Wewenang Badan Koordinasi Penanaman Modal Dalam Pengawasan Terkait Penyimpangan Yang Terjadi Pada Pelaksanaan Perizinan Perusahaan Joint Venture

22

BAB II
EKSISTENSI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM)
DALAM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA

A. Pengertian Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Badan Koordinasi Penanaman Modal atau yang biasa disingkat BKPM
adalah sebuah badan layanan penanaman modal Pemerintah Indonesia yang
dibentuk dengan maksud untuk menerapkan secara efektif penegakan hukum
terhadap penanaman modal asing maupun dalam negeri. Sebagai penghubung
antara dunia usaha dan pemerintah, BKPM diberi mandat untuk mendorong
investasi langsung, baik dari dalam maupun luar negeri, melalui penciptaan iklim
investasi yang kondusif24.
BKPM juga bertugas merumuskan kebijakan pemerintah di bidang
penanaman modal, baik dari dalam negeri maupun luar negeri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Badan ini didirikan sejak
tahun 1973, menggantikan fungsi yang dijalankan oleh Panitia Teknis Penanaman
Modal yang dibentuk sebelumnya pada tahun 1968.
Sebelum tahun 1967, pemerintah Indonesia tidak menaruh perhatian
mendalam pada koordinasi antar lembaga pemerintah terkait penanaman modal

asing. Akhirnya, pada tahun tersebut diberlakukan Undang-Undang Penanaman
Modal Asing yang salah satu isinya adalah membentuk lembaga bernama Badan
Pertimbangan Penanaman Modal Asing (BPPMA). Badan ini bertugas
24

Luna Destiana, Analisis Kualitas Pelayanan Perizinan Investasi di Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM), Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia,
Jakarta, 2011, hlm.45

Universitas Sumatera Utara

23

menghubungkan berbagai departemen yanng terkait dengan kegiatan penanaman
modal asing dan memberi nasihat pada Presiden tentang penerapan penanaman
modal tersebut.
Setahun kemudian, sebuah undang-undang mengenai penanaman modal
dalam negeri diterbitkan. Karena satu dan lain hal, BPPMA dibubarkan. Sebagai
gantinya, di akhir tahun 1968, dibentuk sebuah lembaga baru bernama Panitia
Teknis Penanaman Modal (PTPM). Tugasnya adalah mempelajari dan menilai

setiap permohonan penanaman modal di tanah air.
Guna menyempurnakan fungsi lembaga penanaman modal, pemerintah
pun membentuk Badan Koordinasi Penanaman Modal 1973 dan menggantikan
PTPM. Pada masa itu sampai masa pertengahan 1980-an status BKPM adalah
sebagai suatu lembaga pemerintah non-departemen (LPND) yang berada di bawah
dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden, namun dalam kegiatan teknis
sehari-hari menerima petunjuk dari Menteri Koordinator Ekonomi Keuangan dan
Industri, dan secara administrasi keuangan di bawah koordinasi Menteri atau
Sekretaris Negara (Mensesneg).
Tahun 1985, dengan tetap berstatus LPND, BKPM dipimpin oleh Menteri
Muda Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri atau Ketua Badan
Penanaman Modal dan dua tahun kemudian menjadi Kementerian Negara
Penanaman Modal atau BKPM. Perubahan berikutnya terjadi pada tahun 1992
ketika BKPM dipimpin oleh Menteri Negara Penggerak Dana Investasi, dan
kemudian pada tahun 1998 BKPM menjadi bagian dari Kementerian Negara
Penanaman Modal dan Pembinaan Badan Usaha Milik Negara. Sejak tahun 2002

Universitas Sumatera Utara

24


hingga saat ini, BKPM kembali menjadi LPND yang dipimpin oleh seorang
Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Ditetapkannya Undang-Undang tentang Penanaman Modal pada tahun
2007, BKPM menjadi sebuah lembaga Pemerintah yang menjadi koordinator
kebijakan penanaman modal, baik koordinasi antar instansi pemerintah,
pemerintah dengan Bank Indonesia, serta pemerintah dengan pemerintah daerah
maupun pemerintah dserah dengan pemerintah daerah. BKPM juga diamanatkan
sebagai badan advokasi bagi para investor, misalnya menjamin tidak adanya
ekonomi biaya tinggi.
Sejarah singkat BKPM terjadi dalam beberapa periode sebagai berikut:
a.

Tahun 1967
Dibentuk Badan Pertimbangan Penanaman Modal Asing (BPPMA).

b.

