Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Kereta Api Pengguna Antar Moda Transportasi Udara (Studi Di PT.Railink Medan)

BAB II
RUANG LINGKUP PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI
KERETA API

A. Sejarah Perkeretaapiaan
Pada masa penjajahan Belanda hingga setelah pada masa penjajahan
Jepang kita bisa melihat sejarah pengangkutan.19 Pada tahun 1800 alat angkut
yang dipergunakan antara lain adalah tenaga manusia, hewan dan sumber tenaga
dari alam seperti angin atau air. Barang–barang yang diangkut pada masa tersebut
pun rata–rata dalam jumlah kecil dan waktu yang ditempuh juga relatif lama.
Maka dari itu timbullah pemikiran untuk membangun jalan rel guna memenuhi
kebutuhan tersebut.
Sejarah perkeretaapian sama seperti sejarah alat transportasi pada
umumnya yang diawali dengan penemuan moda. Mulanya dikenal kereta kuda
yang hanya terdiri dari satu kereta, kemudian dibuatlah kereta kuda yang lebih
dari satu rel yang berjalan di jalur tertentu yang terbuat dari besi, dan digunakan
khususnya di daerah pertambangan untuk menarik hasil tambang dengan tenaga
kuda.20 Seiring dengan berkembangnya zaman maka mulai dimanfaatkanlah
tenaga mekanik seperti kapal uap dan kereta api yang banyak digunakan sebagai
alat transportasi.
Pengangkutan itu diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari

tempat asal ke tempat tujuan. Proses pengangkutan merupakan gerakan dari
19

Hasnil Basri. Siregar, Hukum Pengangkutan, Kelompok Studi Hukum Fakultas Hukum
USU Medan, Medan, 2002, hal.13
20
http://kereta-api.co.id/ sejarah perkeretaapian, diakses tanggal 09 Oktober 2016

13
Universitas Sumatera Utara

14

tempat asal, darimana kegiatan angkutan dimulai ke tempat tujuan, kemana
kegiatan pengangkutan itu sendiri. 21
Kehadiran kereta api di Indonesia diawali dengan pencangkulan pertama
pembangunan jalan kereta api di Desa Kemijen pada 17 Juni 1864, oleh Gubernur
Jenderal Hindia Belanda, Mr.L.A.J Baron Sloet Van Den Beele yang diprakarsai
oleh “Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij”
(NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J. P De Bordes dari Desa Kemijen menuju

Desa Tanggung sepanjang 26 km dengan lebar spur 1435 mm. Empat tahun
kemudian, tepatnya tanggal 17 Juni 1868, pengoperasian pertama perjalanan
kereta api (KA) antara Stasiun Kemijen-Tanggung diresmikan. Ruas jalan ini
dibuka untuk angkutan umum pada 10 Agustus 1867.22
Keberhasilan swasta NV.NISM membangun jalan kereta api antara
Kemijen-Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat
menghubungkan kota Semarang-Surakarta (110 km), akhirnya mendorong minat
investor untuk membangun jalan kereta api di daerah lainnya.
Selain di Jawa, pembangunan jalan kereta api juga dilakukan di Aceh
(1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914),
bahkan tahun 1992 di Sulawesi juga telah dibangun jalan kereta api sepanjang 47
km antara Makassar-Takalar, yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli
1923, sisanya Ujung Pandang–Maros belum sempat diselesaikan. Sedangkan di
Kalimantan, meskipun belum sempat dibangun studi jalan kereta api Pontianak–

21

Muchtarudin Siregar, Beberapa Masalah Ekonomi dan Managemen Pengangkutan,
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1990, hal.3
22

http://KAI/Sejarah.com, Diakses tanggal 09 Oktober 2016

Universitas Sumatera Utara

15

Sambas (220 km) sudah diselesaikan. Demikian juga di Pulau Bali dan Lombok
juga pernah dilakukan studi pembangunan jalan kereta api.
Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan kereta api di Indonesia
mencapai 6811 km. Akan tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi
5910 km. Sekitar 901 km jalan kereta api raib, diperkirakan karena dibongkar
semasa pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan
kereta api di sana.
Tujuan didirikannya perusahaan KA oleh zaman Pemerintah Hindia
Belanda adalah sebagai sarana logistik dan politik untuk kepentingan strategis
peperangan dan untuk menunjang kebutuhan ekonomi Pemerintah Hindia
Belanda, terutama setelah terjadinya revolusi industri di Eropa yang mendorong
Pemerintah Hindia Belanda untuk mengekspor hasil bumi dari Indonesia.
Pada masa pendudukan Jepang seluruh jaringan jalan KA zaman
Pemerintah Hindia Belanda dikuasai oleh Jepang dengan nama Tedsudo Kyoku

yang berkantor pusat di Bandung. Sedangkan perkeretaapian di Sumatera disebut
Tedsudo Tai yang bekantor pusat di Bukit Tinggi.
Setelah kemerdekaan RI diproklamirkan, karyawan kereta api yang
tergabung dalam “Angkutan Moeda Kereta Api” (AMKA), mengambil alih
kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa bersejarah yang terjadi
pada tanggal 28 September 1945 di Balai Besar Kereta Api Bandung tersebut
ditandai dengan pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota
AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945, kekuasaan
perkeretaapian di Indonesia berada di tangan bangsa Indonesia. Orang Jepang

