Determinan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Oleh Peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia Tahun 2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Kondisi kependudukan di Indonesia saat sekarang ini baik dari segi
kuantitas, kualitas, dan persebarannya masih merupakan tantangan yang berat bagi
pembangunan nasional. Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas rendah dan
pertumbuhan yang cepat ini akan memperlambat tercapainya kondisi yang ideal
antara kualitas dan kuantitas dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatur dan menekan
angka kelahiran adalah melalui program keluarga berencana nasional. Program KB
nasional adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masayarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan
sejahtera menuju keluarga berkualitas ( Kepmen nomor 120/M.PAN/9/2004).
Program Keluarga Berencana Nasional yang dicanangkan sejak tahun1970,
pada perkembangannya dikukuhkan dan diatur dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan

dan pembangunan keluarga


sejahtera. Berbagai perubahan lingkungan strategis baik nasional, regional, maupun
internasional, telah memberi pengaruh dalam pelaksanaan Program Kependudukan
dan KB Nasional di Indonesia. Perubahan paradigma kependudukan dan
pembangunan dunia seperti yang telah dihasilkan dalam International Conference on
Population and Development (ICPD) di Kairo tahun 1994, serta kesepakatan PBB
1
Universitas Sumatera Utara

2

tahun 2000 tentang Millenium Development Goals (MDG’s), perkembangan
globalisasi, kerjasama regional ASEAN dan Asia Pasific (APEC), serta tuntutan
perubahan di Indonesia telah memberi nuansa baru dan perubahan mendasar dalam
pengelolaan dan pelaksanaan program KB Nasional di Indonesia. Dengan berbagai
perubahan dukungan strategi tersebut, maka UU Nomor 10 Tahun1992 itu telah
dilakukan amandemen sehingga pada tahun 2009 terbit UU No.52 Tahun 2009
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga sebagai pengganti
UU No. 10 Tahun 1992 (BKKBN, 2013).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009 tentang
perkembangan


kependudukan

dan

pembangunan

keluarga

tertuang

bahwa

pembangunan nasional mencakup semua aspek dan dimensi kehidupan termasuk
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga untuk mewujudkan
masyarakat adil dan makmur yang dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Oleh karena itu, penduduk
sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan harus menjadi titik sentral
dalam pembangunan berkelanjutan (UU nomor 52 tahun 2009).
Upaya pemerintah untuk mewujudkan pembangunan kependudukan dan
keluarga kecil berkualitas tertuang juga pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional (RPJP) 2005-2025 berdasarkan UU No. 17 Tahun 2007 yang selanjutnya
dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) lima
tahunan serta Misi Walikota Medan periode 2010-2015 yang dijabarkan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2011-2015 yang

Universitas Sumatera Utara

3

tertuang pada misi meningkatkan kualitas masyarakat kota yaitu, peningkatan
kedudukan, fungsi dan peranan perempuan dalam pembangunan guna mewujudkan
keluarga kecil sejahtera (BKKBN, 2013).
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB)
merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah, yang dipimpin oleh kepala badan
yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui
sekretaris daerah. BPPKB mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebiijakan urusan pemerintahan daerah dibidang pemberdayaan
perempuan, perlindungan anak, dan keluarga berencana. Untuk menunjang
keberhasilan


program-program BPPKB, masing - masing bidang bekerjasama

dengan lintas sektoral di masing-masing kecamatan terkait pengelolaan program,
melakukan pembinaan terhadap kader KB yang ada dikelurahan oleh Petugas
Lapangan KB (PLKB), melakukan pembinaan terhadap pembantu pembina keluarga
berencana desa (PPKBD) dan Sub PPKBD.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) Indonesia tahun 2000, penduduk
Indonesia berjumlah 205,8 juta jiwa, sedangkan jumlah penduduk Indonesia hasil SP
2010 menjadi 237,6 juta jiwa atau terdapat penambahan jumlah penduduk sekitar 32
juta jiwa. Sementara itu, laju pertumbuhan penduduk periode 2000-2010 tercatat
sekitar 1,49% per tahun. Angka laju pertumbuhan penduduk tersebut sedikit lebih
tinggi bila dibandingkan dengan angka laju pertumbuhan penduduk pada periode
1990-2000 yang berada pada angka 1,45%. Bila dilihat persentase Pasangan Usia
Subur (PUS) yang menggunakan kontrasepsi kontrasepsi modern, hasil SDKI 2012

