snapshot rekomendasi strategi kebijakan pengembangan promosi produk kreatif

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

i

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

ii

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

KATA PENGANTAR
1

Kami bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang senantiasa
mengiringi kami selama penelitian dan penyusunan laporan penelitian
“Rekomendasi Strategi Kebijakan Pengembangan Publikasi Produk Kreatif”
ini. Laporan ini merupakan penjabaran dari hasil analisis data yang diambil dari
Focus Group Discussion (FGD) dengan pelaku UMKM industri kreatif, wawancara
mendalam dengan lembaga pemerintah daerah yang terkait dengan industri dan
ekonomi kreatif, serta hasil survei konsumen produk kreatif. Penjabaran tersebut
diwujudkan dalam bentuk usulan strategi pengembangan citra merek produk

kreatif yang mudah-mudahan dapat bermanfaat untuk Badan Ekonomi Kreatif
(Bekraf) dalam merumuskan kebijakan pengembangan citra merek produk kreatif.
Kami berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu
kami selama penelitian dan penyusunan laporan ini, terutama Bekraf, pemerintah
daerah, pelaku industri kreatif, dan responden survei konsumen yang tersebar di
berbagai wilayah Indonesia. Kami membuka pintu untuk saran dan kritik sebagai
bahan perbaikan kekurangan yang ada dalam penelitian dan laporan ini agar kami
dapat berkontribusi lebih baik dalam penelitian serupa tentang industri kreatif di
masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk kekuatan
ekonomi dan industri kreatif nasional dalam menopang pembangunan yang
berkelanjutan di tanah air.
Jakarta, September 2017

Penyusun

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

DAFTAR ISTILAH
2


1.

2.

3.

4.

5.

Ekonomi Kreatif adalah perwujudan nilai tambah dari suatu ide dan/atau
gagasan yang mengandung keorisinalan, lahir dari kreativitas intelektual
manusia, berbasis ilmu pengetahuan, keterampilan, serta warisan budaya
dan teknologi merupakan kekayaan intelektual.
Kreatif adalah daya cipta atau kemampuan intelektual untuk menciptakan
karya dan/atau produk kreatif yang memiliki sifat pembaharuan atau
kreasi baru berdasarkan kecerdasan dan imajinasi.
Industri Kreatif adalah industri yang aktivitasnya mencakup industri
budaya dan/atau semua hasil atau penciptaan batin atau intelektual
manusia yang bersifat artistik, baik berbentuk kegiatan yang hidup

maupun berbentuk hasil produksi yang berupa unit-unit khusus, baik
produk maupun pelayanannya mengandung elemen artistik atau berupa
ikhtiar kreatif dan berbasis pada warisan budaya, seni, media dan kreasi
fungsional.
Pengusaha Ekonomi Kreatif adalah orang atau sekelompok orang yang
mengelola usaha dan/atau memberdayakan produk-produk Ekonomi
Kreatif.
Pelaku Ekonomi Kreatif adalah orang atau sekelompok orang yang
melakukan aktivitas kreatif dan inovatif bersumber dari keintelektualan
yang bernilai ekonomis.

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

3

6. Pelaku Ekonomi Kreatif Pemula adalah pelaku yang melakukan aktivitas
dan/atau usaha di bidang Ekonomi Kreatif paling lama 3 tahun setelah
berstatus sebagai badan hukum.
7. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah
Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan

negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
8. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom yang meliputi provinsi atau
kota/kabupaten.
9. Produk Ekonomi Kreatif adalah hasil akhir karya kreatif yang bernilai
ekonomis.
10. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang Ekonomi Kreatif.

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

DAFTAR ISI
4

1

KATA PENGANTAR


3

TIM PENYUSUN

6 PUBLIKASI DALAM

INDUSTRI KREATIF
10 STUDI PUSTAKA DAN

METODOLOGI

16 PETA AKTOR DAN PERANNYA

DALAM EKONOMI KREATIF
INDONESIA
22 USULAN PENGEMBANGAN

STRATEGI PUBLIKASI PRODUK
KREATIF

26 PENUTUP
28 LAMPIRAN : KLASIFIKASI

PELAKU INDUSTRI KREATIF
32 DAFTAR PUSTAKA

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

TIM PENYUSUN
5
PENGARAH
Rektor Universitas Prasetiya Mulya
Prof. Dr. Djisman S. Simanjuntak

PEREKAYASA UTAMA 1
Prof. Agus W. Soehadi, Ph.D.
Dr. Fathony Rahman
PEREKAYASA UTAMA 2
Dr. Zaki Saldi
Stevanus Wisnu Wijaya, Ph.D.


