Asuhan keperawatan pada pasien dengan De

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dermatitis kontak (dermatitis venenata) merupakan reaksi inflamasi kulit terhadap unsure
– unsure fisik, kimia, atau biologi. Epidermis mengalami kerusakan akibat iritasi fisik dan kimia
yang berulang-ulang. Dermatitis kontak dapat berupa tipe iritan primer dimana reaksi nonallergic terjadi akibat pajanan terhadap substansi iritatif, atau tipe alergi (dermatitis kontak
allergic) yang disebabkan oleh pajanan orang yang sensitive terhadap allergen kontak (Arif
Muttaqin & Kumala Sari, 2012).
Prevalensi dari semua bentuk dermatitis adalah 4,66%, termasuk dermatitis atopik 0.69%,
dermatitis numuler 0,17%, dan dermatitis seboroik 2,82%. (Marwali, 2000). Di Amerika Serikat,
90% klaim kesehatan akibat kelainan kulit pada pekerja diakibatkan oleh dermatitis kontak.
Antigen penyebab utamanya adalah nikel, potassium dikromat dan parafenilendiamin. Konsultasi
ke dokter kulit sebesar 4-7% diakibatkan oleh dermatitis kontak. Dermatitis tangan mengenai 2%
dari populasi dan 20% wanita akan terkena setidaknya sekali seumur hidupnya. Anak-anak
dengan dermatitis kontak 60% akan positif hasil uji tempelnya. Di Skandinavia yang telah lama
memakai uji tempel sebagai standar, maka insiden dermatitis kontaknya lebih tinggi dari pada
Amerika. Dermatitis kontak alergik yang terjadi akibat kontak dengan bahan-bahan di tempat
pekerjaan disebut dermatitis kontak alergik akibat kerja (DKAAK) yang mencapai 25% dari
seluruh dermatitis kontak akibat kerja (DKAK). Dermatitis kontak akibat kerja mencapai 90%
dari dermatitis akibat kerja (DAK) prevalensi DKAAK berbeda-beda di tiap Negara tergantung
macam serta derajat industrialisasi Negara tersebut. Di Eropa insiden juga tinggi seperti Swedia

dermatitis kontak dijumpai pada 48% dari populasinya. Di belanda 6% di Stockholm 8% dan
Bergen 12%. Menurut Survei Rumah Tangga dari beberapa Negara menunjukkan penyakit alergi
adalah satu dari tiga penyebab yang paling sering kenapa pasien berobat ke dokter keluarga.
Penyakit pernapasan dijumpai sekitar 25% dari semua kunjungan ke dokter umum dan sekitar
80% dantaranya menunjukkan gangguan berulang yang menjurus pada kelainan alergi. Penderita
alergi di Eropa ada kecenderungan meningkat pesat. Angka kejadian alergi meningkat tajam
dalam 20 tahun terakhir. Setiap saat 30% orang berkembang menjadi alergi. Anak usia sekolah
lebih 40% mempunyai 1 gejala alergi, 20% mempunyai asma, 6 juta orang mempunyai
Dermatitis (alergi kulit). Di Indonesia laporan dari bagian penyakit kulit dan kelamin FK Unsrat

1

Manado dari tahun 1988-1991 dijumpai insiden dermatitis kontak sebesar 4,45%. Di RSUD Dr.
Abdul Aziz Singkawang Kalimantan Barat pada tahun 1991-1992 dijumpai insiden dermatitis
kontak sebanyak 17,76%. Sedangkan di RS Dr. Pirngadi Medan insiden dermatitis kontak pada
tahun 1992 sebanyak 37,54% tahun 1993 sebanyak 34,74% dan tahun 1994 sebanyak 40,05%.
Dari data kunjungan pasien baru di RS Dr. Pirngadi Medan, selama tahun 2000 terdapat 3897
pasien baru di poliklinik alergi dengan 1193 pasien (30,61%) dengan diagnosis dermatitis kontak
dari bulan Januari hingga Juni 2001 terdapat 2122 pasien alergi dengan 645 pasien (30,40%)
menderita dermatitis kontak. Di RSUP H. Adam Malik Medan, selama tahun 2000 terdapat 731

pasien baru dipoliklinik alergi dimana 201 pasien (27,50%) menderita dermatitis kontak. Dari
bulan januari hingga juni 2001 terdapat 270 pasien dengan 64 pasien (23,70%) menderita
dermatitis kontak.
Adanya riwayat kontak dengan penyebab dermatitis kontak iritan seperti sabun, detergen,
bahan pembersih, dan zat kimia industry serta adanya factor predisposisinya mencakup keadaan
terlalu panas atau terlalu dingin atau oleh kontak yang terus-menerus dengan sabun serta air, dan
penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya memberikan manifestasi inflamasi pada kulit.
Response inflamasi pada kulit pada dermatitis kontak diperantarai melalui hipersensitifitas

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit
Kulit terdiri atas 3 lapisan, yang masing-masing memiliki berbagai jenis sel dan memiliki
fungsi yang bermacam-macam. Ketiga lapisan tersebut adalah Epidermis, dermis, dan subkutis.
2

1. Epidermis
Epidermis merupakan struktur lapisan kulit terluar. Sel-sel epidermis terus
menerus mengalami mitosis, dan bergangti dengan yang baru sekitar 30 hari.
Epidermis mengandung reseptor-reseptor sensorik untuk sentuhan, suhu, getaran, dan

nyeri.
Komponen utama epidermis adalah protein keratin, yang di hasilkan oleh sel-sel
yang di sebut keratinosit. Keratin adalah bahan yang kuat dan memiliki daya taahan
tinggi, serta tidak larut dalam air. Keratin mencegah hilangnya air tubuh dan
melindungi epidermis dari iritan atau mikroorganisme penyebab infeksi. Keratin
adalah komponen utama appendix kulit : rambut dan kuku.
Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis. Melanosit menyintesis
dan mengeluarkan melanin sebagai respons terhadap rangsangan hormone hipofisis
anterior, hormone perangsang melanosis (melanocyte Stimulatting Hormone, MSH).
Melanosit merupakan sel-sel khusus epidermis yang terutama terlibat dalam
produksi pigmen melanin yang mewarnai kulit dan rambut. Semakin banyak melanin,
semakin gelap warnanya. Sebagian besar orang yang berkulit gelap dan bagian-bagian
kulit yang berwarna gelap pada orang yang berkulit cerah (misalnya: putting susu)
mengandung pigmen ini dalam jumlah yang lebih banyak. Warna kulit yang normal
bergantung pada ras dan bervariasi dari merah meda dan hingga cerah. Penyakit
sistemik juga akan memengaruhi warna kulit. Sebagai contoh, kulit akan tampak
kebiruan bila tiba oksigenasi darah yang akan mencukupi, berwarna kuning-hijau
pada penderita icterus, atau merah atau terlihat Flushing bila terjadi inflamasi atau
demam. Melanin diyakini dapat menyerap cahaya ultraviolet dalam sinar matahari
yang berbahaya.

