Analisis Pola Konsumsi Pangan DIY 2015

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

A. KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI YANG DIANJURKAN
Tabel 1. Komposisi Konsumsi Pangan Berdasarkan Pola Pangan Harapan
NO

Pola Pangan Harapan Nasional

Kelompok Pangan
Gram/Hari ²)
275

Energi (kkal)
1000

% AKG
50.0

Bobot ²)
0.5


Skor PPH ²)
25.0

% AKG
(FAO-RAPA) ³)

1

Padi-padian

2

Umbi-umbian

100

120

6.0


0.5

2.5

0.0 - 8.0

3

Pangan Hewani

150

240

12.0

2.0

24.0


5.0 - 20.0

4

Minyak dan Lemak

20

200

10.0

0.5

5.0

5.0 - 15.0

5


Buah/Biji Berminyak

10

60

3.0

0.5

1.0

0.0 - 3.0

6

Kacang-kacangan

35


100

5.0

2.0

10.0

2.0 - 10.0

7

Gula

30

100

5.0


0.5

2.5

2.0 - 15.0

8

Sayur dan Buah

250

120

6.0

5.0

30.0


3.0 - 8.0

9

Lain-lain

-

60

3.0

0.0

0.0

0.0 - 5.0

2000 ¹)


100.0

-

100.0

Jumlah
Sumber :

40.0 - 60.0

¹) AKE di tingkat konsumsi adalah 2000 kkal/kao/hari (berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII,
2004);
²) Data diolah oleh GMSK-IPB dan Pusat Konsumsi dan Keamanan Pangan, 2004
³) Kisaran persentase energi terhadap AKG (FAO RAPA, 1989) sebagai acuan menuju komposisi pangan ideal.

B. KOMPOSISI KONSUMSI PROTEIN ANJURAN
Kecukupan protein sebesar 52 gram/kap/hari, dicukupi dari sekurang-kurangnya 20% protein hewani dan 80% protein nabati

Hewani

- Daging
- Ikan
Nabati

Tabel 2. Alternatif Komposisi Konsumsi Protein
Komposisi (gram/kap/hari)
Alternatif I
Alternatif II
15
16
6
7
9
9
37
36

16

Total


52

52

Konsumsi Protein

52

Alternatif III
6
10
36

Tabel 3. Komposisi Konsumsi Protein Asal Pangan Hewani
Kelompok Bahan Pangan

Proporsi (%)

Tingkat Konsumsi (kap/hari)

kkal
gram*
104
65
19
35
27
23
136
85
240
150

Ruminansia dan Unggas
43,4
- Daging Ruminansia
7,9
- Daging Unggas
14,6
- Telur
11,4
- Susu
9,5
Ikan
56,6
Total
100
 Gram bahan mentah dalam berat bersih
Sumber : Excercise Komposisi Konsumsi Protein, Disiapkan oleh Dr. Ir. Drajat Martianto, M.Si. ; GMSK-IPB

12
22
17
14

GRAFIK 1. PERKEMBANGAN KUALITAS KONSUMSI (SKOR POLA PANGAN HARAPAN)
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 - 2015
120

100

85,7
80

85,6

83,5

85,2

83,4

81,4

75,7

60

40

77,8

83,8

83,6

85,5

91,9

90,7

86,3

20

0
2009

2010

2011

Skor PPH Nasional

2012

skor PPH DIY

2013

2014

2015

Ideal(skor PPH 100)

sumber : Susenas 2009-2010, (2011-2015 triwulan I); BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP

GRAFIK 2. PERKEMBANGAN KUALITAS KONSUMSI ( CAPAIAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN)
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 – 2016
120

100

80

80,7

77,8

88,5

86,4

83,5

88,5

81,9

80,2

60

40

76,3

79,1

78,7

83,1

85,3

85,3

88,5

88,5

20

0
2009

2010

2011
Target

2012
Total skor PPH

2013

2014

2015

2016

Ideal (skor PPH 100)

