Stres Keluarga Merawat Anggota Keluarga Yang Menderita Stroke Di Poli Stroke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Stres
2.1.1 Pengertian stres
Stres adalah segala situasi dimana tuntunan non-spesifik mengharuskan
seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan (Selye dalam
Potter,2006). Vincet Corneli dalam Grant Brecht (2000) mengatakan stres adalah
gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntunan
kehidupan yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu
di dalam lingkungan tersebut. Menurut Gintings (2004). Respon tubuh manusia
terhadap setiap tuntunan yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan
emosi dan lain-lain.
2.1.2 Penyebab stres
Berdasarkan penyebab, stres dibedakan atas dua bagian besar:
a. Penyebab Makro.
Menyangkut

peristiwa

besar


dalam

khidupan

seperti

kematian,

penyakit,perceraian, pension, luka batin, bangkrut dari usaha serta gagal mencapai
usaha.
b. Penyebab Mikro
Menyangkut peristiwa kecil sehari-hari seperti pertengkaran rumah tangga,
beban pekerjaan masalah pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari/menyangkut
biaya hidup (Grant Brecht,2000 dalam Sunaryo,2009).

8
Universitas Sumatera Utara

9


2.1.3

Sumber Stres
Stres yang dialami manusia berasal dari berbagai sumber, menurut Hidayat

(2010) ada tiga sumber stres:
a. Dalam Diri
Pada umumnya disebabkan oleh konflik yang terjadi antara keinginan dan
kenyataan berbeda, dalam hal ini adalah berbagai permasalahan yang terjadi yang
tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasi, maka dapat menimbulkan
stres.
b. Dalam Keluarga
Stres bersumber dari

masalah keluarga yang ditandai dengan adanya

perselisihan masalah keluarga (anggota keluarga sakit, putus sekolah), masalah
keuangan serta adanya tujuan yang berbeda diantara keluarga. Permasalahan ini
akan selalu menimbulkan suatu keadaan yang dinamakan stres.
c. Dalam Masyarakat dan Lingkungan

Sumber stres dapat terjadi di lingkungan atau masyarakat pada umumnya
seperti lingkungan pekerjaan, secara umum disebut sebagai stress pekerja karena
lingkungan fisik, kurangnya hubungan interpersonal serta kurang

adanya

pengakuan di masyarakat sehingga sulit untuk berkembang kearah yang lebih
baik.
2.1.4 Respon Tubuh Terhadap Stres
Harawi (2008) mengemukakan bahwa stress dapat berakibat terhadap
hampir seluruh tubuh seperti:

Universitas Sumatera Utara

10

1.

Perubahan warna rambut dari hitam menjadi kecoklatan, ubabnan atau
kerontokan.


2. Gangguan ketajaman penglihatan.
3. Pendengaran berdeging.
4. Wajah tegang, serius, tidak santai, sulit tersenyum dan kedutan padakulit
wajah(tic facialis).
5. Bibir dan mulut terasa kering, tenggorokan terasa tercekik.
6. Kulit

dingin

atau

panas

atau

banyak

berkeringat,


kulit

kering,

eksim,biduran/urtikaria, gatal-gatal tumbuh jerawat (ance), telapak tangan dan
kaki sering berkeringat dan kesemutan.
7. Nafas terasa berat dan sesak.
8. Jantung berdebar-debar, muka merah/pucat.
2.1.5 Reaksi psikologis terhadap stres
Hawari (2009) mengatakan bahwa selain mengganggu sistem tubuh, stres
juga dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut yaitu:
1. Menganggu perasaan, seperi gelisah, sedih, marah rendah diri, iri hati pemarah,
bimbang dan ragu serta cemas.
2. Menganggu pikiran, seperti tidak dapat berpikir secarah jernih, sering lupa,
daya pikir rendah, tidak dapat berkonsentrasi, sehingga merasa seolah-olah
tidak cerdas, sehingga tidak mampu membuat keputusan secara cepat dan
sistematis.
3. Berpengaruh terhadap prilaku; prilaku tersebut diantaranya menyakitidiri
sendiri dan menyakiti orang lain.


Universitas Sumatera Utara

11

4. Menimbulkan depresi: depresi adalah; suatu gangguan yang belangsung lama,
disertai gejala dan tanda-tanda spesifik yang secara substansial menganggu
kewajaran sikap dan tindakan seseorang merasa sedih yang amat sangat.
2.1.6

Pengukuran Stres
Instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur skala stres adalah

Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) yang biasanya digunakan untuk
mengukur skala kecemasan karena kecemasan merupakan salah satu emosi yang
paling menimbulkan stres yang dirasakan oleh banyak orang (Wangmuba, 2009).
Disamping itu, salah satu respon individu dalam menghadapi stres adalah
perasaan cemas (Herlambang, 2008). HARS terdiri dari 14 kelompok gejala yang
masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik
(Hawari, 2009).
1. Perasaan cemas, ditandai dengan : cemas, firasat buruk, takut akan


pikiran

sendiri, dan mudah tersinggung.
2. Ketegangan yang di tandai oleh : merasa tegang, lesu, tidak dapatistirahat
tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah.
3. Ketakutan ditandai oleh : ketakutan pada gelap, ketakutan ditinggal sendiri,
ketakutan pada orang asing, ketakutan pada binatang besar, ketakutan pada
keramaian lalu lintas, ketakutan pada kerumunan orang banyak.
4. Gangguan tidur ditandai oleh : sukar untuk tidur, terbangun malamhari, tidur
tidak nyenyak, bangun dengan lesu, mimpi buruk atau menakutkan.
5. Gangguan kecerdasan ditandai oleh: sukar konsentrasi, daya ingat buruk, daya
ingat menurun.

