SEJARAH DEMOKRASI PENGANTAR ILMU POLITIK

SEJARAH DEMOKRASI
PENGANTAR ILMU POLITIK
DOSEN : DRS.JOKO SISWANTO, M.SI

Di Susun
Oleh :
AKBAR PRABOWO
07011181419035

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN
ILMU POLITIK
ILMU ADMINISTRASI NEGARA

TAHUN AJARAN 2014/2015

SEJARAH DEMOKRASI DI DUNIA
DEMOKRASI berasal dari bahasa Yunani δημοκρατία (dēmokratía) “kekuasaan rakyat”, yang
terbentuk dari δῆμος (dêmos) “rakyat” dan κράτος (kratos) “kekuatan” atau “kekuasaan” pada abad
ke-5 SM untuk menyebut sistem politik negara-kota Yunani, salah satunya Athena; kata ini merupakan
antonim dari ἀριστοκρατία (aristocratie) “kekuasaan elit”. Secara teoretis, kedua definisi tersebut

saling bertentangan, namun kenyataannya sudah tidak jelas lagi.
Di semua pemerintahan demokrasi sepanjang sejarah kuno dan modern, kewarganegaraan demokratis
tetap ditempati kaum elit sampai semua penduduk dewasa di sebagian besar negara demokrasi modern
benar-benar bebas setelah perjuangan gerakan hak suara pada abad ke-19 dan 20. Kata demokrasi
(democracy) sendiri sudah ada sejak abad ke-16 dan berasal dari bahasa Perancis Pertengahan dan
Latin Pertengahan lama. (Notes: katanya siy gak boleh tasyabuh / meniru-niru orang kafir haram
jangankan dalam masalah akidah / keyakinan bahkan hanya meniru tingkah laku dan pakaian saja
tidak boleh… lah kok bisa ya kalo dalam menjalankan hukum dengan demokrasi..??)
Kata “DEMOKRASI” pertama muncul pada mazhab politik dan filsafat Yunani kuno (notes:
katanya juga gak boleh belajar filsafat karena sesat … btw pemahamannya malah juga di adopsi) di
negara-kota Athena. Dipimpin oleh Cleisthenes, warga Athena mendirikan negara yang umum
dianggap sebagai negara demokrasi pertama pada tahun 508-507 SM. Cleisthenes disebut sebagai
“bapak demokrasi Athena.

Demokrasi memiliki beberapa arti: pemerintahan oleh rakyat, yang dilaksanakan baik secara
langsung atau melalui perwakilah yang dipilih; suatu unit politis atau sosial yang memiliki
kekuasaan pemerintahan; masyarakat umum yang dianggap sebagai sumber utama kekuasaan
politik; dan pemerintahan mayoritas; prinsip-prinsip kesetaraan sosial dan menghormati individu
dalam komunitas
Apakah sebuah bangsa yang menuju demokrasi adalah bangsa yang menuju kerusakan,

kehancuran dan ke-tidak-bertuhan-an? Apakah demokrasi adalah alat setan? Apakah Tuhan tahu
berdemokrasi? Apakah agama-agama di dunia dapat sejalan dengan perkembangan demokrasi?
Apakah dalam demokrasi, orang dijadikan Tuhan atau rakyat dijadikan Tuhan? Benarkah suara rakyat
selalu suara Tuhan?
Baik Kristen maupun Islam pernah mempertanyakan hal-hal tersebut di atas. Demokrasi
dicurigai sebagai alat setan yang memindahkan kekuasaan dari Tuhan kepada manusia. Sedangkan
dalam proses demokrasi itu sendiri, semangat kerakyatan menyentuh tataran keagamaan sehingga
kelihatan adanya kesengajaan mempertanyakan wibawa dan otoritas ‘Tuhan’ dalam hal ini adalah para
pemimpin agama. Proses penguatan hak rakyat dan penduduk negeri akhir akhir ini makin menguat
seiring dengan meningkatnya tekonologi informasi dan kesadaran tentang hak inidividu untuk
menyuarakan pendapatnya, dan hak untuk mengetahui yang sebenarnya. Hal ini hampir terjadi
disemua negara kecuali negara-negara yang masih mempertahankan sistem diktator seperti Myanmar,
Korea Utara, Kuba dsb. Jika dalam sebuah negara oposisi tidak diijinkan ada, maka dapat dipastikan
negara tersebut menganut sistim diktator.

