Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif (17)

1

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)
untuk Meningkatkan Kemampuan Menentukan Unsur-Unsur
Paragraf Pada Siswa Kelas IV
SD Negeri 37 Pekanbaru
Aprilawati Siregar1, Hamizi2, Erlisnawati3

Abstract
Problem on this research was that students achievement the paragraph charateristic of
students at grade four of SDN 37 Pekanbaru was still low. Students who completed 2
students (5,12%) and did not completed 37 students (94,87%) wiht means score of 80.
This reseach has porpuse to increase the ability in determining paragraph charateristic
of students in grade four SDN 37 Pekanbaru. This research was held on October 22 nd
2012 to November 12nd 2012. From this reseach was obtained the ability to determine
paragraph charateristic this of students from daily examination I on siclus I, and daily
examination II on siclus II. For the first siclus, the average is 71,92 or incerasing as
much as 56,92% and for the second siclus the average is 80,64 or incerasing as much as
75,95%. Data analysis result, teacher activity from siclus I meeting in the first is 58,33%,
and for meeting second is 75% or incerasing as much as 16,67%. And for meeting
second is 75% , meeting first siclus II is 91,66% or facing increase as much as 16,66%.

Siclus II, meeting first is 91,66% and meeting second 95,83% or facing increase as
much 4,17%. Students activity of meeting first is 54,16% and meeting second is 75% or
increasing as much as 20,84%. Meeting first is 75% and meeting second is 87,5% or
increasing as much as 12,5%. Siclus I meeting first is 87,5% and meeting second is
91,66% of facing increase as much as 4,16%. In conclusion, the implemention of
cooperative type group investigation (GI) was able to improve students achievement to
determine paragraph charateristic of students grade four SDN 37 Pekanbaru.

Keywords : Cooperative Type Group Investigation. Paragraph

PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia adalah sebagai alat yang digunakan oleh lebih dari satu
orang untuk berkomunikasi. Bahasa pada dasarnya sudah menyatu dengan
kehidupan manusia. Aktivitas manusia sebagai anggota masyarakat sangat
bergantung pada penggunaan bahasa masyarakat setempat. Gagasan, ide, pikiran,
harapan dan keinginan disampaikan lewat bahasa
Menurut Hermandra (2008:1) Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang
paling penting di negara ini. Ini dapat dibuktikan dalam bunyi sumpah pemuda
dan pasal 36 bab XV dalam UUD 1945. Selain itu, ada beberapa faktor yang
menyebabkan bahasa Indonesia adalah bahasa utama dari bahasa lain karena

1. Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Riau, Nim 080513515I, e-mail
april.wati90@gmail.com
2. Dosen pembimbing I, Staf pengajar program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

081365611107
3. Dosen pembimbing II, Staf pengajar program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, e-mail
Erlis.uqi@gmail.com

2

bahasa Indonesia memiliki hal yang mendasari untuk menjadi bahasa yang
penting antara lain: jumlah penutur, luas penyebaran, dan peranan bahasa itu
sendiri.
Keterampilan berbahasa adalah salah satu unsur penting yang menentukan
kesuksesan mereka dalam berkomunikasi. Keterampilan berbahasa mencakup
empat aspek yaitu keterampilan membaca adalah keterampilan reseptif bahasa
tulis, keterampilan menyimak adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang
bersifat reseftif, keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi
berbicara, yaitu interaktif, semiaktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara
interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon

yang memungkinkan adanya pergantuan anatara berbicara dan mendengarkan, dan
juga memungkinkan kita meminta klarifikasi. Kemudian ada pula situasi berbicara
yang semiaktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum secara langsung.
Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap
pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi
wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan
bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi, dan
Keterampilan menulis adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam bidang
tulis menulis sehingga tenaga potensial dalam menulis. Keempat keterampilan ini
mempunyai hubungan yang erat dan sama pentingnya. Sebagai keterampilan
berbahasa, menentukan suatu kemampuan menentukan paragraf juga penting bagi
siswa. Pengajaran tentang paragraf di sekolah dasar tujuannya adalah agar siswa
mampu menentukan paragraf dari sebuah teks bacaan atau cerita.
Menurut Tarigan dkk (1997:5.34) paragraf merupakan seperangkat kalimat
yang berparagraf atau sekelompok kalimat yang secara bersama-sama
membicarakan hanya satu pikiran. Pargaraf dikatakan juga sebagai satuan
pengembengan terkecil dari suatu karangan. Sebagai satuan terkecil, paragraf
mengandung satu pikiran pokok. Pikiran pokok ini tercantum dalam sebuah
kalimat, namanya kalimat utama, kalimat ini diikuti oleh kalimat-kalimat
pendukungnya, yang disebut kalimat penjelas.

