Promosi Demokrasi Uni Eropa di Balkan Ba

DAFTAR ISI
Abstraksi

2

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.

Latar Belakang
Rumusan Masalah
Landasan Konseptual
Hipotesis
Kerangka Penulisan

3
4
4

5
5

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1.Demokrasi dan Demokratisasi
2.1.1 Demokrasi
2.1.2.Demokratisasi
2.2.Uni Eropa dan Promosi Demokrasi di Balkan
2.3.Situasi Internal Negara Balkan dan Progres Demokratisasinya

6
6
7
8
10

BAB 3 ANALISIS
3.1.Faktor Sulitnya Demokratisasi Di Balkan Barat

14


BAB 4 KESIMPULAN

16

Daftar Pustaka

17

1 | Page

Abstraksi
Demokratisasi di Eropa Timur merupakan salah satu cerita tersukses dalam sejarah
terkait isu demokrasi. Setelah dua puluh tahun sejak keruntuhan Uni Soviet dan Yugoslavia
bersama dengan ideologi komunismenya, banyak negara-negara pecahannya yang berada di
antara Eropa Barat dan Rusia kini bergabung ke dalam suatu organisasi regional terdepan di
dunia, yakni Uni Eropa. Negara-negara Eropa Timur yang berhasil terdemokratisasi dan
bergabung dengan Uni Eropa adalah Negara-negara Baltik dan Negara-negara Visegrad.
Namun lain ceritanya dengan Negara-negara Balkan di mana sampai saat ini hanya ada dua
negara yang berhasil terdemokratisasi dan bergabung dengan Uni Eropa, yaitu Bulgaria dan

Romania. Transisi dan transformasi ideologi di Negara-negara Balkan yang sulit dicapai ini
dipengaruhi oleh keadaan politik internalnya yang masih belum berubah dan masih penuh
dengan konflik internal baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun sosial. Walaupun begitu,
usaha Uni Eropa dalam melakukan promosi demokrasi dan demokratisasi di negara-negara
Eropa Timur masih terus dilakukan untuk memperluas pengaruhnya.
Keywords: demokrasi, demokratisasi, transisi dan transformasi ideologi, Negara-negara
Balkan, Uni Eropa, Eropa Timur.

2 | Page

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Uni Eropa pada awalnya merupakan suatu organisasi regional yang anggotanya

adalah negara-negara Eropa Barat. Namun seiring berjalannya waktu, perluasan Uni Eropa
tidak dapat dihindarkan dan mulai seperti kebutuhan Uni Eropa sendiri. Sejak akhir dekade
1990-an, Uni Eropa mulai bertujuan untuk mengembangkan Eropa yang lebih luas agar dapat

melebarkan pengaruhnya, terlebih sejak keruntuhan Uni Soviet dan Yugoslavia terjadi. Uni
Eropa berencana untuk menciptakan hubungan yang baik di bidang ekonomi, politik, dan
sosial dengan negara-negara tetangga barunya di Eropa Timur pasca keruntuhan dua negara
besar tersebut. Uni Eropa menyediakan dana dalam memperluas Eropanisasi atau ide-ide
Eropanya melalui nilai dan kebijakan-kebijakan yang dibuat yang ditujukan untuk negaranegara non-anggota. Salah satu cara Uni Eropa dalam memperluas Eropanisasinya itu adalah
dengan cara promosi demokrasi di negara-negara tetangganya melalui bantuan dana. Dalam
upaya perluasan Eropa, promosi demokrasi yang dilakukan Uni Eropa kepada negara-negara
tetangganya adalah isu yang cukup penting mengingat bahwa negara-negara Eropa Timur
adalah negara yang sebelumnya berada dalam pengaruh ideologi komunis yang besar.
Negara-negara pasca keruntuhan Uni Soviet dan Yugoslavia di Eropa Timur dapat
dibagi menjadi tiga, yaitu Negara-negara Baltik yang meliputi Estonia, Lithuania, dan Latvia;
Negara-negara Eropa Tengah atau yang disebut dengan Negara-negara Visegrad yang
meliputi Polandia, Rep. Ceko, Slovakia, Hongaria, dan Slovenia; serta Negara-negara Balkan
yang meliputi Albani, Bosnia-Herzegovina, Bulgaria, Croatia, Kosovo, Macedonia,
Montenegro, Rumania, dan Serbia.1 Upaya Uni Eropa dalam melakukan demokratisasi dan
Eropanisasi di Negara Baltik dan Negara Visegrad dapat dikatakan membuahkan hasil positif
dengan cukup cepat, karena semua negara tersebut mengubah ideologinya dari sosialis
menjadi demokratis pada akhir 1990-an dan awal 2000-an serta dapat menjadi anggota Uni
Eropa. Namun hal tersebut berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di Negara Balkan di
mana proses demokratisasi menjadi isu dan permasalahan yang problematis.


