ASAS ASAS HUKUM KONTRAK SYARIAH

ASAS-ASAS HUKUM
KONTRAK

Lukman Santoso, MH

Latar Belakang
• Secara terminologi, ‘asas’ bermakna
dasar, alas, fundamen. Asas juga
didefinisikan sebagai suatu kebenaran
yang menjadi pokok dasar atau tumpuan
berpikir atau berpendapat.
• Jadi asas hukum adalah dasar-dasar
umum yang terkandung dalam peraturan
hukum, dasar-dasar umum tersebut
merupakan sesuatu yang mengandung
nilai-nilai etis.

Lanjutan...
• Asas menurut Bellefroid adalah norma dasar
yang dijabarkan dari hukum positif dan yang
oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari

aturan-aturan yang lebih umum tersebut.
• The Liang Gie menyebut asas merupakan
suatu dalil umum yang dinyatakan dalam
istilah umum tanpa menyarankan cara-cara
khusus mengenai pelaksanaannya, yang
diterapkan pada serangkaian perbuatan
untuk menjadi petunjuk yang tepat bagi
perbuatan itu.

Lanjutan...
• Sudikno Mertokusumo, yang memberi
penjelasan sebagai berikut: Pengertian
asas hukum atau prinsip hukum bukanlah
peraturan hukum konkrit, melainkan
merupakan pikiran dasar yang umum
sifatnya atau merupakan latar belakang
dari peraturan yang konkrit yang terdapat
dalam dan di belakang setiap sistem
hukum...,


• Dari pengertian asas hukum di atas, dapat
disimpulkan bahwa asas hukum bukan
merupakan kaidah hukum konkrit (nyata),
melainkan merupakan latar belakang
peraturan yang konkrit dan bersifat umum
atau abstrak.
• Untuk menemukan asas hukum dicarilah
sifat-sifat umum dalam kaidah atau
peraturan yang konkrit.

• Asas hukum merupakan “jantungnya”
peraturan hukum karena asas hukum
merupakan landasan yang paling luas bagi
lahirnya suatu peraturan hukum dan
sebagai alasan bagi lahirnya peraturan
hukum atau merupakan ratio legis dari
peraturan hukum. Asas hukum ini tidak
akan habis kekuatannya melahirkan suatu
peraturan hukum, melainkan akan tetap
saja ada dan melahirkan peraturanperaturan selanjutnya.


Fungsi Asas Hukum
• Fungsi asas hukum dalam hukum mendasarkan
eksistensinya pada rumusan oleh pembentuk
undang-undang dan hakim (ini merupakan fungsi
yang bersifat mengesahkan) serta mempunyai
pengaruh yang normatif dan mengikat para
pihak.
• Nieuwenhuis menjelaskan hubungan fungsional
antara asas dan ketentuan hukum (rechtsgels)
sebagai berikut: Asas-asas hukum berfungsi
sebagai pembangun sistem. Asas-asas itu
membentuk satu dengan lainnya suatu sistem
check and balance.

AZAS – AZAS DALAM HUKUM PERJANJIAN
Dalam hukum perikatan, terdapat 5 (lima) asas
yang dikenal menurut ilmu hukum perdata.
Kelima asas itu antara lain adalah:
1. Asas kebebasan berkontrak (freedom of

contract),
2. Asas konsensualisme (consensualism)
3. Asas kepastian hukum (pacta sunt servanda)
4. Asas itikad baik (good faith)
5. Asas kepribadian (personality).

1. Asas Kebebasan Berkontrak
• Azas ini merupkan perwujudan
ps.1338
• Azas ini memberikan kebebasan
untuk:
a) Berbuat/tidak berbuat sesuatu
b) Mengadakan perjanjian dgn
siapapun
c) Menentukan isi dan bentuk
perjanjian.