PEREKAYASA MADYA
Fredy Utama, MM.
Hanesman Alkhair, MM.
Joklan Imelda Goni, MM.
Arief Budiman, M.Si.
Donil Beywiyarno, S.E., M.Com (Extn)
PEREKAYASA MUDA
Muhamad Ridwan
Chevy Andhika Putra
Annanias Shinta Dewi

PEMBANTU PENELITI
Bavner Donaldo
Tania Adiarini
Akiko Nada Atsmara
Dwi Lestari
Pintaningrum H. Danisworo
Sri Rahayu
Faizal Ahmad


GRAFIK DAN LAYOUT
Firdaus
Detty Sathia

Universitas Prasetiya Mulya
Undergraduate Program - BSD Campus
Jl. BSD Raya Utama, BSD City, Serpong, Tangerang , Indonesia 15820
P +62-21-304-50-500 ext 2126 / F +62-21-304-50-555 / W www.prasetiyamulya.ac.id
Graduate Program | Business School - Cilandak Campus
JL. R. A. Kartini (TB Simatupang), Cilandak Barat. Jakarta Selatan, Indonesia 12430
P +62-21-751-1126 | F +62-21-751-1128 | W www.pmbs.ac.id

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

PUBLIKASI DALAM
INDUSTRI KREATIF

6


REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

Buku rekomendasi usulan strategi
ini memaparkan hasil penelitian
penyusunan naskah akademik kebijakan
strategi pengembangan publikasi
produk kreatif. Secara garis besar,
buku ini mencakup studi pustaka yang
membahas state of the art dari literatur
terkini tentang ekonomi kreatif, dan
publikasi oleh UMKM industri kreatif.
Selanjutnya dalam buku ini dibahas
mengenai peta aktor dan perannya
dalam ekonomi kreatif di Indonesia serta
usulan strategi publikasi produk kreatif
yang dijelaskan kedalam 3 level yang
berbeda (makro, meso, dan mikro).
Sebagai salah satu negara dengan
populasi penduduk yang masuk 4 besar
di dunia (Purnomo, 2014), Indonesia

mempunyai beragam cara untuk
memacu
pertumbuhan
ekonomi
dengan mengoptimalkan seluruh
sumber daya, termasuk penduduk.
Agar jumlah penduduk tidak mengarah
pada bencana demograi sebaiknya
jumlah penduduk yang ada harus jadi
kekuatan massal bagi pertumbuhan
ekonomi. Salah satu upaya yang dapat

dimaksimalkan untuk membuat jumlah
penduduk yang besar itu sebagai nilai
positif ialah dengan menjadikan sebagian
masyarakat sebagai wirausaha, dalam 7
hal ini sebagai pelaku industri kreatif
(Saputra, 2010). Pengertian industri kreatif
adalah industri yang mengandalkan
keterampilan, talenta dan kreativitas

yang berpotensi dalam meningkatkan
kesejahteraan (Simatupang, 2007).
Tuntutan perekonomian yang lebih
eisien, mendorong industri kreatif
untuk melakukan inovasi yang lebih
besar (Satria, 2011).
Industri kreatif di Indonesia didominasi
oleh industri kecil dan menengah
yang memiliki karakteristik khusus.
Salah satu karakteristik yang ada
adalah keterbatasan sumber daya dan
pengetahuan. Salah satu permasalahan
yang menjadi kendala penghambat
perkembangan industri kreatif di
Indonesia adalah masalah publikasi yang
belum optimal dari pelaku industri kreatif.
Publikasi sendiri merupakan salah satu
teknik komunikasi yang dilakukan oleh
produsen barang atau jasa dalam bentuk

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

8

penyampaian pesan kepada konsumen
dengan melalui beberapa kanal (saluran)
media publikasi, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dengan adanya
publikasi diharapkan pesan atau konten
yang ingin disampaikan oleh produsen
barang / jasa dapat disampaikan secara
optimal kepada konsumen akhir.
Publikasi pada produk kreatif diperlukan
untuk meraih publisitas produk produk
kreatif Indonesia. Secara umum, media
informasi yang biasa digunakan oleh
bagian publikasi adalah menggunakan
brosur atau selebaran, media sosial,
kemasan, pameran, dan iklan pada

stasiun televisi swasta. Seiring dengan
kemajuan teknologi, pembuatan situs
di internet juga dilakukan dengan
beberapa fasilitas dan kemudahan.
Keragaman berbagai media yang dapat
digunakan untuk publikasi ini berakibat
pada
kompleksitas
pengelolaan
publikasi. Disisi lain, UMKM industri
kreatif memiliki berbagai keterbatasan
dalam menjalankan program publikasi.
Untuk itu, laporan ini bertujuan untuk
memberikan pencerahan tentang
strategi yang paling cocok untuk meraih
publisitas produk kreatif Indonesia.