Tahun 1968
Pemerintah mendirikan lembaga baru dengan nama Panitia Teknis

Penanaman Modal.

c.

Tahun 1973
Pemerintah mendirikan BKPM untuk menggantikan Panitia Teknis
Penanaman Modal.

d.

Tahun 1985
BKPM bergabung dengan Kementrian Peningkatan Penggunaan
Produksi Dalam Negeri.

e.

Tahun 1987
BKPM bergabung dengan Kementerian Menteri Negara Penanaman.

Universitas Sumatera Utara


25

f.

Tahun 1992
BKPM diubah menjadi Menteri Negara Investasi/Kepala Badan
Koordinasi.

g.

Tahun 1997
Pemerintah mengeluarkan peraturan tentang Daftar Negatif Investasi.

h.

Tahun 1998
BKPM menjadi bagian dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara.

i.


Tahun 2002
BKPM

dipisahkan

dari

Kementerian

BUMN

dan

statusnya

dikembalikan sebagai lembaga yang berdiri sendiri.
j.

Tahun 2004

Diterbitkan keputusan Presiden untuk pembentukan National Single
Window for Investment.

k.

Tahun 2007
Dikeluarkan undang-undang investasi terbaru, yaitu Undang-Undang
No. 25 Tahun 2007 yang mengatur tentang perlakuan sama bagi
investor dalam dan luar negeri.

l.

Tahun 2010
Bulan Januari diluncurkan Sistem Pelayanan Insormasi dan Perizinan
Investasi secara Elektronik, yaitu suatu sistem online untuk mengurus
perizinan investasi secara online25.

25

http://www.bkpm.go.id/id/lembaga/sejarah-waktu di akses pada tanggal 8 Desember


2015

Universitas Sumatera Utara

26

Badan Koordinasi Penanama Modal memiliki tujuan sebagai berikut:26
a.

Meningkatkan efisiensi investasi di Indonesia. Hal ini mencakup
optimalisasi sumber daya alam sebagai katalisator yang dapat
menciptakan momentum yang diperlukan untuk melaksanakan
program-program menuju pembangunan ekonomi yang lebih besar;

b.

Penyaluran investasi ke arah kebutuhan infrastruktur keras maupun
lunak, yang dimaksud dengan infrastruktur keras meliputi jalan raya,
bandara, pelabuhan dan kapasitas pembangkit listrik;


c.

Membangun landasan untuk industrialisai. Hal ini menuntut adanya
investasi di bidang pendidikan secara terus menerus untuk
menciptakan angkatan kerja yang berpendidikan dan berkemampuan
tinggi.

d.

Penghapusan ketidakpastian dalam kebijakan, termasuk pelaksanaan
prakarsa PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) atau National Single
Window for Investment

secara maksimum yang dirancang untuk

menanggulangi masalah ini. Ketentuan hukum tentang insentif fiskal
dan non-fiskal juga perlu diperhatikan untuk menunjang upaya
industrialisasi skala besar ini.
e.


Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di
bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisai dan tatalaksana,
kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan,
dan rumah tangga.

26

Ibid

Universitas Sumatera Utara

27

f.

Mendukung pembentukan ekonomi berbasis pengetahuan dengan
mengembangkan lebih lanjut angkatan kerja berpendidikan yang dapat
bersaing secara global. Pada tahap ini BKPM akan berupaya untuk
terus menguatkan perananya untuk memberikan masukan dalam

kebijakan investasi

dan penghubung

antara

investor dengan

pemerintah, baik untuk modal asing maupun domestik.
Badan Koordinasi Penanaman Modal mempunyai kewenangan:
a.

Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;

b.

Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan
secara mikro;

c.

Penetapan sistem informasi di bidangnya;

d.

Pemberian izin dan pengendalian penaman modal untuk usaha
berteknologi strategis yang mempunyai derajat kecanggihan tinggi
dan berisiko tinggi dalam penerapannya;

e.

Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku yaitu perumusan dan pelaksanaan kebijakan
tertentu di bidang penanaman modal.

Visi dan misi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) adalah:
a. Visi:
Terwujudnya Indonesia sebagai negara tujuan investasi yang menarik.
b. Misi:
1) Mendorong terciptanya iklim penanaman modal yang lebih kondusif;
2) Meningkatkan efektifitas promosi dan kerjasama penanaman modal;

Universitas Sumatera Utara

28

3) Meningkatkan

pelayanan,

fasilitasi

dan

advokasi

pelaksanaan

penanaman modal.

