Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pentingnya Zat Besi Selama Kehamilan di Klinik Bersalin WIPA Medan

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG

PENTINGNYA ZAT BESI SELAMA KEHAMILAN DI KLINIK

BERSALIN WIPA MEDAN

OLEH:

ELFIRAYANI SARAGIH

070100063

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG

PENTINGNYA ZAT BESI SELAMA KEHAMILAN DI KLINIK

BERSALIN WIPA MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

ELFIRAYANI SARAGIH

070100063

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul:

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pentingnya Zat Besi Selama Kehamilan di Klinik Bersalin WIPA Medan

Nama : Elfirayani Saragih NIM : 070100063

Pembimbing Penguji I

( dr. Muara P Lubis, Sp. OG ) ( dr. Zairul Arifin, Sp. A. DAFK

)

NIP. 197510232008121001 NIP. 194604061969021001

Penguji II

( dr. Deske Muhadi Sp. PD )

NIP. 197112272005011002

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP : 195402201980111001


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu

Hamil Tentang Pentingnya Zat Besi Selama Kehamilan di Klinik Bersalin WIPA Medan” ini dengan tepat pada waktunya. Karya tulis ilmiah ini disusun

sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan dan penuisan karya tulis ilmiah ini, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih sangat sederhana dan masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan tanggapan dari berbagai pihak guna memperbaiki kesalahan dan kekurangan tersebut pada masa yang akan datang.

Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa hormat yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Muara P. Lubis, Sp.OG selaku dosen pembimbing penulis yang telah banyak membantu dan memberikan saran-saran selama penulisan karya tulis ilmiah sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. dr. Zairul Arifin, Sp. A. DAFK dan dr. Deske Muhadi Sp. PD selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan dalam Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Para staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Kepala dan petugas kesehatan Klinik Bersalin WIPA yang telah memberikan izin dan bantuan selama melakukan penelitian.


(5)

7. Responden atas partisipasi dan bantuannya dalam proses pengumpulan data penelitian ini.

8. Orang tua tercinta, Selpin O Saragih dan Sarlina Purba dan kakak saya Elfitrisna Saragih dan abang saya Sebastian Saragih yang telah memberikan dukungan dan nasihat kepada penulis.

9. Abang saya Parlin D Sipayung yang selalu memberikan bantuan dan dukungan selama penyelesaian penelitian saya.

10. Semua anak IMPERATIF yang mendukung saya dalam penyelesaian penelitian ini.

11. Sahabat saya Lina, Noi, Titi, Fena atas dukungan dan bantuan serta masukan selama penyelesaian penelitian ini.

12. Imam, Listra dan Hilna sebagai teman sekelompok saya dalam pembuatan penelitian ini atas semua kerjasama dan masukan yang diberikan.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

Akhir kata dari penulis, semoga karya tulis ilmiah ini memiliki manfaat dan nilai bagi kita semua dan di masa yang akan datang kiranya dapat menjadi rujukan penulisan yang lebih baik lagi.

Medan, November 2010

Penulis


(6)

ABSTRAK

Latar Belakang : Prevalensi anemia masih tinggi di Indonesia dan dunia,

berdasarkan hasil Survei Kesehatan dan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992, prevalensi anemia pada ibu hamil di 27 provinsi adalah bervariasi dari 28,8 persen sampai 79,5 persen dengan rata-rata sekitar 61 persen. Program penanggulangan anemia besi, khususnya untuk ibu hamil sudah dilakukan melalui pemberian zat besi secara cuma-cuma melalui puskesmas atau posyandu. Akan tetapi karena masih rendahnya pengetahuan sebagian besar ibu-ibu hamil maka program ini tampak berjalan lambat.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian

cross sectional. Populasi penelitian adalah ibu hamil yang datang ke Klinik

Bersalin WIPA pada bulan Juli hingga Agustus 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya zat besi selama kehamilan. Pengetahuan responden diukur dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.

Hasil : Dari 102 responden, 37 orang (36,3 %) mempunyai tingkat pengetahuan

baik, 56 orang (56,9%) sedang dan 7 orang (6,9%) buruk. Jika ditinjau dari umur, ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan baik berasal dari kelompok umur 21-30 tahun yaitu 29 orang atau 40,3% dari jumlah responden dalam kelompok usia tersebut. Ditinjau dari tingkat pendidikan, ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan baik berasal dari perguruan tinggi yaitu 16 orang atau 61,5% dari kelompok tingkat pendidikan perguruan tinggi. Jika ditinjau dari pekerjaan, ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan baik adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu sebanyak 14 orang atau 66,7% dari kelompok Pegawai Negeri Sipil dan jika ditinjau dari sumber informasi, responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik berasal dari ibu hamil yang memperoleh informasi dari media elektronik yaitu 17 orang atau 53,1% dari kelompok ibu hamil yang memperoleh informasi dari media elektronik.

Kesimpulan : Sebagian besar ibu hamil yang yang datang ke Klinik Bersalin

WIPA mempunyai tingkat pengetahuan sedang yaitu sebanyak 56 orang (56,9%).


(7)

ABSTRACT

Background: The prevalence of anemia remains high in Indonesia and the world, based on results and Household Health Survey (SKRT) in 1992, the prevalence of anemia among pregnant women in 27 provinces ranged from 28.8 percent to 79.5 percent with an average of about 61 percent. Iron anemia control programs, especially for pregnant women has been done through the provision of iron free of charge via the clinic or neighborhood health center. But because they still lack of knowledge most of the pregnant mothers, the program seems to run slowly.

Methods: This was a descriptive study with cross sectional research design. The study population was pregnant women who come to the Maternity Clinic WIPA in July to August 2010. This study aims to determine the level of knowledge of pregnant women about the importance of iron during pregnancy. Knowledge of respondents was measured by using a questionnaire that has been tested its validity and reliability.

Results: From 102 respondents, 37 people (36.3%) had good knowledge level, 56 people (56.9%) moderate and 7 persons (6.9%) bad. If the terms of age, pregnant women who have a good level of knowledge derived from the 21-30 years age group is 29 people or 40.3% of the total respondents in that age group. Based on level of education, pregnant women who have a good level of knowledge derived from the college that is 16 people or 61.5% of group-level college education. If the terms of employment, pregnant women who have good knowledge level is a Civil Servant (PNS) that as many as 14 people or 66.7% of the group of Civil Servants and if viewed from the source of information, respondents who have a good level of knowledge derived from pregnant women who obtain information from electronic media that is 17 people or 53.1% of the group of pregnant women who obtain information from electronic media.

Conclusion: Most pregnant women who come to the Maternity Clinic WIPA have moderate level of knowladge which is about 56 people (56.9%).


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul…….………. i

Halaman Persetujuan………. ii

Kata Pengantar……….. iii

Abstrak……….. v

Abstract………. vi

Daftar Isi……… vii

Daftar Tabel………... x

Daftar Gambar……… xi

Daftar Lampiran... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang……….. 1

1.2. Rumusan Masalah………. 2

1.3. Tujuan Penelitian……….. 2

1.3.1. Tujuan Umum……… 2

1.3.2. Tujuan Khusus……… 3

1.4. Manfaat Penelitian………. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan……… 4

2.1.1. Definisi Pengetahuan.………. 6

2.1.2. Tingkat Pengetahuan………...…………. 6

2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan... 6

2.2. Zat Besi... 7

2.2.1. Definisi Zat Besi...………... 7

2.2.2. Fungsi Zat Besi………... 7

2.2.3. Sumber Zat Besi……….... 8

2.2.4. Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Zat Besi ... 9


(9)

2.2.6. Gejala Anemia Defisiensi Besi...………… 10

2.2.7. Patofisiologi Defisiensi Besi Pada Ibu Hamil... 11

2.2.8. Akibat Anemia Defisiensi Besi Pada Ibu Hamil... 12

2.2.9 Kebutuhan Zat Besi Pada Masa Kehamilan.. 12

2.2.10. Pemberian Suplementasi Zat Besi... 14

2.2.11. Efek Samping Pemberian Suplementasi Zat Besi... 14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian……….... 16

3.2. Variabel dan Definisi Operasional………... 16

3.3. Batasan Operasional... 17

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian………... 20

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian………... 20

4.2.1. Waktu Penelitian………... 20

4.2.2. Tempat Penelitian………... 20

4.3. Populasi dan Sampel……….... 20

4.4. Teknik Pengumpulan Data………... 21

4.5. Uji Validitas dan Reabilitas... 21

4.5. Pengolahan dan Analisa Data………... 22

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 24

5.2 Deskripsi Kareakteristik Responden... 24

5.3 Distribusi Pengetahuan Responden... 27

5.4 Pembahasan... 31

BAB 6 KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan... 35


(10)

DAFTAR PUSTAKA………... 37 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 4.1 Hasil Uji Vailiditas dan Reliabilitas

Kuesioner Penelitian

22

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan

Umur.

