Determinan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Oleh Peserta Jamkesmas Di Puskesmas Medan Helvetia Tahun 2013
DETERMINAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN OLEH PESERTA JAMKESMAS DI PUSKESMAS MEDAN HELVETIA
TAHUN 2013
SKRIPSI
OLEH :
NIM. 111021063
PERMATA SARI HANDAYANI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
(2)
2
DETERMINAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN OLEH PESERTA JAMKESMAS DI PUSKESMAS MEDAN HELVETIA
TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
Nim. 111021063 Permata Sari Handayani
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
(3)
(4)
ii ABSTRAK
Jamkesmas adalah pelayanan kesehatan yang biayanya ditanggung oleh pemerintah serta jaminan kesehatan yang dapat digunakan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas secara gratis. Penduduk Sumatera Utara sebanyak 12.937.868 jiwa, sedangkan sasaran Jamkesmas di Sumatera Utara Tahun 2012 hanya 4.124.247 jiwa.
Jenis penelitian ini adalah survei dengan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi (pendidikan, pengetahuan, sikap, dan persepsi), faktor pemungkin (jarak, kepemilikan Jaminan Kesehatan), faktor penguat (sikap petugas kesehatan yakni perawat dan dokter) terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia Tahun 2013. Populasi adalah seluruh peserta Jamkesmas yang terdaftar di Puskesmas Medan Helvetia, yaitu sebanyak 19.409 jiwa. Sampel diambil 99,99 digenapkan menjadi 100 responden diambil dengan teknik cluster random sampling.
Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan dari 100 responden, Sebanyak 81 responden (81,0%) memanfaatkan pelayanan kesehatan ke puskesmas Medan Helvetia dan 19 responden (19,0%) tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan ke Puskesmas Medan Helvetia. Berdasarkan uji bivariat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pengetahuan (p=0,001), sikap (p=0,003), dan persepsi (p=0,002), jarak (p=0,035) dan kepemilikan jaminian kesehatan (p=0,022) ada hubungan atau pengaruh terhadap pelayanan kesehatan oleh peserta Jamkesmas, sedangkan berdasarkan uji multivariat variabel pengetahuan mempunyai nilai Exp (B) sebesar 21,482, merupakan model terbaik untuk menentukan determinan terhadap pemanfaatan pelayanan oleh peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia.
Berdasarkan hasil penelitian, diperlukan upaya untuk meningkatkan upaya pengetahuan peserta Jamkesmas, prosedur pelayanan dan pelayanan yang diberikan di pelayanan kesehatan oleh peserta Jamkesmas baik melalui sosialisasi di rumah-rumah maupun di Puskesmas. Upaya mendekatkan pelayanan dokter dan perawat dengan peserta Jamkesmas juga sangat diperlukan. Memberikan pelayanan kepada peserta Jamkesmas yang tidak mampu saja, menyediakan sarana dan obat-obatan agar peserta Jamkesmas tidak merasa kesulitan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan ketika sakit, serta memberikan pelayanan yang sama dengan peserta yang lainnya
(5)
ABSTRACT
Jamkesmas (Public Health Insurance) is a health service whose operational cost is borned by the government and a health insurance that can be used to a free health service at Puskesmas (Community Health Center). The population of Sumatera Utara Province is 12,937,868 people while the target of Jamkesmas in Sumatera Utara Province in 2012 was only 4,124,247 people.
The purpose of this explanatory survey study was to describe the influence of the factor of predisposition (education, knowledge, attitude and perception), enabling factor (distance and ownership of Health Insurance), and reinforcing factor (the attitude of the health workers such as nurses and doctors) on the utilization of the health service by the members of Jamkesmas registered at Puskesmas Medan Helvetia in 2013. The population of this study was all of the 19,409 members of Jamkesmas registered at Puskesmas Medan Helvetia, and 99.99 which was rounded to 100 of them were selected to be the respondents for this studythrough cluster random sampling technique. The primary data were obtained through questionnaire-based interview. The data obtained were analyzed through logistic regression test.
The result of this study showed that of the 100 respondents, 54 (54%) did utilize and 46 (46%) did not utilize the health service provided by Puskesmas Medan Helvetia. The result of bivariate test showed that the variables of knowledge (p = 0.001), attitude (p = 0.003), perception (p = 0.002), distance (p = 0.035), and the ownership of health insurance (p = 0.002) had relationship with or influence on the use of health service by the members of Jamkesmas. The result of multivariate test showed that the value Exp (B) of the variable of knowledge was 21.482 and this was the best model to determine the determinant of the use of the use of health service by the members of Jamkesmas at Puskesmas Medan Helvetia.
It is suggested that the effort to improve the knowledge of the members of Jamkesmas and the procedure of service and the service provided for the members of Jamkesmas at the Puskesmas or through the door-to-door socialization. The effort to juxtapose the service provided by the doctors and nurses and what needed by the members of Jamkesmas is also very important to do. It is also suggested to provide the service only for the poor members of Jamkesmas, to provide health facilities and medications that it is not hard for the members of Jamkesmas to get health service when they are sick, and to provide the same service to the other members.
(6)
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Permata Sari Handayani
Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/28 Februari 1990 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke : 1 dari 3 bersaudara Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat Rumah : Jl. Sekata No.40 Link III Kel. Tanjung Gusta Kec : Medan Helvetia
Riwayat Pendidikan :
1. Tahun 1996-2001 : SD Laksamana Marthadinata Medan 2. Tahun 2002-2004 : SMP Kartika 1-2 Medan
3. Tahun 2005-2007 : SMA Kartika 1-2 Medan
4. Tahun 2008-2010 : D3 Keperawatan Poltekkes Medan 5. Tahun 2011-2014 : Fakultas Kesehatan Masyarakat
(7)
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Determinan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Oleh Peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia Tahun 2013 sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.
Begitu banyak tantangan yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun material, penulis dapat menyelesaikan proposal ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Dr. Drs. Surya Utama, MS., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Univesitas Sumatera Utara.
2. dr. Heldy B Z, MPH., selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan dan sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.
3. dr. Rusmalawaty, M.Kes., Selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.
4. Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes., selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan terhadap skripsi ini.
(8)
vi
5. dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan terhadap skripsil ini.
6. drh. Rasmaliah, M.Kes., selaku Dosen Penasehat Akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
7. Para Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Khususnya Departemen Administrasi dan kebijakan Kesehatan
8. Kepala Puskesmas dan Staf di Puskesmas Medan Helvetia yang telah memberi izin peneliti untuk melakukan penelitian dan membimbing peneliti selama melakukan penelitian.
9. Terkhusus kepada kedua orang tua tercinta, Nasrun Chaniago, ST dan Asnidar, AM.Keb serta adik saya Rendy Fahmi Roza dan Alfira Husna yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Terkhusus kepada seseorang yang spesial dr. M. Riza Deyuga yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Buat teman sebimbingan khususnya Kak Maryati, dan teman-teman seperjuangan Licha Ayu Rizky, Sherly, Latifah Hanum dan seluruhnya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
Medan, Januari 2014 Penulis
NIM. 111021063
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Permasalahan ... 9
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 11
2.1 Pelayanan Kesehatan ... 11
2.1.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 12
2.1.2 Faktor Yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 12
2.1.3 Faktor yang Memengaruhi Tingkat Permintaan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 13
a. Model Demografi (Demographic Model) ... 13
b. Model Struktur Sosial (Social Structure Model) ... 13
2.2 Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) ... 14
2.2.1 Visi dan Misi Puskesmas ... 15
2.2.2 Fungsi Puskesmas ... 16
2.2.3 Kedudukan dan Tata Kerja Puskesmas ... 16
2.2.3.1 Kedudukan Puskesmas ... 16
2.2.3.2 Tata Kerja Puskesmas ... 16
2.2.4 Program Puskesmas ... 19
2.2.5 Target Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas ... 20
2.3 Jamkesmas ... 20
2.3.1 Tujuan Jamkesmas... 21
2.3.2 Kepesertaan Jamkesmas ... 22
2.3.3 Prosedur Mengelolah Pelayanan Kesehatan ... 22
2.4 Indikator Kemiskinan Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) ... 24
2.5 Konsep Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 25
2.6 Teori Tentang Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 29
(10)
viii
2.6.1.1 Pendidikan ... 30
2.6.1.2 Pengetahuan ... 30
2.6.1.3 Sikap ... 32
2.6.1.4 Persepsi ... 33
2.6.2 Faktor Pemungkin / Pendorong ... 34
2.6.2.1 Jarak ... 34
2.6.2.2 Kepemilikan Jaminan Kesehatan ... 35
2.6.3 Faktor Penguat... 35
2.7 Kerangka Konsep ... 36
2.8 Hipotesis Penelitian ... 37
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
3.1 Jenis Penelitian ... 38
3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 38
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 38
3.2.2 Waktu Peneltian ... 38
3.3 Populasi dan Sampel ... 39
3.3.1 Populasi ... 39
3.3.2 Sampel ... 39
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 40
3.5 Definisi Operasional ... 41
3.6 Aspek Pengukuran ... 42
3.7 Teknik Analisa Data ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 48
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 48
4.1.1 Letak Geografis ... 48
4.1.2 Demografis ... 49
4.2 Analisis Univariat ... 49