1. Sejarah Demokrasi

Tidak ada sistem perwakilan di Pemerintahan Yunani. Setiap orang adalah anggota badan pengambil
keputusan seumur hidupnya. Kelihatannya hampir berbentuk demokrasi total kecuali fakta bahwa
wanita, budak dan penduduk asing (lebih dari 50% populasi) tidak dianggap sebagai warganegara

djadi tidak diijinkan memberi suara mereka. Sejak saat itu dunia mengakui sistem yang dijalankan di
Yunani dengan cara meniru, mengadopsi, menjadikan dasar, atau menyesuaikan dengan situasi, dsb.
Bangsa-bangsa bergerak menuju arah dan penerapan demokrasi dalam pemerintahan mereka masingmasing.
Pericles, seorang di antara para pemimpin demokrasi Athena tahun 430, berargumentasi
bahwa demokrasi berhubungan dengan toleransi, tetapi tidak membuat klaim khusus bagi
pemerintahan mayoritas. Baik Plato maupun Aristoteles mengingatkan bahwa demokrasi harus
mempertimbangkan ‘the larger’ dan ‘the wiser’.Aristoteles tetap menyebutkan pentingnya
pemerintahan mayoritas dengan mengatakan bahwa ‘the majority ought to be sovereign, rahter than
the best, where the best are few … A feast to which all contribute is better than one given at one man’s
expense.”
Plato khususnya prihatin jika demokrasi lebih mengutamakan mayoritas yang tidak
berpendidikan atau miskin yang kemudian bisa membenci kaum kaya, atau pemerintahan diatur oleh
mereka yang tidak bijaksana. Biasanya minoritas yang kalah termasuk ‘the wiser’. Hanya di abad ke
17 pengukuhan terhadap demokrasi didasarkan pada asumsi tentang kesetaraan semua warga negara,
hal ini muncul sebagai akibat dari reformasi Protestan.
Kerajaan Romawi (509-27 SM) mengambil elemen-elemen demorkasi Yunani dan
diterapkan dalam pemerintahannya. Pemerintahan Romawi adalah perwakilan demokrasi yang
terwakili dalam para bangsawan di Senat dan perwakilan di warga biasa di Dewan. Kekuasaan
pemerintahan terbagi dalam dua cabang tersebut dan mereka memberi suara untuk berbagai masalah.
Cicero, negarawan Romawi masa itu berpendapat bahwa masyarakat memiliki hak tertentu yang harus

dipelihara, ia juga berpendapat bahwa kekuasaan pemerintahan dan kekuasaan politik harus berasal
dari rakyat.
2. Demokrasi di Abad-Abad Pertengahan
Kekristenan dengan pengaruh ajaran Alkitab bahwa manusia diciptakan setara di mata
Tuhan, tertanam kuat dalam masyarakat abad-abad pertengahan, pemikiran demokratis tentang
kesetaraan dapat dimengerti oleh banyak orang. Abad pertengahan mengambil bentuk lain dari
pemerintahan yang disebut feodalisme (masyarakat memiliki hak-hak tertentu dan feodalisme
mengembangkan sistem peradilan untuk membela hak-hak tersebut.
3. Demokrasi di Inggris
Tahun 1215, Magna Carta ditanda tangai hasil pemaksaan para bangsawan terhadap Raja
John yang kemudian terciptalah Parlemen atau Badan pembuat hukum yang menyatakan bahwa
hukum tertulis lebih berkuasa daripada raja dengan demikian kekuasaan keluarga kerajaan mulai
dibatasi dan rakyat mulai mendapat sebagian kekuasaan. Selanjutnya kekuasaan Parlemen semakin
menguat dengan munculnya berbagai peraturan yang membatasi kekuasaan raja. Semkia nkuat
Parlemen, semakin banyak hak hak rakyat untuk menyatakan pendapatnya. dasar-dasar demokrasi
Inggris inilah yang mengilhami dan mempengaruhi pemerintahan maerika Serikat.
Filsuf Inggris John locke dan seorang filsuf Perancis Jean-Jacques Rousseau mempengaruhi
penguatan nilai-nilai demokrasi walaupun tidak konklusif merujuk langsung pada demokrasi
(Political Dictionary). John Locke dalam bukunya Two Treatises menyatakan bahwa dibawah
‘kontrak sosial’, tugas pemerintah adalah untuk melindungi ‘hak-hak alamiah’, yang mencakup ‘hak