Dengan demikian, proses untuk memahami setiap materi pelajaran dari
sumber tertulis akan dapat diperoleh dengan cepat dan tepat oleh siswa. melalui
paragraf siswa akan mengetahui pikiran pokok atau letak kalimat utama dan
kalimat penjelas. Hasil mengamati yang peneliti lakukakan di kelas IV SD Negeri
37 Pekanbaru, terdapat berbagai hambatan dalam menentukan unsur-unsur
paragraf, antara lain:
1. masih banyak siswa yang kurang memahami cara menentukan unsurunsur paragraf,
2. siswa kurang mampu menentukan unsur-unsur paragraf, sehingga
terdapat pengulangan kalimat-kalimat yang sama, dan
3. siswa sulit untuk memahami letak-letak unsur-unsur paragraf.
Berikut adalah hasil pembelajaran siswa mata pelajaran bahasa Indonesia.
Dari 39 siswa yang bisa menentukan unsur-unsur paragraf hanya 2 orang (5,12%)
dan yang belum bisa ada 37 siswa (94,87%).
Penyebab munculnya masalah di atas adalah siswa kurang mampu
merangsang untuk terlibat aktif dan mengeluarkan ide-ide atau kemampuan

3

berpikir dalam proses pembelajaran. Karena setiap semua dalam satu kelas tidak
mempunyai kemampuan yang sama dan kecepatan yang sama, karena itu

diperlakukan secara bersama pula. Pada dasarnya, setiap siswa berbeda satu sama
lain, baik dalam hal kemampuan maupun belajarnya. Kondisi seperti inilah yang
menyebabkan adanya perbedaan kebutuhan pada setiap anak. Upaya untuk
meningkatkan kemampuan anak, dan sikap menghargai perbedaan individu adalah
pembelajaran koperatif.
Eggen & Kauchak (dalam Maimunah, 2005: 21) mengemukakan Group
investigation adalah strategi belajar kooperatif yeng menempatkan siswa ke dalam
kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Dari pernyataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa metode GI mempunyai fokus utama untuk
melakukan investigasi terhadap suatu topik atau objek khusus. Langkah-langkah
GI adalah memilih topic, perencanaan kooperatif, implementasi, analisis dan
sintesis, persentasi hasil final, dan evaluasi. Adapun kelebihan GI menurut
Santoso (2009)
adalah pembelajaran dengan kooperatif model Group
Investigation memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa,
penerapan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation
mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa,
pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan
berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, model
pembelajaran group investigation melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang

baik dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya.
Dengan demikian pembelajaran kooperatif tipe GI diharapakan dapat
meningkatkan kemampuan menentukan unsur-unsu paragraf siswa, sehingga
materi bisa dikuasai dengan baik. Apakah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat meningkatkan kemampuan
menentukan unsut-unsur paragraf siswa kelas IV SD Negeri 37 Pekanbaru?. Dan
tujuan penelitian ini “Untuk meningkatkan kemampuan menentukan unsut-unsur
paragraf siswa kelas IV SD Negeri 37 Pekanbaru dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)”.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN 37 Pekanbaru. Waktu
pelaksanaan penelitian pada semester ganjil bulan Oktober 2012. Sebagai subjek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 37 Pekanbaru, yang berjumlah 39
orang yang terdiri dari 21 laki-laki dan 18 orang perempuan. Desain penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus, setiap siklus
terdiri dari 4 kali pertemuan.
Pengumpulan data dalam penelitian ini diambil dari data siswa dan guru,
adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yang
pertama observasi, ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana aktivitas guru dan
siswa dalam proses pembelajaran, instrument yang digunakan berupa lembar

observasi aktivitas guru dan siswa. Teknik yang kedua adalah teknik tes, tes
yang diberikan kepada siswa berupa tes tertulis berupa teks bacaan pada UH I
dan UH II, ini dilakukan untuk mengetahui dan mendapatkan hasil kemampuan