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

9

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

STUDI PUSTAKA DAN
METODOLOGI

10

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

UKM Kreatif:
Karakteristik dan Kendala Dalam
Meraih Publisitas Produk
Industri kreatif di Indonesia dideinisikan
sebagai “Industri yang berasal dari
pemanfaatan kreativitas, keterampilan
serta bakat individu untuk menciptakan
kesejahteraan serta lapangan pekerjaan
melalui penciptaan dan pemanfaatan
daya kreasi dan daya cipta individu
tersebut “(Pengembangan Ekonomi
Kreatif Indonesia 2025, 2008). Deinisi
diturunkan dari Department for Digital,
Culture, Media and Sport (DCMS) Task
force 1998 : “Creatives Industries as
those industries which have their origin
in individual creativity, skill & talent, and
which have a potential for wealth and
job creation through the generation and
exploitation of intellectual property and
content” (DCMS, 1998). Deinisi tersebut
menekankan pada kreativitas dan inovasi
yang merupakan kunci dalam kompetisi
industri industrisaat ini.
Di Indonesia trend industri kreatif   telah
muncul dan menjadi sektor utama
dalam pergerakan ekonomi nasional.
Kontribusi industri kreatif cukup besar
baik dalam hal pertumbuhan ekonomi
maupun penyerapan tenaga kerja.
Industri kreatif mencakup sektor kuliner,
fashion, kriya, games animasi, aplikasi,
penerbitan dan berbagai industri yang
memanfaatkan kreativitas dan inovasi
dalam proses bisnisnya. Industri kreatif
di Indonesia masih didominasi oleh

UMKM yang memiliki ciri khas, yaitu
keterbatasan sumber daya dan akses
ke pasar (Spence & Hamzaoui Essoussi,
2010). Karakteristik ini mempengaruhi
proses untuk meraih publisitas produk
kreatif.
Secara terminologi, publikasi berarti
penyiaran,
pengumuman
atau
penerbitan. Dalam perkembangannya
di Indonesia menjadi ilmu komunikasi
bahwa istilah publisistik berasal dari
kata kerja bahasa latin publicare yang
berarti mengumumkan. Dari penjelasan
tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa istilah publikasi dapat diartikan
pengumuman tentang suatu hal
yang disiarkan lewat media elektronik
dan atau diterbitkan di media cetak.
Sedangkan dalam penelitian ini, maksud
dari publikasi adalah pengumuman pada
masyarakat luas melalui media yang
dibatasi oleh media televisi.
Publikasi pada dasarnya merupakan
suatu upaya menarik minat masyarakat
mengikuti kegiatan yang direncanakan
oleh suatu lembaga sosial maupun
sekelompok anggota masyarakat.
Berbeda dengan promosi yang
berusaha lebih menyesuaikan produk
dengan permintaan pasar, maka
‘publikasi’
berusaha
menciptakan
permintaan itu atau mempengaruhi
permintaan konsumen dengan cara

11

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

mempublikasikan
produk-produk
tertentu. Tujuan pokok dari publikasi
ialah
memancing
reaksi
pasar,
menggerakkan
calon
konsumen
agar
12
mencari produk yang ditawarkan.
Di dalam publikasi dapat dilihat adanya
tiga tahapan pokok, yaitu :
• Penyebaran informasi
• Penanaman kepercayaan dan
keyakinan
• Penjualan.
Publikasi akhirnya bertujuan untuk
menjual produk kreatif, yang dimaksud
produk kreatif disini adalah hasil dari
pemanfaatan kreativitas, ketrampilan
serta bakat individu untuk menciptakan
kesejahteraan serta lapangan pekerjaan
melalui penciptaan dan pemanfaatan
daya kreasi dan daya cipta individu
tersebut .

Untuk mengadakan publikasi yang baik
semua unsur kegiatan pemasaran harus
sudah dipastikan terlebih dahulu dan
diketahui dengan baik: kualitas produk,
komponen-komponen, harga, distribusi
dan jasa purnajualnya.
Sampai saat ini, upaya meraih publisitas
telah dilakukan oleh industri industri
kreatif. Berdasarkan data Bekraf pada
tahun 2017, publikasi industri kreatif di
Indonesia saat ini paling banyak melalui
media sosial (social media) seperti
Facebook, Instagram, Line, dll sebesar
53,72%. Kemudian publikasi melalui
website mencapai 28,25%. Publikasi
melalui brosur / leaflet mencapai 28,04%,
media luar sebesar 25,88%, pameran
sebesar 24,12%, lainnya mencapai 23,88%,
surat kabar 19,88%, radio 15,12%, dan
televisi sebesar 9,78%.

