Prevalensi Karies Interproksimal Ditinjau Dengan Radiografi Bitewing Di Sekolah Dasar Letjend Djamin Ginting Kecamata Berastagi Kabupaten Karo

 

 

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi dan Etiologi Karies
Karies dental dapat didefenisikan sebagai proses patologi pasca eruptif dan

terlokalisir yang melibatkan demineralisasi jaringan keras gigi, yang berlanjut hingga
terbentuknya kavitas. Pembentukan dari karies merupakan proses yang alami.
Umumnya karies dijumpai didaerah yang lemah dan sulit untuk dibersihkan,
yang sangat banyak mempunyai plak ataupun sisa makanan yang tersangkut seperti
daerah Fisur, Foramen, Permukaan interproksimal, sepertiga leher gigi, dan bagianbagian yang tertutup oleh karang gigi, protesa dan lain-lain.1,2
Karies gigi disebabkan oleh empat faktor atau komponen yang saling
berinteraksi yaitu:
1. Komponen dari gigi dan saliva yang meliputi: komposisi gigi, morfologi
gigi, posisi gigi, pH saliva, kuantitas saliva, kekentalan saliva.11

2. Komponen mikroorganisme yang ada dalam mulut yang mampu
menghasilkan asam melalui peragian yaitu : Streptococcus dan lektobasil.11
3. Komponen makanan, yang sangat berperan adalah makanan yang
mengandung karbohidrat misalnya sukrosa dan glukosa yang dapat diragikan oleh
bakteri tertentu dan membentuk asam.11
4. Komponen waktu, karies berkembang dalam waktu beberapa bulan atau
tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk karies berkembang menjadi suatu
kavitas yang cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.11
Karies dental merupakan proses yang terjadi pada permukaan gigi dirongga
mulut dimana plak dental dapat berkembang seiring waktu. Plak merupakan sebuah
biofilm, dimana plak bukan saja kumpulan dari bakteri melainkan komunitas dari
berbagai mikroorganisme. Sebuah komunitas yang berinteraksi bersama dan aktif
secara metabolisme. Beberapa bakteri mampu memfermentasi substansi karbohidrat
seperti sukrosa dan glukosa, memproduksi asam, menyebabkan pH plak jatuh di

 
Universitas Sumatera Utara

 


 

bawah 5 dalam kurun waktu 1-3 menit. Berulangnya penurunan pH ini menyebabkan
terjadinya demineralisasi permukaan gigi. Bagaimanapun produksi asam dinetralkan
oleh saliva, sehingga pH naik dan mineral dapat terbentuk kembali. Proses ini disebut
remineralisasi. Hasil dari proses demineralisasi dan remineralisasi yang terjadi secara
terus menerus dapat menyebabkan hilangnya mineral dan timbulnya lesi karies.1,2
Dari deskripsi di atas menjadi jelas bahwa proses karies tidak dapat dihindari.
Pembentukan dari biofilm dan aktifitas metaboliknya tidak dapat dicegah, namun
perkembangan dari penyakit dapat dikontrol sehingga lesi yang terjadi secara klinis
tidak terbentuk.2
2.2

Prevalensi dan Pengalaman Karies
Prevalensi karies sebuah tinjauan dari data epidemiologi yang tersedia dari

berbagai negara jelas menunjukkan bahwa terdapat peningkatan dalam prevalensi
karies. Peningkatan prevalensi karies melibatkan sebagian besar anak-anak, sama
halnya dengan orang dewasa, pada gigi sulung, gigi permanen dan koronal serta
permukaan akar. Peningkatan karies gigi merupakan sinyal krisis kesehatan

masyarakat. Tidak ada geografis di dunia yang tidak terhindar dari karies. Hal ini
dipengaruhi oleh jenis kelamin, ras, status sosial ekonomi dan semua kelompok usia.
Sekitar 90% dari anak-anak sekolah di seluruh dunia mengalami karies dan menjadi
penyakit yang paling umum di negara-negara Asia dan Amerika Latin.
Menurut World Health Organization (WHO) 60-90 % anak sekolah di seluruh
dunia menderita karies gigi.10 Nepal pada tahun 2004 National Pathfinder Survey
menunjukkan bahwa 58% dari anak-anak sekolah berusia 5-6 tahun menderita karies
gigi.
2.3

Faktor Risiko Karies
Faktor risiko terkena karies sangat bervariasi pada setiap orang seiring

berjalannya waktu karena banyak faktor resiko yang mempengaruhinya.2 Adapun
yang dianggap sebagai faktor risiko dari karies meliputi pengalaman karies,

 
Universitas Sumatera Utara

 


