MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM AKHLAK PR

MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
AKHLAK PRIBADI ISLAM

Disusun oleh :
Nurli Hardianto

43215010157

Novita Rahayu

43215010120

Indah Kayani

43215010146

Putri Ayu Ningtyas

43215010170


UNIVERSITAS MERCU BUANA
2015

1

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah
memberikan penulis kekuatan, kesabaran, dan anugerah yang melimpah
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Agama Islam tentang “Ahklak
Pribadi Islam.
Dalam menyusun tugas ini penulis menerima masukan dari berbagai pihak.
Oleh karna itu atas tersusunnya karya tulis ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1.
2.
3.
4.


Allah Swt
Dr. Ir. Arissetyanto Nugroho, MM, selaku Rektor Mercu Buana
Dr. H. Muhaimin Ali, M AG, selaku dosen Pendidikan Agama Islam
Orang tua dan teman-teman yang telah memberikan motivasi baik berupa
materi dan moral selama penulis mengerjakan tugas Ekonomika.
Penulis tahu bahwa setiap apa yang kita lakukan pasti akan ada

terjadinya kesalahan maka dari itu, penulis mohon maaf apabila terdapat
kesalahan bahasa, nama, penulisan, dan menuliskan tittle. Mohon agar dapat
dimaklumi.
Demikian tugas yang penulis susun tentang Ahklak Pribadi Islam, tidak
lupa mengharapkan agar tugas ini dapat bermanfaat untuk masa yang akan
datang dan penulis mengucapkan terima kasih.
Wassalmualaikum Wr Wb.
Jakarta, ...........................

Penulis

2


DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata pengantar
Daftar isi

...........................................1
...........................................2
...........................................3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah

...........................................4
...........................................4

BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Teori Ahlak
2.2 Dasar Akhlak

2.3 Macam-Macam Akhlak

...........................................5
...........................................7
...........................................8

BAB III PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Akhlak Islami
.......................................... 9
2.2 Sumber dan Ciri-ciri Akhlak Islami ............................... 11
2.3 Akhlak Islami kaitanya dengan Status Pribadi ............... 15
BAB III
Kesimpulan
Penutup

.......................................... 31
.......................................... 31

Daftar pustaka


......................................... 32

3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Globalisasi telah melanda dunia dimana mana yang selama ini
mudah berubah akibat tidak ada batasannya lagi antara ruang dan waktu,
sehingga nilai-nilai tersebut berubah menjadi relevan dan subjektif.Semua
yang berkaitan dengan perilaku, budi pekerti, akhlak, dan moral yang
tidak dapat dikatakan objektif karena nilai yang dianggap sebagai
landasan perilaku itu mudah berubah.
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam
dan juga kaya akan budaya. Negara ini juga merupakan Negara dengan
populasi Muslim terbanyak di dunia. Namun, akhlak bangsa ini kian
runtuh padahal islam sangat menjunjung tinggi pentingnya akhlak.

Untuk itu harus dibangun pembentukan akhlak pribadi islami di
masyarakat yang sesuai dalam kandungan Al-Qur’an. Karena dalam AlQur’an telah menjelaskan pribadi akhlak ideal bagi umat islam.

1.2

Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.

Apa itu akhlak islami?
Darimana ciri-ciri akhlak islami?
Mengapa sebagi umat muslim akhlak islami itu penting?
Siapa saja yang diatur dan dibatasi kedudukannya dengan akhlak

islami?
5. Kapan akhlak islam digunakan dalam kehidupan sehari-hari?
6. Bagaimana umat islam menyikapi akhlak islami ?


4

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1

Teori Akhlak
Kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun ‫خل لقق‬
‫ل‬
yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan
perkataan khalqun ‫خل لقق‬
yang berarti kejadian,
‫خ‬

yang juga erat

hubungannya dengan khaliq ‫خال لقق‬
‫ خ‬yang berarti pencipta; demikian pula

dengan akhluqun ‫خل لولقق‬
‫م ل‬
‫ خ‬yang berarti yang diciptakan.
Secara epistemologi atau istilah akhlak bisa diartikan berbagai
perspektif sesuai dengan para ahli tasawuf diantaranya :
Ibnu Maskawaih memberikan definisi sebagai berikut:

‫حا ل‬
َ‫ة َلهخخا َا لخلى‬
‫ل َلللن ن ل‬
‫عي خ ق‬
‫دا ل‬
‫س َ خ‬
‫خ‬
‫ف ل‬
‫ر َوخلرولي نةة‬
‫ا خفلخعال لخها َ ل‬
‫م ل‬
‫ر َفلك ل ة‬
‫ن َغ خي ل ل‬

Artinya:
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.
Imam Al-Ghozali mengemukakan definisi Akhlak sebagai berikut:

‫صد للر‬
‫ة َلفىَ َالن ن ل‬
‫س خ‬
‫ا خل ل ل‬
‫عخباخر ق‬
‫ق َ ل‬
‫خ ة‬
‫س َخرا ل‬
‫ن َهخي لئ خ ة‬
‫خل ل ل‬
‫ة َع خن لخها َت خ ل‬
‫ة َع خ ل‬
‫ف ل‬
‫ا لخلفلخعا ل‬
‫ر َوخلرولي نةة‬

‫ج ة‬
‫سرة ل‬
‫سهلولل خ ة‬
‫حا خ‬
‫ر َ خ‬
‫ة َوخي ل ل‬
‫ل َب ل ل‬
‫م ل‬
‫ة َا لخلىَ َفلك ل ة‬
‫ن َغ خي ل ل‬
Artinya:
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang
daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak
memertrlukan pertimbangan pikiran(lebih dahulu)”.

5

Prof. Dr. Ahmad Amin memberikan definisi, bahwa yang disebut akhlak
“Adatul-Iradah” atau kehendak yang dibiasakan. Definisi ini terdapat
dalam suatu tulisannya yang berbunyi:


‫خ‬
‫خ‬
‫ه َ خ‬
‫م َلال ل‬
‫ن َا لللخراد خة خ‬
‫عاد خ ل‬
‫ع خخر خ‬
‫ة َا لللخراد خ ل‬
‫ة َي خعللنىَ َأ ن‬
‫ف َب خعل ل‬
‫ق َب لأن ن ل‬
‫خل ل خ‬
‫ضه ل ل‬
‫ذا َاعتادت َ خ ل‬
‫ة َلبال ل ل ل‬
‫ق‬
‫ما ل‬
‫م خ‬
‫س ن‬
‫ي َال ل ل‬
‫ال خ ل خ خ ل‬
‫شي لأ َفخخعاد خت لخها َه ل خ‬
‫خل ل‬

Artinya:
“Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut
akhlak ialah kehendak yang dibiasakan.Artinya bahwa kehendak itu bila
membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinakamakan akhlak.”
Makna kata kehendak dan kata kebiasaan dalam penyataan
tersebut dapat diartikan bahwa kehendak adalah ketentuan dari
beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedang kebiasaan ialah
perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya.Masingmasing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan
gabungan dari kekuatan dari kekuatan yang besar inilah dinamakan
Akhlak.
Sekalipun ketiga definisi akhlak diatas berbeda kata-katanya,
tetapi sebenarnya tidak berjauhan maksudnya, Bahkan berdekatan
artinya satu dengan yang lain. Sehingga Prof. Kh. Farid Ma’ruf membuat
kesimpulan tentang definisi akhlak ini sebagai berikut:
“Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan
mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran
terlebih dahulu”.

