Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Kereta Api Pengguna Antar Moda Transportasi Udara (Studi Di PT.Railink Medan) Chapter III V

BAB III
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG KERETA API

A. Pengaturan Hukum Tentang Transportasi Kereta Api di Indonesia
Transportasi kereta api di Indonesia diawali dari peraturan-peraturan
peninggalan zaman belanda sebelum adanya pengaturan hukum tentang kereta api
di Indonesia yaitu bersumber pada Stb 1926-334 jo Stb 1927-295 (Algemene
Regelen betreffende den aanleg en de ekspolitatie van spoor en tramwegen bested
voor algemene verkeer in Ned. Indie) yang berbentuk suatu Koninklijk Besluit
(KB).42 Peraturan-peraturan tersebut antara lain, sebagai berikut :43
a. Stb 1926 No.334, yang telah diubah dan ditambah dengan Stb 1927
No.295, yaitu tentang peraturan umum mengenai perbuatan dan eksploitasi
jalan-jalan sepur dan trem yang ditentukan buat lalu lintas umum di Hindia
Belanda.
b. Stb 1927 No.258 tentang peraturan umum mengenai jalan sepur dan trem
(Algemeine Bepalingen Spooren Tremwegen = ABST) yang telah diubah
dan ditambah dengan Stb 1933 No.139 dan Stb 1937 No. 557
c. Stb 1927 No.295, peraturan tentang pembuatan dan pengusahaan jalanjalan sepur (Bepalingen Aeslangen Bedrijt Spoorwegen = BABS) yang
telah diubah dan ditambah dengan Stb 1930 No.387 Stb 1937 No.290 dan
Stb 1940 No.4.


42

Achmad Ichsan, Hukum Dagang, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1993, hal. 425
Sution Usman Adji,Dkk, Hukum Pengangkutan di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta,
1990, hal.139-140
43

40
Universitas Sumatera Utara

41

d. Stb 1929 No.260, peraturan tentang jalan-jalan trem kota (Bepalingen
Staadstranwegen = BST) yang telah diubah dan ditambah dengan Stb
1931 No.168,Stb 1937 No.290 dan Stb 1940 No.4.
e. Stb 1927 No.261, peraturan tentang jalan-jalan trem di luar kota
(Bepalingen Landelijk tramwegen = BLT) yang telah diubah dan ditambah
dengan Stb 1930 No.382 Stb 1937 No.290 dan Stb 1940 No.4.
f. Stb 1927 No.262 sebagai salah satu peraturan yang terpenting, peraturan
tentang pengangkutan dengan kereta api (Bepalingen Vervoer Spoorwegen

= BVS).
g. Reglemen 18 jilid II, tentang peraturan pengangkutan barang.
h. STBH, tentang syarat-syarat dan tarif pengangkutan barang hantaran dan
urusan angkutan motor.
i.

STB, tentang syarat-syarat dan tarif pengangkutan kiriman biasa/cepat
untuk barang, hewan, kendaraan dan jenazah.

j.

STP, tentang syarat-syarat pengangkutan dan tarif untuk penumpang,
bagasi dan hewan kecil.
Berkembangnya zaman membuat pemerintah Indonesia merasa bahwa

peraturan-peraturan peninggalan zaman Hindia Belanda tersebut tidak dapat lagi
mengikuti perkembangan transportasi kereta api sehingga pada tanggal 17
September 1992 pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yaitu dengan
membuat Undang-Undang Nomor 13 tahun 1992 (Lembaran Negara Nomor 47
tahun 1992, tambahan Lembar Negara Nomor 3497) yang mengatur tentang

Perkeretaapian di Indonesia. Dengan dikeluarkannya kebijakan ini oleh
pemerintah maka segala peraturan pada zaman Hindia Belanda tidak berlaku lagi

Universitas Sumatera Utara

42

dan digantikan dengan Undang-Undang Nomor 13 tahun 1992 tentang
Perkeretaapian.
Perkembangan dalam transportasi kereta api tergolong sangat cepat dan
sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 13 tahun 1992, kondisi perkeretaapian
nasional masih bersifat monopoli dihadapkan pada berbagai masalah, seperti
kontribusi perkeretaapian terhadap transportasi nasional masih rendah, sarana dan
prasarana yang belum memadai, tingkat kecelakaan masih tinggi dan tingkat
pelayanan masih jauh dari harapan. Dalam hal ini peran pemerintah dalam
penyelenggaraan perkeretaapian perlu dititikberatkan pada pembinaan yang
meliputi penentuan kebijakan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan dengan
mengikutsertakan peran masyarakat sehingga penyelenggaraan perkeretaapian
dapat


terlaksana

secara

efisien,

efektif,

transparan,

dan

dapat

dipertanggungjawabkan. Dan dengan tetap berpijak pada makna dan hakikat yang
terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 serta dengan memperhatikan perkembangan lingkungan strategis,
baik nasional maupun internasional, terutama di bidang perkeretaapian, UndangUndang Nomor 13 tahun 1992 tentang Perkeretaapian diganti dengan UndangUndang Nomor 23 tahun 2007.
Dilakukannya revisi terhadap Undang-Undang Nomor 13 tahun 1992
dikarenakan Undang-Undang tersebut tidak sesuai lagi dengan perkembangan

hukum dan kebutuhan masyarakat, maka dengan demikian Undang-Undang
Nomor 13 tahun 1992 diganti dan disempurnakan pada Undang-Undang Nomor
23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian ( Lembaran Negara Nomor 65 tahun 2007)
yang berlaku sejak tanggal 25 April 2007. Dikeluarkannya Undang-Undang

Universitas Sumatera Utara

43

Nomor 23 tahun 2007 ini diharapkan dapat mewujudkan pelancaran perpindahan
orang dan/atau barang secara massal dengan selamat, aman, nyaman, cepat serta
efisien sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 3 Undang-Undang ini.
Selain Undang-Undang Nomor 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian yang
menjadi dasar pokok peraturan mengenai transportasi kereta api serta hal-hal yang
berkaitan dengan kereta api, beberapa peraturan-peraturan pemerintah juga
dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia antara lain sebagai berikut :
1. PP Nomor 56 tahun 2009 tentang penyelenggaraan perkeretaapian,
mengatur mengenai penyelenggaraan sarana dan prasarana perkeretaapian.
2. PP Nomor 72 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan kereta api.
Peraturan pemerintah ini juga berlaku sama seperti berlakunya UndangUndang Nomor 23 tahun 2007. Namun dalam pelaksanaannya Undang-Undang