Universitas Sumatera Utara

12

6. Perasaan depresi (murung) di tandai oleh : kehilangan minat, sedih, bangun
dini hari, kurangnya kesenangan pada hobi, perasaan berubah-ubah sepanjang

hari.
7. Gejala somatik (otot) ditandai oleh : nyeri pada otot, kaku, kedutan otot, gigi
gemerutuk, suara tidak stabil.
8. Gejala sensorik (sistem saraf) ditandai oleh : tinitus

(telinga berdenging),

penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa lemah, perasaan di tusuktusuk.
9. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) ditandai oleh
takikardia (denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri dada, denyut nadi
mengeras, rasa lemah seperti mau pingsan, detak jantung menghilang
(berhenti sekejap).
10. Gejala pernafasan di tandai oleh : rasa tertekan atau sempit didada, perasaan
tercekik, merasa nafas pendek/ sesak, sering menarik nafas panjang.
11. Gejala Gastrointestinal (pencernaan) ditandai oleh : sulit menelan, mual, perut
melilit, nyeri lambung sebelum atau sesudah makan, perut terasa kembung
atau penuh, muntah, defekasi lembek, berat badan menurun, dan kontipasi
(sukar buang air besar)
12. Gejala Urogenital (perkemihan dan kelamin) ditandai oleh : sering kencing,
tidak dapat menahan kencing, tidak datang bulan (tidak ada haid), darah haid

berlebihan, darah haid sangat sedikit, masa haid berkepanjangan, masa haid
sangat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, ejakulasi dini, ereksi
melemah, ereksi hilang, impotensi.

Universitas Sumatera Utara

13

13. Gejala Saraf Autonom ditandai oleh : mulut kering, muka merah dan kering,
mudah berkeringat, pusing/ sakit kepala, bulu kuduk berdiri.
14. Perilaku sewaktu wawancara, ditandai oleh : gelisah, tidak tenang, jari
gemetar, mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, otot tegang, nafas
pendek dan cepat, muka memerah.
2.1.7 Adaptasi sosial dan budaya
Merupakan cara untuk mengadakan perubahan dengan melakukan proses
penyesuaian perilaku yang sesuai dengan norma yang berlaku di msyarakat,
misalnya seseorang yang tinggal dalam lingkungan msyarakay dengan budaya
gotong royong akan berupa beradaptasi dengan lingkungannya tersebut Hawari
(2009).
2.1.8 Adaptasi spiritual

Proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan perilaku yang
didasarkan pada keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki sesuai agama yang
dianutnya, misalnya apabila mengalami stres . seseorang akan giat melakukan
ibadah seperti rajin sumbayang, puasa dan sebagainya Hawari (2009).
2.1.9 Faktor presipitasi stres
Berupa faktor yang dianggap sebagai pemicu tibulnya stres (stresor) yang
bisa disebut sebagai faktor presipitasi antara lain sebagai berikut (Hawari,2009).
2.1.10 Faktor Fisik dan Psikologis
Berikut ini adalah beberapa factor psikologis yang dapat menyebabkan
stres. (Hawari,2009).

Universitas Sumatera Utara

14

a. Genetika. Banyak ahli beranggapan bahwa masa kehamilan mempunyai
keakraban dengan kemungkinan kerentanan stress pada anak yang dilahirkan
kondisi-kondisi tersebut berupa ibu hamil yang perokok, alkoholik dan
penggunaan obat-obatan yang dilarang pada kehamilan, seperti: aspirin dan
jenis obat-obatan analgetik.

b. Case history. Beberapa riwayat penyakit di masa lalu yang mempunyai efek
psikologis dan masa depan, dapat berupa penyakit di masa kecil deperti
demam tinggi yang mempengaruhi kerusakan gendang telinga, kecelakaan
yang menyebabkan kehilangan organ atau bagian tubuh (cacat), patah tulang
dan sebagainya.
c. Pengalaman hidup. Mencakup case history dan pengalaman-pengalaman
hidup

yang

mempengaruhi

perasaan

independen

yang

menyangkut

kematangan organ-organ seksual pada masa remaja contoh: pada anak remaja
yang mengalami keterlambatan pertumbuhan payu darah di bandingkan
dengan kelompok bermainya akan mempengaruhi prilaku, atau pada anak
laki-laki yang merasa minder karena pertumbuhan phallus yang terlambat
dibandingkan klompok bermainya akan mendapat ejekan dari teman-teman
yang mempengaruhi rasa percaya diri ketika akan menikah.
d. Tidur. Istrahat yang cukup akan memberikan energy pada kegiatan yang
sedang dilakukannya. Kebutuhan tidur akan mempengaruhi konsentrasi,
semangat, dan gaira terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Penderita
insomnia mempunyai kerentanan terhadap stress yang lebih berat.