6

2.2

Dasar Ahklak
Akhlak dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu akhlak agama
dan akhlak sekuler
a) Akhlak Agama
Akhlak Agama adalah akhlak yang bersumber dari wahyu.
Tujuannya untuk memberikan bimbingan kepada manusia agar dapat
menjalin hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhannya
dan manusia dengan manusia. Motivasi yang sangat kuat untuk
melaksanakan akhlak adalah adanya kepercayaan akan pahala bagi
manusia yang berbuat baik dan siksa bagi manusia yang berbuat
buruk.
b) Akhlak Sekuler
Akhlak Sekuler adalah akhlak yang bersumber dari budi-daya
manusia, tidak ada pengaruh yang bersifat abstrak atau gaib.
Sumber-sumber akhlak buatan manusia dapat digolongkan
menjadi dua:
1. Insting
Insting maksudnya adalah manusia yang telah mempunyai
insting yang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk, dan insting itu diperoleh dari ilham atau suara hati. Insting
in berasal dari perasan yang terpadu dengan kekuatan akal
pikiran untuk membentuk akhlak.
Insting dapat tetap dan dapat berubah. Dapat tumbuh
semakin kuat dan juga dapat semakin melemah dan kemudian
lenyap.

Insting

juga

merupakan

sifat

jiwa

yang

pertama

membentuk akhlak.
2. Pengalaman Manusia
Pengalaman Manusia artinya akhlak itu tumbuh dan
berkembanng dari pengalaman manusia, karena itu akhlak sekuler
selalu dipengaruhi oleh perkembangan zaman, kecerdasan pikiran
dan bebarapa eksperimen serta pengalaman manusia. sebab
itulah yang membedakan antara norma akhlak bangsa-bangsa
yang sudah maju dengan bangsa-bangsa yang primitif.

7

2.3

Macam-Macam Akhlak
Mengenai macam-macam akhlak sesuai dengan ajaran agama
tentang adanya perbedaan manusia dalam segala seginya, maka dalam
hal ini menurut Moh.Ibnu Qoyyim ada dua jenis akhlak, yaitu:
1. Akhlak Dharury
2. Akhlak Muhtasaby
Adapun Akhlak Dharury adalah akhlak yang asli, dalam arti
akhlak tesebut sudah secara otomatis merupakan pemberian dari
Tuhan secara langsung, tanpa memerlukan latihan, kebiasaan dan
pendidikan. Akhlak itu hanya dimiliki oleh manusia-manusia pilihan
Allah.Keadaanya terpelihara dari perbuatan-perbuatan maksiat dan
selalu terjaga dari larangan Allah yaitu para Nabi dan Rosul-Rosulnya.
dan tertutup kemungkinan bagi oranng mukmin yang saleh. Mereka
yanng sejak lahir sudah berakhlak mulia dan berbudi luhur.
Sedangkan Akhlak Muhtasaby adalah merupakan akhlak atau
budi pekerti yang harus diusahakan dengan jalan melatih, mendidik
dan membiasakan kebiasaan yang baik serta cara berfikir yang tepat.
Tanpa dilatih, dididik dan dibiasakan, akhlak ini tidak akan terwujud.
Akhlak ini yang dimiliki oleh sebagian besar manusia.
Jadi bagi yang menginginkan mempunyai akhlak tersebut
diatas haruslah melatih diri untuk mebiasakan berakhlak baik. Karena
usaha mendidik dan membiasakan sangat dianjurkan, bahkan
diperintahkan oleh agama, walaupun mungkin tadinya kurang rasa
tertarik tetapi apabila terus-menerus dibiasakan maka kebiasaan ini
akan mempengaruhi sikap batinnya juga.
Dengan demikian seharusnya

kebiasaan

berbuat

baik

dibiasakan sejak kecil, agar nantinya menjadi manusia yang berbudi
luhur, berbakti kepada orang tua dan terutama berbakti kepada
perintah Allah Swt dan menjauhi larangannya.

8

BAB III
PEMBAHASAN

3.1

Pengertian Akhlak Islami
Secara sederhana akhlak islami dapat diartikan sebagai akhlak
yang berdasarkan ajaran islam atau akhlak yang bersifat islami. Kata
islam yang berada di belakang kata akhlak dalam hal menempati sebagai
sifat.
Dengan demikian akhlak islami adalah perbuatan yang dilakukan
dengan mudah, disengaja, mendarah daging dan sebenarnya yang
didasarkan pada islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka
akhlak islami juga bersifat universal.Namun dalam rangka menjabarkan
akhak islami yang universal ini diperlukan bantuan pemikiran akal
manusia dan kesempatan sosial yang terkandung dalam ajaran etika dan
moral.
Dengan kata lain Akhlak Islami adalah akhlak yang disamping
mengakui adanya nilai-nilai universal sebagai dasar bentuk akhlak, juga
mengakui nilai-nilai yang bersifat lokal dan temporal sebagai penjabaran
atas nilai-nilai yang universal itu. Sebagai contoh yaitu menghormati
kedua orang tua, adalah akhlak yang bersifat mutlak dan universal.
Sedangkan bagaimana bentuk dan cara menghormati kedua orang tua itu
dapat dimanifestasikan oleh hasil pemikiran menusia yang dipengaruhi
oleh kondisi dan situasi di mana orang yang menjabarkan nilai universal
itu berada.
Akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika
atau moral, walau etika dan moral itu di perlukan dalam rangka
menjabarkan akhlak yang berdasarkan agama (akhlak Islami).Hal ini
disebabkan karena etika terbatas pada sopan santun antara sesama
manusia saja, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah.Jadi
ketika etika digunakan untuk menjabarkan akhlak Islami, itu tidak berarti
akhlak Islami dapat dijabarkan sepenuhnya oleh etika dan moral.

9

Akhlak Islami menurut Quraish Shihab lebih luas maknanya
daripada yang telah dikemukakan terdahulu secara mencangkup pula
beberapa hal yang tidak merupakan sikap lahiriah. Misalnya yang
berkaitan dengan sikap batin maupun pikiran.
Akhlak Islami adalah akhlak yang menggunakan tolak ukur
ketentuan Allah.Quraish shihab dalam hubungan ini mengatakan, bahwa
tolak ukur kelakuan baik mestilah merujuk kepada ketentuan Allah.Apa
yang dinilai baik oleh Allah pasti aik dalam esensinya. Demikian pula
sebaliknya, tidak mungkin Dia menilai kebohongan sebagai kelakuan
baik, karena kebohongan esensinya buruk.
Prinsip Akhlak dalam Islam terletak pada Moral Force. Moral Force
Akhlak Islam adalah terletak pada iman sebagai Internal Power yang
dimiliki oleh setiap orang mukmin yang berfungsi sebagai motor
penggerak dan motivasi terbentuknya kehendak untuk merefleksikan
dalam tata rasa, tata karsa, dan tata karya yang kongkret. Dalam
hubungan ini Abu Huroiroh meriwayatkan hadist dari Rasulullah SAW:
Artinya : "Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang
terbaik akhlaknya. Dan sebaik-baik diantara kamu ialah yang paling baik
kepada istrinya.