4

dari siswa. Teknik yang ketiga adalah dokumentasi, digunakan sebagai bukti dan
pendukung dalam penelitian berupa foto-foto kegiatan dalam pembelajaran.
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan dari siswa setelah menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe GI, penulis melakukan analisa data dengan
menggunakan
1. Aktivitas Guru dan Siswa
Aktivitas guru dan siswa dapat diukur dari lembar observasi guru dan
siswa dan data diolah dengan rumus :
��
NR=
� 100 %
��

NR= Persentase rata-rata aktivitas guru/siswa

JS = Jumlah skor aktivitas yang dilakukan
SM= Skor dari aktivitas guru/siswa
Tabel 3.1
Interval dan kategori aktivitas Guru dan siswa
Kategori
Interval (%)
81-100
70-80
51-60
< 50

Amat baik
Baik
Cukup
Kurang baik

Sumber Purwanto (Syahrilfuddin, dkk, 2011: 82)
2. Ketuntasan Individu
Ketuntasan belajar siswa secara individu dalam kemampuan menetukan
unsur-unsur paragraf, dikatakan tuntas apabila mencapai KKM yang telah

ditentukan yaitu 80. Sedangkan siswa yang dikatakan tidak tuntas apabila
dibawah dari nilai KKM.
R
S = × 100
N
Keterangan:
S
R
N

: Nilai individu
: Jumlah skor dari item soal yang dijawab benar
: Skor maximum dari test tersebut

3. Ketuntasan klasikal
Ketuntasan belajar siswa secara klasikal dalam kemampuan mentukan
unsur-unsur paragraf apabila suatu kelas itu dikatakan tuntas apabila ≤85 %
dari seluruh siswa memahami materi yang telah dipelajari. Menurut
Depdikbud dalam Trianto (2009:241) ketuntasan belajar dihitung dengan
rumus:


5

Ketuntasan Klasikal =

jumlah siswa yang tuntas
× 100%
jumlah seluruh sisiwa

Tabel 3.2
Ketuntasan Individu
% interval
85 – 100
70 – 84
50 – 69
0 –49

Kategori
Amat baik
Baik

Cukup
Kurang

4. Peningkatan Hasil Kemampuan Menentukan Unsur-unsur Paragraf
Untuk mengetahui peningkatan hasil kemampuan menentukan unsur-unsur
paragraf digunakan rumus:
P=

Posrate − Baserate
x 100%
Baserate

Keterangan :
P
= Persentase peningkatan
Posrate
= Nilai sesudah diberikan tindakan
Baserate
= Nilai sebelum tindakan. (Aqib, 2011: 53).
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 kali
pertemuan, Setiap pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran dengan waktu
2 x 35 menit. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe GI dan didukung oleh lembaran kerja siswa (LKS). Dan pada
setiap akhir siklus I dan II diadakan ulangan harian (UH), yang hasilnya dipakai
sebagai landasan untuk melakukan siklus berikutnya.
Pada siklus I perangkat pembelajaran yang dipersiapkan adalah silabus,
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebanyak dua rangkap untuk 2 kali
pertemuan. Lembar kerja siswa (LKS), lembar soal evaluasi dan lembar observasi
aktivitas guru dan siswa.
Pelaksanaan Tindakan Siklus I
a.Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal 22 oktober 2012
penyajian materi yaitu teks bacaan. Dengan RPP 1 model pembelajaran kooperatif
tipe GI dan lembar kerja siswa.
kegiatan pembelajaran diawali dengan appersepsi dan guru bertanya kepada
siswa “ apakah kalian tahu pokok pikiran itu apa?”. Selanjutnya guru
menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Kemudian
guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe GI. Selama