4.2.1 Distribusi Responden berdasarkan Identitas (Umur, Suku, Jenis Kelamin, Status dan Pekerjaan) ... 48
4.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Predisposisi ... 50
4.2.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 50
4.2.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan ... 51
4.2.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap ... 53
4.2.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi ... 54
4.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pemungkin ... 57
4.2.3.1 Jarak ... 57
4.2.3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Jaminan Kesehatan ... 58
(11)
4.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Penguat ... 58
4.2.4.1 Sikap Petugas Kesehatan, yakni Perawat dan Dokter... 58
4.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Oleh Peserta Jamkesmas ... 61
4.3 Analisis Bivariat ... 62
4.3.1 Tabulasi Silang dan Hasil Uji Statistik ... 62
4.3.1.1 Tabulasi Silang Antara pendidikan dan Pemanfaatan Oleh Peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia ... 62
4.3.1.2 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dan Pemanfaatan Oleh Peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia ... 63
4.3.1.3 Tabulasi Silang Antara Sikap dan Pemanfaatan Oleh Peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia ... 64
4.3.1.4 Tabulasi Silang Antara Persepsi dan Pemanfaatan Oleh Peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia ... 65
4.3.1.5 Tabulasi Silang Antara Jarak dan Pemanfaatan Oleh Peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia ... 66
4.3.1.6 Tabulasi Silang Antara Kepemilikan Jaminan Kesehatan dan Pemanfaatan Oleh Peserta Jamkesmas ... 67
di Puskesmas Medan Helvetia 4.3.1.7 Tabulasi Silang Antara Sikap Petugas Kesehatan dan Pemanfaatan Oleh Peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia ... 67
4.3.2 Ringkasan Hasil Uji Statistik Chi square ... 69
4.4 Analisis Multivariat ... 69
BAB V PEMBAHASAN ... 72
5.1 Pengaruh Faktor Predisposisi terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Oleh Peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia ... 72
5.1.1 Pengaruh Pendidkan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Pelayanan Kesehatan Oleh Peserta Jamkesmas di puskesmas Medan Helvetia ... 72
5.1.2 Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Pelayanan Kesehatan Oleh Peserta Jamkesmas di puskesmas Medan Helvetia ... 73
(12)
x
5.1.3 Pengaruh Sikap terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Oleh Peserta Jamkesmas di
Puskesmas Medan Helvetia ... 74
5.1.4 Pengaruh Persepsi terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Oleh Peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia ... 75
5.2 Pengaruh Faktor Pemungkin terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Oleh Peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia ... 76
5.2.1 Pengaruh Faktor Jarak terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Oleh Peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia ... 76
5.2.2 Pengaruh Faktor Kepemilikan Jaminan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Oleh Peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia ... 77
5.3 Pengaruh Faktor Penguat terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Oleh Peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia ... 78
5.3.1 Pengaruh Sikap Petugas Kesehatan Yakni Perawat dan Dokter terhadap Peserta Jamkesmas ... 78
5.4 Pemanfaatan Pelayanan Oleh Peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia Tahun 2013 ... 79
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 80
6.1 Kesimpulan ... 80
6.2 Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Puskesmas
Lampiran 4 Surat Keterangan Izin Penelitian dari Dinas Kesehtan Kota Medan Lampiran 5 Pengolahan Data
(13)
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1.1. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Menurut Jumlah Peserta Jaminan Kesehatan Prabayar di Dinas Kesehatan
Kota Medan Tahun 2012 ... 6 3.1 Proporsi Sampel per Kelurahan ... 40 4.1 Distribusi Responden berdasarkan Identitas (Umur, Suku,
Jenis Kelamin, Status dan Pekerjaan) ... 49 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Peserta Jamkesmas
di Puskesmas Medan Helvetia Tahun 2013 ... 51 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Peserta Jamkesmas
di Puskesmas Medan Helvetia Tahun 2013 ... 52 4.4 Distribusi Kategori Berdasarkan Pengetahuan ... 53 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Peserta Jamkesmas
di Puskesmas Medan Helvetia Tahun 2013 ... 53 4.6 Distribusi Kategori Berdasarkan Sikap ... 54 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Peserta Jamkesmas
di Puskesmas Medan Helvetia Tahun 2013 ... 55 4.8 Distribusi Kategori Berdasarkan Persepsi ... 56 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Peserta Jamkesmas
di Puskesmas Medan Helvetia Tahun 2013 ... 57 4.10 Distribusi Kategori Berdasarkan Jarak ... 57 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Jaminan
Kesehatan Peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia
Tahun 2013 ... 58 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Petugas yakni Perawat
(14)
xii
4.13 Distribusi Kategori Berdasarkan Sikap Petugas Kesehatan ... 61 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan Peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia
Tahun 2013 ... 61 4.15 Distribusi Kategori Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan ... 62 4.16 Tabulasi Silang Antara Pendidikan Dengan Pemanfaatan
Pelayanan Oleh Peserta Jamkesmas di Puskesmas
Medan Helvetia Tahun 2013... 63 4.17 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Pemanfaatan
Pelayanan Oleh Peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia Tahun 2013 ... 64 4.18 Tabulasi Silang Antara Sikap dengan Pemanfaatan Pelayanan
Oleh Peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia
Tahun 2013 ... 65 4.19 Tabulasi Silang Antara Persepsi dengan Pemanfaatan Pelayanan
Oleh Peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia
Tahun 2013 ... 66 4.20 Tabulasi Silang Antara Jarak dengan Pemanfaatan Pelayanan
Oleh Peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia
Tahun 2013 ... 66 4.21 Tabulasi Silang Antara Kepemilikan Jaminan Kesehatan dengan
Pemanfaatan Pelayanan Oleh Peserta Jamkesmas di
Puskesmas Medan Helvetia Tahun 2013 ... 67 4.22 Tabulasi Silang Antara Sikap Petugas Kesehatan dengan
Pemanfaatan Pelayanan Oleh Peserta Jamkesmas di
Puskesmas Medan Helvetia Tahun 2013 ... 68 4.23 Hasil Uji Bivariat antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat ... 69 4.24 Hasil UJi Regresi Logistik ... 71
(15)
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
(16)
ii ABSTRAK
Jamkesmas adalah pelayanan kesehatan yang biayanya ditanggung oleh pemerintah serta jaminan kesehatan yang dapat digunakan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas secara gratis. Penduduk Sumatera Utara sebanyak 12.937.868 jiwa, sedangkan sasaran Jamkesmas di Sumatera Utara Tahun 2012 hanya 4.124.247 jiwa.
Jenis penelitian ini adalah survei dengan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi (pendidikan, pengetahuan, sikap, dan persepsi), faktor pemungkin (jarak, kepemilikan Jaminan Kesehatan), faktor penguat (sikap petugas kesehatan yakni perawat dan dokter) terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia Tahun 2013. Populasi adalah seluruh peserta Jamkesmas yang terdaftar di Puskesmas Medan Helvetia, yaitu sebanyak 19.409 jiwa. Sampel diambil 99,99 digenapkan menjadi 100 responden diambil dengan teknik cluster random sampling.
Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan dari 100 responden, Sebanyak 81 responden (81,0%) memanfaatkan pelayanan kesehatan ke puskesmas Medan Helvetia dan 19 responden (19,0%) tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan ke Puskesmas Medan Helvetia. Berdasarkan uji bivariat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pengetahuan (p=0,001), sikap (p=0,003), dan persepsi (p=0,002), jarak (p=0,035) dan kepemilikan jaminian kesehatan (p=0,022) ada hubungan atau pengaruh terhadap pelayanan kesehatan oleh peserta Jamkesmas, sedangkan berdasarkan uji multivariat variabel pengetahuan mempunyai nilai Exp (B) sebesar 21,482, merupakan model terbaik untuk menentukan determinan terhadap pemanfaatan pelayanan oleh peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia.
Berdasarkan hasil penelitian, diperlukan upaya untuk meningkatkan upaya pengetahuan peserta Jamkesmas, prosedur pelayanan dan pelayanan yang diberikan di pelayanan kesehatan oleh peserta Jamkesmas baik melalui sosialisasi di rumah-rumah maupun di Puskesmas. Upaya mendekatkan pelayanan dokter dan perawat dengan peserta Jamkesmas juga sangat diperlukan. Memberikan pelayanan kepada peserta Jamkesmas yang tidak mampu saja, menyediakan sarana dan obat-obatan agar peserta Jamkesmas tidak merasa kesulitan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan ketika sakit, serta memberikan pelayanan yang sama dengan peserta yang lainnya
(17)
ABSTRACT
Jamkesmas (Public Health Insurance) is a health service whose operational cost is borned by the government and a health insurance that can be used to a free health service at Puskesmas (Community Health Center). The population of Sumatera Utara Province is 12,937,868 people while the target of Jamkesmas in Sumatera Utara Province in 2012 was only 4,124,247 people.
The purpose of this explanatory survey study was to describe the influence of the factor of predisposition (education, knowledge, attitude and perception), enabling factor (distance and ownership of Health Insurance), and reinforcing factor (the attitude of the health workers such as nurses and doctors) on the utilization of the health service by the members of Jamkesmas registered at Puskesmas Medan Helvetia in 2013. The population of this study was all of the 19,409 members of Jamkesmas registered at Puskesmas Medan Helvetia, and 99.99 which was rounded to 100 of them were selected to be the respondents for this studythrough cluster random sampling technique. The primary data were obtained through questionnaire-based interview. The data obtained were analyzed through logistic regression test.