Nomor 23 tahun 2007 menjadi peraturan pokok yang diberlakukan. Dalam suatu
peraturan perundang-undangan terdapat suatu asas yang disebut “asas lex
specialis derogate lex generalis” yang menyatakan bahwa peraturan hukum yang
bersifat khusus mengenyampingkan peraturan hukum yang bersifat umum. Dan
menurut hierarki peraturan perundang-undangan dimana kedudukan UndangUndang lebih tinggi di bandingkan dengan kedudukan peraturan pemerintah.
Maka dengan demikian bahwa Undang-Undang Nomor 23 tahun 2007 menjadi
aturan pokok mengenai perkeretaapian dan peraturan pemerintah lainnya masih
tetap berlaku sebagai peraturan pelengkap dari Undang-Undang Nomor 23 tahun
2007.
Transportasi tidak terlepas membahas tentang tarif, dimana tarif
merupakan

hal

yang

penting

dalam


pengangkutan,

khususnya

dalam

Universitas Sumatera Utara

44

pengangkutan kereta api. Berdasarkan PP Nomor 72 Tahun 2009 tentang
Perkeretaapian, tarif angkutan terdiri atas sebagai berikut :
1) Tarif angkutan orang
Tarif angkutan orang didasarkan kepada biaya per-penumpang
per-kilometer dan tarif ditetapkan oleh penyelenggara sarana
perkeretaapian, dalam hal ini di Indonesia ditentukan oleh PT.
Kereta Api Indonesia yang kemudian melaporkan tarif yang
ditetapkan kepada menteri, gubernur atau bupati/walikota
untuk izin operasi. Jadi pejabat mempunyai wewenang
melakukan evaluasi penetepan dan pelaksanaan tarif, apabila

tidak sesuai dengan pedoman pokok penentuan tarif, maka
penyelenggara dapat dikenai sanski administratif berupa
teguran tertulis, pembekuan izin operasi dan bahkan bisa
pencabutan izin operasi
2) Tarif angkutan barang
Tarif barang didasarkan pada biaya per-ton per-kilometer.
Dalam hal pengangkutan barang mengenai barang yang akan
diangkut memiliki sifat dan karakteristik tertentu, besaran biaya
ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara pengguna jasa dan
penyelenggara sarana perkeretaapian sesuai dengan pedoman
penetapan tarif yang ditetapkan oleh menteri.

Universitas Sumatera Utara

45

3) Tarif denda
Khusus pada penumpang, apabila tidak memiliki karcis maka
tarif dendanya sebagai berikut :


a. 500 % dari harga karcis untuk angkutan kereta api
perkotaan.
b. 200 % dari harga karcis untuk angkutan kereta api antar
kota.

B. Asas dan Tujuan Perlindungan Hukum Terhadap

Penumpang

Transportasi Kereta Api
Berdasarkan

Pasal

3

Undang-Undang

Nomor


23

Tahun

2007,

Perkeretaapian diselenggarakan dengan tujuan untuk memperlancar perpindahan
orang dan/atau barang secara massal dengan selamat, aman, nyaman, cepat, dan
lancar, tepat, tertib dan teratur, efisien, serta menunjang pemerataan,
pertumbuhan, stabilitas, pendorong, dan penggerakan pembangunan nasional.
Asas hukum pengangkutan diselenggarakan berdasarkan landasan filosofis
yang diklasifikasikan menjadi dua, yaitu asas hukum publik dan asas hukum
perdata.
Asas pengaturan hukum pengangkutan tersebut antara lain, sebagai
berikut:
1. Asas Hukum Publik

Universitas Sumatera Utara

46


Asas-asas hukum publik adalah landasan undang-undang yang lebih
mengutamakan kepentingan umum atau kepentingan masyarakat banyak.
1) Asas manfaat
Asas ini mengandung makna bahwa setiap pengangkutan harus
dapat memberikan manfaat nilai guna yang sebesar-besarnya
bagi kemanusiaan, peningkatan kesejahteraan rakyat dan
pengembangan perikehidupan yang berkesimbangan bagi
warga negara Indonesia.
2) Asas adil dan merata
Asas

ini

mengandung

makna

bahwa

penyelenggaraan

pengangkutan harus dapat memberikan pelayanan yang adil
dan merata kepada segenap lapisan masyarakat.
3) Asas kepentingan umum
Asas

ini

mengandung

pengangkutan

harus

makna

lebih

bahwa

penyelenggaraan

mengutamakan

kepentingan

pelayanan umum bagi masyarakat umum.
4) Asas keterpaduan
Asas ini mengandung makna bahwa pengangkutan harus
merupakan kesatuan yang bulat dan utuh, terpadu, dan saling
mengisi.
5) Asas tegaknya hukum
Asas ini mengandung makna bahwa pemerintah wajib
menegakkan dan menjamin kepastian hukum serta mewajibkan

Universitas Sumatera Utara

47

kepada setiap warga negara Indonesia agar taat dan patuh pada
hukum dalam penyelenggaraan pengangkutan.
6) Asas keselamatan penumpang
Asas ini mengandung makna bahwa pengangkutan penumpang
harus disertai dengan asuransi kecelakaan dan/atau asuransi
kerugian lainnya.
2. Asas Hukum Perdata
Semua undang-undang yang mengatur tentang pengangkutan di Indonesia
juga berlandaskan asas-asas hukum perdata. Asas hukum perdata adalah
landasan undang-undang yang lebih mengutamakan kepentingan pihakpihak yang berkepentingan dalam pengangkutan.
1) Asas perjanjian
Asas ini mengandung makna bahwa setiap pengangkutan
diadakan

dengan

perjanjian

antara

pihak

perusahaan

pengangkutan dengan penumpang atau pemilik barang.
2) Asas koordinatif
Asas ini mengandung makna bahwa pihak-pihak dalam
pengangkutan mempunyai kedudukan setara atau sejajar, tidak
ada pihak yang mengatasi atau membawahi yang lain.
3) Asas campuran
Asas ini mengandung makna bahwa pengangkutan merupakan
campuran dari tiga jenis perjanjian, yaitu pemberian kuasa,
penyimpanan

barang,

dan

melakukan

pekerjaan

dari

penumpang atau pemilik barang.

Universitas Sumatera Utara

48

4) Asas retensi
Asas ini mengandung makna bahwa pengangkut tidak
menggunakan hak rentensi (hak menahan barang). Pengangkut
hanya berkewajiban menyimpan barang atas biaya pemiliknya.
5) Asas pembuktian dengan dokumen
Berarti bahwa setiap pengangkutan selalu dibuktikan dengan
dokumen pengangkutan. Tidak ada dokumen pengangkutan
berarti tidak ada perjanjian pengangkutan.
Kereta api sebagai salah satu moda transportasi memiliki
karakteristik

dan

keunggulan

khusus,

terutama

dalam

kemampuannya untuk mengangkut baik orang maupun barang
secara massal, menghemat energi, mempunyai keamanan yang
tinggi, serta lebih efisien waktu dibandingkan dengan moda
transportasi jalan untuk angkutan jarak jauh dan yang padat
lalu lintasnya.
Kemudian daripada itu penyelenggaraan sistem transportasi nasional yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari perkeretaapian didasarkan kepada asas–
asas yang terdapat pada Pasal 2 UUKA, sebagai berikut :
a. Asas manfaat
Adalah bahwa perkertaapian harus dapat memberikan manfaat
yang

sebesar–besarnya

bagi

kemanusiaan,

peningkatan

kemakmuran rakyat, kesejahteraan rakyat, dan pengembangan
kehidupan yang berkesinambungan bagi warga negara.

