yang sering dialami keluarga

Bila stroke terjadi, hal tersebut dapat menyebabkan stres berat pada keluaga. Keluarga akan dipenuhi oleh goncangan dan ketakutan yang disebabkan oleh sesuatu hal yang tidak diketahui, masalah-masalah kecil menjadi masalah besar. Terkadang stress membawa amara menyebabkan perpisahan saudara laki-laki dan saudara perempuan bertengkar karena tanggung jawab sementara yang lainnya merasa depresi atau ingin bunuh diri. Merupakan hal yang umum dan normal bila merasakan kemarahan terhadap anggota keluarga yang sakit, meskipun dalam hati sanubari hal tersebut tidak logis. Kelelahan dalam merawat pasien stroke dapat mengakibatkan keretakan perkawinan, hubungan tidak harmonis antara anggota keluarga. Sangat sulit bagi keluarga untuk tidak sakit hati frustasi, depresi walaupun secara intelektual keluarga mengetahui hal tersebut tidak boleh diambil hati (Elaine, 2006).

3.3 Stroke

3.3.1 Pengertian Stroke

Stroke atau gangguan peredaran darah otak merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke

merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebabnya yang lain yang jelas selain faskular. Stroke merupakan


(67)

33

penyakit yang paling sering menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir daya ingat dan bentuk-bentuk kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Arif Muttaqin,2008).

3.3.2 Penyebab Stroke

Stroke adalah akibat gangguan peredaran darah otak. Penyebab stroke yang sering terjadi adalah (Mulyatsih & Ahmad, 2010).

a. penyumbatan pada pembuluh darah arteri akibat endapan benda-benda darahpada dinding embuluh.

b. Pecahnya pembuluh darah akibat kelemahan pada dinding pembuluh darah atau kelainan pada keadaan darah sendiri.

c. Endapan pada dinding pembuluh darah atau pada dinding jantung yang terlepas dan menyumbat pembuluh darah yang lebih kecil. Endapan yang lepas ini disebut embolus.

3.3.3 Faktor resiko stroke

Faktor resiko stroke dibagi atas factor yang dapat diubah dan factor yang tidak dapat diubah (Fransisca B. Batticaca, 2008).

a. hipertensi atau tekanan darah tinggi. b. hipotensi atau tekanan darah rendah. c. obesitas atau kegemuka.

d. kolestrol darah tinggi. e. riwayat penyakit jantung.

f. riwayat penyakit diabetes mellitus. g. Merokok.


(68)

34

3.3.4 Manifestasi klinis

Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologic, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah kolateral, fungsi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya, manifestasi klinis stroke digolongkan atas lima bagian : a. Kehilangan motorik

Stroke adalah motorneuron atas dan mengakibatkan kehilangan control volunter terhadap gerakan motorik. Karena neuron motor atas melintas, gangguan control motor volunteer pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada motorneuron atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motor paling umum hemipiegia (paralysis pada salah satu sisi tubuh. Di awal tahap stroke gambaran klinis yang mencul adalah paralisyis dan hilang atau menurun refleks tendon dalam ini kembali (biasa dalam 48 jam), peningkatan tonus disertai dengan spastisitis (peningkatan tonus oto abnormal) pada ekstremitas yang terkena.

b. Kehilangan Komunikasi

Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfunsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh disatria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisyis otot yang menghasilakan bicara. Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara) yang terutama ekresif atau reseptif apraksia (ketidak mampuan melakuan tindakan yang dipelajari sebelumnya).


(69)

35

c. Gangguan persepsi

Stroke dapat mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan visual-spasial dan kehilangan sensori. Disfunsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer diantar mata dan korteks visual, hemonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang pandang) dapat terjadi karena stroke dan mungkin sementara dan permanen. Sis visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang paralysis dan kehilangan sensori yang akhir.

d. Disfungsi kandung kemih

Setelah stroke pasien mengalami inkontenensiaurinarius sementara karena konfusi, ketidak mampuan mengkomunikasikan kebutuhan, ketidak mampuan untuk mengguanakan urinal karena kerusakan control motorik dan pastural.Kadang-kadang setelah stroke kandung kemih menjadi atonik dengan kerusakan sensasi dalam respon terhadap pengisian kandung kemih.

e. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis

Bila kerusakan telah terjadi pada lobus frontal.Mempelajari kapasitas, memori atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukan dalam lapangan perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa dan kurang motivasi yang menyebabkan pasien menghadapi masalah frustasi, depresi umum terjadi dan diperberat oleh respon alamiah pasien terhadap penyakit katastrofik. Masalah psikologik lain juga umum terjadi dan dimanifestasiakan oleh labilitas emosional, frustasi, dendam yang kurang kerja sama (Brunner dan suddarth,2009).


