Hubungan Perawakan Pendek terhadap Kesehatan Mental pada Remaja Usia 11-17 Tahun
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perawakan Pendek (Short Stature)
Prevalensi perawakan pendek di seluruh dunia sudah mencapai angka yang patut
dipertimbangkan, berkisar 5% sampai 65% terutama pada negara-negara yang
kurang berkembang.7 Di Indonesia sendiri, perawakan pendek masih terhitung
masalah kesehatan yang berat yaitu dengan prevalensi nasional pada tahun 2013
sebesar 37,2% pada balita, 30,7% pada usia 5 sampai 12 tahun, 35,1% usia 13-15
tahun, dan 31,4% pada usia 16-18 tahun. Prevalensi anak pendek terendah berada
di D.I. Yogyakarta sedangkan prevalensi tertinggi berada di provinsi Papua. 8 Selain
itu, pravalensi yang tinggi 37,2% juga
ditemukan pada daerah pesisir, jika
dibandingkan dengan daerah perkotaan 10,9%.9
Berdasarkan etiologinya, 46,7% perawakan pendek tidak disebabkan oleh
kelainan endokrin. Di negara-negara berkembang, selain genetik, malnutrisi adalah
penyebab terbanyak perawakan pendek pada anak. 13 Berdasarkan jenis kelamin,
menurut penelitian di Saudi pada anak dan remaja usia sekolah, prevalensi laki-laki
yang mencari bantuan medis akibat perawakan pendek lebih banyak 9,2% daripada
perempuan 7,3%.14
2.1.1. Pertumbuhan Normal
Pola pertumbuhan normal adalah bukti bahwa seorang anak atau remaja
mempunyai kesehatan yang baik. Sebaliknya, anak yang menderita penyakit
6
Universitas Sumatera Utara
kronik maupun subakut dapat mengalami pertumbuhan yang terhambat. 1
Pertumbuhan somatik normal merupakan hasil interaksi kompleks dari
faktor genetik,
nutrisi,
dan hormonal.
Dalam
memeriksa penyebab
pertumbuhan yang buruk dan perawakan pendek, perlu diperhatikan
kebutuhan dasar pertumbuhan normal yaitu nutrisi (kalori, protein, kalsium,
mineral, vitamin), oksigen, hormon, absennya paparan toksin, dan komponen
umum lainnya yang dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan yang sehat
bagi seorang anak maupun remaja seperti kecukupan tidur, olahraga dan
faktor-faktor psikososial.15
Faktor hormonal, khususnya, dibutuhkan dalam jumlah yang tepat dan
waktu yang tepat untuk pertumbuhan yang optimal. Hormon pertumbuhan
atau growth hormone (GH) dan Insulin-like growth factor-I (IGF-I) memainkan
peranan penting. Hormon lain (seperti hormon tiroid, insulin, steroid, dan
glukokortikoid) juga mempengaruhi pertumbuhan, melalui interaksinya
dengan aksis hipotalamus-hipofisis-GH-IGF.15
Perubahan sesuai perkembangan
Peran faktor hormonal pada pertumbuhan bergantung pada usia dan
fase perkembangan. Walaupun GH dan hormon tiroid adalah yang utama
dalam proses pertumbuhan normal pada anak, peran mereka dalam kontrol
pertumbuhan janin relatif sedikit. Hal ini digambarkan secara klinis oleh bayi7
Universitas Sumatera Utara
bayi dengan defisiensi GH dan hipotiroid kongenital yang memiliki berat
badan dan panjang badan yang normal saat lahir. Faktor yang penting dalam
pertumbuhan janin meliputi fungsi dan ukiran uterus, nutrisi ibu, insulin dan
IGF.16
Pertumbuhan merupakan proses yang berkesinambungan. Terdapat
tiga fase pertumbuhan setelah lahir: fase infantil, childhood dan pubertal.