Perlu diketahui keadaan pasar, segmen
pasar, kekayaan penduduk, elastisitas
pendapatan, waktu senggang, serta
struktur kependudukan. Disamping itu
juga harus diingat adanya persaingan
di antara produk-produk kreatif yang
ditawarkan di pasar dan adanya elastisitas
harga.
Permasalahan dalam perkembangan
industri kreatif salah satunya adalah
keterbatasan sumber daya dari pelaku
industri kreatif, selain itu pelaku industri
kreatif tersebut tersebut menjalankan
seluruh hal dalam usaha kreatif (Spence
& Hamzaoui Essoussi, 2010). Salah satu

jenis sumber daya yang masih belum
memadai yaitu pengetahuan tentang
publikasi untuk produk kreatif, baik
meliputi pembuatan pesan hingga
ke pemilihan saluran publikasi yang
cocok untuk segmen masyarakat yang
dituju. Selain itu, kebanyakan para
pelaku industri kreatif berusaha untuk
membiayai sendiri perkembangan
usaha kreatifnya. Hal ini mengakibatkan
pengeluaran biaya untuk publikasi
menjadi terbatas. Dengan melihat
karakteristik UMKM yang khas, maka
perlu ditelaah dengan mendalam
mengenai publikasi industri kreatif.

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

Metodologi Penelitian
Desain penelitian untuk penyusunan
rekomendasi strategi pengembangan
publikasi produk kreatif, menggunakan
kombinasi beberapa metode. Hal
pertama kali yang dilakukan adalah
studi literatur mengenai industri kreatif
di Indonesia dan perkembangan
publikasinya sampai sejauh ini, sebagai
dasar untuk melakukan analisa awal dan
penentuan metode penelitian yang
sesuai.
Setelah mendapatkan gambaran awal,
langkah selanjutnya adalah melakukan
koordinasi dengan Badan Ekonomi
Kreatif (BEKRAF) sebagai langkah
penentuan sampling dari Kota yang

akan dikunjungi untuk Focus Group 13
Discussion (FGD). Koordinasi tersebut
juga mencakup mengenai instrumen
penelitian yang akan digunakan di
lapangan seperti materi FGD, form survei
konsumen, dan sebagainya.
Setelah semua instrumen yang
diperlukan dalam akuisisi data dilapangan
selesai, langkah selanjutnya adalah
mobilisasi personil kegiatan penelitian
untuk melakukan kegiatan lapangan
secara paralel. Dalam melakukan
kegiatan akuisisi data ini, perlengkapan
pendukung
telah
dipersiapkan
sebelumnya agar dalam pelaksanaannya
berjalan dengan maksimal dan sesuai
dengan yang diharapkan.

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

Mulai

14
Studi Literatur

Koordinasi dan Pertemuan
dengan BEKRAF

Kegiatan Pengumpulan
Data

FGD

Notulensi, Transkrip
FGD, Profil
Narasumber

In-depth Interview

Transkrip In-depth

Interview

Pengolahan Data :

Qualitative Content Analysis
Tools; NVIVO, Qualtrics

Analisa Data

Penyusunan Buku
Rekomendasi

Selesai

Metodologi Penelitian

Survei Konsumen

Data Survei
Konsumen

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

Setelah kegiatan lapangan selesai,
tahap selanjutnya adalah melakukan
analisa data dengan menggunakan
perangkat lunak (software) qualitative
content analysis tools, NVIVO , dan
Qualtrics. Semua data FGD, indepth
interview, dan survei konsumen diolah
dan menghasilkan analisa terkait

dengan usulan strategi pengembangan
publikasi produk kreatif. Dari hasil
tersebut dituangkan dalam bentuk buku
rekomendasi strategi yang digunakan
sebagai bahan dalam melakukan strategi
pengembangan publikasi produk kreatif
di BEKRAF.

15

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

PETA AKTOR DAN
PERANNYA DALAM
EKONOMI KREATIF
INDONESIA

16

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

17

Ekonomi kreatif merupakan sebuah
konsep yang sedang berkembang yang
berkaitan dengan seni budaya, kreativitas
individu serta pemanfaatan teknologi
dalam konteks membangun sebuah
produk atau jasa yang bernilai ekonomis.
Ketika berbicara tentang ekonomi
kreatif maka akan berkaitan erat dengan
proses kreatif dalam konteks industri
budaya dan industri yang memanfaatkan
teknologi. Interaksi antar aktor dalam
ekonomi kreatif memiliki kontribusi
terhadap kompleksitas ekonomi kreatif.
Untuk itu, pemahaman tentang
bagaimana ekonomi kreatif bekerja
dalam masyarakat diperlukan agar
strategi dapat dirumuskan cocok
berdasarkan peran masing-masing
aktor dalam ekonomi kreatif. Kerangka
berpikir ini memungkinkan deskripsi,

analisis, dan interpretasi tema-tema
kunci yang lebih baik, yang berkaitan
dengan
pengembangan
strategi
publikasi di level makro, meso, dan mikro.
Berdasarkan hasil temuan dilapangan
yaitu melalui data
Focus Group
Discussion (FGD), Indepth Interview,
dan Survei ditemukan beberapa aktor
atau pelaku dalam ekonomi kreatif di
Indonesia. Analisis terhadap aktor aktor
menunjukkan terjadinya interaksi antar
aktor secara langsung ataupun melalui
berbagai aktor lain. Secara umum
gambaran ruang yang memungkinkan
interaksi dalam ekonomi kreatif dapat
dilihat dalam gambar berikut.

