Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluargadan Motivasi Tenaga Kesehatan Terhadap Kepatuhan Ibu Hamil Mengonsumsi Tablet Zat Besi Di Puskesmas Sitinjo Kabupaten Dairi 2015

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kepatuhan dalam Mengonsumsi Tablet Zat Besi (Fe)
Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang berarti taat, suka menurut
perintah. Kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan
perilaku yang disarankan dokter atau oleh orang lain (Santoso, 2005). Menurut
Arisman (2004) mengartikan kepatuhan adalah sebagai tingkat pasien melaksanakan
cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh bidannya atau oleh orang lain.
Kepatuhan dalam penelitian ini menunjuk pada kepatuhan ibu hamil dalam
mengkonsumsi zat besi (Fe).
Perilaku mengonsumsi obat merupakan perilaku peran sakit yaitu tindakan
atau kegiatan yang dilakukan penderita agar dapat sembuh.Kepatuhan menjalankan
aturan pengobatan sangat penting untuk mencapai kesehatan secara optimal.Perilaku
kepatuhan dapat berupa perilaku patuh dan tidak patuh yang dapat diukur melalui
dimensi kemudahan, lama pengobatan, mutu, jarak dan keteraturan pengobatan.
Kepatuhan akan meningkat bila instruksi pengobatan jelas, hubungan obat
terhadappenyakit jelas dan pengobatan teratur serta adanya keyakinan bahwa
kesehatan akan pulih, petugas kesehatan yang menyenangkan dan berwibawa,
dukungan sosial keluarga pasien dan lain sebagainya (Medicastore, 2007).
Definisi kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet zat besi adalah ketaatan ibu

hamil melaksanakan anjuran petugas kesehatan untuk mengkonsusmsi tablet zat besi.

10

11

Kepatuhan menurut Sackett pada pasien sebagai “Sejauh mana perilaku individu
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan”(Afnita, 2004).
Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi diukur dari ketepatan jumlah tablet
yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet zat besi, frekuensi konsumsi
perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya
penting dalam mencegah dan menanggulagi anemia, khususnya anemia kekurangan
besi. Suplementasi besi merupakancaraefektif karena kandungan besinya yang
dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia karena kekurangan
asam folat (Afnita, 2004).
Menurut Afnita (2004) yang dikutip Hartati (2014), kepatuhan tergantung
pada banyak faktor, diantaranya adalah pasien sering kali tidak mengakui bahwa
merekatidak melakukanapayang dianjurkan dokter.Untuk itu diperlukan pendekatan
yang baik dengan pasien agar dapat mengetahui kepatuhan mereka dalam
melaksanakan pengobatan.

Menurut Dinicola dan Dimatteo (1984) yang dikutip Niven (2002) cara
meningkatkan kepatuhan diantaranya melalui perilaku sehat dan pengontrolan
perilaku dengan faktor kognitif, dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional
dari anggota keluarga yang lain, teman, waktu dan uang merupakan faktor yang
penting dalam kepatuhan dalam program-program medis, dan dukungan dari
profesional kesehatan.
Tablet zat besi sebagai suplementasi yang diberikan pada ibu hamil menurut
aturan harus dikonsumsi setiap hari. Namun karena berbagai alasan misalnya,

11

12

pengetahuan, sikap, dan praktek ibu hamil yang kurang baik, efek samping dari tablet
zat besi, motivasi petugas kesehatan yang kurang sering kali terjadi ketidak patuhan
ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet zat besi tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan
tujuan dari pemberian tablet zat besi tidak tercapai.
2.1.1. Cara Mengukur Kepatuhan
Beberapa ahli mengemukakan cara mengukur kepatuhan berobat antara lain
pengukuran kepatuhan berobat yang dinyatakan oleh Sacket, dkk (1985) dan Sarafino