Universitas Sumatera Utara

15

e. Diet. Diet yang berlebihan dan mengakibatkan stress berat. Pelaku diet
penderita obesitas yang melakukan diet ketat berlebihan mempunyai resiko
kematian yang tinggi, di amerika diperkirakan sekirakar 6 di antara orang
yang yang melakukan diet ketat ini menyebabkan kemayian. Diet secara
berlebihan memungkinkan munulnya sindrom anoreksia.
f. Postur tubuh. Dalam beberapa kasus, postur tubuh dapat berperan sebagai
setresor, misalnya individu yang berkeinginan untuk polisi atau tentara
batasan tinggi badan dapat menjadi kendala bila yang bersangkutan tidak
mencapai taraf yang telah ditentukan, individu yang memiliki kelainan bentuk
tubuh, cacat bawaan, dan penggunaan steroid juga dapat memicu munculnya
stress pada individu.
g. Penyakit. Beberapa penyakit dapat menjadi stresor pada individu berupa:
tuberkolosis (TBS), kangker, impotensi yang disebabkan oleh penyakit
diabetes mellitus, dan berbagai penyakit lainnya. Penyakit anemia dapat
enimbulkan individu cepat merasa lelah sehingga dapat menimbulkan rasa
stres karena individu kurang dapat bekerja secara maksimal.
2.1.11 Faktor psikologis
Berikut ini adalah beberapa faktor psikologis yang dapat memicu
terjadinya stres (Nasir,Abdul & Muhit,2012).
1. Persepsi. Kadar stress dalam suatu peristiwa sangat bergantung pada
bagaimana individu berpersepsi terhadap stresor yang muncul. Kadar stress
tersebut sangat brgantung pada hal-hal berikut ini.

Universitas Sumatera Utara

16

a. Kontrol terhadap stress. Individu dapat mengontrol setres yang muncul,
misalnya individu keluar dari lingkungan dan pemikiran-pemikiran yang dapat
merusak pikiran positif.
b. Stres yang dapat diprediksi. Individu yang mempunyai kesiapanterhadap
pekerjaan yang mengandung resiko stres akan lebih baikdibandingkan
individu yang tidak siap sama sekali. Individu yang dapat memprediksi akan
lebih baik kadar stresnya dibandingkan individu yang langsung berhadapan
dengan stresor yang tidak perna ia duga sebelumnya.
c. Kemampuan melawan batas. Individu yang beranggapan bahwa stres sebagai
tantangan yang mengasyikkan akan mempengaruhi kadar stres menjadi lebih
rendah. Biasanya individu tetap enerjik dengan apa yang dilakukan sebagai
tantangan. Hal ini akan berbeda pada individu yang merasa terpaksa
melakukannya.
2. Emosi. Emosi merupakan hal yang sangat penting dan kompleks dalam diri
individu perbedaan kemampuan untuk mengenal dan membedakan setiap
perasaan emosi sangat berpengaruh terhadap stress yang sedang dialami. Stres
dan emosi mempunyai keterikatan yang saling mempengaruhi keduanya,
seperti kecemasan, rasa bersalah, khawati, ekspresi marah, sedih dan cemburu.
3. Situasi psikologis. Hal-hal yang mempengaruhi konsep berpikir (kognitif)
dan penilaian terhadap situasi-situasi yang mempengaruhinya. Situasi tersebut
berupa konflik, frustasi, serta situasi atau kondisi tertentu yang dapat
mempengaruhi penilaian yang memberikan ancaman bagi individu, misalnya
tingkat kejahatan yang semakin meningkat akan memberikan rasa kecemasan
(stres).

Universitas Sumatera Utara

17

a. Pengalaman hidup. Pengalaman hidup mrupakan keseluruhan kejadian yang
memberikan

pengaruh

psikologis

bagi

individu.

Kejadian

tersebut

memberikan dampak psikologis dan memungkinkan munculnya stres pada
individu. Berupa kejadian tersebut adalah sebagai berikut.
b. Perubahan hidup. Termasuk didalamnya berbagai kejadian yang memberikan
perubahan hidup secara mendadak seperti: perkawinan, perceraian, pindah
tempat kerja, jadwal kerja yang padat, dan sebagainya.
c. Masa transisi (life passanges). Perubahan-perubahan waktu yang signifikan
terhadap perubahan prilaku. Hal-hal tersebut termasuk masa pubertas atau
masa pra-pensiun.
d. Krisis

kehidupan.

Perubahan

status

radikal

dalam

kehidupan

seseorag.Kejadian-kejadian yang menyangkut krisis kehidupan adalah
pemecatan (PHK), bangkrut, hutang akibat gagal panen, dan sebagainya.
2.1.12 Gangguan psikologis stroke
a. Menurunnya harga diri karena adanya keterbatasan kemampuan fisik, ketidak
mampuan dalam memenuhi kebutuhan diri maupun orang lain yang biasanya
dilakukan sebelum sakit menyebabkan anggota keluarga merasa tidak
dihargai.
b. Menurunnya citra diri karena adanya kelainan fisik, seperti tidak mampu
berbicara secara normal, anggota gerak yang lumpuh, menyebabkan anggota
keluarga yang sakit tidak gagah atau menarik diri dari lingkungan social.
c. Gangguan komunikasi verbal, sangat banyak keinginan-keinginan yang tidak
bias disampaikan, baik dalam pemenuhan kebutuhan fisik maupun mentalnya.