B. Tugas Dan Wewenang Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Diterbitkannya UUPM secara yuridis formil, BKPM diberi otoritas untuk
mengkoordinasikan berbagai hal tentang pengelolaan investasi. Hal ini tentu
menjadi menarik, sebab jika hal ini dapat dijalankan secara optimal maka
prosedur layanan investasi benar-benar dapat dilakukan dalam satu atap.
Konsekuensi lebih jauh adalah jangka waktu layanan dapat lebih dipercepat.
Hanya saja dalam hal ini, pejabat yang ditunjuk dalam melaksanakan tugas
investasi yang berada di bawah koordinasi BKPM benar-benar pejabat yang diberi
wewenang untuk memutuskan, sebab jika tidak, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam pelayanan satu atap tidak akan memenuhi sasaran. Artinya dicanangkannya
pelayanan satu atap dengan harapan dapat mempermudah layanan investasi.27
Sebagai tindak lanjut dari apa yang dicantumkan dalam Pasal 27 UUPM,
Pemerintah dalam hal ini Presiden sebagai Kepala Pemerintahan pada tanggal 3
September 2007 menerbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 90
Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal (PerPres No. 90/2007
Tentang BKPM). Dalam Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa BKPM adalah
Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang berada di bawah dan bertanggung
jawab langsung kepada Presiden; ayat (2) BKPM dipimpin oleh seorang Kepala.
Adapun tugas yang diemban oleh BKPM dijabarkan dalam Pasal 2 PerPres No. 90
Tahun 2007 sebagai berikut: BKPM mempunyai tugas melaksanakan koordinasi
27

Sentosa Sembiring, Op.Cit., hlm. 144

Universitas Sumatera Utara

29

kebijakan dan pelayanan di bidang penanaman modal berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.28
Mengacu kepada ketentuan di atas semakin tampak, bahwa peran BKPM
dalam menjalankan apa yang diperintahkan dalam UUPM yakni melakukan
koordinasi dengan berbagai instansi terkait dengan investasi. Peraturan Presiden
ini juga menjelaskan bahwa, BKPM selain mengkoordinasikan kebijakan di
bidang investasi, juga memberikan pelayanan. Hal ini berarti, tugas diemban oleh
BKPM cukup signifikan dalam menggerakkan kegiatan investasi.
Pasal 3 Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 1991 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, dan Susunan Organisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal,
menyebutkan bahwa dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2, BKPM menyelenggarakan fungsi:
a.

Merumuskan kebijakan penanaman modal dan menyampaikannya
kepada Presiden untuk mendapatkan persetujuan;

b.

Melakukan koordinasi perencanaan penanaman modal baik sektoral
maupun regional serta mengadakan sinkronisasi rencana tersebut ke
dalam suatu rencana terpadu dalam rangka Undang-undang Nomor 1
Tahun 1967 dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 maupun yang
diatur di luar Undang-undang Penanaman Modal;

c.

Menyusun daftar bidang usaha penanaman modal secara berkala
sebagai pedoman pembangunan sektor-sektor penanaman modal,
dengan

28

memperhatikan

pandangan

dan

bahan-bahan

yang

Ibid, hlm 145

Universitas Sumatera Utara

30

disampaikan oleh Departemen/Instansi yang terkait dan Badan
Koordinasi Penanaman Modal Daerah;
d.

Mengajukan daftar bidang usaha penanaman modal tersebut huruf c
kepada Presiden untuk mendapatkan penetapan dengan Keputusan
Presiden;

e.

Mengarahkan penyebaran kegiatan penanaman modal tersebut di
daerah-daerah sesuai dengan kebijakan pembangunan;

f.

Menyelenggarakan kegiatan pengkajian dan pengembangan dalam
rangka menyediakan informasi seluas-luasnya mengenai proyekproyek penanaman modal;

g.

Menyelenggarakan komunikasi, promosi, dan penerangan yang
efektif dengan para penanam modal khususnya dan dunia usaha pada
umumnya;

h.

Menilai/mengevaluasi permohonan penanaman modal sesuai dengan
kebijakan dan ketentuan-ketentuan penanaman modal yang berlaku;

i.

Mengajukan hasil penelitian/penilaian permohonan penanaman
modal asing kepada Presiden untuk memperoleh keputusan;

j.

Memberikan persetujuan permohonan penanaman modal dalam
negeri dan perubahan penanaman modal asing atas Pemerintah
Republik Indonesia;

k.