1 A. Bozoki, ‘Democratization in Central Europe’, Taiwan Journal of Democracy,
vol. 4, no. 2, 2008, p.2.

3 | Page

1.2.

Rumusan Masalah
Dari apa yang telah dijelaskan di atas, saya mengambil rumusan masalah yakni

“Bagaimana peran Uni Eropa dalam proses demokratisasi negara-negara Eropa Timur?” dan
“Mengapa demokratisasi di Negara-negara Balkan sulit tercapai?”
1.3.

Landasan Konseptual
1.3.1.

European Enlargement Policy2
Perluasan keanggotaan Uni Eropa tercantum dalam Pasal 49 Treaty of Europe-


an Union (TEU). Dalam praktiknya, perluasan ini didasarkan pada kriteria-kriteria yang
tercantum pada Copenhagen Criteria tahun 1993 yang salah satu poinnya adalah negara
yang mendaftar adalah negara yang benar-benar menjunjung nilai-nilai demokrasi.
Dalam memperluas keanggotaan, Uni Eropa menyebarluaskan nilai-nilai demokrasi
melalui cara-cara persuasif yakni dengan pemberian bantuan finansial dengan syarat
bahwa negara penerima bantuan merupakan negara demokratis.
1.3.2.

Demokrasi3
Menurut Robert Dahl, kondisi demokrasi secara umum dapat didefinisikan

sebagai semua rejim politik yang menjamin adanya partisipasi masyarakatnya, baik pria
maupun wanita dewasa untuk ikut serta dalam proses pembuatan kebijakan dan
diperbolehkan untuk tidak sependapat dan melawan kebijakan pemerintah. Dahl juga
menyatakan bahwa demokrasi haruslah diikuti dengan prinsip-prinsip kebebasan dan
kesetaraan hak bagi seluruh masyarakatnya. Demokrasi kontemporer juga haruslah
memperhatikan isu terhadap perlindungan lingkungan, hak kesehatan masyarakat,
bantuan untuk lansia dan penyandang cacat, hak untuk bekerja, dll.
1.3.3.


Governance (Pemerintahan)4
Konsep governance menurut Webster’s Third New International Dictionary

adalah tindakan atau proses memerintah untuk mengontrol dan memberikan arahan
2 European Union Committee, ‘The Future of EU Enlargement: Report’, House of
Lords, 6 Maret 2013,
,
diakses 28 Mei 2013.
3 E. Baracani, The European Union and Democracy Promotion: a Strategy of
Democratization in Framework of the Neighbourhood Policy, Florence, University of
Florence Press, 2005, pp. 3-4.
4 ____, ‘Understanding the Concept of Governance’, , diakses 29 Mei 2013.

4 | Page

otoritatif secara spesifik. Governance merupakan suatu ide atau gagasan yang lebih luas
daripada government. Dalam konsepsi governance terdapat interaksi antara institusi
formal dengan masyarakat sipil. Banyak tokoh yang berpendapat dan menggarisbawahi
bahwa ‘good government’ merupakan bagian integral dari ‘governance’, seperti menurut

John Healey dan Mark Robinson. Dalam buku putih European Governance, konsep
governance berarti peraturan, proses, dan tindakan yang mempengaruhi power mana
yang digunakan pada level Eropa. Uni Eropa berupaya untuk menggunakan prinsip good
governance dalam melaksanakan tanggung jawab globalnya demi tercapainya kefektivan
dan penguatan kekuatannya dalam institusi internasional. Dengan konsepsi governance
ini dapat menjelaskan bagaimana Uni Eropa menggunakan powernya kepada
masyarakatnya.5
1.4.

Hipotesis
Uni Eropa telah melakukan peran yang cukup signifikan dalam menyebarkan penga-

ruhnya melalui promosi demokrasi dan demokratisasi di Eropa Timur. Namun dengan adanya
gejolak politik yang menyebabkan ketidakstabilan politik di negara-negara Balkan
menyebabkan proses demokratisasi di negara-negara Balkan menjadi terhambat dan sulit
tercapai.
1.5.

Kerangka Penulisan
Dalam membuat penelitian ini dan menjawab rumusan masalah di atas, dalam bab dua


saya akan terlebih dahulu menjelaskan mengenai pengertian dan pemahaman dari konsepsi
demokrasi dan demokratisasi. Selanjutnya saya akan menjelaskan tentang upaya dan peran
yang dilakukan Uni Eropa dalam melakukan promosi demokrasi di Balkan serta
menggambarkan kondisi internal yang terjadi di Negara-negara Balkan di tahun 2000-an.
Lalu dalam bab tiga saya akan menganalisis mengapa promosi demokrasi Uni Eropa dan
demokratisasi di Negara-negara Balkan cukup sulit dilakukan dan dicapai. Dan di bab
terakhir saya akan menyimpulkan isi penelitian ini secara keseluruhan.