25

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan

Pendidikan

25

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan

Pekerjaan

26

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan

Ibu Hamil tentang Pentingnya Zat Besi Selama Kehamilan

28

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan

Ibu Hamil Berdasarkan Umur

28

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan

Ibu Hamil Berdasarkan Tingkat Pendidikan

29

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan

Ibu Hamil Berdasarkan Pekerjaan

30

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan

Ibu Hamil Berdasarkan Pekerjaan


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 5.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi yang Diperoleh Responden

2 7


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

2 Kuesioner

3 Daftar Riwayat Hidup

4 Data Induk Penelitian

5 Surat Izin Penelitian

6 Ethical Clearance


(14)

ABSTRAK

Latar Belakang : Prevalensi anemia masih tinggi di Indonesia dan dunia,

berdasarkan hasil Survei Kesehatan dan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992, prevalensi anemia pada ibu hamil di 27 provinsi adalah bervariasi dari 28,8 persen sampai 79,5 persen dengan rata-rata sekitar 61 persen. Program penanggulangan anemia besi, khususnya untuk ibu hamil sudah dilakukan melalui pemberian zat besi secara cuma-cuma melalui puskesmas atau posyandu. Akan tetapi karena masih rendahnya pengetahuan sebagian besar ibu-ibu hamil maka program ini tampak berjalan lambat.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian

cross sectional. Populasi penelitian adalah ibu hamil yang datang ke Klinik

Bersalin WIPA pada bulan Juli hingga Agustus 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya zat besi selama kehamilan. Pengetahuan responden diukur dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.

Hasil : Dari 102 responden, 37 orang (36,3 %) mempunyai tingkat pengetahuan

baik, 56 orang (56,9%) sedang dan 7 orang (6,9%) buruk. Jika ditinjau dari umur, ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan baik berasal dari kelompok umur 21-30 tahun yaitu 29 orang atau 40,3% dari jumlah responden dalam kelompok usia tersebut. Ditinjau dari tingkat pendidikan, ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan baik berasal dari perguruan tinggi yaitu 16 orang atau 61,5% dari kelompok tingkat pendidikan perguruan tinggi. Jika ditinjau dari pekerjaan, ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan baik adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu sebanyak 14 orang atau 66,7% dari kelompok Pegawai Negeri Sipil dan jika ditinjau dari sumber informasi, responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik berasal dari ibu hamil yang memperoleh informasi dari media elektronik yaitu 17 orang atau 53,1% dari kelompok ibu hamil yang memperoleh informasi dari media elektronik.

Kesimpulan : Sebagian besar ibu hamil yang yang datang ke Klinik Bersalin

WIPA mempunyai tingkat pengetahuan sedang yaitu sebanyak 56 orang (56,9%).


(15)

ABSTRACT

Background: The prevalence of anemia remains high in Indonesia and the world, based on results and Household Health Survey (SKRT) in 1992, the prevalence of anemia among pregnant women in 27 provinces ranged from 28.8 percent to 79.5 percent with an average of about 61 percent. Iron anemia control programs, especially for pregnant women has been done through the provision of iron free of charge via the clinic or neighborhood health center. But because they still lack of knowledge most of the pregnant mothers, the program seems to run slowly.

Methods: This was a descriptive study with cross sectional research design. The study population was pregnant women who come to the Maternity Clinic WIPA in July to August 2010. This study aims to determine the level of knowledge of pregnant women about the importance of iron during pregnancy. Knowledge of respondents was measured by using a questionnaire that has been tested its validity and reliability.

Results: From 102 respondents, 37 people (36.3%) had good knowledge level, 56 people (56.9%) moderate and 7 persons (6.9%) bad. If the terms of age, pregnant women who have a good level of knowledge derived from the 21-30 years age group is 29 people or 40.3% of the total respondents in that age group. Based on level of education, pregnant women who have a good level of knowledge derived from the college that is 16 people or 61.5% of group-level college education. If the terms of employment, pregnant women who have good knowledge level is a Civil Servant (PNS) that as many as 14 people or 66.7% of the group of Civil Servants and if viewed from the source of information, respondents who have a good level of knowledge derived from pregnant women who obtain information from electronic media that is 17 people or 53.1% of the group of pregnant women who obtain information from electronic media.

Conclusion: Most pregnant women who come to the Maternity Clinic WIPA have moderate level of knowladge which is about 56 people (56.9%).


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu Maternal dan Angka Kematian Bayi merupakan indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2005, bahwa setiap tahunnya wanita yang bersalin meninggal dunia mencapai lebih dari 500.000 orang. (Winkjosastro, 2005).

Bila kita lihat angka nasional, hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan berdasarkan laporan dari profil kab/kota di Sumatera Utara, AKI maternal yang dilaporkan adalah 290/100.000 kelahiran hidup (DinKes Sumut, 2008), lebih besar dari AKI nasional. Angka Kematian Ibu Maternal ini cukup mengkhawatirkan.

WHO memperkirakan bahwa 80% kematian ibu disebabkan oleh penyebab langsung (perdarahan, infeksi, eklampsia, partus macet, dan aborsi), dan 20% oleh penyebab tidak langsung termasuk anemia, malaria, dan penyakit jantung. Kematian ibu dikaitkan dengan berbagai status gizi atau dengan suplementasi gizi (Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007).

Berdasarkan analisis yang didukung oleh WHO/Bank Dunia, “Global Burden of Disease,” anemia menduduki peringkat ke-3 terbesar sebagai masalah kesehatan berdasarkan DALY (Disability-Adjusted Life Years) pada wanita usia 15-44 tahun (Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007). Sedangkan berdasarkan hasil Survei Kesehatan dan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992, prevalensi anemia pada ibu hamil di 27 provinsi adalah bervariasi dari 28,8 persen sampai 79,5 persen dengan rata-rata sekitar 61 persen.

Menurut Junadi (1995), penyebab terjadinya anemia gizi pada kelompok penduduk adalah beraneka ragam, akan tetapi secara garis besar dikelompokkan dalam sebab langsung, tidak langsung dan mendasar. Sebab langsung adalah


(17)

kecukupan makanan dan penyakit ibu, sebab tidak langsung yaitu perhatian terhadap wanita masih rendah dalam keluarga, sedangkan sebab mendasar yaitu pendidikan rendah, ekonomi yang rendah , status sosial wanita yang masih rendah dan geografis.

Program penanggulangan anemia besi, khususnya untuk ibu hamil sudah dilakukan melalui pemberian zat besi secara cuma-cuma melalui puskesmas atau posyandu. Akan tetapi karena masih rendahnya pengetahuan sebagian besar ibu-ibu hamil maka program ini tampak berjalan lambat (Notoatmodjo, 2003).

Hal inilah yang menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian mengenai “Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pentingnya Zat Besi selama Kehamilan di Klinik Bersalin WIPA Medan”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : ” Bagaimana Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pentingnya Zat Besi Selama Kehamilan di Klinik Bersalin WIPA Medan?”

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya zat besi selama kehamilan di Klinik Bersalin WIPA Medan.


(18)

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu terhadap pentingnya zat besi selama kehamilan berdasarkan umur.

2. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu terhadap pentingnya zat besi selama kehamilan berdasarkan pendidikan.

3. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu terhadap pentingnya zat besi selama kehamilan berdasarkan pekerjaan.

4. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu terhadap pentingnya zat besi selama kehamilan berdasarkan sumber informasi.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Profesi

Diharapkan dapat memberikan masukan bagi profesi medis dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil khususnya konseling tentang pengetahuan tentang pentingnya zat besi selama kehamilan sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu.

2. Bagi Masyarakat

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya zat besi selama kehamilan sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu.

3. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan dan sebagai acuan dalam pembuatan penelitian adik kelas selanjutnya.

4. Bagi Peneliti

Menambah wawasan baru bagi peneliti mengenai pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya zat besi selama kehamilan.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Defenisi Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan, indra pendengaran, indera penciuman, indera perasa dan indera peraba. Pengetahuan seseorang individu terhadap sesuatu dapat berubah dan berkembang sesuai kemampuan, kebutuhan, pengalaman dan tinggi rendahnya mobilitas informasi tentang sesuatu dilingkungannya.

Sebelum orang mengadopsi perilaku baru ( berperilaku baru ) dalam diri orang tersebut menjadi proses berurutan yakni :

1. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2. Interest (merasa tertarik) terhadap atau objek tersebut, disini sikap subjek sudah mulai timbul.

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4. Trial (mencoba), dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki stimulus.

5. Adoption (beradaptasi), dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadarann, dan sikapnya terhadap stimulus.


(20)

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo (2003), pengetahuan dalam kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

1. Tahu ( Know )

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami ( Comprehension )

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut yang masih ada kaitannya antara satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.


(21)

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1. Umur

Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini dalam satuan tahun. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola kehidupan yang baru dan harapan baru, semakin bertambah umur semakin banyak seseorang menerima respon suatu objek, sehingga pengetahuan semakin bertambah (Notoatmodjo, 2003).

2. Pendidikan

Pendidikan adalah proses pertumbuhan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran, sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan) dan hubungannya dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi yang baru (Arikunto, 2002).