• Kebebasan berkontrak memberikan jaminan
untuk:
a) bebas menentukan apakah ia akan

melakukan perjanjian atau tidak;
b) bebas menentukan dengan siapa ia akan
melakukan perjanjian;
c) bebas menentukan isi atau klausul
perjanjian;
d) bebas menentukan bentuk perjanjian; dan
e) kebebasan-kebebasan lainnya yang tidak
bertentangan dengan peraturan perundangundangan, kesusilaan, dan kepatutan.

 Menurut Pitlo yang dikutip J.Satrio
bahwa berdasarkan pasal 1338 ayat
1 KUHPer azas kebebasan
berkontrak adalah meliputi:
- Orang bebas untuk membuat kontrak
- Bebas untuk mengatur sendiri isi
perjanjian yang akan mengikat
perbuatannya
- Bahkan orang dapat memperjanjikan
bahwa ia hanya bertanggung jawab
sampai batas-batas tertentu saja.


Lanjutan...
Asas ini mengandung SISTEM
TERBUKA, yang mengandung
makna bebas membuat perjanjian.
Pasal 1338 (1) “Semua perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya”
Perkataan “semua” berisi suatu
pernyataan bahwa kita dibolehkan
membuat undang-undang bagi kita
sendiri.

Lanjutan...
• Sistem terbuka dalam hukum perjanjian
juga memungkinkan kita untuk membuat
perjanjian diluar KUHPer. Misalnya, UU
hanya mengatur perjanjian jual beli dan
sewa menyewa, tetapi dalam praktek

timbul suatu macam perjanjian yang
dinamakan sewa beli, yang merupakan
campuran antara jual beli dan sewa
menyewa

2. Asas konsensualisme
• Arti AZAS KONSENSUALISME ialah
pada dasarnya perikatan lahir sejak detik
tercapainya kesepakatan.
• Jadi pernyataan sepakat tanpa pernyataan
secara tertulis (formalitas) telah
mempunyai kekuatan mengikat, contoh
dalam jual beli, tukar menukar.

• Tetapi ada kalanya UU menetapkan bahwa
untuk sahnya suatu perjanjian diharuskan
perjanjian itu diadakan secara tertulis
(perjanjian “perdamaian”) atau dengan akta
notaris (perjanjian penghibahan “barang
tetap”).

• Asas konsensualitas lazim disimpulkan dalam
pasal 1320 KUH Perdata

Teori Kesepakatan

 Ada 4 teori yang terjadinya kesepakatan (Mariam
Darus Badrulzaman):
• a. Teori Kehendak (wilstheorie)
• Mengajarkan bahwa kesepakatan terjadi pada saat
dinyatakannya kehendak pihak penerima.
• b. Teori Pengiriman (verzendtheorie)
• Mengajarkan bahwa kesepakatan terjadi pada saat
kehendak yang dinyatakan itu dikirim oleh pihak yang
menerima tawaran. Kritik terhadap teori ini,
bagaimana hal itu bisa diketahui. Bisa saja, walau
sudah dikirim tetapi tidak diketahui oleh pihak yang
menawarkan. Teori ini juga sangat teoretis, dianggap
terjadinya kesepakatan secara otomatis.

Lanjutan...

• c. Teori Pengetahuan (vernemingstheorie)
• Kesepakatan terjadi apabila pihak yang
menawarkan itu mengetahui adanya
acceptatie (penerimaan).
• d. Teori Penerimaan (ontvangstheorie)
• Kesepakatan terjadi pada saat pihak yang
menawarkan menerima langsung jawaban
dari pihak lawan.

3. Asas Mengikatnya Perjanjian
Asas ini juga disebut Pacta sunt servanda.
Artinya, Perjanjian yang dibuat secara sah
oleh para pihak mengikat bagi mereka
yang membuatnya seperti undangundang. Mengikat artinya para pihak yang
membuat perjanjian berkewajiban untuk
mentaati & melaksanakan perjanjian (lihat
pasal 1338 ayat 1 KUHPer).