Sel-sel imun, yang disebut Sel Langerhans, terdapat di seluruh epidermis. Sel
Langerhans mengenali partikel asing atau mikroorganisme yang masuk ke kulit dan
membangkitkan suatu sarana imun. Sel Langerhans mungkin bertanggung
jawabmengenal dan menyingkirkan sel-sel kulit di plastic atau neoplastic. Sel
Langerhans secara fisik berhubungan dengan saraf-saraf simpatis, yang
mengisyaratkan adanya hubungan antara system saraf dan kemampuan kulit untuk
melawan infeksi atau mencegah kanker kulit. Stres dapat memengaruhi fungsi sel

3

Langerhans dengan meningkatkan rangsangan simpatis. Radiasi ultraviolet dapat
merusak sel Langerhans, mengurangi kemampuannya mencegah kanker.
2. Dermis
Dermis atau kutan (cutaneus) merupakan lapisan kulit di bawah epidermis yang
membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan struktur pada
kulit.
Lapisan papilla dermis berada langsung di bawah epidermis dan tersusun terutama
dari sel-sel fibroblast yang dapat menghasilkan salah satu bentuk kolagen, yaitu suatu
komponen dari jaringan ikat. Dermis juga tersusun dari permbuluh dara dan limfe,
serabut saraf, kelenjar keringat dan sebasea. serta akar rambut. Suatu bahan mirip gel,

asam hialuronat, di sekresikan oleh sel-sel jaringan ikat. Bahan ini mengelilingi
protein dan menyebabkan kulit menjadi elastis dan memiliki turgor (tegangan). Pada
seluruh dermis dijumpai pembuluh darah, saraf sensorik dan simpatis, pembuluh
limfe, folikel rambut, serta kelenjar keringant dan palit (sebasea). Sel mast, yang
mengeluarkan histamine selama cedera atau peradangan, dan makrofag, yang
memfagositosis sel-sel mati dan mikro-organisme, juga terdapat di dermis.
Pembuluh darah di dermis menyuplai makanan dan oksigen pada dermis dan
epidermis, serta membuang produk-produk sisa. Aliran darah dermis memungkinkan
tubuh mengontrol tempraturnya. Pada penurunan suhu tubuh, saraf-saraf simpatis ke
pembuluh darah meningkatkan pelepasan norepinefrin. Pelepasan norepinefrin
menyebabkan kontriksi pembuluh sehingga panas tubuh dapat dipertahankan. Apabila
suhu tubuh terlalu tinggi, maka rangsangan simpatis terhadap pembuluh daran dermis
berkurang sehingga terjadi dilatasi pembuluh sehingga panas tubuh akan dipindahkan
ke lingkungan. Hubungan arteriovena (AV) yang disebut anastomosis, dijumpai pada
sebagian pembuluh darah. Anastomosis AV mempermudah pengaturan suhu tubuh
oleh kulit dengan memungkinkan darah melewati bagian atas dermis pada keadaan
yang sangat dingin. Saraf simpatis ke dermis juga mempersaraf kelenjar keringat,
kelenjar sebasea, serta folikel rambut.
3. Lapisan Subkutis


4

Lapisan subkutis kulit terletak di bawah dermis. Lapisan ini terdiri atas lemak dan
jaringan ikat di mana berfungsi untuk memberikan bantalan antara lapisan kulit dan
struktur internal seperti otot dan tulang, serta sebagai peredam kejut dan insulator
panas. jaringan ini memungkinkan mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan
penyekatan panas tubuh.
Lemak yang bertumpuk dan tersebar menurut jenis kelamin seseorang, secara
parsial akan menyebabkan perbadaan bentuk tubuh laki-laki dengan perempuan.
Maka yang berlebihan akan meningkatkan penimbunan lemak di bawah kulit. Jaringa
subkutan dan jumlah lemak yang tertimbun merupakan factor penting dalam
pengaturan suhu tubuh.
4. Rambut
Rambut di bentuk dari keratin melalui proses diferensiasi yang sudah di tentukan
sebelumnya, sel-sel epidermis tertentu akan membentuk folikel-folikel rambut.
Folikel rambut ini disokong oleh matriks kulit dan akan berdiferensiasi menjadi
rambut. Kemudian suatu saluran epitel akan terbentuk, melalui saluran inilah rambut
akan keluar ke permukaan tubuh. Sama seperti sisik, rambut terdiri atas keratin mati
dan dibentuk dengan kecepatan tertentu. Sistin dan metionin, yaitu asam amino yang
mengandung sulfur dengan ikatan kovalen yang kuat, memberikan kekuatan pada

rambut.
Pada kulit kepala, kecepatan pertumbuhan rambut biasanya 3 mm perhari. Setiap
folikel rambut melewati siklus: pertumbuhan (9rambut anagen), stadium
intermedia(rambut kotagen), dan involusi (rambut tolagen). Stadium anagen pada
kulit kepala dapat bertahan selama kurang lebih 3 tahun, sedangkan stadium tolagen
hanya bertahan sekitar 3 bulan saja. Begitu folikel rambut mencapai stadium tolagen,
maka rambut akan rontok. Pada akhirnya foliker rambut akan mengalami regenerasi
menjadi stadium anagen dan akan terbentuk rambut baru. Aktivitas siklus folikel
rambut ini satu dengan lainnya tidak saling bergantungan. Pola mosaic ini mencegah
terjadinya kebotakan sementara pada kulit kepala. Bila proses ini berhenti, maka
orang akan tersebut akan mengalami kebotakan permanen.

5

Sekitar 90% dari 100.000 folikel rambut pada kulit kepala yang normal berada
dalam fase pertumbuhan pada satu saat. Limapuluh hingga 100 lembar rambut kulit
kepala akan rontok setiap harinya.
Rambut pada berbagai bagian tubuh memiliki fungsi yang bermacam-macam.
Rambut pada bagian mata (alis dan bulu mata), hidung, dan telinga menyaring debu,
binatang kecil, serta kotoran yang terbawa oleh udara.

Warna rambut di tentukan oleh jumlah melanin yang beragam dalam batang
rambut. Rambut yang berwarna kelabu atau putih mencerminkan tidak adanya pigmen
tersebut. Pada bagian tubuh tertentu, pertumbuhan rambut di kontrol oleh hormonhormon seks. Contoh yang paling nyata adalah rambut pada wajah (rambut janggut
dan kumis) dan rambut pada bagian dada, serta punggung yang dikendalikan oleh
hormone laki-laki yang dikenal sebagai hormone androgen.
Kuantitas dan distribusi rambut dapat dipengaruhi oleh kondisi endokrin. Sebagai
contoh, sindrom Cushing menyebabkan hirsutisme (pertumbuhan rambut yang
berlebihan, khususnya pada wanita); hipotiroidisme (tiroid yang kurang aktif)
menyebabkan perubahan tekstur rambut. Pada banyak kasus, kemoterapi dan terapi
radiasi pada kanker akan menyebabkanpenipisan rambut atau pelemahan batang
rambut sehingga terjadi alopesia (kerontokan rambut) yang parsial atau total dari kulit
kepala maupun bagian tubuh yang lain.
5. Kuku
Kuku merupakan lempeng keratin mati yang di bentuk oleh sel-sel epidermis
matriks kuku. Matriks kuku terletak dibawah bagian proksimal lempeng kuku dalam
dermis. Bagian ini dapat terlihat sebagai suatu daerah putih yang disebut lunula, yang
tertutup oleh lipatan kuku bagian proksimal dan kutikula. Oleh karena rambut
maupun kuku merupakan struktur keratin yang mati, maka rambut dan kuku tidak
mempunyai ujung saraf dan tidak mempunyai aliran darah. Kuku akan melindungi
jari-jari tangan dan kaki dengan menjaga fungsi sensoriknya yang sangat berkembang,