Notoatmodjo (2003), lewat pendidikan manusia akan dianggap memperoleh pengetahuan dan dengan pengetahuannya manusia diharapkan dapat membangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik. Semakin tinggi pendidikan hidup manusia akan semakin berkualitas. Jika wanita berpendidikan, mereka akan membuat keputusan yang benar dalam memperhatikan kesehatannya.

3. Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan sehari-hari. Jenis pekerjaan dapat diketagorikan adalah Ibu Rumah Tangga, Wiraswasta, Pegawai Negeri


(22)

Sipil (PNS). Dalam bidang pekerjaan, pada umumnya diperlukan adanya hubungan sosial dan hubungan dengan orang. Pekerjaan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas manusia, pekerjaan membatasi kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek yang memotivasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

4. Sumber Informasi

Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang memperoleh informasi, maka seseorang cenderung memperoleh pengetahuan yang lebih luas. (Notoatmodjo, 2003). Sumber informasi adalah sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, merangsang pikiran dan kemampuan.

2. 2 . Zat Besi

2. 2. 1. Definisi Zat Besi

Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini terutama diperlukan dalam hemopoboesis (pembentukan darah) yaitu sintesis hemoglobin (Hb). Disamping itu berbagai jenis enzim memerlukan zat besi sebagai faktor penggiat (Paath, 2004).

Zat Besi adalah komponen penting bagi tubuh. Hemoglobin (Hb) yaitu suatu oksigen yang mengantarkan eritrosit berfungsi penting bagi tubuh. Hemoglobin terdiri dari Fe (zat besi), protoporfirin, dan globin (1/3 berat Hb terdiri dari Fe) (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007).

2. 2. 2. Fungsi Zat Besi

Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh : sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh (Almatsier, 2009).


(23)

2.2.3. Sumber Zat Besi

Sumber zat besi adalah makan hewani, seperti daging, ayam dan ikan. Sumber baik lainnya adalah telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah. Disamping jumlah besi, perlu diperhatikan kualitas besi di dalam makanan, dinamakan juga ketersediaan biologik

(bioavability). Pada umumnya besi di dalam daging, ayam, dan ikan

mempunyai ketersediaan biologik tinggi, besi di dalam serealia dan kacang-kacangan mempunyai mempunyai ketersediaan biologik sedang, dan besi dalam sebagian besar sayuran, terutama yang mengandung asam oksalat tinggi, seperti bayam mempunyai ketersediaan biologik rendah. Sebaiknya diperhatikan kombinasi makanan sehari-hari, yang terdiri atas campuran sumber besi berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan serta sumber gizi lain yang dapat membantu sumber absorbsi. Menu makanan di Indonesia sebaiknya terdiri atas nasi, daging/ayam/ikan, kacang-kacangan, serta sayuran dan buah-buahan yang kaya akan vitamin C (Almatsier, 2009).

2.2.4. Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Zat Besi

Diperkirakan hanya 5-15 % besi makanan diabsorbsi oleh orang dewasa yang berada dalam status besi baik. Dalam keadaan defisiensi besi absorbsi dapat mencapai 50%. Banyak faktor berpengaruh terhadap absorbsi besi (Almatsier, 2009 dan Linder, 1992) :

1. Bentuk besi di dalam makanan berpengaruh terhadap penyerapannya. Besi-hem, yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin yang terdapat didalam daging hewan dapat diserap dua kali lipat daripada besi-nonhem. Kurang lebih 40% dari besi didalam daging , ayam dan ikan terdapat besi-hem dan selebihnya sebagai non-hem. Besi-nonnhem juga terdapat di dalam telur, serealia, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah-buahan. Makan besi-hem dan non-hem secara bersama dapat meningkatkan penyerapan besi-nonhem. Daging, ayam dan ikan mengandung suatu faktor yang membantu penyerapan besi.


(24)

Faktor ini terdiri atas asam amino yang mengikat besi dan membantu penyerapannya. Susu sapi, keju, telur tidak mengandung faktor ini hingga tidak dapat membantu penyerapan besi.

2. Asam organik, seperti vitamin C sangat membantu penyerapan besi-nonhem dengan merubah bentuk feri menjadi bentuk fero. Seperti telah dijelaskan, bentuk fero lebih mudah diserap. Vitamin C disamping itu membentuk gugus besi-askorbat yang tetap larut pada pH tinggi dalam duodenum. Oleh karena itu sangat dianjurkan memakan makanan sumber vitamin C tiap kali makan. Asam organik lain adalah asam sitrat.

3. Asam fitat dan faktor lain di dalam serat serelia dan asam oksalat di dalam sayuran menghambat penyerapan besi. Faktor-faktor ini mengikat besi, sehingga mempersulit penyerapannya. Protein kedelai menurunkan absorbsi besi yang mungkin disebabkan oleh nilai fitatnya yang tinggi. Karena kedelai dan hasil olahnya mempunyai kandungan besi yang tinggi, pengaruh akhir terhadap absorbsi besi biasanya positif. Vitamin C dalam jumlah cukup dapat melawan sebagian pengaruh faktor-faktor yang menghambat penyerapan besi ini.

4. Tanin yang merupakan polifenol dan terdapat di dalam teh, kopi dan beberapa jenis sayuran dan buah juga menghambat absorbsi besi dengan cara mengikatnya. Bila besi tubuh tidak terlalu tinggi, sebaiknya tidak minum teh atau kopi waktu makan. Kalsium dosis tinggi berupa suplemen menghambat absorbsi besi, namun mekanismenya belum diketahui dengan pasti.

5. Tingkat keasaman lambung meningkatkan daya larut besi. Kekurangan asam klorida di dalam lambung atau penggunaan obat-obatan yang bersifat basa seperti antasid menghalangi absorbsi besi.

6. Faktor intrinsik di dalam lambung membantu penyerapan besi, diduga karena hem mempunyai struktur yang sama dengan vitamin B12.

7. Kebutuhan tubuh akan besi berpengaruh terhadap absorbsi besi. Bila tubuh kekurangan besi atau kebutuhan meningkat pada kondisi tertentu,


(25)

besi-hem dua kali.

2.2.5. Penyebab Kekurangan Zat besi

Beberapa hal yang menyebabkan defisiensi zat besi adalah kehilangan darah, misalnya dari uterus atau gastrointestinal seperti ulkus peptikum, karsinoma lambung, dll. Dapat juga disebabkan karena kebutuhan meningkat seperti pada ibu hamil, prematuritas dan pertumbuhan, atau disebabkan karena malabsorbsi dan diet yang buruk (Hoffbrand, 1996):

Kekurangan zat besi menyebabkan anemia defisiensi besi. Terjadinya anemia defisiensi besi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kurangnya kandungan zat besi dalam makanan sehari-hari, penyerapan zat besi dari makanan yang sangat rendah, adanya zat-zat yang menghambat penyerapan zat besi, dan adanya parasit di dalam tubuh seperti cacing tambang atau cacing pita, diare, atau kehilangan banyak darah akibat kecelakan atau operasi (Wirakusumah,1998).

2.2.6. Gejala Anemia Defisiensi Besi

Gejala anemia defisiensi besi dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar yaitu : gejala umum anemia, gejala khas akibat defisiensi besi, gejala penyakit dasar (Sudoyo, 2007) :

a. Gejala umum anemia

Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga berdenging. Anemia bersifat simtomatik jika hemoglobin telah turun dibawah 7 g/dl. Pada pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat, terutama pada konjungtiva dan jaringan dibawah kuku.

b. Gejala Khas Defisiensi Besi


(26)

angularis, disfagia, atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia, pica.

c. Gejala penyakit dasar

Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang menjadi penyebab anemia defisiensi besi tersebut. Misalnya pada anemia akibat cacing tambang dijumpai dispepsia, parotis membengkak, dan kulit telapak tangan berwarna kuning seperti jerami.

2.2.7. Patofisiologi Defisiensi Besi Pada Ibu Hamil

Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut

Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang

dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19% Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu. Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan (Wiknjosastro, 2007 dan Mochtar, 1994).

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus.

2.2.8. Akibat Anemia Defisiensi Besi Pada Ibu Hamil

Anemia defisiensi besi dapat berakibat fatal bagi ibu hamil karena ibu hamil memerlukan banyak tenaga untuk melahirkan. Setelah itu, pada saat melahirkan biasanya darah keluar dalam jumlah banyak sehingga kondisi


(27)

anemia akan memperburuk keadaan ibu hamil. Kekurangan darah dan perdarahan akut merupakan penyebab utama kematian ibu hamil saat melahirkan (Wirakusumah, 1998). Penyebab utama kematian maternal antara lain perdarahan pascapartum (disamping eklampsia dan penyakit infeksi) dan plasenta previa yang kesemuanya bersumber pada anemia defisiensi (Arisman, 2009).

Ibu hamil yang menderita anemia gizi besi tidak akan mampu memenuhi kebutuhan zat-zat gizi bagi dirinya dan janin dalam kandungan. Oleh karena itu, keguguran, kematian bayi dalam kandungan, berat bayi lahir rendah, atau kelahiran prematur rawan terjadi pada ibu hamil yang menderita anemia gizi besi (Wirakusumah, 1998).

