PERMASALAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DIDUN - Limbah Popok Bayi Picu Ikan Sungai Brantas Punah dan Jadi Banci

Limbah Popok Bayi Picu Ikan Sungai Brantas Punah dan Jadi Banci

Para aktivis pecinta
sungai dari Lembaga Kajian Ecoton yang tergabung dalam Brigade Evakuasi Popok
(Kuapok), melakukan aksi pembersihan popok bayi di Sungai Brantas, Kota Malang.
Foto/KORAN SINDO/Yuswantoro
A+ AMALANG - Tingkat pencemaran air Sungai Brantas sudah mengkawatirkan. Bahkan,
pencemaran air di sungai terbesar dan terpanjang di Jawa Timur (Jatim) ini membuat ikan
mulai mengalami kepunahan dan kelainan interseksual atau menjadi ikan banci.Salah satu
pemicu kepunahan dan kelainan interseksual tersebut karena tingginya kandungan bahan
organik dalam air sungai akibat pencemaran popok bayi.
Dengan kondisi ini, para aktivis dari Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah
(Ecoton) yang tergabung dalam Brigade Evakuasi Popok (Kuapok), melakukan kampanye
dan pembersihan aliran sungai dari popok bayi di Sungai Brantas. Kegiatan ini dilakukan di
dua titik, yakni di Kelurahan Sisir, Kota Batu dan Kelurahan Kota Lama, Kota Malang.
“Hasilnya, di satu titik saja, kami temukan lebih dari 600 limbah popok bayi,” ujar
Koordinator Brigade Kuapok, Azis, Selasa (29/8/2017).
Dia menyebutkan, dari sampah yang terbuang di dua titik aliran sungai tersebut, sebanyak
80% merupakan popok bayi bekas. Limbah ini memicu pencemaran sungai oleh bakteri Ecoli dan limbah kimia lainnya. Popok bayi juga tidak terurai di aliran sungai karena bahannya
sebagian besar berasal dari plastik. “Sesuai Undang-Undang Nomor 18/2008 tentang
Pengelolaan Sampah, seharusnya sampah popok bayi ditangani secara khusus. Pemerintah

harus membangun penyadaran agar tidak terus terjadi pencemaran air sungai oleh popok
bayi,” paparnya.
Popok-popok bayi yang berhasil dievakuasi dari aliran sungai, dikeringkan oleh para anggota
Brigade Kuapok. Setelah itu, sampah tersebut diserahkan ke pemerintah daerah masingmasing dengan tujuan ada penanganan serius terhadap pencemaran sungai ini.
Direktur Ecoton, Prigi Arisandi mengatakan, pencemaran air di Sungai Brantas berakibat

sangat fatal. Tercatat, ada belasan jenis ikan air tawar di sungai tersebut tidak ditemukan lagi.
Beberapa jenis ikan yang mulai punah antara lain areng-arengan, bloso, palung, ramas, dan
jamba. “Saat ini memang telah terjadi penurunan daya dukung lingkungan di Sungai Brantas,
bagi habitat ikan,” ungkapnya.
Dia menyebutkan, hasil penelitian Ecoton bersama Perum Jasa Tirta I Malang, berhasil
menginventarisasi keanekaragaman ikan dengan beragam alat tangkap sebanyak 30 jenis
ikan. Sementara dengan alat tangkap jaring hanya ditemukan 17 jenis saja. Adapun ke-17
jenis ikan itu antara lain, sapu-sapu (Pterygoplichthys disjunctivus), bader putih (Barbodes
gonionotus), bader merah (barbodes balleroides), jendil (Pangasius micronemus), rengkik
(Hemibagrus nemurus), keting (Mystus planiceps), nila (Oreochromis niloticus), papar
(Notopterus notopterus).
Selanjutnya Palung (Hampala macrolepidota), muraganting (Barbonymus altus), berot
(Mastacembelus unicolor), montho (Osteochillus sp), seren (Cycloceilichthys enoplus), sili
(Macrognathus aculeutus), bekepek (Mystacoleucus marginatus), ulo (Laides longibarbis),