serta meningkatkan fungsi-fungsi halus tertentu seperti fungsi mengangkat bendabenda kecil.
Pertumbuhan kuku berlangsung terus sepanjang hidup dengan pertumbuhan ratarata 0,1 mm per hari. Pertumbuhan ini berlangsung lebiih cepad pada kuku jari tangan
daripada kuku jari kaki dan cenderung melambat bersamaan dengan proses penuaan.
6

Pembaruan total kuku jari tangan memerlukan waktu sekitar 170 hari, sedangkan
pembaruan kuku jari kaki membutuhkan waktu 12 hingga 18 bulan (Smeltzer, 2002).
6. Kelenjar pada Kulit
Kelenjar Sebasea. Kelenjar sebasea menyertai folikel rambut. Kelenjar ini
mengeluarkan bahan berminyak yang disebut sebum ke saluran di sekitarnya. Untuk
setiap lembar rambut terdapat sebuah kelenjar sebasea yang sekretnya akan melumasi
rambut dan membuat rambut menjadi lunak, serta lentur. Kelenjar sebasea terdapat di
seluruh tubuh, terutama di wajah, dada, dan punggung. Testosteron meningkatkan
ukuran kelenjar sebasea dan pembentukan sebum. Kadar testosterone meningkat pada
pria dan wanita selama pubertas.
Kelenjar Keringat. Kelenjar keringat ditemukan pada kulit disebagian besar
permukaan tubuh. Kelenjar ini terutama terdapat pada telapak tangan dan kaki. Hanya
glans penis, bagian tepi bibir, telinga luar, dan dasar kuku yang tidak mengandung
kelenjar keringat. Kelenjar keringat dapat di klasifikasikan lebih lanjut menjadi dua
kategori, yaitu kelenjar merokrin dan apokrin.

Kelenjar merokrin ditemukan pada semua daerah kulit. Saluran keluarnya
bermuara langsung ke permukaan kulit. Kelenjar apokrin berukuran lebih besar dan
berbeda dengan kelenjar ekrin. Sekret kelenjar ini mengandung fragmen sel-sel
sekretorik.
Kelenjar apokrin terdapat didaerah aksila, anus, skrotum, dan labia mayora.
Saluran keluarnya pada umumnya bermuara ke dalam folikel rambut. Kelenjar
apokrin akan menjadi aktif pada pubertas. Kelenjar apokrin memproduksi keringat
yang keruh seperti seperti susu dan di uraikan oleh bakteri untuk menghasilkan bau
ketiak yang khas. Kelenjar apokrin yang khusus dan dinamakan kelenjar seruminosa
dijumpai pada telinga luar, tempat kelenjar tersebut memproduksi serum. Sekresi
apokrin tidak mempunyai fungsi apapun yang berguna bagi manusia, tetapi kelenjar
ini menimbulkan bau pada ketiak apabila sekresinya mengalami dekomposisi oleh
bakteri.
Sekret yang encer seperti air yang disebut keringat atau peluh dihasilkan oleh
bagian basal yang berbentuk seperti kumparan pada kelenjar ekrin dan dilepaskan ke
dalam saluran keluarnya yang sempit. Keringat terutama tersusun dari air dan
mengandung sekitar separuh dari kandungan garam dalam plasma darah. Keringat
7

dilepas Dari kelenjar ekrin sebagai reaksi terhadap kenaikan suhu sekitarnya dan

kenaikan suhu tubuh. Kecepatan sekresi keringat dikendalikan oleh system saraf
simpatik. Pengeluaran keringat yang berlebihan pada telapak tangan dan kaki, aksila,
dahi dan daerah-daerah lainnya dapat terjadi sebagai reaksi terhadap rasa nyeri, serta
stress.
7. Fungsi Kulit
Secara umum beberapa fungsi kulit adalah sebagai berikut.
1. Proteksi
2. Sensasi
3. Termoregulasi
4. Metabolisme,sintesis vitamin D
5. Keseimbangan air
6. Penyerapan zat atau obat
7. Penyimpanan nutrisi
Selain fungsi di atas, kulit juga memiliki peran dalam komunikasi
nonverbal, sebagai contoh dalam kaitannya dengan emosi, misalnya wajah
kemerahan dalam menahan marah atau malu dan petunjuk tentang kondisi usia
seseorang dan status kesehatan.
a. Proteksi
Kulit yang menutupi sebagian besar tubuh memiliki ketebalan sekitar 1 atau 2 mm yang
memberikan perlindungan yang sangat efektif terhadap trauma fisik, kimia, dan biologis dari dan
invasi bakteri. Kulit telapak tangan dan kaki yang menebal memberikan perlindungan terhadap
pengaruh trauma yang terus-menerus terjadi di daerah tersebut.
Bagian sratum korneum epidermis merupakan barier yang paling efektif terhadap
berbagai factor lingkungan seperti zat-zat kimia, sinar matahari, virus, fungus, gigitan serangga,
luka karena gesekan angin, dan trauma. Kulit dapat mencegah penetrasi zat-zat dari luar yang
berbahaya ataupun kehilangan cairan dan substansi lain yang vital bagi homeostasis tubuh.
Lapisan dermis kulit memberikan kekuatan mekanis dan keuletan melalui jaringan ikat fibrosa
dan serabut kolagennya. Serabut elastic dan kolagen yang saling berjalin dengan epidermis
memungkinkan kulit untuk berperilaku sebagai satu unit. Dermis tersusun dari jalinan vascular,
akar rambut tubuh, dan kelenjar peluh, serta sebasea. Oleh karena epidermis bersifat avaskular,
dermis merupakan barier transportasi yang efisien terhadap substansi yang dapat menembus

8

stratum korneum dan epidermis. Factor-faktor lain yang memengaruhi fungsi protektif kulit
mencakup usia kulit, daerah kulit yang terlibat dan status vascular.
b. Sensasi
Ujung-ujung reseptor serabut saraf pada kulit memungkinkan tubuh untuk memantau
secara terus-menerus keadaan lingkungan di sekitarnya. Fungsi utama reseptor pada kulit adalah
untuk mengindra suhu, rasa nyeri, sentuhan yang ringan dan tekanan (sentuhan yang berat).
Berbagai ujung saraf bertanggung jawab untuk bereaksi terhadap setiap stimuli yang berbeda.
Meskipun tersebar di seluruh tubuh, ujung-ujung saraf lebih terkonsentrasi pada sebagian daerah
dibandingkan bagian lainnya. Sebagai contoh, ujung-ujung jari tangan jauh lebih terinevasi
ketimbang kulit pada bagian punggung tangan.