 

penggunaan fluor, oral higiene, jumlah bakteri, saliva, pola makan dan status sosial
ekonomi dan sanitasi lingkungan.3
1. Pengalaman karies
Tingginya skor pengalaman karies pada gigi sulung dapat memprediksi
terjadinya karies pada gigi permanennya karena ada hubungan antara pengalaman
karies dengan terjadinya karies di masa yang akan datang.2,3
2. Penggunaan fluor
Perlunya fluor yang berfungsi sebagai remineralisasi gigi untuk mengurangi
terjadinya karies.2,3
3. Oral hygine
Plak merupakan salah satu komponen dalam pembentukan karies. Karies dapat
dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis. Untuk meningkatkan
oral higiene dapat dilakukan dengan pemeriksaan gigi secara teratur untuk membantu
mendeteksi dan memonitor masalah gigi yang berpotensi menjadi karies.2,3
4. Saliva
Saliva mempunyai efek bufer dan juga membersihkan sisa-sisa makanan di
dalam mulut. Pada individu yang berkurang fungsi salivanya, maka aktivitas karies

akan meningkat.2,3
5. Pola makan
Beberapa bakteri penyebab karies memproduksi asam dari makanan dan
minuman yang mengandung karbohidrat sehingga terjadi demineralisasi. Di antara
waktu makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses
remineralisasi. Seringnya mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung
karbohidrat, maka enamel gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan
remineralisasi sehingga terjadi karies.2,3
6. Sosial ekonomi
Ada dua faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan dan pendidikan. Seseorang yang
mempunyai tingkat pendidikan tinggi memiliki pengetahuan dan sikap yang baik
tentang kesehatan sehingga mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat. Dalam
penelitian Paulander, Axelsson dan Lindhe (2003) melaporkan bahwa seseorang

 
Universitas Sumatera Utara

 

 


dengan tingkat pendidikan tinggi berisiko rendah terkena karies daripada seseorang
dengan tingkat pendidikan rendah.2,3
7. Usia
Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi karies
sejalan dengan bertambahnya umur. Pada periode gigi bercampur molar satu paling
sering terkena karies. Pada periode pubertas terjadi perubahan hormonal yang dapat
menimbulkan pembengkakan gusi sehingga kebersihan mulut kurang terjaga dan
menyebabkan presentase karies lebih tinggi.2,3
8. Jenis kelamin
Dibandingkan dengan pria, wanita menunjukkan nilai dmf yang lebih tinggi.
walaupun umumnya oral higiene wanita lebih baik sehingga gigi yang hilang
(missing) lebih sedikit daripada pria, dan pria memiliki komponen F (filling) yang
lebih banyak dalam indeks DMF.2,3
9. Sanitasi lingkungan
Sanitasi lingkungan meliputi air bersih, fasilitas buang air besar, sarana
pembuangan limbah, dan pembuangan sampah. Pasokan air bersih dibutuhkan untuk
menjaga kesehatan rongga mulut, yang digunakan untuk menyikat dan membersihkan
gigi secara teratur. Kurangnya pasokan air bersih dapat mempengaruhi oral
hygine.2,3,14


 
Universitas Sumatera Utara

 

 

2.4

Klasifikasi Karies
Karies dapat diklasifikasi berdasarkan stadium karies (dalamnya karies gigi),

yaitu :
a. Karies superfisialis
Karies baru mengenai email saja, sedangkan dentin belum terkena.15

Gambar 1. Karies superfisialis2
b. Karies media
Dimana karies sudah mengenai dentin tetapi belum melebihi setengah

dentin.15

Gambar 2. Karies media2

 
Universitas Sumatera Utara

 

 

c. Karies profunda
Dimana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadangkadang sudah mengenai pulpa.15

Gambar 3. Karies profunda2
Karies profunda dapat bagi menjadi beberapa stadium, diantaranya:
1. Karies profunda stadium I
Karies telah melewati setengah dentin, biasanya radang pulpa belum
dijumpai.15
2. Karies profunda stadium II

Masih dijumpai lapisan tipis yang membatasi karies dengan pulpa.15
3. Karies profunda stadium III
Pulpa telah terbuka. Dijumpai bermacam-macam radang pulpa.15
Berdasarkan lokasi karies, G.V. Black mengklasifikasikan kavitas atas 5 bagian
dan diberi tanda dengan angka romawi, dimana kavitas diklasifikasi berdasarkan
permukaan gigi yang terkena karies. Pembagian tersebut adalah :
- Kelas I: karies yang terdapat pada bagian oklusal (ceruk dan fisura) dari
gigi premolar dan molar (gigi posterior). Dapat juga terdapat pada gigi anterior
di foramen caecum.15