2.2.9. Kebutuhan Zat Besi Pada Masa Kehamilan

Saat kehamilan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh lebih banyak dibandingkan saat tidak hamil. Zat besi pada wanita hamil dibutuhkan selain untuk memenuhi kehilangan basal, juga untuk pembentukan sel-sel darah merah yang semakin banyak serta janin dan plasentanya. Seiring dengan bertambahnya umur kehamilan, zat besi yang dibutuhkan semakin banyak. Dengan demikian risiko anemia zat besi semakin besar (Wirakusumah, 1998).

Penambahan asupan besi, baik lewat makanan dan/atau pemberian suplemen, terbukti mampu mencegah penurunan Hb akibat hemodilusi. Tanpa suplementasi (Comitte on Maternal Nutrition menganjurkan suplementasi besi selama trimester II dan III), cadangan besi dalam tubuh ibu akan habis pada akhir kehamilan. Untuk menjaga agar stok ini tidak terkuras dan mencegah kekurangan, setiap ibu hamil dianjurkan untuk menelan besi sebanyak 30 mg tiap hari. Takaran ini tidak akan terpenuhi hanya melalui makanan. Oleh karena itu, suplemen sebesar 30-60 mg, dimulai pada minggu ke-12 kehamilan yang diteruskan sampai 3 bulan pascapartum, perlu diberikan setiap hari (Arisman, 2009).


(28)

Kebutuhan zat besi pada setiap trimester kehamilan berbeda-beda. Pada trimester pertama, kebutuhan besi justru lebih rendah dari masa sebelum hamil. Ini disebabkan wanita hamil tidak mengalami menstruasi dan janin yang dikandung belum membutuhkan banyak zat besi (Wirakusumah, 1998).

Menjelang trimester kedua, kebutuhan zat besi mulai meningkat. Jumlah sel darah merah yang bertambah mencapai 35% seiring dengan meningkatnya kebutuhan zat besi sebanyak 450 mg. Pada trimester kedua dan ketiga wanita hamil wanita hamil memerlukan zat besi dalam jumlah yang banyak, yang tidak bisa didapat dari makanan saja. Oleh karena itu, ibu hamil harus mendapat tambahan zat besi berupa suplementasi zat besi, walaupun makanan yang dikonsumsi sudah banyak mengandung zat besi dan tinggi bioavailabilitasnya. Kebutuhan zat besi tiap semester adalah sebagai berikut (Wirakusumah, 1998, Pritchard, 1991) :

- Trimester I : kebutuhan zat besi ±1 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin dan sel darah merah.

- Trimester II : kebutuhan zat besi ±5 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg dan conceptus 115 mg.

- Trimester III : kebutuhan zat besi 5 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditambah kebutuhan sel darah merah 150 mg dan conceptus 223 mg.

2.2.10. Pemberian Suplementasi Zat Besi

Besi dalam bentuk fero lebih mudah diabsorbsi maka preparat besi untuk pemberian oral tersedia dalam berbagai bentuk berbagai garam fero seperti fero sulfat, fero glukonat, dan fero fumarat. Ketiga preparat ini umumnya efektif dan tidak mahal (Dewoto, 2007). Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan


(29)

sulfat. Selama kehamilan, minimal diberikan 90 tablet. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia. Di Indonesia, pil besi yang umum digunakan dalam suplementasi zat besi adalah ferrosus sulfat, senyawa ini tergolong murah dan dapat diabsorbsi sampai 20% (Wirakusumah, 1998).

Dosis suplementatif yang dianjurkan pada ibu hamil dalam satu hari adalah dua tablet (satu tablet mengandung 60 mg Fe dan 200 µg asam folat) yang dimakan selama paruh kedua kehamilan pada saat tersebut kebutuhan zat besi sangat tinggi ( Arisman, 2009).

2.2.11. Efek Samping Pemberian Suplementasi Zat Besi

Pemberian zat besi secara oral dapat menimbulkan efek samping pada saluran gastrointestinal pada sebagian orang, seperti rasa tidak enak di ulu hati, mual, muntah dan diare. Frekuensi efek samping ini berkaitan langsung dengan dosis zat besi. Tidak tergantung senyawa zat besi yang digunakan, tak satupun senyawa yang ditolelir lebih baik daripada senyawa yang lain. Zat besi yang dimakan bersama dengan makanan akan ditolelir lebih baik bila ditelan pada saat perut kosong meskipun jumlah zat besi yang diserap berkurang (De Maeyer, 1998).

Pemberian suplementasi Preparat Fe, pada sebagian wanita, menyebabkan sembelit. Penyulit ini dapat diredakan dengan cara memperbanyak minum, menambah konsumsi makanan yang kaya akan serat seperti roti, serealia, dan agar-agar (Arisman, 2009).


(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

3.2. Definisi Operasional

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan umumnya datang dari penginderaan yang terjadi melalui panca indra manusia, yaitu : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

2. Umur

Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini dalam satuan tahun (Notoatmodjo, 2003).

3. Pendidikan

Pendidikan adalah proses pertumbuhan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran, sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan) dan hubungannya dengan proses belajar.

Pengetahuan Ibu Hamil : - Umur

- Pendidikan - Pekerjaan

- Sumber Informasi

Zat Besi selama kehamilan


(31)

4. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan sesuatu yang dikerjakan untuk mendapatkan nafkah atau mata pencaharian.

5. Sumber Informasi

Sumber informasi adalah sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, merangsang pikiran dan kemampuan.

6. Zat Besi Selama Kehamilan

Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh yang terutama diperlukan dalam hemopoboesis (pembentukan darah) yaitu sintesis hemoglobin (Hb) (Paath, 2004).

3.3. Batasan Operasional

1. Umur

Pengukuran umur didasarkan pada umur responden pada saat penelitian. Umur dibagi dalam kategori dengan memakai skala ordinal, yaitu: a) < 21 tahun

b) 21 – 30 tahun c) 31 – 40 tahun d) >40 tahun

2. Tingkat Pendidikan

Pengukuran tingkat pendidikan didasarkan pada tingkat pendidikan responden pada saat penelitian. Pendidikan ibu hamil dibagi dalam 5 kategori dengan memakai skala ordinal, yaitu:

a) SD/sederajat b) SMP/sederajat c) SMA/sederajat


(32)

d) Perguruan Tinggi

3. Pekerjaan

Pengukuran pekerjaan didasarkan pada jenis pekerjaan responden pada saat penelitian. Pekerjaan ibu hamil dibagi dalam 5 kategori dengan memakai skala nominal, yaitu:

a) Ibu Rumah Tangga

b) Pegawai Negeri Sipil (PNS) c) Wiraswasta

d) Pegawai Swasta

4. Pengetahuan

Pengetahuan ibu hamil pada penelitian ini dapat diukur dengan metode wawancara dan angket. Alat ukur yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Pertanyaan yang diajukan 10 pertanyaan dengan 3 pilihan jawaban. Setiap jawaban yang benar diberi nilai 1, jawaban yang salah diberi nilai 0. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, maka ukuran tingkat pengetahuan ibu hamil menurut Pratomo (1990) adalah:

a) Tingkat pengetahuan baik, bila skor responden >75% dari skor seluruh pertanyaan tentang pengetahuan.

b) Tingkat pengetahuan sedang, bila skor responden 40-75% dari skor seluruh pertanyaan tentang pengetahuan.

c) Tingkat pengetahuan buruk, bila skor responden <40% dari skor seluruh pertanyaan tentang pengetahuan.


(33)

5. Sumber Informasi

Sumber Informasi dibagi dalam 3 kategori : a) Media cetak (koran, majalah, dll)

b) Media elektronik ( Televisi, radio, internet, dll) c) Pelayan Kesehatan (dokter, bidan, perawat, dll)


(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan desain cross sectionnal. Penelitian ini memberikan gambaran mengenai tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya zat besi selama kehamilan di Klinik Bersalin WIPA, Medan.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga Agustus tahun 2010.

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Klinik Bersalin WIPA, Medan dengan alasan: - Di tempat tersebut belum pernah dilakukan penelitian tersebut. - Di klinik tersebut banyak ibu hamil.

- Pertimbangan efisiensi biaya penelitian dan lokasi penelitian ini dekat dengan tempat tinggal peneliti.

4.3 Populasi dan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara accidental sampling yang berarti sampel diambil dari ibu-ibu hamil yang kebetulan ada di Klinik Bersama WIPA, Jl. Kapten Muslim Gang Jawa No. 22, Medan.

