Prevalensi Karies Interproksimal Ditinjau Dengan Radiografi Bitewing Di Sekolah Dasar Letjend Djamin Ginting Kecamata Berastagi Kabupaten Karo Chapter III VI
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan
cross sectional (sekali waktu), yaitu untuk mengetahui prevalensi karies
interproksimal pada anak Sekolah Dasar Letjend Djamin Ginting kecamatan
Berastagi Kabupaten Karo dengan menggunakan radiografi bitewing.23
3.2
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Letjend Djamin Ginting Kecamatan Berastagi
Kabupaten Karo karena pada anak sekolah dasar tersebut banyak yang menderita
karies. Pengambilan foto radiografi bitewing untuk penelitian dilaksanakan di
Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas
Sumatera Utara, karena merupakan satu-satunya Rumah Sakit Gigi dan Mulut yang
berada di Sumatera Utara. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2016.
3.3
Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah anak SD Letjend Djamin Ginting
Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo yang berusia 10-12 tahun di salah satu sekolah
dasar di Berastagi sejumlah 160 orang.
Universitas Sumatera Utara
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah anak SD Letjend Djamin Ginting yang
memenuhi kriteria inklusi. Sampel dipilih dengan metode Simple Random Sampling
yaitu pemilihan sampel secara acak dengan tabel random berdasarkan kriteria inklusi
dan ekslusi.
Kriteria Inklusi
a. Anak sekolah dasar yang berusia 10-12 tahun.
b. Menyetujui untuk mengikuti prosedur penelitian dengan mengisi lembaran inform
concent.
Kriteria Eksklusi
a. Gigi posterior yang memiliki karies interproksimal tidak memiliki gigi tetangga
b. Memakai piranti ortodonti
Besar Sampel
Besar sampel dihitung berdasarkan rumus
Keterangan:
n = Besar sampel
Zα = Derajat kepercayaan 10% 1,96
P = Proporsi penelitian sebelumnya
Q=1–P
d = Presisi mutlak
Universitas Sumatera Utara
Dengan memakai rumus diatas diperoleh besar sampel minimal 41 orang anak
Sekolah Dasar Letjend Djamin Ginting Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Pada
penelitian ini menggunakan 60 sampel.
3.4 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel
3.4.1 Variabel Penelitian
Variabel dari penelitian ini berupa:
1. Variabel bebas : Karies interproksimal
2. Variabel terikat : Gambaran ronsen foto dan kedalaman karies
3.4.2 Definisi Operasional
No. Variabel
Definisi Operasional
Cara
Hasil Pengukuran
Skala
Pengukuran
1.
Usia
Usia responden pada Wawancara 10-12 tahun
Numerik
pengambilan radiografi
bitewing yang dihitung
sejak
ulang
tahun
terakhir
2.
Gambaran
Karies
interproksimal Ronsen
Radiografi
adalah
karies
Karies
terdapat diantara gigi
Interproksi yang berkontak
mal
yang Foto
Gambaran
radiolusen Nominal
pada mahkota gigi:
1. Radiolusen
mencapai enamel/K1
2. Radiolusen
mencapai enamel-
Universitas Sumatera Utara
dentin junction/K2
3. Radiolusen
mencapai sebagian
luar enamel/K3
4. Radiolusen
mencapai sebagian
dalam dentin./K4
3.
Radiografi
Hasil yang diproduksi Ronsen
Bitewing
dengan alat radiografi Foto
intraoral
Gambaran radiografi:
1. Ada
dijumpai
karies interproksimal
2. Tidak
dijumpai
karies interproksimal
3.5 Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan adalah:
a. Pesawat radiografi intraoral merk Planmeca.
b. Viewer box untuk melihat foto ronsen.
c. Laptop HP Pavilion g series
Bahan yang digunakan adalah:
a. Lembar pencatatan
b. Bahan prosesing (fixer, developer) merk KODAK
c. Film merk KODAK.