The result of this study showed that of the 100 respondents, 54 (54%) did utilize and 46 (46%) did not utilize the health service provided by Puskesmas Medan Helvetia. The result of bivariate test showed that the variables of knowledge (p = 0.001), attitude (p = 0.003), perception (p = 0.002), distance (p = 0.035), and the ownership of health insurance (p = 0.002) had relationship with or influence on the use of health service by the members of Jamkesmas. The result of multivariate test showed that the value Exp (B) of the variable of knowledge was 21.482 and this was the best model to determine the determinant of the use of the use of health service by the members of Jamkesmas at Puskesmas Medan Helvetia.
It is suggested that the effort to improve the knowledge of the members of Jamkesmas and the procedure of service and the service provided for the members of Jamkesmas at the Puskesmas or through the door-to-door socialization. The effort to juxtapose the service provided by the doctors and nurses and what needed by the members of Jamkesmas is also very important to do. It is also suggested to provide the service only for the poor members of Jamkesmas, to provide health facilities and medications that it is not hard for the members of Jamkesmas to get health service when they are sick, and to provide the same service to the other members.
(18)
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi setiap orang. Setiap orang mempunyai hak yang sama untuk memperoleh akses pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau (UU No. 36/2009). Kesehatan merupakan komponen penting dalam kesejahteraan, maka negara harus menjamin agar penduduknya dapat hidup sehat dan produktif (Samuelson, 2003). Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga maupun masyarakat. Pemanfaatan pelayanan kesehatan paling erat hubungannya dengan kapan seseorang memerlukan pelayanan kesehatan dan seberapa jauh seseorang menempuh pelayanan kesehatan (Azwar, 1996).
Kemampuan seseorang atau keluarga dalam mengakses/ mencapai pelayanan kesehatan adalah berbeda-beda. Bagi orang kaya hal ini bukan merupakan masalah, mereka bisa memilih pelayanan kesehatan sesuai keinginan, sedangkan bagi keluarga miskin akan menjadi masalah tersendiri. Beberapa kendala yang dihadapi dalam pemberian pelayanan kesehatan antara lain masyarakat yang tidak mampu mengakses pelayanan kesehatan yang tersedia karena keterbatasan sarana dan prasarana, nilai sosial dan budaya masyarakat, pelayanan kesehatan yang tidak sesuai dengan kebutuhan/harapan, kualitas penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang rendah, serta
(19)
alokasi dan penggunaan sumber daya untuk penyampaian pelayanan yang tidak memadai (Gani dkk, 1981).
Undang-undang RI nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial, Pemerintah harus menyiapkan SJSN yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. PT Askes (Persero) akan beralih menjadi BPJS Kesehatan atau universal coverange
mulai 1 Januari 2014 dan PT Jamsostek (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Mulai 1 Januari 2014 yang efektif beroperasi paling lambat 1 Juli 2015 (http://www. Kompas .com. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. 2012).
Kebijakan Pemerintah tentang Jamkesmas/Askeskin diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan dimaksudkan untuk menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu selama masa transisi. Transformasi tersebut diikuti adanya pengalihan peserta, program, aset dan liabilitas, pegawai, serta hak dan kewajiban, dengan Undang-Undang ini dibentuk 2 (dua) BPJS, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian. Dengan terbentuknya kedua BPJS tersebut jangkauan kepesertaan program jaminan sosial akan diperluas secara bertahap
(20)
3
Saat ini pemerintah sedang memantapkan penjaminan kesehatan melalui Jamkesmas sebagai awal dari pencapaian jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk. Berdasarkan pengalaman masa lalu dan belajar dari pengalaman berbagai negara lain, sistem jaminan kesehatan sosial merupakan suatu pilihan yang tepat untuk menata subsistem pelayanan kesehatan yang searah dengan subsistem pembiayaan kesehatan. Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) akan menjadi pendorong perubahan-perubahan mendasar seperti penataan standarisasi pelayanan, standarisasi tarif, penataan pengunaan obat yang rasional dan meningkatkan kemampuan serta mendorong manajemen rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya untuk lebih efisien yang berdampak pada kendali mutu dan kendali biaya (Kepmenkes, 2010).
Perubahan UUD 1945 Pasal 34 ayat 1 menyebutkan bahwa fakir misin dan anak- anak terlantar seyogyanya dipelihara oleh Negara. Untuk itu, Undang-undang (UU) tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), UU Nomor 40 Tahun 2004 turut menegaskan bahwa jaminan kesehatan merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial. Pada hakekatnya jaminan kesehatan bertujuan untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup secara layak (http://tnp2k.go.id/tanya-jawab/klaster-i/program-jaminan-kesehatan-masyarakat-jamkesmas).
Kementerian Kesehatan sejak tahun 2005 telah melaksanakan program jaminan kesehatan sosial, yang telah mengalami perubahan seiring dengan waktu. Awalnya ia dikenal dengan nama program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin/JPKMM, atau lebih populer dengan nama program Askeskin
(21)
(Asuransi Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin). Kemudian sejak tahun 2008 sampai dengan sekarang ia berubah nama menjadi program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). JPKMM/Askeskin maupun Jamkesmas, semuanya memiliki tujuan yang sama, yaitu melaksanakan penjaminan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin dan tidak mampu, dengan menggunakan prinsip asuransi kesehatan sosial. (http://tnp2k.go.id/tanya-jawab/klaster-i/program-jaminan-kesehatan-masyarakat-jamkesmas).
Sasaran peserta Jamkesmas 2010 tetap mencakup 76,4 juta jiwa dengan perluasan cakupan sasaran kepesertaan yaitu masyarakat miskin penghuni panti-panti sosial, masyarakat miskin korban bencana pasca tanggap darurat serta masyarakat miskin penghuni Rumah Tahanan Negara (Rutan) dan masyarakat miskin Penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) (Kepmenkes, 2010)
Jamkesmas diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan umur harapan hidup bangsa Indonesia, menurunkan angka kematian ibu melahirkan, menurunkan angka kematian bayi dan balita serta penurunan angka kelahiran, disamping itu dapat terlayaninya kasus-kasus kesehatan peserta pada umumnya. Program jaminan kesehatan ini telah memberikan banyak manfaat bagi peningkatan akses pelayanan kesehatan masyarakat peserta. Pelaksanaan Jamkesmas 2010 merupakan kelanjutan pelaksanaan tahun 2009 dengan perbaikan dan peningkatan yang mencakup aspek kepesertaan, pelayanan kesehatan, pendanaan dan organisasi manajemen (Kepmenkes, 2010).
(22)
5
Program Jamkesmas dilaksanakan dalam beberapa perbaikan pada beberapa aspek perubahan seperti: pelayanan, pendanaan, serta pengorganisasian, sehingga dengan program tersebut akan mengurangi kesulitan pada masyarakat yang kurang mampu khususnya gelandangan, pengemis, anak terlantar telah dicakup dalam program Jamkesmas, sehingga jaminan kesehatan pada tahun 2014 seluruhnya masuk dalam sistem jaminan kesehatan masyarakat (Kepmenkes, 2010).
Berdasarkan Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2013, cakupan pelayanan kesehatan yang tertinggi peserta Jamkesmas menurut Provinsi tahun 2011 di Provinsi Jawa Tengah sebesar 11.715.881 jiwa, sedangkan peserta Jamkesmas yang paling rendah di Provinsi Bangka Belitung sebesar 116.414 jiwa (Kepmenkes, 2010)
Penduduk Sumatera Utara sebanyak 12.937.868 jiwa, sedangkan sasaran Jamkesmas di Sumatera Utara tahun 2012 hanya 4.124.247 jiwa. Jumlah peserta Jamkesmas yang tertinggi di Kota Langkat yakni sebesar 392.027 jiwa, sedangkan
peserta Jamkesmas yang terendah di Kota Sibolga yakni sebesar 28.260 jiwa (http://www.harianorbit.com. penduduk-sumut-kartu-Jamkesmas, 2012)
Hasil laporan profil Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2012, jumlah peserta Jamkesmas sebanyak 412.249 jiwa. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.1.
(23)
Tabel 1.1. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Menurut Jumlah Peserta Jaminan Kesehatan Prabayar di Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2012
No Kecamatan Puskesmas
Jumlah Penduduk
Askeskin/
Jamkesmas %
L+P L+P
1 M.Tuntungan Tuntungan 82.042 15.004 18,28
2 M. Johor M Johor 125.913 20.950 16,63
3 M. Amplas Amplas 116.227 20.376 17,53
4 M. Denai Desa Binjai 142.001 26.721 18,81
5 M Area Kotamatsum 96.675 17.333 17,92
6 M Kota Teladan 72.685 14.475 19,91
7 M Maimun Kp.Baru 39.665 11.295 28,47
8 M Polonia Polonia 53.552 12.638 23,59
9 M Baru Padang Bulan 39.577 6.791 17,15
10 M Selayang Pb. Selayang 100,45 8.889 8,14 11 M Sunggal Desa Lalang 112.967 16.202 14,34 12 M Helvetia Helvetia 145.519 11.460 7,87
13 M Petisah Petisah 61.855 12.201 19,72
14 M Barat Gl Kota 70.912 22.147 31,23
15 M Timur Gl Darat 108.192 20.061 20,39
16 M Perjuangan Sentosa Baru 93.926 21.204 22,57
17 M Tembung Mandala 133.841 21.272 15,89
18 M Deli M Deli 170.931 24.035 14,06
19 M Labuhan Medan Labuhan 112.642 32.471 28,82
20 M Marelan Terjun 147.318 31.226 21,19
21 M Belawan Belawan 95.709 42.698 44,61
Total 2.122.804 412.249 19,420
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2012
Berdasarkan hasil laporan profil Dinas kesehatan Medan tahun 2012 diatas cakupan Jaminan Pemeliharaan peserta Jamkesmas yang terendah adalah di Kecamatan Medan Helevetia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia yakni sebanyak 11. 460 peserta (7,78%).