Universitas Sumatera Utara

18

d. Stres berkepanjangan, karena menurunnya harga diri, hilanya citra diri dan
gangguan komunikasi verbal.
e. Cemas dan takut pada anggota keluarga yang sakit, dan keluarga selalu
dihantui rasa takut dan cemas terus menerus apa dan bagai mana yang akan
terjadi selanjutnya.
2.1.13 Respon pada keluarga yang mengalami stres
Suatu keadaan yang tidak bisa dan patut diperhatikan pada seseorang
mengalami stres, biasanya memperhatikan respon fisik dan psikologis.
2.1.14 Respon fisik
a. Tekanan serangan sesak nafas, rasa mual dan mabuk.
b. Selera makan tidak seperti biasanya.
c. Sering menderita gangguan pencernaan.
d. Mengalami sulit tidur dan sering terjaga terlalu dini.
e. Merasa lelah walaupun mengerjakan pekerjaan yang paling sederhana
f.

Sering gelisa, jalan mondar-mandir dan ragu-ragu dalam mengerjakan
Sesuatu.

g. Timbul bercak-bercak merah pada kulit.
h. Pegal-pegal di punggung.
i. Kesemutan, berkeringat dingin.
j. Sakit kepala, berdebar-debar.
2.1.15 Respon psikologis
a. Merasa marah sepanjang waktu.
b. Merasa kehilangan minat pada sex.

Universitas Sumatera Utara

19

c. Tidak dapat mengambil keputusan dan sering merasa tidak dapat menghadapi
masalah.
d. Merasa menjadi orang gagal.
e. Merasa tidak diperhatikan.
f. Tidak menyukai orang lain dan diri sendiri.
g. Khawatir sesuatu yang mengerikan akan terjadi.
h. Merasa tidak dapat berkonsentrasi.
i. Tidak dapat menceritakan kepada orang lain apa yang dirasakan.
j. Kehilangan rasa humor.
k. Cenderung menyalahkan orang lain.
2.1.16 Respon Terhadap Stres
Taylor (1991), dalam Vedebeck (2010), menyatakan bahwa stres dapat
menghasilkan berbagai respon. Berbagai peneliti telah membuktikan bahwaa
respon-respon tersebut dapat berguna sebagai indicator terjadinya stres yang
dialami individu. Respon stres dapat terlihat berbagai aspek sebagai berikut.
1. Respon fisiologis. Dapat ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, detak
jantung, nadi, dan sistem pernapasan.
2. Respon kognitif. Dapat terlihat melalui terganggunya proses kognitif individu,
seperti pikiran menjadi kaacau, menurunnya konsentrasi, pikiran berulang,
dan pikiran tidak wajar.
3. Respon emosi. Dapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang mungkin
dialami individu, seperti takut, cemas, malu, marah, dan sebagainya.
4. Respon tingkah laku. Dapat dibedakan menjadi figh, yaitu melawan situasi
yang menekan dan fight yaitu menghindari situasi yang menekan.

Universitas Sumatera Utara

20

2.1.17 Adaptasi Fisiologis
Indikator fisiologi dari stres adalah objektif, lebih muda diidentifikasi dan
secara umum dapat diamati dan diukur. Namun demikian indicator ini tidak selalu
teramati sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stres, dan diindikator
tersebut bervariasi menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat, klien
mungkin

tampak

gelisah,

dan

tidak

mampu

untuk

beristirahat

dan

berkonsentrasi.indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stres.
Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi
dan intensitas stresor yang diterima. Indicator fisiologis timbul dari berbagai
sistem oleh karena itu, pengkajian tentang stres mencakup pengumpulan data dari
semua sistem. Hubungan antara stres psikologis dengan penyakit sering disebut
interaksi pikiran tubuh. Riset telah menunjukkan bahwa stress dapat
mempengaruhi penyakit dan pola penyakit. Pada masa lalu, penyakit infeksi
adalah penyebab kematian paling utama. Akan tetapi sejak ditemukan antibiotic,
kondisi kehidupan dan pengetahuan tentang nutrisi yang meningkat, serta metode
sanitasi telah menurunkankan angka kematian. Saat ini, penyebab utama kematian
adalah penyakit yang mencakup stresor gaya hidup (Nasir,Mbdul& Muhit).
2.1.18 Berikut ini indikator stres fisiologis.
1. Kenaikan tekanan darah.
2. Peningkatan ketegangan di leher, bahu, dan punggung.
3. Peningkatan denyut nadi dan frekuensi pernapasan.
4. Telapak tangan berkeringat, tangan dan kaki dingin.
5. Postur tubuh yang tidak tegap.

Universitas Sumatera Utara

21

6. Keletihan.
7. Sakit kepala.
8. Gangguan lambung.
9. Suara yang bernada tinggi.
10. Mual, muntah, dan diare.
11. Perubahan nafsu makan.
12. Perubahan berat badan.
13. Perubahan frekuensi berkemih.
14. Dilatasi pupil.
15. Gelisa, kesulitan untuk tidur, atau sering terbangun saat tidur.
(Hans Selye,1946). Telah melakukan riset terhadap dua respon fisiologis
tubuh terhadap stres , yaitu Local Adaptation Syndrome dan General adaptation
syndrome.
1. Local Adaptation Syndrome

Tubuh menghasilkan banyak respon setempat terhadap stres. Respon
setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata
terhadap cahaya, dan sebagainya. Respon berjangka pendek.
Berikut ini adalah karakteristik Local Adaptation Syndrome
a. Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system.
b. Respon bersifat adaptif; diperlukan stresor untuk menstimulusnya.
c. Respon bersifat jangka pendekdan tidak terus-menerus.
d. Respon bersifat restorative