3.6 Prosedur Pengumpulan Data dan Alur Penelitan
3.6.1 Prosedur Pengumpulan Data
Universitas Sumatera Utara
Prosedur pengumpulan data penelitian ini yaitu melakukan Pengambilan data
pada anak Sekolah Dasar Letjend Djamin Ginting Kecamatan Berastagi Kabupaten
Karo. Sampel dipilih sesuai kriteria inklusi dan eksklusi dengan melakukan
pemeriksaan klinis kepada sampel.
3.6.2 Alur Penelitan
Populasi
Wawancara
Hasil foto diinterpretasikan dan
dilihat dengan menggunakan
viewer box (diawasi oleh dokter di
Instalasi Radiologi Kedokteran
Gigi USU)
Seleksi kriteria sampel berdasarkan
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi
Pengambilan ronsen foto
Pemeriksaan gigi-geligi
(Pemeriksaan klinis)
Pengumpulan data hasil
pemeriksaan
3.7 Pengolahan Data dan Analisis Data
3.7.1 Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan piranti lunak pengolahan
data.
3.7.2 Analisa Data
Analisis data univariat disajikan dalam bentuk persentase berupa distribusi anak
Sekolah Dasar Letjend Djamin Ginting yang memiliki karies interproksimal.
3.8
Etika Penelitian
Etika Penelitian dalam penelitian ini mencakup :
Universitas Sumatera Utara
1. Lembar persetujuan (informed concent)
Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada
responden kemudian menjelaskan lebih dulu tujuan penelitian, tindakan yang akan
dilakukan serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dari hal-hal yang berkaitan
penelitian.
2. Ethical Clearence
Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari komisi etik (Health Research
Ethical Commite of North Sumatera) dengan nomor surat 110/KOMET/FK
USU/2016 dengan judul penelitian prevalensi karies interproksimal ditinjau dengan
radiografi bitewing di Sekolah Dasar Letjend Djamin Ginting Kecamatan Berastagi
Kabupaten Karo.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1
Data Demografis Sampel
Penelitian ini telah dilakukan pada anak Sekolah Dasar Letjend Djamin
Ginting Berastagi. Untuk memperoleh sampel dilakukan wawancara berdasarkan
kriteria inklusi dan eksklusi. Kemudian penelitian dilakukan dengan menggunakan
radiografi bitewing untuk melihat karies interproksimal dan dicatat dengan bantuan
viewer box. Penelitian ini melibatkan 60 sampel berusia 10-12 tahun yang berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan. Dalam penelitian ini diperiksa adanya karies
interproksimal pada gigi posterior.
4.2
Prevalensi Karies Interproksimal
Berdasarkan
hasil
penelitian
diperoleh
37
anak
mengalami
karies
interproksimal dengan prevalensi sebesar 61,16%.
Tabel 1. Prevalensi anak yang terkena karies interproksimal
Kategori
Terkena karies
interproksimal
Tidak terkena karies
interproksimal
Jumlah
Persentase
37 anak
61,16%
23 anak
38,84%
Universitas Sumatera Utara
4.3
Prevalensi Kedalaman Karies Interproksimal
Kategori klas kedalaman terbanyak pada penelitian ini adalah klas K1
(Gambaran radiolusen mencapai enamel) yaitu sebanyak 86,53%.
Tabel 2. Prevalensi kedalaman karies interproksimal
4.4
Klas Kedalaman
Jumlah
Persentase
K1
45
86,53
K2
3
5,76
K3
2
3,84
K4
2
3,84
Prevalensi Daerah yang Terkena Karies Interproksimal
Daerah distal gigi yang terkena karies inteproksimal sedikit lebih besar
dibandingkan daerah mesial yaitu 51,9%.
Tabel 3. Prevalensi daerah yang terkena karies interproksimal
Daerah gigi yang terkena
Jumlah
Persentase
Disto interproksimal
27
51,9%
Mesio interproksimal
25
48,1%
karies interproksimal
Universitas Sumatera Utara
4.5
Prevalensi Elemen Gigi yang Terkena Karies Interproksimal
Elemen gigi yang paling banyak terkena karies adalah elemen gigi 36, 25, dan
26 dengan persentase sebesar 11,53% dari masing-masing gigi.