Universitas Sumatera Utara

49

b. Asas keadilan
Adalah bahwa perkeretaapian harus dapat memberi pelayanan
kepada segenap lapisan masyarakat dengan biaya yang
terjangkau

serta

memberi

kesempatan

berusaha

dan

perlindungan yang sama kepada semua pihak yang terlibat
dalam perkeretaapian.
c. Asas keseimbangan
Adalah bahwa perkeretaapian harus diselenggarakan atas dasar
keseimbangan antara sarana dan prasarana, kepentingan
pengguna jasa dan penyelenggara, kebutuhan dan ketersediaan,
kepentingan

individu

dan

antarwilayah,

serta

antara

masyarakat,

antardaerah dan

kepentingan

nasional

dan

internasional.
d. Asas kepentingan umum
Adalah bahwa perkeretaapian harus lebih mengutamakan
kepentingan

masyarakat

perseorangan

atau

luas

kelompok

daripada
dengan

kepentingan
memperhatikan

keselamatan, keamanan, kenyamanan, dan ketertiban.
e. Asas keterpaduan
Adalah bahwa perkeretaapian harus merupakan satu kesatuan
sistem dan perencanaan yang utuh, terpadu, dan terintegrasi
serta

saling

menunjang,

baik

antarhierarki

tatanan

perkeretaapian, intarmoda maupun antarmoda transportasi
f. Asas kemandirian

Universitas Sumatera Utara

50

Adalah

bahwa

penyelenggaraan

perkeretaapian

harus

berlandaskan kepercayaan diri, kemampuan dan potensi dalam
negeri, serta sumber daya manusia dengan daya inovasi dan
kreativitas yang bersendi pada kedaulatan, martabat, dan
kepribadian bangsa.
g. Asas transparansi
Adalah bahwa penyelenggaraan perkeretaapian harus memberi
ruang kepada masyarakat luas untuk memperoleh informasi
yang benar, jelas, dan jujur sehingga masyarakat mempunyai
kesempatan berpartisipasi bagi kemajuan perkeretaapian.
h. Asas akuntabilitas
Adalah bahwa perkeretaapian harus didasarkan pada kinerja
yang terukur, dapat evaluasi, dan dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat.
i.

Asas berkelanjutan
Adalah bahwa penyelenggaraan perkeretaapian harus dilakukan
secara berkesinambungan, berkembang, dan meningkat dengan
mengikuti kemajuan teknologi dan menjaga kelestarian
lingkungan

untuk

menjamin

terpenuhinya

kebutuhan

masyarakat.
Berdasarkan asas-asas yang ada dalam hukum pengangkutan, maka ada
hubungan timbal balik antara pengangkut dan pengirim, yaitu hubungan hak dan
kewajiban. Dan sebagai pihak perantara sampainya barang kepada penerima,
maka pengangkut memiliki tanggung jawab tertentu terhadap sesuatu (barang atau

Universitas Sumatera Utara

51

orang) yang dipercayakan kepadanya oleh pengirim untuk disampaikan kepada
penerima dan pengangkut juga memiliki tanggung jawab terhadap penumpang
sampai ditempat tujuan yang telah disepakati dengan selamat.
Penegak hukum merupakan salah satu usaha untuk mencapai atau
menciptakan tata tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat baik itu
merupakan usaha pencegahan maupun pemberantasan atau penindakan setelah
terjadinya pelanggaran hukum, dengan perkataan lain baik secara preventif
maupun represif. Oleh karena itu untuk melaksanakan penegakan hukum tersebut
dibutuhkan perlindungan hukum bagi penumpang ataupun konsumen.
Perlindungan hukum adalah suatu hal yang wajib diberikan oleh aparat
penegak hukum bagi masyarakat. Perlindungan hukum ini merupakan sarana
untuk melindungi hak seseorang ketika hak tersebut terabaikan yang nantinya
akan memberikan keadilan bagi masing-masing pihak. Perlindungan hukum ini
juga menjadi hal yang sangat dibutuhkan agar terjalin hubungan yang sepadan dan
adil antara pihak penyelenggara pengangkutan dengan pihak pengguna jasa
pengangkutan.
Secara umum perlindungan hukum untuk pengguna jasa transportasi
kereta api atau sering disebut sebagai penumpang pada dasarnya diatur dalam
ketentuan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2007. Selain daripada itu UndangUndang Nomor 8 Tahun 1999 juga dapat berkaitan dengan perlindungan hukum
terhadap penumpang, hal ini dikarenakan bahwa penumpang juga dapat dikatakan
sebagai konsumen. Dimana penumpang juga dapat disebut sebagai konsumen.

Universitas Sumatera Utara

52

Pengangkutan merupakan bidang yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat yang membantu perkembangan pembangunan nasional. Pengangkutan
mempunyai peran dalam memperlancar arus barang dan lalu lintas orang yang
timbul

sejalan

dengan

perkembangan

masyarakat

sehingga

menjadikan

pengangkutan sebagai suatu kebutuhan bagi masyarakat. Dengan adanya angkutan
kereta api memudahkan masyarakat melakukan segala kegiatan perjalanannya
dengan waktu yang efisien.
Dalam pengangkutan, penumpang adalah orang yang berada di dalam
suatu alat pengangkut. Penumpang dalam pengangkutan kereta api adalah setiap
orang atau badan hukum yang menggunakan jasa pengangkutan kereta api, baik
pengangkutan orang maupun barang. Penumpang tersebut mengikatkan dirinya
ketika ia telah membayar tiket atau ongkos pengangkutan yang akan
mengangkutnya dari tempat semula sampai turun di tempat tujuan dengan
keadaan selamat. Tiket yang dibayarkan oleh penumpang tersebut menjadi syarat
dalam perjanjian pengangkutan, namun bukan berarti menjadi syarat mutlak sebab
tidak adanya tiket penumpang berarti tidak ada perjanjian pengangkutan.
Maka penumpang angkutan kereta api yang telah melakukan pembayaran
tarif dan memiliki tiket telah mendapat jaminan hukum atas keselamatannya jika
kalau pengangkut tidak dapat melakukan kewajibannya dalam pengangkutan,
yakni mengangkut penumpang dari tempat semula ke tempat tujuan yang
diperjanjikan.
Penyelenggara pengangkutan memberikan perlindungan hukum bagi
penumpang ketika penumpang sudah membayar tarif dan memiliki tiket sebagai

Universitas Sumatera Utara

53

tanda bukti perjanjian pengangkutan, sehingga ketika hak penumpang terabaikan
atau terjadi hal-hal yang merugikan penumpang, penumpang mempunyai jaminan
berupa perlindungan hukum yang diberikan oleh pihak pengangkut. Ketika
penumpang telah membayar ongkos atau tarif pengangkutan maka penumpang
berhak mendapatkan hak difasilitasi atau dilayani oleh pihak pengangkut.
Perlindungan hukum terhadap penumpang tidak ada secara tegas
disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian.
Hanya diatur tentang hak-hak yang harus diterima penumpang saja. Namun
bentuk perlindungan yang diberikan Undang-Undang ini terhadap penumpang
yakni melalui asuransi dan ganti kerugian terhadap penumpang yang mengalami
kerugian terhadap fisik maupun barang atau harta benda.
Asas-asas diselenggarakannya perlindungan terhadap penumpang tidak
jauh berbeda dengan asas perlindungan konsumen, hal ini dikarenakan
penumpang juga dikatakan sebagai konsumen pengguna jasa suatu alat angkut.
Sedangkan berdasarkan 5 (lima) asas yang relevan dalam pembangunan
nasional sesuai dengan apa yang tercantum dalam penjelasan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 44
Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 menyebutkan
bahwa Perlindungan Konsumen penumpang diselenggarakan sebagai usaha
bersama berdasarkan 5 asas tersebut, yaitu :