Adapun yang menjadi kreiteria inklusi dari penelitian ini adalah semua ibu hamil yang dapat berkomunikasi dengan baik, dan dapat membaca dan menulis,


(35)

mengikuti penelitian.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, digunakan data primer yang diperoleh langsung dari responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan kuesioner. Terlebih dahulu diberi penjelasan tentang tujuan penelitian dan penjelasan tentang kuesioner dan cara pengisiannya dan ditanyakan kesediaan responden untuk mengikuti penelitian. Data diperoleh melalui jawaban kuesioner yang diberikan oleh responden. Dalam pengumpulan data peneliti dibantu oleh empat orang petugas kesehatan yang bertugas di Klinik tempat penelitian yaitu Bidan Nina, Ani, Neni, dan Nuranimah ditambah dengan 3 orang mahasiswa kebidanan yang bertugas di klinik tersebut yaitu Hetty Sinaga, Dewi, Almi.

4.5 Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dengan menggunakan program SPSS 15.0. Sampel dalam uji validitas ini memiliki karakter yang sama dengan sampel dalam penelitian ini, yaitu Ibu hamil yang datang ke Klinik Haryantari Medan. Uji Validitas dan reliabilitas ini dilakukan pada tanggal 19-30 Juni 2010. Jumlah sampel yang digunakan dalam uji validitas ini adalah 26 orang. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.1.


(36)

Tabel 4.1 : Hasil Uji Vailiditas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian

Variabel Nomor

Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0.480 Valid 0.804 Reliabel

3 0.581 Valid Reliabel

4 0.660 Valid Reliabel

5 0.625 Valid Reliabel

7 0.656 Valid Reliabel

10 0.618 Valid Reliabel

11 0.436 Valid Reliabel

12 0.635 Valid Reliabel

13 0.671 Valid Reliabel

15 0.531 Valid Reliabel

Setelah dilakukan uji validitas dan realibilitas, didapatkan 10 pertanyaan yang valid dan realibel dan selanjutnya 10 pertanyaan ini digunakan dalam penelitian.

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

4.5.1 Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu :


(37)

1. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.

Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan maka responden diminta untuk melengkapinya.

2. Coding

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

3. Entry

Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer Statistic Package for Social Science (SPSS).

4. Cleaning

Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

5. Saving

Penyimpanan data untuk siap dianalisis.

4.5.2. Analisa Data

Analisa Data dilakukan secara deskriptif dengan melihat persentase data. Data yang terkumpul disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, yang diuji dalam SPSS.


(38)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan sejak tanggal 1 Agustus 2010 sampai dengan 30 September 2010 di Klinik Bersalin WIPA. Klinik ini berada di Jalan Kapten Muslim Gang Jawa No. 22. Kelurahan Sei Kambing C-II, Kecamatan Medan Helvetia. Kode Pos 20123. Dengan izin No. 445/6865/XII/03. Klinik ini sudah berdiri kurang lebih selama 20 tahun. Klinik ini adalah milik Perawat Bidan Hj. Nur Animah Hasibuan, Amd. Keb yang sekaligus merupakan perawat bidan di klinik tersebut. Dokter Pengawas Klinik ini adalah dr. T. Chowadja Askin Bach, Sp. OG. Terdapat 4 bidan yang bertugas sebagai pelayan kesehatan di klinik ini. Klinik ini berukuran 9 x 25 m2. Adapun fasilitas klinik ini adalah sebagai berikut :

- Ruang konseling dilengkapi 2 buah tempat tidur untuk tempat pemeriksaan.

- Ruang opname terdiri 3 ruangan dari ruangan 1 dengan kapasitas 3 orang, ruangan kedua dengan kapasitas 2 orang dan ruangan ketiga merupakan ruangan VIP.

- Ruang bersalin dilengkapi dengan tempat tidur, sterilisator, meja troli, timbangan bayi, oksigen, suction, lemari, kulkas.

- Ruang bayi dan sebuah inkubator

5.2Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini, terdapat 134 orang ibu hami yang datang ke Klinik Bersalin WIPA pada tanggal 1 Juli 2010 sampai dengan 30 Agustus 2010. Tetapi hanya 102 orang yang menjadi responden, 32 orang tidak bersedia mengikuti penelitian. Gambaran karakteristik responden yang diamati yaitu pengetahuan Ibu hamil tentang pentingnya zat besi selama kehamilan. Tabel 5.1


(39)

adalah Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Umur.

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur. Umur

(Tahun)

Frekuensi (n)

Persentase (%)

< 21 13 12

21 – 30 72 70

31 – 40 16 15

>40 1 1

Total 102 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu hamil yang datang ke Klinik Bersalin WIPA pada saat peneltian adalah umur 21-30 tahun yaitu sebanyak 72 orang (70%) dan yang paling sedikit adalah umur >40 tahun (1%).

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

SD/sederajat 0 0

SMP/sederajat 16 15,5

SMA/sederajat 60 58,3

Perguruan Tinggi 26 25,2


(40)

yang menjadi responden merupakan lulusan SMA/sederajat yaitu sebanyak 60 orang (58,3%). Sedangkan pendidikan terendah adalah SMP/sederajat yaitu sebanyak 16 orang (15,5%). Tidak ditemukan ibu hamil dengan tingkat pendidikan SD/sederajat.

Untuk karakteristik ibu hamil berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

Pegawai Negeri Sipil (PNS) 21 20,4

Wiraswasta 36 35,5

Ibu Rumah Tangga 45 43,7

Pegawai Swasta 0 0

Total 102 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar ibu hamil yang menjadi responden dalam penelitian ini bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 45 orang (43,7%) dan yang paling sedikit adalah ibu hamil yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu 21 orang (20,4%).

Untuk karakteristik berdasarkan sumber informasi yang diperoleh responden dapat dilihat pada Gambar 5.1.


(41)

Media Cetak

Pelayan Kesehatan Media Elektronik

Gambar 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi yang Diperoleh Responden

Dari gambar diatas diketahui bahwa responden lebih banyak mendapat sumber informasi melalui media elektronika yaitu sebanyak 70 orang sedangkan yang paling sedikit adalah sumber informasi melalui media cetak yaitu sebanyak 32 orang. Responden yang mendapat sumber informasi dari ketiga media yaitu media cetak, media elektronik dan pelayan kesehatan hanya sebanyak 7 orang.

5.3Distribusi Pengetahuan Responden

Setelah dilakukan penelitian dengan metode cross-sectional menggunakan instrumen kuesioner, didapatkan distribusi gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya zat besi selama kehamilan pada tabel 5.4.


(42)

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pentingnya Zat Besi Selama Kehamilan

Pengetahuan Frekuensi Persentase

Baik Sedang Buruk

37 58 7

36,3 56,9 6,9

Total 102 100

Dari tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar ibu hamil mempunyai tingkat pengetahuan sedang yaitu sebanyak 58 orang (56,9%). Dan yang paling sedikit adalah ibu hamil yang mempunyai tingkat pengetahuan buruk, yaitu sebanyak 7 orang (6,9%).

Untuk distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu hamil berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Berdasarkan Umur

Umur (Tahun)

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Sedang Buruk

n % n % n % n %

<21 4 30,8 7 53,8 2 15,4 13 100,0

21-30 29 40,3 38 52,8 5 6,9 72 100,0

31-40 4 25,0 12 75,0 0 0 16 100,0

>40 0 0 1 100,0 0 0 1 100,0


(43)

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa mayoritas ibu hamil dari setiap penggolongan umur memiliki tingkat pengetahuan sedang. Ibu hamil yang berumur <21 tahun sebesar 53,8%, ibu hamil yang berumur 21-30 tahun sebesar 52,8 % , ibu hamil yang berumur 31-40 tahun sebesar 75%, dan yang berumur >40 tahun sebesar 100%. Dari tabel tersebut diketahui bahwa tidak terdapat ibu hamil yang berumur >40 tahun yang mempunyai tingkat pengetahuan baik.

Untuk distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu hamil berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Sedang Buruk

n % n % n % n %

SD/sederajat 0 0 0 0 0 0 0 0

SMP/sederajat 1 6,2 11 68,8 4 25,0 16 100,0

SMA/sederajat 20 33,3 37 61,7 3 5,0 60 100,0

P. Tinggi 16 61,5 10 38,5 0 0 26 100,0

Total 37 58 7 102

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa ibu hamil yang mempunyai tingkat pendidikan SMP/sederajat sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan sedang yaitu sebanyak 11 orang (68,8%). Begitu juga dengan ibu hamil yang mempunyai tingkat pendidikan SMA/sederajat sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan sedang yaitu sebanyak 37 orang (61,7%). Sedangkan ibu hamil yang mempunyai tingkat pendidikan perguruan tinggi sebagian besar mempunyai tingkat penetahuan baik yaitu sebanyak 16 orang


(44)

(61,5%).

Untuk distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu hamil berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Ibu Hamil

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Sedang Buruk

n % N % n % n %

Pegawai Negeri Sipil (PNS)

14 66,7 7 33,3 0 0 21 100,0

Wiraswasta 7 19,4 27 75 2 5,6 36 100,0

Ibu Rumah Tangga 16 35,6 24 53,3 5 11,1 45 100,0

Total 37 58 7 102

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa ibu hamil yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan baik yaitu sebesar 66,7%. Sedangkan Ibu hamil yang mempunyai pekerjaan sebagai Wiraswasta dan Ibu Rumah Tangga sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan sedang, yaitu 27 orang (53,3%) wiraswasta dan 24 orang (53,3%) Ibu rumah tangga.