6

pembelajaran berlangsung observer mengisi lembar pengamatan aktivitas guru
dan siswa dalam penerapan model pembelajaran koopertif tipe GI. Lembar
observasi guru dan lembar observasi siswa.
Setelah kegiatan awal selesai, dilanjutkan dengan melaksanakan
pembelajaran selanjutnya adalah guru menjelaskan materi pembelajaran,
kemudian guru meminta siswa memilih topik, kemudian siswa yang sama
topiknya digabungkan menjadi satu kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa
dan siswa diminta untuk mempelajarinya dan mendiskusikan topik yang mereka
pilih dengan panduan LKS dan bimbingan guru.
Setelah diskusi kelompok dilakukan, guru meminta kepada masing-masing
kelompok untuk mengutus salah satu anggotanya untuk membacakan hasil
diskusinya di depan kelas dan kelompok yang lain memperhatikan dan
memberikan tanggapan kepada kelompok yang sedang mempersentasikan hasil
diskusi dari kelompok mereka. Setelah kelompok selesai mempersentasikan hasil
diskusi mereka, masing-masing kelompok kembali kelompoknya. Selanjutnya
guru memberikan soal evaluasi. Setelah itu guru membantu siswa untuk
menyimpulkan pelajaran. Kemuadian guru mangadakan tindak lanjut.
b. Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari senin tanggal 29 Oktober 2012
Penyajian materi yaitu teks bacaan dengan RPP 2 model pebelajaran kooperatif
tipe GI dan lembar kerja siswa.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan appersepsi dan guru bertanya kepada
siswa “ apakah kalian tahu kalimat penjelas itu apa?”. Selanjutnya guru
menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Kemudian
guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe GI. Selama
pembelajaran berlangsung observer mengisi lembar pengamatan aktivitas guru
dan siswa dalam penerapan model pembelajaran koopertif tipe GI. Lembar
observasi siswa dan lembar observasi guru.
Setelah kegiatan awal selesai, dilanjutkan dengan melaksanakan
pembelajaran selanjutnya adalah guru menjelaskan materi pembelajaran,
kemudian guru meminta siswa memilih topik, kemudian siswa yang sama
topiknya digabungkan menjadi satu kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa
dan siswa diminta untuk mempelajarinya dan mendiskusikan topik yang mereka
pilih dengan panduan LKS dan bimbingan guru.
Setelah diskusi kelompok dilakukan, guru meminta kepada masing-masing
kelompok untuk mengutus salah satu anggotanya untuk membacakan hasil
diskusinya di depan kelas dan kelompok yang lain memperhatikan dan
memberikan tanggapan kepada kelompok yang sedang mempersentasikan hasil
diskusi dari kelompok mereka. Setelah kelompok selesai mempersentasikan hasil
diskusi mereka, masing-masing kelompok kembali kelompoknya. Selanjutnya
guru memberikan soal evaluasi. Setelah itu guru membantu siswa untuk
menyimpulkan pelajaran. Kemuadian guru mangadakan tindak lanjut.
c. Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari jumat tanggal 2 November 2012
selama 2 jam pelajaran pada pertemuan ini diadakan ulangan harian I, dengan
jumlah soal 20 butir soal objektif.