Setiap fase mempunyai polanya tersendiri. Perempuan dan laki-laki
mempunyai fase yang sama, namun waktu dan kecepatan pertumbuhannya
berbeda, terutama saat pubertas.16
1.
Fase Infantil: fase ini ditandai oleh pertumbuhan yang cepat namun
mengalami
deselerasi
dalam
dua
tahun
pertama
kehidupan;
pertumbuhan secara keseluruhan selama periode ini sekitar 30
sampai 35 cm. Bayi sering melewati garis persentil pada 24 bulan
pertama ketika mereka tumbuh sesuai potensial genetik mereka. 16
2.
Fase childhood atau kanak-kanak: fase ini ditandai oleh pertumbuhan
yang relatif konstan sekitar 5 sampai 7 cm per tahunnya. Selama
masa kanak-kanak, GH dan hormon tiroid merupakan pemeran utama
dalam proses pertumbuhan
normal.
Nutrisi dan insulin
juga
memainkan peranan penting.16
3.
Fase pubertal: fase ini ditandai oleh percepatan pertumbuhan sebesar
8 sampai 14 cm per tahun akibat efek yang sinergis dari peningkatan
steroid
gonadal
dan
sekresi
hormon
pertumbuhan.
Namun,
8
Universitas Sumatera Utara
percepatan pertumbuhan ini lebih dulu sekitar dua tahun dialami pada
perempuan dibandingkan laki-laki. Puncak kecepatan pertumbuhan
lebih rendah pada perempuan (8,3 cm/tahun) jika dibandingkan
dengan pria (9,5 cm/ tahun). Faktor ini, berkombinasi dengan faktor
percepatan pada laki-laki yang dua tahun lebih lama menyebabkan
perbedaan tinggi dewasa rata-rata 13 cm pada kedua jenis kelamin.
Pertumbuhan biasanya berhenti seiring pubertas, akibat dari maturasi
dan penutupan lempeng epifise yang diinduksi oleh estrogen. 16
Target Tinggi Badan
Anak pendek dapat dikatakan normal jika tinggi badan mereka sesuai
dengan potensial genetiknya. Salah satu metode sederhana dalam
menentukan hal ini adalah dengan menghitung target tinggi badan anak
dengan menggunakan rumus berikut: 1,2,15
- PTG laki-laki
: Tinggi ayah + ( tinggi ibu + 13 cm) ± 8,5 cm
2
- PTG Perempuan
: Tinggi ibu + ( tinggi ayah – 13 cm) ± 8,5 cm
2
Menghitung target tinggi badan dapat menginformasikan indeks
pertumbuhan potensial genetik anak dengan cepat dan akurat. Seorang
anak yang tinggi badannya secara persentil jauh berbeda dari target
9
Universitas Sumatera Utara
persentilnya dapat dikategorikan pendek yang “tidak sesuai” dengan genetik
potensialnya
dan
membutuhkan
evaluasi
yang
berkelanjutan
untuk
menyingkirkan adanya penyakit yang mendasari. 1,2,15
Maturasi Tulang
Selama masa kanak-kanak yang normal, proses pertumbuhan
meliputi penambahan panjang tulang, yang sejalan dengan pematangan
(maturasi) tulang. Usia tulang atau bone age (BA) adalah metode radiografi
untuk menilai maturasi tulang. Tampilan dari
central epifise akan
dibandingkan dengan epifise pada tulang yang standar sesuai usianya.