Untuk distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu hamil berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 5.8.


(45)

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Berdasarkan Pekerjaan

Sumber Informasi

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Sedang Buruk

n % n % n % n %

Media Cetak 3 50,0 2 33,3 1 16,7 6 100,0

Media Elektronik 17 53,1 12 37,5 3 9,4 32 100,0 Pelayan Kesehatan 3 12,0 19 76,0 3 12,0 25 100,0 Media Cetak, Media

Elektronik

7 38,9 11 61,1 0 0 18 100,0

Media Cetak, Pelayan Kesehatan

0 0 1 100,0 0 0 1 100,0

Media Elektronik, Pelayan Kesehatan

4 30,8 9 69,2 0 0 13 100,0

Media Cetak, Media Elektronik, Pelayan Kesehatan

3 42,9 4 57,1 0 0 7 100,0

Total 37 36,3 58 56,9 7 6,9 102

Dari tabel diatas diketahui bahwa Ibu hamil yang memperoleh informasi dari Media Elektronik mempunyai persentase tertinggi untuk tingkat pengetahuan baik yaitu sebesar 53,1% (17 orang). Tidak ada ibu hamil yang mempunyai tingkat pengetahuan baik pada ibu hamil yang hanya memperoleh informasi dari media cetak dan pelayan kesehatan.

5.4Pembahasan

5.4.1 Karakteristik Respoden


(46)

menjadi responden adalah umur 21-30 tahun yaitu sebanyak 72 orang (70%) dan yang paling sedikit adalah umur >40 tahun (1%). Hal ini disebabkan karena menurut Fujiati (2005) Berdasarkan Tabel 5.2 diketahui bahwa sebagian besar ibu hamil yang menjadi responden merupakan lulusan SMA/sederajat yaitu sebanyak 60 orang (58,3%). Sedangkan pendidikan terendah adalah SMP/sederajat yaitu sebanyak 16 orang (15,5%). Tidak ditemukan ibu hamil dengan tingkat pendidikan SD/sederajat.

Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa sebagian besar ibu hamil yang menjadi responden dalam penelitian ini bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 45 orang (43,7%) dan yang paling sedikit adalah ibu hamil yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu 21 orang (20,4%).

Berdasarkan Gambar 5.1 diketahui bahwa sebagian besar ibu hamil memperoleh informasi melalui media elektronika yaitu sebanyak 70 orang sedangkan yang paling sedikit adalah ibu hamil yang memperoleh informasi melalui media cetak yaitu sebanyak 32 orang. Responden yang mendapat sumber informasi dari ketiga media yaitu media cetak, media elektronik dan pelayan kesehatan hanya sebanyak 7 orang. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena semakin majunya teknologi dan penggunaan media elektronik di masyarakat sehingga lebih mudah untuk mendapatkan informasi dari media elektronik.

5.4.2 Pengetahuan Responden

Berdasarkan Tabel 5.5 diketahui bahwa mayoritas ibu hamil dari setiap penggolongan umur memiliki tingkat pengetahuan sedang. Ibu hamil yang berumur <21 tahun sebesar 53,8%, ibu hamil yang berumur 21-30 tahun sebesar 52,8 % , ibu hamil yang berumur 31-40 tahun sebesar 75%, dan yang berumur >40 tahun sebesar 100%. Dari tabel tersebut juga diketahui bahwa tidak terdapat ibu hamil yang berumur >40 tahun yang mempunyai tingkat pengetahuan baik. Menurut Notoatmodjo (2003) umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola kehidupan yang baru dan harapan baru, semakin bertambah umur semakin banyak seseorang menerima respon suatu objek,


(47)

sehingga pengetahuan semakin bertambah. Pendapat ini tidak sesuai dengan penelitian tentang tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya zat besi selama kehamilan, karena pada penelitian ini tidak terdapat begitu banyak perbedaan tingkat pengetahuan ibu hamil berdasarkan umur.

Berdasarkan Tabel 5.6 diketahui bahwa ibu hamil yang mempunyai tingkat pendidikan SMP/sederajat sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan sedang yaitu sebanyak 11 orang (68,8%). Begitu juga dengan ibu hamil yang mempunyai tingkat pendidikan SMA/sederajat sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan sedang yaitu sebanyak 37 orang (61,7%). Sedangkan ibu hamil yang mempunyai tingkat pendidikan perguruan tinggi sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 16 orang (61,5%). Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyana (1998) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran akan pentingnya arti kesehatan bagi diri sendiri dan lingkungan yang dapat mempengaruhi atau mendorong kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Begitu juga dengan pendapat Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa lewat pendidikan manusia akan dianggap memperoleh pengetahuan dan dengan pengetahuannya manusia diharapkan dapat membangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik. Semakin tinggi pendidikan hidup manusia akan semakin berkualitas. Jika wanita berpendidikan, mereka akan membuat keputusan yang benar dalam memperhatikan kesehatannya.

Berdasarkan Tabel 5.7 diketahui bahwa ibu hamil yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan baik yaitu sebesar 66,7%. Sedangkan Ibu hamil yang mempunyai pekerjaan sebagai Wiraswasta dan Ibu Rumah Tangga sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan sedang, yaitu 27 orang (53,3%) wiraswasta dan 24 orang (53,3%) Ibu rumah tangga. Pada tabel tersebut juga dapat diketahui bahwa ibu hamil yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) tidak ada yang mempunyai tingkat pengetahuan buruk, sedangkan ibu hamil yang bekerja sebagai Ibu Rumah tangga masih terdapat 5 orang (11,1%) yang mempunyai tingkat pengetahuan buruk.


(48)

Dari Tabel 5.8 diketahui bahwa Ibu hamil yang memperoleh informasi dari Media Elektronik mempunyai persentase tertinggi untuk tingkat pengetahuan baik yaitu sebesar 53,1% (17 orang). Tidak ada ibu hamil yang mempunyai tingkat pengetahuan baik pada ibu hamil yang hanya memperoleh informasi dari media cetak dan pelayan kesehatan.

Dari Gambar 5.1 yaitu diketahui bahwa hanya 46 orang (45,1%) ibu hamil yang memperoleh informasi tentang zat besi dari pelayan kesehatan. Kemungkinan hal ini disebabkan masih kurangnya peran petugas kesehatan untuk memberikan informasi tentang pentingnya zat besi pada ibu hamil. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyowati (2003) yang menyatakan petugas kesehatan tidak menjelaskan tentang efek samping dan manfaat tablet besi. Dalam studinya lebih lanjut Setyowati melaporkan bahwa informasi tentang suplemen zat besi tidak banyak diberikan oleh bidan desa ketika memberikan pelayanan.

Menurut Notoatmojo (2003), pengetahuan seseorang didapatkan dari informasi yang berasal dari berbagai sumber. Informasi yang lengkap tentang suatu objek dapat memberikan pengetahuan yang utuh tentang suatu objek yang pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku yang diharapkan dari informasi tersebut. Dari hasil penelitian ini diketahui sebanyak 7 orang (6,7%) ibu hamil yang memperoleh informasi dari banyak sumber yaitu dari media cetak, media elektronik dan dari pelayan kesehatan. Dari 7 orang ibu hamil tersebut, hanya 3 orang (42,9%) yang mempunyai tingkat pengetahuan baik. Persentase tingkat pengetahuan tertinggi justru diperoleh dari ibu hamil yang hanya memperoleh informasi dari satu media yaitu media elektronik yaitu 17 orang (53,1%). Kemungkinan masih buruknya pengetahuan ibu hamil disebabkan oleh penyebab lain.


(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya zat besi selama kehamilan di Klinik WIPA diperoleh kesimpulan:

1. Dari 102 orang ibu hamil yang mengikuti penelitian diketahui sebagian besar ibu hamil mempunyai tingkat pengetahuan sedang yaitu 56 orang (56,9%), selebihnya 37 orang (36,3 %) mempunyai tingkat pengetahuan baik, dan 7 orang (6,9%) mempunyai tingkat pengetahuan buruk.

2. Jika ditinjau dari umur, ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan baik berasal dari kelompok umur 21-30 tahun yaitu sebanyak 29 orang (40,3%). 3. Jika ditinjau dari tingkat pendidikan, ibu hamil yang memiliki tingkat

pengetahuan baik berasal dari tingkat pendidikan perguruan tinggi yaitu sebanyak 16 orang (61,5%).

4. Jika ditinjau dari pekerjaan, ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan baik adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu sebanyak 14 orang (66,7%) 5. Jika ditinjau dari sumber informasi yang didapatkan ibu hamil, yang

memiliki tingkat pengetahuan baik berasal dari ibu hamil yang memperoleh informasi dari media elektronik yaitu 17 orang (53,1%).

6.2 Saran

1. Untuk petugas kesehatan agar lebih aktif dalam memberikan informasi tentang pentingnya zat besi selama kehamilan kepada ibu hamil.