Lanjutan...
• Asas pacta sunt servanda merupakan

asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus
menghormati substansi kontrak yang
dibuat oleh para pihak, sebagaimana
layaknya sebuah undang-undang, mereka
tidak boleh melakukan intervensi terhadap
substansi kontrak yang dibuat oleh para
pihak.

4. Asas iktikad baik
• Ketentuan tentang asas iktikad baik diatur
dalam Pasal 1338 ayat 3 BW yang
menegaskan “perjanjian harus
dilaksanakan dengan iktikad baik.”
• Asas iktikad baik merupakan asas bahwa
para pihak, yaitu Kreditur dan Debitur
harus melaksanakan substansi kontrak
berdasarkan kepercayaan atau keyakinan
yang teguh atau kemauan baik dari para
pihak.


Lanjutan...
• Asas iktikad baik terbagi menjadi dua
macam, yakni iktikad baik nisbi dan iktikad
baik mutlak.
• Iktikad baik nisbi adalah orang memperhatikan
sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek.
• Sedangkan iktikad mutlak, penilaiannya
terletak pada akal sehat dan keadilan, dibuat
indikator yang objektif untuk menilai keadaan
(penilaian tidak memihak) menurut normanorma yang objektif.

5. Asas Kepribadian
• Asas kepribadian dalam suatu perjanjian
diatur dalam pasal 1315 KUHPer, yang
menjelaskan bahwa tidak ada seorang
pun dapat mengikatkan diri atas nama
sendiri atau meminta ditetapkannya suatu
janji, melainkan untuk dirinya sendiri.
• Suatu perjanjian hanya meletakkan hakhak dan kewajiban-kewajiban antara para
pihak yang membuatnya dan tidak
mengikat orang lain (pihak ketiga).

Asas-asas Perjanjian (Nasional)
• Disamping kelima asas diatas, dalam
Lokakarya Hukum Perikatan yang
diselenggarakan oleh Badan Pembinaan
Hukum Nasional (BPHN), Departemen
Kehakiman RI pada tanggal 17 – 19
Desember 1985 telah berhasil
dirumuskannya delapan asas hukum
perikatan nasional. Kedelapan asas
tersebut adalah sebagai berikut:

6. Asas Kepercayaan
• Asas kepercayaan mengandung
pengertian bahwa setiap orang yang
akan mengadakan perjanjian akan
memenuhi setiap prestasi yang
diadakan diantara mereka
dikemudian hari.

7. Asas Persamaan Hukum
• Asas persamaan hukum
mengandung maksud bahwa subjek
hukum yang mengadakan perjanjian
mempunyai kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama dalam hukum.
Mereka tidak boleh dibeda-bedakan
antara satu sama lainnya, walaupun
subjek hukum itu berbeda warna kulit,
agama, dan ras.

8. Azas Keseimbangan
• Azas keseimbangan hadir untuk
menyelaraskan pranata-pranata hukum
dan azas-azas pokok hukum yang dikenal
dalam KHUPer, yang berdasarkan latar
belakang dan pemikiran individualisme di
satu pihak dan cara berfikir bangsa
indonesia pada pihak lain.

Lanjutan...
• Asas keseimbangan dilandaskan pada
upaya mencapai suatu keadaan seimbang
yang sebagai akibat darinya harus
memunculkan pengalihan kekayaan secara
sah.
• Tidak terpenuhinya keseimbangan, dalam
konteks asas keseimbangan, bukan semata
menegaskan fakta dan keadaan, melainkan
lebih dari itu berpengaruh terhadap
kekuatan yuridikal suatu perjanjian.

Lanjutan...
• Sutan Remy Sjahdeni menyebut bahwa
keseimbangan para pihak hanya akan
terwujud apabila berada pada posisi yang
sama kuat. Oleh karena itu hubungan
kontraktual para pihak semata-mata pada
mekanisme kebebasan berkontrak,
seringkali menghasilkan ketidakadilan
apabila salah satu pihak berada dalam
posisi yang lemah.