Tabel 4. Prevalensi elemen gigi yang terkena karies inteproksimal
Elemen gigi yang terkena karies interproksimal Jumlah Persentase
45
5 gigi
9,61%
36
6 gigi
11,53%
25
6 gigi
11,53%
26
6 gigi
11,53%
46
4 gigi
7,69%
47
3 gigi
5,76%
35
4 gigi
7,69%
65
2 gigi
3,84%
75
1 gigi
1,92%
15
3 gigi
5,76%
16
5 gigi
9,61%
55
2 gigi
3,84%
27
2 gigi
3,84%
Universitas Sumatera Utara
4.6
44
1 gigi
1,92%
34
2 gigi
3,84%
Gambaran Kedalaman K1 dan K2
Kategori kedalaman karies K1 (Radiolusen mencapai enamel) mengenai gigi
15 terlihat pada gambar 11.a dan kategori kedalaman karies K2 (Radiolusen
mencapai dentin enamel junction) mengenai gigi 16 terlihat pada gambar 11.b.
a
b
Gambar 11. a. Kategori kedalaman K1 b. Kategori kedalaman K2
(Dokumen pribadi)
4.7
Gambaran Kedalaman K3 dan K4
Kategori kedalaman karies K3 (Radiolusen mencapai setengah bagian luar
dari dentin) mengenai gigi 26 terlihat pada gambar 12.a dan kategori kedalaman
karies K4 (Radiolusen mencapai setengah bagian dalam dari dentin) mengenai gigi 36
terlihat pada gambar 12.b.
a
b
Universitas Sumatera Utara
Gambar 12. a. Kategori kedalaman K3 b. Kategori kedalaman k4
(Dokumen pribadi)
BAB 5
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan mengamati hasil radiografi bitewing pada
anak Sekolah Dasar Letjend Djamin Ginting di Berastagi sebanyak 60 anak yang
berusia 10-12 tahun. Pengamatan dilakukan untuk melihat berapa banyak anak yang
mengalami karies interproksimal dan melihat kedalaman karies interproksimal pada
setiap elemen gigi yang terkena karies.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa prevalensi sampel yang
mengalami karies interproksimal lebih tinggi, yaitu 61,16% (37 anak) sedangkan
yang tidak mengalami karies interproksimal sebanyak 38,84% (23 anak) seperti yang
terlihat pada tabel 1. Angka ini hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Alm et al, (2007) yang menunjukkan prevalensi karies interproksimal yang
tinggi juga yaitu sebesar 74%.24 Adapun yang dianggap sebagai faktor risiko dari
karies meliputi pengalaman karies, penggunaan fluor, oral higiene, jumlah bakteri,
saliva, pola makan dan status sosial ekonomi dan sanitasi lingkungan.3 Anak yang
memiliki gaya hidup yang tidak sehat seperti kurangnya menjaga kebersihan dan pola
makan yang tidak baik menjadi salah satu penyebab paling umum dari masalah gigi
di dunia.25 Beberapa bakteri penyebab karies memproduksi asam dari makanan dan
minuman yang mengandung karbohidrat sehingga terjadi demineralisasi. Di antara
waktu makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses
remineralisasi. Seringnya mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung
karbohidrat, maka enamel gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan
remineralisasi sehingga terjadi karies.3
Karies interproksimal dapat terjadi karena adanya plak dental didaerah
interproksimal. Di daerah interproksimal sangat sulit untuk membersihkan sisa-sisa
Universitas Sumatera Utara
makanan karena daerah ini adalah daerah yang berada diantara dua gigi yang saling
berdekatan. Beberapa bakteri mampu memfermentasi substansi karbohidrat seperti
sukrosa dan glukosa, memproduksi asam, menyebabkan pH plak jatuh di bawah 5
dalam kurun waktu 1-3 menit. Berulangnya penurunan pH ini secara terus-menerus
menyebabkan terjadinya demineralisasi dan remineralisasi yang dapat menyebabkan
terjadinya karies.1,2
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001 melaporkan
bahwa 76,5% anak usia 12 tahun memiliki kerusakan gigi yang tidak dirawat.9 Karies
interproksimal sulit untuk dideteksi sehingga tidak bisa dilakukan perawatan,