5 Commission of The European Communities, European Governance White Paper,
Brussel, 2001, pp. 5-8.

5 | Page

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.Demokrasi dan Demokratisasi
2.1.1.Demokrasi
Istilah demokrasi telah menjadi perdebatan panjang selama ratusan tahun peradaban
manusia. Hal tersebut dikarenakan istilah demokrasi selalu mengalami perubahan yang luar

biasa dalam makna, cakupan, dan kelembagaannya dari masa ke masa. Demokrasi
mempunyai makna yang berbeda bagi orang-orang di waktu dan tempat yang berbeda pula.
Contohnya adalah sekarang kita mengartikan bahwa demokrasi adalah adanya jaminan bagi
seluruh orang dewasa untuk memiliki hak suara dan seluruh warga negara demokrasi
memiliki hak-hak dasar dan kebebasan yang harus dipenuhi oleh negara. Namun satu abad
yang lalu, di negara-negara demokrasi seperti AS dan Eropa Barat, setengah warganya
bahkan tidak memperoleh hak suara dan hak-hak dasar lainnya, terutama wanita. Dan bahkan
pada tahun 500 SM, demokrasi hanya diimplementasikan dalam lingkup yang sangat kecil
dan dengan cakupan yang sangat sedikit, yakni city-state di Roma dan Athena.
Dewasa ini, demokrasi dapat diartikan sebagai suatu sistem pemerintahan dengan
empat elemen kunci, yaitu sistem politik di mana pemilihan anggota pemerintahan dilakukan
melalui pemilihan umum yang bebas dan adil, adanya partisipasi aktif masyarakat dalam
kehidupan berpolitik, perlindungan terhadap hak asasi manusia bagi semua warga negara, dan
aturan hukum yang berlaku sama bagi semua warga negara. 6 Menurut Robert A. Dahl,
demokrasi modern atau yang dapat disebut dengan polyarchy memiliki kriteria atau ciri-ciri
sebagai berikut:7
6 L. Diamond, ‘What is Democracy?’, stanford.edu (online), 21 Janjuari 2004,
, diakses 8 Juni
2013.
7 R. A. Dahl, The Past and The Future of Democracy, Siena, Centre for Study of

Political Change, 1999, pp.11-12.

6 | Page

1. Kontrol terhadap keputusan dan kebijakan yang dibuat pemerintah haruslah
berlandaskan pada keputusan masyarakat, di mana pemerintahan demokrasi haruslah
memakai sistem perwakilan masyarakat agar kepentingan masyarakat lah yang
diutamakan.
2. Adanya pemilihan umum yang bebas dan adil dalam memilih pemimpin negara serta
perwakilan rakyat dalam pemerintahan, di mana paksaan dalam proses pemilihan
adalah dilarang.
3. Rakyat memiliki hak untuk mengekspresikan aspirasinya terhadap kinerja pemerintah
tanpa rasa takut akan dikenakannya hukuman.
4. Rakyat memiliki hak untuk dapat memperoleh dan mengakses sumber informasi dari
manapun baik dari para ahli, media cetak, maupun media elektronik tanpa adanya
penghalangan dan pembatasan akses informasi sedikitpun oleh siapapun.
5. Untuk mencapai tujuan dan kepentingannya pun, rakyat dipersilakan dengan bebas
untuk dapat berorganisasi dan berasosiasi dalam partai politik atau kelompok
kepentingan.
Dari kriteria yang telah disebutkan di atas, Dahl meringkasnya ke dalam dua dimensi.
Dalam dimensi pertama, negara demokrasi haruslah mendukung adanya pemenuhan hak dan
kesempatan yang sama rata bagi seluruh rakyatnya. Contoh mudahnya adalah tiap warga
negara memiliki hak suara, dan tiap hak suara warga negaranya memiliki bobot suara yang
sama. Contoh lainnya dalam pemenuhan hak dan kesempatan bagi seluruh rakyat adalah
dengan memberikan hak untuk dapat dipilih dan memilih dalam pemilu, kebebasan
berekspresi, berdiskusi, berasosiasi untuk melakukan aksi politik, dan hak-hak dasar sebagai
manusia seperti yang tercantum dalam Universal Declaration on Human Rights. Hak dan
kesempatan yang dimiliki oleh rakyat ini bukan hanya sebatas omong kosong belaka, namun
haruslah dilindungi oleh hukum tertulis dan tertuang dalam undang-undang di setiap negara
demokrasi. Dimensi kedua menurut Dahl adalah adanya partisipasi nyata masyarakat dalam
kehidupan berpolitik. Dimensi ini sangat penting dalam sebuah negara yang demokrasi, di
mana setiap negara demokratis harus selalu memastikan bahwa masyarakatnya, atau
setidaknya beberapa di antara mereka, tetap terus melakukan partisipasi dalam kehidupan
berpolitik sebagai bagian dari hak dan kesempatan yang diberikan kepada mereka.8
2.1.2.Demokratisasi
8 R. A. Dahl, pp. 12-13.