 
Universitas Sumatera Utara

 

 

- Kelas II: karies yang terdapat pada bagian aproksimal gigi-gigi molar
atau premolar, yang umumnya meluas sampai ke bagian oklusal.15
- Kelas III : karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi depan,

tetapi belum mencapai margo-insisalis (belum mencapai sepertiga insisal
gigi).15
- Kelas IV : karies yang terdapat pada bagian approksimal dari gigi-geligi
depan dan sudah mencapai mango-insisalis (telah mencapai sepertiga insisal
dari gigi).15
- Kelas V: karies yang terdapat pada bagian sepertiga leher dari gigigeligi depan maupun gigi belakang pada permukaan labial, lingual, palatal,
ataupun bukal dari gigi.15
- Kelas VI : karies pada tepi insisal atau tonjol oklusal pada gigi belakang
yang disebabkan oleh abrasi, atrisi, atau erosi.15

Gambar 4. Klasifikasi karies G.V.Black16
2.5 Karies Interproksimal
Karies interproksimal adalah karies yang berkembang di antara dua gigi yang
berkontak, Karena pada daerah ini plak sulit untuk dilakukan pembersihan. Sangat
sulit untuk melihat lesi karies secara langsung karena lesi terbentuk ke arah vertikal
dari daerah kontak dan penglihatan dihalangi oleh gigi tetangga. Lesi biasanya relatif
ditemukan pada saat yang terlambat. Ketika karies itu sudah berlanjut sampai ke

 
Universitas Sumatera Utara


 

 

dentin dan terlihat daerah pink keabu-abuan didaerah marginal. Harus ditekankan
kembali bahwa gigi harus diisolasi, dibersihkan untuk melihat lesi ini.2,17
Kebalikannya lesi interproksimal pada permukaan akar dapat didiagnosa secara
visual namun, kesehatan gingiva sangat berpengaruh dalam penentuan diagnosis
tersebut. Ketika gingiva mengalami inflamasi dan cenderung berdarah maka
diagnosis karies harus ditunda hingga oral hygine sudah ditingkatkan dan inflamasi
gingiva sudah mereda.2
2.5.1 Gambaran Radiografi Karies Interproksimal
Karies interproksimal dapat dideteksi secara radiografi. Pilihan radiografi yang
terbaik untuk melihat karies ini adalah radiografi bitewing. Gambaran radiografi
karies interproksimal terlihat adanya area hitam atau radiolusen pada bagian
interproksimal yang mengalami karies. Kedalaman karies interproksimal pada
radiografi dapat dideteksi, yaitu terlihatnya daerah radiolusen berbentuk segitiga pada
permukaan enamel dibagian proksimal (Gambar 5).
Berdasarkan gambaran radiografi kedalaman karies interproksimal dapat dibagi
menjadi beberapa klas, klas 1 radiolusen mencapai enamel, klas 2 radiolusen sudah
mencapai enamel-dentine junction, klas 3 radiolusen dari enamel sampai setengah
bagian luar dari dentin, dan klas 4 area radiolusen dari enamel sampai setengah
bagian dalam dari dentin (Gambar 6).2,18

Gambar 5. Gambaran radiografi karies
interproksimal17

 
Universitas Sumatera Utara

 

 

Karies pada permukaan akar aproksimal juga terlihat pada radiografi bitewing
meskipun penampilan ini kadang-kadang membingungkan dengan adanya radiolusen
pada area servikal. Penampilan yang normal disebabkan oleh tidak adanya batas
enamel padat di cemento enamel junction dan tidak adanya tulang alveolar
interdental. Karies akar juga dapat terlihat secara klinis dan pemeriksaan berulang
yang lebih berhati-hati dapat memastikan adanya karies tersebut.2

Gambar 6. Kedalaman karies interproksimal2

Gambar 7. Gambaran radiografi karies

 
Universitas Sumatera Utara

 

 

dipermukaan akar gigi2

2.6

Radiografi Bitewing
Radiografi intraoral meliputi radiografi periapikal, oklusal, dan bitewing.