2. Untuk ibu hamil agar lebih aktif dalam mencari informasi dari berbagai media guna mendapatkan pengetahuan tentang pentingnya zat besi dan hal


(50)

yang penting diketahui untuk menjaga kehamilan yang tidak berisiko sehingga dapat menurunkan prevalensi anemia pada ibu hamil sekaligus mengurangi angka kematian ibu hamil (AKI).

3. Untuk peneliti selanjutnya, dalam penelitian ini peneliti hanya mendeskripsikan tingkat pengetauhan ibu hamil, diharapkan pada peneliti berikutnya dapat mencari hubungan umur, tingkat pendidikan, pekerjaan dan sumber informasi dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang zat besi.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S, 2009. Prinsip Dasar Imu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 250-258.

Arisman. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan. Edisi 2. Jakarta : EGC. 16-17, 172-180.

Bakta, I. M, Ketut S, Tjokorda G. D. 2006. Anemia Defisiensi Besi. Dalam : Sudoyo, Aru W, Bambang S., Idrus A., Marcellus,. Siti S., eds. Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi keempat. Jakarta : Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 636-637.

DeMaeyer, E.M., 1998. Etiologi dan Epidemiologi Anemia Defisiensi Besi. Dalam : Ronardy, Devi H., ed. Pencegahan dan Pengawasan Anemia

Defisiensi Besi. Jakarta : Widya Medika. 7-21.

DeMaeyer, E.M., 1998. Pengobatan Anemia Defisiensi Besi. Dalam : Ronardy, Devi H., ed. Pencegahan dan Pengawasan Anemia Defisiensi Besi. Jakarta : Widya Medika. 30-34.

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran MasyarakatUniversitas Indonesia, 2007. Gizi dan Kesehatan

Masyarakat. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 200-208.

Departemen Kesehatan. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Diperoleh dari :

http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil Kesehatan Indonesia 2008.pdf

Departemen Kesehatan. 2008. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Diperoleh dari :


(52)

tanggal 14 April 2010]

Departemen Kesehatan. 2008. Profil Kesehatan Kabupaten Simalungun. Diperoleh dari :

http://www.depkes.go.id/downloads/profil/kab simalungun 2008.pdf.

Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. [ Diakses tanggal 14 April 2010]

Dewoto, H. R., S. Wardhini B.P., 2007. Obat Antianemia. Dalam : Gunawan, Sulistia Gan, Rianto S., Nafrialdi, Elysabeth, eds. Farmakologi dan

Terapi. Edisi kelima. Jakarta : Gaya Baru. 796-797.

Fujiati, Isti Ilmiati. 2005 . Dasar-Dasar Kedokteran Keluarga. Cet 1. Medan : USU Press. 34-35.

Hoffbrand, A. V., 1996. Kapita Selekta Haematologi. Edisi 2. Jakarta : EGC. 29-40

Hudono, S. T., 2007. Penyakit Darah. Dalam : Prawirohardjo, S., Hanifa W., Abdul B. S., Trijatmo R., eds. Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. 448-452.

Junadi Purnawan, 1995. Strategi Operasional Penanggulangan Anemia Gizi di

Indonesia, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Linder, M. C, 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Cetakan 1. Jakarta : Universitas Indonesia. 269-272.

Mochtar, R. 1998. Perubahan Fisiologik Wanita Hamil. Dalam : Lautan, Delfi, ed. Sinopsis Obstetri Jilid I. Edisi kedua. Jakarta : EGC. 37.

Mulyana, Nana. 1998. Studi Operasional Pemeriksaan Natenatal di Posyandu

Dengan Strategi Pemasaran Sosial di Kabupaten Garut, Jawa Barat.


(53)

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 121-124.

Paath, E. F, 2004. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC.

Pratomo, H., Sudarti, 1990. Pedoman Usulan Penelitian Bidang Kesehatan

Masyarakat. Jakarta : Depdikbud.

Pritchard, J. A., Paul C. MacDonald, Norman F. Gant. 1991. Obstetri Williams. Surabaya : Airlangga University Press. 290-291.

Setyowati. (2003).The impact of village midwives and cadres in improving the nutritional status of pregnant women in selected rural villages in two districts, Banten Province Indonesia 2003: A longitudinal descriptive study. Thesis Submitted for the Degree Doctor of Philosophy. Faculty of Nursing, Midwifery and Health. University of Technology, Sydney.

http://epress.lib.edu.eu/.

Stiawan, A. 2009. Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jogjakarta : Nuha Medika. 168.

Sudoyo et all. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 623.

Wiknjosastro, H., 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wirakusumah, E. S, 1998. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Trubus Agriwidya. Jakarta. 7-33.


(54)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PENTINGNYA

ZAT BESI SELAMA KEHAMILAN DI KLINIK BERSALIN WIPA MEDAN

Saya yang bernama di bawah ini : Nama : Elfirayani Saragih NIM : 070100063

adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya zat besi selama kehamilan di Klinik Bersalin WIPA Medan.

Saya mengharapkan kesediaan ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, yaitu dengan menjawab pertanyaan yang diajukan dengan apa adanya (jujur) dimana tidak akan memberi dampak yang membahayakan. Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga ibu bebas untuk mengundurkan diri jika tidak berkenan menjadi responden tanpa ada sanksi apapun. Semua informasi yang ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini.

Jika ibu bersedia menjadi responden penelitian ini, maka silahkan menandatangani formulir ini.

Medan, 2010

Peneliti Responden


(55)

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

“Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pentingnya Zat Besi Selama Kehamilan di Klinik Bersalin WIPA Medan”.

1. Nama :

2. Umur :

3. Pekerjaan : 4. Pendidikan Terakhir :

5. Sumber Informasi : ฀ Media cetak

฀ Media Elekronika

฀ Pelayanan Kesehatan

Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda paling tepat!

1. Apakah yang dimaksud dengan zat besi? a. Suatu vitamin yang penting bagi tubuh

b. Suatu zat yang penting dalam pembentukan sel darah merah c. Tablet penambah stamina tubuh

2. Apakah yang dapat membantu penyerapan zat besi? a. Makan Buah-buahan yang mengandung vitamin C b. Minum susu setelah makan zat besi

c. Minum banyak air putih

3. Apakah yang dapat menghambat penyerapan zat besi? a. Minum kopi atau teh pada saat makan zat besi b. Makan zat besi sebelum tidur pada malam hari


(1)

TABEL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER

No.

Respon

den

Umur

Pend.

terakhir

P

1

P

2

P

3

P

4

P

5

P

6

P

7

P

8

P

9

P

1

0

P

1

1

P

1

2

P

1

3

P

1

4

P

1

5

Total

1

24

SMA

1 1 1 1 1 0 1 1

1

1

1

1 1 1 1

14

2

23

SMP

0 0 0 0 1 1 0 0

0

0

0

1 0 1 1

5

3

29

P. Tinggi 1 1 1 1 1 0 0 1

0

0

1

1 0 1 1

10

4

30

P. Tinggi 1 1 0 1 1 1 1 1

0

1

0

1 1 1 1

12

5

29

SMA

1 1 1 0 1 0 1 1

0

0

1

1 1 1 0

10

6

28

SMA

1 1 0 1 1 1 1 0

0

1

1

1 1 1 0

11

7

28

SMP

1 1 1 1 0 1 1 0

0

1

1

0 0 1 1

10

8

25

SMA

0 1 1 0 1 0 0 1

0

0

0

1 1 1 1

8

9

32

SMA

1 0 0 1 0 1 1 0

1

1

0

1 0 1 0

8

10

25

P. Tinggi 0 1 1 1 1 0 0 1

0

0

0

1 1 1 1

9

11

35

SMA

0 1 1 1 1 1 1 0

0

1

1

1 1 1 1

12

12

27

SMA

0 1 1 1 1 1 1 1

1

1

1

1 1 0 1

13

13

28

SMP

0 0 0 1 1 0 0 1

0

0

1

1 1 0 1

7

14

30

SMA

0 1 0 0 0 0 0 1

0

0

0

0 0 1 0

3

15

27

SMA

0 1 1 0 1 0 1 1

1

1

1

1 1 0 0

10

16

32

SMP

1 1 1 1 1 0 1 1

1

1

1

1 1 0 1

13

17

21

SMP

0 0 0 1 1 0 1 0

1

1

1

1 1 0 0

8

18

22

SMA

1 1 1 1 1 0 0 1

0

1

1

1 1 1 1

12

19

23

SMA

1 1 1 1 1 0 1 1

1

0

0

1 1 1 1

12

20

45

SMA

0 1 1 1 1 0 1 1

1

0

1

1 1 0 1

11

21

28

SMA

0 1 0 0 0 0 0 1

0

0

0

0 0 1 0

3

22

29

SMP

0 1 0 0 0 0 0 1

0

0

0

0 0 1 0

3

23

28

SMA

0 1 1 1 1 0 1 0

0

0

0

1 0 1 1

8

24

29

SMA

0 1 1 1 1 1 1 1

0

1

0

1 1 1 1

12

25

24

SMA

1 1 0 1 0 1 0 1

0

0

1

1 1 0 0

8

26

31

SMA

1 1 0 1 1 1 1 1

0

1

0

1 1 1 1

12


(2)