Universitas Sumatera Utara

16

tidak lagi diperkenankan campur tangan dengan urusan perkeretaapian di
Indonesia. Hal ini Kereta Api di Indonesia serta dibentuknya Djawatan Kereta Api
Republik Indonesia (DKARI).
Perkeretaapian di Sumatera Utara diawali oleh perusahaan swasta Belanda
pada 17 Juli 1886 yang bernama Deli Spoorweg Maatchscapay (DSM). Hingga
tahun 1931, panjang lintas mencapai 17 Km yang menghubungkan Labuhan

dengan kota Medan. Pembukaan rute ini dilandasi dengan motif utamanya untuk
membawa hasil perkebunan daari pedalaman ke pelabuhan Belawan.23
Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) semua kereta api di Indonesia
berada di bawah pendudukan Jepang. Untuk daerah Sumatera Utara di bawah
pemerintah Angkatan Laut Jepang dengan nama Tetsudo-Tai yang berpusat di
Bukit Tinggi, Sumatera Barat.
Setelah Indonesia merdeka, 17 Agustus 1945 perkeretaapian di Sumatera
Utara dikembalikan kepada DSM sampai masa dilakukan alih wewenang pada
perusahaan milik Belanda kepada penguasa militer daerah Sumatera Utara (14
Desember 1957, dasar SK Panglima T dan T1 No.PM/KP TS/045/12/97).
Selanjutnya mulai tanggal 29 April 1963, berdasarkan UU No.80 Tahun
1963 jo PP 41 Tahun 1959 dengan SK MENHUB No.37/1/20 tanggal 17 Januari
1963 maka seluruh kereta api ex DSM menjadi bagian Djawatan Kereta Api
(DKA) yang berpusat di Bandung. Dan sejak 2 Januari 2001 telah ditetapkan
perubahan nama dari Eksploatasi menjadi Divisi Regional I Sumatera Utara
(Selanjutnya disingkat Divre I SU).24

23

http:// sipil ugm.wordpress.com, Diakses tanggal 09 Oktober 2016

Data dari PT.Kereta Api (Persero) Divisi Regional I Sumatera Utara Tahun 2009,
Urusan Humas, Sejarah Singkat Perkeretaapian di Sumatera Utara, tgl. 30 Desember 2016
24

Universitas Sumatera Utara

17

Seiring dengan perkembangan zaman maka tidak terlepas dari peningkatan
kebutuhan akan transportasi sehingga dibutuhkan alternatif untuk memudahkan
dan memberikan kenyamanan kepada masyarakat dimana salah satunya adalah
dengan adanya jalur kereta api bandara yaitu Railink.
PT. Railink merupakan anak perusahaan dari PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) dengan PT. Angkasa Pura II (Persero) yang beroperasi mengangkut
penumpang khusus untuk penumpang yang tujuannya ke Bandara Udara Kuala
Namu. Berbeda dengan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) yang dapat
mengangkut penumpang dan barang dari tempat asal ke tempat tujuan.25
PT. Railink merupakan kereta api bandara yang mempersembahkan
layanan baru kali pertama di Indonesia yang berdiri pada tanggal 25 Juli 2013
bersamaan dengan pengoperasian perdana bandara kuala namu. PT. Railink

didirikan dengan visi untuk menyuguhkan semangat baru dalam pelayanan moda
transportasi kereta api di Indonesia.26
PT. Railink sebagai kereta api bandara pertama ini melayani penumpang
dari kota medan menuju bandara demikian juga sebaliknya. Sebagai layanan
transportasi khusus, kereta api bandara ini memiliki fasilitas serta layanan yang
menjadi standard baru dalam perkeretaapian Indonesia. Dimana angkutan kereta
api bandara ini dirancang untuk mempermudah serta memberikan kenyamanan
bagi para penumpang angkutan udara.
Perusahaan yang bergerak di bidang transportasi massal ini juga
mempunyai visi dan misi yang mendukung pengoperasiannya sebagai salah satu
angkutan kereta api. Adapun visi dan misi PT. Railink antara lain :
25
26

Hasil Riset di PT. Railink Medan
http://www.railink.co.id/profil-railink Diakses tanggal 23 Desember 2016

Universitas Sumatera Utara

18


1. Visi
Menyelenggarakan bisnis kereta api bandara serta kegiatan usaha
lainnya terkait secara sehat, tumbuh dan berkembang dengan model
organisasi yang baik dan praktek bisnis yang etis serta mengutamakan
keselamatan dan keamanan operasional, kepuasaan pelanggan,
kesejahteraan karyawan serta memberi manfaat bagi masyarakat dan
kelestarian lingkungan.
2. Misi
Berusaha dalam bidang pengangkutan darat, dengan melaksanakan
kegiatan usaha :
a. Pengoperasian, pengelolaan dan pengusahaan kereta api bandara;
b. Pengembangan dan pengelolaan stasiun;
c. Pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kereta api;
d. Pembangunan prasarana kereta api;
e. Konsultasi dan desain sistem perkeretaapian;
f. Pengusahaan jasa lainnya yang menunjang usaha pokok
PT. Railink telah mengembangkan sistem layanan terpadu dalam
pengelolaan dua stasiun yang menghubungkan rute Medan–Kuala Namu ini
memiliki dua stasiun. Dua stasiun tersebut adalah City Railway Station di pusat

kota Medan dan Airport Railway Station di Bandara Kuala Namu. Masing–
masing stasiun ini telah dibangun untuk melayani penumpang dengan berbagai
fasilitas pendukung yang modern serta dikelola oleh sumber daya manusia yang
cakap dan terampil.