dan kuthuk (Channa striata).
Hilangnya beberap jenis ikan di Sungai Brantas diketahui berdasarkan hasil penelitian pada
tahun 2009 lalu. Sementara hasil inventarisasi ikan pada tahun 2011, ditemukan ada 30 jenis
ikan. Pada inventarisasi tahun 1998, masih ditemukan sebanyak 49 jenis ikan. Kondisi ini
membuktikan penurunan drasti jumlah jenis ikan.
Selain menciptakan persoalan kepunahan, pencemaran juga menciptakan ketidakseimbangan
ekosistem. "Hasil penelitian yang sudah dilakukan membuktikan ada senyawa pengganggu
hormon, yang memicu kondisi ikan menjadi interseksual. Akibatnya, perilaku ikan lebih
mengarah kepada betina,” tuturnya.
Pencemaran limbah domestik yang berasal dari rumah tangga, diduga menjadi pemicu utama
peningkatan ikan yang mengalami interseksual. Akibatnya, ikan semakin sulit berkembang
biak. Idealnya, ikan jantan lebih banyak jumlahnya bila dibandingkan dengan ikan betina.
Munculnya senyawa pengganggu hormon pada aliran Sungai Brantas dari hulu hingga hilir,
juga dipicu oleh penggunaan pestisida dan pupuk kimia secara berlebihan. “Ternak yang
sering disuntik dengan hormon, kotorannya akan membawa kelebihan hormon tersebut ke
aliran sungai,” ungkapnya.
Kerusakan habitat ikan juga dipicu oleh penambangan pasir di aliran sungai secara illegal.
Penambangan yang tidak terkendali memicu hilangnya habitat ikan yang ideal. “Utamanya
habitat yang ideal menyediakan sumber makanan, tempat perlindungan ikan dari predator,
dan wilayah aman untuk menaruh telur serta memijahkan anak ikan,” paparnya.


TUGAS
PERMASALAHAN PENCEMARAN KINGKUNGAN DI
DUNIA

Di Susun Oleh:
NAMA

:

NIM

:

TINGKAT

:

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

JURUSAN KEBIDANAN
AMBON

2017

PENCEMARAN BANGKAI IKAN BETE-BETE DI PANTAI KARENA DIBUANG
NELAYAN DI LAUT

Jutaan bangkai ikan
bete-bete yang terdampar di Pantai Teluk Bogam, Kecamatan Kumai, Kotawaringin Barat,
Kalteng pada Selasa 22 Agustus 2017 karena dibuang para nelayan di tengah laut. Foto MNC
Media/Sigit D
A+ AKOTAWARINGIN BARAT - Jutaan bangkai ikan bete-bete kecil (khusus dibuat ikan asin)
yang terhampar Pantai Teluk Bogam, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat
(Kobar), Kalteng pada Selasa 22 Agustus 2017 karena dibuang para nelayan sekitar.
Dibuangnya ikan bete bete berukuran kecil lantaran pengepul ikan tak kunjung
mengambilnya untuk diolah menjadi ikan asin.
Hal ini disebabkan harga garam yang melambung tinggi, sehingga banyak pengusaha ikan
asin gulung tikar.
"Ikan bete-bete kecil yang buang salah satunya suami saya. Sebab pengepul tak kunjung

mengambil. Total ada 200 kilogram. Yang kita buang yang kecil kecil saja di tengah laut, eh
terbawa gelombang dan berserakan di tepi pantai," ujar istri seorang Nelayan, Masrati (52)
warga RT 1, Desa Teluk Bogam saat ditemui di sekitar pantai, Rabu (23/8/2017).
Dia mengatakan, sebelum harga garam naik signifikan, ikan bete bete kecil ini selalu dibeli
pengepul dengan harga Rp2.000 per kilo untuk dibuat ikan asin. Tapi sekarang harga garam
naiknya signifikan mencapai Rp10 ribu per kilo yang dulu cuma Rp2.000.
"Pengepul ikan bete bete ini berhenti membuat ikan asin, ya terpaksa hanya ikan bete bete
yang besar kita jual dan yang kecil ini kita buang di tengah laut. Kerugian ya mencapai Rp2
juta," timpalnya.

Dirinya berharap harga garam bisa kembali normal, supaya tangkapan ikan para nelayan bisa
dibeli pengepul lagi untuk dibuat ikan asin.
Sebelumnya, Kepala Desa Teluk Bogam, Syahrian mengatakan, sudah hampir 1 bulan ini
harga garam sangat mahal. 1 kilogramnya mencapai Rp10 ribu. Jadi produksi ikan asin di
Teluk Bogam berhenti total. "Kalau pas menjaring ikan dapat ikan bete bete kecil ya langsung
dibuang ke laut," ujarnya.
Terkait pencemaran laut, Syahrian menanggapinya bahwa itu tidak disengaja terbawa air
pasang.
"Biasanya dibuang di tengah laut. Tapi hari ini terbawa gelombang dan mencemari pesisir
pantai. Tapi tadi pagi sudah menghilang dibawa gelombang," tandasnya.