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

Pemerintah

18
Konsumen

Pelaku
Industri
Kreatif

Akademisi

EKON OM I
K REAT IF

Institusi
Keuangan

Asosiasi
Bisnis dan
Perdagangan

Kelompok
Masyarakat
Sipil

Pelaku Ekonomi Kreatif Berdasarkan Hasil Penelitian

Government (Pemerintah)
Pemerintah dalam hal ini bisa berupa
Lembaga, Kementerian, dan Badan
yang mempunyai peran dalam
pengembangan industri kreatif, baik di
tingkat pusat maupun tingkat daerah.
Dalam beberapa Focus Group Discussion
(FGD) yang telah dilakukan, terlihat
bahwa Pemerintah memiliki peran
sebagai fasilitator, enabler, pendorong
dan entitas yang memperkuat kegiatan
publikasi produk produk kreatif
Indonesia.
Peran Pemerintah Indonesia sebagai
fasilitator dapat diwujudkan dengan
memfasilitasi kegiatan untuk meraih
publisitas produk produk kreatif yang
tersedia dimasyarakat baik melalui
media tradisional maupun media
online. Sebagai enabler, Pemerintah
Indonesia perlu untuk mendorong

terwujudnya regulasi yang mampu
memperkuat
publisitas
produk
kreatif Indonesia. Sedangkan sebagai
pendorong atau pendukung kegiatan
publikasi, Pemerintah Indonesia dapat
menyediakan data, pengetahuan dan
keterampilan yang mampu mendukung
terwujudnya publisitas produk kreatif
Indonesia.
Akademisi
Akademisi berasal dari institusi
pendidikan. Akademisi berperan dalam
menyediakan sumber daya manusia
yang kompeten dalam sektor sektor
kreatif. Selain itu, akademisi juga
diharapkan mampu berkontribusi dalam
berbagai penelitian baik yang bersifat
terapan ataupun dasar yang mampu
dimanfaatkan oleh pelaku industri kreatif
yang ada saat ini.

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

Asosiasi Bisnis dan Perdagangan
Asosiasi bisnis dan perdagangan adalah
sekelompok pelaku industri kreatif
memproduksi barang / jasa sejenis
terkait dengan produk kreatif. Entitas
ini berperan sebagai ruang interaksi
dan kolaborasi antar pelaku industri
kreatif yang mendorong terwujudnya
proses kreatif. Selain itu, entitas ini
juga berperan sebagai organisasi yang
menyuarakan ide-ide perbaikan dan
pengembangan industri kreatif kepada
Pemerintah Indonesia.
Organisasi Masyarakat Sipil (Civil
Society Organization)
Organisasi masyarakat sipil seringkali
lebih dikenal sebagai Non Government
Organization (NGO) yang berperan
untuk menyuarakan dan menegakkan
berbagai nilai sosial yang mempengaruhi
dan membentuk persepsi masyarakat
terhadap produk produk industri kreatif.
Sebagai contoh lembaga seperti Majelis
Ulama Indonesia (MUI) bukan saja dapat
mendikte pengembangan produk
kuliner tetapi dapat pula mengubah
preferensi konsumen dan regulasi Badan
Pengawasan Obat-obatan dan Makanan
(BPOM). Bahhkan dalam beberapa kasus,
Civil Society Organization membantu
memasarkan produk-produk kreatif.

19

Institusi Keuangan
Institusi keuangan yang dimaksud
disini adalah semua lembaga keuangan
baik milik Pemerintah maupun milik
swasta yang terlibat dalam pembiayaan
untuk pengembangan produk kreatif
dengan skema yang dirancang untuk
memudahkan para pelaku industri
kreatif. Institusi keuangan ini dapat
berupa lembaga keuangan tradisional
maupun lembaga keuangan berbasis
financial technology. Saat ini, peran
institusi keuangan seperti bank dan
lembaga keuangan tradisional lainnya
mulai tergeser perannya oleh modal
ventura yang dikembangkan oleh dunia
usaha saat ini. Para pemodal ventura
(venture capitalist) mencoba melakukan
portofolio di usaha-usaha kreatif seperti
di dunia aplikasi
Pelaku Industri Kreatif
Pelaku industri kreatif merupakan
pelaku yang terlibat langsung dalam
pengembangan produk kreatif saat ini.
Baik dari sektor aplikasi, animasi & ilm,
fashion, kuliner, kriya, dan musik.