Sumber : Renstra BKPP DIY, perhitungan menggunakan angka susenas aktual dan survey. skor PPH Tahun 2016 masih merupakan
angka sementara

GRAFIK 3. PERKEMBANGAN ANGKA CAPAIAN KONSUMSI ENERGI
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 – 2016
2500

2000

1500

1000

1940

1991

1938

1874

1946,4

1946,4

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2133,8

2133,8

2015

2016

500

0

Konsumsi Energi (Kkal/ka)

Ideal Konsumsi Energi (2000 kkal/ka)

Sumber : Renstra BKPP DIY, Angka konsumsi energi tahun 2016 masih merupakan angka sementara

GRAFIK 4. PERKEMBANGAN CAPAIAN ANGKA KONSUMSI PROTEIN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 – 2016
70
60
50
40
30
53,8

55,7

54,5

53,8

2009

2010

2011

2012

60

60

2013

2014

63,9

63,9

2015

2016

20
10

0
Konsumsi Protein (gram/ka)

Target

Ideal Konsumsi Energi (52 gram/ka)

Sumber : Renstra BKPP DIY, angka konsumsi protein tahun 2016 masih merupakan angka sementara

GRAFIK 5. PERKEMBANGAN KONSUMSI KELOMPOK PANGAN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 – 2015 (Gram/Kap/Hari)

Konsumsi(gram/kap/hari)

330
300
270
240
210
180
150
120
90
60
30
0

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

Padi-padian

279,6

336,7

335

343,4

336,8

339,1

283,9

Umbi-umbian

37,9

41,5

29,4

29,2

34,3

37,5

30,5

63

75,9

78,3

78,3

92,9

99,6

89,4

Minyak dan lemak

17,3

17,8

17,7

18,2

18,3

19,2

20,9

Buah/biji berminyak

10,5

12,3

11,3

10,2

9,7

9,5

7,7

Kacang-kacangan

25,2

26,2

27,8

26,5

26,9

25,7

23,5

Pangan hewani

Gula

31,1

37,3

37,4

32,1

32

31,2

28,7

Sayur dan buah

213,1

246,3

229,8

251,8

252,4

288,8

232,6

Sumber : Susenas 2009-2010, (2011-2015 triwulan I); BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP

GRAFIK 6. PERKEMBANGAN KONSUMSI UMBI-UMBIAN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 – 2015 (Gram/Kap/Hari)
40
35

34,1
30,2

Konsumsi (gr/kap/hari)

30

28,7

25

24

27,9

23,3
20,2

20
15

10
5
0

3,7
3,6

4,2
3,1

0,4
2009

0,1
2010
Singkong

3,2
1,6
0,6
2011

Ubi jalar

3,2
2,4

2,9
2,5

0,3
2012

0,2
2013

Kentang

Sagu

5,5
4

5,1
4,9

0,1
2014

0,3
2015

Umbi lainnya

Sumber : Susenas 2009-2010, (2011-2015 triwulan I); BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP

GRAFIK 7. PERKEMBANGAN KONSUMSI PANGAN HEWANI
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 – 2015 (Gram/Kap/Hari)
110
100
90
Konsumsi(gr/kap/hari)

29,8
80

28,5

70
21,8

20,9

23,4

8,5
8,1

60
50

18,1

40

6,8

30

17,9

8

8,6

7,4

22,5

21,5

20,5

20,5
20,8

20

0

8,1

22,3

22

10

26,5

22,4
26,3

17,5

17,6

8

10,3

9,4

13,2

16,4

2010

2011

2012

2013

2014

12,3

16,1

7,9
2009

Daging ruminansia

Daging unggas

Telur

Susu

7,5
2015

Ikan

Sumber : Susenas 2009-2010, (2011-2015 triwulan I); BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP

GRAFIK 8. PERKEMBANGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 – 2015 (Gram/Kap/Hari)
350