Atas nama Menteri yang membina bidang usaha penanaman modal
yang bersangkutan, dalam rangka Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1967, dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968

Universitas Sumatera Utara

31

menerbitkan izin dan keputusan pelaksanaan penanaman modal
sesuai pelimpahan wewenang dari Menteri yang bersangkutan;
l.

Menyelenggarakan pembinaan dan penyuluhan serta memberi
petunjuk untuk pemecahan masalah agar pelaksanaan proyek-proyek
penanaman modal berjalan dengan lancar;

m.

Menyelenggarakan pengawasan pelaksanaan proyek penanaman
modal yang telah disetujui Pemerintah bekerja sama dengan Badan
Koordinasi

Penanaman

Modal

Daerah

(BKPMD)

dan

Departemen/Lembaga Pemerintah yang terkait, agar sejalan dengan
perizinan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta
mengenakan sanksi bila terjadi penyimpangan.
Fungsi BKPM seperti yang dijabarkan dalam ketentuan di atas,
menunjukkan bahwa peran BKPM dalam menggerakkan kegiatan investasi cukup
strategis. Oleh karena itu, cukup beralasan, dalam rangka menjalankan fungsi
BKPM tersebut, dibantu oleh sebuah Komite. Hal ini dijabarkan dalam Pasal 34
PerPres No. 90 Tahun 2007, untuk menggali pemikiran dan pandangan dari
kalangan para pakar, pemangku kepentingan dan tokoh masyarakat dalam rangka
peningkatan penanaman modal, BKPM dapat membentuk Komite Penanaman
Modal. Tugas Komite Penanaman Modal dijabarkan dalam Pasal 35 yakni
memberikan masukan, saran, pandangan, dan pertimbangan kepada Kepala
BKPM. Keanggotaan Komite Penanaman Modal berasal dari kalangan para pakar,
pemangku kepentingan dan tokoh masyarakat di bidang penanaman modal29.

29

Sentosa Sembiring, Op.Cit., hlm. 145.

Universitas Sumatera Utara

32

Peraturan Presiden tentang BKPM ini memberikan wewenang kepada
BKPM untuk membentuk Komite Penanaman Modal, yang secara ex officio
diketuai oleh Kepala BKPM, dengan tujuan untuk menggali pemikiran dan
pandangan dari kalangan pemangku kepentingan (stakeholders) dan tokoh
masyarakat di bidang penanaman modal dalam rangka peningkatan modal.
BKPM memiliki tugas-tugas dasar yaitu:
a.

Melakukan studi dan mengevaluasi aplikasi semua instansi (asing dan
domestik) berdasarkan peraturan investasi yang ada dan kebijakan
pembangunan negara pada umumnya;

b.

Menyerahkan hasil dari studi dan evaluasi kepada Presiden untuk
disetujui;

c.

Mengkoordinasikan penerbitan izin dan semua keputusan yang terkait
dalam proses aplikasi investasi;

d.

Memantau pelaksanaan permohonan penanaman modal yang telah
disetujui oleh Presiden. Fungsi ini dilakukan bekerja sama dengan
departemen terkait atau badan-badan pemerintah yang mengawasi
sektor yang dimasukkan oleh investasi yang telah disetujui;

e.

Memberikan

informasi

tentang

peluang

investasi,

kebijakan

pemerintah dan peraturan pada program pembangunan negara;
f.

Menangani masalah yang timbul dari pelaksanaan kebijakan investasi,
dan menyediakan fasilitas pada pemerintah dengan rekomendasi
tentang bagaimana untuk mempercepat dan mengamankan aplikasi
investasi dan implementasi, misalnya dengan menertibkan sebuah

Universitas Sumatera Utara

33

buku yang berisi semua informasi yang relevan berkaitan dengan
proses investasi30.
Susunan organisasi BKPM terdiri dari:
a. Kepala;
b. Wakil Kepala;
c. Sekretariat Utama;
d. Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal;
e. Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal;
f. Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal;
g. Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal; dan
h. Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
i. Staf Ahli;
j. Pusat Pengolahan Data.31
Untuk menjembatani BKPM dengan sejumlah departemen terkait,
Pemerintah mendirikan sebuah biro investasi di masing-masing departemen untuk
menangani secara khusus dengan investasi dan BKPM. Pada tingkat
regional/provinsi, pemerintah membentuk BKPMD. Keputusan ini didasarkan
pada Keputusan Presiden Nomor 20 Tahun 1973 tentang Pembentukan Lembaga

30

Luna Destiana, Analisis Kualitas Pelayanan Perizinan Investasi di Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM), Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia,
Jakarta, 2011, Hlm.49
31
Pasal 4 Keputusan Presiden No. 25/1991 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan
Susunan Organisasi BKPM

Universitas Sumatera Utara

34

BKPM. Ketua dewan koordinasi investasi daerah (BKPMD) ditunjuk oleh
gubernur provinsi representatif32.
Posisi kepala biro di BKPM dipegang oleh pejabat yang merangkap kepala
biro investasi di departemen terkait33. Hal ini dimaksud untuk mempermudah
koordinasi antara BKPM dan semua departemen terkait.