c. Termoregulasi
Peran kulit dalam pengaturan panas meliputi sebagai penyekat tubuh vasokonstraksi
(yang memengaruhi aliran darah dan hilangnya panas ke kulit), dan sensasi suhu. Perpindahan
suhu dilakukan pada system vascular, melalui dinding pembuluh, ke permukaan kulit dan hilang
ke lingkungan sekitar melalui mekanisme penghilang panas. Pada kondisi suhu tubuh rendah,
pembuluh darah akan mengalami konstriksi. Sebaliknya saat suhu tinggi, hipotalamus
menghambat vasokonstriksi dan pembuluh dilatasi. Saat kulit menjadi dingin, sensori mengirim
informasi ke hipotalamus, yang mengakibatkan menggigil, menghambat keringat dan
vasokonstriksi. Pengeluaran dan produksi panas terjadi secara simultan. Sruktur kulit dan
paparan terhadap lingkungan secara konstan, pengeluaran panas secara normal melalui radiasi,
konduksi, konveksi, dan evaporasi.
 Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan
objek lain tanpa keduanya bersentuhan. Panas berpindah gelombang elektromagnetik.
Adanya aliran darah dari organ internal inti membawa panas ke kulit dan ke pembuluh
darah permukaan. Variasi jumlah panas yang di bawa ke permukaan bergantung pada
tingkat vasokonstriksi dan vasodilatasi yang diatur oleh hipotalamus. Penyebaran panas
dari kulit ke setiap objek kulit yang lebih dingin di sekelilingnya. Penyebaran meningkat
9

bila perbedaan suhu antara objek juga meningkat. Vasodilatasi perifer juga meningkatkan
aliran darah ke kulit untuk memperluas penyebaran yang ke luar. Vasokonstriksi perifer
meminimalkan kehilangan panas ke luar. Sampai 85% area permukaan tubuh manusia
menyebarkan panas ke lingkungan. Namun, bila lingkungan lebih hangat dari kulit, tubuh
mengabsorbsi panas melalui radiasi. Perawat meningkatkan kehilanhan panas melalui
radiasi dengan melepaskan pakaian atau selimut. Posisi pasien meningkatkan kehilangan
panas melalui radiasi.
 Konduksi
Konduksi merupakan pengeluaran panas dari satu objek ke objek lain melalui
kontak langsung. Proses pengeluaran atau perpindahan suhu tubuh terjadi pada saat kulit
hangat menyentuh objek yang lebih dingin. Ketika kondisi suhu dua objek sama,
kehilangan panas konduktif terhenti. Perpindaha panas secara konduksi dapat melalui
benda padat, gas, dan cair. Penting bagi perawat untuk mengetahui bahwa cara
menurunkan panas tubuh secara konduksi hanya menyebabkan sedikit kehilangan panas.
Perawat meningkatkan kehilangan panas konduktif ketika memberikan beberapa lapis
pakaian akan mengurangi efek konduktif.
 Konveksi
Konveksi merupakan suatu perpindahan panas akibat adanya gerakan udara yang
secara langsung kontak dengan kulit. Adanya arus udara membawa udara hangat akan
menyebabkan kehilangan panas secara konveksi. Sebaliknya arus udara dingin
meningkatkan pengeluaran panas melalui konveksi. Pemberian pakaian atau selimut akan
menurunkan efek dari konveksi. Kondisi ini memberikan inplikasi pada perawat dalam
mengatur suhu lingkungan pada pasien yang mengalami kondisi hipertermi atau
hipotermi.
 Evaporasi
Evaporasi adalah perpindahan energy panas ketika cairan berubah menjadi gas.
Selama evaporasi, kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap gram air yang menguap.
Tubuh secara kontinu kehilangan panas secara evaporasi. Kira-kira 600-900 ml sehari
meguap dari kulit dan paru, yang mengakibatkan kehilangan air dan panas. Kehilangan
10

normal ini dipertimbangkan kehilangan air tidak kasat mata (insensible water loss)dan
tidak memainkan peran utama dalam pengaturan suhu.
Dengan mengatur perspirasi atau berkeringat, tubuh meningkatkan kehilangan
panas evaporative tambahan. Berjuta-juta kelenjar keringat yang terletak dalam dermis
kulit menyekresi keringat melalui duktus kecil pada permukaan kulit. Ketika suhu tubuh
meningkat, hipotalamus anterior member sinyal kelenjar keringat untuk melepaskan
keringat. Selama latihan dan stress emosi atau mental, berkeringat adalah salah satu cara
untuk menghilangkan kelebihan panas yang dibuat melalui peningkatan laju metabolic
(Potter,2006).
d. Metabolisme
Meskipun sinar matahari yang kuat dapat merusak sel-sel epitel dan jaringan,
tetapi sinar matahari dengan jumlah yang dapat di toleransi sangat di perlukan tubuh
manusia. Ketika radiasi sinar ultraviolet memberikan paparan, maka sel-sel epidermal di
dalam stratum spinosum dan stratum germinativum akan mengonversi pelepasan steroid
kolesterol menjadi vitamin D3, atau kolekalsiferol. Organ hati kemudian mengonversi
kolekalsiferol menjadi produk yang digunakan organ ginjal untuk menyintesis hormon
kalsitriol. Kalsitriol merupakan komponen yang penting untuk membantu absorpsi
kalsium dan fosfor di dalam usus halus. Ketidakadekuatan dari pengiriman kalsitriol akan
menghambat pemeliharaan dan pertumbuhan tulang.
e. Keseimbangan air
Stratum korneum memiliki kemampuan untuk menyerap air dan dengan demikian
akan mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh
dan mempertahankan kelembapan dalam jaringan subkutan.
Apabila kulit mengalami kerusakan, misalnya pada luka bakar, cairan dan
elektrolit dalam jumlah yang besar dapat hilang dengan cepat sehingga bisa terjadi kolaps
sirkulasi, syok serta kematian. Di lain pihak, kulit tidak sepenuhnya impermeable
terhadap air. Sejumlah kecil air akan mengalami evaporasi secara terus-menerus dari
permukaan kulit. Evaporasi ini yang dinamakan perspirasi tidak kasat mata (insensible
perspiration) yang berjumlah kurang lebih 600 ml per hari untuk orang dewasa yang
normal. Kehilangan air yang tidak kasat mata (insensible water loss) bervariasi menurut