(sms)

TUGAS
PERMASALAHAN PENCEMARAN KINGKUNGAN DI
DUNIA

Di Susun Oleh:
NAMA

:

NIM

:

TINGKAT

:

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
JURUSAN KEBIDANAN
AMBON

2017

Sumur Warga Tercemar BBM, Warga Minta SPBU Ditutup
Toiskandar
Senin, 21 Agustus 2017 - 15:58 WIB

Salah
satu sumur di Desa Kedokan Agung, Kecamatan Kedokan Bunder, Indramayu yang tercemar
BBM. Foto MNC Media/Toiskandar
INDRAMAYU - Ratusan warga Desa Kedokan Agung, Kecamatan Kedokan Bunder,
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Senin siang (21/8/2017) mendatangi SPBU di desa
tersebut. Kedatangan para warga tersebut untuk menutup SPBU tersebut karena diduga
menjadi penyebab beberapa sumur milik warga sekitar tercemar BBM.
Beberapa sumur milik warga Desa Kedokan Agung tercemar BBM dan tidak bisa digunakan
lagi. Pencemaran diduga akibat rembesan di penampungan BBM SPBU.
Kani warga setempat menyatakan, akibat rembesan dari penampungan BBM seluruh sumur

milik warga menjadi bau dan menyala jika dinyalakan dengan korek api. Sejumlah sumur
warga kini dipasang garis polisi karena membahayakan bagi warga setempat. Pencemaran
sumur ini sudah terjadi sejak sepekan terakhir.
Ratusan warga meminta agar pemilik SPBU bertanggung jawab dan segera mengantisipasi
pencemaran minyak yang kian meluas di sejumlah sumur warga.
Hingga saat ini sumur milik warga tidak bisa digunakan lagi padahal merupakan satu-satunya
sumber mata air bagi warga untuk kebutuhan sehari hari seperti mandi, mencuci dan minum.
Kapolsek Kedokan Bunder Iptu Hary Subagio menyatakan, pihak kepolisian telah datang ke
lokasi dan langsung menutup aktivitas SPBU dan memasang garis polisi.
“Kasus pencemaran ini kini ditangani Polsek Kedokan Bunder dan masih dalam penyelidikan
penyebab terjadinya pencemaran sumur warga tersebut,” tandas Kapolsek.

TUGAS
PERMASALAHAN PENCEMARAN KINGKUNGAN DI
DUNIA

Di Susun Oleh:
NAMA

:


NIM

:

TINGKAT

:

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
JURUSAN KEBIDANAN
AMBON

2017

Sungai Kaligede dan Sumur Hitam Pekat, Warga Karangandu Resah
Ahmad Antoni
Sabtu, 19 Agustus 2017 - 16:01 WIB


Anggota DPR RI Abdul Wachid, Bupati Jepara Ahmad Marzuqi dan berbagai elemen berdiri
di atas jembatan yang terpasang spanduk keluhan warga atas dugaan tercemarnya Sungai
Kaligede, Sabtu (19/8/2017). Foto/KORAN SINDO/Ahmad Antoni
A+ AJEPARA - Sungai Kaligede dan sumur warga di Desa Karangrandu, Kecamatan Pecangaan,
Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng), berwarna hitam pekat dan mengeluarkan bau tak
sedap. Penyebabnya diduga kuat karena imbas dari pembuangan limbah industri besar
maupun usaha rumahan yang ada di kawasan sekitar.
Perubahan air sungai dan sumur warga itu terjadi secara bertahap. Namun kondisinya benarbenar parah dalam dua bulan terakhir ini sehingga membuat warga Karangrandu resah.
Pasalnya, warga setempat mengandalkan air sumur untuk kebutuhan minum, mandi, mencuci
dan lain sebagainya. Sementara air sungai digunakan untuk irigasi pertanian. Apalagi
kawasan Desa Karangrandu termasuk lumbung pangan di Kabupaten Jepara.
Berbagai kalangan pun menaruh simpati atas kondisi memprihatinkan tersebut. Mulai dari
anggota DPR RI Abdul Wachid, anggota DPRD Jateng Wasiman, anggota DPRD Jepara
Harmoko, Bupati dan Wakil Bupati Jepara Ahmad Marzuqi – Dian Kristiandi, serta Sekda
Jepara Sholih. Mereka memantau langsung kondisi Kaligede yang berwarna hitam pekat dan
berbau menyengat, Sabtu (19/8/2017) siang.
Abdul Wachid mengaku prihatin dengan kondisi sungai tersebut. Karena selama ini Kaligede
sudah menjadi sumber kehidupan warga setempat, sekaligus irigasi pertanian. “Kalau melihat
fisik air sungai kemungkinan besar memang tercemar limbah. Tapi untuk memastikan
penyebabnya, kami ambil sampelnya. Nanti kami uji di Sucofindo Semarang,” kata Abdul