Universitas Sumatera Utara

22

2. General adaptation syndrome.

Merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon
yang terlibat didalamnya adalah sistem saraf otonom sistem endokrin. Pada
beberapa buku teks General adaptation syndrome sering disamakandengan sistem
neuroendokrin General adaptation syndrome terbagi menjadi tiga tahap berikut
ini.
a. Fase alarm (waspada)

Melibatkan pengarahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran
untuk menghadapi stresor . terjadi reaksi psikologis fight of flight dan reaksi
fisiologis. Tanda fisik. Curah jantung meningkat , peredaran darah cepat , serta
darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepalah dan ekstremitas. Banyak
organ terpengaruh, gejala stres mempengaruhidenyut nadi, ketegangan otot, dan
daya tahan tubuh menurun. Fase alarm melibatkan pengarahan mekanisme
pertahanan tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat pada meningkatnya
volume darah, yang pada akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormone
lainnya dilepas untuk meningatkan kadar gula darah yang bertujuan guna
menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi. Teraktiasinya epinefrin dan
norepnefrin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan terjadi peningkatan
aliran darah ke otot. Selain itu, juga terjadi peningkatan ambilan O2 dan
meningkatnya kewaspadaan mental. Aktivitas hormone yang luas ini menyiapkan
individu untuk melakukan “respon melawan atau menghindar)”. Respon ini bisa
berlangsung dari menit ampai jam. Bila stresor menetap, maka individu masuk ke
dalam fase resistensi.

Universitas Sumatera Utara

23

b. Fase resistence (resistensi/melawan)
Individu

mencoba

berbagai

macam

mechanism

penanggulangan

psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha
menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya pada keadaan normal, dan dan
tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stres, bila teratasi, gejala stres
akan menurun dan tubuh kembali stabil, termasuk hormone denyut jantung,
tekanan darah, dan curah jantung. Hal tersebut terjadi karena individu tersebut
berupaya beradaptasi terhadap stresor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki
sel-sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada dari tahapan
terakhir dari General adaptation syndrome yaitu fase kehabisan tenaga.
c. Fase exhaustion (kelelahan)
Merupakan fase perpanjagan stres yang belum dapat tertanggulangi pada
fase sebelumnya. Energy untuk penyesuaian telah terkuras, akibatnya timbul
gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gsngguan
mental, penyakit arteri koroner, dan sebagainya, bila usaha melawan tidak dapat
lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian. Pada tahap ini
cadangan energy telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidk mampu lagi
menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk memperthankan diri terhadap
stresor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersebut.
2.1.19 Adaptasi psikologis
Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan
mengamati perilaku klien. Stres mempengaruhi kesejahtraan emosional dalam
berbagai cara. Oleh karena kepribadian individu mencakup hubungan yang

Universitas Sumatera Utara

24

kompleks di antara banyak factor, maka reaksi terhadap stres yang
berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa gaya hidup dan stresor klien yang
terakhir, pengalaman dahulu dengan stresor, mekanisme yang berhasil di masa
lalu, fungsi, peran, konsep diri, dan ketabahan yang merupakan kombinasi dari
tiga karakteristik kepribadian yang diduga menjadi media terhadap stres. Ketiga
karakteritik ini adalah rasa control terhadap peristiwa kehidupan, komitmen
terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu
kesempatan untu pertumbuhan (Weibe dan Williams,2006).
Indicator stres psikologis adalah sebagai berikut.
1. Ansietas.
2. Depresi.
3. Kepenatan.
4. Peningkatan penggunaan bahan kimia.
5. Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.
6. Kelelahan mental.
7. Perasaan tidak adekuat.
8. Kehilangan harga diri.
9. Peningkatan kepekaan.
10. Kehilangan motivasi.
11. Ledakan emosional dan menagis.
12. Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan.
13. Kecendrungan untuk membuat kesalahan (misalnya penilaian buruk).
14. Mudah lupa dan pikiran buntu.

Universitas Sumatera Utara

25

15. Kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci.
16. Preokupasi (misalnya mimpi siang hari).
17. Ketidak mampuan berkonsentrasi pada tugas.
18. Peningkatan ketidak hadiran atau penyakit.
19. Letargi.
20. Kehilangan minat.
21. Rentan terhadap kecelakaan.
2.1.20 Respon menghadapi stres
Menurut Selye (2006), berdasarkan persepsi individu terhadap stres yang
dialaminya, stres dapat diklasifikasikan sebagai berikut
1. Distress (Stres Negatif)

Distress

merupakan

menyenangkan.Stres
mengalami rasa

stres

dirasakan

yang

sebagai

merusak
suatu

atau

keadaan

bersifat
dimana

tidak

individu

cemas, ketakutan, khawatir, atau gelisah sehingga individu

mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan, dan timbul keinginan
untuk menghindarinya.
2. Eustress (Stres Positif)

Eustres merupakan stres yang bersifat menyenangkan dan merupakan
pengalaman yang memuaskan. Eustres dapat meningkatkan kesiagaan mental,
kewaspadaan,

kognisi,

dan

performansi

individu.

Eustres

juga

dapat

meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu (Rice,2008).
2.1.21 Tingkat stres
Stres dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu:

Universitas Sumatera Utara

26

a.