Kecamatan Medan Helvetia adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan, Sumatera Utara. Kecamatan Medan Helvetia berbatasan dengan Kab. Deli
(24)
7
serdang di sebelah utara, Medan Sunggal di Selatan, Medan Barat Kecamatan Medan Sunggal, dan Kec Medan Barat dan Kec Medan Petisah sebelah timur . Puskesmas Medan Helvetia berada di perkotaan Kota Medan, terletak di Jalan Kemuning raya No.75. Pada tahun 2013, kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar 144.519 jiwa, luasnya adalah 11,16 km² dan terdiri dari 7 kelurahan.
Berdasarkan survei awal pendahuluan yang dilakukan penulis pada tanggal 17 juni 2013 menemukan peserta Jamkesmas di Puskesmas Helvetia yakni sebanyak 19.409. Dari hasil wawancara dengan peserta Jamkesmas, determinan yang memengaruhi tidak bermanfaatnya kartu Jamkesmas adalah karena peserta tidak pernah sakit setahun terakhir, untuk melakukan pendaftaran sangat sulit, pelayanan administrasi (misalnya pembuatan suatu rujukan) yang diberikan tidak cepat dilakukan kepada peserta Jamkesmas serta adanya persepsi masyarakat yang murahan, yang mengatakan bahwa apabila seseorang menggunakan kartu Jamkesmas tersebut, di Rumah Sakit maupun di Puskesmas peserta Jamkesmas tidak dilayani secara baik oleh petugas kesehatan, baik sarana dan obat- obatan nya banyak yang tidak tersedia.
Menurut penelitian Estica (2008), Determinan Pemanfaatan pelayanan kesehatan Jamkesmas di Rumah sakit Diponegoro menunjukkan bahwa sebanyak 54% responden tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas karena jauh dari permukiman.
Hasil penelitian Arianto (2007) menyatakan bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap demand mengikuti asuransi jaminan pelayanan mempunyai
(25)
pengaruh terhadap demand mengikuti asuransi jaminan pelayanan kesehatan di Kota Tanjung Balai.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Ulina (2004) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa pendidikan, pengetahuan dan sikap berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat. Hasil penelitian Uli (2010) menunjukkan bahwa variabel pendidikan berpengaruh terhadap kepatuhan mengikuti Program terapi rumatan Metadon di RSUP H. Adam Malik Medan.
Hasil penelitian Manullang (2007) yang menyatakan bahwa pengetahuan dan sikap mempunyai pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan askeskin di Puskesmas Tomuan Kota Pemantang Siantar.
Hasil penelitian Situmeang (2010) menunjukkan bahwa pengetahuan, pendidikan dan sikap memiliki pengaruh terhadap sarana pelayanan kesehatan di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah.
Hasil Penelitian Su’ud (2010) menunjukkan bahwa pemanfaatan subsidi pelayanan kesehatan gratis belum optimal. Sebanyak 58% responden pernah
memanfaatkan pelayanan kesehatan Puskesmas, dalam setahun terakhir. Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas
adalah pengetahuan, pendidikan, sikap, adanya penyakit dan biaya transportasi. Rendahnya pemanfaatan pelayanan Puskemas yang sudah digratiskan terkait dengan kurang optimalnya kegiatan Puskesmas, kurangnya sosialisasi ke masyarakat dan sasaran masyarakat yang diberikan subsidi kurang tepat.
(26)
9
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian tentang determinan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia Tahun 2014.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang dipaparkan diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Determinan pemanfaatan pelayanan jaminan kesehatan oleh peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia Tahun 2013”.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian untuk mengetahui Determinan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Oleh Peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia Tahun 2013.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Dinas Kesehatan Kota Medan mengenai sejauh mana determinan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta Jamkesmas, sehingga dapat mengambil suatu kebijakan dan membuat program yang sesuai guna meningkatkan pemanfaatan Jamkesmas.
2. Bagi peneliti dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta keterampilan dalam melakukan penelitian khususnya tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta Jamkesmas.
(27)
3. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Puskesmas Medan Helvetia mengenai determinan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta Jamkesmas.
4. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peserta Jamkesmas dan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu promosi kesehatan oleh peserta Jamkesmas dalam menggunakan pelayanan kesehatan di Puskesmas Medan Helvetia.
(28)
11 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah pengunaan faslitas pelayanan kesehatan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan oleh petugas/ tenaga ataupun bentuk kegiatan-kegiatan lain dari pemanfaatan pelayanan kesehatan tersebut (Azwar, 1996). Pelayanan kesehatan sebagai produk jasa memiliki keunikan dengan ciri utama:
1. Adanya sifat ketidakpastian (uncertainty) terkait waktu, tempat urgensi dan biaya.
2. Adanya ketidakseimbangan informasi (asymetry of information) antara
provider dengan pengguna jasa.
3. Adanya manfaat atau risiko kerugian bagi orang lain (Ilyas, 2006).
Adapun syarat pokok suatu pelayanan kesehatan dapat dikatakan baik menurut Azwar (1996) haruslah :
1. Tersedia dan berkesinambungan (available and continuous). 2. Dapat diterima dan wajar (acceptable andappropriate). 3. Mudah dicapai (accessible).
4. Mudah dijangkau (affordable). 5. Bermutu (quality).
(29)
2.1.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Pemanfaatan pelayanan kesehatan paling erat hubungannya dengan kapan seseorang memerlukan pelayanan kesehatan dan seberapa jauh pelayanan efektifitas pelayanan tersebut. Bila berbicara kapan memerlukan pelayanan kesehatan, umumnya semua orang akan menjawab bila merasa adanya ganguan pada kesehatan (sakit). Seseorang tidak pernah akan tahu kapan sakit, dan tidak seorang pun dapat menjawab dengan pasti. Hal ini memberi informasi bahwa konsumen pelayanan kesehatan selalu dihadapkan dengan masalah ketidakpastian (Azwar, 1996).
Rendahnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan menurut (Kepmenkes, 2010) dapat disebabkan oleh :
1. Jarak yang jauh (faktor geografi).
2. Tidak tahu adanya suatu kemampuan fasilitas (faktor informasi) . 3. Biaya yang tidak terjangkau (faktor ekonomi).
4. Tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (faktor budaya). 2.1.2 Faktor Yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
1. Keterjangkauan lokasi tempat pelayanan
Tempat pelayanan yang tidak strategis sulit dicapai, menyebabkan berkurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta Jamkesmas.
2. Jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia
Jenis dan kualitas pelayanan yang kurang memadai menyebabkan rendahnya akses peserta Jamkesmas terhadap pelayanan kesehatan.
(30)
13
3. Keterjangkauan informasi
Informasi yang kurang menyebabkan rendahnya penggunaan pelayanan kesehatan yang ada. Demand (permintaan) adalah pernyataan dari kebutuhan yang dirasakan yang dinyatakan melalui keinginan dan kemampuan membayar.
2.1.3 Beberapa Faktor yang Memengaruhi Tingkat Permintaan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Telah Digolongkan oleh Notoatmodjo (2007) Dalam Beberapa Model, Yaitu :
a. Model Demografi (Demographic Model)
Variabel yang digunakan dalam model ini adalah : umur, jenis kelamin, status perkawinan dan besarnya keluarga. Perbedaan akan derajat kesehatan, derajat kesakitan dan tingkat penggunaan pelayanan kesehatan diasumsikan akan berhubungan dengan seluruh variabel di atas. Variabel yang digunakan dalam model ini adalah variabel yang berasal dari dalam individu sendiri yang secara langsung akan memengaruhi kebutuhan seseorang.
b. Model Struktur Sosial (Social Structure Model)
Variabel yang digunakan dalam model ini adalah : pendidikan, pekerjaan dan suku bangsa atau etnis. Penggunaan pelayanan kesehatan adalah suatu aspek gaya hidup (life style) seseorang yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial psikologisnya. Seseorang yang sedang sakit perut (diare) mencari pengobatan dengan cara tradisional (memakan daun sirih atau bawang dengan minyak). Sesuai dengan kebiasaan yang ada di desa tersebut sedangkan orang lain yang memiliki latar belakang pendidikan SLTA juga menderita diare merasakan membutuhkan
(31)
pertolongan dokter dan langsung pergi ke dokter untuk mendapatkan pertolongan. Sehingga latar belakang sosial seseorang sangat berpengaruh pada kebutuhan seseorang dan pada akhirnya memengaruhi juga tingkat penggunaan pelayanan kesehatan.
2.2 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
Pengertian Puskesmas (Depkes, 1990) adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut SK Menkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD) yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Salah satu fungsi Puskesmas (Azwar, 1996) sebagai perpanjangan jangkauan pelayanan terhadap masyarakat, Puskesmas didukung oleh sarana Puskesmas Pembantu (Pustu), Puskesmas Keliling dan Poskesdes/Polindes. Hingga akhir tahun 2008, terdapat 8.548 Puskesmas di Indonesia. Terdiri 6.110 Puskesmas non perawatan dan 2.438 Puskesmas perawatan, dengan rasio 3,74 Puskesmas terhadap 100.000 penduduk (jumlah penduduk 228.623.342 jiwa). Jumlah Pustu sebanyak 23.163 unit, ditambah dengan 11.271 Poskesdes dan 25.271 Polindes (Kepmenkes, 2010).