Metode yang sering digunakan untuk menilai BA adalah Greulich dan Pyle,
yang menilai maturasi epifise pada tangan dan pergelangan tangan. 5,15,16
Kebanyakan kondisi yang menyebabkan pertumbuhan linear yang
jelek juga akan menyebabkan keterlambatan dalam maturasi tulang dan
retardasi BA. Namun, ditemukannya BA yang tidak sesuai belum tentu
menyatakan diagnosis pasti. BA yang terlambat biasanya mengindikasikan
bahwa perawakan pendek yang dialami anak tersebut merupakan sesuatu
yang “reversibel” karena pertumbuhan linearnya akan terus terjadi sampai
lempeng epifisenya menutup sempurna.5,15,16
10
Universitas Sumatera Utara
Proporsi Tubuh
Rasio segmen tubuh bagian atas-bawah atau upper-to-lower (U/L)
mengindikasikan apakah perawakan pendek yang dialami anak proporsional
(melibatkan baik badan maupun eksterimas bawah) atau disproporsional
(melibatkan hanya satu bagian). Bagian bawah tubuh dihitung berdasarkan
jarak antara pinggir atas simfisi pubis hingga lantar tempat pasien berdiri
(tidak memakai sepatu). Bagian atas dihitung dengan mengurangi tinggi
badan dengan tinggi bagian bawah tubuh. Rasio U/L yang didapat kemudian
dibandingkan sesuai usia dan jenis kelamin.15
Rasio U/L normalnya menurun secara progresif sejak kelahiran, dan
mencapai puncaknya pada pubertas awal. Pada onset pertumbuhan
pubertas, rasio U/L meningkat sedikit sampai menutupnya epifise. Skeletal
dysplasia adalah penyakit yang melibatkan tulang belakang sehingga sering
kali didapati U/L yang lebih rendah dari usia mereka. Sebaliknya dysplasia
yang melibatkan tulang panjang (misalnya akondroplasia) mempunyai rasio
U/L yang meningkat. Selain itu, peningkatan rasio U/L juga sering ditemukan
pada anak dengan pubertas prekoks, hal ini dikarenakan selama pubertas
terjadi pertumbuhan lengan dan tungkai yang lebih besar.
15
2.1.2. Etiologi Perawakan Pendek (Short Stature)
Berbagai pendekatan etilogi dilakukan oleh para ahli, akan tetapi pada
dasarnya dapat dibagi menjadi dua yaitu 1-3,15,16:
11
Universitas Sumatera Utara
a. Variasi normal
Pertumbuhan yang normal menggambarkan kesehatan anak yang baik.
Pertumbuhan tinggi badan merupakan suatu proses yang berkelanjutan.
Perawakan pendek yang dikategorikan sebagai variasi normal adalah:
Familial short stature (perawakan pendek familial)
Perawakan pendek familial ditandai oleh: pertumbuhan tulang
yang selalu berada dibawah persentil 3, kecepatan pertumbuhan
normal, tinggi badan kedua atau salah satu orang tua yang
pendek, tinggi akhir dibawah persentil 3.
Constitutional delay of growth and puberty (CDGP)
Perlambatan
pertumbuhan
linear
pada
3
tahun
pertama
kehidupan, pertumbuhan linear normal atau hampir normal pada
saat prapubertas dan selalu berada dibawah persentil 3, usia
tulang terlambat, tinggi akhir biasanya normal.
b. Kelainan patologis
Anak dengan perawakan pendek patologis dapat dibedakan menjadi
proporsional dan tidak proporsional. Perawakan pendek proporsional
meliputi: malnutrisi, Intrauterine Growth Restriction (IUGR), pyschosocial
dwarfism, penyakit konik, kelainan endokrin seperti defisiensi hormon
pertumbuhan, hipotiroid, sindrom Cushing, serta resistensi hormon
pertumbuhan, defisiensi IGF-1.
12
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan perawakan pendek tidak proporsional disebabkan oleh
kelainan tulang seperti kondrodistrofi, displasia tulang, sindrom Kallman,
sindrom Marfan, serta sindrom Klinefelter.
2.1.3. Diagnosis
Evaluasi anak dengan perawakan pendek dimulai dari anamnesis yang teliti
dan fokus terhadap penyebab patologis perawakan pendek (Tabel 1).