11

suhu tubuh. Pada penderita demam, kehilangan ini dapat meningkat. Ketika terendam
dalam air, kulit dapat menimbun air sampai tiga hingga empat kali berat normalnya.
Contoh keadaan ini yang lazim dijumpai adalah pembengkakan kulit sesudah mandi
berendam untuk waktu yang lama.
f. Penyerapan zat atau obat
Berbagai senyawa lipid (zat lemak) dapat diserap lewat stratum korneum,
termasuk vitamin (A dan D) yang larut lemak dan hormone-hormon steroid. Obat-obat
dan substansi lain dapat memasuki kulit lewat epidermis melalui jalur transepidermal atau
lewat lubang-lubang folikel.
8. Fungsi Respons Imun
Hasil-hasil penelitian terakhir menunjukkan bahwa beberapa sel dermal
(sel-sel langerhans, interleukin-1 yang memproduksi keratinosit, dan
subkelompok limfosit-T) merupakan komponen penting dalam sistem imun.
Penelitian yang masih berlangsung harus mendefinisikan lebih jelas peranan selsel dermal dalam fungsi imun.
9. Pertimbangan Gerontologi
Secara fisiologis sistem integument akan mengalami perubahan yang
signifikan akibat proses penuaan. Kondisi perubahan utama yang terjadi pada kulit
lansia meliputi kering, keriput, pembentukkan pigmentasi yang tidak merata, dan
terbentuknya berbagai lesi proliferative.
Secara struktur terjadi perubahan seluler dimana terjadi penipisan titik
temu antara dermis dan epidermis sehingga meningkatkan kondisi kekeringan
pada kulit. Keadaan ini menyebabkan lokasi pengikatan yang lebih sedikit antara
dua lapisan kulit tersebut sehingga suatu kondisi cedera atau stress yang ringan
pada epidermis dapat menyebabkan lapisan itu terlepas dari dermis. Kondisi ini
memberikan implikasi pada perawat bahwa fenomena penuaan ini dapat menjadi
penyebab meningkatnya kerentanan kulit yang menua terhadap trauma, misalnya
pasien yang kurang mobilisasi akan meningkatkan resiko ulkus tekan yang lebih
tinggi disbanding usia dewasa muda.

12

Dengan bertambahnya usia, struktur dari epidermis dan dermis akan
mengalami penipisan dan pendataran sehingga timbul pengeriputan kulit, kulit
yang menggantung , dan lipatan kulit yang saling tumpah tindih. Hilangnya
substansi elastin, kolagen, dan lemak subkutan dalam jaringan bawah kulit
bertanggung jawab terhadap penurunan daya perlindungan, pembantalan jaringan
dan organ di bawahnya, serta menurunkan tonus otot.
Perubahan struktur kulit akibat pergantian sel yang melambat karena
proses penuaan meningkatkan terbentuknyaa pigmentasi pada kulit. Dengan
terjadinya penipisan lapisan dermis, kulit akan menjadi rapuh dan transparan.
Pasokan darah ke kulit juga berubah sejalan dengan bertambahnya usia. Pembuluh
darah, terutama lingkaran kapiler akan menurun jumlah dan ukurannya.
Perubahan vascular ini turut menghambat penyembuhan luka yang umum terlihat
pada pasien-pasien lansia. Selain itu, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea juga
akan menurun jumlah dan kapasitas fungsionalnya sehingga kulit menjadi kering
dan bersisik. Penurunan kadar hormone androgen diperkirakan turut menyebabkan
berkurangnya fungsi kelenjar sebasea.
Pertumbuhan rambut akan berkurang secara bertahap, terutama rambut di
tungkai bawah dan dorsum kaki. Penipisan rambut sering terlihat di kulit kepala,
aksila, dan pubis. Fungsi lain yang dipengaruhi oleh proses penuaan normal
adalah fungsi barier, persepsi sensorik, dan termoregulasi.
2.2 Definisi Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak (dermatitis venenata) merupakan reaksi inflamasi kulit terhadap unsur
– unsur fisik, kimia, atau biologi. Epidermis mengalami kerusakan akibat iritasi fisik dan kimia
yang berulang-ulang. Dermatitis kontak dapat berupa tipe iritan primer dimana reaksi nonallergic terjadi akibat pajanan terhadap substansi iritatif, atau tipe alergi (dermatitis kontak alergi)
yang disebabkan oleh pajanan orang yang sensitive terhadap allergen kontak (Arif Muttaqin &
Kumala Sari, 2012).
Dermatitis kontak terbagi 2 yaitu :
1. Dermatitis kontak iritan (mekanisme non imunologik)

13

Dermatitis yang terjadi akibat kontak dengan bahan yang secara kimiawi atau fisik
merusak kulit tanpa dasar imunologik, biasanya terjadi sesudah kontak pertama
dengan iritan.
2. Dermatitis kontak alergik (mekanisme imunologik spesifik)
Merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV yang terjadi akibat kontak kulit dengan
bahan alergik.
2.3

Etiologi
Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar merupakan respon kulit

terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu alergi makanan juga bisa
menyebabkan dermatitis. Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi.
Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
a.
Luar (eksogen) misalnya bahan kimia (deterjen, oli, semen, asam, basa), fisik
b.

(sinar uv, suhu), mikroorganisme (bakteri, jamur).
Dalam (endogen) misalnya pada seseorang yang memiliki riwayat kepekaan
terhadap zat tertentu.

2.4

Patofisiologi
Adanya riwayat kontak dengan penyebab dermatitis kontak iritan seperti sabun, detergen,

bahan pembersih, dan zat kimia industry serta adanya factor predisposisinya mencakup
keadaan terlalu panas atau terlalu dingin atau oleh kontak yang terus-menerus dengan sabun
serta air, dan penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya memberikan manifestasi inflamasi
pada kulit. Response inflamasi pada kulit pada dermatitis kontak diperantarai melalui
hipersensitifitas lambat jenis seluler tipe IV.
a. Dermatitis Kontak Iritan
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang
disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan
merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan
tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan
komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka
fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan membebaskan
prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan
transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan sistem kinin. Juga akan menarik
neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin,
prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets yang akan
14

menyebabkan rperubahan vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen
dan sintesis protein. Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratinosit dan
keluarnya mediator- mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis
kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis. Kontak iritan tidak melalui fase
sensitisasi.
Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan
menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang, sedang
iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulangulang.
b. Dermatitis Kontak Alergik
Tipe ini memiliki periode sensitisasi 10 – 14 hari. Reaksi hipersensitivitas tipe IV
terjadi melalui 2 fase yaitu:
1. Fase sensitisasi
Terjadi saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal
dan memberi respons, yang memerlukan 2-3 minggu. Pada fase induksi/fase
sensitisasi ini, hapten masuk ke dalam kulit dan berikatan dengan protein
karier membentuk antigen yang lengkap. Antigen ini ditangkap dan diproses
lebih dahulu oleh makrofag dan sel langerhans. Kemudian memacu reaksi
limfosit T yang belum tersensitisasi di kulit sehingga sensitisasi terjadi pada
limfosit T. melalui saluran limfe, limfosit tersebut bermigrasi ke darah
parakortikal kelenjar getah bening regional untuk berdiferensiasi dan
berproliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan
sel memori. Kemudian sel-sel tersebut masuk ke dalam sirkulasi, sebagian
kembali ke kulit dan sistem limfoid, tersebar di seluruh tubuh, menyebabkan
keadaan sensitisasi yang sama di seluruh kulit tubuh.
2. Fase elisitasi
Fase kedua (elisitasi) hipersensitivitas tipe lambat terjadi pada pajanan
ulang alergen (hapten), hapten akan ditangkap sel langerhans dan diproses
secara kimiawi menjadi antigen, diikat oleh HLA-DR, kemudian diekskresi di
permukaan kulit. Selanjutnya kompleks HLA-DR-antigen akan
dipresentasikan kepada sel T yang telah tersensitisasi baik di kulit maupun di
kelenjar limfe sehingga terjadi proses aktivasi. Fase elisitasi umumnya
berlangsung antara 24-48 jam. Gambaran klinisnya dapat berupa vasodilatasi

15

dan infiltrat perivaskuler pada dermis, edema intrasel, biasanya terlihat pada
permukaan dorsal tangan.
2.5

Manifestasi Klinis
Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut terutama

pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka (terutama
palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
a.
Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan
b.

eksudasi sehingga tampak basah.
Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi

c.

kusta.
Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan
likenefikasi.

Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal dermatitis memberi
gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.
2.6

Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis gangguan integument

yaitu :
a. Biopsi kulit
Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih jaringan dari kulit
yang terdapat lesi. Biopsi kulit digunakan untuk menentukan apakah ada keganasan
atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.
b. Uji kultur dan sensitivitas
Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan jamur pada
kulit. Kegunaan lain adalah untuk mengetahui apakah mikroorganisme tersebut
resisten pada obat – obat tertentu. Cara pengambilan bahan untuk uji kultur adalah
dengan mengambil eksudat pada lesi kulit.
c. Pemeriksaan Darah
Hb, leoukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin.
d. Uji temple
Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi. Untuk mengetahui
apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan factor imunologis, mengidentifikasi respon
alergi. Uji ini menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada kulit, selanjutnya
16

dilihat bagaimana reaksi local yang ditimbulkan. Apabila ditemukan kelainan pada
kulit, maka hasilnya positif.
2.7

Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak alergik yang baik

adalah mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi
individual yang sesuai dengan tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit. Pengobatan
yang diberikan dapat berupa pengobatan topikal dan sistemik.
a. Pengobatan topical
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum pengobatan
dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka), bila kering berikan
terapi kering. Makin akut penyakit, makin rendah prosentase bahan aktif. Bila akut
berikan kompres, bila subakut diberi losio, pasta, krim atau linimentum (pasta
pendingin), bila kronik berikan salep. Bila basah berikan kompres, bila kering
superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi
salep. Medikamentosa topikal saja dapat diberikan pada kasus-kasus ringan. Jenisjenisnya adalah :
1. Kortikosteroid
2. Radiasi ultraviolet
3. Siklosporin A.
4. Antibiotika dan antimikotika
5. Imunosupresif topical
b. Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau edema, juga
pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau kronik. Jenis-jenisnya
adalah:
1. Antihistamin.
2. Kortikosteroid
3. Siklosporin
4. Pentoksifilin
5. FK 506 (Takrolimus)
6. Ca++ antagonis
7. Derivat vitamin D3
8. SDZ ASM 981
2.8

Pencegahan

17

Pencegahan dermatitis kontak berarti menghindari berkontak dengan bahan yang telah
disebutkan di atas. Program perawatan kulit sebaiknya diikutsertakan dalam program
pendidikan, memuat informasi tentang kulit sehat dan penyakit kulit yang terkait dengan
pekerjaan. Juga pengenalan diri penyakit kulit dan kegunan prosedur perlindungan, sebagai
contoh program perlindungan kulit pada pekerja di “pekerjaan basah”, yaitu mencuci tangan
dengan air biasa, lalu bilas dan keringkan tangan dengan sempurna setelah mencuci, karena
kulit yang tidak dilindungi lebih mudah terkena iritasi, maka disarankan memakai sarung
tangan untuk melindungi kulit terhadap air, kotoran, deterjen, sampo, dan bahan makanan.
Yang juga penting diperhatikan, hindari pemakaian cincin selagi bekerja, karena
dermatitis umumnya dimulai pada jari yang memakai cincin sebagai reaksi terhadap iritan
yang terjebak dibawah cincin. Pemakaian disinfektan sebaiknya disesuaikan dengan
kebutuhan tempat kerja. Sebab, umumnya disinfektan bersifat iritan dan turut berperan
terhadap perkembangan menjadi dermatitis kontak di tangan.
Cara lainnya gunakan pelembab sewaktu bekerja atau setelah bekerja. Pilih pelembab
yang banyak mengandung lemak dan bebas parfum, serta bahan pengawet berpotensi
alergenik terendah. Pelembab terbukti dapat mempermudah regenerasi fungsi sawar kulit dan
kandungan lemak berhubungan dengan kecepatan proses regenerasi tersebut. Pelembab
sebaiknya dipakai diseluruh tangan, termasuk sela jari, ujung jari, dan punggung tangan.
Pekerja yang mempunyai riwayat alergi pada kulit cenderung terkena dermatosis daripada
yang tidak mempunyai riwayat alergi kulit. Pekerja yang kebersihan perorangannya buruk
lebih banyak yang dermatosis daripada yang kebersihan perorangannya baik atau sedang.
Strategi pencegahan meliputi:
a.
Bersihkan kulit yang terkena bahan iritan dengan air dan sabun. Bila dilakukan
b.

secepatnya, dapat menghilangkan banyak iritan dan alergen dari kulit.
Gunakan sarung tangan saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga untuk

c.

menghindari kontak dengan bahan pembersih.
Bila sedang bekerja, gunakan pakaian pelindung atau sarung tangan untuk

d.

menghindari kontak dengan bahan alergen atau iritan.
Pekerja dengan usia di atas 40 tahun atau usia lanjut sebaiknya mengurangi
kontak dengan bahan kimia. Karena semakin tua usia kulit menjadi semakin
menipis dan kehilangan kelenturan. Hal ini memudahkan terjadinya dermatitis.

2.9 Komplikasi

18

Komplikasi dengan penyakit lain yang dapat terjadi adalah sindrom pernapasan akut,
gangguan ginjal, Infeksi kulit oleh bakteri-bakteri yang lazim dijumpai terutama
staphylococcus aureus, jamur, atau oleh virus misalnya herpes simpleks.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3. 1 PENGKAJIAN DATA KLIEN
A. Biodata pasien:
Nama

:

Tn. “Y”

Umur

:

22 Th

Suku/bangsa

:

Bengkulu/ Indonesia

Jenis kelamin

:

Laki-laki

Agama

:

Islam

Status

:

Belum Nikah

Pendidikan

:

SMA

Pekerjaan

:

Mahasiswa

Suku bangsa

:

Bengkulu / Indonesia

Alamat

:

Jl. Hibrida Raya No. 1

Tanggal masuk RS

:

30 Oktober 2012

19

Tanggal pengkajian

:

1 Nopember 2012

Dx Medis

:

Dermatitis atopik

Keluarga dekat yang dapat dihubungi:
Nama

:

Ny “S”