(32)
15
2.2.1 Visi dan Misi Puskesmas
Menurut SK Menkes No.128/2004 visi puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Kecamatan sehat adalah gambaran masayarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni:
1. Lingkungan sehat. 2. Perilaku sehat.
3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu. 4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan.
Misi Puskesmas menurut (SK Menkes No.128/2004) adalah:
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat berserta lingkungannya.
(33)
2.2.2 Fungsi Puskesmas
Terdapat tiga fungsi utama Puskesmas yaitu:
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan. 2. Pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.
3. Pusat pelayanan kesehatan tingkat dasar (SK Menkes No.128/2004).
Fungsi pelayanan kesehatan tersebut dapat dikelompokkan dalam upaya kesehatan perorangan (UKP) strata pertama yang bersifat private goods seperti penyembuhan dan pemeliharaan kesehatan perorangan, dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang bersifat public goods seperti promosi kesehatan dan penyehatan lingkungan (Depkes RI, 2004).
2.2.3 Kedudukan dan Tata Kerja Puskesmas 2.2.3.1 Kedudukan Puskesmas
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health services). Puskesmas memiliki dua bidang upaya/pelayanan kesehatan (SK Menkes No.128/2004).
2.2.3.2 Tata Kerja Puskesmas
Menurut SK Menkes No.128/2004 tata kerja Puskesmas adalah : 1. Dengan Kantor Kecamatan
Dalam melaksanakan fungsinya, puskesmas berkoordinasi dengan kantor kecamatan melalui pertemuan berkala yang diselenggarakan di tingkat kecamatan. Koordinasi tersebut mencakup perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta penilaian. Dalam hal
(34)
17
pelaksanaan fungsi penggalian sumber daya masyarakat oleh puskesmas, koordinasi dengan kantor kecamatan mencakup pula kegiatan fasilitasi.
2. Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dengan demikian secara teknis dan administratif, puskesmas bertanggungjawab kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sebaliknya, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggung jawab membina serta memberikan bantuan administratif dan teknis kepada puskesmas.
3. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Sebagai mitra pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta, puskesmas menjalin kerjasama termasuk penyelenggaraan rujukan dan memantau kegiatan yang diselenggarakan, sedangkan sebagai pembina upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat, puskesmas melaksanakan bimbingan teknis, pemberdayaan dan rujukan sesuai kebutuhan.
4. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, puskesmas menjalin kerjasama yang erat dengan berbagai pelayanan kesehatan rujukan. Untuk upaya kesehatan perorangan, jalinan kerjasama tersebut diselenggarakan dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan perorangan seperti rumah sakit (kabupaten/kota) dan berbagai balai kesehatan masyarakat (balai pengobatan penyakit paru-paru, balai kesehatan
(35)
mata masyarakat, balai kesehatan kerja masyarakat, balai kesehatan olahraga masyarakat, balai kesehatan jiwa masyarakat, balai kesehatan indra masyarakat), sedangkan untuk upaya kesehatan masyarakat, jalinan kerjasama diselenggarakan dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat rujukan, seperti Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan, Balai Laboratorium Kesehatan serta berbagai balai kesehatan masyarakat. Kerjasama tersebut diselenggarakan melalui penerapan konsep rujukan yang menyeluruh dalam koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 5. Dengan Lintas Sektor
Tanggung jawab puskesmas sebagai unit pelaksana teknis adalah menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk mendapat hasil yang optimal, penyelenggaraan pembangunan kesehatan tersebut harus dapat dikoordinasikan dengan berbagai lintas sektor terkait yang ada di tingkat Kecamatan. Diharapkan di satu pihak, penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Kecamatan tersebut mendapat dukungan dari berbagai sektor terkait, sedangkan di pihak lain pembangunan yang diselenggarakan oleh sektor lain di tingkat Kecamatan berdampak positif terhadap kesehatan.
6. Dengan Masyarakat
Sebagai penanggungjawab penyelenggaraan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya, puskesmas memerlukan dukungan aktif dari masyarakat sebagai objek dan subjek pembangunan. Dukungan aktif tersebut diwujudkan
(36)
19
melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP) yang menghimpun berbagai potensi masyarakat, seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, Lembaga Sosial Masyarakat.
2.2.4 Program Puskesmas
Pada era reformasi dan desentralisasi program Puskesmas menurut (SK Menkes No.128/2004) memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh
(comprehensive health care services). Puskesmas menjalankan beberapa usaha pokok, yaitu :
1. Kesejahteraan ibu dan anak (KIA). 2. Keluarga Berencana.
3. Usaha peningkatan gizi. 4. Kesehatan lingkungan.
5. Pemberantasan penyakit menular.
6. Upaya pengobatan termasuk pelayanan darurat kecelakaan. 7. Penyulultan kesehatan masyarakat.
8. Usaha kesehatan di sekolah (UKS). 9. Kesehatan olahraga.
10. Perawatan kesehatan masyarakat. 11. Usaha kesehatan kerja.
12. Usaha kesehatan gigi dan mulut. 13. Usaha kesehatan jiwa.
(37)
15. Laboratoriurn (diupayakan tidak lagi sederhana). 16. Pencatatan dan pelaporan sistem informasi kesehatan. 17. Kesehatan usia laniut.
18. Pembinaan pengobatan tradisional.
2.2.5 Target Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas
Target cakupan pelayanan kesehatan dasar Puskesmas menurut Kepmenkes RI No. 1457 tahun 2003, tentang Pedoman Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota, secara umum adalah 15% dari jumlah penduduk per bulan. Begitu pula cakupan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat miskin. Dengan adanya subsidi pemerintah melalui program Askeskin/Jamkesmas, diharapkan pelayanan kesehatan dasar meningkat pula. Indikator keberhasilan program Jamkesmas secara nasional adalah angka utilisasi Puskesmas rata-rata 15% per bulan (SK Menkes No.128/2004). Pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Tingkat Kabupaten tahun 2008 yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI No. 741 Tahun 2008, hanya disebutkan target cakupan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin adalah 100% setahun, atau sekitar 8,3% per bulan (Kepmenkes, 2010).
2.3 Jamkesmas
Jamkesmas adalah pelayanan kesehatan dasar yang biayanya di tanggung oleh Pemerintah. Program ini diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat
(38)
21
miskin. Pada hakekatnya pelayanan kesehatan terhadap peserta menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. (Kepmenkes, 2010). Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada peserta mengacu pada prinsip-prinsip:
1. Jamkesmas dikelola secara nasional. Jamkesmas dapat diakses oleh seluruh peserta dari berbagai wilayah di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Nirlaba, artinya pengelolaan dana amanat tidak dimaksudkan untuk mencari untung/laba, melainkan untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta.
3. Portabilitas (dari kata portable, artinya mudah dibawa-bawa), artinya meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal (selama berada di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia), jaminan kesehatan tetap dapat diterima secara berkelanjutan, dan dapat juga diartikan walaupun memerlukan pelayanan rujukan di tempat lain.
4. Transparan, efisien, dan efektif. 2.3.1 Tujuan Jamkesmas
Menurut Kepmenkes (2010) dalam pedoman pemanfaatan pelayanan kesehatan, tujuan Jamkesmas adalah :
1. Memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan kepada peserta di seluruh jaringan PPK (penyedia pelayanan kesehatan)
2. Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar bagi peserta, tidak berlebihan, sehingga terkendali mutu dan biayanya.
(39)
3. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel).
4. Meningkatkan jumlah peserta (masyarakat tidak mampu) yang dicakup agar mendapat pelayanan kesehatan di jaringan PPK Jamkesmas.
5. Meningkatkan kualitaspelayanan kesehatanbagi masyarakat miskin. 2.3.2 Kepesertaan Jamkesmas
1. Masyarakat miskin dan tidak mampu, yang telah ditetapkan oleh Surat Keputusan (SK) Bupati/Walikota tahun 2008 berdasarkan kuota Kabupaten/Kota (BPS) yang dijadikan basis data (database) Nasional.
2. Gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, serta masyarakat miskin yang tidak memiliki identitas (atau kerap disebutkan sebagai (peserta non-kartu)
3. Semua peserta Program Keluarga Harapan (PKH) baik yang sudah atau yang belum mempunyai kartu Jamkesmas.
4. Semua penderita penyakit thalasemia mayor.
5. Semua pasien yang menerima Jaminan Persalinan (Jampersal)
2.3.3 Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta Jamkesmas, sebagai berikut :
1. Peserta dengan kartu harus menunjukkan kartu Jamkesmas.
2. Untuk peserta non kartu yang termasuk gelandangan, pengemis, anak/orang terlantar dan masyarakat miskin penghuni panti sosial, harus menunjukkan surat rekomendasi Dinas/Instansi Sosial setempat.
(40)
23
3. Bagi masyarakat miskin penghuni lapas/rutan, harus menunjukkan surat rekomendasi Kepala Lapas/Rutan.
4. Untuk peserta PKH yang belum/tidak memiliki kartu Jamkesmas, cukup menggunakan kartu PKH.
5. Bayi (sebelum usia satu tahun) yang lahir dari Ibu peserta Jamkesmas setelah terbitnya SK Bupati/Walikota, harus menunjukkan akte kelahiran/surat kenal lahir/ surat keterangan lahir/pernyataan dari tenaga kesehatan, serta kartu Jamkesmas Ibu dan KartuKeluarga orangtuanya.
6. Korban bencana pasca tanggap darurat, kepesertaannya berdasarkan keputusan Bupati/Walikota setempat, sejak tanggapdarurat dinyatakan selesai dan berlaku selama satu tahun.