Pemeriksaan fisik yang dibutuhkan meliputi pemeriksaan yang sistematis
terhadap seluruh sistem tubuh (Tabel 2), termasuk gambaran dismorfik serta
perhitungan rasio U/L untuk menyingkirkan perawakan pendek yang
disproporsional.2,15
Setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik selesai dilakukan, kurva
pertumbuhan harus dianalisis, termasuk penilaian reliabilitas pengukuran,
perhitungan kecepatan pertumbuhan, dan analisis berat badan-sesuai-tinggi
badan dalam konteks target tinggi badan.
2,15
13
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Anamnesis Riwayat Medis15
Riwayat Keluarga
Tinggi badan orang tua dan saudara kandung, usia onset pubertas, usia mencapai
tinggi badan dewasa
Masalah Medis
Riwayat keturunan dan anomali kongenital
Riwayat Kelahiran
Masalah ibu selama selama kehamilan
Berat badan dan panjang badan lahir
Masalah persalinan: prematur, sulit bersalin, persalinan sunsang
Masalah dan komplikasi postnatal
Perkembangan
Developmental milestone
Usia erupsi gigi
Performa akademik
Nutrisi
Kalsium
Protein
Kalori
Vitamin
Medikasi
Metylphenidate atau stimulant lainnya
Antikonvulsan
Antidepressan
Kesehatan Umum
Infeksi telinga berulang
Infeksi saluran kemih berulang
Konstipasi
Nafsu makan yang jelek
Diare
Aktivitas
Aktivitas Fisik
Toleransi olahraga
Stamina
Usia perkembangan pubertas
Bau badan dan penggunaan deodorant
Jerawat
14
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan payudara
Perkembangan genital
Perkembangan rambut pubis dan aksila
Kejadian medis signifikan
Misalnya: trauma kepala, pembedahan, penyakit
Tabel 2. Pemeriksaan Fisik15
Tampilan wajah dan kematangan : abnormal facies
Gambaran dismorfik: bentuk palatum, posisi telinga, ukuran dan bentuk tangan
dan kaki
Kulit: jerawat, rambut wajah, temperature kulit,
Proporsi tubuh: rasio U/L, lingkar kepala
Tangan: metacarpal pendek, bantalan kuku
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perawakan Pendek (Short Stature)
Prevalensi perawakan pendek di seluruh dunia sudah mencapai angka yang patut
dipertimbangkan, berkisar 5% sampai 65% terutama pada negara-negara yang
kurang berkembang.7 Di Indonesia sendiri, perawakan pendek masih terhitung
masalah kesehatan yang berat yaitu dengan prevalensi nasional pada tahun 2013
sebesar 37,2% pada balita, 30,7% pada usia 5 sampai 12 tahun, 35,1% usia 13-15
tahun, dan 31,4% pada usia 16-18 tahun. Prevalensi anak pendek terendah berada
di D.I. Yogyakarta sedangkan prevalensi tertinggi berada di provinsi Papua. 8 Selain
itu, pravalensi yang tinggi 37,2% juga
ditemukan pada daerah pesisir, jika
dibandingkan dengan daerah perkotaan 10,9%.9
Berdasarkan etiologinya, 46,7% perawakan pendek tidak disebabkan oleh
kelainan endokrin. Di negara-negara berkembang, selain genetik, malnutrisi adalah
penyebab terbanyak perawakan pendek pada anak. 13 Berdasarkan jenis kelamin,
menurut penelitian di Saudi pada anak dan remaja usia sekolah, prevalensi laki-laki
yang mencari bantuan medis akibat perawakan pendek lebih banyak 9,2% daripada
perempuan 7,3%.14
2.1.1. Pertumbuhan Normal
Pola pertumbuhan normal adalah bukti bahwa seorang anak atau remaja
mempunyai kesehatan yang baik. Sebaliknya, anak yang menderita penyakit
6
Universitas Sumatera Utara
kronik maupun subakut dapat mengalami pertumbuhan yang terhambat. 1
Pertumbuhan somatik normal merupakan hasil interaksi kompleks dari
faktor genetik,
nutrisi,
dan hormonal.