7 | Page

Demokratisasi dapat dipahami dalam tiga hal. Pertama, demokratisasi bertujuan untuk
mengenalkan demokrasi di negara non-demokrasi. Kedua, demokratisasi dapat dipahami
sebagai pendalaman kualitas demokrasi di negara-negara yang baru saja mengalami
transformasi ideologi ke arah demokrasi. Dan yang ketiga, demokratisasi adalah bagaimana
suatu negara yang sudah lama menganut paham demokrasi dapat terus bertahan dalam paham
demokrasinya.9 Ketiga hal tersebut dapat disebut sebagai sustainable democratization atau
demokratisasi yang berkelanjutan, di mana demokrasi terus terbangun dan bertahan. Jika
demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat, maka demokratisasi adalah proses menuju hal
tersebut.
Demokratisasi dapat dilihat jika dalam suatu negara non-demokrasi sudah mulai
terkapitalisasi dan terindustrialisasi sistem ekonominya. 10 Sebelum menjadi masyarakat yang
teridustrialisasi, Eropa merupakan negara monarki absolut di mana rakyat tidak bisa
berpartisipasi sama sekali dalam dunia politik. Namun setelah terjadinya revolusi industri di
Inggris pada abad ke-17 di mana sektor ekonomi lebih terkomersialisasi dan kapitalisme
menjadi semakin maju, kelas menengah di Inggris mejadi lebih berkuasa hingga mampu
melawan kekuasaan monarki dan memaksa pemerintah bahwa harus ada perwakilan rakyat di
dalam pemerintahan. Dari sinilah mulai lahir apa yang disebut sebagai demokrasi. Kemudian
industrialisasi mulai menyebar di kawasan Eropa Barat dan mendemokratisasi sistem politik
negara-negara di sana.
Dalam satu abad terakhir, demokratisasi telah menjadi salah satu tren terpenting
dalam hubungan internasional. Aktor utama dalam hal ini adalah Eropa Barat dan Amerika
Serikat di mana negara-negara tersebut adalah negara awal yang menganut paham demokrasi
yang mengusung bahwa pemerintahan ada di tangan rakyat dan kebebasan adalah kuncinya.
Ekspansi demokrasi secara besar-besaran yang dibawa oleh AS dan Eropa Barat dengan
berbagai pendekatannya baik secara koersif maupun secara persuasif membuat abad ini
sebagai abad demokrasi. Di tahun 1900, tidak ada satupun negara yang melakukan pemilihan
umum multipartai, dan hanya terdapat 20 negara yang menganut demokrasi atau 12,4% dari
populasi dunia saat itu. Di tahun 1950, kekalahan Nazi dan paham totalitarianismenya
sekaligus kemenangan Eropa Barat dan AS membuat jumlah negara demokrasi meningkat. Di
pertengahan abad ini, terdapat 22 negara demokrasi baru sehingga jumlahnya meningkat
9 C. Welzel, Theories of Democratization,
, diakses 8 Juni 2013, p. 74.
10 T. Landman dan J. Foweraker, Citizenship Rights and Social Movement, Oxford,
Ofrord University Press, 1997, pp. 75-77.