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

20

Konsumen
Konsumen dalam hal ini adalah
masyarakat
yang
menggunakan
barang / jasa produk kreatif yang
dihasilkan oleh para pelaku industri
kreatif. Interaksi antara konsumen
dan pelaku industri merupakan driver
bagi proses inovasi dalam industri
kreatif. Konsep co-creation lebih jauh
meletakkan konsumen sebagai bagian
dari proses New Product Development
(NPD) tersebut. Experience Economy
bukan saja memberikan panggung
bagi penikmatan (consuming) oleh
konsumen tetapi juga sekaligus sebagai

pengadilan akan suksesnya sebuah
tawaran (offering).
Inti ekonomi kreatif terletak terwujudnya
proses proses kreatif dalam masyarakat
yang merupakan akibat dari interaksi
berbagai entitas dalam ranah seni,
budaya, bisnis dan teknologi. Produk
produk dan jasa yang dihasilkan oleh
proses kreatif ini terbentuk oleh nilai
nilai sosial yang berkembang dalam
masyarakat.

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

21

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

USULAN PENGEMBANGAN
STRATEGI PUBLIKASI
PRODUK KREATIF

22

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

Pengantar
Bagian ini menjelaskan tentang
pengertian publikasi produk kreatif
dari perspektif Pemerintah Indonesia,
khususnya Deputi Pemasaran Dalam
Negeri Badan Ekonomi Kreatif.
Pemahaman akan pengertian publikasi
ini sebagai dasar Badan Ekonomi Kreatif
untuk menjalankan perannya dalam
ekosistem ekonomi kreatif Indonesia.
Struktur paparan bagian ini adalah
sebagai berikut: Bagian pengantar
mendiskusikan tentang pengertian
publikasi produk kreatif berdasarkan
perspektif regulator atau lembaga
pemerintah.
Pengertian
publikasi
produk kreatif ini menjadi dasar dalam
merumuskan strategi pada level makro,
meso dan mikro. Pembagian strategi
ini didasarkan pada dampak dari
startegi terhadap ekosistem ekonomi
kreatif. Pada level makro, strategi
akan berdampak secara nasional dan
memerlukan keterlibatan berbagai
entitas dalam ekosistem ekonomi
kreatif. Pada level meso, strategi akan
berdampak pada level intra lembaga
pemerintah atau antar lembaga
pemerintah dengan entitas lain. Pada
level mikro, strategi akan langsung
dirasakan oleh pelaku industri kreatif
baik secara individual maupun komunal.
Hasil analisis terhadap data penelitian
mengungkap bahwa pelaku industri
kreatif, yang didominasi oleh UMKM
mengalami berbagai tantangan dalam
merencanakan,
menerapkan
dan

melakukan evaluasi terhadap programprogram kegiatan untuk meraih 23
publisitas produk kreatif.
• Sumber daya manusia dari
industri kreatif belum sepenuhnya
didedikasikan untuk kegiatan
publikasi. Pada umumnya SDM
yang tersedia didedikasikan untuk
kegiatan produksi dan terlibat
dalam proses-proses kreatif.
• Akibat keterbatasan SDM, maka
akses terhadap informasi dan
pengetahuan
juga
terbatas.
Bahkan
kemampuan
dalam
mengembangkan jejaring bisnis
juga masih terbatas.
• Industri skala UMKM belum
mengalokasikan anggaran yang
khusus untuk meraih publisitas
produk kreatif.
Selain berbagai keterbatasan tersebut,
industri kreatif Indonesia memiliki ciri
khas dikembangkan karena idealisme
pelaku kreatif serta keterkaitan yang
sangat erat dengan seni dan budaya lokal
yang memiliki kekhasan dan nilai-nilai
yang luhur. Sisi positif ini sangat relevan
dengan situasi dan kondisi masyarakat
modern yang membeli produk dengan
mempertimbangkan nilai-nilai sosial
yang diakui oleh masyarakat.
Melihat berbagai hambatan yang ditemui
dalam menjalankan publikasi produk
kreatif ini, Badan Ekonomi Kreatif perlu
untuk hadir sebagi enabler, fasilitator,

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

pendukung dan pendorong publisitas
produk produk kreatif Indonesia.
Dalm konteks pasar saat ini, publistas
24 perlu diraih dengan mengembangkan
attitude positif masyarakat terhadap
produk kreatif. Pemerintah Indonesia
perlu meningkatkan publisitas sebuah
produk kreatif melalui kegiatan
publikasi nilai nilai positif dari produk
kreatif Indonesia, misalnya produk
yang dikembangkan dengan tujuan
untuk memproteksi lingkungan dan
pengentasan kemiskinan. Contoh
produk ini adalah kerajinan dari eceng

gondok di sekitar Danau Rawa Pening
Jawa Tengah. Isu tentang produk kreatif
yang bertujuan untuk meningkatkan
“youth engagement” terhadap budaya
lokal perlu juga dipublikasikan, salah
satu contohnya adalah kelompok
Musik Angkhasa di Pontianak. Nilai
nilai sosial yang menjadi bagian tidak
terpisahkan dari sebuah produk dan
jasa industri kreatif merupakan alat yang
relevan untuk mendorong terwujudnya
publisitas produk dan jasa kreatif
Indonesia.