Dalam
memeriksa penyebab
pertumbuhan yang buruk dan perawakan pendek, perlu diperhatikan
kebutuhan dasar pertumbuhan normal yaitu nutrisi (kalori, protein, kalsium,
mineral, vitamin), oksigen, hormon, absennya paparan toksin, dan komponen
umum lainnya yang dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan yang sehat
bagi seorang anak maupun remaja seperti kecukupan tidur, olahraga dan
faktor-faktor psikososial.15
Faktor hormonal, khususnya, dibutuhkan dalam jumlah yang tepat dan
waktu yang tepat untuk pertumbuhan yang optimal. Hormon pertumbuhan
atau growth hormone (GH) dan Insulin-like growth factor-I (IGF-I) memainkan
peranan penting. Hormon lain (seperti hormon tiroid, insulin, steroid, dan
glukokortikoid) juga mempengaruhi pertumbuhan, melalui interaksinya
dengan aksis hipotalamus-hipofisis-GH-IGF.15
Perubahan sesuai perkembangan
Peran faktor hormonal pada pertumbuhan bergantung pada usia dan
fase perkembangan. Walaupun GH dan hormon tiroid adalah yang utama
dalam proses pertumbuhan normal pada anak, peran mereka dalam kontrol
pertumbuhan janin relatif sedikit. Hal ini digambarkan secara klinis oleh bayi7
Universitas Sumatera Utara
bayi dengan defisiensi GH dan hipotiroid kongenital yang memiliki berat
badan dan panjang badan yang normal saat lahir. Faktor yang penting dalam
pertumbuhan janin meliputi fungsi dan ukiran uterus, nutrisi ibu, insulin dan
IGF.16
Pertumbuhan merupakan proses yang berkesinambungan. Terdapat
tiga fase pertumbuhan setelah lahir: fase infantil, childhood dan pubertal.
Setiap fase mempunyai polanya tersendiri. Perempuan dan laki-laki
mempunyai fase yang sama, namun waktu dan kecepatan pertumbuhannya
berbeda, terutama saat pubertas.16
1.
Fase Infantil: fase ini ditandai oleh pertumbuhan yang cepat namun
mengalami
deselerasi
dalam
dua
tahun
pertama
kehidupan;
pertumbuhan secara keseluruhan selama periode ini sekitar 30
sampai 35 cm. Bayi sering melewati garis persentil pada 24 bulan
pertama ketika mereka tumbuh sesuai potensial genetik mereka. 16
2.
Fase childhood atau kanak-kanak: fase ini ditandai oleh pertumbuhan
yang relatif konstan sekitar 5 sampai 7 cm per tahunnya. Selama
masa kanak-kanak, GH dan hormon tiroid merupakan pemeran utama
dalam proses pertumbuhan
normal.
Nutrisi dan insulin
juga
memainkan peranan penting.16
3.
Fase pubertal: fase ini ditandai oleh percepatan pertumbuhan sebesar
8 sampai 14 cm per tahun akibat efek yang sinergis dari peningkatan
steroid
gonadal
dan
sekresi
hormon
pertumbuhan.
Namun,
8
Universitas Sumatera Utara
percepatan pertumbuhan ini lebih dulu sekitar dua tahun dialami pada
perempuan dibandingkan laki-laki. Puncak kecepatan pertumbuhan
lebih rendah pada perempuan (8,3 cm/tahun) jika dibandingkan
dengan pria (9,5 cm/ tahun). Faktor ini, berkombinasi dengan faktor
percepatan pada laki-laki yang dua tahun lebih lama menyebabkan
perbedaan tinggi dewasa rata-rata 13 cm pada kedua jenis kelamin.