Universitas Sumatera Utara

19

Penumpang, pengantar maupun penjemput, akan mendapatkan tempat
yang aman, sejuk, dan nyaman saat menunggu kereta api bandara, baik di stasiun
kereta api bandara Medan maupun di stasiun kereta api bandara Kuala Namu.
Sejumlah fasilitas tersedia lengkap, dari fasilitas umum seperti toilet, musholla,
serta ruang menyusui yang selalu dalam kondisi yang bersih dan nyaman. Tidak
hanya itu pihak railink juga menyediakan galeri ATM, minimarket serta tempat
makan dan minum. Penumpang kereta api bandara juga dapat menginap di hotel
yang tempatnya masih didalam kawasan stasiun kereta api bandara Medan.
Adapun tujuan PT. Railink Medan sebagai salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang pengangkutan, antara lain:
1. Mewujudkan


penyelenggara

jasa

angkutan

penumpang

guna

memberikan manfaat utama bagi kepentingan pemerintah, publik, dan
lingkungan setempat.
2. Menunjang upaya pengurangan kemacetan di jalan raya.
3. Membantu kelancaran kegiatan masyarakat khususnya di bidang
pengangkutan.

B. Peran dan Fungsi Perkeretaapian
Peran pengangkutan sebagai pihak yang menyelenggarakan pengangkutan
barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat.

Fungsi pengangkutan adalah untuk memindahkan barang atau orang dari
suatu tempat yang lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai.
Jadi dengan pengangkutan maka dapat diadakan perpindahan barang–barang dari

Universitas Sumatera Utara

20

suatu tempat yang dirasa barang itu kurang berguna ketempat dimana barang–
barang tadi dirasakan akan lebih bermanfaat.
Peran dan Fungsi pengangkutan sangat penting dalam kehidupan
masyarakat dan berpengaruh pada berbagai aspek. Baik sosial, politis, hukum dan
ekonomi. Dari aspek hukum, dalam pengoprasian dan pemilikan alat angkutan
diperlukan ketentuan hukum mengenai hak, kewajiban dan tanggung jawab serta
perasuransian apabila terjadi kecelakaan atau kerugian. 27
Kemajuan dibidang transpotasi mendorong pengembangan ilmu hukum,
baik

perundang-undangan

maupun

kebiasaan

yang

berlaku

dibidang

pengangkutan. Sesuai atau tidaknya Undang-Undang maupun kebiasaan yang
berlaku sekarang dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini tergantung dari
penyelenggaraan pengangkutan tersebut. Demikian juga perkembangan hukum
kebiasaan, seberapa banyak prilaku yang timbul sebagai kebiasaan dalam
pengangkutan tergantung dari penyelenggaraan pengangkutan. 28
Dalam prakteknya masalah terlihat atau dirasakan oleh pengguna dan
masyarakat adalah kondisi pelayanan sistem pengangkutan, seperti kenyamanan,
tarif, waktu perjalanan, waktu tunggu, aksesibilitas dan lain sebagainya. Namun
jika dilihat secara detail, masalah operasional tersebut merupakan hasil interaksi
penyusunan kebijakan. Dengan demikian bagaimanapun juga penyelesaian
masalah pengangkutan harus dimulai dengan mengkaji kebijakan pengangkutan
yang ada, yang kemudian dilanjutkan dengan menyusun program secara teknis di
lapangan.
27

Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2008, hal.79
28
Op.Cit.,hal.5

Universitas Sumatera Utara

21

Kereta Api merupakan moda transportasi darat berbasis jalan rel yang
efisien dan efektif. Hal ini dibuktikan dengan daya angkutnya baik berupa
manusia ataupun barang yang lebih besar dibandingkan moda transportasi darat
lainnya. Begitu juga dengan konsumsi bahan bakar kereta api relatif lebih hemat
dibandingkan dengan moda transportasi darat lainnya. Dengan kelebihankelebihan tersebut, perkeretaapian lebih dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif
solusi dalam menyelesaikan permasalahan kemacetan.
Peran pengangkutan khususnya kereta api sangat memegang peran penting
dalam mengatasi permasalahan di daerah perkotaan terutama untuk membantu
mengatasi kemacetan lalu lintas di wilayah perkotaan. Angkutan massal ini sangat
strategis khususnya mengatasi kemacetan perkotaan yang semakin parah,
disamping juga dapat menghemat waktu perjalanan dan tarifnya pun lebih murah
sehingga terjangkau oleh masyarakat.
HMN. Purwosutijpto, mengatakan bahwa :
“ Pengangkutan adalah memindahkan orang atau barang dari suatu tempat
ketempat yang lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai.
Hasril Basri Siregar, mengatakan bahwa :
“ Pengangkutan adalah perpindahan tempat baik mengenai benda-benda
maupun orang-orang karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai
dan meninggikan manfaat serta efisiensi.
Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana,
sarana, dan sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan dan prosedur
untuk penyelenggaraan transportasi kereta api (Pasal 1 angka 1 UUKA)

Universitas Sumatera Utara

22

Dari pengertian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa pengangkutan
tidak hanya berguna untuk orang saja tetapi juga berguna untuk barang. Dari segi
pengangkutan kereta api ternyata pengangkutan ini sangat besar manfaatnya
terhadap pengangkutan terutama barang, karena dengan pengangkutan kereta api
barang yang dibawa dapat dengan cepat sampai ketempat tujuan sehingga barang
yang diangkut tersebut memiliki daya guna dan nilai ekonomi yang tinggi.
Jika dilihat fungsi dari pengangkutan yaitu memindahkan orang atau
barang dari suatu tempat lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan
nilai. Pengangkutan dilakukan karena nilai barang akan lebih tinggi di tempat
tujuan daripada di tempat asalnya, karena pengangkutan memberikan nilai kepada
barang yang diangkut. Peningkatan daya guna dan nilai inilah yang merupakan
tujuan dari pengangkutan.