Wachid.
Dia berjanji akan mendorong berbagai pihak baik di tingkat pusat, provinsi maupun
kabupaten agar segera bertindak cepat. Langkah tersebut penting agar persoalan ini segera
tertangani dan tidak membuat warga terus resah. Menurutnya harus ada langkah pendek,

menengah maupun jangka panjang terkait persoalan ini.
Upaya jangka pendek misalnya dengan pembersihan air sungai maupun sumur warga yang
berwarna hitam dan berbau menyengat. Caranya dengan mengalirkan air yang diduga
tercemar tersebut ke laut. “Ketua Komisi VII DPR RI dari Fraksi Gerindra nanti kita dorong
juga. Upaya sosialisasi dan penindakan tegas harus terus dilakukan agar persoalan ini tak
berulang lagi,” ujar Wachid
Salah seorang warga Desa Karangrandu, Nasirin mengungkapkan perubahan air sungai sudah
terjadi sejak setahun lalu. Namun, kondisi terparah baru dua bulan terakhir ini. “Sumur warga
juga mulai berubah warnanya dan berbau. Jadi tak hanya sungai,” keluh Nasirin.
Selama ini, ungkap dia, warga terpaksa masih menggunakan air yang tercemar untuk mandi
dan mencuci. Sedangkan untuk konsumsi harus membeli air bersih seharga Rp7.000 per
jeriken. Dalam sehari, warga membutuhkan setidaknya dua jeriken. “Jelas itu memberatkan.
Kami berharap pemerintah setempat dapat segera menangani persoalan ini karena warga
mulai gatal-gatal mandi pakai air tercemar,” pungkasnya.
Wakil Ketua DPRD Jepara, Purwanto menyatakan pihaknya akan memanggil berbagai
elemen terkait persoalan ini. Baik dari kalangan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jepara,
warga, hingga PT Jialee yang diduga kuat membuang limbahnya hingga menyebabkan
perubahan warna air sungai dan sumur warga. “Rencananya pekan depan. Hasil uji
laboratorium sampel air sungai dari berbagai pihak juga akan kami jadikan patokan,” ujarnya.
Sementara itu, Bupati Jepara Ahmad Marzuqi menegaskan pihaknya sudah menginstruksikan
jajaran untuk segera mengambil tindakan mengatasi persoalan ini. Selain itu, alat berat juga
diterjunkan ke lokasi untuk mempercepat pengaliran air sungai ke laut. Dinas Lingkungan
Hidup Jepara juga sudah mengambil sampel air yang diduga tercemar. “Jika tak ada aral
melintang, awal pekan depan sudah ada hasil dari uji laboratorium tersebut. Yang pasti
pemerintah sudah bertindak. Kalau memang ada yang tak benar, pasti kami luruskan sesuai
aturan,” katanya.

TUGAS
PERMASALAHAN PENCEMARAN KINGKUNGAN DI
DUNIA

Di Susun Oleh:
NAMA

:

NIM

:

TINGKAT

:

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
JURUSAN KEBIDANAN
AMBON

2017

Bikin Hitam Air Sungai, PT TIP Diwarning Dinas Lingkungan Hidup
Joni Banne Tonapa
Senin, 7 Agustus 2017 - 19:04 WIB

Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Mamuju Utara, mengeluarkan peringatan sebanyak 13 item
dugaan pelanggaran yang dilakukan PT Toscano Indah Pratama (TIP) karena mencemari
Sungai Baliri. Foto MNC Media/Joni BT
A+ AMATRA - Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat
mengeluarkan peringatan sebanyak 13 item dugaan pelanggaran yang dilakukan PT Toscano
Indah Pratama (TIP) karena mencemari Sungai Baliri. Akibat pencemaran tersebut aliran
Sungai Baliri menjadi hitam dan menimbulkan bau.
Limbah hitam pekat yang terlihat terbuang di selokan belakang pabrik PT TIP diduga
terbuang langsung ke Sungai Baliri dan tembus langsung ke laut. Padahal air tersebut
digunakan warga sekitar untuk keperluan sehari – hari.
Asisten Direktur Operasional PT TIP Hamsah mengatakan, perusahan ini masih dalam tahap
pembenahan sehingga peringatan dari Dinas Lingkungan Hidup Baru akan dibenahi.
"Sebanyak 13 item temuan Dinas Lingkungan Hidup akan segera kami benahi termasuk
kolam pembuangan limbah yang permanen,” timpal Hamsah.
Namun berdasarkan pengamatan MNC Media di lapangan hingga kini belum nampak ada
perubahan perbaikan kolam pembuangan limbah. Sementara 13 item temuan Dinas
Lingkungan Hidup tersebut masih diabaikan oleh pihak perusahan.

TUGAS
PERMASALAHAN PENCEMARAN KINGKUNGAN DI
DUNIA

Di Susun Oleh:
NAMA

:

NIM

:

TINGKAT

:

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
JURUSAN KEBIDANAN
AMBON

2017

Polisi Usut Pembuangan Belasan Kilogram Sampah Medis
Solichan Arif
Senin, 22 Mei 2017 - 04:06 WIB

Ap
arat Kepolisian Tulungagung mengusut pembuangan belasan kilogram limbah medis di
wilayah Desa Kendalbulur, Kecamatan Boyolangu. Ilustrasi/KORAN SINDO
TULUNGAGUNG - Aparat Kepolisian Tulungagung mengusut pembuangan belasan
kilogram limbah medis di wilayah Desa Kendalbulur, Kecamatan Boyolangu. Onggokan
sampah spet, jarum suntik bekas, botol bekas yang disinyalir sebagai obat antibiotik, obat anti
nyeri dan obat penurun panas ditemukan berserakan dibawah jembatan gantung.
“Sampah medis ini berbahaya bagi masyarakat. Apalagi dibuang secara sembarangan, “ujar
Kapolsek Puji Widodo kepada wartawan.
Bobot limbah medis ini mencapai 19,5 kilogram. Limbah ini bercampur dengan sampah
rumah tangga. Letaknya berdekatan dengan bantaran sungai dan area persawahan.
Mengingat RSUD dr Iskak Tulungagung memiliki fasilitas penghancur sampah medis,
pembuangan di tempat tidak selayaknya itu dipastikan menyalahi ketentuan yang berlaku.
Saat ini aparat tengah meminta keterangan sejumlah saksi. “Pembuangan ini diduga
berlangsung malam hari, dimana situasinya pas sepi, “katanya.
Suwarji (43) warga setempat mengaku sempat memergoki beberapa orang yang melakukan
pembuangan sampah di malam hari. Dia tidak tahu sesuatu yang dilempar di bantaran sungai
itu ternyata limbah medis.
“Kalau siang hari jelas tidak berani. Karena pasti ditegur warga, “ujarnya. Temuan sampah
medis itu kemudian dilaporkan kecamatan, kepolisian setempat dan puskesmas. Kepala
Puskesmas Boyolangu Ardatik membenarkan adanya sampah medis yang dibuang di tempat
tak layak. Secepatnya puskesmas akan membuat berita acara laporan ke dinas kesehatan.
“Kita akan laporkan ke dinas kesehatan, “ timpalnya. Lebih jauh dia menjelaskan, bahwa
mekanisme pembuangan sampah medis selama ini telah terikat perjanjian (MOU) dengan
pihak ketiga di Mojokerto. Dia mencontohkan Puskemas Boyolangu dan puskesmas lainnya.
“Dimana untuk pembuangan sampah medis, puskesmas telah berkoordinasi dengan PT Pria
dari Mojokerto “ jelasnya.
(sms)

TUGAS
PERMASALAHAN PENCEMARAN KINGKUNGAN DI
DUNIA

Di Susun Oleh:
NAMA

:

NIM

:

TINGKAT

:

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
JURUSAN KEBIDANAN
AMBON

2017

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24