7

Refleksi Siklus I
1. Pada siklus ini penguasaan kelas masih kurang sehingga kelas menjadi
ribut
2. Pada siklus ini penguasaan materi masih kurang, dimana guru kurang
menguasai materi pelajaran yang diajarkan
3. Guru kurang melakukan pendekatan kepada siswa selama dalam proses
KBM, sehingga masih ada beberapa siswa yang tidak peduli terhadap
kegiatan didalam kelas, sehingga kegiatan siswa didalam kelompok
menjadi pasif, tidak mau bertanya dan lebih banyak diam.
Tindakan siklus II
Pada siklus II perangkat pembelajaran yang dipersiapkan adalah silabus,
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebanyak dua rangkap untuk 2 kali
pertemuan. Lembar kerja siswa (LKS), lembar soal evaluasi dan lembar observasi
aktivitas guru dan siswa.
Pelaksanaan Tindakan Siklus II
a. Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal 5 November 2012.
Penyajian materi yaitu teks bacaan. Dengan RPP 3 model pembelajaran kooperatif
tipe GI dan lembar kerja siswa.
Kegiatan pembelajarn diawali dengan appersepsi dan guru bertanya kepada
siswa “ apakah kalian tahu pokok pikiran dan kalimat penjelas itu apa?”.
Selanjutnya guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Kemudian guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran kooperatif
tipe GI. Selama pembelajaran berlangsung observer mengisi lembar pengamatan
aktivitas guru dan siswa dalam penerapan model pembelajaran koopertif tipe GI.
Lembar observasi siswa dan lembar observasi guru.
Setelah kegiatan awal selesai, dilanjutkan dengan melaksanakan
pembelajaran selanjutnya adalah guru menjelaskan materi pembelajaran,
kemudian guru meminta siswa memilih topik, kemudian siswa yang sama
topiknya digabungkan menjadi satu kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa
dan siswa diminta untuk mempelajarinya dan mendiskusikan topik yang mereka
pilih dengan panduan LKS dan bimbingan guru.
Setelah diskusi kelompok dilakukan, guru meminta kepada masing-masing
kelompok untuk mengutus salah satu anggotanya untuk membacakan hasil
diskusinya di depan kelas dan kelompok yang lain memperhatikan dan
memberikan tanggapan kepada kelompok yang sedang mempersentasikan hasil
diskusi dari kelompok mereka. Setelah kelompok selesai mempersentasikan hasil
diskusi mereka, masing-masing kelompok kembali kelompoknya. Selanjutnya
guru memberikan soal evaluasi. Setelah itu guru membantu siswa untuk
menyimpulkan pelajaran. Kemuadian guru mangadakan tindak lanjut.
b. Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat 9 November 2012 penyajian
materi yaitu teks bacaan dengan RPP 4 model pebelajaran kooperatif tipe GI dan
lembar kerja siswa.

8

Kegiatan pembelajaran diawali dengan appersepsi dan guru bertanya kepada
siswa “ apakah kalian tahu pokok pikiran dan kalimat penjelas itu apa?”.
Selanjutnya guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Kemudian guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran kooperatif
tipe GI. Selama pembelajaran berlangsung observer mengisi lembar pengamatan
aktivitas guru dan siswa dalam penerapan model pembelajaran koopertif tipe GI.
Lembar observasi siswa dan lembar observasi guru.
Setelah kegiatan awal selesai, dilanjutkan dengan melaksanakan
pembelajaran selanjutnya adalah guru menjelaskan materi pembelajaran,
kemudian guru meminta siswa memilih topik, kemudian siswa yang sama
topiknya digabungkan menjadi satu kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa
dan siswa diminta untuk mempelajarinya dan mendiskusikan topik yang mereka
pilih dengan panduan LKS dan bimbingan guru.
Setelah diskusi kelompok dilakukan, guru meminta kepada masing-masing
kelompok untuk mengutus salah satu anggotanya untuk membacakan hasil
diskusinya di depan kelas dan kelompok yang lain memperhatikan dan
memberikan tanggapan kepada kelompok yang sedang mempersentasikan hasil
diskusi dari kelompok mereka. Setelah kelompok selesai mempersentasikan hasil
diskusi mereka, masing-masing kelompok kembali kelompoknya. Selanjutnya
guru memberikan soal evaluasi. Setelah itu guru membantu siswa untuk
menyimpulkan pelajaran. Kemuadian guru mangadakan tindak lanjut
c. Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 12 November 2012 selama 2
jam pelajaran (2 x 35 menit) pada pertemuan ini diadakan ulangan harian II,
dengan jumlah soal 20 butir objektif.
Refleksi Siklus II
Pada siklus II, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan lebih baik
dari siklus I. Siswa sudah mengerti dan terbiasa dengan pembelajaran Kooperetif
Tipe GI sehingga tidak terlalu sulit mnegarahkan siswa untuk melaksanakan
setiap tahapan yang akan dilaksanakan. Siswa sudah terbiasa berdiskusi dalam
kelompok dan dapat mempertanggungjawabkan materi yang diberikan menurut
tugas masing-masing kelompok sehingga dapat meningkatkan kemampuan
menentukan unsur-unsur paragraf siswa.
Dengan demikian pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan model
pembelajaran Kooperatif Tipe GI dapat meningkatkan kemampuan menetukan
unsur-unsur paragraf. Peneliti tidak mengalami kesulitan dalam memberikan
bimbingan lagi karena sudah terbiasa dengan pembelajaran kooperatif tipe GI.

Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran GI
Data hasil observasi siklus I dan siklus II tentang aktivitas guru, pada siklus
I dan pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini:

9

Siklus
I
II

Tabel 3
Persentase Peninkatan Aktivitas Guru
Pertemuan
Persentase Aktivity
Kategori
1
58,33%
Cukup
2
75%
Baik
1
91,66%
Baik sekali
2
95,83%
Baik Sekali

Tabel 3 di atas Dapat diketahui bahwa persentase aktivita guru pada
penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe GI pada siklus I pertemuan 1
persentase sebesar 58,33% kategori cukup, pada pertemuan pertama guru masih
kurang memahami keseluruhan penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe GI,
meningkat pada pertemuan ke-2 menjadi persentase sebesar 75% kategori baik,
pada pertemuan kedua guru mulai mengerti tentang pelaksanaan pembelajaran
kooperatif tipe GI.
Peresentase aktivity guru pada penerapan model pembelajaran Kooperatif
Tipe GI pada siklus II pertemuan 1 persentase sebesar 91,66% dengan kategori
baik sekali, pada pertemuan pertama guru sudah memahami penerapan model
pembelajaran Kooperatif Tipe GI. Meningkat pada pertemuan ke-2 dengan
persentase sebesar 95,83% dengan kategori baik sekali, pada pertemuan kedua
semakin meningkat karena guru sudah menguasai dan memahami penerapan
model pembelajaran koperatif tipe GI
Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran GI
Data hasil observasi tentang aktivitas belajar siswa pada siklus 1 dan siklus
II dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini:
Tabel 4
Persentase Peningkatan Aktivitas Siswa
Siklus
Pertemuan
Persentase Aktivity
Kategori
1
54,16%
Cukup
I
2
75%
Baik
1
87,5%
Baik sekali
II
2
91,66%
Baik Sekali
Berdasarkan tabel 4 di atas dapat Dapat diketahui bahwa persentase
aktivitas siswa kelas IV SDN 37 Pekanbaru selama proses penerapan model
pembelajaran Kooperatif Tipe GI pada siklus I pertemuan 1 sebesar 54,16%
kategori cukup, pada pertemuan 1 dari aspek yang diamati persentasenya rendah
karena masih banyak siswa yang belum mengerti tentang pelaksanan
pembelajaran kooperatif tipe GI.
Pada pertemuan ke-2 meningkat sebesar 75% kategori baik , karena siswa
sudah mulai bertanggung jawab terhadap materi yang diterima dan cukup baik
dalam menjelaskan materi.
Pada siklus II pertemuan 1 sebesar 87,5% kategori baik sekali, karena pada
saat pelaksanaan diskusi, terlihat siswa sudah mau bekerja sama dengan teman
satu kelompoknya dan bertnggung jawab terhadap tugas masing-masing yang

10

telah diberikan kepada mereka. Pada pertemuan ke-2 dengan sebesar 91,66%
kategori baik sekali, karena siswa sudah menguasai semua aspek dari
pembelajaran kooperatif tipe GI.
Hasil Kemampuan Menentukan Unsur-unsur Paragraf
Ketuntasan belajar siswa pada skor dasar, ulangan harian I dan ulangan
harian II dilihat pada tabel 5 di bawah ini:
Tabel 5
Kemampuan Menentukan Unsur-unsur Paragraf
Skor Dasar, Ulangan Siklus I dan Ulangan Siklus II
Pertemuan
Jumlah siswa
Rata-rata
Skor Dasar
39
45,83
Siklus I
39
71,92
Siklus II
39
80,64
Berdasarkan tabel 5 di atas dapat kemampuan menentukan unsur-unsur
paragraf mengalami peningkatan mulai dari skor dasar, ulangan harian I dan
ulangan harian II. Peningkatan kemampuan menentukan unsur-unsur paragraf
mengalami peningkatan mulai dari skor dasar, ulangan harian I dan ulangan
harian II. Hal ini terlihat jelas nilai rata-rata skor dasar sebesar 45,83 meningkat
menjadi 71,92 pada siklus I atau meningkat sebesar 56,92%. Dari skor dasar kesiklus II dari nilai rata-rata 45,83 meningkat menjadi 80,64 atau meningkat
sebesar 75,95%. Peningkatan rata-rata hasil kemampuan menentukan unsur-unsur
paragraf ini karena dalam pembelajaran kooperati tipe GI sebagian besar aktivitas
pemabelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi serta berdiskusi
untuk menyelidiki sebuah topik. Dimana pembelajaran kooperatif tipe GI
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada siswa
untuk memilih topik yang akan mereka selidiki sendiri kemudian berdiskusi
dalam sebuah kelompok dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau
minat yang sama dalam topik tertentu. Tipe ini dikembangkan oleh (Trianto,
2009: 78) Dalam implementasi tipe GI kelompok guru membagi kelas menjadi
kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok disini
dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat
yang sama dalam topik tertentu. Peningkatan hasil kemampuan menentukan
unsur-unsur paragraf ini juga ditunjang oleh penngkatan aktivitas guru dan siswa,
dimana aktivitas guru dan siswa telah sesuai dengan langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe GI. Model pembelajaran ini juga dapat
meningkatkan aktivitas guru dan siswa karena adanya saling bantu dan kerja
sama. Model pembelajaran kooperatif tipe GI dipandang efektif dan efesien untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran karena pembelajaran kooperatif tipe GI dapat