Saat ini peserta Jamkesmas memerlukan jaminan pemeliharaan kesehatan, untuk memperoleh jaminan kesehatan paripurna dan berkesinambungan yang dibiayai dengan iuran prabayar bersama karena :
1. Biaya pemeliharaan kesehatan cenderung semakin mahal seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pola penyakit degeneratif akibat penduduk yang makin menua.
2. Pemeliharaan kesehatan memerlukan dana yang berkesinambungan.
3. Masyarakat tidak mampu membiayai pemeliharaan kesehatannya sendiri, sakit dan musibah dapat datang secara tiba-tiba.
4. Biaya pemeliharaan kesehatan dilakukan secara perorangan cenderung mahal. 5. Beban biaya perorangan dalam pemeliharaan kesehatan menjadi lebih ringan
(41)
bila ditanggung bersama. Dana dari uraian bersama yang terkumpul pada Jamkesmas dapat menjamin pemeliharaan kesehatan peserta.
Secara umum, Jamkesmas mempunyai tujuan yaitu meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.
2.4 Indikator Kemiskinan menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
Penduduk miskin menurut konsep kemiskinan BPS (2008), adalah terkait dengan kemampuan seseorang/rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasar, baik untuk makanan maupun non makanan. Seseorang/rumah tangga dikatakan miskin bila kehidupannya dalam kondisi serba kekurangan, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Batas kebutuhan dasar minimal dinyatakan melalui ukuran garis kemiskinan yang disertakan dengan jumlah rupiah yang dibutuhkan.
Kriteria penduduk miskin dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu (BPS, 2008):
1. Penduduk dikatakan sangat miskin apabila kemampuan untuk memenuhi konsumsi makanan hanya mencapai 1.900 kalori per orang per hari plus kebutuhan dasar non makanan, atau setara dengan Rp 120.000 per orang per bulan.
2. Penduduk dikatakan miskin apabila kemampuan memenuhi konsumsi makan hanya mencapai 1.900 sampai 2.100 kalori per orang per hari plus kebutuhan dasar non makanan, setara Rp. 150.000 per orang per bulan. Penduduk
(42)
25
dikatakan mendekati miskin apabila kemampuan memenuhi konsumsi makanan hanya mencapai 2.100 kalori sampai 2.300 plus kebutuhan dasar non makanan setara Rp. 175.000 per orang per bulan. Bila diasumsikan suatu rumah tangga memiliki jumlah anggota keluarga rumah tangga rata-rata 4 orang. Batas garis kemiskinan rumah tangga adalah menurut BPS (2008): 1. Rumah tangga dikatakan sangat miskin apabila tidak mampu memenuhi
kebutuhan dasarnya sebesar 4 x Rp 120.000 = Rp 480.000 per rumah tangga per bulan.
2. Rumah tangga dikatakan miskin apabila tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya sebesar 4 x Rp 150.000 = Rp 600.000 per rumah tangga per bulan. 3. Rumah tangga dikatakan mendekati miskin apabila tidak mampu memenuhi
kebutuhan dasarnya sebesar 4 x Rp 175.000 = Rp 700.000 per rumah tangga
2.5 Konsep Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku kesehatan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Cukup banyak model-model penggunaan pelayanan kesehatan yang dikembangkan, seperti model kependudukan, model sumber daya masyarakat, model organisasi dan lain-lain sesuai dengan variabel-variabel yang digunakan dalam masing-masing model. Menurut Anderson dalam Notoatmodjo (2007), mengembangkan model sistem kesehatan (health belief model) yang berupa model kepercayaan kesehatan.
(43)
Dalam Anderson ini terdapat 3 (tiga) kategori utama dalam pelayanan kesehatan, yaitu:
1. Karakteristik predisposisi, menggambarkan kecendrungan individu yang berbeda-beda dalam menggunakan pelayanan kesehatan.
2. Komponen predisposisi terdiri dari :
a. Faktor-faktor demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan, dll) b. Faktor struktural sosial (suku bangsa, pendidikan, pekerjaan).
c. Faktor keyakinan/kepercayaan (pengetahuan, sikap, persepsi).
3. Komponen pemungkin, menunjukkan kemampuan individual untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Di dalam komponen ini termasuk faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencarian:
a. Sumber daya masyarakat (lokasi/jarak transportasi dan sebagainya).
4. Faktor penguat, merupakan faktor yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan sangat menentukan dalam memberikan pelayanan di fasilitas kesehatan.
Menurut Andersen (1973), secara garis besar pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tiga determinan utama yaitu determinan sosial, sistem pelayanan kesehatan dan determinan individu. Determinan individu dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh prdisposisi individu dalam menggunakan pelayanan, kemampuan mereka untuk melaksanakannya dan kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan.
(44)
27
Teori lain dikemukakan oleh Alan Dever (1984), menyatakan bahwa faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan:
1. Faktor Sosio Kultur
Norma adalah, nilai sosial dan keyakinan yang ada di masyarakat yang-memengaruhi seseorang dalam bertindak, termasuk dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.
2. Faktor Organisasional
a. Ketersediaan sumberdaya yang mencukupi dari segi kualitas maupun kuantitas sangat memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu pelayanan hanya bisa digunakan apabila jasa tersebut tersedia.
b. Keterjangkauan lokasi, peningkatan akses yang dipengaruhi oleh berkurangnya jarak, waktu tempuh, biaya tempuh mengakibatkan peningkatan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
c. Keterjangkauan sosial, konsumen memperhitungkan sikap dan karakteristik
provider terhadap konsumen, seperti etnis, jenis kelamin, ras dan hubungan keagamaan. Akses ini terdiri dari dua dimensi yaitu dapat diterima dan terjangkau. Dimensi dapat diterima mengarah kepada faktor ekonomi.
d. Karakteristik dari struktur organisasi pelayanan dan proses, berbagai macam bentuk praktek pelayanan kesehatan dan cara memberikan pelayanan kesehatan mengakibatkan pola pemanfaatan yang berbeda.
(45)
3. Faktor Interaksi Konsumen dan Provider (penyedia pelayanan) a. Faktor yang berhubungan dengan konsumen, dipengaruhi oleh:
1. Faktor sosio demografi meliputi umur, sex, ras, bangsa, status perkawinan, jumla anggota keluarga, status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan dan penghasilan,
2. Faktor sosio psikologi meliputi persepsi sakit, gejala sakit dan keyakinan terhadap perawatan medis/dokter,
3. Faktor epidemiologi meliput i mortalitas, morbilitas, disability 4. faktor risiko.
b. Faktor yang berhubungan dengan provider, dipengaruhi oleh: 1. Faktor ekonomi yaitu barang subsidi
2. Faktor karakteristik provider meliputi tipe pelayanan, sikap petugas, keahlian petugas, keahlian petugas dan fasilitas yang dimiliki oleh pelayanan tersebut.
Menurut Kalangie dalam Department of Health Education and Welfare, USA ada beberapa faktor yang memengaruhi seseorang memanfaatkan pelayanan kesehatan, yaitu :
1. Faktor regional dan residance yaitu : regional misalnya Jakarta, Jawa Tengah dan lain-lain, dan residance misalnya : rural (desa) dan Urban (kota).
2. Faktor dari sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan yaitu tipe dari organisasi, misalnya : rumah sakit, puskesmas dan fasilitas pelayanan lainnya, kelengkapan program kesehatan, tersedianya tenaga dan fasilitas medis,
(46)
29
teraturnya pelayanan, hubungan antara dokter/ tenaga kesehatan lain. 3. Faktor adanya fasilitas kesehatan lain.
4. Faktor-faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan yaitu: faktor sosio psikologi yang meliputi sikap/persepsi terhadap kesehatan secara umum, pengetahuan dan sumber informasi dan pelayanan kesehatan secara umum, pengetahuan dan sumber informasi dari pelayanan kesehatan dan tabiat terhadap pelaksanaan kesehatan sebelumnya, faktor ekonomis meliputi status sosio ekonomi (pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan), dan digunakan pelayanan kesehatan yang meliputi jarak antara rumah penderita dengan tempat pelayanan kesehatan (Hotma, 2007).
2.6 Teori Tentang Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Menurut Lawrence Green (1980), keshatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh faktor didalam perilaku dan faktor diluar perilaku. Faktor perilaku terbentuk dari tiga factor yaitu factor predisposisi (predisposing factor), faktor pendukung (enabling factor), dan faktor penguat (reinforcing factor). Ketiga faktor ini dapat memengaruhi tindakan masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.
2.6.1 Faktor Predisposisi
Menurut sarwono (2004), faktor predisposisi adalah setiap individu memiliki kecendrungan yang berbeda dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Karakteristik ini meliputi pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, sikap, dan persepsi
(47)
2.6.1.1 Pendidikan
Menurut Andersen (1973) bahwa pendidikan termasuk variabel dalam model struktur sosial. Tingkat pendidikan yang berbeda memiliki kecenderungan yang berbeda pula dalam pengertian dan reaksi terhadap masalah kesehatan mereka, sehingga diduga pendidikan berpengaruh juga dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gratis di tingkat Puskesmas. Feldstein (1979) mengemukakan bahwa pendidikan termasuk faktor yang berpengaruh terhadap permintaan pelayanan kesehatan.
Menurut Widyastuti, dkk (2010) pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subjek dan objek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Pendidikan juga merupakan proses sadar dan sistematis di sekolah, keluarga dan masyarakat untuk menyampaikan suatu maksud dari suatu konsep yang sudah ditetapkan. Tujuan pendidikan diharapkan agar individu mempunyai kemampuan secara mandiri untuk meningkatkan taraf hidup lahir batin dan meningkatkan peranannya secara pribadi.