C. Jenis Pengangkutan Kereta Api
Angkutan kereta api adalah kegiatan sarana perkeretaapian dengan tenaga
gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian
lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan
perjalanan kereta api.
Jenis pengangkutan perkeretaapian dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Angkutan orang
Adalah pengangkutan orang yang dilakukan oleh pihak pengangkut
dengan menggunakan gerbong atas persetujuan pemerintah yang wajib memenuhi
persyaratan dan memperhatikan keselamatan serta fasilitas minimumnya. Bagi
penyandang cacat, wanita hamil, anak dibawah lima tahun, orang sakit, dan lansia.

Universitas Sumatera Utara

23

Pihak penyelenggara pengangkutan wajib memberikan fasilitas khusus tanpa
dipungut biaya tambahan.
Mengenai pengertian penumpang dalam pengangkutan dengan kereta api
dapat terdiri dari:29
1) Satu orang
Untuk penumpang yang berpergian dengan kereta api satu orang
dikenakan biaya angkutan sebesar tarif yang berlaku, baik dewasa
maupun anak-anak. Untuk dewasa dikenakan tarif penuh sedangkan
untuk penumpang anak-anak dikenakan biaya setengah harga.
2) Lebih dari satu orang
Kepada penumpang lebih dari satu orang oleh penyelenggara
pengangkutan dapat dibebankan tarif khusus, dimana permohonan
untuk mendapatkan tarif khusus tersebut harus diajukan suatu
permintaan kepada kepala stasiun paling lambat 3 (tiga) hari sebelum
pemberangkatan, dengan keterangan mengenai jumlah penumpang,
tujuan dan lain-lain secara lengkap agar dapat diatur sebaik-baiknya
oleh pihak pengangkut.
2. Angkutan barang
Adalah

pengangkutan

barang

dengan

kereta

api

dengan

menggunakan gerbong. Angkutan barang terdiri atas sebagai berikut:
1) Barang umum
2) Barang khusus
3) Limbah bahan berbahaya dan beracun
29

Sution Usman Adji, Hukum Pengangkutan di Indonesia, Rineka cipta, Jakarta, 1990,

hal.152

Universitas Sumatera Utara

24

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk melalukan pengangkutan umum
dan khusus yaitu :
a. Pemuatan, penyusunan dan pembongkaran barang pada tempat-tempat
yang telah ditetapkan sesuai klasifikasinya.
b. Keselamatan dan keamanan barang yang diangkut.
c. Gerbong yang digunakan sesuai dengan klasifikasi barang yang diangkut.
Menurut jenisnya, kereta api terdiri dari : (Pasal 4 UU KA)
1.

Kereta api kecepatan normal;
Adalah kereta api yang mempunyai kecepatan kurang dari 200 km/jam.

2.

Kereta api kecepatan tinggi;
Adalah kereta api yang mempunyai kecepatan lebih dari 200 km/jam.

3.

Kereta api monorel;
Adalah kereta api yang bergerak pada 1 (satu) rel.

4.

Kereta api motor induksi linear;
Adalah kereta api yang menggunakan penggerak motor induksi linear
dengan stator pada jalan rel dan rotor pada sarana perkeretaapian.

5.

Kereta api gerak udara;
Adalah kereta api yang bergerak dengan menggunakan tekanan udara.

6.

Kereta api levitasi magnetik;
Adalah kereta api yang digerakkan dengan tenaga magnetik sehingga pada
waktu bergerak tidak ada gesekan antara sarana perkeretaapian dan jalan
rel.

Universitas Sumatera Utara

25

7.

Trem;
Adalah kereta api yang bergerak di atas jalan rel yang sebidang dengan
jalan.

8.

Kereta gantung
Adalah kereta yang bergerak dengan cara menggantung pada tali baja.

Selain daripada jenis kereta api tersebut diatas, jenis pengangkutan kereta api juga
dapat dibedakan berdasarkan fungsinya, yaitu:

1. Perkeretaapian umum
Perkeretaapian umum adalah satu kesatuan sistem perkeretaapian yang
disebut perkeretaapian nasional (Pasal 5 UUKA). Perkeretaapian umum
digunakan untuk melayani angkutan orang ataupun barang dan dipungut
biaya. Perkeretaapian umum dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Perkeretaapian perkotaan
Adalah perkeretaapian yang melayani perpindahan orang di wilayah
perkotaan dan/atau perjalanan ulang-alik dengan jangkauan:
a. Seluruh wilayah administrasi kota; dan/atau
b. Melebihi wilayah administrasi kota.
2) Perkeretaapian antarkota
Adalah perkeretaapian yang melayani perpindahan orang dan/atau
barang dari satu kota ke kota yang lain.
Sedangkan jika ditinjau secara tatanan perkeretaapian umum dibagi
menjadi 3, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

26

1)

Perkeretaapian nasional
Adalah tatanan perkeretaapian yang melayani angkutan orang
dan/atau barang lebih dari satu provinsi.