untuk hidup, kemerdekaan, dan kepemilikan properti.’

Kemudian Rousseau memperluas pemikiran tersebut dalam bukunya The Social Contract
(1762). Kedua filsuf ini sangat berpengaruh dalam mempersiapkan jalan menuju demokrasi Amerika
di jaman modern.

4. Jalan Menuju Demokrasi modern
Revolusi Amerika adalah kejadian penting lain dalam sejarah demokrasi. Deklarasi
Kemerdekaan tahun 1776 Tohams Jefferson mengakui pengaruh John Locke dan Rousseau dalam
penyusunan dokumen kemerdekaan. Dari Locke diambil pemikiran tentang semua manusia diciptakan
setara bahwa manusia punya hak hidup, kemerdekaan dan mengejar kebahagiaan. Lalu dari Rousseau
diambil pemikiran bahwa rakyat semua orang dapat mengadakan perlawanan menghadapi pemerintah
manakala pemerintah tidak menghargai hak-hak tersebut.
Revolusi Perancis membuka jalan pada pemikiran bahwa kemerdekaan terjadi setelah
cabang-cabang pemerintahan legislatif, yudikatif dan eksekutif dipisahkan. Rakyat Perancis
menggulingkan raja, kemudian menetapkan ‘Deklarasi Hak-hak Manusia’ dalam hal kemerdekaan,
hak milik, keamanan, dan penolakkan kepada penindasan.
Di seluruh dunia, revolusi mulai bermunculan melawan monarkhi, dan pemerintahan
demokratis mulai menjamur. Sebelum abad ke 19 berakhir, hampir semua morarkhi Eropah barat telah
mengadopsi suatu konstitusi yang membatasi kekuasaan keluarga kerajaan dan memberikan sebagian

kekuasaan kepada rakyat. Demokrasi menjadi semakin populer. Sampai tahun 1950 hampir setiap
negara yang independent memiliki pemerintahan yang memiliki beberapa prinsip dan cita-cita
demokrasi. Bangsa yang dijadikan model dari prinsip-prinsip tersebut adalah Amerika Serikat.
Para komentator pada periode 1780 – 1920 secara umum menerima permis bahwa “yang
paling miskinpun’ memiliki hak sesungguhnya untuk bersuara sebagaimana orang-orang kaya,
sekalipun banyak dari antara mereka yang prihatin bahwa tirani mayoritas akan muncul. Jadi untaian
lain pemikiran demokrasi berargumentasi lebih kepada kesetaran kemampuan, bukan kesetaraan hak.

5. Demokrasi Amerika
Demkorasi Amerika modern adalah dalam bentuk suatu republik demokratik atau
demokrasi perwakilan. Suatu demkorasi perwakilan muncul di Amerika Serikat sebab penduduk baru
sudah muak dengan pajak tanpa perwakilan dan mereka menginginkan sistem yang lebih fair dimana
orang bisa bersuara untuk mengatur negara. Mereka menginginkan demokrasi perwakilan dimana
perwakilan yang dipilih yang akan mengatur pemerintahan. Para perwkailan tersebut dipilih dengan
pemikiran bahwa mereka akan secara tepat mewakili konstituen mereka, tetapi dalam kejadian di
mana thal ini tidak terjadi, pemerintah Amerika Serikat dibagi menjadi 3 cabang untuk mengawasi
penyelewengan. Ketiganya adalah eksekutif, legislatif dan yudikatif. Tidak ada satupun yang memiliki
kekuasaan absolut. Ketiga cabang pemerintahan tersebut dimaksudkan sebagai cara untuk
menghindari tirani mayoritas
Apa yang terjadi di Iran adalah contoh bahwa dunia benar-benar sedang mengarahkan diri pada