(1)

vii

2.2 Stres Keluarga ... 27

2.2.1 Pengertian Stres Keluarga ... 27

2.2.2 Tahap yang Sering Dialami Keluarga ... 27

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stress Keluarga ... 28

2.2.4 Masalah-Masalah yang Sering Dialami Keluarga . 32 3.3 Stroke ... 32

3.3.1 Pengertian Stroke ... 32

3.3.2 Penyebab Stroke ... 32

3.3.3 Faktor Resiko Stroke ... 33

3.3.4 Manifestasi Klinis ... 34

BAB III KERANGKA PENELITIAN ... 36

3.1 Kerangka Konseptual ... 36

3.2 Defenisi Konseptual dan Operasional ... 36

BAB 1V METODOLOGI PENELITIAN ... 38

4.1 Desain Penelitian ... 38

4.2 Populasi, Sampel Penelitian ... 38

4.2.1 Populasi ... 38

4.2.2 Sampel dan Tehnik Sampling ... 38

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

4.4 Pertimbangan Etik ... 39

4.5 Instrumen Penelitian ... 39

4.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 40

4.6.1 Validitas ... 40

4.6.2 Relibilitas ... 41

4.7 Pengumpulan Data... 42

4.8 Tehnik Pengolahan Data dan Analisa Data ... 42

4.8.1 Pengolahan Data ... 42

4.8.2 Analisa Data... 42

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

5.1 Hasil Penelitian ... 44

5.1.1 Data Demografi Responden ... 44

5.1.2 Distribusi Frekuensi Stres Keluarga ... 46

5.2 Pembahasan ... 48

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 50

6.1 Kesimpulan ... 50

6.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA


(2)

LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Jadwal Penelitian

3. Rincian Dana Penel;itian 4. Instrumen Penelitian 5. Surat Izin Surei Awal 6. Surat Izin Penelitian 7. Hasil Penelitian

8. Lembar Bukti Bimbingan Skripsi

9. Hasil Pengumpulan Data Dengan Komputerisasi 10. Riwayat Hidup


(3)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Demografi Responden Stres Keluarga Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Stroke Di Poli Stroke RSUPusat Haji Adam Malik Medan (N=31) ... 45 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi Stres Keluarga Merawat Anggota

Keluarga yang Menerita Stroke di Poli Stroke RSUP

Haji Adam Malik Medan... 46 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Stres Keluarga Merawat Anggota

Keluarga yang Menderita Stroke... 47


(4)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Konseptual Sters Keluarga Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Stroke di


(5)

xi Judul : Stres Keluarga Merawat Anggota Keluarga yangMenderita Stroke Di PoliStroke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.

Nama : Cutri Nawati

Nim : 141121104

Program Studi : S1 Keperawatan

Tahun : 2016

ABSTRAK

Stres keluarga adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan olehadanya suatu sistem sosial yang saling berinteraksi satu sama lain, yang menyebabkan perubahan tujuan kerja maupun penampilan individu dalam lingkungan. Stroke merupakan sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit neurologis yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian. Penelitian ini menggunakana metode penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat stres keluarga merawat anggota keluarga yang menderita stroke di Poli Stroke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan tehnik purposive sampling yaitu terhadap keluarga yang merawat anggota keluarga yang menderita stroke dengan jumlah 40 responden. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner penelitian yang meliputi data demografi dan kuesioner stress keluarga. Hasil penelitian menunjukan bahwa stress keluara mengalami tingkat stres ringan dan sedang dalam merawat anggota keluarga yang menderita stroke dengan persentase sama besar (42,5%) Sedangkan stres tingkat berat terdapat (15,0). Dengan penelitian ini diharapkan kepada semua pihak, khususnya keluarga pasien yang menderita stroke untuk meningkatkan partisipasi dalam mempertahankan kebutuhan anggota keluarga yang menderita stroke secara keseluruhan. Tidak hanya berfokus pada pengobatan dari rumah sakit.

Kata Kunci: Stres Keluara, Perawatan pasien Stroke


(6)