Umur

:

49 Tahun

Jenis kelamin

:

Wanita

Pekerjaan

:

Ibu rumah tangga

Alamat

:

Jl. Hibrida Raya No. 1

Hub. Dengan pasien

:

Ibu Klien

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama :
Pada saat Pasien datang ke rumah sakit keluhannya adalah adanya gatal-gatal yang hebat
pada bagian kulit..
Alasan masuk rumah sakit :
Pasien masuk IGD tanggal 30 Oktober 2012 pukul 10.30 WIB, dengan keluhan adanya gatal –
gatal yang hebat, Lesi pada daerah garutan.
2. Riwayat kesehatan sekarang :
 Faktor pencetus
Pasien mengatakan tidak mengetahui apa yang menyebabkan gatal – gatal yang diderita
klien.
 Sifat keluhan
Pasien mengatakan gatal yang klien derita terjadi terus menerus dan biasanya akan
mengeluarkan akan meninggalkan bekas yang menonjol.
 Lokalisasi dan sifatnya
Pasien mengatakan gatal pada daerah kulitnya dapat menyebar.
 Berat ringannya keluhan
Klien mengatakan gatal –gatal yang di derita pasien adalah gatal hebat yang dapat
mengganggu aktivitas klien.
 Lamanya keluhan
20

Klien mengatakan kalau keluhan yang di derita oleh klien ini diderita sejak 3 minggu
terakhir


Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Klien mengatakan saat Gatal–gatal yang diderita klien,klien hanya mengoleskan
minyak kayu putih dan Balsem, dan meminun obat yang diberikan oleh mantri saat ia
berobat. Klien mengatakan, Saat klien menggaruk kulitnya pada daerah yang gatal,
terkadang meninggalkan bekas dan mengeluarkan cairan, dan klien tidak menghiraukan
dengan gatal-gatlnya, karena Pasien tidak tahu tentang penyaikt yang klien derita.



Keluhan saat pengkajian
Klien mengatakan gatal-gatal timbul secara tiba-tiba dan menetap dan cenderung
mengeluarkan cairan dan setalah itu akan meninggalkan bekas yang berupa tonjolan kulit
ke luar.

Diagnosa medik :
Suspect Dermatitis
Dermatitis

: 30 Oktober 2012
: 2 Nopember 2012

3. Riwayat Kesehatan Dahulu
 Penyakit yang pernah dialami
Klien pernah dirawat dirumah sakit Arga Makmur dengan keluhan sesak napas, batuk
berdahak selama 1 minggu,
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan kalau bapaknya pernah menderita penyakit yang sama, dan bapaknya
juga pernah menderita sesak napas.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum :
Penampilan umum
Kesadara
Klien tampa
BB
TB
2. Tanda-tanda vital
TD
ND

: Keadaan umum lemah.
: Composmentis
: lemah
: 60 kg
: 153 Cm
: 90/60 mmHg
: 90 i/menit
21

RR
S

: 27 i/menit
: 36,3 c

3. Kulit
 Inspeksi : warna kulit gelap, lesi kulit ada, pruritus ada, terdapat papul, Ekskoriasi,


krusta dan likeforasi.
Palpasi
: suhu panas,

4. Kepala/Rambut
 Inspeksi : Bersih, tidak ada ketombe, rambut lurus, distribusi rambut merata, bentuk


kepala simetris.
Palpasi
: Tidak ada massa di kepala, rambut halus, tidak berminyak, tidak ada nyeri
tekan.

5. Mata
Fungsi penglihatan
Pupil dan reflek cahaya
Konjungtiva
Lensa/iris
Odema palpebra

: Baik
: Normal
: Anemis
: Tidak ada kekeruhan lensa
: Tidak ada

6. Telinga
Fungsi pendengaran
Kebersihan
Daun telinga
Sekret
Mastoid

: Baik
: Bersih
: Simetris Kiri dan kanan
: Tidak ada
: Tidak ada pembengkakan dan Nyeri tekan mastoid

7. Hidung dan Sinus
Inspeksi
Fungsi pennciuman
Pembengkakan
Kebersihan
Pendarahan
Sekret
8. Mulut dan Tenggorokan
Membran mukosa
Kebersihan mulut
Keadaaan gigi
Tanda radang
Trismus

: Bentuk simetris
: Baik
: Tidak ada pembengkakan
: Bersih
: Tidak ada pendarahan
: tidak ada

: kering
: lidah bersih, bentuk lidah simetris
: lengkap, caries dentis ada, gigi palsu tidak ada.
: Tidak ada
: Tidak ada trismus
22

Kesulitan menelan
9. Leher
Trakea
Kelenjar limfe
Kelenjar tiroid
Gerakan leher
Kaku kuduk

: Tidak ada
: Simetris
: Ada pembesaran limfe
: Tidak ada pembesaran tiroid
: Normal
: tidak ada kaku kuduk

10. Thorak dan paru
Inspeksi
: Dada simetris, RR : 27 X/ menit, menggunakan otot bantu pernapasan
Perkusi
: Resonan pada kedua paru
Palpasi
: Fremitus kiri=kanan, Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi
: Vesikuler
11. Abdomen
Inspeksi
Perkusi
Palpasi
Auskultasi

: tdak terdapat kelainan
: normal
: tidak terdapat massa
: bising usus 10 X / menit

12. Genetalia

::normal

13. Neurologis
Status mental

: Compos mentis

Motorik

: Gerak terkoodinasi, fungsi kooordinasi baik, kejang dan tremor tidak

ada
D. Pemeriksaan Penunjang
a. Biopsi kulit
b. Uji temple
c. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus
d. Uji kultur dan sensitivitas
E. Pola Kegiatan Sehari-hari
a. Nutrisi
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kebiasaan klien dalam hal pola makan, frekwensi
maka/hari, nafsu makan, makanan pantang, makanan yang disukai banyak
minuman dlm sehari serta apakah ada perubahan Perubahan selama sakit.
b. Eliminasi
Pada eliminasi yang perlu dikaji adalah Kebiasaan BAK dan BAB seperti
frekuensi,warna dan konsistensi baik sebelum dan sesudah sakit.
c. Aktivitas
23

Pada penderita penyakit dermatitis kontak biasanya akan mengalami gangguan
dalam aktifitas karena adanya rasa gatal dan apabila mengalami infeksi maka akan
mengalami gangguan dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari.
d. Istirahat
Klien biasanya mengeluh susah tidur dimalam hari karena gatal serta adanya
nyeri. Adanya gangguan pola tidur akibat gelisah, cemas.
e. Pola Interaksi social
Secara umum klien yang mengalami dermatitis kontak biasanya pola interaksi sosialnya
terganggu biasanya akan merasa malu dengan penyakitnya.
f. Keadaan Psikologis
Biasanya klien mengalami perubahan dalam berinteraksi dengan orang lain dan biasanya klien

lebih suka menyendiri dan sering cemas dengan penyakit yang diderita. Pada keadaaan
psikologis ada beberapa hal yang perlu dikaji seperti bagaimana persepsi klien terhadap
penyakit yang diderita sekarang, bagaimana harapan klien terhadap keadaan
kesehatannyaserta bagaimana pola interaksi dengan tenaga kesehatan &
lingkungan.
g. Kegiatan Keagamaan
Biasanya klien beranggapan bahwa penyakit yang dideritanya merupakan cobaan untuknya
dan pasti terdapat hikmah untuknya.yang perlu dikaji pada kegiatan keagamaan seperti klien
menganut agama apa selama sakit klien sering berdoa.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi local
2. Resiko tinggi infeksi b.d penurunan imunitas, adanya port de entrée pada lesi.
3. Kebutuhan pemenuhan informasi b.d adekuatnya sumber informasi, resiko penularan,
ketidakefektifan program perawatan dan pengobatan.
4. Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan adanya lesi kulit.
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya pruritus.
3.3