2)

Perkeretaapian provinsi
Adalah tatanan perkeretaapian yang melayani angkutan orang
dan/atau barang yang melebihi satu kabupaten/kota dalam satu
provonsi.

3)

Perkeretaapian kabupaten/kota
Adalah tatanan perkeretaapian yang melayani angkutan orang
dan/atau barang dalam satu kabupaten/kota.

2. Perkeretaapian khusus
Perkeretaapian khusus adalah perkeretaapian yang hanya digunakan untuk
menunjang kegiatan pokok badan usaha tertentu dan tidak digunakan
untuk melayani masyarakat umum. Perkeretaapian khusus diselenggarakan
oleh badan usaha tertentu yang pengusahaan sarana dan prasarana
perkeretaapiannya dilakukan berdasarkan norma, standard, dan kriteria
perkeretaapian.

D. Pelaksanaan Perjanjian Pengangkutan Kereta Api
Perjanjian adalah “ Suatu perhubungan hukum mengenai harta benda
kekayaan antara dua pihak, dalam mana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji
untuk melakukan sesuatu hal atau untuk tidak melakukan sesuatu hal atau untuk

Universitas Sumatera Utara

27

tidak melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji
itu.30
Perjanjian yang dilakukan oleh para pihak haruslah memenuhi persyaratan
yang diwajibkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu
berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi
adalah sebagai berikut :
1) Adanya kesepakatan diantara para pihak mengenai apapun yang
diperjanjikan diantara para pihak.
2) Kecakapan, yang membuat perjanjian harus mempunyai kecakapan untuk
melakukan perbuatan hukum.
3) Hal tertentu, yaitu bahwa setiap perjanjian harus mempunyai objek
perjanjiannya.
4) Klausa yang halal berarti tujuan dari perjanjian itu harus halal atau tidak
bertentangan dengan hukum. 31
HMN. Poerwosutjipto, mengatakan bahwa :
“ Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan
pengirim dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
pengangkutan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat tertentu dengan
selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan”.
Konsep pengangkutan meliputi tiga aspek, yaitu :

30

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu,
Sumur, Bandung, 1981, hal.11
31
Sadikin, Penelitian Tentang Aspek Hukum Tanggung Jawab Pengangkut Dalam
Pengangkutan Multimoda, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta, 2004, hal.18

Universitas Sumatera Utara

28

1. Pengangkutan sebagai usaha
Pengangkutan usaha sebagai bisnis adalah kegiatan usaha di bidang jasa
pengangkutan yang menggunakan alat pengangkut mekanik. Alat
pengangkut mekanik contohnya ialah gerbong untuk mengangkut barang.
Kereta untuk mengangkut penumpang, truk untuk mengangkut barang, bus
untuk mengangkut penumpang, pesawat kargo untuk mengangkut barang,
pesawat penumpang untuk mengangkut penumpang, kapal kargo untuk
mengangkut

barang,

dan

kapal

penumpang

untuk

mengangkut

penumpang.
2. Pengangkutan sebagai perjanjian
Pengangkutan sebagai perjanjian selalu didahului oleh kesepakatan antara
pihak pengangkut dan pihak penumpang atau pengirim. Kesepakatan
tersebut pada dasarnya bersisi kewajiban dan hak, baik pengangkut dan
penumpang maupun pengirim. Kewajiban pengangkut adalah mengangkut
penumpang atau barang sejak tempat pemberangkatan sampai ke tempat
tujuan yang telah disepakati dengan selamat.
3. Pengangkutan sebagai proses penerapan
Pengangkutan sebagai proses terdiri atas serangkaian perbuatan mulai dari
pemuatan ke dalam alat pengangkut, kemudian dibawa oleh pengangkut
menuju ke tempat tujuan yang telah ditentukan, dan pembongkaran atau
penurunan di tempat tujuan. Ketiga aspek pengangkutan tersebut
menyatakan

kegiatan

yang

berakhir

dengan

pencapaian

tujuan

pengangkutan. Tujuan kegiatan usaha pengangkutan adalah memperoleh

Universitas Sumatera Utara

29

keuntungan dan/atau laba. Tujuan kegiatan perjanjian pengangkutan
adalah memperoleh hasil realisasi yang diinginkan oleh pihak – pihak dan
tujuan

kegiatan

pelaksanaan

pengangkutan

adalah

memperoleh

keuntungan dan tiba dengan selamat di tempat tujuan. Ketiga aspek
pengangkutan tersebut menyatakan kegiatan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan pelakunya.32
Sebelum penyelenggaraan pengangkutan terlebih dahulu harus ada perjanjian
pengangkutan antara pengangkut dengan penumpang atau pengirim.
Perjanjian pengangkutan adalah suatu perjanjian di mana satu pihak
menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang dari satu tempat
ke lain tempat, sedangkan pihak yang lain menyanggupi akan membayar
ongkosnya.33
Berdasarkan definisi diatas tersebut terdapat unsur-unsur yang harus
diketahui yaitu bahwa :
1. Sifat perjanjiannya adalah timbal balik, baik antara pengangkut dengan
penumpang atau pengirim barang, masing-masing mempunyai hak dan
kewajibannya sendiri. Pengangkut dengan penumpang/atau pengirim
barang mempunyai hak dan kewajiban yang seimbang, maka sifat
hubungan hukum yang terjalin antar masing-masing pihak adalah bersifat
campuran.
2. Penyelenggara pengangkutan didasarkan pada perjanjian, hal ini berarti
antara pengangkut dengan penumpang dan/atau pengirim barang harus