Universitas Sumatera Utara

4

menunjukkan tidak ada kenaikan yang berarti dalam penggunaan kontrasepsi

dibandingkan dengan hasil SDKI 2007. Pada tahun 2007, SDKI mencatat sebanyak
57,4% pasangan usia subur yang menggunakan kontrasepsi modern, sedangkan SDKI
2012 mencatat angka 57,9% atau kenaikannya hanya sebesar 0,5%. (BKKBN, 2013).
Di Sumatera Utara, laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2000-2010 adalah
sekitar 1,11% (SDKI 2012) . Persentase pencapaian KB baru terhadap PPM-PB
tahun 2010 sekitar 138%, tahun 2011 sekitar 115,4%, 2012 sekitar 127,3%.
Perkembangan pencapaian peserta KB baru (PB) mandiri tahun 2010-2012 adalah
109.876, 96.168, 75.147. Persentase pencapaian peserta KB aktif (PA) terhadap total
PA dari tahun 2010-2012 adalah 35,9%, 32,1%, dan 30,2%. (BKKBN, 2013).
PLKB besar peranannya dalam meningkatkan program keberhasilan program
KB. PLKB mengajak, mengkampanyekan, dan memberikan konseling tentang KB
kepada PUS di setiap kecamatan dan kelurahan. PLKB adalah pegawai negeri sipil
yang diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan
penyuluhan, pelayanan, evaluasi dan pengembangan KB Nasional. Tugas dan fungsi
dasar PLKB/PKB meliputi sepuluh langkah, yaitu pendekatan tokoh formal,
pendataan dan pemetaan, pendekatan tokoh informal, pembentukan kesepakatan,
penegasan kesepakatan, penerangan dan motivasi, peneladanan atau pembentukan
grup pelopor, pelayanan KB-KS, pembinaan peserta, pencatatan, pelaporan, dan
evaluasi.
PLKB merupakan kunci kesuksesan pelaksanaan program keluarga berencana

dan gerakan pembangunan kelurga sejahtera

dengan tugas utama PLKB adalah

Universitas Sumatera Utara

5

melakukan urusan kegiatan-kegiatan koordinasi dan bimbingan pelaksanaan program
keluarga berencana di wilayah kerjanya. Dalam melaksanakan tugas dan funginya ada
beberapa permasalahan yang mungkin dihadapi oleh PLKB. Masalah-masalah
tersebut antara lain adalah konsolidasi dengan semua pihak terkait dalam mengemban
tugasnya,

kemampuan

para

petugas


dalam

merencanakan,

menganalisis,

mengevaluasi pelaksanaan program keluarga berencana di wiliayah kerjanya, upaya
yang dilakukan untuk memperoleh kesepakatan dalam pelaksanaan program KB,
kendala dalam melibatkan peran serta masyarakat dan institusi masyarakat dalam
pelaksanaan program KB, kemampuan untuk melakukan kerjasama dengan semua
pihak terkait.
Kinerja adalah prestasi atau hasil kerja yang dicapai individu, kelompok, atau
perusahaan, baik secara kualitas maupun kuantitas dalam suatu organisasi sesuai
dengan tugas pokok, fungsi, wewenang, dan tanggungjawab masing-masing individu
dalam mencapai tujuan organisasi. Kinerja tidak hanya tentang hasil kerja yang
dicapai, melainkan juga tentang proses kerja berlangsung. Kinerja suatu lembaga
organisasi sangat dipengaruhi oleh kinerja individu dalam organisasi tersebut.
Perilaku individu berpengaruh terhadap output yang dihasilkan dan outcome yang
akan diraih organisasi tersebut.
Menurut Gibson, dkk (1996), faktor-faktor yang memengaruhi kinerja ada

tiga variabel, yaitu: variabel individu, variabel psikologis, dan variabel organisasi.
Variabel individu terdiri dari sub variabel kemampuan dan keterampilan, latar
belakang keluarga, dan demografis. Variabel psikologis digolongkan dalam sub