Pertumbuhan biasanya berhenti seiring pubertas, akibat dari maturasi
dan penutupan lempeng epifise yang diinduksi oleh estrogen. 16
Target Tinggi Badan
Anak pendek dapat dikatakan normal jika tinggi badan mereka sesuai
dengan potensial genetiknya. Salah satu metode sederhana dalam
menentukan hal ini adalah dengan menghitung target tinggi badan anak
dengan menggunakan rumus berikut: 1,2,15
- PTG laki-laki
: Tinggi ayah + ( tinggi ibu + 13 cm) ± 8,5 cm
2
- PTG Perempuan
: Tinggi ibu + ( tinggi ayah – 13 cm) ± 8,5 cm
2
Menghitung target tinggi badan dapat menginformasikan indeks
pertumbuhan potensial genetik anak dengan cepat dan akurat. Seorang
anak yang tinggi badannya secara persentil jauh berbeda dari target
9
Universitas Sumatera Utara
persentilnya dapat dikategorikan pendek yang “tidak sesuai” dengan genetik
potensialnya
dan
membutuhkan
evaluasi
yang
berkelanjutan
untuk
menyingkirkan adanya penyakit yang mendasari. 1,2,15
Maturasi Tulang
Selama masa kanak-kanak yang normal, proses pertumbuhan
meliputi penambahan panjang tulang, yang sejalan dengan pematangan
(maturasi) tulang. Usia tulang atau bone age (BA) adalah metode radiografi
untuk menilai maturasi tulang. Tampilan dari
central epifise akan
dibandingkan dengan epifise pada tulang yang standar sesuai usianya.
Metode yang sering digunakan untuk menilai BA adalah Greulich dan Pyle,
yang menilai maturasi epifise pada tangan dan pergelangan tangan. 5,15,16
Kebanyakan kondisi yang menyebabkan pertumbuhan linear yang
jelek juga akan menyebabkan keterlambatan dalam maturasi tulang dan
retardasi BA. Namun, ditemukannya BA yang tidak sesuai belum tentu
menyatakan diagnosis pasti. BA yang terlambat biasanya mengindikasikan
bahwa perawakan pendek yang dialami anak tersebut merupakan sesuatu
yang “reversibel” karena pertumbuhan linearnya akan terus terjadi sampai
lempeng epifisenya menutup sempurna.5,15,16
10
Universitas Sumatera Utara
Proporsi Tubuh
Rasio segmen tubuh bagian atas-bawah atau upper-to-lower (U/L)
mengindikasikan apakah perawakan pendek yang dialami anak proporsional
(melibatkan baik badan maupun eksterimas bawah) atau disproporsional
(melibatkan hanya satu bagian). Bagian bawah tubuh dihitung berdasarkan
jarak antara pinggir atas simfisi pubis hingga lantar tempat pasien berdiri
(tidak memakai sepatu). Bagian atas dihitung dengan mengurangi tinggi
badan dengan tinggi bagian bawah tubuh. Rasio U/L yang didapat kemudian
dibandingkan sesuai usia dan jenis kelamin.15
Rasio U/L normalnya menurun secara progresif sejak kelahiran, dan
mencapai puncaknya pada pubertas awal. Pada onset pertumbuhan
pubertas, rasio U/L meningkat sedikit sampai menutupnya epifise. Skeletal
dysplasia adalah penyakit yang melibatkan tulang belakang sehingga sering
kali didapati U/L yang lebih rendah dari usia mereka. Sebaliknya dysplasia
yang melibatkan tulang panjang (misalnya akondroplasia) mempunyai rasio
U/L yang meningkat. Selain itu, peningkatan rasio U/L juga sering ditemukan
pada anak dengan pubertas prekoks, hal ini dikarenakan selama pubertas
terjadi pertumbuhan lengan dan tungkai yang lebih besar.
15
2.1.2. Etiologi Perawakan Pendek (Short Stature)
Berbagai pendekatan etilogi dilakukan oleh para ahli, akan tetapi pada
dasarnya dapat dibagi menjadi dua yaitu 1-3,15,16:
11
Universitas Sumatera Utara
a. Variasi normal
Pertumbuhan yang normal menggambarkan kesehatan anak yang baik.