8 | Page

menjadi 31% dari populasi dunia. Dengan semakin kuatnya pengaruh AS dan Eropa Barat
(Uni Eropa) di dunia, perluasan demokrasi ini semakin gencar dilakukan, terlebih ketika
kekuatan komunis jatuh dengan runtuhnya Uni Soviet di tahun 1990-an. Dewasa ini, terdapat
sekitar 140 negara demokrasi di dunia dengan total populasi 62,5% dari populasi dunia.11
2.2.Uni Eropa dan Promosi Demokrasi di Balkan
Dalam pertemuan Dewan Eropa di Kopenhagen pada Bulan Juni 1993 yang
membicarakan mengenai kriteria keanggotaan Uni Eropa, demokrasi merupakan hal pertama
yang ditekankan bagi setiap negara yang mengajukan diri untuk menjadi bagian dari Uni
Eropa. Penekanan oleh Uni Eropa ini merefleksikan bahwa demokrasi merupakan elemen inti
dari identitas politik Eropa dan merupakan karakteristik esensial bagi negara-negara yang
berkeinginan menjadi anggota Uni Eropa. Selain itu, calon negara anggota pun harus
menjamin pemenuhan hak asasi manusia, perlindungan terhadap minoritas, aturan hukum
yang berlaku sama bagi seluruh masyarakatnya, dan ekonomi nasional yang berbasis pada
pasar.
Negara-negara Balkan mempunyai mimpi yang sama untuk menjadi anggota Uni
Eropa karena alasan keuntungan ekonomi. Secara geografis, Balkan pun berada pada wilayah
tujuan perluasan Uni Eropa agar keanggotaannya dapat mencakup satu benua. Perluasan ini
akan membawa prestis diplomatik bagi Uni Eropa di mata internasional jika berhasil
dilakukan.12 Namun dengan kondisi ekonomi dan politik yang masih sangat memprihatinkan
bila disandingkan di level Eropa, tentunya akan sulit bagi Negara-negara Balkan untuk
menjadi anggota Uni Eropa. Walaupun begitu, Uni Eropa dalam dua dekade terakhir terus
melakukan promosi demokrasi di wilayah ini agar tujuan perluasan keanggotaannya tercapai.
Dalam usaha perluasan keanggotaan, Uni Eropa membagi Negara-negara Balkan
menjadi dua menurut kondisi ekonomi, keamanan, dan tingkat demokrasinya, yaitu Balkan
bagian Barat dan Eropa Tenggara. Balkan Barat beranggotakan Kroasia, Bosnia-Herzegovina,
Macedonia, Kosovo, Serbia, Montenegro, dan Albania. Sedangkan Eropa Tenggara
beranggotakan Bulgaria, Romania, Yunani, dan Turki. Negara Balkan Barat adalah negaranegara dengan tingkat keamanan dan kestabilan politik terendah di Eropa. Dewasa ini pun
masih banyak isu politik dan keamanan yang serius di Balkan Barat seperti rendahnya

11 E. Baracani, pp. 5-6.
12 C. Yenigun, EU’s Role on The Western Balkan Democratization, Istanbul,
Istanbul Kultur University, 2008, p. 106.

9 | Page

toleransi masyarakat, micro-nationalism xenophobia, budaya politik dan demokrasi yang
kurang maju, korupsi yang merajalela, kejahatan terorganisir, illegal traficking, dll.13
Sebagai salah satu bentuk usaha promosi demokrasinya, pada Mei 1999, Uni Eropa
meluncurkan The Stabilization and Association Process (SAP) untuk lima negara Balkan
Barat. SAP ini digunakan sebagai alat untuk menguatkan reformasi politik dan ekonomi
negara di wilayah Balkan Barat dalam usahanya menjadi anggota Uni Eropa. Sejak 1991, Uni
Eropa telah mengucurkan dana sebesar 7 milyar Euro untuk negara Balkan Barat, untuk
menciptakan kedamaian, stabilitas politik, dan kemakmuran ekonomi di kawasan. Di bawah
SAP, Uni Eropa membuat The Stabilization and Association Agreement (SAA) yang
bertujuan untuk menyediakan bantuan finansial dan teknis dalam melakukan perdagangan
dengan negara-negara Eropa Barat dan membiasakan mereka dengan sistem ekonomi Uni
Eropa di tingkat bilateral, regional, dan multilateral.
Pada Bulan Juni 2003, Uni Eropa mengadakan Thessaloniki Summit untuk
memperkuat kerjasama regional dan stabilisasi dengan negara Balkan Barat. Langkah lain
Uni Eropa dalam melakukan promosi demokrasinya di Balkan adalah dengan dibuatnya
Central European Free Trade Area (CEFTA) pada tahun 2007. CEFTA bertujuan untuk
membangun Balkan Regional Free Trade Area di seluruh kawasan Balkan. Di tahun yang
sama, Uni Eropa membuat Instrumen for The Pre-Accession Assistance (IPA) untuk
membangun bantuan yang terinstitusional melalui kerjasama lintas-batas negara. Uni Eropa
pun membuat Regional Cooperation Council (RCC) di Sofia pada tahun 2008 untuk
memperkuat kerjasama keamanan dan ekonomi di kawasan.14 Segala bentuk promosi
demokrasi yang dilakukan Uni Eropa di Balkan memang menguntungkan Negara-negara
Balkan, namun mereka juga menanggung kewajiban untuk segera memperbaiki kondisi
internalnya demi tercapainya stabilitas politik, praktik demokrasi, dan pemenuhan HAM bagi
seluruh masyaraknya di segala aspek.
2.3. Situasi Internal Negara Balkan Barat dan Progres Demokratisasinya
Kebutuhan Negara-negara Balkan Barat akan bantuan finansial yang diberikan oleh
Uni Eropa mempermudah Uni Eropa dalam melakukan promosi demokrasinya. Dapat
dikatakan bahwa demokratisasi tidak dapat diekspor oleh suatu pihak, namun dapat diimpor
oleh pihak yang membutuhkan, dalam hal ini Negara-negara Balkan Barat terhadap Uni
13 A. Bebler, ‘The Western Balkans and The International Community’,
Nationalities Papers: The Journal of Nationalism and Ethnicity, vol. 14, no. 1, 2008, p. 11.
14 E. Abazi, ‘Albania in Europe: Perspective and Challenges’, Nationalities Papers:
The Journal of Nationalism and Ethnicity, vol. 41, no. 3, 2008, pp. 239-242.