Universitas Sumatera Utara

6

variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi. Variabel organisasi terdiri
dari sub variabel sumber daya, keemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan.
Kinerja Menurut Robbins (2006) merupakan fungsi interaksi antara
kemampuan atau Ability (A), motivasi (M), dan kesempatan atau opportunity (O).
kesempatan kinerja adalah tingkat kinerja yang tinggi, sedangkan kemampuan dan
motivasi merupakan fungsi dari tiadanya rintangan-rintangan yang akan menjadi
kendala bagi karyawan.
Data cakupan peserta KB Baru (PB), peserta KB Aktif (PA), dan Drop Out
(DO) PB di Kota Medan pada tahun 2013 tidak menunjukkan peningkatan yang
berarti. Di tahun 2013 terjadi penurunan cakupan PB dan persentase DO peseta KB
tidak menunjukkan perkembangan yang berarti.
Tabel 1.1 Cakupan Peserta KB Baru, Peserta KB Aktif, dan Drop Out (DO)

Kota Medan Tahun 2009-2013
Th.

Peserta KB Baru
PPM
penca
paian

2009

45.697

41.670

2010

47.712

49.621


2011

49.296

48.294

2012

51.361

46.936

2013

65.764

54.668

%


89,08
%
104,7
%
97,97
%
91,38
%
83,13
%

Peserta KB aktif
PUS
pencapai
proyeksi an
319.004

205.162

325.511

189.796

369.973

221.802

330.376

221.063

333.525

229.879

%

64,49
%
58,73
%
59,95
%
66,91
%
68,92
%

Drop Out (DO)
Jumla Jumlah
h PB
drop
out

% DO
PB

45.697

40.671

89,13%

47.712

36.306

74,46%

48.294

46.648

97%

46.936

46.069

98%

54.668

53.574

98%

Berdasarkan tabel cakupan peserta KB baru, peserta KB aktif (PA), dan Drop
Out (DO) diatas diketahui bahwa pada tahun 2010 terjadi peningkatan PB yakni

Universitas Sumatera Utara

7

sebesar 15,62% dari tahun 2009. Namun, pada tahun-tahun berikutnya cakupan PB
menurun. Di tahun 2013 terjadi penurunan persentase PB yang signifikan yaitu
menjadi dibawah 90 %. Cakupan PB ditahun 2013 hanya mencapai 83,13%.
Sedangkan persentase PA pada tahun 2013 terjadi peningkatan sebesar 2,01% dari
tahun 2012. Persentase DO peserta KB pada tahun 2010 menurun, hal ini
menunjukkan peningkatan peserta KB yang tidak DO. Namun, pada tahun 2011-2013
terjadi peningkatan yang siginifikan pada jumlah peserta KB yang DO yaitu
mencapai 98%.
Data cakupan PA berdasarkan alat kontrasepsi yang dipakai di Kota Medan
menunjukkan bahwa alat kontrasepsi yang dipakai oleh PUS yang paling banyak
adalah suntik.
Tabel 1.2 Persentase peserta KB aktif (PA) berdasarkan pemakaian alat
kontrasepsi
Tahun
Jumlah peserta
aktif
Penc. IUD
%
Penc. MOW
%
Penc. MOP
%
Penc. Kondom
%
Penc implant
%
Penc. Suntik
%
Pen. Pil
%

KB

2011
221.802

2012
221.063

2013
229.879

34.376
15,50%
13.849
6,24%
1.174
0,53%
11.951
5,39%
14.953
6,74%
76.108
34,31%
69.391
31,29%