Pertumbuhan tinggi badan merupakan suatu proses yang berkelanjutan.
Perawakan pendek yang dikategorikan sebagai variasi normal adalah:
Familial short stature (perawakan pendek familial)
Perawakan pendek familial ditandai oleh: pertumbuhan tulang
yang selalu berada dibawah persentil 3, kecepatan pertumbuhan
normal, tinggi badan kedua atau salah satu orang tua yang
pendek, tinggi akhir dibawah persentil 3.
Constitutional delay of growth and puberty (CDGP)
Perlambatan
pertumbuhan
linear
pada
3
tahun
pertama
kehidupan, pertumbuhan linear normal atau hampir normal pada
saat prapubertas dan selalu berada dibawah persentil 3, usia
tulang terlambat, tinggi akhir biasanya normal.
b. Kelainan patologis
Anak dengan perawakan pendek patologis dapat dibedakan menjadi
proporsional dan tidak proporsional. Perawakan pendek proporsional
meliputi: malnutrisi, Intrauterine Growth Restriction (IUGR), pyschosocial
dwarfism, penyakit konik, kelainan endokrin seperti defisiensi hormon
pertumbuhan, hipotiroid, sindrom Cushing, serta resistensi hormon
pertumbuhan, defisiensi IGF-1.
12
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan perawakan pendek tidak proporsional disebabkan oleh
kelainan tulang seperti kondrodistrofi, displasia tulang, sindrom Kallman,
sindrom Marfan, serta sindrom Klinefelter.
2.1.3. Diagnosis
Evaluasi anak dengan perawakan pendek dimulai dari anamnesis yang teliti
dan fokus terhadap penyebab patologis perawakan pendek (Tabel 1).
Pemeriksaan fisik yang dibutuhkan meliputi pemeriksaan yang sistematis
terhadap seluruh sistem tubuh (Tabel 2), termasuk gambaran dismorfik serta
perhitungan rasio U/L untuk menyingkirkan perawakan pendek yang
disproporsional.2,15
Setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik selesai dilakukan, kurva
pertumbuhan harus dianalisis, termasuk penilaian reliabilitas pengukuran,
perhitungan kecepatan pertumbuhan, dan analisis berat badan-sesuai-tinggi
badan dalam konteks target tinggi badan.
2,15
13
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Anamnesis Riwayat Medis15
Riwayat Keluarga
Tinggi badan orang tua dan saudara kandung, usia onset pubertas, usia mencapai
tinggi badan dewasa
Masalah Medis
Riwayat keturunan dan anomali kongenital
Riwayat Kelahiran
Masalah ibu selama selama kehamilan
Berat badan dan panjang badan lahir
Masalah persalinan: prematur, sulit bersalin, persalinan sunsang
Masalah dan komplikasi postnatal
Perkembangan
Developmental milestone
Usia erupsi gigi
Performa akademik
Nutrisi
Kalsium
Protein
Kalori
Vitamin
Medikasi
Metylphenidate atau stimulant lainnya
Antikonvulsan
Antidepressan
Kesehatan Umum
Infeksi telinga berulang
Infeksi saluran kemih berulang
Konstipasi
Nafsu makan yang jelek
Diare
Aktivitas
Aktivitas Fisik
Toleransi olahraga
Stamina
Usia perkembangan pubertas
Bau badan dan penggunaan deodorant
Jerawat
14
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan payudara
Perkembangan genital
Perkembangan rambut pubis dan aksila
Kejadian medis signifikan
Misalnya: trauma kepala, pembedahan, penyakit
Tabel 2. Pemeriksaan Fisik15
Tampilan wajah dan kematangan : abnormal facies
Gambaran dismorfik: bentuk palatum, posisi telinga, ukuran dan bentuk tangan
dan kaki
Kulit: jerawat, rambut wajah, temperature kulit,
Proporsi tubuh: rasio U/L, lingkar kepala
Tangan: metacarpal pendek, bantalan kuku