10 | P a g e

Eropa. Dengan semua usaha promosi demokrasi Uni Eropa, sedikit demi sedikit Negara
Balkan Barat mulai terdemokratisasi baik secara politik, sosial, maupun budayanya. 15 Saat ini
terdapat dua negara Balkan Barat yang telah menjadi kandidat kuat untuk menjadi anggota
Uni Eropa, yakni Kroasia dan Macedonia. Dua negara tersebut cenderung cepat dalam
melakukan demokratisasi negaranya, hal ini tentunya dibangun oleh kerjasama pemerintah
dan dukungan rakyatnya.
Kroasia merupakan negara pertama di Balkan Barat yang melakukan negosiasi
dengan Uni Eropa dan menandatangani SAA. Pada Juni 2004, Kroasia mendeklarasikan
dirinya sebagai calon anggota Uni Eropa. Negosiasi keanggotaan dengan Uni Eropa mulai
dilakukan sejak Oktober 2005. Negosiasi yang dilakukan kedua pihak berlangsung lama
untuk memastikan bahwa Kriteria Kopenhagen dipenuhi oleh Kroasia dengan bekerjasama
dengan International Criminal Court untuk memastikan pelanggaran kriminal dan
pelanggaran HAM memang minim terjadi. Selama proses negosiasi, Uni Eropa meminta
Kroasia untuk menyelesaikan beberapa isu terkait pemenuhan hak asasi manusia seperti
perlindungan terhadap minoritas etnis Serbia, pemenuhan hak-hak terhadap kaum minoritas,
dan penegakkan hukum terhadap siapapun yang melakukan diskriminasi etnis atau rasial.16
Albania menandatangani SAA pada tahun 2006, dan mulai melakukan berbagai cara
dalam meningkatkan demokrasi di negaranya serta memperbanyak kerjasama internasional.
Albania bekerjasama dengan Eropa dalam proses kemerdekaan Kosovo di tahun 2007-2008.
Tidak seperti negara tetangganya, Albania merupakan negara Balkan yang bebas dari konflik
internal. Albania memiliki lingkungan politik yang jauh lebih stabil bila dibandingkan dengan
negara-negara di Balkan Barat.17 Namun negara ini dinilai sangat rendah dalam penegakkan
rule of law-nya. Negara selanjutnya yang relatif cukup cepat dalam mendukung demokratisasi adalah Montenegro yang menandatangani SAA pada tahun 2007. Untuk memperkuat
administrasi publik dan kontrol terhadap pemerintah, Uni Eropa membangun Regional
School of Public Administration di Montenegro.

Tabel 1. Effective Democracy Index in Western Balkans18

15 C. Yenigun, p. 108.
16 B. Akgun, ‘Democratization and Minority Rights In Post-Communist Balkan
States’, Journal of International Affairs, vol. 6, no. 2, 2001, p. 124
17 C. Yenigun, p. 108
18 R. Balfour dan C. Stratulat, ‘the Democratic Transformation of The Balkans’,
European Policy Centre Issue Paper No. 66, November 2011, p. 6.

11 | P a g e

Rule of Law Index
.197
.328
.891
.084
.592
.576
.384

Albania
BiH
Kroasia
Kosovo
Macedonia
Montenegro
Serbia

Effective Democracy index
13.13
19.13
74.25
2.1
39.46
38.40
28.8

Di Bosnia Herzegovina terdapat situasi yang sui generis. Dayton Peace Agreement
yang seharusnya dapat menjamin perdamaian di sana, kenyataannya tidak dapat
menormalisasi kondisi internal negara tersebut yang dipenuhi dengan konflik internal,
terutama konflik etnis. Dalam melakukan perlakuan khususnya di Bosnia Herzegovina, Uni
Eropa pada tahun 2003 membuat EU Police Forces untuk mengamankan situasi dan kondisi
internal di sana. Ini merupakan misi pertama di bawah pengawasan European Security and
Defence Policy (ESDP).19 Hal ini membuahkan hasil di tahun berikutnya di mana pada tahun
2004, kondisi internal Bosnia Herzegovina mulai stabil dan menandatangani SAA pada tahun
2007.
Di Serbia, mayoritas pemuda di sana sangat ingin bergabung dalam keanggotaan Uni
Eropa. Hal ini didukung dengan pemilihan umum kepala pemerintahan yang dilakukan.
Pemerintahan Serbia juga berkeinginan untuk menjadi anggota Uni Eropa karena pertama
alasan ekonomi, dan kedua alasan politik. Dengan tujuan ini, Serbia mulai melakukan
negosiasi SAA dengan Uni Eropa pada Oktober 2005. Namun enam bulan kemudian
negosiasi dibatalkan karena kurangnya kerjasama antara kedua belah pihak dalam
penangkapan Ratco Mladic yang merupakan penjahat kemanusiaan di Yugoslavia dan
mengenai status Kosovo. Namun setelah penangkapan Mladic yang dilakukan Serbia, SAA
pun ditandatangani pada April 2008 sebagai janji Uni Eropa atas kerjasama yang telah
dilakukan. Serbia pun kemudian semakin berkeinginan untuk menjadi anggota Uni Eropa, hal
ini didukung dengan lebih memilih untuk melakukan jalur diplomatik terhadap kemerdekaan
Kosovo dibandingkan dengan berperang.20
Tabel 2. Parliamentary Elections Turnout in The Balkans21
2003