29.245
13,23%
13.414
6,07%
2.137
0,97%
13.127
5,94%
16.025
7,25%
77.711
35,15%
69.404
31,40%

29.734
12,93%
13.159
5,72%
2.125
0,92%
14.470
6,29%
18.390
8,00%
80.459
35,00%
71.542
31,20%

Universitas Sumatera Utara

8

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa persentase PA yang memakai
suntik sebagai alat kontrasepsinya jauh lebih banyak dari alat kontrasepsi lainnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Siti Amanah, dkk (2009) yang

menemukan adanya kasus di salah satu desa penelitian yang warganya tidak memiliki
pengetahuan mengenai alat kontrasepsi selain suntik. Itulah sebabnya alat KB ini
menjadi alat KB yang dominan dipilih untuk menjarangkan kelahiran.
Rendahnya perilaku ber-KB dapat disebabkan oleh banyak faktor, baik
internal maupun eksternal. Faktor internalnya antara lain tingkat pendidikan
(terutama perempuan), tingkat pengetahuan tentang KB, kondisi sosial ekonomi
keluarga, relasi suami-istri serta pemahaman tentang agama dan sistem nilai sosial
masyarakat. Adapun faktor eksternalnya antara lain ketersediaan alat/obat/metode
kontrasepsi yang dapat diakses keluarga miskin, jarak antara rumah dengan fasilitas
kesehatan dan ketersediaan tenaga medis.
Faktor eksternal lainnya yang ikut menentukan adalah efektivitas program
penyuluhan KB. Dalam hal ini, pihak yang memiliki posisi penting dan strategis
adalah para petugas lapangan KB (PLKB) beserta para Kader yang membantu
mereka. Semakin baik kinerja mereka, semakin baik pula proses perubahan
pengetahuan, sikap dan keterampilan para PUS tentang KB, sehingga perilaku berKB oleh PUS meningkat. Dengan demikian, kinerja mereka harus terus dijaga dan
ditingkatkan. Hal ini sejalan dengan penelitian Sani (2008) yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan positif antara kinerja pengelola program KB dengan pencapaian

Universitas Sumatera Utara

9

program KB. Penelitian Alfikri (2009) menyatakan bahwa kinerja penyuluh KB
dipengaruhi oleh kompetensi dan motivasi.
Kompensasi yang berupa imbalan, tunjangan, dan insentif merupakan salah
satu motivasi pegawai dalam melakukan pekerjaan. Ketika karyawan sudah dipenuhi
haknya dalam mendapatkan imbalan akan mendorong karyawan terebut untuk
merasakan kepuasan atas pekerjaannya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yng
dilakukan oleh Salamuk dan kusnanto (2006) yang menunjukkan bahwa insentif
berpengaruh signifikan terhadap kinerja bidan di Puskesmas Kabupaten Puncak Jaya
Berdasarkan hal tersebut maka penulis melakukan penelitian tentang
determinan kinerja PLKB Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
( BPPKB) di Kota Medan tahun 20114.

1.2.Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dijabarkan di awal, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah apa saja determinan yang memengaruhi kinerja
petugas lapangan KB (PLKB) BPPKB Kota Medan tahun 2014.

1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan-determinan yang
yang memengaruhi kinerja PLKB BPPKB Kota Medan tahun 2014.

Universitas Sumatera Utara

10

1.4.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai masukan bagi pihak BPPKB, hasil penelitian ini diharapkan dapat
berguna sebagai masukan data mengenai kinerja PLKB BPPKB di Kota
Medan
2. Sebagai masukan bagi pihak BPPKB, dapat dijadikan dasar dlaam proses
pengambilan keputusan dan kebijakan dalam peningkatan kinerja PLKB
BPPKB Kota Medan.
3. Memberikan bahan informasi dan pengembangan bagi penelitian sejenis.

Universitas Sumatera Utara