C. Pengawasan Penanaman Modal oleh Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM)
Joint venture merupakan salah satu bentuk kegiatan menanam modal yang

dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing melalui
usaha patungan untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. 34
Joint venture atau usaha patungan ini dikategorikan sebagai kegiatan PMA

sebagaimana didefinisikan dalam Pasal 1 huruf (c) UUPM. Berdasarkan Pasal 27
UUPM, maka Pemerintah mengkoordinasikan kebijakan penanaman modal, baik
koordinasi antar instansi Pemerintah dengan Bank Indonesia, antar instansi
Pemerintah dengan pemerintah daerah, maupun antar pemerintah daerah.
Koordinasi pelaksanaan kebijakan penanaman modal ini dilakukan oleh BKPM.
BKPM merupakan lembaga independen non-departemen yang bertanggung jawab
langsung kepada Presiden. Presiden kemudian menetapkan Peraturan Presiden
No. 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal pada 3
September 2007.
32

Luna Destiana, Analisis Kualitas Pelayanan Perizinan Investasi di Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM), Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia,
Jakarta, 2011, Hlm.50
33
Ibid
34
http://www.legal4ukm.com/pengaturan-pengawasan-joint-venture/(diakses tanggal 1
Desember 2015)

Universitas Sumatera Utara

35

Sesuai dengan Pasal 28 UUPM dan Pasal 2 Perpres No. 90 Tahun 2007,
maka BKPM memiliki tugas utama untuk melaksanakan koordinasi kebijakan dan
pelayanan di bidang penanaman modal berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dengan kewenangan yang diberikan kepadanya, BKPM
mengeluarkan Peraturan Kepala BKPM No. 13 Tahun 2009 tentang Pedoman dan
Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal pada 23 Desember 2009.
Pengendalian Pelaksanaan Modal ini dimaksudkan untuk melaksanakan
pemantauan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penanaman
modal sesuai dengan hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal.
Tujuan dari pengendalian pelaksanaan modal ini adalah agar dapat:
1.

Memperoleh data perkembangan realisasi penanaman modal dan informasi
masalah dan hambatan yang dihadapi oleh perusahaan;

2.

Melakukan bimbingan dan fasilitasi penyelesaian masalah dan hambatan
yang dihadapi oleh perusahaan;

3.

Melakukan pengawasan pelaksanaan ketentuan penanaman modal dan
penggunaan fasilitas fiskal serta melakukan tindak lanjut atas penyimpangan
yang dilakukan oleh perusahaan.
Pengawasan pelaksanaan penanaman modal diatur dalam Pasal 6 huruf (c)

Perka BKPM Nomor 13 Tahun 2009 dilakukan melalui:
1.

Penelitian dan evaluasi atas informasi pelaksanaan ketentuan penanaman
modal dan fasilitas yang telah diberikan;

2.

Pemeriksaan ke lokasi proyek penanaman modal; dan

3.

Tindak lanjut terhadap penyimpangan atas ketentuan penanaman modal.

Universitas Sumatera Utara

36

Badan yang berwenang melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
penanaman modal tersebut adalah:
1.

Perangkat Daerah Kabupaten/Kota bidang Penanaman Modal (PDKPM)
terhadap seluruh kegiatan penanaman modal di kabupaten/kota;

2.

Perangkat Daerah Provinsi bidang Penanaman Modal (PDPPM) terhadap
penanaman modal yang kegiatannya bersifat lintas kabupaten/kota dan
berdasarkan

peraturan

perundang-undangan

menjadi

kewenangan

pemerintahan provinsi;
3.

BKPM terhadap penggunaan fasilitas fiskal penanaman modal yang menjadi
kewenangan pemerintah;

4.