Pada dasarnya Akhlak sendiri terbagi menjadi 2 yaitu akhlak
mahmudah (terpuji) dan akhlak mazmumah (tercela) .Contoh Beberapa
akhlak mahmudah seperti bersikap setia, jujur, adil, pemaaf, disenangi,
menepati janji, memelihara diri, malu, berani, kuat, sabar, kasih sayang,
murah hati, tolong menolong, damai, persaudaraan, menyambung tali
persaudaraan, menghoranati tamu, merendahkan diri, berbuat baik,
menundukkan

diri,

berbudi

tinggi,

memlihara

kebersihan

badan,

cenderung kepada kebaikan, merasa cukup dengan apa yang ada,
tenang, lemah lembut, bermuka manis, kebaikan, menahan diri dari
berlaku maksiat, merendahkan diri kepada Allah, berjiwa kuat dan lain
sebagainya.
Sedangkan yang termasuk dalam akhlak mazmumah, antara lain;
egoistis, lacur, kikir, dusta, peminum khamr, khianat, aniaya, pengecut,
aniaya, dosa besar, pemarah, curang, culas, mengumpat, adu domba,
menipu, memperdaya, dengki, sombong, mengingkari nikmat, homosex,
10

ingin dipuji, ingin didengar kelebihannya, makan riba, berolok-olok,
mencuri, mengikuti hawa nafsu, boros, tergopoh-gopoh, membunuh,
penipuan, dusta, berlebih-lebihan, berbuat kerusakan, dendam, merasa
tidak perlu pada yang lain dan lain sebagainya yang menunjukkan sifatsifat yang tercela.

3.2

Sumber dan Ciri-Ciri Akhlak Islami
Persoalan “Akhlak” di dalam islam banyak dibicarakan dan dimuat
pada Al-Qur’n dan Al-Hadits. Sumber tersebut merupakan batasanbatasan dalam tindakan sehari-hari bagi manusia.Ada yang menjelaskan
arti baik dan buruk. Memberi informasi kepada umat, apa yang
semestinya harus diperbuat dan bagaimana harus bertindak. Sehingga
dengan mudah dapat diketahui, apakah perbuatan itu terpuji atau tercela,
benar atau salah.
Kita telah mengetahui bahwa akhlak islam adalah merupakan
system moral/akhlak yang berdasarkan islam, yakni bertitik tolak dari
akidah yang diwahyukan Allah pada nabi/Rasul-Nya yang kemudian agar
disampaikan kepada umatnya.
Memang sbagaimana disebutkan terdahulu bahwa secara umum
akhlak/moral terbagi atas moral yang berdasarkan kepercayaan kepada
Tuhan dan kehidupan akhirat dan kedua moral yang sama sekali tidak
berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan, moral ini timbul dari sumbersumber sekuler.
Akhlak islam, karena merupakan system akhlak yang berdasarkan
kepercayaan kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar
daripada agama itu sendiri. Dengan demikian, dasar/sumber pokok
daripada akhlak islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits yang merupakan
sumber utama dari agama islam itu sendiri.

11

Dinyatakan dalam sebuah hadits Nabi:

‫عخ ل خ‬
‫ك َخقا خ‬
‫ه َع خل خي لهل‬
‫ن َما خل ل ة‬
‫صنلىَ َالل ل‬
‫ل َالن نببىَ َ خ‬
‫س َب ل ل‬
‫ن َان خ ل‬
‫م‬
‫ن َت خ ل‬
‫م ن‬
‫وخ خ‬
‫سك لت ل ل‬
‫وا َمخا َت خ خ‬
‫م َا خ ل‬
‫ت َفلي لك ل ل‬
‫ َت خخرك ل ل‬:َ ‫م‬
‫سل ن خ‬
‫ضل ب ل‬
‫ن َل خ ل‬
‫مخري ل ل‬
‫سن ن خ‬
‫سولل لهل‬
‫ب َالل ل‬
‫ما َك لختا خ‬
‫ة َوخخر ل‬
‫ه َوخ ل‬
‫ب لهل خ‬
Artinya:
“ Dari Anas Bin Malik berkata: Bersabda Nabi Saw: Telah
kutinggalkan atas kamu sekalian dua perkara, yang apabila kamu
berpegang kepada keduanya, maka tidak akan tersesat, yaitu Kitab Allah
dan Sunah Rasul-Nya”.
Memang

tidak

disangsikan

lagi

dengan

bahwa

segala

perbuatan/tidakan manusia apapun bentuknya pada hakikatnya adalah
bermaksud untuk mencapai kebahgiaan (saadah), dan hal ini adalah
sebagai “natijah” dari problem akhlak. Sedangkan saadah menurut
system moral/akhlak yang agamis(islam), dapat dicapai dengan jalan
menuruti perintah Allah yakni dengan menjahui segala larangan Allah dan
mengerjakan segala perintah-Nya, sebagaimana yang tertera dalam
pedoman dasar hidup bagi setiap muslim yakni Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Sehubungan dengan Akhlak Islam, Drs. Sahilun A, Nasir menyebutkan
bahwa Akhlak Islam berkisar pada:
a. Tujuan hidup setiap muslim, ialah menghambakan dirinya kepada
Allah, untuk mencapai keridhaan-Nya, hidup sejahtera lahir dan
batin, dalam kehidupan masa kini maupun yang akan datang.
b. Dengan keyakinannya terhadap kebenaran wahyu Allah dan
sunah Rasul-Nya, membawa konsekuensi logis, sebagai standard
dan pedoman utama bagi setiap moral muslim. Ia member sangsi
terhadap moral dalam kecintaan dan kekuatannya kepada Allah,
tanpa perasaan adanya tekanan-tekanan dari luar.
c. Keyakinannya akan hari kematian/pembalasan,

mendorong

manusia berbuat baik dan berusaha menjadi manusia sebaik
mungkin, dengan segala pengabdiannya kepada Allah.
d. Islam tidak moral yang baru, yang bertentangan dengan ajaran
dan jiwa islam, berasaskan darI Al-Qur’an dan Al-Hadits,
diinterprestasikan oleh ulama mujtahid.
12

e. Ajaran Akhlak Islam meliputi segala segi kehidupan manusia
berdasarkan asas kebaikan dan bebas dari segala kejahatan.
Islam tidak hanya mengajarkan tetapi menegakkannya, dengan
janji dan sangsi Illahi yang Maha Adil. Tuntutan moral sesuai
dengan bisikan hati nurani , yang menurut kodratnya cenderung
kepada kebaikan dan membenci keburukan.
Dengan demikian dapat ditegasakan disini bahwa dasar dari
akhlak islam secara global hanya ada dua yakni: Percaya adanya Tuhan
dan percaya adanya hari kemudian/ pembalasan, sebagai disebutkan
oleh Abul A’la

Maududi

bahwa system moral/akhlak ada yang

berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan setelah mati.
Dalam islam, budi pekerti merupakan refleksi iman dari seseorang
sebagai contoh(suri tauladan) yang pas dan benar ialah Rasullah Saw.
Beliau memiliki akhlak yang sangat muia, agung dan teguh.Sehingga
tidak mustahil kalau Allah memilih beliau sebagai pemimpin umat
manusia.
“Akhlak” di dalam iajaran islam sangat rinci, berwawasan multi
dimensial bagi kehidupan, sistematis dan beralasan realitas. Juga
“Akhlak” banyak dibicarakan tentang konsekuensi yang bagi manusia
yang tidak berpegang pada “ akhlak islam”.
“Akhlak islam” bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong,
membangun peradaban manusia dan mengobati bagi penyakit social dari
jiwa dan mental.Tujuan berakhlak yang baik untuk mendapatkan
kebahagiann di dunia dan akhirat.Dua simbolis tujuan inilah yang
diidamkan manusia bukan semata berakhlak secara islami hanya
bertujuan untuk kebahagiaan dunia saja.
Dalam ajaran Islam memelihara terhadap sifat terpuji. Dan ada ciri-ciri
akhlak islamiyah yaitu:
1. Kebajikan yang mutlak, Islam menjamin kebajikan mutlak.Karena
Islam telah menciptakan akhlak yang luhur.Ia menjamin kebaikan
yang murni baik untuk perorangan atau masyarakat pada setiap
keadaan, dan waktu bagaimanapun. Sebaliknya akhlak yang