44

Rachmadi Usman, Hukum Ekonomi Dalam Dinamika, Penerbit Djambatan, Jakarta,
2000, Hal.212

Universitas Sumatera Utara

54

1. Asas Manfaat, yaitu bahwa segala upaya untuk menyelenggarakan
perlindungan penumpang harus memberikan manfaat sebesarbesarnya

bagi

kepentingan

penumpang

dan

pelaku

usaha/pengangkut secara keseluruhan.
2. Asas Keadilan, yaitu bahwa dalam penyelenggaraan pengangkutan
pihak pengangkut dan pihak penumpang mempunyai hak dan
kewajiban, sehingga diharapkan kedua belah pihak ini dapat
memperoleh hak dan kewajiban yang berimbang.
3. Asas Keseimbangan, yang dimaksud dengan asas ini ialah bahwa
kedudukan pihak pengangkut dengan pihak penumpang adalah
sama tinggi sama rendahnya. Tidak ada pihak yang lebih tinggi
kedudukannya dibandingkan dengan pihak lainnya, sehingga
terwujud perlindungan yang lebih berimbang tidak ada yang lebih
dilindungi.
4. Asas

Keamanan

dan

keselamatan

penumpang,

bahwa

perlindungan penumpang memberikan keamanan dan keselamatan
penumpang

saat

penumpang

mengalami

kerugian

ketika

pengangkutan sedang berlangsung,
5. Asas Kepastian hukum, bahwa pihak pengangkut dan pihak
penumpang menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam
penyelenggaraan perlindungan terhadap hukum, sehingga negara
menjami kepastian hukum bagi kedua belah pihak.

Universitas Sumatera Utara

55

Perlindungan terhadap penumpang bukan hanya harus berdasarkan pada
beberapa asas di atas, namun juga harus diketahui apa yang menjadi tujuan
adanya perlindungan terhadap penumpang tersebut.
Tujuan perlindungan terhadap penumpang yang juga dapat memberikan
manfaat bagi penumpang tersebut antara lain, sebagai berikut:
1. Meningkatkan

kesadaran,

kemampuan

dan

kemandirian

penumpang untuk melindungi diri;
2. Meningkatkan

pemberdayaan

penumpang

dalam

memilih,

menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai penumpang;
3. Menumbuhkan kesadaran terhadap penyelenggara pengangkutan
mengenai pentingnya perlindungan penumpang sehingga tumbuh
sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
pengangkutan;
4. Mengangkat

harkat

dan

martabat

penumpang

dengan

menghindarkannya dari ekses negatif pengguna barang dan/atau
jasa;
5. Menciptakan sistem perlindungan terhadap penumpang yang
mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi
serta akses untuk mendapatkan informasi.

Dengan demikian adanya perlindungan hukum sebagai upaya penegakan
hukum bagi masyarakat khususnya penumpang yang tujuannya memberikan

Universitas Sumatera Utara

56

kepastikan hukum bagi hak dan kewajiban mereka. Perlindungan hak penumpang
timbul karena penumpang memiliki atau membeli tiket perjalanan kereta api.
C. Aspek-aspek Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Dalam
Kegiatan Transportasi Kereta Api
Perlindungan hukum merupakan salah satu upaya hukum yang diberikan
pihak pengangkut untuk mengantisipasi apabila terjadi kerugian terhadap
penumpang selama proses pengangkutan berlangsung.
Penumpang dapat diartikan seseorang (individu) dan satu perusahaan
(kelompok) yang menggunakan jasa angkutan untuk suatu perjalanan tertentu
dengan menggeluarkan sejumlah uang sebagai imbalan bagi pengangkut.
Perlindungan terhadap penumpang dapat dilihat dari beberapa sisi, antara
lain sebagai berikut:
1. Perlindungan hukum terhadap barang angkutan berupa benda,
dimana apabila terjadi kerugian terhadap barang tersebut
perlindungan hukumnya adalah ganti kerugian atas kerusakan
yang disebabkan oleh pihak pengangkut berupa pengembalian
uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau
setara nilainya.
2. Perlindungan hukum terhadap fisik yaitu penumpang itu sendiri,
dimana kerugian yang ditimbulkan oleh pihak pengangkut maka
perlindungan hukum yang didapatkan penumpang adalah berupa
perawatan kesehatan, asuransi serta pemberian santunan yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Universitas Sumatera Utara

57

Aspek atau hal-hal yang perlu dilindungi dalam transportasi kereta api
sama halnya juga dengan aspek atau hal-hal yang dilindungi dalam alat
transportasi lainnya. Dimana perlindungan hukum yang diberikan kepada
penumpang harus memperhatikan aspek-aspek yang harus dilindungi.
Adapun aspek-aspek perlindungan hukum bagi penumpang adalah sebagai
berikut :
1. Aspek keselamatan
Aspek keselamatan menjadi aspek yang utama yang harus
dijamin

oleh

pihak

penyelenggara

angkutan

atau

penyelenggara transportasi kereta api. Pihak penumpang
berhak untuk mendapatkan jaminan keselamatan dalam sebuah
penyelenggaran

angkutan.

Aspek

keselamatan

tersebut

berkaitan dengan keadaan fisik kereta api tersebut serta
pemeliharaannya sehingga terpenuhilah suatu persyaratan bagi
kereta api tersebut agar dapat dijalankan atau dioperasikan.
Selain daripada itu aspek keselamatan ini juga berkaitan
dengan sumber daya manusianya yang terlibat dalam proses
penyelenggaraan angkutan tersebut.
Dengan adanya keselamatan dalam suatu perjalanan maka
terpenuhilah tujuan penyelenggaraan kereta api yang selamat,
aman, nyaman, tertib, cepat dan lancar, tertib dan teratur (Pasal
3 UUKA).
2. Aspek keamanan

Universitas Sumatera Utara

58

Keamanan dalam suatu perjalanan adalah suatu keadaan yang
memberikan perlindungan atau jaminan kepada penumpang
dari tindakan-tindakan yang dapat merugikan penumpang
maupun pihak penyelenggara. Keamanan dalam suatu
perjalanan tersebut maksudnya adalah aman dari berbagai jenis
gangguan, baik gangguan dari luar maupun dari dalam atau
bahkan baik pengguna teknis maupun non teknis. Dalam
mewujudkan aspek keamanan ini, pihak angkutan kereta api
wajib menjamin keamanan setiap penumpangnya selama
perjalanan kereta berlangsung.
3. Aspek pelayanan
Aspek pelayanan ini sebagai indikator bagi calon penumpang
yang akan menggunakan angkutan kereta api. Dimana
pelayanan ini memberikan dampak positif bagi pihak
pengangkut. Ketika seorang penumpang telah membayar tiket
angkutan maka ia berhak mendapatkan pelayanan yang sesuai
dari pihak pengangkut. Maka dari itu pihak pengangkut harus
mengatur dengan baik masalah pembelian tiket hingga
penentuan tempat duduk agar tidak ada dua penumpang duduk
dalam satu tempat duduk atau agar displin tidak terjadi
perebutan tempat duduk.
4. Aspek penentuan tarif atau ongkos
Tarif merupakan hal yang sangat penting juga bagi calon
penumpang. Dimana tarif ini juga sebagai indikator untuk