Stres ringan.
Stres ringan adalah stres yang tidak merusak aspek fisiologis dari

seseorang.Stres ringan umumnya dirasakan dan dihadapi oleh setiap orang secara
teratur seperti lupa, kebanyakan tidur, kemacetan, dikritik. Situasi seperti ini
biasanya berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam dan biasanya tidak
akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.
b. Stres sedang.
Stres sedang adalah stres yang terjadi lebih lama dari beberapa jam sampai
beberapa hari seperti pada waktu perselisihan, kesepakatan yang belum selesai,
sebab kerja yang berlebih, mengharapkan pekerjaan baru, permasalahan keluarga.
Situasi seperti ini dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan seseorang.
c. Stres berat
Stres berat merupakan stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai
beberapa tahun yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti hubungan suami istri
yang tidak harmonis, kesulitan finansial, dan penyakit fisik yang lama
(Rasmund,2010).
2.1.22 Cara mengendalikan stres
Untuk mengendaliakan stress diperlukan berbagai cara dan usaha. Menuru
Grant Brenct (2006) dalam Sunaryo (2008), ada empat cara mengendalikan stres :
a. Sikap, keyakinan, dan pikiran kita harus positif, fleksibel, rasional dan
adaptasi terhadap orang lain, artinya jangan terlebih dahulu menyalahkan
orang lain sebelum introeksi diri dengan dengan engendalian interna.

Universitas Sumatera Utara

27

b. Kendalikan factor-faktor enyebab stress dengan kemampuan menyadari,
kemampuan untuk menerima, kemampuan untuk mengahadapi, kemampuan
untuk bertindak.
c. Erhatikan diri anda, poroses interpersonal dan interaktif, serta lingkungan
d. Kembangkan sifat efesien, reaksi, visualisasi atau angan anagan terarah, mulai
nafa perlahan (tarik nafas dan buang nafas), sambil bernafas pusatkan
perhatian anda pada kegiatan bernafas, tarik nafas dan tahan sebentar dan
buang perlahan, ulangi cara ini sambil terus memusatkan pikiran, bila sudah
tersa rileks, terus lakukan pernafasan sambil mengatakan rileks pada diri
sendiri.
2.1.23 Alat ukur tingkat stress
Alat ukur tingkat stress adalah kuesioner dengan sistem scoring yang akan
diisi oleh responden dalam suatu penelitian.
2.2 Stres keluarga
2.2.1 Pengertian stres keluarga
Gangguan pada tubuh dan sikap yang disebabkan oleh adanya suatu sytem
sosial yang saling berinteraksi satu sama lain yang meneybabkan perubahan
tuntunan kerja maupun penampilan individu dalam lingkungan (Leiniger,
Mulyadi,2010).
2.2.2 Tahap-tahap ynag sering dialami keluarga
Keluarga

selalu

berhadaan

dengan

setresor

atau

kejadian

yang

menyebabkan stress dalam kehidupan, baik yang tidak dapat diduga maupun yang
dapat diduga. Stresor yang tidak dapat diduga misalnya salah satu anggota

Universitas Sumatera Utara

28

keluarga sakit, karena pemutusan hubungan kerja dan kematian. Sedangkan
stressor yang dapat diduaga seperti stressor yang ditemui dalam menjalankan
peran sebagai orang tua dalam menjalankan peran yang dimiliki sering kali
keluarga dihadapkan pada kondisi sulit yang menyebabkan stress (Mulyadi,2003).
Tahap-tahap yang sering dialami keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang menderita stroke seerti penolakan, isolasi, kemarahan, perundingan, depresi,
penerimaan. Bagi kebanyakan penderita stroke, mengepresikan amarahnya
merupakan hal yang sulit, amarah yang dipicu oleh rasa frustasi dan depresi yang
kemungkinan

disebabkan

oleh

truma

dan

kerusakan

pada

otak

(Ahmad,Kholid,2014).
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi stress keluarga
Terdapat lima factor yang mempengaruhi stress keluarga merawat anggota
keluarga yang menderita stroke menurut beberapa ahli :
a. Prubahan keseimbangan pada penderita stroke
Prubahan keseimbangan sering terjadi pada pasien stroke seperti
kehilangan kesadaran secara total, kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh secara
tiba-tiba atau tidak mampu menggerakan tangan, kaki, gangguan lapang pandang
yaitu pasien memberikan perhatian hanya pada sesuatu yang berada dalam
lapangan pandang yang dapat dilhatnya, gangguan persepsi yaitu pasien
mengalami kesulitan dalam mengenal anggota keluarga yang lain. Mengenal
benti, ukuran, warna, mengalami kesulitan seperti menyisir rambut, mengenakan
pakaian, status mental terganggu, pasien mengalami kebingungan, hilang atau
berkuarangnya daya ingat, masalah-masalah emosional, seperti emosional pasien

Universitas Sumatera Utara

29

yang tidak sesuai dengan kondisi yang yang sebenarnya, depresi, frustasi dan
perasaan tidak enak, masalah komunikasi seperti gangguan bahasa kesulitan
dalam menggungkapkan pendapat atau kesulitan mengalami apa yang dikatakan
orang lain, kemampuan bicara bervariasi dari hari hari ke hari menjadi lelah
setelah berbicara, bahkan tidak bisa bicara sama sekali, menangis dan tertawa
tanpa penyebab yang jelas, perasaan hati berubah-ubah, perubahan gaya hidup,
apasia