2.6.1.2 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil ‘tahu’ yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu. Pengetahuan merupakan domain sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, baik pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Hasil penelitian Sebayang (2006) menunjukkan bahwa pengetahuan tentang Jamkesmas berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
(48)
31
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu, "tahu" ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan nenjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap obyek atau materi dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi, atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
(49)
d. Analisis
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap materi atau obyek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
2.6.1.3 Sikap
Sikap adalah respons seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
(50)
33
Menurut Notoatmodjo (2007) sikap terdiri dari 3 komponen, yaitu: 1. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek 2. Kehidupan emosional dan evaluasi orang terhadap objek 3. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave).
Sikap juga mempunyai tingkatan berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut : 1. Menerima
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan, misalnya sikap seseorang terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta Jamkesmas dapat diketahui kehadiran dari peserta Jamkesmas menggunakan pelayanan ke Puskesmas
2. Menanggapi
Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan yang dihadapi
3. Menghargai
Menghargai diartikan seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek, dalam arti mendiskusikannya dengan orang lain dan bahkan memengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.
4. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab terhadap apa saja yang diyakininnya. Seseorang yang telah mengambil sikap yang diyakininya, maka dia harus berani mengambil risiko. 2.1.6.4 Persepsi
(51)
beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri. Faktor- faktor tersebut antara lain susunan syaraf pusat, persepsi, motivasi, proses belajar, lingkungan, dan sebagainya. Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda- beda, meskipun mengamati objek yang sama. Motivasi yang diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan juga dapat terwujud dalam bentuk perilaku. Perilaku juga dapat timbul karena emosi. Emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani yang pada hakekatnya merupakan faktor keturunan (bawaan). Manusia didalam mencapai kedewasaannya, semua aspek tersebut diatas akan berkembang sesuai dengan hukum perkembangan (Notoatmodjo, 2003).
2.6.2 Faktor Pemungkin/Pendorong
Faktor pendukung yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan terdiri dari pendapatan keluarga, kepemilikan jaminan kesehatan, tersedianya pelayanan kesehatan.
2.6.2.1 Jarak Puskesmas
Jarak antara tempat tinggal dengan tempat pelayanan kesehatan berpengaruh negative terhadap jumlah pelyanan kesehatan. Hal ini dapat dipahami karena semakin jauh tempat tinggal semakin jauh tempat tinggal pelayanan kesehatan akan semakin mahal. Ini telah sesuai dengan teori permintaan yaitu jka barang yang diminta semakin mahal, maka jumlah barang yang dibeli akan semakin sedikit (Andersen et al, 1973; dalam Laij, 2012)
(52)
35
2.6.2.2 Kepemilikan Jaminan Kesehatan
Kepemilikan jaminan kesehatan merupakan sumber dana keluarga untuk membayar pelayanan kesehatan diukur dengan ada atau tidaknya jaminan kesehatan. 2.6.3 Faktor Penguat
Faktor penguat terwujud dalam sikap dan perilaku petugas. Sikap dan perilaku petugas kesehatan sangat menentukan dalam memberikan pelayanan di fasilitas kesehatan meliputi : sikap petugas yaitu perawat dan dokter kepada peserta Jamkesmas.
(53)
2.7 Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan teoritis, determinan yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia, digambarkan dalam kerangka konsep sebagai berikut :
Variabel Bebas :
Variabel Terikat
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Faktor Predisposisi :
Pendidikan Pengetahuan Sikap Persepsi
Faktor Pemungkin : Jarak Puskesmas Kepemilikan jaminan kesehatan
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia Tahun 2013 Faktor Penguat :
Sikap petugas yaitu perawat dan dokter terhadap pasien jamkesmas
(54)
37
2.7 Hipotesis Penelitian
Adanya pengaruh faktor pengetahuan, sikap, persepsi, jarak dan kepemilikan Jaminan Kesehatan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia.
(55)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan pendekatan explanatory research atau penelitian penjelasan yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi, pemungkin dan penguat terhadap determinan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia Tahun 2013 (Singarimbun, 1989).
3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Helvetia. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah berdasarkan hasil laporan Profil Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2012 bahwa cakupan jaminan pemeliharaan di Kota Medan paling rendah di Puskesmas Medan Helvetia.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai penelitian selesai. Waktu yang digunakan adalah untuk pengambilan data, pengolahan dan analisa data serta penyusunan hasil penelitian.
(56)
39
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta yang memiliki kartu Jamkesmas di Puskesmas Helvetia pada Bulan Januari sampai dengan Desember Tahun 2013 yakni sebanyak 19.409 peserta.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yaitu sebagian peserta Jamkesmas yang memiliki kartu Jamkesmas tetapi tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas Medan Helvetia Tahun 2013.
Adapun rumus yang digunakan untuk penentuan sampel dalam penelitian ini adalah :
Keterangan :
N = Besar Populasi = 19.409 peserta n = Besar Sampel
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)
Maka, hasil dari penentuan sampel dalam penelitian ini adalah :
=
(57)
Maka berdasarkan perhitungan diatas diperoleh sampel sebanyak 100 peserta. Sampel ini diambil secara proporsional pada setiap peserta Jamkesmas menggunakan teknik cluster random sampling, kemudian setelah diperoleh unit sampel per Kelurahan/Desa, sampel diambil secara acak menggunakan teknik simple random sampling (Gaspersz, 1991).
Tabel 3.1. Proporsi Sampel per Kelurahan
No Kelurahan Peserta (P) Proporsi Sampel per Kelurahan 1 Kel. Helvetia 1127 (1127/19409) x 100 = 6 2 Kel. Helvetia tengah 2333 (2333/19409) x 100 = 12 3 Kel. Helvetia timur 3388 (3388/19409) x 100 = 17 4 Kel.Sei sikambing C 1071 (1071/19409) x 100 = 6 5 Kel. Tanjung gusta 4986 (4986/19409) x 100 = 26 6 Kel. Dwikora 2946 (2946/19409) x 100 = 15 7 Kel. Cinta damai 3558 (3588/19409) x 100 = 18
Jumlah 19.409 100
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan data primer dan data skunder.
1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan responden, dengan berpedoman pada kuesioner penelitian yang telah dipersiapkan sebelumnya. 2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan data dari laporan Cakupan Pemeliharaan Kesehatan di Puskesmas Helvetia Tahun 2013 tentang
(58)
41
pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia dan data diambil dari Profil Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2012.
3.5 Definisi Operasional
Variabel bebas yaitu faktor predisposisi (meliputi pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, sikap dan persepsi) dan faktor pemungkin (meliput i: pendapatan keluarga, kepemilikan jaminan kesehatan, tersedianya pelayanan kesehatan) serta faktor penguat (meliput i : sikap perawat dan dokter kepada peserta Jamkesmas) dengan definisi sebagai berikut :
1. Pendidikan, pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang berhasil ditamatkan oleh responden berdasarkan ijazah terakhir yaitu : tidak sekolah, tidak tamat SD, lulus SD/MD, tamat SLTP/MTs dan tamat SLTA/MA
2. Pengetahuan, pengetahuan adalah pemahaman responden tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia. Dibedakan atas : tahu dan tidak tahu.
3. Pekerjaan adalah jenis usaha yang dilakukan oleh Kepala keluarga untuk mendapatkan penghasilan adan dikelompokkan dalam bekerja dan tidak bekerja. Dibedakan atas : wiraswasta, buruh, petani, Ibu rumah tangga, dan tidak bekerja.
4. Sikap adalah tanggapan peserta terhadap pentingnya memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan menggunakan Jamkesmas.
(59)
5. Persepsi adalah persepsi peserta Jamkesmas terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas.
6. Jarak adalah jauh dekatnya tempat yang akan ditempuh oleh responden kepelayanan kesehatan.
7. Kepemilikan Jaminan Kesehatan Masyarakat adalah kepemilikan jaminan kesehatan merupakan sumber dana keluarga untuk membayar pelayanan kesehatan diukur dengan ada atau tidaknya jaminan kesehatan.
8. Sikap petugas yakni perawat dan dokter kepada peserta Jamkesmas
Sikap perawat dan dokter kepada peserta Jamkesmas adalah penilaian peserta Jamkesmas terhadap tanggapan atau respons yang ditunjukkan oleh perawat maupun dokter selama melayani peserta Jamkesmas untuk mendapatkan fasilitas kesehatan di Puskesmas disaat responden datang sampai pulang.
9. Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta Jamkesmas adalah Penggunaan kartu Jamkesmas yang digunakan peserta dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas Medan Helvetia.