Universitas Sumatera Utara

59

dijadikan pilihal oleh penumpang. Besarnya tarif biasanya
sesuai dengan tingkat pelayanan atau fasilitas yang akan
diterima oleh penumpang. Angkutan kereta api railink
merupakan angkutan kereta api yang menetapkan tarif yang
relatif tinggi/mahal tetapi sesuai dengan fasilitas yang
diberikan oleh pihak pengangkut. Hal ini dikarenakan
penumpang kereta api railink sebagian besar adalah golongan
menengah keatas.
5. Aspek perjanjian pengangkutan
Salah satu unsur terpenting dalam rangka memberikan
perlindungan penumpang transportasi kereta api adalah
menyangkut aspek perjanjian pengangkutan. Dalam proses
pengangkutan, pihak pengangkut memberikan tiket kepada
penumpang sebagai tanda bukti bahwa terjadi suatu perjanjian
antara kedua belah pihak, dimana tiket yang diberikan pihak
pengangkut dalam bentuk yang telah baku atau yang dikenal
dengan perjanjian standard. Oleh karena tiket sebagai tanda
bukti adanya suatu perjanjian maka haruslah ada jaminan
bahwa adanya keseimbangan hak dan kewajiban diantara para
pihak, baik pengangkut maupun penumpang.
6. Aspek perlindungan melalui asuransi
Pengangkutan melalui transportasi kereta api biasanya
mengasuransikan diri mereka terhadap resiko-resiko yang
mungkin akan timbul dalam penyelenggaraan kegiatan

Universitas Sumatera Utara

60

perjalanan kereta api, salah satunya mengasuransikan resiko
tanggung jawab terhadap penumpang. Di Indonesia dikenal
adanya asuransi wajib jasa raharja dimana asuransi ini yang
membayar adalah penumpang itu sendiri melalui tiket yang
dibayarkannya

kepada

pihak

pengangkut

dan

pihak

pengangkut hanyalah bertindak sebagai pihak pemungut saja.
7. Aspek pengajuan klaim
Kecelakaan tidak dapat dihindari dan dapat terjadi dalam suatu
penyelenggaraan pengangkutan atau kegiatan perjalanan yang
menimbulkan kerugian bagi penumpang. Oleh karena itu
diperlukan perlindungan bagi penumpang, yaitu adanya
prosedur pengajuan klaim yang mudah, cepat dan memuaskan.
Maka dengan demikian penumpang atau ahli warisnya yang
sudah jelas haknya tidak susah payah dan membayar biaya
yang cukup mahal untuk mengajukan klaim. Biasanya
penyelesaian

yang

digunakan

dalam

hal

ini

adalah

penyelesaian sengketa diluar pengadilan karena dianggap lebih
mudah dan tidak memerlukan waktu lama.
Dengan adanya aspek-aspek perlindungan hukum bagi penumpang
transportasi kereta api untuk melindungi hak dan kewajiban sebagai penumpang
dalam suatu alat pengangkutan. Serta adanya karcis atau tiket penumpang menjadi
bukti bahwa penumpang tersebut menjadi tanggung jawab oleh penyelenggara
pengangkutan. Dari hal tersebutlah penumpang memiliki hak untuk mendapatkan
perlindungan

hukum

selama

perjalanan

kereta

api

berlangsung.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENUMPANG
KERETA API PENGGUNA ANTARAMODA TRANSPORTASI UDARA

A.Tanggung Jawab PT.Railink Terhadap Penumpang Kereta Api
Dalam hukum pengangkutan, dikenal adanya prinsip-prinsip tanggung
jawab di bidang angkutan. Prinsip-prinsip tanggung jawab ini berkaitan dengan
tanggung jawab pengangkut untuk membayar ganti kerugian kepada pengguna
jasa atau penumpang. Prinsip-prinsip tersebut antara lain, yaitu: 45
1. Prinsip tanggung jawab berdasarkan atas kesalahan (fault liability)
Prinsip tanggung jawab berdasarkan kesalahan ini diatur dalam Pasal 1365
KUHPerdata yang mengatur ketentuan tentang perbuatan melawan hukum.
Prinsip tanggung jawab atas kesalahan ini merupakan tanggung jawab
yang harus dibuktikan oleh pihak yang menuntut ganti kerugian dalam ini
adalah penumpang bahwa benar tanggung jawab yang harus dilaksanakan
pihak pengangkut tersebut sebagai akibat dari kelalaian atau ketidak hatihatian pihak pengangkut.
Setiap pengangkut yang melakukan kesalahan dalam penyelenggaran
pengangkutan harus bertanggung jawab membayar segala kerugian yang
timbul akibat kesalahan itu.

45

Siti Nurbaiti, Op.Cit, hal.25

61
Universitas Sumatera Utara

62

Pada pengangkutan kereta api, penyelenggara sarana perkeretaapian
bertanggung

jawab

terhadap

penumpang

yang

mengalami

yang

disebabkan oleh pengoperasian pengangkutan kereta api.
2. Tanggung jawab karena praduga (presumption liability)
Menurut prinsip ini, pengangkut dianggap selalu bertanggung jawab atas
setiap kerugian yang timbul dari pengangkutan yang diselenggarakannya.
Akan tetapi, jika pengangkut dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah,
maka ia dibebaskan dari tanggung jawab membayar ganti kerugian. Yang
dimaksud dengan “tidak bersalah” adalah tidak melakukan kelalaian, telah
berupaya melakukan tindakan yang perlu untuk menghindari kerugian,
atau peristiwa yang menimbulkan kerugian itu tidak mungkin dihindari.
Beban pembuktian ada pada pihak pengangkut, bukan pada pihak yang
dirugikan. Pihak yang dirugikan cukup menunjukkan adanya kerugian
yang diderita dalam pengangkutan yang diselenggarakan oleh pengangkut.
Bahwa KUHD menganut prinsip tanggung jawab karena praduga. Dalam
Pasal 468 ayat (2) KUHD yang menentukan bahwa “ apabila barang yang
diangkut tidak diserahkan sebagian atau seluruhnya atau rusak,
pengangkut bertanggung jawab mengganti kerugian kepada pengirim,
kecuali jika ia dapat membuktikan bahwa tidak diserahkan sebagian atau
seluruh atau rusaknya barang itu Karena peristiwa yang tidak dapat
dicegah atau tidak dapat dihindarinya, akibat sifatnya, keadaanya atau
suatu cacat barangnya sendiri atau akibat kesalahan pengirim”.