11

membentu siswa untuk saling berinteraksi denga teman, belajar bertanggung
jawab terhadap tugas yang dibebankan, berpikir kritis dan menngkatkan aktivitas
belajar akan menghasilkan belajar yang baik.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dapat membuat siswa
menjadi lebh aktif berdiskusi dalam menyelesaikan LKS, tidak ada lagi siswa
yang main-main atau tidak ikut mengerjakan tugas kelompoknya, para siswa
sudah memilih topik yang akan mereka selidiki sendiri, telah meningkatkan
tanggung jawab siswa terhadap diri pribadi satu kelompoknya. Dengan demikian
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan tanggung jawab terhadap tugas yang
mereka terima. Sehngga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe GI dapat meningkatkan kemampuan menentukan unsur-unsur
paragraf siwa hal itu terjadi karena siswa telah memahami model pembelajaran
kooperatif tipe GI yang dicirikan siswa memilih topik sendiri, siswa bertanggung
jawab untuk mempersentasikan hasil diskusinya terlebih dahulu, siswa harus
berdiskusi mengerjkan LKS. Supaya siswa dapat mempelajari, mendalami,
memahami materi yang menjadi tugas akhr diskusi kelompok mereka. Menurut
(Budimansyah, 2007: 7) Berdasarkan pandangan konstruktivistik, proses
pembelajaran dengan model Group Investigation memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam proses
pembelajaran mulai dari perencanaan sampai cara mempelajari suatu topik
melalui investigasi. Democratic teaching adalah proses pembelajaran yang
dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan,
menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan
keberagaman peserta didik.Dari sini sudah terlihat bahwa siswa dituntut untuk
menguasai materi secara mendalam sehingga penerapan model pembelajaran
koopertif tipe GI sangat berperan dalam meningkatkan kemampuan menentukan
unsur-unsur paragraf siswa kelas IV SDN 37 Pekanbaru.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh
simpulan dan saran sebagai berikut:
Simpulan
Berdasarkan analisis data hasil penelitian yang diuraikan pada bab IV dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dapat
meningkatkan kemampuan menentukan unsur-unsur paragraf siswa kelas IV SDN
37 Pekanbaru. Hal ini dapat dilihat dari data berikut:
1. hasil kemampuan menentukan unsur-unsur paragraf secara klasikal sebelum
tindakan (data awal) memperoleh nilai rata-rata 45,83. Rata-rata nilai
ulangan harian siklus I sebesar 71,92, atau meningkat sebesar 56,92%. Ratarata nilai ulangan harian siklus II sebesar 80,64, atau meningkat sebesar
75,95% dari data awal,
2. persentase aktivitas guru dalam proses pembelajaran pada siklus I
pertemuan pertama persentase aktivitas guru sebesar 58,33% dan pada
pertemuan kedua meningkat menjadi 75%. Pada siklus II pertemuan
pertama persentase aktivitas guru sebesar 91,66% dan pada pertemuan
kedua meningkat menjadi 95,83%, dan