dikhawatirkan keadaan tersebut dapat menyebabkan peradangan pulpa atau lebih
sering disebut dengan pulpitis dan seiring berjalannya waktu dapat menyebabkan
nekrosis pulpa.10
Pada Tabel 2 terlihat hanya 52 elemen gigi yang terkena karies interproksimal
dan masing-masing elemen gigi memiliki kedalaman yang bervariasi secara
radiografis. Kedalaman karies interproksimal dapat dikategorikan menjadi klas 1/ K1
(Radiolusen mencapai enamel), klas 2/ K2 (Radiolusen mencapai enamel-dentin
junction), klas 3/ K3 (Radiolusen mencapai setengah bagian luar dentin), dan klas 4/
K4 (Radiolusen mencapai setengah bagian dalam dentin). Pada penelitian ini
kedalaman karies interproksimal yang paling banyak terjadi adalah kategori K1 yaitu
yang menunjukkan gambaran radiolusen mencapai enamel sebanyak 86,53%. Hasil
penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian Yin et al menyatakan bahwa prevalensi
karies interproksimal pada bagian enamel paling banyak dibandingkan karies yang
sudah mencapai dentin dengan persentase yang mencapai 79%.26 Banyaknya karies
interproksimal yang terjadi pada kategori kedalaman K1 disebabkan karena waktu
dan periode yang dibutuhkan untuk menembus permukaan enamel cukup lama.27
Enamel terdiri dari 93% berat anorganik dan 4% berat organik sedangkan dentin
terdiri dari 66% berat anorganik dan 18% berat organik. Tingginya bahan anorganik
enamel menyebabkan proses demineralisasi berjalan cukup lama. Pada dentin proses
demineralisasi akan berjalan lebih cepat dikarenakan komposisi bahan anorganik
yang lebih sedikit ditambah lagi unsur organik yang banyak menyebabkan pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
mikroorganisme golongan Streptococcus mutans dan Lactobacillus menjadi lebih
cepat.15
Pada Tabel 3 dapat dilihat prevalensi daerah yang terkena karies
inteproksimal. Daerah mesial gigi yang terkena karies interproksimal sebesar 51,9%
dan daerah distal sebesar 48,1%. Hasil ini tidak menunjukkan angka yang signifikan
sehingga dapat disimpulkan berdasarkan penelitian ini insidensi terjadinya karies
interproksimal bisa saja terjadi didaerah mesial maupun distal.
Elemen-elemen gigi yang terkena adalah 45, 36, 25, 26, 46, 47, 35, 65, 75, 15,
16, 55, 27, 44, dan 34 (Tabel 3). Frekuensi gigi yang mengalami karies
interproksimal yang paling tinggi adalah gigi 36, 25,dan 26 dengan persentasi 11,53%
pada masing-masing gigi. Hasil ini sesuai dengan penelitian Arrow (2007) yang
menyatakan bahwa molar satu permanen merupakan gigi yang paling banyak terkena
karies interproksimal, yaitu 60%.28 Prevalensi karies yang tinggi pada molar pertama
disebabkan karena ukuran mahkota gigi yang besar sehingga memicu banyak
perlekatan plak pada mahkota gigi dan produksi asam oleh bakteri semakin besar
pada daerah tersebut ditambah lagi molar satu permanen merupakan gigi permanen
pertama yang erupsi.29
Universitas Sumatera Utara
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa prevalensi karies interproksimal
yang terdapat pada anak Sekolah Dasar Letjend Djamin Ginting menunjukkan angka
yang tinggi yaitu sebesar 61,16% dan prevalensi kedalaman karies interproksimal
yang paling banyak dijumpai adalah kategori kedalaman K1 (Radiolusen mencapai
Enamel) sebanyak 86,53%.
6.2
Saran
1. Dibutuhkan penelitian yang sama dengan jumlah sampel yang lebih besar di
sekolah yang sama agar mendapatkan hasil yang lebih akurat.
2. Perlu diadakan pemeriksaan berkala dan didukung dengan pemeriksaan
radiografi bitewing pada sekolah tersebut agar dapat mencegah terjadinya
pekembangan karies interproksimal kearah yang lebih parah.
Universitas Sumatera Utara