Intervensi
1. Kerusakan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi local
24

Tujuan : Dalam 2x24 jam integritas kulit membaik secara optimal.
Kriteria Hasil : Pertumbuhan jaringan membaik dan lesi berkurang
Intervensi
1.

Kaji kerusakan jaringan kulit yang

Rasional
1.

terjadio pada klien.
2.

Lakukan tindakan peningkatan

informasi intervensi perawatan yang akan
2.

3.
Tingkatkan asupan nutrisi.

di gunakan.
Untuk menghindari cedera kulit, pasien
harus di nasehati agar tidak mencubit

integritas kulit.

3.

Menjadi data dasar untuk memberikan

atau menggaruk daerah yang sakit.
Diet TKTP diperlukan untuk
meningkatkan asupan dari kebutuhan

pertumbuhan jaringan.
4.
Apabila masih belum mencapai dari
kriteria evaluasi 5x24 jam, maka perlu
dikaji ulang factor-faktor menghambat
4.

Evaluasi kerusakan jaringan dan
perkembangan pertumbuhan jaringan.

pertumbuhan dan perbaikan dari lesi.
5.
Banyak masalah kosmetika pada
hakekatnya semua kelainan malignitas
kulit dapat dikaitkan dengan kerusakan

5.

Anjurkan pasien untuk menggunakan
kosmetik dan preparat tabir surya.

kulit kronik.
6.
Penggunaan anti histamine dapat
mengurangi respon gatal serta
mempercepat proses pemulihan

6.

Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat anti histamine dan salep
kulit
2. Resiko tinggi infeksi b.d penurunan imunitas, adanya port de entrée pada lesi.
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada integritas
jaringan lunak.
Kriteria Hasil :
25

1. Lesi akan menutup pada hari ke-7 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan peradangan
pada area lesi.
2. Leukosit dalam batas normal, TTV dalam batas normal.
Intervensi
1.
Kaji kondisi lesi, banyak dan besarnya

1.

bula, serta apakah adanya order khus dari tim
dokter dalam melakukan perawatan kulit.
2.
Berikan petunjuk yang jelas dan rinci
kepada pasien mengenai program terapi.

Rasional
Mengidentifikasi kemajuan atau
penyimpangan dari tujuan yang
diharapkan.

2.

Pendidikan pasien yang efektif
bergantung pada ketrampilanketerampilan interpersonal
professional kesehatan dan pada
pemberian instruksi yang jelas yang
diperkuat dengan instruksi tertulis.

3.

3.
Lakukan pemakaian kompres basah seperti

Kompres basah akan menghasilkan
pendinginan lewat pengisatan yang

yang diprogramkan untuk mengurangi

menimbulkan vasokontriksi

intensitas inflamasi.

.pembuluh drah kulit dan dengan
demikian mengurangi eritema serta
produksi serum.

4.

Berikan terapi antibiotik bila perlu.

4.

Agar tidak terjadi infeksi.

5.

Pasien dan keluarga dapat
mengenal tanda dan gejala infeksi

5.

Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
tanda dan gejala infeksi.

3. Kebutuhan pemenuhan informasi b.d adekuatnya sumber informasi, resiko penularan,
ketidakefektifan program perawatan dan pengobatan.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
terpenuhinya pengetahuan pasien tentang kondisi penyakit.
26

Kriteria Hasil :
1. Mengungkapkan pengertian tentang proses infeksi, tindakan yang dibutuhkan
dengan kemungkina komplikasi.\
2. Mengenal perubahan gaya hidup/ tingkah laku untuk mencegah terjadinya
komplikasi.
2.

Intervensi
Jelaskan pentingnya istrahat.

Rasional
Pengetahuan pasien dan orang tua yang

1.

baik dapat menurunkan resiko
2.

komplikasi.
seseorang dengan drrmatitis kontak
memerlukan nasihat untuk
menghilangkan iritan eksternal dan
menghindari panas yang berlebihan.
Kebiasaan menggaruk dan menggosok

3.

Meningkatkan cara hidup sehat seperti

bagian yang gatal akan memperpanjang

intake makanan yang baik, keseimbangan
antara aktivitas dan istirahat, monitor
4.

lamanya penyakit.

3.

status kesehatan dan adanya infeksi.
Jelaskan tentang kondisi penyakit dan

Meningkatkan system imun dan
pertahanan terhadap infeksi.

pentingnya penatalaksanaan dermatitis
kontak.
5.

4.
Identifikasi sumber-sumber pendukung

Peninjauan kembali dan penjelasan
tentang program terapi merupakan unsur

yang memungkinkan untuk

esensial untuk menjamin kepatuhan

mempertahankan perawatan di rumah

pasien.

yang di butuhkann.
5.
6.

Keterbatasan aktivitas dapat
mengganggu kemampuan pasien untuk

Beri penjelasan untuk perawatan di

memenuhi kebutuhan sehari-hari.

rumah
6.

Bahan untuk penyuluhan yang sudah di
cetak dapat di sediakan untuk
27

memperkuat diskusi tatap muka dengan
pasien mengenai pedoman terapi dan
berbagai masalah lainnya.
4. Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan adanya lesi kulit.
Tujuan : Rasa nyaman klien terpenuhi
Kriteria Hasil :
1. Klien menunjukkan berkurangnya pruritus, ditandai dengan berkurangnya lecet
akibat garukan.
2. Klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal.
3. Klien mengungkapkan adanya peningkatan rasa nyaman.

1.

Intervensi
Periksa daerah yang terlibat.

Rasional
Pemahaman tentang luas dan

1.

karakteristik kulit meliputi bantuan
dalam menyusun rencana interfensi
a.

Upayakan untuk menemukan

a.

penyebab gangguan rasa nyaman.
b.

Membantu menidentifikasi tindakan
yang tepat untk memberikan
kenyamanan.

Mencatat hasil-hasil observasi secara
rinci dengan memakai terminologi
deskriptif.

b.

Deskripsi yang akurat tentang erupsi
kulit diperlukan untuk diagnosa dan
pengobatan. Banyak kondisi kulit tampak
serupa tetapi memepunyai etiologi yang
berbeda, respon inflamasi kutan mungjin
mati pada pasien lansia.

c.

Mengantisipasi reaksi alergi ya