13

diciptakan manusia, tidak dapat menjamin kebaikan dan hanya
mementingkan diri sendiri.
2. Kebaikan yang menyeluruh, Akhlak islami menjamin kebaikan
untuk seluruh manusia.Baik segala jaman, semua tempat, mudah
tidak mengandung kesulitan dan tidak mengandung perintah berat
yang

tidak

dikerjakan

oleh

umat

manusia

di

luar

kmampuannya.Islam menciptakan akhlak yang mulia, sehingga
dapat dirasakan sesuai dengan jiwa manusia dan dapat diterima
akal yang sehat.
3. Kemantapan, Akhlak Islamiayah menjamin kebaikan yang mutlak
dan sesuai pada diri manusia.Ia bersifat tetap, langgeng dan
mantap, sebab yang menciptakan Tuhan yang bijaksana, yang
selalu memliharanya dengan kebaikan yang mutlak. Akan tetapi
akhlak/etika ciptaan manusia bersifat berubah-rubah dan tidak
selalu sama sesuai dengan kepentingan masyarakat dalam satu
jaman atau satu bangsa. Sebagai contoh aliran materialism, hati
nurani dana lain sebagainya.
4. Kewajiban yang dipatuhi, Akhlak yang bersumber dari agama
Islam wajib ditaati manusia sebab ia mempunyai daya kekuatan
yang tinggi menguasai lahir batin dan dalam keadaan suka dan
duka, juga tunduk pada kekuasaan rohani yang dapat mendorong
untuk tetap berpegang kepadanya. Juga sebagai perangsang
untuk berbuat kebaikan yang diiringi dengan pahala dan
mencegah perbuatan jahat, karena takut skan siksaan Allah SWT.
5. Pengawasan yang menyeluruh, Agama islam adalah pengawas
hati nurani dan akal yang sehat, islam menghargai hati nurani
bukan dijadikan tolak ukur dalam menetapkan beberapa usaha.
Firman Allah dalam surat Al-Qiyamah: 1-2 ; yang artinya: “Aku
bersumpah dengan hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa
yang amat menyesali (dirinya sendiri)”.

14

3.3

Akhlak islami dalam kaitannya dengan status pribadi
Dibagian ini kami akan menjelaskan “Akhlak islami” yang
mengatur dan membatasi kedudukan (status) pribadi sebagai:
1.

Hamba Allah

2.

Anak

3.

Ayah/ibu

4.

Anggota masyarakat

5.

Jama’ah

6.

Da’i/Muballigh

7.

Pemimpin

Dengan demikian “akhlak islami” mengarah kepada status pribadi
yang berada pada kelompok social yang beraneka ragam. Fungsi, peran
dan bagaimana semestinya berperilaku pada posisi(kedudukan) dalam
kelompok sosial tersebut, dengan adanya “akhlak Islami” dapat dihindari
(pola hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia
dengan kholiqnya) keliruan bertindak.
1. Pribadi sebagai Hamba Allah
Kenyataan di jagad raya (dunia) membuktikan bahwa ada
kekuatan yang tidak Nampak.Dia mengatur dan memelihara alam
semesta ini.Juga Dialah yang menjadi sebab adanya semua ini.Dalam
pengaturan alam semesta ini terlihat ketertiban, dan ada suatu peraturan
yang berganti-ganti dan gejala dating dengan keteraturan-Nya.
Semua

kenikmatan

tersebut,

bukan

berarti



Sang

Pencipta

mempunyai maksud kepada manusia supaya membalas dengan sesuatu,
itu tidak, tetapi Allah SWT.memerintahkan manusia agar senantiasa
beribadah kepada-Nya.

15

Hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan makhluk dengan
kholiknya. Dalam masalah ketergantungan , hidup manusia selalu
mempunyai ketergantungan kepada yang lain. Dan tumpuan serta pokok
ketergantungan adalah ketergantungan kepada yang Maha Kuasa, Yang
Maha Perkasa, Yang Maha Bijaksana, Yang Maha Sempurna, ialah Allah
Rabul ‘alamin, Allah Tuhan Maha Esa.
Ketergantungan manusia kepada Allah ini, difirmankan Allah:

{2:‫د}ُالخلصا‬
‫م ل‬
‫ص خ‬
‫الل ل‬
‫ه َال ن‬
Artinya:
“Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu”.(QS.Al-Ikhlas:2)
Kalau di dalam sesuatu hal dalam hidup sehari-hari untuk
mencapai suatu tujuan tergantung kepada “Sesuatu”, maka kita harus
memperhatikan

ketentuan

dari

“Sesuatu”

itu

agar

tujuan

kita

tercapai.Memenuhi ketentuan “Sesuatu” itu adalah sesuatu keharusan
bagi kita.
Kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, tergantung kepada
izin dan ridha Allah.Dan untuk itu Allah memberikan ketentuan-ketentuan
agar manusia dapat mencapainya.Maka untuk mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat itu dengan sendirinya kita harus mengikuti ketentuanketentuan dari Allah SWT.
Dari segi kemanusiaan, sebagai manusia yang normal yang
mempunyai sifat kemanusiaan, harus tahu berterima kasih kepada segala
pihak yang telah memberikan jasa. Kita akan disebut orang yang “ tak
tahu diri”, kalau kita ditolong oleh seseorang, kemudian orang itu tidak
kita terima kasih apalagi malah orang itu kita marahi.
Kalau kita ditolong oleh orang lain dalam hidup kita ini, maka
sewajarnyalah kalau kita berterima kasih kepada orang yang telah
member pertolongan itu.
Maka akan timbul di dalam hati bagaimana dapat membalas jasa
atau membalas budi kepada orang yang telah member pertolongan itu.
Maka akan timbul di dalam hati bagaimana dapat membalas jasa atau
membalas budi kepada oaring yang telah member tolong itu tadi. Kalau
16

tidak dapat dapat memberikan balasan budi yang sepadan, sekurangkurangnya akan mengatakan terima kasih dengan perbuatan yang
hormat,

menunjukkan

betapa

berterima

kasihnya

dan

keinginan

membalas budi walaupun tidak terbalas oleh dirinya, dia mengharapkan
mudah-mudahan dibalas kebaikannya itu dengan pahala yang berlipat
ganda oleh Allah.
Kalau kita diberi sesuatu sebagai hadiah oleh seseorang, yang
hadiah itu sangat bermanfaat bagi kita,tentu kita akan senang dan
berterima kasih kepada orang yang member it. Malah timbul kehendak
ingin membalas kebaikannya orang itu dengan sesuatu yang berharga
baginya.
Sifat berterima kasih kepada orang yang telah berjasa kepada
dirinya adalah sifat kemanusiaan, yang sesuai dengan bisikan hati nurani
setiap orang.Dari tindakan moral inilah kemudian timbul adat-istiadat,
sopan-santun dan tata susila.
Karena itulah kiranya sangat wajar dan seharusnya, apabila setiap
anak harus hormat dan berbudi baik kepada orang tuanya, seseorang
harus berbudi baik kepada temannya.Seorang atasan harus berterima
kasih dan berbudi kepada bawahannya, karena bawahannya telah
memberikan bantuan kelancaran programnya.Bawahan harus berterima
kasih dan berbudi baik kepada atasannya karena bimbingan dan
kebijaksanaannya.Apa yang telah kita terima dari Allah SWT. Sungguh tak
dapat dihitung dan tak dapat dinilai dengan materi banyaknya.Dan kalau
kita mau menghitungnya, karena terlalu amat sangat banyaknya. Firman
Allah:

‫ن‬
‫صو ل خ‬
‫م خ‬
‫ها َا ل ن‬
‫ة َاللله َخل َت ل ل‬
‫وخا ل ل‬
‫ن َت خعلد بلوا َن لعل خ‬
‫ح ل‬
{18:‫م َ}ُالنخل‬
‫ه َل خغخ ل‬
‫فوللر َخر ل‬
‫حي ل ق‬
‫الل خ‬
Artinya:
“Dan jaika kamu menghitung-hitung nikamat Allah, niscaya kamu
tidak

dapat

menentukan

jumlahnya.Sesungguhnya

Pengampun Lagi maha Penyayang”. (QS.An-Nahl:18)

17

Allah

Maha

Secara moral manusiawi, manusia mempunyai kewajiban kepada
Allah sebagai kholiknya, yang telah member kenikmatan yang tak
terhitung jumlahnya.
Pada garis besarnya kewajiban manusia kepada Allah menurut hadits
Nabi, yang diriwayatkan dari sahabat Mu’adz bin Jabal bahwa Nabi Saw.
Bersabda kepada Mu’

‫م َع خخلىَ َ ل‬
‫ت َرلد ل خ‬
‫ه َعلي ل‬
‫ح خ‬
‫ه َوسل ن خ‬
‫صخلىَ َالل ل‬
‫ك لن ل ل‬
‫ف َالن نلبىَ َ خ‬
‫مارل‬
‫ُ َهخ ل‬،‫مخعالذ‬
‫قا خ‬
‫قا ل‬
‫في لقر َفخ خ‬
‫ه َع ل خ‬
‫يل خ‬
‫ق َاللهل‬
‫ى َ خ‬
‫ح ن‬
‫ َيخا َ ل‬:َ ‫ل‬
‫ل َل خ ل‬
‫ل َت خد لرل ل‬
‫ه‬
‫ع خخلىَ َ ل‬
‫ق َلالعلخبالد َع خخلىَ َالل ل‬
‫عخباد ل ل‬
‫ما َ خ‬
‫ َالل ل‬:َ ‫ت‬
‫ه َ؟ َقلل ل ل‬
‫ح ن‬
‫ه َوخ خ‬
‫م َخقا خ‬
‫ن‬
‫ن َالل ل‬
‫ه َع خخلىَ َال لعلخبالد َا خ ل‬
‫ َفخإ ل ن‬:َ ‫ل‬
‫وخر ل‬
‫ه َا خع لل خ ل‬
‫سولل ل ل‬
‫كوا َبه َ خ ل‬
‫ه َوخخلي ل ل‬
‫ن‬
‫ق َالعلخبالد َع خخلىَ َالل ل‬
‫شر ل ل ل‬
‫ه َا خ ل‬
‫شي لأ َوخ خ‬
‫ح ب‬
‫ي خعلب لد لول ل‬
‫ك َبه َ خ ل‬
‫سو خ‬
‫ن َخل َي ل ل‬
‫ل َاللهل‬
‫شرل خ ل ل‬
‫خلي لعخذ ذ خ‬
‫ َخيا َخر ل‬:َ ‫ت‬
‫ َقلل ل ل‬,َ ‫شي لأ‬
‫ب َ خ‬
‫م ل‬
‫س؟ َخقا خ‬
‫ َخل َت لب خ ذ‬:َ ‫ل‬
‫! َا خفخخل َا لب خ ذ‬
‫وا‬
‫شلر َب ل ل‬
‫شلرهل ل‬
‫م َفخي خت نك لل ل ل‬
‫ه َالننا ل‬
Artinya:
“Adalah aku duduk di belakang Nabi di atas sebuah keledai yang
dinamai Ufair, maka bersabda Nabi: Hai Mu’adz apakah engkau
mengetahui hak Allah atas hamba-Nya dan apa hak engkau mengetahui
hak hamba terhadap Allah? Menjawab aku, Allah dan Rasul-Nya yang
lebih mengetahui. Bersabda Nabi: maka bahwasanya hak Allah atas para
hamba, ialah : Mereka menyembah-Nya dan tidak memperserikatkan Dia
dengan sesuatu dan hak para hamba terhadap Allah, Tiada Allah
mengadzabkan orang yang tidak memperserikatkan Dia dengan sesuatu.
Mka berkata aku, ya Rasullah, apa tidak lebih baik saya menggembirakan
para

manusia

dengan

dia?

Bersabda

Nabi,

jangan

kamu

menggembirakan mereka yang menyebabkan mereka akan berpegang
kepada untung saja”. (Al-Lu’la uwal Marjan I:8)
Jadi berdasarkan hadits ini kewajiban manusia kepada Allah pada
garis besarnya ada 2( dua):
a. Mentauhidkan-Nya yakni tidak memusyrikkan-Nya kepada sesuatupun.
18

b. Beribadah kepada-Nya.

Orang yang demikian ini mempunyai hak untuk tidak disiksa oleh
Allah, bahkan akan diberi pahala dengan pahala yang berlipat ganda,
dengan

sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat bahkan

dengan lipat ganda

yang tak terduga banyaknya oleh manusia.

19

2. Pribadi sebagai Anak
Ketika nabi Ibrahim masih kecil, berdialog kepada ayahnya
tentang Tuhan.Dan kesimpulannya bahwa Tuhan telah memberi petunjuk
kepada manusia bahwa memperTuhan benda adalah sangat keliru.
Dengan demikian, dunia anak sangat penting diperhatikan.
Apabila keliru dalam mendidik akhlak anak, bias jadi dunia anak akan
tidak mengenal akhlak yang lebih lanjut anak akan melakukan perbuatan
yang abnormal kriminalitas dan lain sebagainya. Contoh dalam
pendidikan akhlak, apabila anaka-anak sekolah berdusta di dalam segala
apa yang mereka bicarakan, didukung para gurunya berdusta juga di
dalam mengajar dan segala pembicaraannya, maka masyarakat (anakanak) tidak dapat berujud. Dan apabila dunia anak terancam demikian,
masyarakat yang akan dating tidak dapat berwujud karena adanya tiaptiap yang dibicarakan menjurus dusta. Dan yang membekas dan
berwujud pada masyarakat yang merusak dan rendah martabatnya.
Maka model mendidik akhlak anak, tidak langsung berkata itu
baik, atau itu buruk, apabila seorang anak baru saja belajar membaca,
menurut kita itu jelek/buruk namun kita tidak seharusnya berkata
demikian.Sebab dapat menyakiti hati dan patah semangat.Tetapi kita beri
semangat dan dorongan yang dapat memacu dan bergiatnya si anak.
Selain daripada itu, kisah luqman yang diberi hikmah oleh Allah.
Hal ini dijelaskan di dalam surat Luqman: 12:

‫ن َا ل‬
‫ن‬
‫د َا خت خي لخنا َل ل ل‬
‫وخل خ خ‬
‫م خ‬
‫ن َال ل ل‬
‫شك للر َل لل ن ل‬
‫ما خ‬
‫ق ل‬
‫ه َوخ خ‬
‫حك ل خ‬
‫ق خ‬
‫م ل‬
‫ة َا خ ل‬
‫ما َي خ ل‬
‫يخ ل‬
‫ه‬
‫ن َك خ خ‬
‫شك للر َل لن خ ل‬
‫س ل‬
‫ف ل‬
‫فخر َفخإ ل ن‬
‫ن َالل خ‬
‫ه َوخ خ‬
‫شك للر َفخإ لن ن خ‬
‫م ل‬
{12:‫د َ}ُلقمان‬
‫ح ل‬
‫مي ل ق‬
‫ي َ خ‬
‫غ خن ل ي‬
Artinya:
“Dan sesungguhnya telah kami berikan hikmah kepada Luqman,
yaitu bersyukurlah kepada Allah.Dan barang siapa yang bersyukur
kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya
Lagi Maha Terpuji”. (QS.Luqman: 12)
20

Kelanjutan kisah Luqman yang termuat dalam ayat di atas, bahwa
beliau menasehati dan member pesan kepada generasi selanjutnya
(anak-anak) untuk mewarisi nilai-nilai akhlak sebagai berikut
1.
2.
3.
4.