3.6 Aspek Pengukuran
Dalam pengumpulan data setiap variabel penelitian adalah sebagai berikut: Pengukuran variabel independen yang meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, sikap pasien, persepsi, jarak, kepemilikan Jaminan Kesehatan dan sikap petugas kesehatan di pelayanan kesehatan di puskesmas Medan Helvetia adalah sebagai berikut:
(60)
43
1. Jenis kelamin
Pengukuran variabel jenis kelamin didasarkan pada skala nominal dengan kategori :
1) Laki-laki 2) Perempuan 2. Umur
Pengukuran variabel umur didasarkan pada skala interval dengan kategori : 1) < 40 tahun
2) 40-60 tahun 3) > 50 tahun 3. Status
Pengukuran variabel umur didasarkan pada skala interval dengan kategori : 1) Suami
2) Istri 4. Pekerjaan
Pengukuran variabel umur didasarkan pada skala interval dengan kategori : 1) Ibu rumah tangga
2) Wiraswasta 3) Petani 4) Buruh
(61)
5. Pendidikan
Pengukuran variabel pendidikan didasarkan pada skala ordinal dengan kategori : 1) Rendah, jika responden tidak sekolah, tidak/tamat SD, tamat SLTP
2) Tinggi, jika responden tamat SLTA 6. Pengetahuan
Pengukuran variabel pengetahuan didasarkan pada skala interval dengan memberikan jawaban kuesioner yang telah diberi bobot, dimana pengetahuan diukur melalui 6 pernyataan dengan menggunakan skala Guttman. Dimana jawaban yang didapat merupakan jawab tegas (Sugiyono, 2010). Total skor adalah 12, selanjutnya dikategorikan menjadi 2 yaitu :
Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu:
1) Baik, apabila jawaban responden tahu ≥75% atau memiliki skor 10-12 2) Tidak baik, apabila jawaban responden tidak tahu<75% atau skor <10% 7. Sikap
Pengukuran variabel sikap didasarkan pada skala interval dengan kategori dengan memberikan jawaban kuesioner yang telah diberi bobot, dimana sikap pasien diukur melalui 4 pernyataan dengan menggunakan skala Guttman.
Dimana jawaban yang didapat merupakan jawab tegas (Sugiyono, 2010). Total skor adalah 8, selanjutnya dikategorikan menjadi 2 yaitu :
1) Jawaban ya diberi nilai 2 2) Jawaban tidak diberi nilai 1
(62)
45
Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu: 1) Baik, apabila jawaban responden ya ≥ 75% atau memiliki skor 6-8 2) Tidak baik, apabila jawaban responden tidak <75% atau skor <6% 8. Persepsi
Pengukuran variabel persepsi didasarkan pada skala interval dengan kategori dengan memberikan jawaban kuesioner yang telah diberi bobot, dimana persepsi pasien diukur melalui 8 pernyataan dengan menggunakan skala Guttman.
Dimana jawaban yang didapat merupakan jawab tegas (Sugiyono, 2010). Total skor adalah 10, selanjutnya dikategorikan menjadi 2 yaitu :
1) Jawaban ya diberi nilai 2 2) Jawaban tidak diberi nilai 1
Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu: 1) Baik, apabila jawaban responden ya ≥75% atau memiliki skor 8-10 2) Tidak baik, apabila jawaban responden tidak <75% atau skor <8% 9. Jarak
Pengukuran variabel jarak didasarkan pada skala interval dengan kategori dengan memberikan jawaban kuesioner yang telah diberi bobot, dimana jarak diukur melalui 4 pernyataan dengan menggunakan skala Guttman. Dimana jawaban yang didapat merupakan jawab tegas (Sugiyono, 2010). Total skor adalah 8. Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu :
1) Mudah, apabila jawaban responden ya ≥75% atau memiliki skor 6-8 2) Sulit, apabila jawaban responden tidak < 75% atau memiliki skor <6
(63)
10. Kepemilikan Jaminanan Kesehatan
Pengukuran variabel kepemilikan jaminan kesehatan didasarkan pada skala interval dengan kategori dengan memberikan jawaban kuesioner yang telah diberi bobot, dimana kepemilikan jaminan kesehatan diukur melalui 2 pernyataan dengan menggunakan skala Guttman. Dimana jawaban yang didapat merupakan jawab tegas (Sugiyono, 2010). Total skor adalah 4.
Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dikategorikan menjadi 2 yaitu : 1) Jawaban ya diberi nilai 2
2) Jawaban tidak diberi nilai 1
Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu: 1) Ya, apabila jawaban responden ya ≥75% atau memiliki skor 4-6 2) Tidak, apabila jawaban responden tidak <75% atau skor <4 11. Sikap petugas kesehatan yakni perawat dan dokter
Pengukuran variabel sikap petugas kesehatan yakni perawat dan dokter didasarkan pada skala interval dengan kategori dengan memberikan jawaban kuesioner yang telah diberi bobot, dimana sikap petugas kesehatan yakni perawat dan dokter diukur melalui 8 pernyataan dengan menggunakan skala Guttman.
Dimana jawaban yang didapat merupakan jawab tegas (Sugiyono, 2010). Total skor adalah 10, selanjutnya dikategorikan menjadi 2 yaitu :
1) Jawaban ya diberi nilai 2 2) Jawaban tidak diberi nilai 1
(64)
47
Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu: 1) Baik, apabila jawaban responden ya ≥75% atau memiliki skor 8-10 2) Tidak baik, apabila jawaban responden tidak <75% atau skor <8
3.7 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa regresi logistik ganda pada α = 0.05, dengan alasan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas (faktor predisposisi, faktor pendukung dan penguat) dan variabel terikat pemanfaatan (pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta jamkesmas).
Uji regresi logistik ganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan satu variabel terikat yang bersifat dikotomus. Tujuannya adalah untuk mendapatkan model yang paling baik dan sederhana yang dapat menggambarkan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat:
Rumus regresi logistik ganda y = β0 + β1X1 + β2X2 + … + βiXi Keterangan :
y = Variabel terikat β = Koefisien regresi X = Variabel bebas
(65)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis
Kecamatan Medan Helvetia merupakansalahsatudaerahotonom yang berstatus di Kota Medan, yang terbagi atas 7 Kelurahan.Luas wilayah Puskesmas Medan Helvetia mencapai 11,55 km2dengan batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal c. Sebelah Barat berbatasn dengan Kecamatan Medan Sunggal
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat dan Kecamatan Medan Petisah
4.1.2 Demografis
Puskesmas Medan Helvetia memiliki wilayah kerja 7 kelurahan, luas wilayah 11,55 km2, 27 meter letaknya dari permukaan, lintang utara : 0,30- 20LU lintang selatan :620- 410LS, bujur timur : 980- 390LU. Penduduk kecamatan Medan Helvetia terdiridari 145.519 Jiwa, Berdasarkan Profil Puskesmas Medan Helvetia 2013 Jumlah peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia sebanyak 19.409 Jiwa.
(66)
49
4.2 Analisis Univariat
4.2.1 Distribusi Responden berdasarkan Identitas (Umur, Suku, Jenis Kelamin, Status dan Pekerjaan)
Distribusi responden berdasarkan Identitas (umur, suku, jenis kelamin, status dan pekerjaan) diperoleh responden yang terbanyak adalah yang berumur dewasa madya (40-60 tahun) sebanyak 62 jiwa (62%). Berdasarkan suku diperoleh responden yang terbanyak adalah yang bersuku jawa sebanyak 48 Jiwa (48%).Berdasarkan jenis kelamin diperoleh responden yang terbanyak adalah yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 66 Jiwa (66%). Berdasarkan status diperoleh responden yang terbanyak adalah yang berstatus istri sebanyak 66 Jiwa (66%).Berdasarkan pekerjaan diperoleh responden yang terbanyak adalah yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sebanyak 25 Jiwa (25%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1.Distribusi Responden berdasarkan Identitas (Umur, Suku, Jenis Kelamin, Status dan Pekerjaan)
No Variabel Jumlah Persentase
1 Umur (Tahun)
Dewasa Awal (<40) 2 2.0
Dewasa Madya (40-60) 62 62.0
Dewasa Akhir (>60) 36 36.0
Jumlah 100 100,0
2 Jenis Kelamin
Laki-laki 34 34.0
Perempuan 66 66.0
(67)
Tabel 4.1 Lanjutan… 3 Suku
Jawa 48 48.0
Batak 26 26.0
Minang 21 21.0
Batak Mandailing 3 3.0
Karo 2 2.0
Jumlah 100 100.0
4 Status
Suami 34 34.0
Istri 66 66.0
Jumlah 100 100.0
6 Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 25 25.0
Wiraswasta 18 18.0
Petani 21 21.0
Buruh 14 14.0
Tidak Bekerja 22 22.0
Jumlah 100 100.0
4.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Predisposisi
Faktor predisposisi mencakup pendidikan, pengetahuan, sikap dan persepsi sebagai berikut :
4.2.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan pendidikan adalah sebanyak 43 responden (43%) dengan tingkat pendidikan lulus SMA/ MA, sedangkan sebanyak 2 responden (2%) dengan tingkat pendidikan tidak sekolah. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.2berikut :
(68)
51
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan PendidikanPeserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia Tahun 2013
No Pendidikan Jumlah Persentase
1 Tidak Sekolah 2 2,0
2 Tidak Lulus SD/MI 8 8,0
3 Lulus SD/MI 23 23,0
4 Lulus SLTP/MTs 24 24,0
5 Lulus SMA/MA 43 43,0
Jumlah 100 100.0
4.2.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Berdasarkan pengetahuan diperoleh bahwa sebanyak 94 responden (94,0%) mengetahui Jamkesmas adalah pelayanan kesehatan yang biayanya ditanggung oleh pemerintah. Sebanyak 62 responden (62,0%) yang mengetahui Jamkesmas adalah iuran untuk pelayanan kesehatan dibayar oleh Pemerintah. Sebanyak 58 responden (58,0%) yang mengetahui Jamkesmas adalah jaminan kesehatan yang dapat digunakan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas secara gratis.sebanyak 59 responden (59,0 %) yang mengetahui bahwa Puskesmas adalah sarana pelayanan yang memberikan pelayanan dasar. Sebanyak 57 responden (57,0%) yang mengetahui bahwa Puskesmas adalah sarana pelayanan untuk mendekatkan/ menjangkaukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut :
(1)
(2)
117
FOTO DOKUMENTASI
(3)
(4)
119
(5)
(6)