(1990). Sacket, dkk (1985) menyatakan bahwa kepatuhan berobat dapat diketahui
melalui 7 cara yaitu: keputusan dokter yang didasarkan pada hasil pemeriksaan,
pengamatan terhadap jadwal pengobatan, penilaian pada tujuan pengobatan,
perhitungan jumlah tablet/pil pada akhir pengobatan, pengukuran kadar obat dalam
darah dan urin, wawancara pada pasien dan pengisian formulir khusus. Pernyataan
Sarafino (1990) hampir sama dengan Sacket yaitu kepatuhan berobat pasien dapat
diketahui melalui tiga cara yaitu perhitungan sisa obat secara manual, perhitungan
sisa obat berdasarkan suatu alat elektronik serta pengukuran berdasarkan biokimia
(kadar obat) dalam darah/urin).
Sebagai sebuah perilaku, aspek-aspek kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi
obat dapat diketahui dari metode yang digunakan untuk mengukurnya. Berdasarkan
pendapat Lailahtushifah (2012) yang mengutip pendapat Horne (2006), merangkum
beberapa metode untuk mengukur kepatuhan dalam mengkonsumsi obat seperti
berikut:

12

13

a.


Metode langsung
Metode langsung dapat dilakukan dengan observasi langsung, mengukur
metabolisme dalam tubuh dan mengukur aspek biologis dalam darah.

b.

Metode tidak langsung
Metode tidak langsung dengan cara memberikan kuesioner kepada pasien atau
pelaporan diri pasien, melihat jumlah pil atau obat yang dikonsumsi,rate beli
ulang resep (kontiniutas), monitoring pengobatan secara elektronik, catatan
harian pasien dan kuesioner terhadap orang-orang sekitar.
Terdapat teori utama yang diungkapkan oleh Lailahtushifah dikutip dari

pendapat Weinman dkk, menjelaskan perilaku patuh dalam mengkonsumsi obat
yaitu, :
a.

Health Belief Model
Health Belief Model menjelaskan perilaku sehat (misal memeriksakan diri)


merupakan fungsi dari keyakinan personal terhadap besarnya ancaman penyakit dan
penularannya serta keuntungan dari rekomendasi yang diberikan petugas kesehatan.
Ancaman yang dirasakan berasal dari keyakinan tentang keseriusan yang dirasakan
terhadap penyakit dan kerentanan orang tersebut. Individu kemudian menilai
keuntungan tindakan yang diambil (misal: berobat akan memperingan simptom),
meskipun dibayang-bayangi oleh resiko-resiko dari tindakan yang diambilnya, seperti
takut akan efek samping atau pun biaya pengobatan. Berdasarkan dinamika tersebut
dapat dipahami bahwa kepatuhan dalam mengkonsumsi obat merupakan proses yang
diawali oleh keyakinan seseorang akan keseriusan penyakitnya, yang berujung pada

13

14

tindakan untuk berobat ke petugas kesehatan, termasuk kepatuhan dalam
mengkonsumsi obat,.
b.

Theory of Planned Behavior (TBP)

Teori ini berusaha menguji hubungan antara sikap dan perilaku yang focus

utamanya adalah pada intense (niat) yang mengantarkan hubungan antara sikap dan
perilaku norma subjektif terhadap perilaku, dan control terhadap perilaku yang
dirasakan. Sikap terhadap perilaku merupakan produk dari keyakinan tentang hasil
akhir,(misal : frekuensi kekambuhan epilepsy berkurang) dan nilai yang dirasakan
dari hasil akhir tersebut (kondisi jarang kambuh sangat penting bagi orang tersebut).
Norma subjektif berasal dari pandangan orang-orang disekitar tentang perilaku
berobat (misal: suami atau istri ingin agar orang tersebut mengikuti rekomendasi dari
dokter), dan motivasi untuk mendukung pandangan-pandangan orang-orang disekitar
tersebut. Contoh ibu hamil termotivasi untuk mengkonsumsi tablet zat besi didukung
ingin menyenangkan hati pasangannya dengan mengikutin saran dan rekomendasi
bidan atau dokter. Kontrol perilaku yang dirasakan menggambarkan tentang seberapa
jauh orang tersebut merasakan bahwa perilaku patuh dapat dikendalikannya. Hal ini
tergantung keyakinan orang tersebut bahwa dirinya mampu untuk mengontrol
tindakannya
2.1.2. Tablet Zat Besi (Fe)
Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini terutama
diperlukan dalam pembentukan darah yaitu sintesis hemoglobin (Hb). Hemoglobin
(Hb) yaitu suatu oksigen yang mengantarkan eritrosit berfungsi penting bagi tubuh.