Radiografi bitewing intraoral sudah digunakan sejak diperkenalkannya sinar X di
kedokteran gigi, terutama untuk mendeteksi karies interproksimal.19 Teknik bitewing
digunakan untuk memeriksa interproksimal gigi dan permukaan gigi yang meliputi
crown dari maksila dan mandibula, daerah interproksimal, akar dan crest alveolar
dalam film yang sama.1 Teknik pengambilan foto radiografi ini menggunakan tab
yang akan digigit oleh pasien, dimana tab tersebut berfungsi sebagai tempat untuk
film yang akan digunakan dan untuk mempertahankan posisi film sewaktu dilakukan
foto ronsen. Radiografi bitewing intra oral dapat diperoleh dengan film konvensional
dan sensor digital. Kedalaman lesi karies yang berbeda-beda terutama karies
interproksimal dapat di deteksi dengan menggunakan radiografi bitewing.19
Radiografi bitewing harus dilakukan dengan hati-hati karena sedikit perbedaan
dalam angulasi film akan mempengaruhi apa yang dilihat pada radiografi yang
dihasilkan. Hal ini sangat penting ketika dokter gigi akan memantau lesi pada
radiografi dari waktu ke waktu untuk mencari perkembangan karies. Selain itu, film
harus dibaca di bawah kondisi pencahayaan standar.2

Gambar 8. a. Alat pemegang film b. Bite tab/ bite loop1, 20

 
Universitas Sumatera Utara

 

 

Teknik pengambilan radiografi bitewing merupakan teknik kesejajaran yang
sedikit dimodifikasi, dengan sudut antara bidang vertikal dengan cone sebesar 0-10
derajat. Teknik bitewing ini menggunakan alat yang disebut bite tab dan bite loop
sebagai pengangan dari film yang akan digunakan.7,21

Gambar 9. a. Film mencakup mahkota, akar, dan puncak tulang
alveolar b. Posisi film disebelah lingual c. Posisi bite
tab1
Dari segi posisi kepala pasien maka bidang yang perlu diperhatikan adalah:
1. Bidang vertikal (bidang sagital) harus tegak lurus dengan bidang
horizontal.
2. Bidang oklusal harus sejajar dengan bidang horizontal.
Dalam teknik radiografi ini ukuran film yang digunakan 3,2 x 4,1 cm. Apabila
film yang digunakan ukurannya lebih besar maka harus hati-hati memasukkan

 
Universitas Sumatera Utara

 

 

kedalam mulut supaya pasien tidak merasa sakit. Dosis efektif pada pemeriksaan
radiografi bitewing berkisar 0,001-0,008 msV.7,21
Film yang sudah diberi tab dan loop dimasukkan kedalam mulut pada sisi
lingual gigi posterior. Film dipegang oleh operator dengan jari telunjuk yang
diletakkan pada tab, sehingga tab menyentuh permukaan oklusal dari gigi. pasien
diminta menutup mulutnya secara perlahan, sementara operator melepaskan jari
telunjuknya, dan akhirnya pasien diminta menggigitkan gigi-gigi atas dan bawah
sehingga berkontak.7,19

Gambar 10. Pengambilan radiografi bitewing2
Setelah itu sinar sentral dari sinar X diposisikan sesuai dengan sudut yang
sudah ditentukan untuk melewati sudut yang sejajar dengan aksis panjang gigi dan
juga melewati daerah kontak gigi.7
2.6.1 Kelebihan dan kekurangan Radiografi Bitewing
Kelebihan radiografi bitewing, antara lain:
1. Lebih akurat dalam mendeteksi karies interproksimal.
2. Lebih akurat dalam melihat kerusakan tulang.
3. Memiliki stabilisisasi pengambilan gambar yang baik karena memiliki tab yang
berfungsi untuk mempertahankan posisi film.

 
Universitas Sumatera Utara

 

 

4. Dengan 1 film dapat dipakai untuk memeriksa gigi-gigi pada rahang atas dan
bawah sekaligus.
Kekurangan radiografi bitewing antara lain:
1. Pasien merasa tidak nyaman karena film diletakkan didalam rongga mulut.
2. Pasien sulit untuk mengoklusikan maksila dan mandibula sehingga mulut tetap
terbuka.
3. Ujung akar tidak terlihat.22
2.6.2 Indikasi dan Kontraindikasi Radiografi Bitewing
Indikasi dari radiografi bitewing antara lain:
1. Mendeteksi lesi karies
2. Memantau perkembangan karies gigi
3. Menilai hasil restorasi
4. Menilai status periodontal
Kontraindikasi dari radiografi bitewing antara lain:
1. Untuk menentukan panjang akar.
2. Pasien yang tidak dapat membuka mulut.22

 
Universitas Sumatera Utara

 

 

2.6 Kerangka Teori

Agen

Substrat

Host

Waktu

Karies
Klasifikasi Karies

KLAS I

KLAS II

KLAS III

KLAS IV

KLAS V

KLAS IV

Karies
Interproksimal

Radiografi
Bitewing
Gambaran

Kedalaman

 
Universitas Sumatera Utara

 

 

2.7 Kerangka Konsep

Gambaran Karies
Karies
Interproksimal

Radiografi
Bitewing
Kedalaman Karies

 
Universitas Sumatera Utara