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N

%

Cases

Valid

26

100.0

Excluded(

a)

0

.0

Total

26

100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.804

10

Item Statistics

Mean

Std. Deviation

N

p1

.46

.508

26

p3

.58

.504

26

p4

.73

.452

26

p5

.77

.430

26

p7

.62

.496

26

p10

.50

.510

26

p11

.54

.508

26

p12

.85

.368

26

p13

.69

.471

26

p15

.65

.485

26

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

p1

5.92

7.194

.262

.812

p3

5.81

6.802

.423

.793

p4

5.65

6.555

.607

.773

p5

5.62

6.646

.603

.774

p7

5.77

6.585

.524

.781

p10

5.88

6.666

.471

.788

p11

5.85

6.855

.395

.797

p12

5.54

6.818

.631

.775

p13

5.69

6.542

.583

.775


(3)

Scale Statistics

Mean

Variance

Std. Deviation

N of Items

6.38

8.166

2.858

10

Frequencies

Umur Responden

13

12.7

12.7

12.7

1

1.0

1.0

13.7

72

70.6

70.6

84.3

16

15.7

15.7

100.0

102

100.0

100.0

<21

>40

21-30

31-40

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

pe ndidika n te rakhir

26

25.5

25.5

25.5

60

58.8

58.8

84.3

16

15.7

15.7

100.0

102

100.0

100.0

P. Tinggi

SMA

SMP

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid P ercent

Cumulative

Percent

pe kerjaan

45

44.1

44.1

44.1

21

20.6

20.6

64.7

36

35.3

35.3

100.0

102

100.0

100.0

Ibu Rumah Tangga

PNS

W iraswast a

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid P erc ent

Cumulative

Percent


(4)

sumber informasi

6

5.9

5.9

5.9

18

17.6

17.6

23.5

7

6.9

6.9

30.4

1

1.0

1.0

31.4

32

31.4

31.4

62.7

13

12.7

12.7

75.5

25

24.5

24.5

100.0

102

100.0

100.0

Media Cetak

Media Cetak, Media

Elektronik

Media Cetak, Media

Elektronik, Pelayan

Kesehatan

Media Cetak,

Pelayan Kesehatan

Media Elektronik

Media Elektronik,

Pelayan Kesehatan

Pelayan Kesehatan

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Ti ngka t P engetahuan Re sponden

37

36.3

36.3

36.3

7

6.9

6.9

43.1

58

56.9

56.9

100.0

102

100.0

100.0

baik

buruk

sedang

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid P erc ent

Cumulative

Percent

Crosstabs

Umur Responden * Tingkat Pengetahuan Responden Crosstabulation

Count

4

2

7

13

0

0

1

1

29

5

38

72

4

0

12

16

37

7

58

102

<21

>40

21-30

31-40

Umur

Responden

Total

baik

buruk

sedang

Tingkat Pengetahuan Responden

Total


(5)

Count

Tingkat Pengetahuan Responden

Total

baik

buruk

sedang

baik

pendidikan

terakhir

P. Tinggi

16

0

10

26

SMA

20

3

37

60

SMP

1

4

11

16

Total

37

7

58

102

pe kerjaan * Tingkat P engeta hua n Re sponde n Crosstabulati on

Count

16

5

24

45

14

0

7

21

7

2

27

36

37

7

58

102

Ibu Rumah Tangga

PNS

W iraswast a

pekerjaan

Total

baik

buruk

sedang

Tingkat Penget ahuan Responden

Total

sumbe r inform asi * Ti ngkat P engetahua n Re sponde n Crosstabulati on

Count

3

1

2

6

7

0

11

18

3

0

4

7

0

0

1

1

17

3

12

32

4

0

9

13

3

3

19

25

37

7

58

102

Media Cetak

Media Cetak, Media

Elektronik

Media Cetak, Media

Elektronik, Pelayan

Kesehatan

Media Cetak,

Pelayan K esehatan

Media Elek tronik

Media Elek tronik,

Pelayan K esehatan

Pelayan K esehatan

sumber

informasi

Total

baik

buruk

sedang

Tingkat Penget ahuan Responden


(6)

Correlations

1 .181 .012 .388 -.042 .220 .256 .040 .051 .309 .238 .181 .116 .214 .025 .480*

.376 .954 .050 .838 .281 .207 .846 .803 .125 .241 .376 .573 .294 .904 .013

26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26

.181 1 .498** -.018 .019 -.101 .101 .462* -.178 .000 .033 -.182 .178 .222 .138 .327

.376 .010 .929 .925 .623 .623 .017 .385 1.000 .873 .374 .385 .276 .502 .104

26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26

.012 .498** 1 .182 .455* -.283 .283 .182 .234 .078 .300 .282 .272 .007 .522** .581**

.954 .010 .373 .020 .161 .161 .373 .251 .705 .136 .163 .178 .974 .006 .002

26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26

.388 -.018 .182 1 .285 .302 .411* -.173 .217 .434* .308 .462* .347 -.173 .470* .660**

.050 .929 .373 .158 .134 .037 .398 .287 .027 .126 .017 .083 .398 .015 .000

26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26

-.042 .019 .455* .285 1 -.130 .318 .079 .167 .183 .225 .778** .624** -.127 .561** .625**

.838 .925 .020 .158 .527 .114 .701 .414 .372 .268 .000 .001 .538 .003 .001

26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26

.220 -.101 -.283 .302 -.130 1 .300 -.411* -.184 .474* -.061 .118 .013 .123 .077 .232

.281 .623 .161 .134 .527 .136 .037 .367 .014 .767 .566 .949 .548 .710 .253

26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26

.256 .101 .283 .411* .318 .300 1 -.302 .527** .632** .220 .320 .329 -.123 .089 .656**

.207 .623 .161 .037 .114 .136 .134 .006 .001 .281 .111 .100 .548 .664 .000

26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26

.040 .462* .182 -.173 .079 -.411* -.302 1 .029 -.260 -.040 -.018 .347 -.173 .105 .103

.846 .017 .373 .398 .701 .037 .134 .889 .199 .846 .929 .083 .398 .609 .617

26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26

.051 -.178 .234 .217 .167 -.184 .527** .029 1 .333 .283 .284 .264 -.535** -.040 .373

.803 .385 .251 .287 .414 .367 .006 .889 .096 .161 .159 .193 .005 .845 .061

26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26

.309 .000 .078 .434* .183 .474* .632** -.260 .333 1 .309 .213 .333 -.087 .081 .618**

.125 1.000 .705 .027 .372 .014 .001 .199 .096 .125 .296 .096 .674 .695 .001

26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26

.238 .033 .300 .308 .225 -.061 .220 -.040 .283 .309 1 .247 .386 -.562** -.025 .436*

.241 .873 .136 .126 .268 .767 .281 .846 .161 .125 .224 .052 .003 .904 .026

26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26

.181 -.182 .282 .462* .778** .118 .320 -.018 .284 .213 .247 1 .640** -.259 .362 .635**

.376 .374 .163 .017 .000 .566 .111 .929 .159 .296 .224 .000 .202 .069 .000

26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26

.116 .178 .272 .347 .624** .013 .329 .347 .264 .333 .386 .640** 1 -.405* .216 .671**

.573 .385 .178 .083 .001 .949 .100 .083 .193 .096 .052 .000 .040 .290 .000

26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26

.214 .222 .007 -.173 -.127 .123 -.123 -.173 -.535** -.087 -.562** -.259 -.405* 1 .105 -.120

.294 .276 .974 .398 .538 .548 .548 .398 .005 .674 .003 .202 .040 .609 .559

26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26

.025 .138 .522** .470* .561** .077 .089 .105 -.040 .081 -.025 .362 .216 .105 1 .531**

.904 .502 .006 .015 .003 .710 .664 .609 .845 .695 .904 .069 .290 .609 .005

26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26

.480* .327 .581** .660** .625** .232 .656** .103 .373 .618** .436* .635** .671** -.120 .531** 1

.013 .104 .002 .000 .001 .253 .000 .617 .061 .001 .026 .000 .000 .559 .005

26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N pertanyaan 1 pertanyaan 2 pertanyaan 3 pertanyaan 4 pertanyaan 5 pertanyaan 6 pertanyaan 7 pertanyaan 8 pertanyaan 9 pertanyaan 10 pertanyaan 11 pertanyaan 12 pertanyaan 13 pertanyaan 14 pertanyaan 15 total

pertanyaan 1 pertanyaan 2 pertanyaan 3 pertanyaan 4 pertanyaan 5 pertanyaan 6 pertanyaan 7 pertanyaan 8 pertanyaan 9 pertanyaan 10 pertanyaan 11 pertanyaan 12 pertanyaan 13 pertanyaan 14 pertanyaan 15 total

Correlation is s ignificant at the 0.05 level (2-tailed). *.

Correlation is s ignificant at the 0.01 level (2-tailed). **.

U

n

iv

e

rs

ita

s

Su

m

a

te

ra

U

ta

ra