14

15

Hemoglobin terdiri dari Fe (zat besi), protoporfirin, dan globin (1/3 berat Hb terdiri
dari Fe).
Sumber zat besi adalah makan hewani, seperti daging, ayam dan ikan. Sumber
baik lainnya adalah telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau dan
beberapa jenis buah. Disamping jumlah besi, perlu diperhatikan kualitas besi di
dalam makanan, dinamakan juga ketersediaan biologic (bioavability). Pada umumnya
besi di dalam daging, ayam, dan ikan mempunyai ketersediaan biologik tinggi, besi di
dalam serealia dan kacangkacangan mempunyai ketersediaan biologik sedang, dan
besi dalam sebagian besar sayuran, terutama yang mengandung asam oksalat tinggi,
seperti bayam mempunyai ketersediaan biologik rendah. Sebaiknya diperhatikan
kombinasi makanan sehari-hari, yang terdiri atas campuran sumber besi berasal dari
hewan dan tumbuh-tumbuhan serta sumber gizi lain yang dapat membantu sumber
absorbsi. Menu makanan di Indonesia sebaiknya terdiri atas nasi, daging/ayam/ikan,
kacang-kacangan, serta sayuran dan buah-buahan yang kaya akan vitamin C.
Kebutuhan zat besi (Fe) pada ibu hamil terjadi peningkatan, asupan kurang

atau rendah, dapat menimbulkan anemia. Berbagai gangguan akan dialami ibu hamil
yang terkena anemia, dan menyebabkan terjadinya abortus, lahir prematur,
pendarahan post partum, dan rentan infeksi. Pada ibu hamil, anemia meningkatkan
frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan.Resiko

kematian matermal,

angka prematur, berat badan rendah dan angka kematian perinatal yang meningkat
(Soeprono, 1998).

15

16

Tablet zat besi (Fe) adalah tablet untuk suplementasi penanggulangan anemia
gizi yang setiap tablet mengandung Fero sulfat 200 mg atau setara 60 mg besi
elemental dan 1,25 mg asam folat. Pelayanan pada ibu hamil baik pada K1 maupun
K4 ibu hamil akan dibekali dengan tablet zat besi (Fe), hal ini merupakan upaya dari
penanggulangan anemia pada ibu hamil. Ini diberikan oleh pemerintah sebagai cara
untuk mengatasi anemia gizi besi pada ibu hamil (Depkes RI, 1999).

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya
kurang dari 12 gram/dl (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan
adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gram/dl pada trimester I
dan III atau kadar

Dokumen yang terkait

Hubungan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat Besi Dengan Kejadian Anemia di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2014

20 138 59

Perilaku Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat Besi (Fe) Di Desa Tanjung Rejo Kec.Percut Sei Tuan Kab.Deli Serdang

4 74 77

Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat Besi Terhadap Tingkat Kejadian Anemia Di Puskesmas Pekan Heran Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2008

23 182 59

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pentingnya Zat Besi Selama Kehamilan di Klinik Bersalin WIPA Medan

0 41 69

Pengaruh Pendidikan Kesehatan dan SMS Reminder Terhadap Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengkonsumsi Tablet Besi Di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan

1 23 0

Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluargadan Motivasi Tenaga Kesehatan Terhadap Kepatuhan Ibu Hamil Mengonsumsi Tablet Zat Besi Di Puskesmas Sitinjo Kabupaten Dairi 2015

0 0 18

Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluargadan Motivasi Tenaga Kesehatan Terhadap Kepatuhan Ibu Hamil Mengonsumsi Tablet Zat Besi Di Puskesmas Sitinjo Kabupaten Dairi 2015

0 0 2

Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluargadan Motivasi Tenaga Kesehatan Terhadap Kepatuhan Ibu Hamil Mengonsumsi Tablet Zat Besi Di Puskesmas Sitinjo Kabupaten Dairi 2015

0 0 9

Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluargadan Motivasi Tenaga Kesehatan Terhadap Kepatuhan Ibu Hamil Mengonsumsi Tablet Zat Besi Di Puskesmas Sitinjo Kabupaten Dairi 2015

0 0 4

Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluargadan Motivasi Tenaga Kesehatan Terhadap Kepatuhan Ibu Hamil Mengonsumsi Tablet Zat Besi Di Puskesmas Sitinjo Kabupaten Dairi 2015

0 0 20