Instansi teknis terhadap pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur kegiatan usaha.
Berkenaan dengan pelaksanaan tugas pengawasan sebagaimana disebut di

atas, PDKPM melakukan koordinasi dengan instansi daerah terkait. Sedangkan
PDPPM melakukan koordinasi dengan PDKPM dan instansi daerah terkait, di
mana BKPM melakukan koordinasi dengan PDKPM, PDPPM dan instansi daerah
terkait. BKPM dapat langsung melakukan pemantauan, pembinaan dan
pengawasan atas kegiatan penanaman modal yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah provinsi atau kabupaten/kota, sebagaimana diatur dalam
Pasal 10 Perka BKPM No. 13 Thn 2009. Perka BKPM ini kemudian diubah
dengan Peraturan Kepala BKPM No. 7 Tahun 2010 tentang Perubahan atas
Peraturan Kepala BKPM No. 13 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara
Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal.

Universitas Sumatera Utara

37

Setiap PT PMA yang melakukan kegiatan joint venture di Indonesia yang
telah mendapatkan Pendaftaran Penanaman Modal dan/atau Izin Prinsip
Penanaman Modal dan/atau Persetujuan Penanaman Modal dan/atau Izin Usaha
wajib menyampaikan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) secara
berkala kepada Kepala BKPM melalui Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan
Penanaman Modal, Kepala PDPPM dan Kepala PDKPM sebagaimana diatur
dalam Pasal 13 ayat (7) Perka BKPM No. 7 Thn 2010 jo. Pasal 15 ayat (c)
UUPM. LKPM merupakan laporan secara berkala mengenai perkembangan
kegiatan perusahaan dan kendala yang dihadapi penanam modal yang
disampaikan secara online melalui Sistem Pelayanan Informasi dan Pemberian
Izin Investasi Secara Elektronik pada website http://nswi.bkpm.go.id atau
langsung kepada BKPM dan kepada Badan Penanaman Modal Provinsi serta
Kabupaten/Kota di mana proyek penanaman modal berlokasi.
Metode pelaporan LKPM tersebut adalah sebagai berikut:
1.

Bagi PT PMA yang masih dalam tahap pembangunan, kewajiban
menyampaikan LKPM menjadi setiap tiga bulanan atau per triwulan yaitu:
a. LKPM triwulan I untuk periode pelaporan Januari sampai dengan
Maret, disampaikan paling lambat pada 5 April bulan yang
bersangkutan;
b. LKPM triwulan II untuk periode pelaporan April sampai dengan Juni,
disampaikan paling lambat pada 5 Juli bulan yang bersangkutan;

Universitas Sumatera Utara

38

c. LKPM triwulan III untuk periode pelaporan Juli sampai dengan
September, disampaikan paling lambat pada 5 Oktober bulan yang
bersangkutan; dan
d. LKPM triwulan IV untuk periode pelaporan Oktober sampai dengan
Desember, disampaikan paling lambat pada 5 Januari tahun
berikutnya.
2.

Bagi PT PMA yang telah memiliki izin usaha, memiliki kewajiban
menyampaikan LKPM menjadi per enam bulan atau per semester yaitu:
a. LKPM semester I untuk periode pelaporan Januari sampai dengan
Juni,

disampaikan

pada

minggu

pertama

Juli

bulan

yang

bersangkutan; dan
b. LKPM semester II untuk periode pelaporan Juli sampai dengan
Desember, disampaikan pada minggu pertama Januari tahun
berikutnya.
3.

Bagi PT PMA yang memiliki kegiatan penanaman modal lebih dari satu
kabupaten/kota

wajib

menyampaikan

LKPM

untuk

masing-masing

kabupaten/kota.
4.

Bagi PT PMA yang memiliki beberapa bidang usaha wajib merinci realisasi
investasi untuk masing-masing bidang usaha dalam LKPM.
Adanya LKPM ini, maka segala perkembangan realisasi investasi dan
produksi dari PT PMA dapat diawasi oleh BKPM yang kewenangannya
dapat didelegasikan kepada PDKPM atau PDPPM yang terkait. LKPM ini
dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan:

Universitas Sumatera Utara

39

a. Penelitian dan evaluasi atas informasi pelaksanaan ketentuan
penanaman modal dan fasilitas yang telah diberikan;
b. Pemeriksaan ke lokasi proyek penanaman modal; dan
c. Tindak lanjut terhadap penyimpangan atas ketentuan penanaman
modal.
Apabila PT PMA tidak menyampaikan kewajiban menyampaikan LKPM,
maka PT PMA dapat dikenakan sanksi administratif di antaranya pencabutan
kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal sebagaimana diatur dalam
UUPM.

Universitas Sumatera Utara