(gangguan fungsi bahasa yang disebabkan cedera atau penyakit pusat

otak) seperti ganggauan kemampauan membaca, menulis, mendengar, berhitung
dengan baik, mata sulit dibuka, banyak tidur, gerakan tidak terkoodinasi, dan
koma, perubahan-perubahan keseimbangan yang terjadi pada pasien stroke
menjadi masalah besar bagi keluarga. Hal ini sering membuat keluarga terlarut
dalam kesedihan, kepusasaan, kekecewaan, keluarga bagi orang terdekat bagi
penderita stroke harusla senantiasa merawat dengan penuh kesabaran karena
perubahan keseimbangan yang terjadi pada keluarga terutama pendekatan dengan
jalinan komunikasi yang baik (Handerson,2008)
b. Biaya yang mahal
Biaya yang dibutuhkan untuk pengobatan stroke sangat mahal seperti biaya
perawatan Rumah Sakit, jasa Dokter, pemeriksaan Laboratorium, Fisiotrapi, CT
Scan serta memerlukan proses perawatan secara terus menerus dalam jangka
waktu yang lama. Keluarga yang merawat anggota keluarga yang menderita
stroke sering merasa putus asa dan mengalami depresi mengingat besarnya dana
yang harus disediakan. Sehingga bertingka laku kasar kepada penderita, kekerasan
emosional keluarga yang sering terjadi seperti memaki-maki penderita secara

Universitas Sumatera Utara

30

langsung apalagi beban pekerjaan yang berat harus ditanggung sendiri. Seperti
memikirkan penyediaan dana untuk biaya pengobatan. Stres keluarga akan
meningkatkan apabiala harapan sembuh penderita stroke sangat kecil, keluarga
menghadapi resiko depresi dan perubahan emosional sehingga memberikan
dampak yang sangat besar terhadap kualitas kehidupan anggota keluarga di masa
yang akan dating (Tjopto Hariyo,2006).
c. Perawatan stroke memerlukan waktu yang lama
Aggota kelurga perlu memainkan peran dalam menyembuhkan pasien,
beberapa cara konsleng dan sistem pendukung harus diketahui oleh keluarga,
keluarga terkadan mempunyai kesukaran dalam menerima ketidak mampuan
pasien dan mengkin mempunyai harapan yang tidak realitas, keluarga harus
mengubah bahwa cinta dan kehangatan mereka adalah bagian dari terapi pasien.
Ttrapi ini sangat baik untuk erawatan setroke dengan jangka waktu yang lama,
kebanyakan keluarga pasien stroke mempunyai masalah aspek perawatan emosi,
keluarga harus disiapkan pada labilitas emosi yang kadang terjadi karena pasien
dapat tertawa dan menangis dengan mudah tanpa alas an yang jelas, menjadi peka
rangsangan dan banyak permintaan, depresi dan binggung. Keluarga perlu
mengetahui bahwa pasien yang tertawa, tidak selalu mengandung arti bahagaia,
tidak selalu menangis bila sedih, dan emosi yang labil selalu meningkat sejalan
dengan waktu, keadaan ini membutuhkan kesabaran dan ketekunan keluarga.
Sebagai keluarga menganggap penyakit stroke merupakan penyakit yang
mengerikan dengan perawatan dalam jangka waktu yang lama yang dapat
mengganggu pikiran dan emosi anggota keluarga. Tingkat komunikasi, beri

Universitas Sumatera Utara

31

perhatian yang tulus dan terus menerus mendukang pasien memberikan pujian
untuk kemajuan kesembuhan yang dicapai (Brunner dan Suddarth,2009).
d. Serangan yang tiba-tiba
Stroke dapat menyebabkan kematian dan kecacatan, tetapi salah satu aspek
yang paling menakutkan adalah serangan yang tiba-tiba. Kebanyakan stroke
terjadi didahului hanya dengan sakit atau tanpa tanda-tanda yang spesifik, ketika
terjadi serangan yang tiba-tiba sering keluarga menjadi panik dan ketakutan akan
apa yang terjadi beberapa hari atau bulan berikutnya (Lumbantobing,2008).
e. Ketergantungan pasien terhadap keluarga
Perubahan-perubahan yang terjadi pada pasien stroke mengakibatkan
penderita tidak mampu melakukan banyak hal. Tidak mampu melakukan aktifitas
pemenuhan kebutuhan secara mandiri, sehingga harus bergantung kepada orang
lain (keluarga) seperti tidak mampu berbicara atau berkomunikasi, tidak mampu
jalan sendiri, memakai pakain, harus dibantu makan, memandikan pasien
sehingga tetap merasa nyaman, membantu mengguanakan toilet, dibantu panda
dari tempat tidur ke kursi, membantu latihan menggerakan lengan dan kaki,
membantu membalikan badan penderita untuk mencegah ruam, dekubitus,
ketergantungan pasien stroke terhadap keluarga tidak boleh dibiarkan terusmenerus dalam jangka waktu yang lama , pasien stroke harus sering melakukan
latihan/belajar untuk mandiri dan hal yang terpenting adalah tetaplah jalin
komunikasi sekalipun tidak ada balasan/atau jawaban dari pasien stroke.
Keluarga yang merawat pasien stroke haruslah jeli melihat memenuhi kebutuhan
pasien stroke, serta dengan sabar menerima keberadaan pasien stroke (Henderson
,2008).