32
33

Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal.1
R.Subketi, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT.Intermasa, Jakarta, 2003, hal.221

Universitas Sumatera Utara

30

memenuhi syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata.
3. Istilah menyelenggarakan pengangkutan berarti pengangkutan tersebut
dapat dilakukan sendiri oleh pengangkut atau dilakukan oleh orang lain
atas perintahnya.
4. Ke tempat tujuan, dalam pengangkutan barang, berarti barang dapat
diterima oleh si penerima yang mungkin si pengirim sendiri atau orang
lain, sedangkan dalam pengangkutan orang berarti sampai di tempat tujuan
yang telah disepakati dengan keadaan selamat.
5. Istilah dengan selamat, mengandung arti apabila pengangkutan itu tidak
berjalan dengan selamat maka pengangkut wajib bertanggung jawab untuk
mengganti kerugian kepada penumpang atau pengirim barang.34
Perjanjian pengangkutan yang dibuktikan dengan adanya tiket, maka
perjanjian pengangkutan tersebut mengakibatkan munculnya hak dan kewajiban
para pihak dalam proses penyelenggaraan pengangkutan.
Hak dan Kewajiban para pihak tersebut antara lain :
1. Hak dan kewajiban penumpang
Hak penumpang akan muncul ketika ia sudah membeli tiket atau karcis
dari pihak penyelenggara pengangkutan. Dengan demikian penumpang
berhak untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan tarif yang
dibayarkannya

kepada

pihak

penyelenggara,

selain

daripada

itu

penumpang juga mendapatkan fasilitas yang sesuai dengan standardnya.
34

Siti Nurbaiti, Hukum Pengangkutan Darat (jalan dan kereta api), Universitas Trisakti,
Jakarta, 2009, hal.13-22

Universitas Sumatera Utara

31

Jika hak penumpang sudah terpenuhi maka penumpang juga mempunyai
kewajiban sebagai penyeimbang haknya. Kewajiban penumpang yang
paling utama adalah membayar ongkos atau tarif angkutan yang disepakati
bersama. 35 Selain daripada itu penumpang berkewajiban untuk mengikuti
kegiatan pengangkutan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan oleh
pihak pengangkut, misalnya datang lebih awal sebelum jam keberangkatan
kereta.
2. Hak dan kewajiban pihak pengangkut sebagai penyelenggara angkutan
Kewajiban utama pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan
dari tempat asal ke tempat tujuan dengan menjaga keselamatan
penumpang dan juga barang.36 Kewajiban pihak pengangkut terdiri dari
beberapa bagian yaitu :
a. Kewajiban pihak penyelenggara prasarana perkeretaapian antara lain
sebagai berikut :
a) Merawat prasarana perkeretaapian agar tetap laik operasi, sesuai
standar dan tata cara perawatan yang ditetapkan oleh Menteri
(Pasal 65 UUKA).
b) Memenuhi persyaratan kelaikan yang berlaku bagi setiap jenis
prasarana perkeretaapian, terhadap prasarana perkeretaapian yang
dioperasikan (Pasal 67 UUKA).
c) Melakukan pengujian dan pemeriksaan untuk menjamin kelaikan
prasarana perkeretaapian (Pasal 68 UUKA).
35
36

Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang, FH UII Press,Yogyakarta, hal.183
Ibid

Universitas Sumatera Utara

32

d) Menempatkan tanda larangan di jalur kereta api secara lengkap dan
jelas (Pasal 81 UUKA).
e) Mengasuransikan tanggung jawabnya terhadap penyelenggara
sarana perkeretaapian dan pihak ketiga (Pasal 166 UUKA).
b. Kewajiban

pihak

pengangkut

sebagai

penyelenggara

sarana

perkeretaapian antara lain, sebagai berikut :
a) Memenuhi persyaratan teknis dan kelaikan operasi yang berlaku
bagi setiap jenis sarana perkeretaapian (Pasal 96 ayat (2) UUKA).
b) Melakukan pengujian dan pemeriksaan untuk menjamin kelaikan
operasi sarana perkeretaapian (Pasal 98 UUKA).
c) Merawat sarana perkeretaapian agar tetap laik operasi (Pasal 114
UUKA).
d) Dalam pengoperasian sarana perkeretaapian, dilakukan oleh awak
yang telah memenuhi persyaratan dan kualifikasi kecakapan yang
dibuktikan dengan sertifikat kecakapan (Pasal 116 UUKA).
e) Memberikan fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang
cacat, wanita hamil, anak dibawah lima tahun, orang sakit, dan
orang lanjut usia (Pasal 131 UUKA).
f) Mengangkut orang yang telah memiliki karcis (Pasal 132 ayat (1)
UUKA).
g) Dalam penyelenggaran angkutan orang (Pasal 133 ayat (1) UUKA)
1) Mengutamakan keselamatan dan keamanan orang;
2) Mengutamakan pelayanan kepentingan umum;
3) Menjaga kelangsungan pelayanan pada lintas yang ditetapkan;