Universitas Sumatera Utara

63

3. Tanggung jawab mutlak (absolute liability)
Menurut prinsip ini, pengangkut harus bertanggung jawab atas setiap
kerugian yang timbul dalam pengangkutan yang diselenggarakannya tanpa
keharusan pembuktian ada tidaknya kesalahan pengangkut. Prinsip ini
tidak mengenal beban pembuktian, unsur kesalahan tidak perlu
dipersoalkan. Pengangkut tidak mungkin bebas dari tanggung jawab
dengan alasan apapun yang menimbulkan kerugian itu. Prinsip ini dapat
dirumuskan bahwa, pengangkut bertanggung jawab atas setiap kerugian
yang

timbul

karena

peristiwa

apapun

dalam

penyelenggaraan

pengangkutan ini.
Dengan demikian, bahwa dalam hukum pengangkutan Indonesia prinsip
tanggung jawab karena kesalahan dan karena praduga kedua-duanya dianut.
Tetapi prinsip tanggung jawab karena kesalahan adalah asas, sedangkan prinsip
tanggung jawab karena praduga adalah pengecualian. Artinya pengangkut
bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul dalam penyelenggaraan
pengangkutan, tetapi jika pengangkut berhasil membuktikan bahwa ia tidak
bersalah, maka ia dibebaskan dari tanggung jawab.
Sedangkan prinsip tanggung jawab mutlak ternyata tidak diatur dalam
perundang-undangan mengenai pengangkutan. Hal ini tidak diatur mungkin
karena alasan bahwa pengangkut yang berusaha dibidang jasa angkutan tidak
perlu dibebani dengan resiko yang terlalu berat. Namun tidak berarti bahwa pihakpihak tidak boleh menggunakan prinsip ini dalam perjanjian pengangkutan. Pihak
–pihak boleh saja mempergunakan prinsip ini untuk kepentingan praktis
penyelesaian tanggung jawab, berdasarkan asas kebebasan berkontrak. Jika

Universitas Sumatera Utara

64

prinsip ini digunakan maka di dalam perjanjian pengangkutan harus dinyatakan
dengan tegas, misalnya di dokumen pengangkutan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 157 dan 158 UUKA bahwa penyelenggara
kereta api wajib mengasuransikan tanggung jawabnya terhadap pengguna jasa
(penumpang) yang mengalami kerugian, luka-luka, atau meninggal dunia yang
disebabkan oleh pengoperasian pengangkutan kereta api.
Penyelenggara pengangkutan, dalam hal ini pihak PT.Railink haruslah
bertanggung jawab atas penumpang dan/atau barang yang diangkutnya ke tempat
tujuan. Dalam pengangkutan penumpang haruslah berdasarkan perjanjian
pengangkutan yang telah mereka sepakati sebelumnya yaitu dengan penumpang
yang membeli tiket perjalanan. PT. Railink sebagai pihak pengangkut
bertanggung jawab atas kerugian yang dialami penumpang pada saat proses
pengoperasian kereta api atau pada saat perjalanan kereta api sedang berlangsung.
Dalam pengangkutan yang diselenggarakan oleh PT. Railink tidak hanya
tanggung jawab berupa asuransi terhadap penumpang saja yang diberikan. Namun
PT. Railink yang selanjutnya disebut sebagai pihak pengangkut juga mempunyai
tanggung jawab antara lain, sebagai berikut :
1. Pengangkut

kereta

api,

berdasarkan

perjanjian

pengangkutan

bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh penumpang
dalam jangka waktu pengangkutan.
2. Gangguan teknis, terlambat berangkat atau terlambat datang tidak
menimbulkan hak menuntut ganti kerugian.

Universitas Sumatera Utara

65

3. Penumpang yang terlambat masuk kereta api, tidak mempunyai hak
untuk mendapat ganti harga karcis.
4. Penumpang tidak berhak untuk mendapat kembali harga karcis bila dia
salah masuk kereta api yang lain.
Tanggung

jawab

hukum

PT.

Railink

sebagai

penyelenggara

perkeretaapian, dibagi menjadi dua yaitu tanggung jawab penyelenggara prasarana
perkeretaapian dan penyelenggara sarana perkeretaapian.
Dalam Pasal 87 UUKA, tanggung jawab penyelenggara prasarana
perkeretaapian menyatakan bahwa :
1. Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian bertanggung jawab kepada
penyelenggara sarana perkeretaapian dan pihak ketiga atas kerugian
sebagai akibat kecelakaan yang disebabkan kesalahan pengoperasian
prasarana perkeretaapian
2.

Tanggung jawab penyelenggara prasarana perkeretaapian kepada
penyelenggara sarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berdasarkan perjanjian kerja sama penyelenggara prasarana
perkeretaapian dan penyelenggara sarana perkeretaapian

3.

Penyelenggara prasarana perkeretaapian bertanggung jawab kepada
pihak ketiga atas kerugian harta benda, luka-luka, atau meninggal
dunia

yang

disebabkan

oleh

penyelenggaraan

prasarana

perkeretaapian
4.

Penyelenggara prasarana perkeretaapian bertanggung jawab kepada
pihak ketiga atas kerugian harta benda, luka-luka, atau meninggal

Universitas Sumatera Utara

66

dunia

yang

disebabkan

oleh

penyelenggaaran

prasarana

perkeretaapian
5.

Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
berdasarkan kerugian yang nyata dialami

Tanggung

jawab

penyelenggara

sarana

perkeretaapian

terhadap

penumpang diatur dalam Pasal 157 UUKA yang menyatakan :
1.

Penyelenggara sarana perkeretaapian bertanggung jawab terhadap
pengguna jasa yang mengalami kerugian, luka-luka, atau meninggal
dunia yang disebabkan oleh pengoperasian angkutan kereta api

2.

Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai sejak
pengguna jasa diangkut dari stasiun asal sampai dengan stasiun
tujuan yang disepakati

3.

Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
berdasarkan kerugian yang nyata dialami

4.

Penyelenggara sarana perkeretaapian tidak bertanggung jawab atas
kerugian, luka-luka, atau meninggalnya penumpang yang tidak
disebabkan oleh pengoperasian angkutan kereta api.

Dalam keadaan tertentu, PT. Railink dapat dibebaskan dari tanggung
jawab penyelenggaraan pengangkutan, yaitu dalam hal pengangkutan itu terhalang
karena force majeur. Force majeur dimaksudkan bahwa meskipun pengangkut
telah menjalankan segala usaha yang sepatutnya dapat diharapkan daripadanya
untuk mencegah atau menghindari kerugian, tetapi kerugian itu tetap terjadi. 46

46

Sution Usman Adji,Op Cit, hal.164-165

Universitas Sumatera Utara

67

Penyelenggara prasarana perkeretaapian tidak bertanggung jawab terhadap
kerugian yang diderita oleh penyelenggara sarana perkeretaapian dan/atau pihak
ketiga yang disebabkan oleh pengoperasian prasarana perkeretaapian apabila
pihak yang berwenang menyatakan bahwa kerugian bukan disebabkan kesalahan
pengoperasian prasarana perkeretaapian dan/atau terjadi keadaan memaksa diatur
dalam Pasal 88 UUKA.
Pasal 166 dan 167 UUKA menyatakan bahwa mewajibkan penyelenggara
prasarana dan sarana perkeretaapian mengasuransikan tanggung jawabnya
terhadap pengguna jasa. Besarnya nilai pertanggungan harus sama dengan nilai
ganti kerugian yang diberikan kepada pengguna jasa yang menderita kerugian
akibat pengoperasian kereta api.
Penyelenggara sarana perkeretaapian yang tidak

mengasuransikan

tanggung jawabnya dikenai sanksi administratif berupa pembekuan izin operasi
atau pencabutan izin operasi.
Penyelenggara sarana perkeretaapian wajib mengasuransikan sarana
perkeretaapian dan awak sarana perkeretaapian juga kerugian yang diderita oleh
pihak ketiga sebagai akibat pengoperasian angkutan kereta api.
Penyelenggara prasarana dan sarana perkeretaapian berhak menuntut ganti
kerugian kepada pihak yang menimbulkan kerugian terhadap prasarana
perkeretaapian, sarana perkeretaapian dan orang yang dipekerjakan.
Pihak pengangkut yaitu PT. Railink memberikan tanggung jawab atas
kerugian yang dialami penumpang karena sudah menjadi kewajiban PT. Railink
sebagai pihak pengangkut untuk bertanggung jawab. Namun harus diperhatikan