Usulan Strategi Level Makro (Besar)
Strategi pada level makro merupakan
pengejawantahan peran Badan Ekonomi
Kreatif sebagai enabler terwujudnya
publisitas produk produk kreatif
Indonesia melalui regulasi dan kerangka
kebijakan yang bedampak nasional.
Regulasi ini bertujuan untuk mengangkat
sisi positif produk kreatif Indonesia
melalui sertiikasi yang sesuai misalnya
“environmental friendly”, halal dan

berbagai sertiikasi yang meningkatkan
attitude positif masyarakat terhadap
produk kreatif Indonesia. Untuk
mendukung proses ini, Badan Ekonomi
Kreatif perlu memiliki data dan informasi
yang lengkap tentang berbagai nilai
positif dari produk kreatif Indonesia dan
menetapkan standar yang jelas akan
sertiikasi terdahap produk tersebut.

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

Usulan Strategi Level Meso (Menengah)
Strategi level meso bertujuan untuk
melakukan fasilitasi melalui koordinasi
antar lembaga intra pemerintah
maupun diluar pemerintah untuk
mendorong publisitas produk kreatif
Indonesia. Koordinasi pada level
meso ini melibatkan instansi pada
Pemerintah Pusat dan daerah agar
proses mempublikasi produk kreatif
Indonesia dapat menacapai tujuan yang
ditetapkan.

1.
2.
3.
4.
5.

6.

Kerjasama BEKRAF-Media Sosial
Kerjasama
BEKRAF-Konsumen 25
(Blogger dan Vlogger)
Kerjasama BEKRAF-Media Cetak,
Elektronik, dan Digital
Kerjasama BEKRAF-Akademisi
Kerjasama BEKRAF-Civil Society
dan Non Government Organization
(NGO)
Kerjasama BEKRAF-Asosiasi Bisnis
dan Perdagangan

Usulan Strategi Level Mikro (Kecil)
Skala mikro meletakkan peran
dari Badan Ekonomi Kreatif untuk
mengembangkan, mendorong dan
memperkuat publisitas produk dan jasa
kreatif Indonesia. Strategi dalam level
mikro ini dibagi berdasarkan target
sasaran pelaku industri (lihat lampiran):
Pengembangan publisitas produk kreatif
menyasar pada kelompok industri
tingkat pemula yang belum memiliki
kemampuan untuk mengembangkan
publisitas produknya, misalnya dengan
pendampingan dan bimbingan teknis
yang terstuktur untuk meraih sertiikasi
dan mempublikasikanya ke publik
melalui media tradisional dan modern.
Upaya untuk mendorong publisitas
produk kreatif dilakukan bagi kelompok
industri tingkat menengah yang telah
memiliki kemampuan awal dalam meraih
publisitas produk kreatif mereka. Upaya
ini dapat diwujudkan dalam berbagai
seminar, penyuluhan dan fasilitasi

dalam meraih sertiikat produk kreatif
Indonesia.
Upaya untuk memperkuat publistas
produk kreatif menyasar ke Industri
yang telah mencapai level tingkat
lanjut agar publisitas produk kreatif
tetap berkelanjutan dan semakin luas
dikenal oleh masayarakat, misalnya
memperkuat publisitas dari tingkat lokal
ke nasional, dan tingkat nasional ke
tingkat internasional.
Badan
ekonomi
kreatif
dapat
mengembangkan berbagai pendekatan
teknis dalam meraih publisitas dengan
mempertimbangkan situasi pasar dan
perkembangan teknologi internet
terkini. Misalnya antisipasi kunjungan
seorang selebritas atau pemimpin dunia
dengan menyiapkan event yang mampu
mendongkrak publisitas produk kreatif.
Event ini dapat dipublikasikan melalui
berbagi media yang dianggap eisien
dan efektif.

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

PENUTUP

26

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

27

Demikian rekomendasi
strategi
pengembangan
publikasi
produk
kreatif yang merupakan salah satu
keluaran utama dalam penelitian
ini. Kami menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dan kelemahan,
kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang

ada. Penyusun banyak berharap para
pembaca untuk memberikan kritik dan
saran yang membangun Semoga buku
rekomendasi ini berguna bagi BEKRAF
dan Pemerintah Daerah (Pemda)
khususnya, dan kepada para pihak yang
membutuhkan pada umumnya.