Konsumsi(gr/kap/hari)

300
250
121,5
85

200

89,6

90,6

73,2

99,5

69,5
150
100
143,6

161,3

156,6

161,2

2011

2012

162,8

167,3
133,1

50
0
2009

2010

Sayur

2013

2014

2015

Buah

Sumber : Susenas 2009-2010, (2011-2015 triwulan I); BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP

GRAFIK 9. PERKEMBANGAN KONSUMSI BERAS
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 – 2015 (Kg/Kap/Tahun)
115

Konsumsi(kg/kap/tahun)

110
108,7

105

109

109,9
107,3

106,9

100
95
90
89,7
88,3

85
80
2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

BERAS
Sumber : Susenas 2009-2010, (2011-2015 triwulan I); BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP

GRAFIK 10. PERKEMBANGAN KONSUMSI JAGUNG DAN TERIGU
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 – 2015 (Kg/Kap/Tahun)
18
16,1

16
15,3
Konsumsi(kg/kap/tahun)

14,7

14,4

14

13,4

12

13,1

11,6

10
8
6

4
2
0,8
0
2009

1

0,7
2010

2011
Jagung

2012

0,8

0,4

0,2
2013

2014

0,6
2015

Terigu

Sumber : Susenas 2009-2010, (2011-2015 triwulan I); BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP

GRAFIK 11. PERKEMBANGAN KONSUMSI DAGING SAPI
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 – 2015 (Kg/Kap/Tahun)
8
7,4

7

Konsumsi(kg/kap/tahun)

6

6

5

4,8

4

3,8

3,4

3

2,9

2,9

2009

2010

2
1

0
2011

2012

2013

2014

2015

Daging Sapi
Sumber : Susenas 2009-2010, (2011-2015 triwulan I); BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP

GRAFIK 12. PERKEMBANGAN KONSUMSI KEDELAI
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 – 2015 (Kg/Kap/Tahun)
10
9,7

9,5

Konsumsi(kg/kap/tahun)

9

9

8,6

8,5

8

9,1

8,4

8,3

8,1

7,5

7
1

2

3

4

5

6

7

Kedelai
Sumber : Susenas 2009-2010, (2011-2015 triwulan I); BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP

GRAFIK 13. PERKEMBANGAN KONSUMSI GULA PASIR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 – 2015 (Kg/Kap/Tahun)
12

10

Konsumsi(kg/kap/tahun)

8

9,8

9,5
8,5

8,1

8,7

8,4
7,6

6

4

2

0
2009

2010

2010

2011

2012

2013

2014

Gula pasir
Sumber : Susenas 2009-2010, (2011-2015 triwulan I); BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP

GRAFIK 14. SKOR POLA PANGAN HARAPAN KABUPATEN / KOTA
DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2015

120

100

92,2
80

95,9

90,6

87,9

YOGYAKARTA

KULON PROGO

81,5
60

40

20

0
BANTUL

GUNUNG KIDUL

Total skor PPH

SLEMAN

Ideal (skor PPH 100)

Sumber : Susenas 2009-2010, (2011-2015 triwulan I); BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP

GRAFIK 15. SKOR PPH JUSTIFIKASI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2015

Bali
Sulawesi Tengah
Kalimantan Selatan

Sulawesi Tenggara
Sumatera Selatan
DI Yogyakarta
INDONESIA
Sumatera Barat
Riau
Gorontalo
Jawa Timur
Sulawesi Selatan
Bengkulu
Lampung
Kalimantan Barat
Maluku Utara (regional)
Kalimantan Utara
Aceh

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

Sumber : Susenas 2009-2010, (2011-2015 triwulan I); BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP

120,0

RINGKASAN
Gambaran situasi konsumsi pangan penduduk tahun 2015 berdasarkan data Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) triwulan I tahun
2015 oleh Badan Pusat Statistik, sebagai berikut:
1. Susenas tahun 2015 triwulan I yang dilaksanakan pada bulan Maret 2015 dengan jumlah sampel 300.000 rumah tangga, sudah
dapat memberikan gambaran kondisi sosial ekonomi masyarakat secara umum sampai tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Melalui data Susenas dapat diketahui gambaran tingkat konsumsi pangan penduduk yang dapat digunakan dalam perencanaan
program ketahanan pangan.
2. Susenas modul konsumsi tahun 2015 mengalami perubahan yang cukup signifikan, yaitu:
(a) jumlah komoditas yang tercatat menurun dari 215 jenis menjadi 112 jenis komoditas, utamanya komoditas sayur dan buah serta
pa ga hewa i; b je is ko oditas lai ya pada se ua kelo pok pa ga dihila gka . Hal i i erupaka pe yebab sig ifika
penurunan skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada beberapa provinsi, terutama Daerah Istimewa Yogyakarta, kecuali setelah
disesuaikan dengan angka aktual hasil survey di DIY.
3. Dari hasil justifikasi Susenas tahun 2015 dibandingkan dengan hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) tahun 2004 dan
WNPG tahun 2012, diketahui beberapa indikator terkait kinerja ketahanan pangan sebagai berikut:
a. Dari sisi konsumsi pangan, gambaran konsumsi pangan penduduk dalam bentuk energy di tingkat rumah tangga secara nasional
mengalami penurunan dari 2.232 kkal/kap/hari pada tahun 2014 menjadi 2.162 kkal/kap/hari (sudah melebihi angka kecukupan
energy sebesar 2.000 kkal/kap/hari, dan relative lebih rendah dari tahun sebelumnya mendekati angka 2000 kkal/ kap/ hari).
Sedangkan angka konsumsi energi versi BKPP DIY dengan angka aktual sebesar 2.133 kkal / kap/ hari.
b. Perkembangan konsumsi protein penduduk tahun 2015 mengalami penurunan dari 68,5 gram/kap/hari pada tahun 2014
menjadi 63,4 gram/kap/hari; konsumsi protein tersebut melebihi anjuran konsumsi protein sebesar 52 gram/kap/hari.
Komposisi konsumsi protein penduduk tahun 2015 tersebut, terdiri dari 67,82% atau 43 gram protein asal pangan nabati dan
32,1% atau 20,4 gram protein asal pangan hewani. Sedangkan konsumsi protein tahun 2015 versi perhitungan BKPP DIY