Dilarang berbuat syirik (Menyekutukan) Allah (Luqman: 13)
Kewajiban berbakti kepada kedua oaring tua (Luqman: 14)
Keharusan tetap berbakti kedua orang tua di dunia(Luqman: 15)
Perintah menegakkan sholat, amar ma’ruf, nahi munkar dan sabar

(Luqman: 17)
5. Tidak bersikap sombong, angkuh dan membanggakan diri sendiri
(Luqman: 18)
6. Perintah bersikap sopan, santun dalam berjalan atau berbicara
(Luqman: 19)

3.

Akhlak Pada Ayah dan Ibu
Betapa berat tangguangan seorang ibu dikala mengandung dan
demikian

pula

kalau

sudah

dating

waktunya

melahirkan.Dengan

mengerahkan seluruh perhatian, jiwa raga dan tenaga si ibu melahirkan
jabang bayinya dengan harap-harap cemas.Berharap agar si bayi yang
dilahirkannya sehat dan sempurna keadaannya sebagai manusia
sempurna anggota badannya, seperti susunan jasmaninya dan tumbuh
dalam keadaan yang wajar baik jasmani maupun rohaninya.Cemas kalaukalau jabang bayinya tidak normal baik jasmani dan rohaninya atau ada
gangguan-ganguan yang tidak diinginkannya.Di samping itu derita
jasmani si ibu menahan dikala melahirkan jabang bayinya tersebut.
Setelah jabang bayinya lahir, betapa kasih saying si ibu kepada
anaknya, seakan-akan segala yang ada pada si ibu adalah untuk
anaknya.Jiwa, raga perhatian, kasih saying semuanya ditumpahkan untuk
si jabang bayi itu, agar si bayi selamat sentosa dalam pertumbuhannya
menjadi manusia yang baik. Kata sanjung dan manjaan, kata timang yang
mengandung doa dan harapan meluncur dicurahkan untuk si bayi,
semoga kelak menjadi manusia yang ideal.
Mengapa

demikian

besar

kasih

sayang

ibu

kepada

anaknya.Padahal sewaktu belum mengandung seakan belum mau
mempunyai anak.Atau karena anaknya sudah dua tiga ingin tidak ada

21

yang keempat.Tetapi karena dikarunia Tuhan anak yang selanjutnya kasih
saying ibu tidak ada bedanya antar kepada yang pertama yang kedua
dan seterusnya.
Dari mana datangnya cinta kasih saying kepada putranya,
padahal tiada pamrih. Lain dengan cinta seorang kekasih kepada
pacarnya, yang kalau kasihnya tiada terbalas bias berbalik menjadi benci.
Tetapi kasih ibu bagaimanapun tiada akan berubah dan hilang, walaupun
si anak tiada membalas kasih dan cinta ibu.
Memang itu kareana “Hidayah”, anugerah dari pada Allah Yang
Maha Pengasih dan Penyayang.Hidayah itu tersebut insting atau naluri,
dalam ilmu agama disebut “Hidayah-ghariziyyah”.
Beberapa perkara yang harus di perhatikan dan dilaksanakan oleh
seorang anak kepada Orang tua yakni:
a.

Berbuat Baik kepada Ibu dan Ayah, Walaupun keduanya Lalim
Seorang anak menurut ajaran islam diwajibkan berbuat baik
kepada ibu dan ayahnya, dalam keadaan bagaimanapun. Artinya
jangan sampai seorang anak samapai menyinggung perasaan
orang tuanya, walaupun seandainya orang tuanya berbuat lalim
kepada anaknya, dengan melakukan yang tidak semestinya, maka
jangan sekali-kali si anak berbuat tidak baik, atau membalas atau
mengimbangi ketidakbaikan orang tua kepada anaknya.Allah tidak
meridhoinya sehingga orang tua itu meridhoinya.

b.

Berkata Halus dan mulia kepada Ibu dan Ayah
Kewajiban anak kepada orang tuanya berbicara menurut
ajaran

islam

harus

berbicara

sopan,

lemah

lembut

dan

mempergunakan kata-kata mulia hal ini dituturkan dalam Firman
Allah:

‫ل‬
‫ضىَ َخرب ب خ‬
‫ساخنا‬
‫ن َا ل ل‬
‫وخقخ خ‬
‫ح خ‬
‫ك َا خنل َت خعلب لد للوا َا خنل َا لنيا ل‬
‫ه َوخلبالوخل لد خي ل ل‬
‫ما َفخ خ‬
‫عن لد خ خ‬
‫ق ل‬
‫ل‬
‫ل َت خ ل‬
‫ن َ ل‬
‫ك َال لك خب لخر َا خ خ‬
‫ما َا خلو َك لل خهل خ‬
‫حد لهل خ‬
‫ال ن‬
‫ما َي خب لل لغخ ن‬
‫ما َوخقل ل‬
.‫ما‬
‫ما َا ل ف‬
‫ما َقخوللل َك خرلي ل ل‬
‫ل َل خهل خ‬
‫ف َوخخل َت خن لهخلرهل خ‬
‫ل خهل خ‬

22

‫ة َوخقل ل‬
‫ح َالذ ن ذ‬
‫ب‬
‫خوا ل‬
‫م ل‬
‫خ ل‬
‫ل َخر ذ‬
‫ل َالنر ل‬
‫جخنا خ‬
‫ما َ خ‬
‫ح خ‬
‫ض َل خهل خ‬
‫ف ل‬
{24-23َ :‫صغلي للرا َ}ُالسراء‬
‫الر خ‬
‫ما َك خ خ‬
‫مه ل خ‬
‫ح ل‬
‫ما َخرب نخيالنىَ َ خ‬
Artinya:
“Dan Tuhan telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain kepada-Nya dan hendaknya kamu berbuat baik
kepada ibu bapak kamu dengan seabaik-baiknya. Jika salah satu
dari keduanya atau kedua-duanya samapi berumur lanjut dalam
pemeliharaan kamu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka dengan penuh
kesayangan dan ucapakan doa:”Wahai Tuhanku, kasihanilah
mereka kedua, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di
waktu kecil. (QS.Al-Isra: 23-24)
Dari ayat-ayat tersebut, dapat di tarik kesimpulan bahwa
sewajarnya seorang anak untuk berbuat baik kepada orang tua
baik berbicara dan yang lain- lain. Dengan cara tidak menyinggung
perasaan orang tua dan tidak berkata kasar kepada mereka.
c.

Berbuat baik kepada Ibu dan atau Ayah yang sudah meninggal
dunia
Apabila ibu dan ayah masih hidup, si anak berkewajiban
berbuat baik, dan itu mudah dilakukan dengan berbagai macam
cara, baik yang bersifat moaral, maupun yang bersifat material.
Bagaimana berbuat baik seorang anak kepada ayah dan atau
ibunya yang sudah tiada.
Hal ini agama islam mengajarkan supaya seorang anak:

a.

Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan memintakan ampun
kepada Allah dari segala dosa orang tua kita. Doa yang sering di
amalkan yakni:

23

‫م َاغ ل ل‬
‫الل نهل ن‬
‫فلرل ل‬
‫وال لد خىن‬
‫ىَ َوخل ل خ‬
َ‫ما َخرب نخيالنى‬
‫خوالر خ‬
‫ما َك خ خ‬
‫مه ل خ‬
‫ح ل‬
‫صغلي للرا‬
‫خ‬
b.

Menepati janji kedua ibu bapak, Kalau sewaktu hidup orang tua
mempunyai janji kepada seseorang, maka anaknya harus berusaha
menunaikan menepati janji tersebut. Umpamanya beliau akan naik
haji, yang belum sampai melaksanakannya. Maka kewajiban anaknya
untuk menunaikan haji untuk orang tuanya tersebut. Dan hal ini
diperbolehkan menurut hadits riwayat Al-Bukhari dari Ibnu Abbas:

‫جهخي لن خ خ‬
‫ن َامخرأ خ ل‬
‫صخلىَ َاللهل‬
‫ة َ ل‬
‫ة َ خ‬
‫ن َ ل‬
‫اخ ن‬
‫جاخء ل‬
‫ت َا لخلىَ َالن نلبىَ َ خ‬
‫م ل‬
‫ه َوخ خ ن‬
‫م‬
‫م َفخ خ‬
‫ع خخلي ل‬
‫ح ن‬
‫ن َت خ خ‬
‫ت َا ل ن‬
‫ َا ل ن‬:َ ‫ت‬
‫ج َفخل خ ل‬
‫مىَ َن خذ خلر ل‬
‫ن َا ل ذ‬
‫قال خ ل‬
‫سل ل‬
‫خ خ‬
‫ج َع خن لخها؟ َخقا خ‬
َ‫جى‬
‫ح ذ‬
‫ َ ل‬,َ ‫م‬
‫ح ن‬
‫ت َأفخأ ل‬
‫ج َ خ‬
‫ح ن‬
‫تخ خ‬
‫ َن خعخ ل‬:َ ‫ل‬
‫ما َت خ ل‬
‫ىَ َ خ‬
‫حت ن‬
‫خ خ‬
‫ت َخلو خ‬
‫م خ‬
‫ه َ؟‬
‫ت َخقا َ ل‬
‫ن َا خك خن ل ل‬
‫ع خن لخها َأخرأي ل ل‬
‫كا خ‬
‫ضي خ ل‬
‫ن َع خخلىَ َا ل ذ‬
‫ك َد خي ل ق‬
{‫ق َلبال لوخخفالء}ُرواه َالبخارى‬
‫ه َا خ خ‬
‫ َ َا لقل ل‬
‫ح ن‬
‫ه َفالل ل‬
‫ضوا َالل خ‬
Artinya:
“Bahwa seorang perempuan dari Juhainah dating kepada Nabi
Saw, ia bertanya kepada Rasullah: Bahwasannya ibu saya telah
bernazar untuk berhaji, tapi ia tidak haji sampai meninggal dunia.
Apakah

boleh

saya

menghajikannya?

Jawab

Rasullah:”ya,

hajikanlah! Apakah kau tahu, kalau seandainya ibu mempunyai
hutang, apakah engkau membayarkannya?Bayarkan (tepatilah)
kepada Allah, sesungguhnya Allah lebih berhak untuk ditepati!”
c.

Memuliakan teman-teman kedua orang tua. Di waktu hidupnya ibu
dan ayah, beliau-beliau mempunyai teman-teman akrab, yang
segulung- segalang orang tua kita dengan temannya.

d.

Bersilaturrahmi kepada orang-orang yang mempunyai hubungan
dengan kedua orang tua.

4.

Akhlak kepada Anggota Masyarakat/ Jama’ah

24

Pokok

utama

kerasulan

nabi

Muhammad

Saw

adalah

menyempurnakan akhlak yang mulia.Mencakup semua bentuk sikap dan
perbuatan yang terpuji dikalangan orang-orang (masyarakat) yang
bertaqwa.Di samping terpuji berdasarkan norma-norma yang ditetapkan
Allah SWT.
Akhlak mulia merupakan akhlak yang berlaku dan berlangsung di
atas jalur Al-Qur’an dan perbuatan nabi Muhammad Saw.Dalam sikap
dan perbuatan.Seperti di dalam Al-Qur’an surat l-Qalam ayat 4.”Dan
sesungguhnya engkau Muhammad mempunyai akhlak yang mulia”.
Dengan demikian setiap muslim diwajibkan untuk memlihara
norma-norma (agama) di masyarakat terutama di dalam pergaulan
sehari-hari baik keluarga rumah tangga, kerabat, tetangga dan lingkungan
kemasyarakatan.
Tolong-menolong untuk kebaikan dan takwa kepada Allah adalah perintah
Allah, yang dapat ditarik hokum wajib kepada setiap kaum muslimin
dengan cara yang sesuai dengan keadaan objek orang bersangkutan,
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah, ayat 2:

‫وا‬
‫وى َوخخلت خخعاوخن ل ل‬
‫وخت خخعاوخلنوا َع خخلىَ َالب لذرى َخوالنتق خ‬
‫خ‬
{2:‫ن َ}ُالمائدة‬
‫م َخوالعلد لخوا ل‬
‫ع خلىَ َاللث ل ل‬
Artinya:
“ … dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan
dan taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran/permusuhan”.
Dalam pergaulan yang sesuai dengan norma-norma agama, ada
beberapa yang harus di perhatikan yakni bagaimana cara berbahasa,
cara salam, cara makan dan minum, cara di majles pertemuan, cara
minta ijin masuk, cara member ucapan selamat, cara berkelakar atau
becanda, cara menjenguk orang sakit, dan cara ta’ziah. Dan kesemnilan
tata cara diatas akan diterangkan secara terperinci di bawah ini:
a.

Tata cara berbahasa
Setiap muslim (umat islam) dan semua orang diperintah untuk
selalu berbahasa dengan bahasa yang jelas dan baik, bahasa yang
mudah

dimengerti

oleh

lawan

25

bicara,

sesuai

tingkat

usia,

masyarakat dan tingkat kedudukannya. Di dalam islam ada
peribahasa yang menyatakan bahwa “bahasa menunjukkan taqwa”.
b.

Tata cara salam
Setiap masyarakat, agama atau bangsa memiliki tata cara member
salam, sebagaimana juga dengan islam. “Salam” telah menempati
kedudukan sendiri dalam Islam.Lebih istimewa disbanding dengan
agama di luar Islam.
Sebagaimana landasan salamdi dalam firman Allah surat An-Nur
ayat 27:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah
yang buka rumahmu sebelum meminta ijin dan member salam
kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu agar
kamu(selalu) ingat” (QS.An-Nur: 27)

c.

Tata cara makan dan minum
Cara memegang sesuatu makanan dan minuman dengan tangan
kanan.Dimulai membasuh sebelum makan, membaca “basmallah”
dan diakhiri mengucapkan “Alhamdulillah”.Sikap yang dimiliki oleh
orang yang sedang makan dan minum adalah dengan duduk yang
baik.Tanpa

bersuara,

minum.Apabila

tanpa

sifatnya

bersandar

undangan

sambil

bagi

yang

makan

dan

mengundang

mempersilahkan dengan bahasa yang sopan.Dan bagi yang
diundang

dengan

menyambut

yang

baik,

mendoakan

si

pengundang, mendahulukan orang yang lebih tua, jangan mencaci
hidangan yang ada di depannya, walaupun tak berselera.
Dalam adab minum, tidak boleh menggunakan peralatan dari emas
dan perak, jangan menarik nafas dan menghembuskan kembali ke
dalam cangkir.Apabila menggunakan kendi (dan sejenisnya) tidak
boleh melekat pada mulut di bibir kendi.
d.