2005

2006

2007

2008

2009

2010

19 B. Akgun, p. 133.
20 S. L. Woodward, ‘Is Democracy Possible in Balkans? On Preconditions and
Condition in Bosnia, Kosovo, and Serbia’, National Council for Eurasian and European
Research, Juni 2007, City University of New York, p. 25.
21 R. Balfour dan C. Stratulat, p. 16.

12 | P a g e

Albania
BiH
Kroasia
Macedonia
Kosovo
Montenegro
Serbia

48.73

50.77
54.94

61.65

56.49
59.58

55.98

57.99
44.90

45.62

72.05

66.19
60.57

61.35

Dalam tabel tersebut dapat kita lihat bahwa demokrasi sudah mulai berjalan di Balkan
Barat dengan dilakukannya pemilihan umum anggota parlemen dengan Kroasia yang menjadi
negara pertama di Balkan yang melakukan sistem pemilu dalam memilih anggota
pemerintahannya. Sampai tahun 2010, tiap negara di Balkan Barat sudah melakukan pemilu
sebanyak dua kali dengan tingkat partisipasi masyarakatnya sudah mencapai di atas 50%,
kecuali di Kosovo dan pemilu pertama di Albania.

BAB 3
ANALISIS
3.1.Faktor Sulitnya Demokratisasi Di Balkan Barat
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam pembahasan di bab sebelumnya, usaha
promosi demokrasi Uni Eropa di Balkan Barat melalui cara yang persuasif sudah dilakukan
dengan cukup maksimal dengan berbagai bantuan dan kerjasama yang diberikan. Namun
dengan berbagai kriteria yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota Uni Eropa, dan dengan
kondisi internal baik dalam bidang politik maupun ekonomi Negara Balkan Barat yang
tergolong sangat lemah, membuat demokratisasi di sana berjalan lambat. Walaupun di sana
demokrasi sudah mulai berjalan, seperti telah dilakukannya pemilihan umum di mana adanya
partisipasi rakyat dalam kehidupan berpolitik seperti apa yang dikatakan Dahl di pembahasan
sebelumnya, namun tidak begitu saja Balkan sudah dapat dikatakan sebagai kawasan yang
13 | P a g e

demokratis. Dari analisis saya, ada beberapa faktor yang membuat proses demokrasi di sana
berjalan relatif lambat, yaitu:
a. Banyaknya konflik internal yang terjadi. Balkan merupakan kawasan yang dihuni
oleh banyak etnis, yakni etnis Macedon, Albanian, Serbs, Turks, Romans, Vlachs, dan
etnis minoritas lainnya. Dengan banyaknya etnis yang hidup secara bersamaan,
timbulnya konflik antara satu etnis dengan etnis yang lain pun tidak dapat dihindarkan. Hal ini membuat salah satu aspek demokrasi yaitu perlindungan dan pemenuhan
terhadap hak asasi manusia menjadi sulit tercapai.
b. Lemahnya penegakkan rule of law oleh pemerintah. Rule of law adalah salah satu
aspek terpenting dalam demokrasi. Kualitas pemerintahan suatu negara dapat dilihat
dari tegak atau tidaknya hukum yang berlaku di negara tersebut. Dengan lemahnya
rule of law, dapat dipastikan tingkat pemenuhan hak asasi masyarakatnya sangat
rendah, dan sebaliknya, tingkat kriminalitas seperti kejahatan yang terorganisir,
perdagangan

ilegal,

dan

korupsi

yang

merajalela,

serta

konflik

internal

antarmasyarakat akibat intoleransi dan kemiskinan akan menjadi sangat tinggi.
c. Sistem ekonomi yang tidak berbasis pada pasar. Liberalisme dan kapitalisme
merupakan unsur-unsur yang wajib dimiliki oleh setiap negara demokrasi. Negara
Balkan harus belajar dan beradaptasi dari awal dengan sistem ekonomi kapitalis
seperti ini, di mana kebebasan individu dalam melakukan kegiatan ekonomi sangat
ditekankan. Dengan kondisi ekonomi yang masih sangat rendah karena sistem
ekonomi sebelumnya yang tidak kapitalis, negara-negara Balkan membutuhkan waktu
yang lebih lama untuk disejajarkan dengan negara Eropa lainnya dan untuk diterima
menjadi anggota Uni Eropa.