9. Asas Kepastian Hukum
• Perjanjian sebagai figur hukum
mengandung kepastian hukum.
Kepastian ini terungkap dari kekuatan
mengikatnya perjanjian, yaitu sebagai
undang-undang bagi yang
membuatnya.

10. Asas Moralitas
• Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu
suatu perbuatan sukarela dari seseorang tidak dapat
menuntut hak baginya untuk menggugat prestasi
dari pihak debitur.
• Hal ini terlihat dalam zaakwarneming, yaitu
seseorang melakukan perbuatan dengan sukarela
(moral). Yang bersangkutan mempunyai kewajiban
hukum untuk meneruskan dan menyelesaikan
perbuatannya.
• Salah satu faktor yang memberikan motivasi pada
yang bersangkutan melakukan perbuatan hukum itu
adalah didasarkan pada kesusilaan (moral) sebagai
panggilan hati nuraninya.

11. Asas Kepatutan
• Asas kepatutan tertuang dalam Pasal
1339 KUHPer. Asas ini berkaitan
dengan ketentuan mengenai isi
perjanjian yang diharuskan oleh
kepatutan berdasarkan sifat
perjanjiannya.

12. Asas Kebiasaan
• Asas ini dipandang sebagai bagian
dari perjanjian. Suatu perjanjian tidak
hanya mengikat untuk apa yang
secara tegas diatur, akan tetapi juga
hal-hal yang menurut kebiasaan lazim
diikuti.

13. Asas Perlindungan
• Asas perlindungan mengandung
pengertian bahwa antara debitur dan
kreditur harus dilindungi oleh hukum.
• Namun, yang perlu mendapat
perlindungan itu adalah pihak debitur
karena pihak ini berada pada posisi yang
lemah.

Asas Asas Perjanjian dalam Islam
• Syamsul Anwar mengemukakan 8 asas;
1. Asas ibahah (mabda’ al-ibahah)
2. Asas kebebasan (mabda’ hurriyah)
3. Asas Konsesnualisme (mabda’ alradha’iyyah)
4. Asas janji mengikat
5. Asas keseimbangan (mabda’ at-tawazzun)
6. Asas Kemaslahatan (al-maslahah)
7. Asas Amanah
8. Asas Keadilan (al-’adalah)

Perbandingan Asas-asas Kontrak
Hukum Perikatan
1. Asas Kebebasan
berkontrak (pasal 1338
(1) KUHPdt
2. Asas Konsensualitas
pasal 1320 (1) KUHPdt
3. Asas Pacta Sunt
Servanda pasal 1338 (1)
KUHPdt
4. Asas Iktikad baik pasal
1338 (3) KUHPdt

Hukum Kontrak Syariah
1. Asas Kebebasan (AlHurriyah) Al Maidah 5 : 1
2. Asas Kerelaan (Al-Ridho /
An taradhim) An Nisa’ 4 :
29
3. Asas Kepastian Hukum
dan Al kitabah (Tertulis)
Bani Israil 17 : 15, Al
Maidah : 1
4. Asas Beriktikad Baik ( AlAmanah ) Al Haj 22 : 24
35

Lanjutan..
5. Asas Personalitas
5. Asas Kepribadian (Akhlakul
(Kepribadian) pasal 1315 dan
Karimah) Al Baqoroh 112
1340 KUHP
6. Asas Kejujuran dan
6. Asas Moralitas
Kemanfaatan (Al Ahzab 33 :
70)
7. Asas Persamaan Hukum

7. Asas Persamaan (Al
Musawah) Hujurat 49 : 13
dan Al Ahzab 33 : 70

8. Asas Perlindungan
8. Asas keadilan (Al ‘adalah) Al
Anbiya’ 21 : 112 dan Al A’raf 7
: 29)
36

Conclusion
• Setiap perjanjian harus taat asas, jika
tidak maka berimplikasi pada:
• - Wanprestasi
• - Perbuatan Melawan Hukum

Hikmah

Jadikan hal baik sebagai hukum
disekitar kita

Sekian dan Terima Kasih