Universitas Sumatera Utara

32

2.2.4 Masalah-masalah yang sering dialami keluarga
Bila stroke terjadi, hal tersebut dapat menyebabkan stres berat pada
keluaga. Keluarga akan dipenuhi oleh goncangan dan ketakutan yang disebabkan
oleh sesuatu hal yang tidak diketahui, masalah-masalah kecil menjadi masalah
besar. Terkadang stress membawa amara menyebabkan perpisahan saudara lakilaki dan saudara perempuan bertengkar karena tanggung jawab sementara yang
lainnya merasa depresi atau ingin bunuh diri. Merupakan hal yang umum dan
normal bila merasakan kemarahan terhadap anggota keluarga yang sakit,
meskipun dalam hati sanubari hal tersebut tidak logis. Kelelahan dalam merawat
pasien stroke dapat mengakibatkan keretakan perkawinan, hubungan tidak
harmonis antara anggota keluarga. Sangat sulit bagi keluarga untuk tidak sakit hati
frustasi, depresi walaupun secara intelektual keluarga mengetahui hal tersebut
tidak boleh diambil hati (Elaine, 2006).
3.3 Stroke
3.3.1 Pengertian Stroke
Stroke atau gangguan peredaran darah otak merupakan penyakit
neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat.
Stroke
merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena
terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan
kapan saja. Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik gejala-gejala
yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa
adanya penyebabnya yang lain yang jelas selain faskular. Stroke merupakan

Universitas Sumatera Utara

33

penyakit yang paling sering menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota
gerak, gangguan bicara, proses berpikir daya ingat dan bentuk-bentuk kecacatan
yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Arif Muttaqin,2008).
3.3.2 Penyebab Stroke
Stroke adalah akibat gangguan peredaran darah otak. Penyebab stroke yang sering
terjadi adalah (Mulyatsih & Ahmad, 2010).
a. penyumbatan pada pembuluh darah arteri akibat endapan benda-benda
darahpada dinding embuluh.
b. Pecahnya pembuluh darah akibat kelemahan pada dinding pembuluh darah
atau kelainan pada keadaan darah sendiri.
c. Endapan pada dinding pembuluh darah atau pada dinding jantung yang terlepas
dan menyumbat pembuluh darah yang lebih kecil. Endapan yang lepas ini
disebut embolus.
3.3.3 Faktor resiko stroke
Faktor resiko stroke dibagi atas factor yang dapat diubah dan factor yang tidak
dapat diubah (Fransisca B. Batticaca, 2008).
a. hipertensi atau tekanan darah tinggi.
b. hipotensi atau tekanan darah rendah.
c. obesitas atau kegemuka.
d. kolestrol darah tinggi.
e. riwayat penyakit jantung.
f. riwayat penyakit diabetes mellitus.
g. Merokok.
h. Stress.

Universitas Sumatera Utara

34

3.3.4 Manifestasi klinis
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologic, bergantung pada lokasi
lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat dan jumlah aliran darah kolateral, fungsi otak yang rusak tidak dapat
membaik sepenuhnya, manifestasi klinis stroke digolongkan atas lima bagian :
a. Kehilangan motorik
Stroke adalah motorneuron atas dan mengakibatkan kehilangan control
volunter terhadap gerakan motorik. Karena neuron motor atas melintas, gangguan

control motor volunteer pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan
pada motorneuron atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motor
paling umum hemipiegia (paralysis pada salah satu sisi tubuh. Di awal tahap
stroke gambaran klinis yang mencul adalah paralisyis dan hilang atau menurun
refleks tendon dalam ini kembali (biasa dalam 48 jam), peningkatan tonus disertai
dengan spastisitis (peningkatan tonus oto abnormal) pada ekstremitas yang
terkena.
b. Kehilangan Komunikasi
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan
komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfunsi bahasa dan
komunikasi dapat dimanifestasikan oleh disatria

(kesulitan berbicara),

ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisyis
otot yang menghasilakan bicara. Disfasia atau afasia (bicara defektif atau
kehilangan bicara) yang terutama ekresif atau reseptif apraksia (ketidak mampuan
melakuan tindakan yang dipelajari sebelumnya).

Universitas Sumatera Utara

35

c. Gangguan persepsi
Stroke dapat mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam
hubungan visual-spasial dan kehilangan sensori. Disfunsi persepsi visual karena
gangguan jaras sensori primer diantar mata dan korteks visual, hemonimus
hemianopsia (kehilangan setengah lapang pandang) dapat terjadi karena stroke

dan mungkin sementara dan permanen. Sis visual yang terkena berkaitan dengan
sisi tubuh yang paralysis dan kehilangan sensori yang akhir.
d. Disfungsi kandung kemih
Setelah stroke pasien mengalami inkontenensiaurinarius sementara karena
konfusi, ketidak mampuan mengkomunikasikan kebutuhan, ketidak mampuan
untuk

mengguanakan

urinal

karena

kerusakan

control

motorik

dan

pastural.Kadang-kadang setelah stroke kandung kemih menjadi atonik dengan
kerusakan sensasi dalam respon terhadap pengisian kandung kemih.
e. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis
Bila kerusakan telah terjadi pada lobus frontal.Mempelajari kapasitas,
memori atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak.
Disfungsi ini dapat ditunjukan dalam lapangan perhatian terbatas, kesulitan dalam
pemahaman, lupa dan kurang motivasi yang menyebabkan pasien menghadapi
masalah frustasi, depresi umum terjadi dan diperberat oleh respon alamiah pasien
terhadap penyakit katastrofik. Masalah psikologik lain juga umum terjadi dan
dimanifestasiakan oleh labilitas emosional, frustasi, dendam yang kurang kerja
sama (Brunner dan suddarth,2009).

Universitas Sumatera Utara