Tata cara di majelis pertemuan
Bagaimana adab kita berada di majles pertemuan? Jawabannya
adalah pertama kali baru masuk member salam, kemudian baru
dapat duduk yang telah disediakan, menyalami teman yang
mendahului duduk, jangan sekali-kali menggeser tempat duduk milik
orang lain. Di samping itu juga jangan menggunakan bahasa yang
dapat

menyinggung

perasaan
26

teman

duduk.

Ketika

ingin

meninggalkan tempat minta ijin, juga bila ke luar membaca doa
kifaratul majelis.
e.

Tata cara minta ijin masuk
Di dalam masyarakat dan Negara ada aturan-atauran tertentu baik
ijin masuknya, waktu maupun prosedurnya bagi setiap orang yang
ingin memasuki kamar, rumah orang lain atau Negara.
Aturan Islam bagi seseorang yang ingin masuk rumah orang lain,
maka paling awal yang dilakukan adalah member salam. Apabila
tidak baik kembali. Di dalam mengetuk pintu dilakukan secara wajar,
menyatakan nama diri. Tidak boleh berdiri tepat di tengah-tengah
pintu ketika dibukakan.Apabila ditolak tidak boleh sedih hati namun
harus dikendalikan dengan hati yang bersih.

f.

Tata cara member ucapan selamat
7(tujuh) rangkaian(munasabah) yang ada dalam islam ketika
mengucapkan salam “ucapan salam”.
Ketujuh rangkaian tersebut antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Dalam rangka acara pernikahan
Dalam rangka kelahiran seorang bayi kepada ibunya
Kembalinya seorang musafir (yang berpergaian)
Pulangnya seorang dari jihad
Sekembalinya dari haji
Pada hari raya idul fitri dan idul adha
Ketika seseorang mendapat kenikmatan tertentu seperti kenaikan
pangkat,

mendapat hadiah apa saja yang membuat seseorang

merasakan kebahagiaan.
Ketujuh peristiwa pada waktu dan suasana pemberian
“ucapan selamat” tersebut telah ditentukan cara bagaimana
member ucapan selamat (sebagaimana keterangan b).
g.

Tata cara bekelar
Di dalam ajaran Islam, berkelar atau becanda diperbolehkan.
Namun hal itu bukan berarti bebas, sesuka hati, sehingga tak ingat
norma social.
Ada tiga syarat diperbolehkan bercanda yaitu:
1. Tidak boleh berlebih-lebihan sehingga menjadikan lupa
kepada Allah
2. Tidak boleh berkelar sehingga menyakiti baik yang bersifat
jasmaniah dan rohaniah seperti ucapan hinaan.
3. Tidak bersifat dusta atau penipuan dan kata-kata kotor.
27

h.

Tata cara menjenguk orang sakit
Seseorang yang hidup di masyarakat, mau mengunjungi orang sakit
tetangganya (jamaah) adalah suatu tindakan terpuji. Adapun hal-hal
yang perlu diperhatikan, dalam kunjungan orang sakit yaitu:
1. Segera mungkin setelah ada orang sakit
2. Mengungkapkan dengan kata-kata yang meringankan
3.
4.
5.
6.
7.

beban batinnya orang yang sakit.
Ajarkan doa peringan perih pada bagian tubuh
Mendoakan secara khusus bagi si sakit ketika masuk
Duduk agak dekat dengan kepala si sakit
Mintalah ia mendoakan kita
Bila sudah gawat ajari si sakit dengan kalimat tauhid dan
bacaan surat yasin.

i.

Tata cara ta’ziah
Ta’ziah dilakukan jamaah (masyarakat) dalam rangka meringankan
beban lahir batin bagi keluarga yang ditimpa musibah.Mka sikap
dan tindakan tersebut bermaksud untuk menentramkan hati
mereka. Menurut ajaran islam, tata cara ta’ziah atara lain:
1. Mengucapkan perkataan yang pernah diucapkan oleh nabi
Saw. Dan para sahabatnya.
2. Member makan keluarga yang terkena musibah
3. Menunjukkan rasa belasungkawa
4. Member nasehat yang baik.

5.

Akhlak Da’I/ Mubaligh
Telah jelas ujian bagi penyebar agama islam yang paling hebat
adalah para nabi. Kemudian orang-orang saleh, para Da’i/ mubaligh
yang menyeri atau mengangguk manusia untuk mentauhidkan Allah
dan ikhlas dalam beribadah.
Dalam mempersiapkan diri yang telah mengikrarkan untuk
berjalan mengikuti manhaj para nabi dalam dakwah, maka para nabi
harus membekali diri dengan akhlakul karimah.Sebab Da’i/mubaligh di
masyarakat menjadi suri tauladan secara langsung.Baik perilaku, sikap
perbuatan maupun perkataannya.
Jalan yang harus ditempuh selanjutnya, da’I harus berusaha terus
membersihkan jiwa. Segala apa yang mengganjal, menutup dan
tersembunyi di hati nurani, Da’I harus berusaha juga menerangi segala

28

rahasia dirinya. Dan senantiasa mohon petunujuk dan pertolongan dari
Allah.Dengan demikian dirinya menjadi baik atas kuasa Allah SWT.
Para Da’i memiliki ilham yang man merupakan martabat yang tinggi
dalam dirinya yang selalu menghubungkan dengan Allah.Di dalam hati
Da’I ada bisikan-bisikan yang benar yang berada pada lisannya karena
tergisik dari hati yang bersih.
Menurut Jamludin Kafie, sebagai Da’I, pelaksana dakwah harus
memperhatikan prinsip-prinsip kemimpinan yang baik yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

Sifat terbuka
Berani berkorban
Aktif berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat
Sanggup menjadi pelopor dan perintis dalam kebajikan
Mengembangkan sifat-sifat kooperatif, kemusiaan dan sikap-sikap

toleransi, kebijaksanaan dan keadilan social
6. Tidak menjadi parasit atau membebani masyarakat
7. Percaya diri dan yakin akan kebenaran yang dibawanya
8. Optimis dan tidak putus asa
Dengan demikian sikap Da’I harus memahami kondisi dan
situasi

masyarakat

menambah

yang

menjadi

sasarannya.Juga

wawasannya.

Kerena

beraneka

ragam

perlu

terus

budaya

,

kompleksitas permasalahan di masyarakat.
6.

Akhlak Pemimpin
Tugas pemimpin tidak ringan. Tanggung jawab yang ia pikul
senantiasa bernafaskan amanat. Baik amanat dari masyarakat/ warga
atau Negara.Bahkan agama. Agama islam sangat memperhatikan
masalah kepemimpinan. Menurut Islam. Semua pemimpin akan dimintai
pertanggung jawabnya. Pemimpin keluarga bertanggung jawab atas
kebahagiaan, kesejahteraan keluarganya, pemimpin Negara/bangasa
akan dimintai pertanggung jawabnya oleh masyarakat dan lain
sebagainya.
Sebagai contoh seorang pemimpin sejati adalah Rasullah Saw
dan para sahabatnya seperti Abu bakar sebagai orang yang berwibawa
dan tenang.Orangnya penuh ramah tamah, cinta sesama dan selalu
membenarkan dan menepati pada rasul