kesadaran kemerdekaan, ke arah demokrasi sesungguhnya. Apa yang bakal terjadi ke depan dalam 10
tahun mendatang, mungkin sulit ditebak karena implikasi dari demokrasi adalah kebebasan individu
yang dijamin, maka segala hal dapat terjadi.
Apakah demokrasi adalah melawan Tuhan atau teokrasi? Dari sudut pandang agama,
pergeseran menuju demokrasi pernah menjadi wacana panas yang menimbulkan berbagai keributan.

Demokrasilah yang telah membuat negara dan agama dipisahkan sehingga agama menjadi urusan
privat individu. Tetapi juga demokrasi telah menolong menyelamatkan kemanusiaan di mana ketika
agama mengambil alih tugas pemerintahan, berbagai bencana kemanusiaan seperti perang dan
penindasan atas nama Tuhan terjadi
Sejarah agama-agama dipenuhi dengan catatan-catatan berdarah dan mengerikan tentang politisasi
agama. Ketika para rohaniwan mulai memasuki area yang menurut Yesus “Berikanlah kepada kaisar
apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar”, maka mulailah terjadi degradasi kerohanian.
Kitab-kitab Perjanjian Lama mencatat bahwa Allah mengakui adanya permintaan rakyat
Israel untuk memiliki raja seperti bangsa-bangsa di sekitar mereka. Jika sebelumnya Musa sebagai
pemimpin mereka dan Musa sekaligus adalah nabi, kini umat Israel meminta seorang raja. Ketika
Allah memenuhi permintaan umat Israel untuk memiliki seorang raja, bibit demokrasi sudah mulai
muncul. Tetapi contoh proto-demokrasi itu telah menghasilkan perang saudara, perpecahan bangsa,
dan pembuangan ke Babilonia.
Suara mayoritas yang menyesatkan punya contoh dalam Perjanjian Lama, ketika Harun

harus dipaksa oleh sebagian besar umat Israel untuk membuat anak lembu mas. Masih ada beberapa
peristiwa lain di mana rakyat menuntut sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Tuhan.
Sedangkan pada jaman Yesus, Yesus ‘memimpin’ semacam gerakan yang mengedepankan
‘the masses’ sehingga kelihatan bahwa Yesus berpihak kepada orang sederhana, miskin, menderita
dan tersingkir dalam masyarakat. Ia menyuarakan hak orang banyak untuk diperlakukan sama oleh
aturan agama, dan mengambil kewenangan untuk mengkritisi kekuasaan religius masa itu. Yesus
berjalan searah dengan perkembangan peradaban manusia. Ia memulai pemikiran baru bagi masa itu
untuk memisahkan apa yang menjadi hak kaisar dan apa yang menjadi hak Allah (walaupun
seluruhnya jelas milik Allah)
Demokrasi mungkin tidak terhindarkan dalam perkembangan peradaban manusia. Tetapi
demokrasi tidak bisa serta merta menempatkan manusia independen dari Tuhan. Demokrasi memiliki
dasar dalam agama, dan tidak bertentangan dengan agama, sepanjang demokrasi memperbaiki
kualitas pemahaman dan tanggung jawab bahwa manusia adalah ciptaan Allah, semua manusia
diciptakan setara, semua manusia harus mempertanggung jawabkan hidupnya kepada Pencipta –
Allah semesta alam.