Universitas Sumatera Utara

33

4) Mengumumkan jadwal perjalanan kereta api dan tarif
pengangkutan kepada masyarakat;
5) Mematuhi jadwal keberangkatan kereta api;
6) Mengumumkan

kepada

pengguna

jasa

apabila

terjadi

pembatalan dan penundaan keberangkatan, atau pengalihan
pelayanan lintas kereta api disertai dengan alasan yang jelas;
7) Menanggani biaya yang telah dibayar oleh orang yang telah
membeli karcis, apabila terjadi pembatalan keberangkatan
perjalanan kereta api;
8) Menyediakan angkutan dengan kereta api lain atau moda
transportasi lain sampai stasiun tujuan atau memberikan ganti
kerugian senilai harga karcis, apabila dalam perjalanan kereta
api tidak dapat melanjutkan perjalanan sampai stasiun tujuan
yang telah disepakati;
9) Mengasuransikan tanggung jawabnya terhadap pengguna jasa.
Perjanjian pengangkutan yang diadakan oleh PT. KAI (Persero) terdiri atas
dua jenis angkutan, yaitu :
1) Perjanjian pengangkutan penumpang
Tiap penumpang yang ingin naik kereta api dapat membeli karcis lewat
loket penjualan karcis di stasiun-stasiun PT. KAI atau dapat lewat agen perjualan.
Karcis kereta api yang dibeli oleh penumpang itu fungsinya sebagai surat yang
membuktikan tentang adanya perjanjian pengangkutan antara penumpang (orang
tertentu) dengan PT.KAI sebagai pihak pengangkut.

Universitas Sumatera Utara

34

Perjanjian pengangkutan tidak harus diisyaratkan tertulis, cukup dengan
lisan saja sepanjang ada persesuaian kehendak sehingga dapat diartikan bahwa
untuk adanya suatu perjanjian pengangkutan cukup dengan adanya kesepakatan
diantara para pihak. Pengangkutan penumpang dengan kereta api dimulai dengan
adanya perjanjian pengangkutan antara pengangkut dan penumpang. Terjadinya
perjanjian pengangkutan antara pengangkut dengan penumpang adalah pada
waktu penumpang menerima penawaran umum yang dilakukan oleh para pihak
pengangkut, yang dilahirkan dengan keinginan untuk diangkut ke tempat tujuan
tertentu serta diikuti dengan perbuatan membeli karcis. 37
Karcis

merupakan

hal

yang

sangat

penting

dalam

melakukan

pengangkutan penumpang atau pengiriman barang dalam perkeretaapian. Dalam
karcis juga memuat hal-hal yang diangkut antara lain, sebagai berikut:
1. Karcis yang mengangkut penumpang, yaitu sebagai tanda bukti bagi
penumpang

dalam

pegangkutan

perkeretaapian

yang

akan

menghantarkannya ke tempat tujuan.
2. Karcis yang mengangkut barang, yaitu sebagai tanda bukti atau
pengiriman barang kepada ekspeditur.
Seseorang yang menjadi pemegang karcis kereta api yang secara formal
telah memenuhi syarat, maka hanya dengan menunjukkan karcis kepada petugas
kereta api, ia sudah dianggap sebagai orang yang berhak sehingga berhaklah ia
mendapatkan pelayanan atau fasilitas untuk diangkut sampai ke tempat tujuan.
Dalam kereta api kadang-kadang terdapat penumpang tanpa karcis, untuk
itu dapat dibedakan sebagai berikut :38
37
38

Sution Usman Adji, Op.cit, hal.154
Ibid

Universitas Sumatera Utara

35

1. Penumpang tanpa karcis yang dengan kemauan sendiri secepatnya
memberitahukan kepada kondektur
2. Penumpang tanpa karcis yang lalai memberitahukan kepada kondektur
Di dalam karcis sendiri sudah terdapat perjanjian baku mengenai
pengangkutan penumpang atau barang serta sudah tertera suatu pertanggung
jawaban pengangkutan serta perjanjian asuransi didalamnya juga terdapat jumlah
harga yang harus dibayarkan oleh penumpang.
Dalam angkutan kereta api, karcis merupakan sebagai tanda bukti bahwa
telah terjadi suatu perjanjian pengangkutan dari pihak yang terlibat di dalamnya
yaitu pihak pengangkut dengan pihak penumpang atau pengirim barang. Karcis
tersebut tidak menentukan syarat sahnya perjanjian tersebut tetapi hanya sebagai
tanda bukti saja. Dengan karcis inilah dapat dibuktikan bahwa adanya perjanjian
pengangkutan sehingga proses pengangkutan baru dapat dilaksanakan.