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

LAMPIRAN : KLASIFIKASI
PELAKU INDUSTRI KREATIF

28

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

Berdasarkan data data penelitian, maka
kami mengusulkan pengelompokan
pelaku industri kreatif dalam kaitannya
dengan
pengembangan
strategi
publikasi menjadi 3 level sebagai berikut:
1. Pelaku industri kreatif dasar
(pemula) atau beginner
Pelaku industri kreatif pada tingkat
pemula adalah pelaku industri
kreatif yang dapat menjalankan
proses publikasi secara reaktif
terhadap stimulus di pasar, belum
memiliki dokumentasi proses
publikasi yang cukup baik, tim
pengelola publikasi bersifat adhoc
sehingga publikasi merupakan
aktivitas yang bersifat chaotic atau
tidak stabil.
2. Pelaku
industri
kreatif
menengah atau intermediate
Pelaku industri kreatif pada level
menengah adalah pelaku industri
kreatif yang telah menjalankan
promosi
dengan
metode
pengelolaan publikasi yang lebih
rapi, mulai memiliki perencanaan

3.

publikasi dengan proses yang
terdokumentasi, walaupun belum
memiliki standar operasional
prosedur dalam publikasi yang 29
baik, tapi sudah mampu untuk
melakukan perbaikan atau evaluasi
terhadap proses publikasi yang
dilakukan.
Pelaku industri kreatif lanjut
atau advanced
Pelaku
industri kreatif pada level ini telah
mampu untuk merencanakan,
menerapkan dan mengevaluasi
kegiatan
promosi
dengan
baik. Kegiatan publikasi yang
dilaksanakan oleh pelaku industri
pada level ini telah terdokumentasi,
terukur dan mampu beradaptasi
pada perubahan lingkungan bisnis
dan disrupsi teknologi dengan baik.

Tabel berikut ini merupakan usulan
karakteristik yang dapat dijadikan tolok
ukur klasiikasi level publikasi dari sebuah
industri kreatif.

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

Beginner

Intermediate

Advanced

Kanal publikasi

Publikasi dilakukan
melalui 1 atau 2
kanal saja, konten
dalam kanal
publikasi tidak
terawat dengan
baik.

Publikasi sudah dilakukan
melalui lebih dari 2 kanal
publikasi dan sudah ada
update konten secara
regular. Belum ada
perencanaan dan evaluasi
kanal publikasi terhadap
konversi penjualan.

Kanal publikasi dipilih
berdasarkan perencanaan
yang matang sehingga strategi
optimasi tiap kanal telah ada.

Kemampuan SDM

Belum ada SDM
yang khusus
didedikasikan
untuk kegiatan
publikasi atau SDM
publikasi bersifat
adhoc

Sudah mulai ada SDM
yang didedikasikan untuk
kegiatan publikasi. SDM
yang ada telah memiliki
pemahaman yang cukup
tentang publikasi melalui
beberapa kanal yang
dianggap relevan. Atau
minimal ada upaya untuk
melakukan outsourcing
terhadap keperluan
publikasi.

SDM untuk publikasi telah
mampu untuk merencanakan,
menerapkan dan mengevaluasi
aktivitas publikasi.

Anggaran

Belum ada
anggaran yang
dikhususkan untuk
publikasi

Anggaran untuk publikasi
sudah mulai dialokasikan,
namun belum ada evaluasi
terhadap investiasi publikasi
yang telah dilaksanakan.

Anggaran untuk publikasi telah
terencana dengan baik dan ada
perhitungan terhadap Return of
Investment (ROI) publikasi.

Pengorganisasian
publikasi

Bersifat reaktif
terhadap situasi
pasar.

Publikasi mulai dikelola
melalui perencanaan dan
pengelolaan kegiatan
publikasi.

Publikasi merupakan bagian dari
integrated marketing strategic
pelaku industri. Organisasi
memiliki perencanaan,
penerapan dan evaluasi
terhadap strategi publikasi
degan baik. Organisasi telah
memiliki matriks dan standar
operasional prosedur dalam
menjalankan publikasi.

30

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

31

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

DAFTAR PUSTAKA

32

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

33

DCMS, U. (1998). Creative industries mapping document. In: DCMS London.
Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025. (2008). Departemen Perdagangan
Republik Indonesia.
Purnomo, H. (2014). Negara dengan Penduduk Terbanyak di Dunia, RI Masuk 4 Besar.
Diakses tanggal, 16.
Saputra, W. (2010). industri kreatif. Padang: Baduose Media.
Satria, D., & Prameswari, A. (2011). Strategi Pengembangan Industri Kreatif untuk
Meningkatkan Daya Saing Pelaku Ekonomi Lokal. Jurnal Aplikasi Manajemen-Journal of
Applied Management, 9(1), 301-308.
Simatupang, T. M. (2007). Industri Kreatif Jawa Barat. Bahan Masukan Kepada Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat.
Spence, M., & Hamzaoui Essoussi, L. (2010). SME brand building and management: an
exploratory study. European Journal of Marketing, 44(7/8), 1037-1054.

REKOMENDASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI PRODUK KREATIF

34