mengalami kenaikan dari 60 gra/ kap/ hari di tahun 2014 menjadi 63,9 gram/ kap/ hari di tahun 2015. Masih terlalu tinggi dari
angka yang dianjurkan.
4. Dari segi kualitas, yang ditunjukkan dari skor PPH (Pola Pangan Harapan), terjadi penurunan kualitas konsumsi pangan penduduk
yaitu dari 91,9 pada tahun 2014 menjadi 86,3 pada tahun 2015 (dengan AKE 2.000 kkal/kap/hari). Penurunan ini disebabkan oleh
perubahan kuisioner yang di dalamnya terdapat pengurangan jumlah komoditas seperti yang telah disebutkan seperti di atas.
Begitu pula dengan adanya trend menurunnya angka skor PPH secara nasional di tingkat provinsi. Penurunan ini masih dianggap
wajar, dan secara nasional, skor PPH DIY masih di atas rata-rata skor PPH Nasional. Untuk mengimbangi penurunan tersebut, BKPP
DIY mencoba megadopsi data aktual dari survey yang ada, diperoleh angka skor PPH sebesar 88,5, atau mengalami kenaikan dari
tahun 2014 yaitu 85,3.
5. Selama periode 2009-2014 tren pola konsumsi pangan sumber karbohidrat penduduk sebagai berikut:
a. Tren pola konsumsi pangan pokok penduduk untuk pangan sumber karbohidrat, masih didominasi oleh kelompok padi-padian
terutama beras dan terigu, sedangkan kontribusi umbi-umbian dalam konsumsi pangan penduduk masih rendah.
b. Kontribusi konsumsi energy yang berasal dari kelompok padi-padian (beras, jagung, dan terigu) pada tahun 2015 mengalami
sedikit penurunan dibanding tahun 2014 yaitu dari 69,9% menjadi sebesar 67,3%. Tingkat konsumsi energy padi-padian tersebut
telah melebihi komposisi anjuran sebesar 50%, namun mulai bias ditekan, hal ini disebabkan pula karena menurunnya konsumsi
beras.
c. Konsumsi beras per kapita tahun 2015 mengalami penurunan dibanding tahun 2014, yaitu dari 292,9 gram/kap/hari atau 106,9
kg/kap/tahun menjadi 241,9 gram/kap/hari atau 88,3 kg/kap/tahun. Sejalan dengan konsumsi beras, konsumsi jagung per
kapita tahun 2015 juga mengalami penurunan dibanding tahun 2014, yaitu 2,2 gram/kap/hari atau 0,8 kg/kap/tahun menjadi
1,6 gram/kap/hari atau 0,6 kg/kap/tahun. Konsumsi terigu per kapita tahun 2015 juga mengalami penurunan dibanding tahun
2014, yaitu dari 44 gram/kap/hari atau 16,1 kg/kap/tahun menjadi 40,4 gram/kap/hari atau 14,7 kg/kap/tahun.
6. Secara kuantitas terjadi penurunan tingkat konsumsi energy protein dan skor Pola Pangan Harapan tahun 2015 dibandingkan
tahun 2014 apablia memperhatikan perhitungan dengan menggunakan angka justifikasi susenas. Namun penurunan tingkat
konsumsi energi dan protein menuju perbaikan pola konsumsi, yaitu mendekati angka ideal, karena pada tahun 2014 angka

tersebut dirasakan masih cukup tinggi. Sedangkan penurunan skor PPH yang disebabkan oleh metode kuisioner BPS yang berubah,
bisa diantisipasi melalui penyesuaian data aktual konsumsi di DIY, sehinga skor PPH masih dapat menyesuaikan dengan target yang
sudah ditentukan. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Penurunan kuantitas konsumsi energy terjadi di hampir seluruh kelompok pangan, kecuali minyak dan lemak, buah biji
berminyak dan gula. Penurunan terbesar terjadi pada kelompok padi-padian, pangan hewani serta sayur dan buah. Peningkatan
tersebut berturut-turut sebesar 52 dan 11 kkal/kap/hari. Untuk kelompok sayur dan buah mengalami penurunan yaitu sebesar
16 kkal/kap/hari.
b. Penurunan konsumsi pangan hewani tersebut mempengaruhi peningkatan skor mutu pangan (skor PPH), mengingat bobot
kelompok pangan hewani berkontribusi cukup besar terhadap perhitungan skor PPH. Penurunan ini diperoleh dari kontribusi
peningkatan konsumsi daging ruminansia dan ikan yaitu masing-masing sebesar 26 dan 6 kkal/kap/hari. BKPP DIY juga
melakukan penghitungan skor PPH dengan menggunakan data aktual di beberapa komoditas, salah satunya yaitu dengan
konsumsi ikan, sehingga angka konsumsi energi pangan hewani dari 209,7 kkal/ kap/ hari menjadi 240 kkal/ kap / hari. Hal ini
berdampak cukup signifikan terhadap peningkatan angka skor PPH dari 85,3 menjadi 88,5.
7. Dari hasil penghitungan skor PPH tahun 2015 hasil jutifikasi, khususnya untuk Daerah Istimewa Yogyakarta apabila dibandngkan
dengan skor PPH Nasional tahun 2015, posisi DIY masih berada di atas angka Nasional, yaitu 86,3 sedangkan skor PPH Nasional
sebesar 85,2.