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA
Semenjak kemerdekaan 17 agustus 1945, Undang Undang Dasar 1945 memberikan penggambaran
bahwa Indonesia adalah negara demokrasi.Dalam mekanisme kepemimpinannya Presiden harus
bertanggung jawab kepada MPR dimana MPR adalah sebuah badan yang dipilih dari Rakyat.

Sehingga secara hirarki seharusnya rakyat adalah pemegang kepemimpinan negara melalui
mekanisme perwakilan yang dipilih dalam pemilu. Indonesia sempat mengalami masa demokrasi
singkat pada tahun 1956 ketika untuk pertama kalinya diselenggarakan pemilu bebas di indonesia,
sampai kemudian Presiden Soekarno menyatakan demokrasi terpimpin sebagai pilihan sistem
pemerintahan. Setelah mengalami masa Demokrasi Pancasila, sebuah demokrasi semu yang
diciptakan untuk melanggengkan kekuasaan Soeharto, Indonesia kembali masuk kedalam alam
demokrasi pada tahun 1998 ketika pemerintahan junta militer Soeharto tumbang. Pemilu demokratis
kedua bagi Indonesia terselenggara pada tahun 1999 yang menempatkan Partai Demokrasi IndonesiaPerjuangan sebagai pemenang Pemilu.

Tumbangnya Orde Baru pada tanggal 21 Mei 1998, adalah momentum pergantian kekuasaan yang
sangat revolusioner dan bersejarah di negara ini. Dan pada tanggal 5 Juli 2004, terjadilah sebuah
pergantian kekuasaan lewat Pemilu Presiden putaran pertama. Pemilu ini mewarnai sejarah baru
Indonesia, karena untuk pertama kali masyarakat memilih secara langsung presidennya. Sebagai
bangsa yang besar tentu kita harus banyak menggali makna dari sejarah.
Hari Kamis, 21 Mei 1998, dalam pidatonya di Istana Negara Presiden Soeharto akhirnya bersedia
mengundurkan diri atau lebih tepatnya dengan bahasa politis ia menyatakan “berhenti sebagai
presiden Indonesia”. Momentum lengser keprabon-nya Raja Indonesia yang telah bertahta selama 32
tahun ini tentu sangat mengejutkan berbagai pihak. Karena sehari sebelumnya ia sudah berniat akan
segera membentuk Kabinet Reformasi. Setelah melalui saat-saat yang menegangkan, akhirnya rezim
yang begitu kokoh dan mengakar ini berhasil ditumbangkan. Gerakan mahasiswa sekali lagi menjadi

kekuatan terpenting dalam proses perubahan ini. Sebuah perubahan yang telah memakan begitu
banyak korban, baik korban harta maupun nyawa. Kontan saja mahasiswa kala itu langsung bersoraksorai, menangis gembira, dan bersujud syukur atas keberhasilan perjuangannya menumbangkan rezim
Orde Baru.
Setelah tumbangnya Orde Baru tibalah detik-detik terbukanya pintu reformasi yang telah begitu lama
dinanti. Secercah harapan berbaur kecemasan mengawali dibukanya jendela demokrasi yang selama
tiga dasawarsa telah ditutup oleh pengapnya otoritarianisme Orde Baru. Momentum ini menjadi
penanda akan dimulainya transisi demokrasi yang diharapkan mampu menata kembali indahnya
taman Indonesia. Pada hari-hari selanjutnya kata “reformasi” meskipun tanpa ada kesepakatan tertulis
menjadi jargon utama yang menjiwai ruh para pejuang pro-demokrasi. Selang tiga tahun pasca
turunnya Soeharto dari tahun 1998 sampai 2000, telah terjadi tiga kali pergantian rezim yang
memunculkan nama-nama:Habibie, Gus Dur, dan Megawati sebagai presiden Republik Indonesia.
Dan duduknya ketiga presiden baru tersebut, juga diwarnai dengan perjuangan yang sengit dan tak
kalah revolusioner. Lagi-lagi untuk kesekian kalinya mahasiswa menjadi avant guard yang
Mendobrak perubahan tersebut.