Universitas Sumatera Utara

68

juga penyebab atau faktor kesalahannya. Kerugian yang dialami oleh penumpang
haruslah karena kesalahan pihak pengangkut dan kesalahan itu terjadi selama
perjalanan kereta api atau dalam proses pengoperasian pengangkutan.
Penumpang juga harus mampu memperlihatkan tiketnya kepada pihak
pengangkut sebagai bukti bahwa ia benar sebagai penumpang kereta api railink
yang berhak mendapatkan perlindungan hukum. Apabila kerugian yang dialami
oleh penumpang tidak disebabkan dari pihak pengangkut, maka PT. Railink tidak
harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
Pengangkut dapat menentukan dalam perjanjian bahwa pengangkut tidak
bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan barang bawaan penumpang,
kecuali terbukti bahwa kerusakan atau kehilangan barang bawaan penumpang
tersebut disebabkan oleh kesalahan pengangkut atau kelalaian karyawannya.
Pihak pengangkut bertanggung jawab sepenuhnya atas keselamatan penumpang,
yaitu sejak penumpang berada di atas kereta api dari suatu stasiun asal ke stasiun
tujuan.
Dalam proses penyelenggaraan pengangkutan tidak sepenuhnya dapat
berjalan lancar. Angkutan kereta api yang memberikan beberapa keistimewaan
juga memiliki hambatan-hambatan dalam penyelenggarannya. Hambatan tersebut
berupa kesulitan–kesulitan yang dialami oleh pihak penyelenggara angkutan
dalam

melaksanakan

pengangkutan.

Kesulitan

atau

hambatan

tersebut

mengakibatkan pengangkutan berjalan lambat, lama atau bahkan terhenti sama
sekali untuk sementara waktu.

Universitas Sumatera Utara

69

Hambatan atau kesulitan yang dialami dalam proses pengangkutan dapat
berasal dari dalam maupun luar. Hambatan dari dalam antara lain sebagai berikut:
1. Kepadatan arus lalu lintas kereta api sehingga perlu menunggu berlintasan
dengan kereta api.
2. Kerusakan rel kereta api di tempat tertentu.
3. Tabrakan dengan kendaraan umum pada lintasan rel dan jalan raya yang
tidak ada palangnya.
Tidak hanya itu, kerusakan alat pengangkut sebagai akibat tidak dirawat
secara rutin juga dapat menjadi hambatan pengangkutan yang menyebabkan
perjalanan menjadi tertunda atau bahkan berhenti di tengah perjalanan.
Sedangkan hambatan yang berasal dari luar berupa bencana alam seperti
gempa bumi, tanah longsor dan sebagainya. Selain itu adanya pelemparan oleh
masyarakat saat kereta api sedang berjalan juga merupakan hambatan proses
penyelenggaraan kereta api.
Bahwa PT. Railink juga bertanggung jawab atas kerterlambatan waktu
keberangkatan kereta api bandara yang disebabkan memang karena kesalahan
pihak pengangkut. Hal ini kadang memang tidak dapat dihindari apabila ada
terjadi keterlambatan kereta walaupun pihak pengangkut sudah dengan baik
menyusun jadwal keberangkatan kereta api bandara maupun adanya faktor–faktor
lainnya. Keterlambatan keberangkatan kereta api bandara tentu memberikan
dampak yang besar karena penumpang kereta api bandara yang sebagian besar
memilih jadwalnya sesuai dengan jadwal keberangkatan pesawat.

Universitas Sumatera Utara

70

Resiko dalam proses pengoperasian pengangkutan dapat terjadi kapan
saja. Persoalan yang sering terjadi adalah siapakah yang bertanggung jawab atas
segala resiko dan kerugian yang disebabkan karena keadaan memaksaa. Ketika
kerugian atau resiko terjadi karena keadaan memaksa atau sering terjadi karena
bencana alam, maka yang bertanggung jawab tetaplah pihak pengangkut.
Jaminan atas keselamatan penumpang ditutup asuransinya oleh pihak
pengangkut kepada perusahaan asuransi kerugian dengan membayar premi yang
penumpang ia bayarkan melalui pembelian tiket. Premi tersebut dipungut dari
penumpang, premi tersebut ditambahkan dengan harga karcis.
PT. Railink

sebagai pihak

pengangkut

bertanggung

jawab atas

keselamatan penumpang, yaitu sejak penumpang berada di atas kereta api dari
suatu stasiun asal ke stasiun tujuan. Serta terhadap penumpang yang mengalami
kertelambatan kereta karena tidak sesuainya jadwal keberangkatan, tentunya
penumpang tersebut haruslah memenuhi syarat dan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh pihak pengangkut.
B. Ketentuan Hukum Mengenai Pemberian Ganti Rugi Bagi Penumpang
Kereta Api
Hukum sebagai seperangkat aturan yang berfungsi sebagai alat untuk
mengidentifikasi dan menyesuaikan berbagai kepentingan masyarakat yang saling
bersinggungan dengan mengupayakan timbulnya benturan dan kerugian yang
seminimal mungkin. 47 Dengan kata lain hukum sebagai alat penyelesaian berbagai
permasalahan dalam masyarakat, artinya eksistensi Undang–Undang diharapkan
47

Sofian parerungan, tanggung jawab pelaku usaha terhadap produk cacat, artikel hakim
pengadilan negeri bangil, bangil: pengadilan negeri bangil,2014, hal.2