12

3. persentase aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada siklus I
pertemuan pertama persentase aktivitas siswa sebesar 54,16% dan pada
pertemuan kedua meningkat menjadi 75%. Pada siklus II pertemuan
pertama persentase aktivitas siswa sebesar 87,5% dan pada pertemuan
kedua meningkat menjadi 91,66%.
Saran
Melalui penulisan skripsi ini, peneliti mengajukan saran yang berhubungan
dengan penerapan Model Pembelajaran Koopertif Tipe GI yaitu:
1. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI harus didukung
oleh pengelolaan kelas yang baik agar pembelajaran sessuai dengan yang
diharapkan.
2. Sebaiknya guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI dalam
proses pembelajaran bahasa Indonesia, dan penerapan pembelajaran model
kooperatif ini juga dapat dijadikan masukan bagi kepala sekolah untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia, perbandingan untuk
perbaikan pembelajaran bahasa Indonesia dan sebagai bukti bagi sekolah
untuk mengingkatkan kualitas guru.
3. Penerapan model pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajaran
memerlukan banyak waktu, oleh karena itu guru yang menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe GI dalam proses pembelajaran dapat
memperhitungkan dengan cermat waktu yang dibutuhkan dalam pengajaran
suatu materi, agar sesuai dengan tujuan penerapan kooperatif itu sendiri
yaitu, menumbuhkan kemampuan berpikir dan bekerja sama.
UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak , maka pada kesempatan ini penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih:
1. Dr. H.M Nur Mustafa, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Riau.
2. Drs. Zariul Antosa, M.Sn selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
3. Drs. Lazim, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau.
4. Drs. Hamazi S.Pd selaku dosen pebimbing I yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, masukan dan
mengarahkan penulis sehinngga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Erlisnawati. M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan sehingga skripsi ini
selesai.
6. Bapak / Ibu Dosen Program Studi PGSD FKIP UR yang memberikan
bekal ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti perkuliahan.
7. Kepala Sekolah beserta stafnya SDN 37 Pekambaru yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

13

8.

Kedua Orangtua yang tercinta, yang telah berjuang dan berkorban untuk
membesarkan, mendidik dan tidak lupa mendoakan sehingga akhirnya
penulis dapat menyelesaikan studi di UR Pekanbaru.
9. Abang, kakak dan adikku yang senantiasa memberikan dukungan kepada
penulis.
10. Semua rekan-rekan seperjuangan mahasiswa PGSD angkatan 2008 FKIP
UR.
11. Semua pihak yang telah terlibat dalam membantu menyelesaikan
penyusunan skripsi ini
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal, dkk.2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:Utama Media
Arikunto, Dkk.2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara
Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional
Budimansyah. 2004. Belajar Kooperatif Model Penyelidikan Kelompok dalam
Pembelajaran
Membaca
Pemahaman
untuk
Meningkatkan
Keterampilan Membaca Siswa Kelas V SD. Tesis tidak diterbitkan.
Malang: Program studi pendidikan Bahasa dan Sastra SD, Pascasarjana
Universitas Negeri Malang. Mulyasa. 2010. Praktek Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
Hermandra. 2008. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, Pekanbaru: Cendikia
Insani Pekanbaru.
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas
Negeri Surabaya.
Siska, Fitria. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 025 Bukit Raya
Pekanbaru: Tidak Diterbitkan.
Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset Praktis. Jakarta: Nusa
Media.
http://www.Alanhendrawan.com/2012/01/menentukan-unsur-unsur-paragrafide.html, 12 September 2012
http://www.Budisantoso.com/ 2009. Model-Pembelajaran-Group-Investigationide.html, 15 September 2012
Maimunah. 2005. Pembelajaran Volume Bola dengan Belajar Kooperatif Model
GI pada Siswa Kelas X SMA Laboratorium UM. tidak diterbitkan.
Malang: Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Suprijono Agus. 2009. Cooperative Learning. Surabaya : Pustaka Pelajar.
Syarillfudin, dkk. 2011. Bahan Ajar Penelitian Tindakan Kelas. Pekanbaru:PGSD
Tarigan Djago dkk. 1997. Kependidikan Keterampilan Berbahasa . Jakarta:
Universitas Terbuka
Trianto.
2007.
Model--Model
Pembelajaran
Inovatif
Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Prestasi Pustaka.