14 | P a g e

BAB 4
KESIMPULAN
Dalam melaksanakan European Enlargement Policy seperti yang tercantum pada
pasal 49 Treaty of European Union (TEU), Uni Eropa melihat Eropa Timur, khususnya
Balkan, sebagai kawasan yang sangat penting untuk didekati dan diajak bekerjasama demi
tercapainya Uni Eropa yang lebih luas dan lebih kuat. Dalam melakukan pendekatan ini, Uni
Eropa melakukan promosi demokrasi melalui cara persuasif dengan berbagai bantuan yang
diberikan sebagai salah satu usaha perluasan Eropa dan sebagai usaha Eropa dalam
mewujudkan good governance. Upaya Uni Eropa dalam melakukan promosi demokrasi di
Balkan sudah dapat dikatakan sangat baik. Uni Eropa memberikan bantuan finansial maupun
teknis kepada Negara Balkan Barat dengan tujuan agar kondisi politik dan ekonominya dapat

15 | P a g e

stabil, dan di samping itu, agar Negara Balkan Barat dapat lebih demokratis dan pengaruh
Uni Eropa dapat menjadi semakin luas.
Namun promosi demokrasi yang dilakukan Uni Eropa di Balkan ini tidak berjalan
dengan mulus, demokratisasi di Balkan dapat dikatakan sangat lambat. Lambatnya proses
demokrasi di sana dikarenakan oleh tiga faktor, yaitu banyaknya konflik internal yang terjadi
di sana, terutama konflik antaretnis minoritas; lemahnya rule of law negara-negara Balkan
yang membuat pemenuhan hak asasi kepada masyarakatnya menjadi berkurang, padahal
pemenuhan HAM ini merupakan salah satu aspek demokrasi yang sangat signifikan; serta
sistem ekonomi yang tidak berbasis pada pasar yang menyebabkan kondisi ekonomi Negara
Balkan sangat lemah dan harus berupaya dan beradaptasi dengan cukup lama agar kondisi
ekonomi negaranya dapat stabil dan sejajar dengan negara Eropa lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku, Jurnal, dan Paper Terpublikasi 
Abazi, E. 2008. ‘Albania in Europe: Perspective and Challenges’, Nationalities Papers: The
Journal of Nationalism and Ethnicity, vol. 41, no. 3.
Akgun, B. 2001. ‘Democratization and Minority Rights In Post-Communist Balkan States’,
Journal of International Affairs, vol. 6, no. 2.
Balfour, R. Dan Stratulat, C. 2011. , ‘the Democratic Transformation of The Balkans’,
European Policy Centre Issue Paper No. 66.

16 | P a g e

Baracani, E. 2005. The European Union and Democracy Promotion: a Strategy of
Democratization in Framework of the Neighbourhood Policy, Florence, University of
Florence Press.
Bebler, A. 2008. ‘The Western Balkans and The International Community’, Nationalities
Papers: The Journal of Nationalism and Ethnicity, vol. 14, no. 1.
Bozoki, A. 2008. ‘Democratization in Central Europe’, Taiwan Journal of Democracy, vol. 4,
no. 2.
Commission of The European Communities. 2001. European Governance White Paper,
Brussel, European Commision.
Dahl, R. A. 1999. The Past and The Future of Democracy, Siena, Centre for Study of
Political Change.
Landman, T. Dan Foweraker, J. 1997. Citizenship Rights and Social Movement, Oxford,
Ofrord University Press.
Woodward, S. L. 2007. ‘Is Democracy Possible in Balkans? On Preconditions and Condition
in Bosnia, Kosovo, and Serbia’, National Council for Eurasian and European
Research, City University of New York.
Yenigun, C. 2008. EU’s Role on The Western Balkan Democratization, Istanbul, Istanbul
Kultur University.

Sumber Online 
____, ‘Understanding the Concept of Governance’, , diakses 29 Mei 2013.
C. Welzel, Theories of Democratization,
, diakses 8 Juni 2013, p. 74.
European Union Committee, ‘The Future of EU Enlargement: Report’, House of Lords, 6
Maret 2013,
,
diakses 28 Mei 2013.
L. Diamond, ‘What is Democracy?’, stanford.edu (online), 21 Janjuari 2004,
, diakses 8
Juni 2013.

17 | P a g e