2) Perjanjian pengangkutan barang
Pengangkutan barang dengan kereta api, terdiri dari barang umum, barang
khusus, bahan berbahaya dan beracun, serta limbah bahan berbahaya dan
beracun (Pasal 139 ayat (2) UUKA).
Barang khusus adalah bahan atau benda yang sifat atau bentuknya harus
diperlakukan secara khusus, antara lain:
a. Muatan barang curah, misalnya semen curah dan batubara;
b. Muatan barang cair, misalnya BBM dan bahan dasar gula pasir;
c. Muatan yang diletakkan di atas palet;
d. Muatan kaca lembaran;

Universitas Sumatera Utara

36

e. Pengangkutan barang yang memerlukan fasilitas pendingin;
f. Pengangkutan tumbuh-tumbuhan dan hewan hidup; dan
g. Pengangkutan kendaraan.
Bahan berbahaya dan beracun adalah setiap bahan atau benda yang karena
sifat dan ciri khasnya dapat membahayakan keselamatan, kesehatan
manusia, makhluk hidup lainnya dan ketertiban umum.
Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang
karena sifat dan/atau kosentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara
langsung

maupun

tidak

langsung,

dapat

mencemarkan

dan/atau

merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia, dan makhluk hidup lain.
Perjanjian pengangkutan bersifat pelayanan berkala sebab pelayanan itu
tidak bersifat tetap, hanya kadang kala saja bila penumpang atau pengirim barang
membutuhkan pengangkutan.39
Undang-Undang pengangkutan menentukan bahwa pengangkutan baru
akan diselenggarakan apabila biaya pengangkutan dibayar terlebih dahulu oleh
penumpang atau pengirim barang. Namun pengangkutan juga dapat terjadi karena
adanya hukum kebiasaan dari masyarakat yang membayar biaya pengangkutan
setelah proses pengangkutan diselenggarakan atau dengan kata lain dibayar
kemudian.
Terjadinya perjanjian pengangkutan tertentu terdapat pihak-pihak yang
terlibat didalamnya atau disebut sebagai subjek hukum. Subjek hukum merupakan
39

H.M.N.Purwosutijpto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Hukum
Pengangkutan, Djambatan, Jakarta, 2008, hal.7

Universitas Sumatera Utara

37

pendukung hak dan kewajiban, dalam hal ini adalah hukum pengangkutan. Pihakpihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut, yaitu :40
1. Pihak pengangkut, adalah pihak yang mengikatkan dirinya untuk
menyelenggarakan pengangkutan orang/barang. Dengan kata lain,
pengangkut adalah penyelenggara pengangkutan.
2. Pihak penumpang, dalam angkutan kereta api penumpang disebut sebagai
pengguna jasa yang mana artinya adalah setiap orang dan/atau badan
hukum yang menggunakan jasa kereta api, baik untuk angkutan orang
maupun barang ( Pasal 1 butir 12 UUKA ). Berkaitan dengan penumpang
ini juga terdapat penumpang di bawah umur, kenyataan menunjukkan
bahwa anak-anak dapat membuat perjanjian pengangkutan menurut
kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Adapun yang menjadi
pertimbangan masyarakat ialah fungsi dan tujuan pengangkutan, dimana
anak-anak naik bus atau taksi untuk mencapai tujuan tertentu seperti pergi
ke sekolah atau pulang kembali ke rumah dengan selamat. Perjanjian yang
dilakukan oleh anak-anak ini tertentunya ada kuasa atau pengawasan dari
orang tua, dengan demikian orang tua tetap bertanggung jawab atas anakanak tersebut.
3. Pihak pengirim, adalah pihak yang menggunakan jasa penyelenggara
pengangkutan untuk menghantarkan orang dan/atau barang dari tempat
semula sampai tempat tujuan dengan selamat serta membayar biaya atau
tarif pengangkutan.

40

Abdulkadir Muhammad,Op.Cit, hal.54

Universitas Sumatera Utara

38

4. Pihak penerima, adalah pihak yang menerima barang yang disangkut oleh
alat pengangkut. Dimana pihak penerima ini sudah berada di tempat tujuan
yang diperjanjikan.
Dalam perjanjian pengangkutan perkeretaapian terdapat sifat keperdataan
yang menjadikan suatu prinsip perjanjian pengangkutan, yaitu :41
a. Konsensual
Konsensual berasal dari kata consensus yakni sepakat, artinya bahwa
perjanjian pengangkutan tersebut tidak diharuskan dilakukan secara
tertulis, dapat juga hanya dengan lisan saja tetapi dengan adanya terlebih
dahulu kesepakatan para pihak yang menyatakan bahwa perjanjian
tersebut

sudah

terjadi

dan

dapat

dibuktikan

dengan

dokumen

pengangkutan.
b. Campuran
Mengandung makna bahwa perjanjian pengangkutan merupakan campuran
dari 3 (tiga) jenis perjanjian yaitu pemberian kuasa, penyimpanan barang
dan melakukan pekerjaan dari penumpang atau pemilik barang kepada
pengangkut.
c. Koordinatif
Yang dimaksud dengan koordinatif ialah bahwa pihak-pihak dalam
pengangkutan mempunyai kedudukan setara atau sejajar, walaupun pihak
pengangkut melaksanakan pengangkutan atas perintah penumpang atau
pengirim bukan berarti pihak pengangkut sebagai bawahan dalam proses
pengangkutan tersebut.

41

Op.Cit, hal.14

Universitas Sumatera Utara

39

d. Pembuktian dengan dokumen
Setiap perjanjian yang dibuat harus dapat dibuktikan dengan adanya
dokumen pengangkutan. Apabila dokumen pengangkutan tidak ada maka
perjanjian juga tidak ada, kecuali ditentukan lain dalam hukum kebiasaan
masyarakat seperti naik angkutan umum yang tidak memiliki karcis
namun biaya pengangkutan dibayar kemudian.

Universitas Sumatera Utara