Universitas Sumatera Utara

71

tidak hanya melindungi masyarakat umum sebagai penumpang tetapi juga sebagai
alat untuk meminimalisir terjadinya kerugian akibat terjadinya benturan antara
pihak pengangkut dan penumpang sebagai akibat dari adanya kelalaian pihak
pengangkut.
Wujud tanggung jawab pihak pengangkut adalah ganti rugi, dimana
ketentuan tanggung jawab pengangkut inilah yang dapat dijadikan sebagai
instrumen melindungi hak konsumen atau penumpang kereta api bandara.
Perlindungan hukum merupakan sarana untuk melindungi hak seseorang
ketika hak tersebut terabaikan yang nantinya akan memberikan keadilan bagi
masing-masing pihak. Maka dari itu tidaklah hak tersebut dapat terpenuhi tanpa
adanya kewajiban terlebih dahulu.
Hak dan Kewajiban Konsumen tersebut antara lain:
1. Hak Konsumen
a. Hak

atas

kenyamanan,

keamanan,

dan

keselamatan

dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai
tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
c. Hak untuk mendapatkan informasi yang benar, jelas, dan jujut
mengenai kondisi barang atau penggunaan jasa;
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakan;
e. Hak

untuk

mendapatkan

advokasi,

perlindungan,

dan

upaya

penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

Universitas Sumatera Utara

72

f. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
g. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan
perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
2. Kewajiban konsumen :
a. Membaca

atau

mengikuti

petunjuk

informasi

dan

prosedur

pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;
b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau
jasa;
c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
d. Mengikuti

upaya

penyelesaian

hukum

sengketa

perlindungan

konsumen secara patut.
Secara umum prinsip tanggung jawab dalam hukum terkait dengan
tuntutan ganti rugi yang dialami konsumen atau penumpang sebagai akibat adanya
kelalaian pihak pengangkut yang didasarkan pada tuntutan ganti kerugian
berdasarkan tidak terpenuhinya prestasi yang seharusnya dipenuhi oleh pihak
pengangkut dan tuntutan ganti kerugian berdasarkan kesalahan dari pihak
penumpang. Sehingga apabila kesalahan pihak penumpang yang dirugikan tidak
dapat membuktikan kesalahan dari pihak pengangkut maka tidak dapat menuntut
ganti kerugian dengan alasan tidak terpenuhinya prestasi.
Ketentuan hukum mengenai ganti kerugian karena kelalaian pihak
pengangkut, penumpang sebagai pengguna jasa angkutan sebagai pihak yang

Universitas Sumatera Utara

73

dirugikan berhak menuntut haknya dan pihak pengangkut wajib mengganti
kerugian yang diderita oleh penumpang.
PT. Railink (Persero) sebagai anak perusahaan dari PT. Kereta Api
Indonesia dalam hal ini memberikan ganti kerugian tunduk pada Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. Bahwa kerugian yang diderita oleh
penumpang yang merupakan kesalahan dari pihak pengangkut akan menjadi
tanggung jawab pihak pengangkut yaitu PT. Railink.
Dalam Pasal 170 UUKA menyatakan bahwa Penyelenggara Prasarana
Perkeretaapian dan Penyelenggara Sarana Perkeretaapian berhak menuntut ganti
kerugian kepada pihak yang menimbulkan kerugian

terhadap prasarana

perkeretaapian, sarana perkeretaapian, dan orang yang dipekerjakan.
Untuk mendapatkan perlindungan dari pihak PT. Railink, tentunya ada
syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh penumpang untuk mengklaim haknya.
Syarat utama yang harus dipersiapkan oleh penumpang ialah dengan
menunjukkan karcis atau tiket kereta api bandara yang telah ia beli sebelum
perjalanan kereta api bandara dilakukan. Dengan adanya tiket tersebut maka
penumpang mendapatkan hak untuk dilindungi.
Adapun Syarat dan Ketentuan yang ditetapkan oleh PT. Railink (Persero),
yaitu :48
1) Penumpang Kereta Api Bandara diwajibkan untuk berangkat dari Stasiun
Kereta Api di Medan menuju ke Stasiun Kereta Api di Bandara Kuala

48

Hasil Riset di PT. Railink Medan

Universitas Sumatera Utara

74

Namu minimum dua jam sebelum jadwal keberangkatan pesawat domestik
dan tiga jam untuk keberangkatan internasional;
2) Apabila pembelian tiket Kereta Api Bandara kurang dari 2 jam sebelum
jadwal keberangkatan pesawat, maka resiko keterlambatan keberangkatan
pesawat ditanggung oleh Penumpang;
3) Penumpang diperbolehkan masuk ke ruang tunggu keberangkatan paling
cepat 30 menit sebelum keberangkatan kereta;
4) Struk pembelian ini merupakan bukti pembayaran yang sah. Apabila tiket
Kereta Api Bandara dan RFID Tiket Kereta Api Bandara Anda hilang
maka tiket dianggap hangus dan Anda wajib membeli tiket baru;
5) Perubahan jadwal tiket keberangkatan akan dikenakan biaya administrasi
sebesar 25 % dari harga tiket paling lambat 30 menit sebelum
keberangkatan;
6) Perubahan jadwal hanya dapat dilakukan apabila tempat duduk pada
Kereta Api Bandara masih tersedia;
7) Pembatalan hanya dapat dilakukan paling lambat 30 menit sebelum jadwal
keberangkatan kereta, dikenakan biaya administrasi sebesar 25 % dari
harga tiket. Proses pengembalian biaya tiket 30 s/d 45 hari kerja;
8) Pembelian setiap tiket berlaku untuk satu jadwal keberangkatan sesuai
jadwal yang tertera di struk pada tiket & tidak berlaku untuk jadwal
berikutnya;
9) Penumpang dengan tinggi badan di atas 90 cm ke atas membayar satu
tiket;

Universitas Sumatera Utara

75

10) Berat dan volume bagasi kabin kereta untuk setiap penumpang maksimum
20 kg dengan volume maksimum 100 dm3;
11) Mohon periksa kembali tiket Kereta Api Bandara Anda (tanggal dan jam
keberangkatan), serta uang kembalian, keluhan setelah meninggalkan loket
tidak akan dilayani;
12) Tarif sudah termasuk tanggunga asuransi;
13) Semua perjalanan Kereta Api adalah tanpa asap

rokok, tidak

diperkenankan merokok di seluruh rangkaian Kereta Api Bandara dana tau
di tempat-tempat yang terhitung;
14) Dilarang membawa makanan dan minuman di dalam Kereta Api Bandara;
15) Dilarang makan dan minum selama perjalanan;
16) Tiket promosi (Tiket dengan kode sub class X, Y dan Z) tidak dapat
dibatalkan, ataupun dilakukan perubahan data terhadapnya;
17) Untuk

syarat

dan

ketentuan

lebih

lengkap

silakan

kunjungi

http://www.railink.co.id
Maka penumpang kereta api bandara harus mengikuti tata cara yang telah
ditetapkan oleh Pihak Railink, Karena dengan mengikuti tata cara yang ada pada
Railink barulah penumpang dapat menuntut ganti rugi apabila haknya terabaikan.
C. Bentuk Ganti Rugi yang Diberikan PT. Railink bagi Penumpang Kereta
Api
Ganti kerugian yang diperoleh karena tidak terpenuhinya prestasi, berupa
kewajiban atas prestasi dalam perikatan. Tuntutan ganti kerugian karena tidak
terpenuhinya prestasi adalah sebagai akibat penerapan klausula dalam perjanjian
didalam tiket kereta api bandara. Tuntutan ganti kerugian berdasarkan wanprestasi

Universitas Sumatera Utara

76

adalah sebagai akibat penerapan klausula dalam perjanjian, yang merupakan
ketentuan hukum yang harus dipatuhi oleh kedua belah pihak dengan asas pacta
sunt servanda. 49 Yang menyatakan bahwa perjanjian merupakan Undang–Undang
bagi pihak yang membuatnya (mengikat).
Tuntutan ganti kerugian yang dapat dilakukan oleh setiap pihak yang
dirugikan, walaupun tidak pernah terdapat hubungan perjanjian diantaranya.
Dengan demikian pihak ketigapun dapat menuntut ga